Anda di halaman 1dari 19

Penegakan Hukum Terhadap Permasalahan Lingkungan Hidup Kasus

Kebakaran Hutan

Oleh

Felasufa Noor

A. Latar Belakang

Di zaman revolusi industri 4.0, kualitas sumber daya alam dunia semakin
menurun. Tentunya hal ini akan berdampak signifikan bagi mereka yang masih
bergantung pada sumber daya alam. Manusia mengkonsumsi setidaknya 50%
dari sumber daya alam yang disediakan Bumi, yang akan berlanjut dengan
sangat cepat hingga tahun 2030, tetapi Bumi akan memproduksi dan mengisi
kembali sumber daya yang habis dalam setahum. Permintaan manusia akan
sumber daya alam yang terus meningkat dapat memberikan tekanan signifikan
pada keanekaragaman hayati, yang harus mengancam keselamatan, kesehatan,
keadilan, dan kesejahteraan. Selain itu, negara Indonesia saat ini menghadapi
masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan yang serius dan semakin
meningkat dari hari ke hari.1

Masalah lingkungan tetap menjadi tanggung jawab utama karena


mempengaruhi kualitas hidup di masa depan. Eksploitasi sumber daya alam dan
lingkungan telah menyebabkan penurunan kualitas lingkungan, khususnya
sumber daya alam. Ekosistem laut, rusaknya sebagian besar paru-paru dunia,
banjir yang masih terjadi dimana-mana, meningkatnya bencana alam seperti
tanah longsor, dan tentunya masih banyak lagi. Salah satu dampak yang paling
umum dirasakan di wilayah Indonesia ini adalah kebakaran hutan, dan masalah

1
Andreas Philippopoulos Mihalopoulos, "Dan Untuk Hukum: Mengapa Ruang Tidak Dapat Memahami
Tanpa Hukum," Hukum, Budaya, Humaniora, Vol. 72, No. 1, 2011. 1, No. 20, 2018.

1
kebakaran hutan meningkat hampir setiap tahun.2 Kebakaran hutan merupakan
salah satu masalah yang sering terjadi di Indonesia.

Menurut data WALHI, kebakaran hutan di Indonesia meningkat hampir


setiap tahun. Kita dapat melihat bahwa tahun 2015 adalah tahun kebakaran
hutan terparah di Indonesia. Sekitar 2,6 juta hektar hutan terbakar, dengan kasus
terparah terjadi di Kalimantan Tengah, Papua, Sumatera Selatan, dan Riau.
Pada tahun 2016, kami melihat penurunan yang sangat signifikan. Artinya,
438,3 ribu hektar hutan terbakar. Pada tahun 2017 juga mencatat penurunan
sekitar 165.000 hektar. Namun, ini tidak berlangsung lama, karena kebakaran
hutan meningkat pada 2018 dan tercatat di sekitar 510.000 hektar. Sementara
itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menemukan bahwa
Indonesia masih memiliki sekitar 135.000 hektar kebakaran hutan yang
didominasi oleh Sumatera, Kalimantan dan Papua, menurut data yang
dikumpulkan dari 2019 hingga Mei.3

Kebakaran hutan di Indonesia terjadi karena kepentingan individu dan


kelompok untuk mengembangkan kawasan hutan. Kawasan hutan hanya fokus
pada sisi keuntungan, ekonomi, dan seringkali mengabaikan perlindungan
lingkungan sekitar. Apalagi masalah kebakaran hutan yang menyebabkan
pencemaran udara selalu sangat sulit untuk diatasi. Banyak dampak kebakaran
hutan, antara lain infeksi saluran pernapasan, penurunan efisiensi kerja, dan
pencemaran asap lintas batas yang sangat berpengaruh. Kerusakan dapat
menyebabkan perubahan dalam arti lingkungan menjadi tidak dapat digunakan.
Pembakaran hutan merupakan masalah lingkungan yang dapat diartikan
berpotensi membunuh diri sendiri dan orang lain.

2
H. M. Erham Amin, “Upaya Mengelola Proses Penegakan Hukum Dan Isu Lingkungan,” Jurnal
Cakrawala Hukum, Vol. 6, No. 2, 2015.
3
Elizabeth Fisher, Hukum Lingkungan-Pengantar Sangat Singkat, Tinjauan Hukum Lingkungan, Band.
20, No. 1 Januari 2018.

