Anda di halaman 1dari 39

LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul STRUKTUR DAN FUNGSI PADA MAKHLUK


HIDUP
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. SEL TUMBUHAN DAN HEWAN
2. JARINGAN, ORGAN DAN PROSES
FISIOLOGI PADA TUMBUHAN
3. JARINGAN DAN SISTEM ORGAN PADA
HEWAN/MANUSIA
4. METABOLISME
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah KB 1
dan definisi) di modul ini SEL TUMBUHAN DAN HEWAN
1. Sel merupakan unit terkecil yang
menyusun tubuh makhluk hidup dan
merupakan tempat terselenggaranya
fungsi kehidupan
2. Biomolekul adalah senyawa kimiawi
yang dihasilkan dari aktivitas sel
3. Dinding sel merupakan komponen sel
yang terdapat pada sel tumbuhan.
4. Membran plasma atau membran sel
atau selaput plasma merupakan selaput
terluar sel yang tersusun dari molekul
lipoprotein (fosfolipida dan protein) dan
molekul-molekul lain yang
menyempurnakan struktur membran
plasma
5. Protein membran merupakan protein
yang terdapat pada membran sel
6. Glikolipid dan adalah molekul
karbohidrat yang berikatan dengan
lipida, sedangkan glikoprotein adalah
molekul karbohidrat yang berikatan
dengan molekul protein
7. Fosfolipid merupakan molekul fosfat
(bagian kepala) dan molekul lemak
(bagian ekor) yang mirip dengan kepala
dan ekor
8. Nukleus atau inti sel merupakan
komponen sel bermembran yang
bentuknya bulat atau lonjong seperti
cakram
9. Retikulum endoplasma berupa vesikel
atau kantung yang dapat berbentuk
pipih, bundar, atau tubuler dan satu
sama lain dapat berhubungan
10. Badan golgi disebut juga aparatus golgi
atau kompleks golgi adalah organel sel
yang ditemukan Camillo Golgi, seorang
ahli histologi. Badan golgi banyak
dijumpai pada sel-sel yang melakukan
fungsi ekskresi Badan golgi pada sel
tumbuhan sering disebut diktiosom.
Badan golgi berbentuk kantung-kantung
pipih, tubulus dan vesikula (kantung
bundar)
11. Plasmodesmata merupakan benang-
benang plasma yang halus yang
berfungsi menghubungkan protoplasma
sel yang satu dengan protoplasma sel
tetangganya.
12. Protoplasma adalah bagian penting dari
sel tempat berlangsungnya reaksi-reaksi
kimia kehidupan.
13. Lisosom adalah suatu organel sel yang
berbentuk kantung (bola) diselubungi
oleh selaput atau membran tunggal.
14. Mitokondria disebut juga kondriosom,
merupakan organel sel tempat
berlangsungnya respirasi sel pada
makhluk hidup.
15. Ribosom merupakan organel
bermembran, berisi untai RNA dan
protein yang beragam, karbohidrat,
sedikit lemak dan mineral.
16. Plastida merupakan organel yang khas
pada sel tumbuhan. Plastida adalah
organel yang tersebar di sitoplasma
pada sel tumbuhan dan terlihat jelas di
bawah mikroskop sederhana
17. Kloroplas mer upakan plastida yang
berwarna hijau, mengandung klorofil
yaitu suatu pigmen yang memberi warna
hijau pada tumbuhan
18. Leukoplas adalah plastida yang tidak
berwarna, umumnya terdapat dalam sel-
sel dewasa yang tidak terkena cahaya
matahari, misalnya pada jaringan yang
terletak sangat dalam pada bagian
tumbuhan baik di dalam maupun di atas
tanah.
19. Merupakan plastida yang menghasilkan
warna selain hijau. Warna merah,
kuning atau oranye pada bagian
tumbuhan tertentu disebabkan adanya
zat warna karotenoid pada bagian
tumbuhan tersebut.
20. Sentrosom dan sentriol merupakan dua
komponen dari sel hewan, terutama
terlibat dalam pembelahan sel.
Sentrosom adalah organel sel yang
terdiri dari dua sentriol yang disusun
secara ortogonal
21. Mikrobodi merupakan organel sel dengan
struktur mirip dengan lisosom,
bentuknya bulat dengan diameter
sekitar 0,2 – 2 µm, diselubungi
membran
22. Peroksisom menghasilkan enzim
katalase yang dapat merubah peroksida
air (H2O2) menjadi oksigen dan air
(H2O2 O2 + H2O). Hidrogen peroksida
merupakan produk metabolisme sel
yang berpotensi membahayakan sel
23. Glioksisom merupakan mikrobodi yang
terdapat pada sel tumbuhan. Organel ini
banyak ditemukan di dalam jaringan
lemak pada biji yang sedang
berkecambah.
24. Mikrotubulus adalah salah satu
komponen sitoplasma, terdapat pada
sel- sel hewan maupun sel tumbuhan
berupa silinder atau tabung panjang dan
berongga
25. Mikrofilamen merupakan benang-
benang halus yang tersusun dari protein
aktin. Mikrofilamen dibentuk oleh
polimerisasi monomer protein aktin
(aktin globular) dalam susunan heliks
(terpilin)
26. Fungsi vakuola. Tumbuhan memiliki
vakuola yang berfungsi sebagai
osmoregulator yakni menjaga nilai
osmotik sel (mengendalikan tekanan
turgor sel), tempat menyimpan bahan
tertentu, wadah sisa metabolisme
(metabolit sekunder) dan berperan dalam
degradasi organel-organel sel yang telah
tua atau rusak. Vakuola sebagai
osmoregulator.
27. Pompa ion adalah transpor ion melalui
membran dengan cara melakukan
pertukaran ion dari dalam sel dengan
ion di luar sel.
28. Endositosis merupakan transpor yang
memerlukan energi. Endositosis
merupakan proses masuknya senyawa
dari luar ke dalam sel melalui membran
dengan cara pembungkusan senyawa
atau cairan ekstraselular dengan
pelekukan ke dalam sebagian membran
29. Eksositosis merupakan proses
pengeluaran zat dari dalam sel keluar
sel. Sekret terbungkus kantong
membran yang selanjutnya melebar dan
pecah. Kemudian kantung membran
tersebut bergabung kembali dengan
membran plasma sehingga sisa zat
makanan akan
dibuang keluar sel
30. Transpor pasif merupakan transpor ion,
molekul, senyawa dari luar atau dalam
sel yang tidak memerlukan energi.
31. Osmoregulasi adalah proses mengatur
konsentrasi cairan dan
menyeimbangkan pemasukan serta
pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau
organisme hidup.
32. Membran semipermeabel merupakan
membran plasma yang dapat dilalui
dengan lebih mudah oleh beberapa zat
daripada beberapa zat lainnya.
33. Invaginasi adalah kemampuan membran
sel untuk melakukan pelipatan kedalam
pada peristiwa endositosis.
34. Difusi merupakan penyebaran molekul-
molekul suatu zat dari konsentrasi tinggi
ke konsentrasi rendah hingga terjadi
keseimbangan konsentrasi.
35. Difusi difusi terfasilitasi atau difusi
dipermudah merupakan mekanisme
transpor yang dibantu oleh protein-
protein integral dalam membran plasma
(protein pembawa).

36.
37. Pada peristiwa osmosis, air dari larutan
yang konsentrasinya rendah (hipotonis)
akan bergerak ke konsentrasi yang lebih
tinggi (hipertonis).

38.
39. Turgid adalah suatu keadaan dimana sel
tumbuhan akan terus membengkak
karena masuknya cairan kedalam sel,
sampai selulosa tidak dapat
direntangkan lagi, namun sel tersebut
tidak pecah.
40. Plasmolisis merupakan lepasnya
membran plasma dari dinding sel karena
mengkerutnya sel akibat dari kondisi
lingkungan yang hipertonik

KB 2
JARINGAN, ORGAN DAN PROSES
FISIOLOGI PADA TUMBUHAN
41. Asal kata meristem adalah meristes,
artinya ‘terbelah’, yang berasal dari
bahasa Yunani. Sesuai namanya, sel-sel
penyusun jaringan meristem sangat aktif
membelah untuk menghasilkan sel-sel
baru
42. Jaringan Meristem (Jaringan Embrional)
Berdasarkan letaknya, jaringan
meristem dibedakan menjadi tiga:
43. Meristem apikal adalah meristem yang
terdapat di ujung-ujung batang, cabang
atau ujung akar, meristem apikal selalu
menghasilkan sel-sel untuk tumbuh
memanjang
44. Meristem lateral adalah meristem yang
terdapat di sisi lateral batang atau
lateral akar, aktivitas meristem lateral
mengakibatkan pertumbuhan sekunder
seperti pertambahan diameter batang
dan akar, misalnya kambium dan
kambium gabus,
45. Meristem interkalar adalah meristem
yang terdapat diantara jaringan dewasa,
berperan dalam pemanjangan ruas
batang, pertumbuhan sel meristem
interkalar menyebabkan pemanjangan
batang lebih cepat sebelum tumbuhnya
bunga.
46. Berdasarkan asal pembentuknya,
jaringan meristem dibedakan menjadi
dua:
47. meristem primer adalah meristem yang
sel-selnya berkembang langsung dari
sel- sel embrional sehingga merupakan
lanjutan dari pertumbuhan embrio
48. meristem sekunder adalah meristem
yang berasal dari jaringan dewasa
(jaringan yang sudah berdiferensiasi).
Daerah pada ujung batang dan ujung
akar:
(1) Zona pembelahan (cleveage)
(2) Zona pemanjangan (elongasi)
(3) Zona diferensiasi
Beberapa teori terkait meristem:
- Teori Histogen dari Hanstein
- Teori Tunika-Korpus dari Schmidt
- Teori Haberlandt
49. Jaringan penyusun tubuh tumbuhan
dibedakan menjadi dua jaringan muda
dan jaringan dewasa. Jaringan muda
merupakan jaringan
embrional/meristematik, yang disebut
jaringan meristem. Jaringan dewasa ada
4 macam yakni jaringan parenkim,
jaringan epidermis, jaringan
penyokong/penguat (terdiri dari jaringan
kolenkim dan sklerenkim), dan jaringan
pengangkut (terdiri dari jaringan xilem
dan floem).
