Kebakaran Hutan
Oleh
Felasufa Noor
A. Latar Belakang
Di zaman revolusi industri 4.0, kualitas sumber daya alam dunia semakin
menurun. Tentunya hal ini akan berdampak signifikan bagi mereka yang masih
bergantung pada sumber daya alam. Manusia mengkonsumsi setidaknya 50%
dari sumber daya alam yang disediakan Bumi, yang akan berlanjut dengan
sangat cepat hingga tahun 2030, tetapi Bumi akan memproduksi dan mengisi
kembali sumber daya yang habis dalam setahum. Permintaan manusia akan
sumber daya alam yang terus meningkat dapat memberikan tekanan signifikan
pada keanekaragaman hayati, yang harus mengancam keselamatan, kesehatan,
keadilan, dan kesejahteraan. Selain itu, negara Indonesia saat ini menghadapi
masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan yang serius dan semakin
meningkat dari hari ke hari.1
1
Andreas Philippopoulos Mihalopoulos, "Dan Untuk Hukum: Mengapa Ruang Tidak Dapat Memahami
Tanpa Hukum," Hukum, Budaya, Humaniora, Vol. 72, No. 1, 2011. 1, No. 20, 2018.
1
kebakaran hutan meningkat hampir setiap tahun.2 Kebakaran hutan merupakan
salah satu masalah yang sering terjadi di Indonesia.
2
H. M. Erham Amin, “Upaya Mengelola Proses Penegakan Hukum Dan Isu Lingkungan,” Jurnal
Cakrawala Hukum, Vol. 6, No. 2, 2015.
3
Elizabeth Fisher, Hukum Lingkungan-Pengantar Sangat Singkat, Tinjauan Hukum Lingkungan, Band.
20, No. 1 Januari 2018.
2
Permasalahan kebakaran hutan yang banyak terjadi saat ini terutama
disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri yang menimbulkan kekhawatiran
akibat perilakunya. Manusia, sebagai organisme yang sebenarnya memiliki
dampak besar terhadap perkembangan lingkungan, harus mampu melindungi
sumber daya alam.4 Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus
dikomunikasikan sejak dini sebagai upaya sistematis manusia untuk melindungi
planet ini, menjaga fungsi lingkungan dan menghindari pencemaran dan
kerusakan lingkungan. Kesalahan terkait isu lingkungan kebakaran hutan
disebabkan oleh beberapa fakto. Masalah ekonomi, kepentingan individu atau
kelompok, gaya hidup, dan terutama kelemahan sistem hukum saat ini dan
berbagai kontrol dan perlindungan lingkungan Lemahnya sistem pemantauan
untuk tindakan. Oleh karena itu, perlu penegakan hukum untuk melindungi
lingkungan dari kebakaran hutan di Indonesia. Hukum sebagai wujud
pencerminan nilai-nilai yang diyakini masyarakat sebagai sistem kehidupan
sehari-hari, meliputi kehidupan pribadi, sosial, kebangsaan, dan kebangsaan. Ini
harus ditegakkan. Adanya tuntutan pidana meliputi segala aspek kegiatan teknis
dan administratif, sepanjang kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
berbagai ketentuan hukum, baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat
menindas, layak dilakukan oleh peradilan. dan pemerintah sesuai dengan aturan
hukum yang berlaku.
3
persoalan lingkungan, terutama pentingnya penegakan hukum dalam kebakaran
hutan. Kesadaran warga akan perlindungan dan konservasi lingkungan
merupakan salah satu landasan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di
masa depan. Oleh karena itu, fokus penelitian dalam artikel ini adalah tentang
pentingnya penegakan hukum lingkungan untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan (Studi kasus kebakaran hutan di Indonesia).
B. Perumusan Masalah
4
Tahun 1945. Termasuk kekayaan negara dan dapat dipergunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia. 5
5
M. Nurdin, “Peran Penyidik Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Lingkungan,” Jurnal Samudra
Justice, Vol. 2, No 12, No. 2, 2017.
6
Yann Kerbrat & Sandrine Maljean Dubois, "Transformasi Hukum Lingkungan Internasional", Enlr,
Vol. 2, No. 4, 2011.