2
Permasalahan kebakaran hutan yang banyak terjadi saat ini terutama
disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri yang menimbulkan kekhawatiran
akibat perilakunya. Manusia, sebagai organisme yang sebenarnya memiliki
dampak besar terhadap perkembangan lingkungan, harus mampu melindungi
sumber daya alam.4 Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus
dikomunikasikan sejak dini sebagai upaya sistematis manusia untuk melindungi
planet ini, menjaga fungsi lingkungan dan menghindari pencemaran dan
kerusakan lingkungan. Kesalahan terkait isu lingkungan kebakaran hutan
disebabkan oleh beberapa fakto. Masalah ekonomi, kepentingan individu atau
kelompok, gaya hidup, dan terutama kelemahan sistem hukum saat ini dan
berbagai kontrol dan perlindungan lingkungan Lemahnya sistem pemantauan
untuk tindakan. Oleh karena itu, perlu penegakan hukum untuk melindungi
lingkungan dari kebakaran hutan di Indonesia. Hukum sebagai wujud
pencerminan nilai-nilai yang diyakini masyarakat sebagai sistem kehidupan
sehari-hari, meliputi kehidupan pribadi, sosial, kebangsaan, dan kebangsaan. Ini
harus ditegakkan. Adanya tuntutan pidana meliputi segala aspek kegiatan teknis
dan administratif, sepanjang kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
berbagai ketentuan hukum, baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat
menindas, layak dilakukan oleh peradilan. dan pemerintah sesuai dengan aturan
hukum yang berlaku.

Menurut penelitian Anggrasena, penegakan hukum yang dilaksanakan


dengan baik nantinya dapat menciptakan kondisi yang diharapkan untuk
pembangunan yang direncanakan dan dilaksanakan di semua sektor. Penuntutan
masalah lingkungan hidup diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 yang tertuang dalam Pasal 15-97 yang menjelaskan tentang sanksi pidana
terhadap kejahatan lingkungan. Pasal-pasal yang terdapat dalam UUD No. 32
Tahun 2009 dapat dijadikan pedoman untuk lebih memperhatikan berbagai
4
Ambrish Kumar, "Tata Kelola Dan Pembangunan Berkelanjutan", Jurnal Ilmu Politik India, Vol. 3, No.
72, No. 1, 2011.

3
persoalan lingkungan, terutama pentingnya penegakan hukum dalam kebakaran
hutan. Kesadaran warga akan perlindungan dan konservasi lingkungan
merupakan salah satu landasan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di
masa depan. Oleh karena itu, fokus penelitian dalam artikel ini adalah tentang
pentingnya penegakan hukum lingkungan untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan (Studi kasus kebakaran hutan di Indonesia).

B. Perumusan Masalah

Untuk itulah berdasarkan latar belakang yang dipaparkan dianalisis


rumusan masalah yang dijabarkan sebagai berikut :

1. Apa hakikat dari Hukum Lingkungan Hidup?


2. Bagaimana Bentuk Penegakan Hukum Terhadap Problema Lingkungan
Hidup Kasus Kebakaran Hutan?
3. Bagaimana Pentingnya Penegakan Hukum Untuk Mewujudkan
Pembangunan Berkelanjutan?

D. Analisis dan Pembahasan

1. Hukum Lingkungan Hidup

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


sudah ada dan menjadi dasar hukum yang berlaku saat ini. Undang-
undang tersebut juga mewajibkan warga negara untuk menggunakan dan
memanfaatkan sumber daya alam sesuai kebutuhan, sebagaimana diatur
dalam Pasal 3 (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

4
Tahun 1945. Termasuk kekayaan negara dan dapat dipergunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia. 5

Pembangunan sebenarnya dirancang untuk meningkatkan kualitas


hidup masyarakat, namun pembangunan yang mengabaikan berbagai
regulasi berdampak negatif terhadap lingkungan dari waktu ke waktu.
Meningkatnya kebutuhan manusia membuat kita lupa bahwa lingkungan
yang kaya keanekaragaman hayati tidak dapat menahan berbagai dampak
yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan yang sangat
besar, seperti kebakaran hutan di Indonesia.

Pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat kebakaran hutan di


Indonesia sebenarnya membutuhkan regulasi yang dapat menjadi
pencegah. Untuk itu, pemerintah telah mengeluarkan peraturan
perundang-undangan tentang perlindungan lingkungan, khususnya pada
saat terjadi kebakaran hutan, bersama dengan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup.6
Dengan berjalannya hukum, peran hukum dapat memberikan dampak
yang signifikan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, dan hukum
semakin memperkuat aspek perencanaan dan penegakan hukum.