50. Jaringan Permanen (Dewasa)
Sel-sel meristemyang membesar akan
mengalami diferensiasi dan spesialisasi
menjadi jaringan dewasa.
Terbagi menjadi jaringan parenkim,
epidermis, penguat, dan pengangkut.
51. Jaringan Parenkim
Berdasarkan fungsinya:
parenkim udara (aerenkim), asimilasi,
penimbun cadangan makanan, air,
pengangkut.
Berdasarkan bentuk selnya:
parenkim bintang, lipatan,
palisade/pagar, bunga karang.
52. Jaringan Epidermis Asal kata
“epidermis” adalah epi artinya di atas dan
derma artinya kulit yang berasal dari
Yunani. Sesuai namanya, jaringan
epidermis dalam tubuh tumbuhan
berfungsi sebagai penutup dan
pelindung jaringan lain yang ada di
bawahnya
Sel epidermis dapat mengalami
perubahan bentuk dan fungsi menjadi
struktur yang disebut derivat epidermis,
misalnya:
stomata, trikoma, sel kipas, litosit
53. Jaringan Penyokong untuk penunjang
tanaman agar dapat berdiri dengan
kokoh dan kuat, Terbagi menjadi
jaringan kolenkim dan sklerenkim.
54. Jaringan Pengangkut Jaringan ini
merupakan jaringan khusus pada
tumbuh-tumbuhan berpembuluh untuk
mengangkut air beserta unsur-unsur
hara yang terlarut di dalamnya yang
diserap oleh akar dari tanah dan
mengangkut zat-zat makanan hasil
fotosintesis untuk disalurkan ke bagian-
bagian lain pada tumbuhan, yang
semuanyaitu memungkinkan tumbuhan
untuk hidup dan berkembang
Terbagi atas:
55. Xilem merupakan jaringan yang terdiri
dari beberapa tipe sel baik yang hidup
maupun yang tidak hidup. Xilem yang
merupakan hasil aktivitas dari meristem
apikal, disebut xilem primer. Xilem yang
dibentuk dari aktivitas kambium
dinamakan xilem sekunder
56. Floem merupakan jaringan pengangkut
yang berfungsi mengantarkan hasil
fotosintesis keseluruh bagian
tumbbuhan. Floem tersusun ats sel-sel
yang hidup dan sel yang mati. Unsur-
unsur floem (elemen floem) terdiri dari
unsur kribal/ unsur tapis (sel tapis dan
pembuluh tapis), sel pengiring/sel
pengantar, parenkim floem dan serabut
floem.
57. Struktur Organ Pada Tumbuhan
Secara umum tubuh tumbuhan terbagi
ke dalam sistem akar dan sistem tunas.
Organ pada tumbuhan dapat dibedakan
menjadi organ vegetatif dan organ
generatif.
58. Struktur akar
Struktur luar akar: tudung akar, batang
akar, cabang akar (pada dikotil), rambut-
rambut akar.
Struktur anatomi akar: jaringan
epidermis, korteks, endodermis, stele
(silinder pusat).
59. Struktur batang
Secara umum struktur jaringan
penyusun batang tumbuhan: epidermis,
korteks, stele.
Banyak perbedaan antara anatomi
batang dikotil dan batang monokotil:
tipe jaringan pengangkut, letak/susunan
jaringan pengangkut, ada tidaknya
kambium, dan lain-lain.
Pertumbuhan sekunder batang dikotil
menghasilkan lingkaran tahun dan
kerusakan epidermis.
60. Struktur daun
Daun sempurna memiliki bagian helaian
daun (lamina), tangkai daun (petiolus),
dan atau pelepah daun (vagina).
Tata letak daun pada batang (filotaksis)
mempunyai keteraturan sehingga bisa
ditentukan rumus tata letak daun
tersebut.
Berdasarkan adanya stomata pada
epidermis, dikenal tiga jenis daun yakni
daun epistomatik (stomata hanya
terdapat pada epidermis atas), daun
hipostomatik (stomata hanya terdapat di
epidermis bawah) dan amfistomatik
(stomata yang terdapat di epidermis
atas dan epidermis bawah).
Berdasarkan susunan parenkim yang
terdapat di mesofil, dikenal tiga jenis
daun, yakni: daun dorsiventral atau
bifasial, daun isobilateral atau isolateral
atau unifasial, dan daun sentris.
Variasi ciri morfologi dan anatomi
tumbuhan sangat ditentukan kondisi
lingkungan khusus hidupnya.
61. Struktur bunga
Bagian-bagian bunga adalah tangkai
bunga (pediselus), dasar bunga
(reseptakulum), kelopak bunga (kaliks),
mahkota bunga (korola), serta alat
reproduksi: benang sari (stamen) dan
putik (pistilum).
Berdasarkan kelengkapan bagian-
bagiannya, bunga dikelompokkan
menjadi bunga lengkap dan bunga tidak
lengkap.
Berdasarkan alat kelamin yang
dimilikinya, bunga dikelompokkan
menjadi bunga banci atau bunga
hermafrodit, bunga jantan, dan bunga
betina.
62. Struktur buah dan biji
Berdasarkan jumlah bakal buah yang
membentuknya, buah dibedakan
menjadi: buah tunggal, buah ganda,
buah majemuk.
Berdasarkan bagian bunga yang
membentuknya, buah ada dua macam:
buah sejati dan semu.
Buah tersusun atas biji, daging buah,
dan kulit buah. Kulit buah yang masak
dapat dibedakan menjadi tiga lapisan,
yaitu epikarp, mesokarp, dan endokarp.
63. Proses Fisiologi Tumbuhan
a. Transportasi pada tumbuhan: sistem
transportasi ekstravaskular (apoplas
dan simplas) dan intravaskuler
b. Transpirasi: transpirasi kutikular,
stomata, lentikuler
c. Respirasi
d. Fotosintesis
e. Gerak pada tumbuhan: gerak
endonom dan etionom

KB 3
JARINGAN DAN SISTEM ORGAN PADA
HEWAN/MANUSIA
64. Jaringan : kumpulan sel yang sama
bentuk dan fungsi yang menyusun suatu
organ
65. jaringan epitel :
66. jaringan yang menutupi permukaan
organ baik di permukaan organ atau di
permukaan dalam yang berbatasan
dengan rongga atau ruang
67. Epitel pipih selapis : sel-sel epitelnya
berbentuk pipih dan tersusun atas
selapis sel dengan susunan yang rapat,
fungsinya antara lain dalam proses
difusi, filtrasi
68. Epitel pipih berlapis banyak : sel-sel
epitelnya berbentuk pipih, tersusun atas
beberapa lapis sel, dengan susunan yang
rapat
69. Epitel kubus selapis : sel-sel epitelnya
berbentuk kubus, tersusun atas selapis
sel, susunannya rapat
70. Epitel kubus berlapis banyak : sel-sel
epitelnya berbentuk kubus, tersusun
atas beberapa lapis sel
71. Epitel silidris selapis : sel-sel epitelnya
berbentuk batang (silindris), tersusun
atas selapis sel
72. Epitel silindris berlapis semu : sel-sel
epitelnya berbentuk seperti batang
tetapi tidak teratur, tersusun atas selapis
sel secara vertikal yang susunannya juga
tidak teratur, sehingga seperti tersusun
atas beberapa lapis sel dan selnya
bersilia
73. Epitel silindris berlapis banyak : sel -
selnya berbentuk batang, tersusun atas
beberapa lapis sel secara vertikal dan
mensekresikan lendir
74. Epitel trasisional : bentuk sel-sel
epitelnya tidak beraturan dan bisa
berubah bentuk, tersusun atas beberapa
lapis sel
75. Epitel kelenjar : epitel khusus yang
berperan dalam sekresi senyawa untuk
membantu proses fisiologis
76. kelenjar endokrin : kelenjar yang tidak
memiliki saluran sehingga hasil
sekresinya yang berupa hormon
langsung masuk ke pembuluh darah
77. kelenjar eksokrin : kelenjar yang
memiliki saluran khusus
78. jaringan ikat : jaringan pengikat dan
penyambung antar jaringan
79. Matriks intersel/ekstrasel : bahan yang
terdapat di antara sel-sel pada jaringan
ikat, terdiri dari protein serat (serat
kolagen, serat retikular, dan sistem serat
elastin) dan substansia dasar
80. Sel-sel penyusun : sel yang menyusun
jaringan ikat
81. Sel tetap : sel yang selalu ada pada
komponen penyusun jaringan ikat
82. Sel bebas : sel yang tidak selalu ada pada
komponen penyusun jaringan
83. serat kolagen : bentuk serat yang
berwarna putih, kuat, memiliki daya
regang yang sangat tinggi tetapi
elastisitasnya rendah, tidak bercabang,
lebih tebal dari serabut retikuler
84. serat elastin : bentuk serat yang
berwarna kuning, lebih tipis daripada
serat kolagen, memiliki elastisitas sangat
tinggi, bercabang, teksturnya halus.
Semakin bertambah usia seseorang,
daya elastisitas serat elastin semakin
menurun
85. serat retikular : serat yang bertekstur
halus, lebih tipis dan lebih kecil dari
kolagen, kuat, memiliki daya regang
yang tinggi, elastisitas rendah,
bercabang. Serat retikular terdapat pada
hepar, limfa dan kelenjar limfa
86. Bahan dasar jaringan ikat : Bahan dasar
berupa bahan homogen setengah cair
yang terdiri dari mukopolisakarida
(polisakarida yang mengandung gula
amino) yang terdiri dari asam hialuronat
dan kondroitin sukfat.