5
perlindungan lingkungan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip umum
pemerintahan yang baik selalu diperhatikan dalam pelaksanaan hukum
lingkungan. 7
7
Zainal Arifin Hoesein, “Perundang-Undangan Dari Perspektif Perubahan Hukum”, Jurnal
Pengembangan Media Penunjang Hukum Hukum Nasional. No. 3, 2012.
8
Slater Ann Michel, "Hukum Lingkungan Internasional, Kebijakan Dan Etika (Edisi 2)". Tinjauan Hukum
Lingkungan, Volume 2, Edisi 2. 17, No. 2, 2015.
6
penegakan hukum lingkungan harus ada sarana keamanan, kemanfaatan
dan ketidakberpihakan yang harus saling terkait.
9
Sodikin, “Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”, KANUN, Nomor 52 Tahun 2009.
7
Kondisi sumber daya alam dan kualitas lingkungan saat ini sangat
memprihatinkan. Kejadian kerusakan dan pencemaran lingkungan akibat
kebakaran hutan di Indonesia semakin hari semakin meningkat baik dari
bencana alam maupun ulah manusia itu sendiri, yang tentunya sangat
memperburuk potret sumber daya alam. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan manusia tentang pentingnya pengelolaan dan
perlindungan lingkungan hidup, serta kurangnya pengaturan dan
implementasi peraturan yang dilaksanakan secara tidak benar. Masalah
kebakaran hutan yang masih tragis bukanlah masalah yang mudah untuk
diselesaikan.
10
Sodikin, “Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”, KANUN, Nomor 52 Tahun 2009.
8
merugikan orang lain. Dalam hal ini terdapat beberapa aturan untuk
melaksanakan kegiatan tersebut agar hukum dapat ditegakkan dengan
tertib. Hukum juga berfungsi untuk memungkinkan masyarakat mencapai
sesuatu yang nantinya menjadi motor penggerak pembangunan, yaitu
untuk lebih mengembangkan masyarakat agar dapat berpikir secara logis,
rasional, dan kritis.
11
Nina Helrina, "Isu Lingkungan Dan Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia". Jurnal Ilmiah Galuh
Justisia, Vol. 3, No 2, 2015.
9
berlaku untuk individu, kelompok, komunitas, dan masyarakat umum.12
Penegakan hukum terhadap masalah lingkungan terkait kebakaran hutan
perlu terus didukung dan ditegakkan agar tingkat keparahan kebakaran
hutan di Indonesia semakin berkurang dari waktu ke waktu. Banyaknya
kebakaran hutan buatan telah merusak lingkungan. Ini ada di artikel
Tempo.
10
standar lingkungan SC yang melebihi standar kualitas air masyarakat
akan didenda dan dipenjara karena kesalahan masyarakat.14 Jika
hukumannya denda, hukumannya minimal 3 tahun penjara dan maksimal
10 tahun penjara. Jika dikenakan denda, jumlah minimalnya adalah Rp.
300.000.000,00 (3 milyar rupiah), jumlah tertinggi adalah Rp. Itu denda
100.000.000.000,00. .00 (10 miliar rupiah). Maksud Pasal 99 (1) banyak
orang yang dirugikan jika orang yang tidak bertanggung jawab
melakukan kesalahan dan berujung pada baku mutu udara, baku mutu air,
baku mutu air laut, atau baku mutu kerusakan lingkungan yang sangat
serius.15
11
Sementara itu, konsep hukum dan pembangunan berkelanjutan
menjadi salah satu isu terpenting abad ke-21. Ibarat sebuah sistem,
keduanya saling membutuhkan dan terikat satu sama lain, sehingga tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Secara umum, hukum dan pembangunan
berkelanjutan bertujuan untuk menciptakan kualitas hidup yang lebih baik
sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kehidupan
prafananya dan mendukung kehidupan yang berbeda pada tingkat yang
lebih tinggi. Ada banyak penjelasan tentang pentingnya hukum dan
pembangunan berkelanjutan. Hukum berkembang dan berkembang pesat,
tidak hanya bertujuan untuk melindungi, mengelola dan mengamankan
masyarakat sebagai elemen stabilitas, tetapi juga dalam pembangunan
berkelanjutan di mana hukum digunakan sebagai agen perubahan, juga
bertujuan untuk membuatnya lebih menonjol. 16
16
Donald K. Anton, Konferensi PBB 2012 Tentang Masa Depan Pembangunan Berkelanjutan Dan
Perlindungan Lingkungan Internasional, Consilience, Nr. 7 Juli 2012.