Istilah penegakan hukum sering disebut sebagai law enforcement


dalam bahasa Inggris dan tangan kanan dalam bahasa Belanda, dan sering
juga disebut sebagai hukum pidana dimana orang-orang saling
berinteraksi dalam memahami penegakan hukum di Indonesia.
Keberadaan setiap kelangsungan hidup. Hukum lingkungan juga sering
dianggap sebagai ukuran hukum untuk semua pengelolaan dan

5
M. Nurdin, “Peran Penyidik Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Lingkungan,” Jurnal Samudra
Justice, Vol. 2, No 12, No. 2, 2017.
6
Yann Kerbrat & Sandrine Maljean Dubois, "Transformasi Hukum Lingkungan Internasional", Enlr,
Vol. 2, No. 4, 2011.

5
perlindungan lingkungan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip umum
pemerintahan yang baik selalu diperhatikan dalam pelaksanaan hukum
lingkungan. 7

Adanya prinsip-prinsip tersebut memberikan tujuan untuk


memastikan bahwa pelaksanaan arahan dan peraturan yang berlaku tidak
menyimpang dari tujuan pengelolaan dan perlindungan lingkungan yang
ditetapkan untuk kebaikan bersama, dan merupakan lingkungan yang
bermanfaat dan sehat bagi semua orang. Hukum lingkungan selalu
berurusan dengan isu-isu lingkungan seperti kebakaran hutan, kepunahan,
penggundulan hutan dan perubahan iklim. Penegakan Lingkungan Hidup
Terdapat peraturan-peraturan yang mengatur tentang lingkungan atau
lingkungan hidup, yang bertujuan untuk mengatur perilaku seluruh umat
manusia dalam rangka menjaga dan mewujudkan lingkungan hidup dari
berbagai kerusakan dan pencemaran. 8

Hukum lingkungan dianggap efektif ketika berbagai aspek terkait dan


tujuan bekerja dengan baik dalam penegakan hukum tercapai. Penegakan
hukum lingkungan merupakan bagian yang sangat penting dari hukum
lingkungan itu sendiri, dan penuntutan yang jelas dapat memaksa orang
untuk mematuhi hukum. Keberadaan lembaga penegak hukum
lingkungan dapat dijadikan sebagai penghubung hukum, penetapan
standar, perizinan, pengajuan permohonan, dan penegakan hukum dalam
siklus pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup. Ini nantinya akan
digunakan sebagai cara untuk mengatur nilai yang memberikan
perlindungan. Dan pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu, dalam

7
Zainal Arifin Hoesein, “Perundang-Undangan Dari Perspektif Perubahan Hukum”, Jurnal
Pengembangan Media Penunjang Hukum Hukum Nasional. No. 3, 2012.
8
Slater Ann Michel, "Hukum Lingkungan Internasional, Kebijakan Dan Etika (Edisi 2)". Tinjauan Hukum
Lingkungan, Volume 2, Edisi 2. 17, No. 2, 2015.

6
penegakan hukum lingkungan harus ada sarana keamanan, kemanfaatan
dan ketidakberpihakan yang harus saling terkait.

Berdasarkan Hukum Pidana Lingkungan, data hukum lingkungan


dapat dibagi menjadi tiga kategori: hukum tata usaha negara, hukum
perdata, dan hukum pidana. Ketiganya adalah lembaga penegak hukum
biasa. Namun, biaya administrasi lebih penting di sini. Penegakan hukum
administrasi lebih terfokus pada kerusakan dan pencemaran lingkungan,
dan semua praktisi dihukum juga. Penegakan hukum lingkungan
digunakan agar penegakannya dan fungsi-fungsi terkait dapat dijadikan
pedoman manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Untuk menciptakan lingkungan yang baik, perlu diterapkan
secara optimal langkah-langkah Undang-Undang Lingkungan Hidup
dalam kebakaran hutan. 9

Perhatian khusus harus diberikan pada aspek hukum lingkungan,


terutama dalam kasus kerusakan hutan. Kehadiran lembaga penegak
hukum lingkungan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
hukum agar lebih mematuhi peraturan yang ada. Hal ini sangat
berpengaruh karena terdapat unsur-unsur yang saling terkait dan
mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah hukum. Agar
tujuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dapat berjalan
sebagaimana yang diharapkan, maka aparat penegak hukum lingkungan
harus dapat memberikan dampak yang meyakinkan bagi para pelaku
perusakan dan pencemaran lingkungan.