87. Sel fibroblas : merupakan sel jaringan
ikat berbentuk serat yang berfungsi
menyekresikan protein penyusun serat
ekstraseluler
88. Sel makrofag : sel jaringan ikat yang
bentuknya berubah-uba atau tidak
teratur
89. Sel tiang : sel jaringan ikat yang
berfungsi menghasilkan heparin dan
histamin
90. Sel lemak : sel yang berfungsi
menyimpan lemak. Jaringan ikat yang
memiliki banyak sel lemak dinamakan
jaringan adiposa
91. Jaringan ikat longgar : Jaringan ikat
longgar tersusun oleh serat-serat yang
longgar/tidak rapat, serat penyusunnya
adalah kolagen dan elastin
92. Jaringan ikat padat : Jaringan ikat padat
tersusun dari serat kolagen yang
berwarna putih (disebut juga jaringan
ikat serat putih), padat dan kuat, tetapi
tidak elastis.
93. Jaringan lemak : jaringan yang tersusun
dari sel-sel yang khusus untuk
menyimpan lemak
94. Jaringan tulang rawan ( kartilago ) :
jaringan penyokong, terdiri dari sel-sel
tulang rawan ( disebut kondrosit),
serabut, dan matriks ( disebut kondrin)
95. tulang rawan hialin : tulang rawan yang
mengandung serat elastin lebih banyak
daripada serat kolagen, berwarna
bening atau putih kebiruan
96. Tulang rawan elastin : tulang rawan
mengandung banyak serat elastin
daripada serat kolagen, berwarna keruh
kekuningan, dibungkus oleh
perikondrium, bersifat lentur
97. tulang rawan fibroblas : tulang rawan
yang mengandung banyak serat kolagen
yang tersusun rapat, berwarna gelap
keruh, tidak memiliki perikondrium,
merupakan jaringan tulang rawan yang
paling kuat, dan berada menyatu dengan
tulang rawan hialin di dekatnya atau
jaringan ikat padat fibrosa.
98. Jaringan tulang ( osteon ) : jaringan
tulang yang disusun oleh sel-sel tulang
yang disebut osteosit
99. Tulang spons : jaringan tulang yang
memiliki rongga rongga dan lempeng-
lempeng yang saling berhubungan.
100. Tulang kompak: jaringan tulang yang
tidak memiliki rongga, terletak di bagian
luar tulang spons
101. Jaringan darah : jaringan yang terdiri
dari sel-sel darah (eritrosit, leukosit,
trombosit) dan plasma darah
102. Jaringan limfe : jaringan yang terdiri dari
suatu cairan yang dikumpulkan dari
berbagai jaringan dan kembali ke aliran
darah dengan komponen selular berupa
limfosit dan granulosit (neutrofil,
eosinofil, dan basofil)
103. jaringan otot : jaringan yang disusun
oleh sel – sel otot
104. Jaringan otot polos : jaringan otot yang
berbentuk gelendong dengan ujung sel
meruncing, berinti sel satu yang
letaknya di tengah, warnanya polos,
menyusun alat-alat dalam, bekerjanya di
bawah pengaruh saraf tak sadar dan
reaksi otot lama tetapi tidak mudah
lelah
105. Otot lurik : jaringan otot yang berbentuk
silindris dan memanjang,
tidak bercabang, mempunyai banyak inti
yang letaknya di tepi, warnanya lurik,
melekat pada tulang/rangka ,
bekerjanya otot lurik di bawah pengaruh
saraf sadar, reaksi otot cepat dan mudah
lelah.
106. Otot jantung :jaringan otot yang
berbentuk silindris dengan ujung
bercabang sehingga terlihat seperti
anyaman, berinti sel 1-2 yang letaknya
di tengah.warnanya lurik, bekerjanya di
bawah pengaruh saraf tak sadar, reaksi
terhadap rangsang tergolong lambat,
kontraksi ototnya otomatis, teratur dan
tidak mudah lelah dan hanya terdapat di
jantung
107. jaringan saraf : jaringan yang disusun
oleh sel syaraf untuk mengantarkan
impuls dari reseptor ke pusat saraf dan
mengantarkan respon ke efektor
108. Neuron : sel syaraf
109. Badan sel syaraf : bagian yang
mengandung nukleus, sitoplasma,
membran sel.
110. Dendrit : perluasan sitoplasma badan sel
saraf yang biasanya mengalami
percabangan dalam jumlah yang cukup
banyak dengan juluran yang pendek
111. Akson : perpanjangan sitoplasma badan
sel saraf yang relatif panjang yang pada
ujung akson yang berlawanan dengan
badan sel terdapat tonjolan- tonjolan
yang halus untuk menempelkan dirinya
pada sel saraf lain
112. Neurilemma atau sel schwan : sel
penyokong akson pada beberapa hewan
vertebrata.
113. Selubung mielin : selubung lemak yang
terdapat di sekeliling akson yang terdiri
atas membran sel yang meluas dari sel
schwan
114. Nodus ranvier : bagian yang berfungsi
untuk mempercepat jalannya impuls
saraf
115. Neuron sensori : neuron yang berfungsi
untuk menerima impuls dari reseptor
dan menyampaikan rangsangan dari
reseptor tersebut ke sistem saraf pusat
(otak dan sumsum tulang belakang)
116. Neuron konektor : neuron yang
berfungsi meneruskan impuls saraf dari
neuron sensori atau dari neuron
konektor lainnya
117. Neuron motorik : neuron yang berfungsi
sebagai pembawa impuls ke efektor.
118. Sistem organ : kumpulan beberapa
organ yang saling bekerja sama sehingga
menimbulkan suatu fungsi tertentu
119. Sistem Gerak : sistem organ yang di
gunakan sebagai alat gerak yang
dibentuk olah tulang dan otot
120. Sistem rangka : sistem kerangka
manusia yang tersusun dari tulang-
tulang, baik tulang yang panjang, tulang
pendek ataupun tulang pipih
121. endoskeleton : rangka dalam
122. Rangka aksial : rangka sumbu tubuh
yang letaknya di bagian tengah tubuh
123. Kranium : Tulang tengkorak
124. Vertebrae : tulang belakang
125. Manubrium sterni : Tulang dada
bagian hulu
126. Corpus sterni : bagian badan tulang
dada
127. Proccesus xyphoideus : tulang taju
pedang
128. Costae vera : tulang rusuk sejati , 3
pasang tulang
129. Costae sporia : rusuk palsu
130. Costae fluctuan : tulang rusuk melayang
131. Rangka apendikular : rangka
tambahan yang menyusun alat gerak
tangan dan kaki.
132. Humerus tulang lengan atas
133. Radius : tulang hasta
134. Ulna : tulang pengumpil
135. Karpus : tulang pergelangan tangan
136. Metakarpus : tulang telapak tangan
137. Palanges : tulang jari-jari
138. Femur : tulang paha
139. Patela : tulang tempurung lutut
140. Tibia : tulang kering
141. Fibula : tulang betis
142. Tarsus : tulang pergelangan kaki
143. Metatarsus : tulang telapak kaki
144. Palanges : tulang jari
145. Clavicula : tulang selangka
146. Scapula : tulang belikat
147. Illium : tulang usus
148. Pubis : tulang kemaluan
149. Ichium : tulang duduk
150. Tulang Pipa : tulang panjang
151. Episfisis : bagian kedua ujung tulang
152. Diafisis : bagian tengan tulang, terdapat
rongga berisi sumsum tulang
153. Cakra epifisis : bagian diantara epifisis
dan diafisis
154. Tulang pipih : tulang yang bentuknya
pipih, tersusun atas dua lempengan
tulang yaitu tulang kompak dan tulang
spons
155. Tulang pendek : tulang yang bentuknya
bulat dan pendek
156. Tulang tidak beraturan : tulang yang
bentuknya tidak beraturan
157. Otot : alat gerak aktif yang bekerja
dengan cara kontraksi dan relaksasi
158. Eksitabilitas : otot memiliki kemampuan
merespons dengan kuat jika ada
stimulus
159. Kontraktilitas : otot memiliki
kemampuan berkontraksi atau
memendek.
160. Ekstensibilitas : otot memiliki
kemampuan berelaksasi atau
memanjang.
161. Elastisitas : otot memiliki kemampuan
untuk kembali pada bentuk semula
162. Miofibril : serabut-serabut halus pada
otot
163. Sarkolema : pembungkus
sarkoplasma (sitoplasma sel otot)
164. Empal atau ventrikel : gabungan serabut
otot berbentuk kumparan dan
menggembung bagian tengahnya
165. Urat atau tendon : kedua ujun otot yang
mengecil, keras, dan liat
166. Origo : kedua ujung tendon yang melekat
pada tulang yang tidak dapat bergerak
167. Insersio : ujung tendon yang melekat pada
tulang yang bergerak
168. Epimysium : jaringan ikat padat yang
membungkus keselururhan otot
169. Fasikulus : beberapa berkas serat- serat
otot yang terdapat didalam epimysium
170. Perimysium : selubung tipis yang
membungkus fasikulus
171. Kontraksi : memendeknya otot,
menegang dan menggembung di bagian
tengah
172. Relaksasi : otot yang tidak bekerja,
mengendur dan beristirahat
173. Aktin
174. Miosin
175. Asetilkolin
176. Otot antagonis : otot yang bekerja
saling berlawanan
177. Ekstensi : gerakan meluruskan
178. Fleksi : gerakan menekuk atau
membengkokkan.
179. Abduksi : gerakan menjauhi badan
180. Adduksi : gerakan mendekati badan
181. Depresi : gerakan ke bawah
182. Elavasi : gerakan ke atas
183. Supinasi : gerakan menengadah
184. Pronasi : gerakan menelungkup
185. Otot sinergis : gerakan otot yang saling
mendukung kerja satu sama lain,
sehingga meghasilkan gerakan satu arah
186. Persendian (artikulasi) : hubungan
antara dua tulang atau lebih, baik yang
dapat digerakkan maupun yang tidak
dapat digerakkan
187. Sendi sinarthrosis (sendi mati) :
persendian tanpa gerakan atau sangat
kaku
188. Sinfibrosis : sendi yang dihubungkan
dengan jaringan ikat fibrosa rapat.