12
pembangunan global. Salah satu dari tujuan tersebut adalah mengelola
dan melindungi lingkungan.17 Keberadaan perlindungan lingkungan
adalah untuk memulihkan lingkungan, mendorong pemanfaatan
ekosistem lingkungan secara berkelanjutan, melindungi pengelolaan
hutan, memerangi degradasi yang terjadi, menghentikan degradasi tanah,
serta menanam dan menghentikan pepohonan secara teratur. upaya.
Hilangnya keanekaragaman hayati di berbagai daerah. Agenda 2030
untuk Pembangunan Berkelanjutan memiliki implikasi berupa penanaman
pohon. 18
13
kekurangan dalam undang-undang tersebut dapat menyebabkan pelaku
ekonomi gagal untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang ada.
Oleh karena itu, hukuman pidana dan perdata, seperti mereka yang
dengan sengaja membakar hutan dan lahan untuk kepentingan sendiri dan
lalai untuk menerapkan dan mematuhi hukum yang berlaku, bahkan jika
kebakaran hutan merugikan masyarakat, harus dilakukan dengan undang-
undang. Masalah lingkungan kebakaran hutan mencerminkan lingkungan
yang terabaikan yang menimbulkan kekhawatiran. Jika terjadi kebakaran
hutan, lembaga penegak hukum dapat menggunakannya sebagai perisai
pelindung terhadap masalah lingkungan. 19
19
Mirarosana, "Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Wawasan Lingkungan Indonesia", Jurnal
KELOLA: Jurnal Ilmu Sosial, Vol. 1 Januari 2016. 1, No. 1, 2018.
14
berkelanjutan seperti yang diharapkan di masa depan kita semua dapat
mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam diskusi.
20
Kseniia Ilchenko & Anastasiia Lisogor, "Pemodelan Pembangunan Berkelanjutan Kota",
Theoretische Und Empirische Forschungen Im Stadtmanagement. 11, No. 1, 2016.
15
E. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Ambrish Kumar, "Tata Kelola Dan Pembangunan Berkelanjutan", Jurnal Ilmu Politik
India, Vol. 3, No. 72, No. 1, 2011.
Anita Afrina (Et Al.), "Disregard Of The Court: Penegakan Hukum Dan Model
Pengaturan Di Indonesia," Jurnal Hukum Dan Peradilan, Vol. 1, No. 20,
2018.7, No. 3, 2018.
Astrid Epiney, "Hukum Lingkungan Uni Eropa: Sumber, Sarana Dan Penegakan,
Pertimbangan Kemajuan Signifikan Dalam 20 Tahun Terakhir", Hukum
Lingkungan Uni Eropa: Sumber, Sarana Dan Penegakan, Volume 7, Edisi 3,
2018. 2, No 3, 2013.
17
H. M. Erham Amin, “Upaya Mengelola Proses Penegakan Hukum Dan Isu
Lingkungan,” Jurnal Cakrawala Hukum, Vol. 6, No. 2, 2015.
John Briggs & Andrew Waite, "Praktek Hukum Lingkungan Global", Sumber Daya
Alam & Lingkungan, Vol. 2, No. 29, No. 1 Januari 2014.
Slater Ann Michel, "Hukum Lingkungan Internasional, Kebijakan Dan Etika (Edisi
2)". Tinjauan Hukum Lingkungan, Volume 2, Edisi 2. 17, No. 2, 2015.
18
Suneeta Dhar, "Gender And Sustainable Development Goals (Sdgs)", "Jurnal Studi
Gender India, Vol. 2, No. 25, No. 1, 2018.
19