2. Bentuk Penegakan Hukum Terhadap Permasalahan Lingkungan


Hidup Kasus Kebakaran Hutan

9
Sodikin, “Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”, KANUN, Nomor 52 Tahun 2009.

7
Kondisi sumber daya alam dan kualitas lingkungan saat ini sangat
memprihatinkan. Kejadian kerusakan dan pencemaran lingkungan akibat
kebakaran hutan di Indonesia semakin hari semakin meningkat baik dari
bencana alam maupun ulah manusia itu sendiri, yang tentunya sangat
memperburuk potret sumber daya alam. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan manusia tentang pentingnya pengelolaan dan
perlindungan lingkungan hidup, serta kurangnya pengaturan dan
implementasi peraturan yang dilaksanakan secara tidak benar. Masalah
kebakaran hutan yang masih tragis bukanlah masalah yang mudah untuk
diselesaikan.

Kita dapat melihat bahwa masalah kebakaran hutan semakin


meningkat dari tahun ke tahun. Sebenarnya, masalah ini memiliki banyak
implikasi nyata. Akibat kebakaran hutan ini, sulit untuk memulihkan
struktur tanah yang telah rusak dengan berbagai cara. Kurangnya
pengendalian terhadap lingkungan tidak menunjukkan keserasian dan
keseimbangan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Selain itu, masih kurangnya upaya penghematan, peremajaan, dan
penghematan penggunaan teknologi yang berujung pada kesejahteraan
masyarakat. 10

Akibatnya, korban masalah ini perlu mengatasi masalah lingkungan


jika terjadi kebakaran hutan. Dalam hal ini, selain penegakan peraturan
perundang-undangan, negara dan otoritas membutuhkan bantuan untuk
melindungi lingkungan agar masalah tahunan dapat ditangani dengan
tepat. Hukum dapat diciptakan sebagai sarana untuk menjadi wadah yang
mengatur hak dan kewajiban warga negara sebagai badan hukum agar
dapat menjalankan hak dan kewajibannya dengan baik dan tidak

10
Sodikin, “Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”, KANUN, Nomor 52 Tahun 2009.

8
merugikan orang lain. Dalam hal ini terdapat beberapa aturan untuk
melaksanakan kegiatan tersebut agar hukum dapat ditegakkan dengan
tertib. Hukum juga berfungsi untuk memungkinkan masyarakat mencapai
sesuatu yang nantinya menjadi motor penggerak pembangunan, yaitu
untuk lebih mengembangkan masyarakat agar dapat berpikir secara logis,
rasional, dan kritis.

Saat ini, undang-undang dapat berupa undang-undang tertulis yang


disebut UUD. Dalam hal ini, Konstitusi harus mampu membuat rumusan
yang jelas dan konkrit tentang berbagai bentuk persoalan yang berkaitan
dengan kesejahteraan, hak dan kewajiban warga negara, serta menjamin
perlindungan, kebebasan, dan perlindungan lingkungan yang lebih baik.
Lebih tepatnya, UU Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup
sebenarnya diatur dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup 19, namun kini diperbarui dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan telah disempurnakan. Keberadaan
undang-undang ini dapat dijadikan pedoman untuk memperkuat
penegakan hukum. 11

Undang-undang ini lebih menitikberatkan pada perencanaan dan


penegakan hukum. Selain itu, undang-undang tersebut juga menjelaskan
tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang diatur dalam
Bagian 2 Pasal 3 yang harus dilaksanakan agar dapat melakukan tuntutan
pidana dalam hal terjadi masalah lingkungan hidup. Dikelola sesuai
dengan isu lingkungan, berbagai ancaman, kepunahan, kriminal bahkan
pengawasan dan pelaksanaan publik. Pengaturan dan ketentuan
penegakan hukum oleh tata cara yang memandu masalah lingkungan

11
Nina Helrina, "Isu Lingkungan Dan Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia". Jurnal Ilmiah Galuh
Justisia, Vol. 3, No 2, 2015.

9
berlaku untuk individu, kelompok, komunitas, dan masyarakat umum.12
Penegakan hukum terhadap masalah lingkungan terkait kebakaran hutan
perlu terus didukung dan ditegakkan agar tingkat keparahan kebakaran
hutan di Indonesia semakin berkurang dari waktu ke waktu. Banyaknya
kebakaran hutan buatan telah merusak lingkungan. Ini ada di artikel
Tempo.