189. Sinkondrosis : sendi yang tulang-
tulangnya dihubungkan dengan
kartilago hialin.
190. Diartrosis : persendian yang
memungkinkan terjadinya gerakan
191. Sendi peluru : sendi yang
memungkinkan pergerakan ke segala
arah.
192. Sendi pelana : sendi yang
memungkinkan beberapa gerakan
rotasi, namun tidak ke segala arah.
193. Sendi putar : sendi yang memungkinkan
gerakan berputar (rotasi).
194. Sendi luncur : sendi yang
memungkinkan gerak rotasi pada satu
bidang datar.
195. Sendi engsel : sendi yang
memungkinkan gerakan satu arah.
196. Amfiartrosis ( sendi kaku ) : persendian
dengan pergerakan terbatas yang
memungkinkan terjadinya sedikit gerakan
sebagai respon
197. Simfisis : sendi yang dihubungkan
dengan diskus kartilago, yang menjadi
bantalan sendi dan memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan.
198. Sindesmosis : sendi yang
dihubungkan dengan serat-serat
jaringan ikat kolagen.
199. Gomposis : sendi di mana tulang
berbentuk kerucut masuk dengan pas
dalam kantung tulang
200. Persendian fibrosa : antara tulang tidak
ada rongga sendi dan terdapat jaringan
ikat fibrosa sehingga tidak dapat
digerakkan.
201. Persendian kartilago : antara tulang
tidak ada rongga sendi dan terdapat
jaringan tulang rawan hialin sehingga
gerakannya terbatas.
202. Persendian sinovial : antara tulang
memiliki rongga sendi dan diperkokoh
dengan adanya kapsul dan ligamen
artikular sehingga gerakannya bebas
203. Sistem sirkulasi :sitem organ yang
mengangkut dan mendistribusikan
oksigen, air, sari makanan dan
mengangkut sisa metabolisme untuk
dikeluarkan dari tubuh
204. Jantung : organ sirkulasi yang berfungsi
sebagai alat pemompa darah ke seluruh
tubuh.
205. Perikardium : selaput jantung, terdiri
dari 2 lapis yaitu lamina parietal :
lapisan sebelah luar
206. lamina viseral ( epikardium ) : lapisan
sebelah dalam.
207. Kavum perikardi : ruang yang terdapat
diantara kedua lapisan selaput jantung
yang berisi cairan perikardi. Cairan
perikardi : cairan pada jantung
berfungsi untuk menahan gesekan
permukaan luar jantung dengan organ-
organ lainnya.
208. Miokardium : bagian tengah yang terdiri
atas jaringan otot jantung, dan mampu
berkontraksi untuk memompa darah.
209. Endokardium : bagian dalam yang
melapisi jantung yang tersusun atas
lapisan endotelium.
210. Serambi kanan (atrium dekster) : tempat
masuknya darah dari seluruh tubuh
melalui pembuluh vena kava Serambi
kiri (atrium sinister): tempat masuknya
darah dari paru-paru melalui pembuluh
vena pulmonalis
211. Bilik kanan (ventrikel dekster) : menerima
darah dari serambi kanan dan
memompanya ke paru-paru melalui
pembuluh arteri pulmonalis.
212. Bilik kiri (ventrikel sinister) : menerima
darah dari serambi kiri dan
memompanya ke seluruh tubuh melaui
pembuluh aorta
213. Katup valvula bikuspidalis : suatu katup
yang berfungsi mencegah darah dari
bilik kiri tidak mengalir kembali ke
serambi kiri saat jantung berkontraksi.
214. Septum interventrikularis : Antara
serambi dan bilik kanan dengan serambi
dan bilik kiri terdapat sekat pemisah
sehingga darah tidak bercampur
215. Valvula trikuspidalis : katup antara
serambi kanan dan bilik kanan
216. Nodus sinoatrial (nodus S-A) : jaringan
yang punya kemampuan memicu
jantung berdenyut sehingga
menghasilkan kontraksi otot jantung
217. Nodus atrioventrikular (nodus A-V) :
nodus yang terletak pada bagian bawah
septum interventrikularis
218. Sistol : otot jantung berkontraksi
sehingga tekanan di dalam ventrikel
meningkat dan darah mendesak ke
segala
219. Katup semilunar :
220. Diastol : setelah pengosongan ventrikel,
otot-otot ventrikel mengalami relaksasi
atau bias
221. Sphygmomanometer : alat untuk
mengukur tekanan darah
222. Hipertensi : tekanan darah tinggi
223. Hipotensi : tekanan darah rendah
224. Arteri (Pembuluh Nadi ) : pembuluh darah
yang membawa darah dari jantung
225. Arteri pulmonalis : Arteri dari ventrikel
dekster menuju paru-paru
226. Aorta : arteri terbesar merupakan arteri
yang membawa darah dari ventrikel
sinister menuju seluruh tubuh
227. Arteriol : Aorta bercabang-cabang
menjadi pembuluh arteri yang lebih
kecil
228. Kapiler : Arteriol kemudian bercabang-
cabang lagi menjadi pembuluh yang
lebih kecil untuk mengedarkan darah
hingga ke tiap-tiap sel tubuh
229. Vena (Pembuluh Balik) : pembuluh
darah balik yang membawa darah dari
seluruh tubuh menuju jantung.
230. Valve : katup dalam pembuluh vena
231. Vena cava : Vena terbesar merupakan
vena yang membawa darah dari seluruh
tubuh menuju atrium dekster
232. Venula : vena cava bercabang-cabang
menjadi pembuluh vena yang lebih kecil
233. Vena pulmonalis : Vena dari paru-paru
menuju atrium sinister
234. Kapiler : pembuluh darah yang paling
kecil sebagai perpanjangan dari arteri
dan vena yang bertugas mengedarkan
darah menuju masing-masing sel tubuh
235. Peredaran darah tertutup : aliran darah
yang membutuhkan suatu saluran
pembuluh
236. Peredaran darah pulmonasil : peredaran
darah pendek
237. Peredaran darah sistemik : peredaran
darah besar
238. Sklerosis : penyakit yang disebabkan
oleh pengerasan pembuluh darah
239. Atherosklerosis : pengerasan ini
disebabkan oleh penimbunan kolesterol
(lemak) pada pembuluh darah
240. Arteriosklerosis : pengerasan ini
disebabkan oleh endapan zat kapur
dalam pembuluh darah
241. Koronaria trombosis : terbentuknya
gumpalan darah dalam arteri koronaria
sehingga aliran darah ke jantung
terganggu dan berkurang
242. Varises : pelebaran vena yang terjadi di
daerah betis
243. Trombus : darah yang menggumpal
dalam pembuluh.
244. Embolus : jenis penyakit jantung akibat
tersumbatnya arteri menuju otak
245. Sistem pencernaan makanan : mengolah
dan mengubah makanan, berupa
molekul organik kompleks menjadi
molekul yang lebih sederhana (sari pati
makanan) agar dapat diserap tubuh
246. Oesofagus : saluran yang
menghubungkan antara rongga mulut
dengan lambung
247. Faring : ujung saluran esophagus
248. Epiglotis : katup yang mengatur
makanan agar tidak masuk ke trakea
(tenggorokan)
249. Gerak peristaltis : gerakan kembang
kempis kerongkongan untuk mendorong
makanan masuk ke dalam lambung
250. Lambung ( ventrikulus ) : kelanjutan dari
esophagus, berbentuk seperti kantung.
251. Kardiak : bagian atas dekat dengan hati
252. Fundus : bagian tengah yang
menggantung
253. Pilorus : bagian bawah dekat dengan
usus halus
254. Pepsin : enzim pencernaan yang
memecah protein menjadi pepton dan
proteosa.
255. Enzim renin : menggumpalkan protein
susu (kasein) yang terdapat dalam susu
256. Gastrin : mensekresi getah lambung
257. Bolus : Makanan hasil dari pencernaan
di rongga mulut
258. Hati : organ terbesar dari tubuh, setelah
kulit, terletak dalam rongga abdomen di
bawah diafragma
259. Hepatosit : sel penyusun hati
260. Pankreas : organ kelenjar yang terletak
di belakang perut dan berfungsi sebagai
kelenjar endokrin serta eksokrin
261. Amilopsin (amilase pankreas) : enzim
yang mengubah zat tepung (amilum)
menjadi gula lebih sederhana (maltosa).
262. Steapsin (lipase pankreas) : enzim yang
mengubah lemak menjadi asam lemak
dan gliserol.
263. Tripsin : enzim yang mengubah protein
danpepton menjadi dipeptida dan asam
amino yang siap diserap oleh usus halus.
264. Usus halus (intestinum) : organ tempat
penyerapan sari makanan dan tempat
terjadinya proses pencernaan yang
paling panjang
265. Duodenum : usus dua belas jari
266. Jejunum : usus kosong
267. Ileum : usus penyerap
268. Maltase : enzim yang mengubah
maltosa menjadi glukosa.
269. Laktase : enzim yang mengubah
laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
270. Sukrase : enzim yang mengubah
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
271. Tripsin : enzim yang mengubah pepton
menjadi asam amino.
272. Enterokinase : enzim yang berfungsi
mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin
273. Intestinum Crassum : usus besar
274. Apendiks : usus buntu
275. Rektum : tempat peyimpanan feses
sebelim di buang
276. Anus : lubang tempat pembuangan
feses
277. Defekasi : proses buang air besar
278. Ulkus : Tukak lambung yang disebabkan
oleh adanya kerusakan pada selaput
lendir karena faktor-faktor
psikosomatis, toksin atau akibat bakteri
(Strepsococcus sp. ).
279. Kolik : penyakit ini memperlihatkan
gejala rasa nyeri pada perut disebabkan
oleh makanan yang mengandung zat-zat
perangsang seperti cabai dan lada.
280. Parotitis : penyakit ini merupakan
radang pada kelenjar parotis, yang biasa
dikenal dengan nama penyakit gondong
281. Peritonitis: penyakit ini merupakan
infeksi pada rongga perut.
282. Konstipasi / sembelit : gangguan
pencernaan dimana penderitanya
mengalami sulit buang air besar atau
feses terlalu keras.
283. Diare : gangguan pencernaan yang
diakibatkan adanya infeksi pada colon
yang disebabkan oleh bakteri . penderita
diare ketika buang air besar fesesnya
encer, apabila tidak segera dicegah
dapat menimbulkan dehidrasi
284. Apenditis : peradangan pada apendiks
atau umbai cacing
285. Sistem pernafasan : sistem organ yang
menyediakan oksigen dan mengeluarkan
sisa metabolisme yang berbentuk CO2
dan uap air
286. Pernapasan eksternal/luar :
pertukaran gas O2 dan CO2 antara
udara luar dengan kapiler darah di
alveolus
287. Pernapasan internal/dalam :
pertukaran gas O2 dan CO2 di pembuluh
kapiler
288. Nasal / naso : hidung
289. Faring : rongga pertigaan ke arah
saluran pencernaan, saluran pernapasan
dan saluran rongga hidung.
290. Laring : saluran udara yang terletak dari
bagian depan faring hingga bagian
bawah trakea.
291. Epiglotis : katup diatas larink yang akan
menutup saat menelan untuk mencegah
makanan dan minuman
masuk ke saluran pernapasan
292. Trakea : batang tenggorokan
293. Pulmo : paru – paru
294. Bronkus : cabang dari trakea
295. Bronkiolus : cabang dari bronkus
296. Alveolus : Saluran-saluran bronkiolus
yang halus dan berakhir di gelembung-
gelembung halus
297. Otot interkostal :
298. Otot diafragma :
299. Fase inspirasi pernafasan dada :
300. Fase ekspirasi pernafasan dada :
301. Fase inspirasi pernafasan perut :
302. Fase ekspirasi pernafasan perut :
303. Volume tidal : volume udara hasil
inspirasi atau ekspirasi pada setiap kali
bernapas normal, sebanyak kira-kira
500 mililiter
304. Volume cadangan inspirasi (udara
komplementer) : volume udara ekstra
yang dapat diinspirasi setelah volume
tidal, biasanya mencapai 3000 mililiter
305. Volume cadangan ekspirasi (udara
suplementer) : jumlah udara yang masih
bisa dikeluarkan dengan ekspirasi kuat
pada akhir ekspirasi normal, pada
keadaan normal sebanyak kira-kira
1500 mililiter Volume residu : volume
udara yang masih tetap berada dalam
paru- paru setelah ekspirasi kuat yang
berbeda-beda untuk setiap orang rata-
rata 1000 mililiter
306. Kapasitas paru-paru : kemampuan paru-
paru dalam menampung udara ketika
bernafas
307. Kapasitas inspirasi : kapasitas inspirasi
sama dengan volume tidal ditambah
dengan volume cadangan inspirasi
308. Kapasitas residu fungsional : volume
cadangan ekspirasi ditambah dengan
volume residu
309. Kapasitas vital : volume cadangan
inspirasi ditambah dengan volume tidal
dan volume cadangan ekspirasi, jadi
kira-kira 5000 mililiter
310. Kapasitas total paru-paru: udara yang
dapat tertampung secara maksimal di
paruparu secara keseluruhan
311. Rhinitis : peradangan atau iritasi di
lapisan dalam hidung penyebabnya
antara lain alergi, infeksi, perubahan
cuaca.
312. Sinusitis : infeksi dan pembengkakan
pada sinus (kanan dan kiri rongga
hidung, penyebabnya antara lain bakteri,
elergi
313. Faringitis : peradangan pada faring
penyebabnya antara lain infeksi oleh
bakteri atau virus, terlalu banyak
merokok, reaksi alergi pada
tenggorokan.
314. Laringitis : peradangan yang terjadi
pada laring (pita suara, gangguan ini
dapat disebabkan oleh penggunaan pita
suara berlebihan.
315. Bronkitis : peradangan pada selaput
lendir bronkus yang disebabkan infeksi
bakteri dan virus, merokok, polusi
udara, debu, zat kimia, dan penyakit
paru-paru.
316. Emfisema : gangguan pada alveolus,
dapat mengakibatkan mengurangi luas
permukaan bidang petukaran gas pada
paru-paru yang disebabkan kebiasaan
merokok, infeksi bakteri dan polusi
udara. Difteri : gangguan pernafasan
yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphtheria, dengan
gejala sakit pada tenggorokan, sulit
bernapas dan menelan, mengeluarkan
lendir dari mulut dan hidung, demam,
serta pembengkakan kelenjar getah
bening. Tuberkulosis (TBC) : penyakit
yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, penyakit
ini biasanya ditandai dengan batuk
berdarah.
317. Asma : penyakit penyempitan saliran
pernafasan. Umumnya asma merupakan
penyakit genetis. Pneumonia ( radang
paru-paru ) : alveolus berisi cairan
secara berlebihan akibat infeksi bakteri
Diplococus pneumaticus
318. Sistem ekskresi : sistem pembuangan zat
sisa metabolisme yang sudah tidak
berguna atau berbahaya jika
terakumulasi dalam tubuh.
319. Ren : ginjal
320. Korteks : bagian kulit ginjal
321. Nefron : unit fungsional terkecil dari
ginjal yang terdiri atas kapsula bowman,
glomerolus, tubulus kontortus proximal,
tubulus kontortus distal, tubulus
kolektivus serta lengkung henle
322. Glomerulus : tempat filtrasi
(penyaringan) pertama dalam proses
pembentukan urin dan menghasilkan
urine primer
323. Filtrasi : penyaringan
324. Kapsula bowman : struktur seperti
kantong yang membungkus glomerulus.
325. Tubulus kontortus proksimal : bagian
dari saluran nefron yang dekat dengan
glomerolus, yang berperan dalam proses
reabsorpsi yakni proses penyerapan zat-
zat pada urine primer yang masih
berguna bagi tubuh seperti asam amino,
protein, potasium, fosfat, dan natrium
yang menghasilkan urine sekunder
326. Lengkung henle : bagian dalam nefron
sebagai penghubung antara tubulus
kontortus proksimal dan tubulus
kontortus distal dan kelanjutan dari
tubulus kontortus proksimal, sebagian
besar berjalan turun (descenden) dan
bagian tebal berjalan ke atas (ascenden).
327. Tubulus kontortus distal : saluran
lanjutan lengkung henle yang berfungsi
untuk melakukan augmentasi atau
melepaskan zat-zat yang tidak berguna
atau berlebihan ke dalam urine
sekunder sehingga menghasilkan urin
yang sesungguhnya.
328. Tubulus kolektivus : bagian paling ujung
dari nefron ginjal, berbentuk seperti
selang yang menjadi saluran terakhir
dan terpanjang dalam ginjal, sebagai
saluran penampungan urin
sesungguhnya.
329. Filtrasi : penyaringan pertama dalam
proses pembentukan urin yang
menghasilkan urin primer.
330. Reabsorbsi : proses penyerapan zat-zat
pada urine primer yang masih berguna
bagi tubuh seperti asam amino, protein,
potasium, fosfat, dan natrium.
331. Augmentasi : melepaskan zat-zat yang
tidak berguna atau berlebihan ke dalam
urine sekunder sehingga menghasilkan
urin yang sesungguhnya
332. Medulla (sum-sum ginjal) : bagian paling
dalam dari ginjal.
333. Pelvis renalis (rongga ginjal) : tempat
bermuaranya tubulus
334. Kandung kemih : tempat
penampungan urine sementara
335. Ureter : saluran pengeluaran urine
336. Uretra : saluran temapat pengeluaran
urine dari tubuh
337. Epidermis : lapisan terluar dari kulit yang
tersusun dari sel-sel epitel pipih berlapis
banyak dengan susunan yang sangat rapat,
dan tersusun atas keratin ( jenis protein).
338. Stratum korneum : lapisan zat tanduk
lapisan ini berada paling luar,
merupakan kulit mati dan akan
mengalami pengelupasan secara
perlahan-lahan, digantikan dengan sel
yang baru
339. Stratum lusidum : lapisan tipis yang
hanya terdapat pada kulit tebal di
telapak tangan dan kaki, berfungsi
meredam gesekan antara lapisan
epidermis
340. Stratum granulosum, yang
menghasilkan pigmen warna kulit, yang
disebut melanin, terdiri atas sel-sel
hidup dan terletak pada bagian paling
bawah dari jaringan epidermis
341. Stratum spinosum : lapisan sel-sel spina
(tanduk) yang memiliki tonjolan
penghubung intraseluler (desmosom),
Stratum germinativum (basale) : lapisan
yang aktif membelah, ke arah luar untuk
membentuk sel-sel kulit teluar.
342. Dermis : lapisan yang terletak di bawah
lapisan epidermis
343. Glandula sebasea : kelenjer minyak
344. Glandula sudorifera : kelenjer keringat
345. Ekrin : kelenjar keringat tubuler
sederhana dan berpilin, tidak
berhubungan dengan folikel rambut,
serta tersebar meluas ke seluruh tubuh
terutama pada dahi, telapak tangan, dan
kaki.
346. Apokrin : kelenjar keringat yang besar
dan bercabang dengan penyebaran yang
terbatas pada bagian tubuh tertentu,
misalnya pada aksila (ketiak), areola
payudara, dan area ginjal.
347. Hipodermis : jaringan ikat bawah kulit
yang terletak di bawah lapisan dermis
348. Sistem saraf : sistem koordinasi pada
tubuh berupa penghantaran impuls
saraf ke susunan saraf pusat,
pemrosesan impul saraf dan perintah
untuk memberi tanggapan rangsangan
kepada efektor
349. Neuron : sel syaraf
350. Saraf somatik : saraf sadar
351. Saraf otonom : saraf tak sadar
352. Sistem saraf pusat : sistem syaraf
yang terdiri atas otak Serebral : otak
dan
353. Medula spinalis : sumsum tulang
belakang
354. Otak : pusat kendali tubuh
355. Cerebrum : otak besar
356. Cerebellum :otak kecil
357. Brainstem : batang otak
358. Lobus frontal : otak besar bagian
depan
359. Lobus parietal : otak besar bagian
atas
360. Lobus temporal : otak besar bagian
samping
361. Lobus oksipital : otak besar bagian
belakang
362. Sistem saraf tepi ( sistem saraf porifer)
: sitem syaraf yang terdiri dari jaringan
saraf yang berada di luar otak dan
medula spinalis
363. saraf somatik : saraf sadar
364. saraf otonom : saraf tak sadar
365. Saraf kranial : syaraf yang berasal dari
otak
366. Saraf spinal : syaraf yang berasal dari
sumsum tulang belakang
367. Saraf simpatetik : syaraf yang berasal
dari segmen toraks dan lumbar medula
spinalis
368. Saraf parasimpatik : syaraf yang
mempunyai fungsi berbanding terbalik
dengan saraf simpatik dan mempunyai
tanggung jawab dalam menggerakkan
tubuh dalam keadaan/fase istirahat.
369. Sistem endokrin : sekumpulan kelenjar
yang memproduksi hormon
370. Hormo :n : senyawa organik pembawa
pesan kimiawi di dalam aliran darah
menuju ke sel-sel atau jaringan tubuh
371. Kelenjar Hipofisis (pitutary) : kelenjer
yang terletak di dekat hipotalamus di
otak
372. Growth Hormone (GH)/ Somatotropin
Hormone (STH) : hormon yang mengatur
pembelahan, pertambahan volume, dan
regenerasi sel sel-sel tubuh
373. Thyroid Stimulating Hormone ( TSH) :
hormon mengatur pembentukan tiroksin
di kelenjar tiroid
374. Adrenocorticot ropic Hormone (ACTH) :
hormon yang mengatur pembentukan
hormon pada korteks adrenal
375. Follicle Stimulating Hormone (FSH) :
Pada wanita, merangsang
perkembangan folikel pada ovarium dan
sekresi estrogen sedangkan pada pria,
mengatur spermatogenesis pada
tubulus seminiferus dan sel sertoli
376. Luteinizing Hormone (LH) : pada wanita,
bekerjasama dengan FSH menstimulasi
produksi estrogen dan pembentukan
progesteron sedangkan pada pria,
menstimulasi sel-sel interstial pada
testis untuk berkembang dan
menghasilkan testosteron
377. Prolactin Hormone (PRL) :
menghasilkan ASI di akhir masa
kehamilan
378. Endorfin : zat penghilang nyeri alamiah,
penghilang stress dan disekresikan pada
saat olahraga
379. Melanocyte Stimulating Hormone (MSH)
: Meningkatkan pigmentasi dengan butir
melanin pada kulit
380. Antidiuretic Hormone (ADH) : mengatur
permeabilitas tubulus dan reabsorbsi air
381. Oksitosin : membantu kontraksi dinding
rahim saat kelahiran
382. Dwarfisme : kekerdilan akibat
kekurangan GH.
383. Gigantisme : keraksasaan akibat
kelebihan GH
384. Akromegali : pertumbuhan tidak
seimbang akibat kelebihan GH saat
dewasa.
385. Albino : kekurangan pigmen melanin.
386. Melanisme : kelebihan pigmen melanin.
387. Diabetes insipidus : penyakit beser atau
sering buang air kecil karena kurangnya
produksi ADH.
388. Kelenjar tiroid : kelenjar yang terdapat
di leher bagian depan di sebelah bawah
jakun dan terdiri atas dua lobus
389. Tiroksin : asam amino yang
mengandung yodium
390. Kretinisme : kekerdilan dan
keterbelakangan mental akibat
kekurangan hormon tiroid.
391. Myxdema : rendahnya kecepatan
metabolisme tubuh akibat kekurangan
hormon tiroid.
392. Gondokan : pembengkakan kelenjar
tiroid akibat kelebihan hormon tiroid
atau penumpukan iodium.
393. Morbus basedowi : hipermetabolisme
akibat kelebihan hormon tiroid dengan
gejala gugup, napas cepat tidak teratur,
dan mata terbelalak.
394. Graves disease : hipermetabolisme
akibat kelebihan hormon tiroid yang
menyebabkan penyakit autoimun.
395. Kelenjar paratiroid : kelenjer menempel
di belakang kelenjar tiroid dan
menyekresi hormon parathormon
(parathyroid hormone/PTH) untuk
mengendalikan keseimbangan kalsium
dan fosfat dalam tubuh
396. Von Recklinghousen : keadaan dimana
kadungan kapur dalam urin meningkat,
sedangkan keadaan tulang menjadi
rapuh.
397. Tetani : turunnya kadar kapur dalam
darah akibat kekurangan parathormon,
memiliki gejala kejang otot, gelisah, dan
kesemutan.
398. Kelenjar adrenal : kelenjer berbentuk
segitiga, terletak di kutub atas ginjal,
berwarna kuning, dan tertanam pada
jaringan adiposa.
399. Aldosteron/ Mengatur Tubulus
Reabsorbsi Reabsorbsi Mineralkortikoid :
mengatur metabolisme mineral
400. Glukokortikoid / Kortisol/
Kortikostreron : Mengatur metabolisme
glukosa
401. Gonadokortikoid : precursor
pengubahan testosterone dan estrogen
oleh jaringan lain
402. Adrenalin (Epinefrin) : meningkatka n
denyut jantung, tekanan darah, dan
frekuensi pernapasan
403. Noradrenalin (Norepinefrin) :
meningkatkan tekanan darah dan
menstimulasi otot jantung
404. Addison : kerusakan korteks adrenal
yang mempengaruhi produksi hormon
kortison dengan gejala kelelahan, nafsu
makan berkurang, tekanan darah
rendah.
405. Sindrom Chusing : kelebihan hormon
kortison dengan gejala kelelahan, otot
lemah, moonface, merah-merah pada
lengan, edema, menstruasi tidak teratur.
406. Kelenjar Pankreas : organ pankreas
berbentuk pipih, terletak di bagian
belakang bawah lambung.
407. Glukagon : hormon yang
meningkatkan penguraian glikogen di
hati menjadi glukosa sehingga kadar
gula dalam darah meningkat
408. Insulin : menurunkan katabolisme lemak
dan protein, menurunkan kadar gula
dalam darah serta meningkatkan
sintesis protein dan lemak
409. Somatostatin : menghalangi kerja
hormon pertumbuhan dan menghambat
sekresi glukagon dan insulin
410. Diabetes militus : kelainan/penyakit
tingginya kadar glukosa dalam darah.
411. Kelenjar pineal : kelenjer yang terletak
di otak bagian atas dan mensekresikan
melatonin
412. Melatonin : mempengaruhi pelepasan
gonadotropin dan menghambat
produksi melanin, mempengaruhi
proses fisiologi seperti suhu tubuh, rasa
kantuk, dan selera makan
413. Kelenjat timus : kelnjer yang terdiri atas
dua lobus berwarna kemerah- merahan,
terletak di bagian posterior toraks di
atas jantung dan menghasilkan timosin
414. Timosin : mengaktifkan pertumbuhan
badan, mengendalikan sistem imun,
merangsang perkembangan sel T
415. Kelenjar kelamin : kelenjer yang
mengahsilkan hormon seks
416. Testosteron : merangsang pematangan
sperma (spermatogen esis) dan
pembentukan ciri kelamin sekunder
pada pria
417. Estrogen : memunculkan ciri kelamin
sekunder pada wanita, menstimulasi
ovulasi, menebalkan endomentrium
418. Progesteron : mempersiapk an
penebalan dinding uterus sebagai
tempat perlekatan embrio
419. Hidung : indra pembau memiliki
kemoreseptor olfaktori yang berfungsi
menerima rangsangan berupa bau atau
zat kimia yang berbentuk gas
420. Kemoreseptor olfaktori : neuron khusus
yang terletak pada epitelium
olfaktori di langit-langit rongga hidung
421. Epitelium olfaktori : sel penunjang, sel
basal, dan sel olfaktori.
422. Sel olfaktori : neuron bipolar yang
berakhir pada rambut-rambut halus
(silia) yang menonjol ke dalam mukus di
dalam rongga hidung
423. Hiposmia : indra penciuman kurang
mampu mencium bau)
424. Anosmia : indra penciuman sama sekali
tidak dapat mencium bau yang
disebabkan oleh tersumbatnya rongga
hidung, misalnya akibat polip, pilek, atau
tumor. Hiperosmia : lebih peka terhadap
bau-bauan), contohnya kemampuan
untuk mengenali bau parfum seseorang
sebelum tampak orangnya.
425. Polip : pembengkakan jaringan yang
terjadi di dalam hidung dan
mengeluarkan banyak cairan/ lendir.
Polip berkaitan dengan penyakit THT
(telinga, hidung, tenggorokan) seperti
alergi, inflamasi mukosa, asma, infeksi,
dan radang. Polip dapat diatasi dengan
operasi
426. Sinusitis : radang tulang-tulang
tengkorak di sekitar hidung yang
berongga dan berisi udara.
427. Rhinitis : reaksi alergi pada hidung
karena masuknya substansi asing dalam
saluran tenggorokan
428. Lidah : alat indra yang peka terhadap
rangsangan berupa zat kimia larutan
429. Radiks lingua : pangkal lidah
430. Dorsum lingua : punggung lidah
431. Apeks lingua : ujung lidah
432. Papila filiformis : papila berbentuk
kerucut, kecil, menutupi bagian atas
lidah, dan tidak mengandung kuncup
pengecap.
433. Papila fungiformis : papila berbentuk
bulat, banyak terdapat di dekat ujung
lidah, mengandung lima kuncup
pengecap pada setiap papila.
434. Papila sirkumvalata : papila berbentuk
menonjol dan tersusun seperti huruf V,
banyak terdapat di bagian belakang
lidah, serta mengandung 100 kuncup
pengecap.
435. Papila foliata : papila berbentuk seperti
daun, terletak di bagian tepi pangkal
lidah
436. Ageusia : kondisi langka dimana
seseorang sama sekali tidak dapat
mengecap rasa makanan.
437. Hypogeusia : gangguan yang
menyebabkan penderitanya kurang atau
tidak mampu mengecap jenis rasa
tertentu seperti rasa manis, asam, pedas,
pahit, atau gurih.
438. Dysgeusia : mulut yang selalu terasa
tengik, asin, atau berasa logam
mencirikan kondisi ini. Dalam beberapa
kasus, dysgeusia disertai dengan sensasi
terbakar di dalam mulut
439. Oral candidosis : penyebabnya adalah
jamur yang disebut Candida albicans,
gejalanya lidah akan tampak tertutup
lapisan putih yang dapat dikerok.
440. Atropic glossitis : lidah akan terlihat licin
dan mengkilat baik seluruh bagian lidah
maupun hanya sebagian kecil, penyebab
yang paling sering biasanya adalah
kekurangan zat besi.
441. Geografic tongue : lidah seperti peta,
berpulau-pulau. Baik banyak maupun
sedikit, bagian pulau itu berwarna
merah dan lebih licin dan bila parah
akan dikelilingi pita putih tebal.
442. Fissured tongue : lidah akan terlihat
pecah-pecah, kadang garis hanya satu
ditengah, kadang juga bercabang-
cabang.
443. Glossopyrosis : kelainan ini berupa
keluhan pada lidah dimana lidah terasa
sakit dan panas dan terbakar tetapi tidak
ditemukan gejala apapun dalam
pemeriksaan, hal ini kebanyakan karena
psikosomatis dibandingkan dengan
kelainan pada syaraf
444. Kulit : alat indra yang peka terhadap
rangsangan berupa sentuhan, tekanan,
panas, dingin, dan nyeri atau sakit.
445. Korpuskula paccini: uung syaraf yang
peka terhadap rangsangan tekanan kuat
dan getaran.
446. Korpuskula ruffini: ujung syaraf yang
peka terhadap rangsangan panas,
terdapat di bagian dermis. Korpuskula
krause: ujung syaraf yang peka terhadap
rangsangan dingin.
447. Korpuskula meissner: ujung syaraf
yang peka terhadap rangsangan berupa
sentuhan.
448. Cakram Merkel : ujung syaraf yang peka
terhadap rangsangan berupa tekanan
ringan.
449. Ujung Saraf Bebas : ujung syaraf yang
tidak memiliki selaput
450. Sistem reproduksi : suatu sistem yang
berkaitan dengan perbanyakan diri atau
perkembangbiakan yang menghasilkan
gamet jantan atau gamet betina, dengan
tujuan agar makhluk hidup
menghasilkan keturunan berikutnya.
451. Testis : organ reproduksi laki – laki yang
menghasilkan sel sperma
452. Tunika albuginea : jaringan ikat kolagen
berfungsi membentuk lobulus dalam
testis
453. Tubulus seminiferus : tubulus tempat sel
sperma dibentuk
454. Sel epitelium germinal : epitel benih
yang akan mengalami proses
pembelahan dan diferensiasi sel yang
bertujuan untuk membentuk sperma
fungsional.
455. Sel sertoli : sel yang memberikan nutrisi
bagi spermatozoid
456. Sel leydig : sel yang menyekresikan
hormon testosteron
457. Epididimis : saluran panjang dan
berkelok kelok yang berfungsi sebagai
tempat penimbunan sperma
458. Stereocilia : lapisan yang menyerap cairan
dari rongga–rongga pada tubuh epididimis
459. Vas deferens : saluran khusus kelanjutan
dari epididimis yang meninggalkan
skrotum hingga mencapai rongga perut
melalui kanalis inguinalis, menuju
kantong semen
460. Saluran Ejakulasi : saluran pendek yang
menghubungkan kantung semen dengan
uretra untuk mengeluarkan sperma agar
masuk ke dalam uretra.
461. Uretra : saluran yang menghubungkan
kantung kemih ke lingkungan luar tubuh
462. Vesikula seminalis : kantong mani yang
berisi kelenjar kelamin yang berjumlah
sepasang dan berada di belakang
kantung kemih yang dindingnya
menghasilkan cairan kental kekuning-
kuningan dan bersifat basa
463. Kelenjar prostat : penghasil getah
kelamin.
464. Kelenjar Cowper : berupa cairan bening
yang menetralkan setiap urine asam
yang berada pada uretra
465. Penis : organ kopulasi persetubuhan
pria
466. Skrotum : kantong yang membungkus
dari testis, epididimis, dan ujung bawah
funiculus spermatikus
467. Testosteron : hormon yang diperlukan
untuk pembelahan sel-sel germinal
untuk membentuk sperma
468. Androstenedion (Estrogen) : perkusor
untuk hormon estrogen pada pria
469. Dihidrotestosteron (DHT) :
pertumbuhan prenatal dan diferensiasi
genitalia pria
470. Inhibin dan protein pengikat androgen
: merespons sekresi FSH
471. FSH (Follicle Stimulating Hormone) :
menstimulasi sel-sel sertoli untuk
membentuk sel sperma
472. LH (Luteinizing Hormone) atau ICSH
(Interstitial Cell Stimulating Hormone) :
merangsang sel-sel interstitial (Leydig) di
dalam testis untuk berkembang dan
menyekresikan testosteron
473. GnRH (Gonadotropin Releasing
Hormone) : merangsang kelenjar hipofisis
mengeluarkan LH dan FSH, serta
mengatur mekanisme umpan balik
negatif dalam sintesis dan sekresi
testosteron
474. Spermatogenesis : proses
pembentukan sperma, terjadi di testis,
tepatnya di tubulus seminiferus
475. Spermatogonium : sel induk sperma
476. Spermatosit peimer : hasil pembelahan
sel spermatogonium
477. Spermatosit sekunder : hasil
pembelahan spermatosit primer
478. Spermiogenesesis : proses
pembentukan dan perkembangan sel
sperma
479. Sprematozoid : sel spermatozoid
480. Ovarium : organ reproduksi wanita yang
menghasilkan Ovum : sel telur
481. Tunika albugenia : epitel selapis kuboid
atau epitel germinativum yang berlanjut
dengan mesotel dan menutupi selapis
simpai berupa jaringan ikat padat
482. Tuba fallopi : saluran tempat fertilisasi.
483. Fertilisasi : pembuahan
484. Zigot : hasil pembuahan
485. Uterus : rahim
486. Endometrium : sel-sel epitel kelenjer
dan banyak menghasilkan lendir dan
pembuluh darah pada bagian dinding
rahim
487. Ovulasi : pelepasan sel telur yang sudah
matang
488. Vagina : saluran reproduksi wanita yang
dinding dalamnya dilapisi oleh jaringan
epitel squamosa.
489. Himen : membran tipis pada mulut
vagina.
490. Vulva :
491. Mons pubis : merupakan bantalan
jaringan lemak berkulit, ditutupi rambut
setelah masa pubertas.
492. Labia major (bibir besar) : dua lipatan
kulit longitudinal dari mons pubis
merentang kebawah dan bertemu di
perineum dekat anus, ditutupi oleh
rambut setelah masa pubertas.
493. Labia minor (bibir kecil) : dua lipatan
kulit diantara kedua labia major dan
tidak ditutupi rambut, mengandung
kelenjar sebasea dan beberapa kelenjar
keringat.
494. Klitoris : homolog dengan penis laki- laki
tetapi berukuran lebih kecil dan tidak
memiliki lubang uretra, memiliki dua
korpus kavernosum dari jaringan
erektil, mengandung banyak ujung saraf
yang sensitif.
495. Vestibula : area yang dikelilingi oleh
labia minor, menutupi lubang uretra,
mulut vagina dan saluran kelenjar
bartholin.
496. Kelenjar bartholin : kelenjer yang
menghasilkan lendir saat eksitasi
seksual.
497. Mulut vagina : dikelilingi oleh membran
yang disebut himen (selaput dara).
498. HCG (Human Chorionic
Gonadotrophin) : hormon yang berperan
meningkatkan dan mempertahankan
fungsi korpus luteum dan produksi
hormon-hormon steroid terutama pada
masa-masa kehamilan awal.
499. Estrogen : hormon yang berperan
merangsang pembentukan kembali
(proliferasi) sel penyusun endometrium,
mempengaruhi serviks menghasilkan
lendir yang bersifat basa pada vagina
sehingga mendukung kelangsungan
hidup sperma ketika masuk ke vagina,
menentukan sifat kelamin sekunder
wanita, berperan dalam kontraksi uterus
ketika proses persalinan
500. Progesteron : mendukung fungsi
estrogen dalam penebalan endometrium,
merangsang sekresi lendir pada vagina,
merangsang pertumbuhan kelenjar susu
501. Ovum : sel telur
502. Oksitosin : merangsang kontraksi uterus
pada saat persalina
503. Prostatgelandin : meningkatkan
intensitas kontraksi uterus rahim ketika
proses persalinan
504. Relaksin : merelaksasi dan melunakkan
serviks serta melonggarkan tulang
panggul sehingga mempermudah
persalinan
505. Mamoptropin : merangsang
pertumbuhan awal kelenjar susu
(glandula mamae)
506. Prolaktin : meningkatkan sekresi air
susu oleh glandula mamae
507. Laktogen : bersama-sama dengan
progesteron merangsang pembentukan
air susu
508. Oogenesis : proses pembentukan sel
telur
509. Oogonium : sel induk telur
510. Oosit primer : hasil mitosis oogonium
511. Oosit sekunder : hasil mitosis oosit
primer
512. Sistem pertahanan tubuh (sistem
imunitas) : sistem pertahanan yang
berperan dalam mengenal,
menghancurkan, serta menetralkan
bendabenda asing atau sel-sel abnormal
yang berpotensi merugikan bagi tubuh
513. imunitas : kekebalan
514. Pertahanan Nonspesifik (alamiah) :
imunitas bawaan sejak lahir, berupa
komponen normal tubuh yang selalu di
temukan pada individu sehat, dan siap
mencegah serta menyingkirkan dengan
cepat antigen yang masuk kedalam
tubuh dan tidak ditujukan untuk
melawan antigen tertentu, tetapi dapat
memberi respon langsung terhadap
bebagai antigen untuk melindungi tubuh
515. Pertahanan tubuh nonspesifik
eksternal : pertahanan tubuh
nonspesifik eksternal meliputi
pertahanan fisik, mekanis, dan kimia
terhadap agen infeksi.
516. Pertahanan tubuh nonspesifik internal
: pertahanan tubuh yang dilakukan
dengan aksi fagositosis, respon
peradangan dan senyawa antimikroba
517. Fagositosis : proses penelanan dan
pencernaan mikroorganisme dan toksin
yang berhasil masuk ke dalam tubuh
yang dilakukan oleh neutrofil dan
makrofag (derivate monosit)
518. Inflamasi : reaksi lokal jaringan
terhadap infeksi atau cedera.
519. Interferon (IFN) : protein antivirus yang
dapat disintesis oleh sebagian besar sel
tubuh sebagai respons terhadap infeksi
virus, stimulasi imunitas, dan stimulus
kimia
520. Komplemen : beberapa jenis protein
plasma yang tidak aktif, tetapi dapat
diaktifkan oleh berbagai bahan dari
antigen, seperti liposakarida bakteri
521. Pertahanan spesifik : mekanisme
pertahanan yang diperankan oleh sel
limfosit, dengan atau tanpa bantuan
komponen sistem imun lainnya seperti
sel makrofag dan komplemen
522. Imunitas humoral : imunitas yang
diperantarai oleh antibodi
523. Imunitas seluler : imunitas yang
melibatkan pembentukkan limfosit T
aktif yang secara langsung menyerang
antigen
524. Patogen : penyakit
525. Imunitas aktif : imunitas yang diperoleh
akibat kontak langsung dengan toksin
atau pantogen sehingga tubuh mampu
memproduksi antibodinya sendiri
526. Imunitas aktif alami : imnitas yang
terjadi jika seseorang terpapar satu jenis
penyakit, kemudian sistem imunitas
memproduksi antibodi dan limfosit
khusus
527. Imunitas aktif buatan (induksi) :
imunisasi yang merupakan hasil dari
pemberian vaksin/vaksinasi. Vaksinasi :
patogen yang mati/dilemahkan, atau
toksin yang telah diubah
528. Imunitas pasif : jenis imunitas dimana
jika antibodi dari satu individu
dipindahkan ke individu lainnya
529. Imunitas pasif alami: imunitas yang
terjadi melalui pemberian ASI kepada
bayi dan saat IgG ibu masuk ke plasenta,
sehingga dapat memberikan kekebalan
tubuh setelah kelahirkan untuk
beberapa minggu/bulan
530. Imunitas pasif buatan: imunitas yang
terjadi melalui injeksi antibodi dalam
serum yang dihasilkan oleh orang atau
hewan yang kebal karena pernah
terpapar antigen tertentu.

KB 4
METABOLISME
531. Metabolisme: rangkaian reaksi kimia
yang terjadi di dalam sel, yang meliputi
rangkaian reaksi pemecahan
(katabolisme) dan reaksi pembentukan
(anabolisme) dan reaksi ini melibatkan
enzim.
532. Enzim: senyawa organik yang sebagian
besar tersusun atas protein (apoenzim)
dan sisanya adalah non protein (gugus
prostetik)
533. Apoenzim: bagian terbesar enzim yang
berupa molekul protein.
534. ko-enzim: molekul organik pada gugus
prostetik enzim
535. kofaktor: molekul anorganik pada
gugus prostetik enzim
536. holoenzim: Enzim yang terdiri dari
apoenzim dan gugus prostetik
537. energi aktivasi: energi yang diperlukan
untuk reaksi
538. pH: derajat keasaman
539. Inhibitor: zat yang dapat menghambat
kerja enzim
540. Inhibitor kompetitif: zat penghambat
yang bersaing dengan substrat untuk
mendapatkan sisi aktif enzim
541. Inhibitor nonkompetitif: zat
penghambat yang bekerja dengan cara
berikatan dengan enzim pada sisi lain
salain sisi aktif enzim, yang
mengakibatkan struktur enzim berubah
dan sisi aktif enzim tidak dapat
berfungsi
542. Aktivator: molekul yang
mempermudah enzim berikatan dengan
substratnya
543. Katabolisme: reaksi penguraian senyawa
kompleks menjadi senyawa- senyawa
yang lebih sederhana atau pemecahan
senyawa organik menjadi senyawa-
senyawa anorganik
544. reaksi eksergonik: katabolisme
menghasilkan energi yang dapat
digunakan oleh makhluk hidup
545. Respirasi Aerob: respirasi sel yang terjadi
menggunakan oksigen
546. Glikolisis: pemecahan glukosa
547. Dekarboksilasi Oksidatif: reaksi
antara/transisi pada respirasi aerob
548. Siklus Krebs: siklus asam sitrat karena
senyawa yang pertama terbentuk
setelah masuknya asetil koenzim A
adalah asam sitrat
549. Respirasi Anaerob: merupakan respirasi
yang tidak memerlukan oksigen
550. Fermentasi: proses penguraian
karbohidrat menjadi senyawa lain dan
menghasilkan energi, tanpa bantuan
oksigen
551. Fermentasi Asam Laktat: respirasi
anaerob yang menghasilkan asam laktat
sebagai produk akhir
552. Fermentasi alkohol: respirasi anaerob
yang menghasilkan etanol (alkohol)
sebagai produk akhir selain ATP dan CO₂
553. Anabolisme: rangkaian reaksi
pembentukan senyawa kompleks dari
senyawa-senyawa sederhana atau
pembentukan senyawa organik dari
senyawa-senyawa anorganik, reaksi ini
membutuhkan energi serta melibatkan
kerja enzim
554. Fotosintesis: proses pembentukan
senyawa organik (karbohidrat) dari
senyawa anorganik CO₂ dan H₂O dengan
menggunakan energi cahaya matahari
555. Grana: tempat terjadinya reaksi
fotosintesis
556. Reaksi terang: disebut juga reaksi Hill
karena yang menemukan rangkaian
reaksi ini adalah Robert Hill pada tahun
1937 yang menyatakan bahwa reaksi air
dengan akseptor elektron akan
membentuk oksigen
557. Fotolisis: tahap ini terjadi lisisnya
senyawa kimia karena energi cahaya
matahari
558. Fotosistem: pusat reaksi fotosintesis di
dalam sitem tilakoid (grana) yang
memiliki klorofil dan pigmen asesori
(tambahan). Ada dua pusat reaksi yakni
fotosistem I dan fotosistem II
559. Fosforilasi: pembentukan ATP pada
fotosistem
560. reaksi gelap: tahapan reaksi fotosintesis
yang tidak memerlukan cahaya. Disebut
juga siklus Calvin
561. Lemak: makromolekul yang tersusun
atas gliserol dan asam lemak
562. Protein: makromolekul yang tersusun
atas polipeptida. Polipeptida terdiri dari
asam amino-asam amino
563. Transkripsi: proses pembentukan ARN
duta atau mRNA yang merupakan
cetakan dari pita sense ADN, terjadi di
nukleus
564. Translasi: proses penterjemahan kode-
kode genetik yang dibawa oleh ARN duta
dalam bentuk rangkaian asam amino-
asam amino yang terjadi di sitoplasma,
tepatnya di ribosom
2 Daftar materi yang sulit 1. Transportasi sel
dipahami di modul ini 2. Istilah dan pembagian daerah meristem
menurut Teori Histogen dari Hanstein,
Teori Tunika-Korpus dari Schmidt, dan
Teori Haberlandt.
3. Tipe-tipe stomata berdasarkan kondisi
sel tetangga terhadap sel penutup atau
berdasarkan kedudukan sel penutup di
epidermis.
4. Tipe kolenkim berdasarkan
cara penebalan dinding selnya
5. Unsur-unsur penyusun xylem dan floem.
6. Dua tipe stele berdasarkan letak floem
terhadap xylem: protostele dan
sifonestele.
7. Tata letak daun (filotaksis)
8. Struktur anatomi bunga
9. Jaringan ikat
10. Sistem gerak
11. Sistem Koordinasi (sistem saraf, sistem
endokrin dan sistem indra)
12. Sistem Pertahanan Tubuh
13. Katabolisme lemak
14. Katabolisme protein
15. Fiksasi CO2 pada tumbuhan C4 dan
CAM
3 Daftar materi yang sering 1. Perbedaan pada jaringan meristem
mengalami miskonsepsi 2. Perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan
3. Tipe jaringan pengangkut: kolateral
tertutup dan terbuka, bikolateral,
konsentris amfikribal dan amfivasal, dan
tipe radial.
4. Rambut akar dan cabang akar.
5. Buah ganda dan buah majemuk.
6. Mekanisme kerja otot
7. Mekanisme kerja Jantung
8. Hasil ATP pada respirasi aerob
9. Fiksasi CO2 pada tumbuhan C4 dan
CAM

Anda mungkin juga menyukai