Bersama masalah kebakaran yang terjadi di Palangkaraya,


Kalimantan Tengah pada Minggu, 22 September 2019. Kebakaran ini
dapat disebabkan oleh aktivitas manusia itu sendiri, tetapi mereka
ceroboh dan, tentu saja, merugikan banyak orang. Akibatnya, dalam
kasus ini, sebagian hutan habis terbakar. Penuntutan terhadap masalah
lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan termasuk
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4 Republik Indonesia Tahun 2001
yang mengatur tentang pengelolaan kerusakan dan/atau pencemaran
lingkungan yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan.
Masyarakat akan dihukum karena kebakaran ini. Pasal 11, 14, dan 14
dapat diancam dan dipidana berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 yang mengakibatkan kerugian bagi penduduk setempat dan
kebakaran hutan yang menimbulkan pencemaran berupa pencemaran
udara.13

Jika terbukti bersalah berdasarkan ketentuan Pasal 17 dan 18,


Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup Inti dari Pasal 98 (1)
dan/atau Pasal 99 (1) Pasal 98 (1) merugikan orang lain, dengan jelas
disebutkan bahwa yang melakukan tindakan terkait dengan kerusakan
lingkungan dan mengarah pada baku mutu udara. Standar kualitas air,
12
John Briggs & Andrew Waite, "Praktek Hukum Lingkungan Global", Sumber Daya Alam &
Lingkungan, Vol. 2, No. 29, No. 1 Januari 2014.
13
Elizabeth Fisher, Hukum Lingkungan-Pengantar Sangat Singkat, Tinjauan Hukum Lingkungan, Band.
20, No. 1 Januari 2018.

10
standar lingkungan SC yang melebihi standar kualitas air masyarakat
akan didenda dan dipenjara karena kesalahan masyarakat.14 Jika
hukumannya denda, hukumannya minimal 3 tahun penjara dan maksimal
10 tahun penjara. Jika dikenakan denda, jumlah minimalnya adalah Rp.
300.000.000,00 (3 milyar rupiah), jumlah tertinggi adalah Rp. Itu denda
100.000.000.000,00. .00 (10 miliar rupiah). Maksud Pasal 99 (1) banyak
orang yang dirugikan jika orang yang tidak bertanggung jawab
melakukan kesalahan dan berujung pada baku mutu udara, baku mutu air,
baku mutu air laut, atau baku mutu kerusakan lingkungan yang sangat
serius.15

Tindakan kriminal berupa penjara dan denda karena kelalaian.


Masyarakat yang bersangkutan dapat dipidana dengan pidana penjara 1
tahun, paling lama 3 tahun penjara, paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (1
miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (3 miliar rupiah).
Selain kebakaran hutan di Palangkaraya, kebakaran hutan dan lahan juga
terjadi di Riau. Hal itu terungkap dalam artikel CNN Indonesia tentang
studi kasus masalah Karthutla di Riau pada Kamis, 3 Agustus 2019.
Kasus kebakaran hutan dan lahan di Riau telah menjadi perbincangan di
berbagai media. Kebakaran ini terjadi karena alasan keuangan. Pelaku
ingin membakar lahan di hutan dan membuka lahan, yang mengakibatkan
kerugian besar. Dalam hal ini, jika terbukti bersalah, pelaku akan
dihukum sesuai dengan UU Perlindungan Lingkungan Hidup Nomor 32
Tahun 2009.

3. Pentingnya Penegakan Hukum untuk Mewujudkan Pembangunan


Berkelanjutan
14
Fachmi Rasyid, “Masalah Dan Dampak Kebakaran Hutan”, Jurnal Lingkar Widyaiswara, Bd. 20, No. 1
Januari 2018. 1, No. 4, 2014.
15
Donald K. Anton, Konferensi PBB 2012 Tentang Masa Depan Pembangunan Berkelanjutan Dan
Perlindungan Lingkungan Internasional, Consilience, Nr. 7 Juli 2012.

11
Sementara itu, konsep hukum dan pembangunan berkelanjutan
menjadi salah satu isu terpenting abad ke-21. Ibarat sebuah sistem,
keduanya saling membutuhkan dan terikat satu sama lain, sehingga tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Secara umum, hukum dan pembangunan
berkelanjutan bertujuan untuk menciptakan kualitas hidup yang lebih baik
sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kehidupan
prafananya dan mendukung kehidupan yang berbeda pada tingkat yang
lebih tinggi. Ada banyak penjelasan tentang pentingnya hukum dan
pembangunan berkelanjutan. Hukum berkembang dan berkembang pesat,
tidak hanya bertujuan untuk melindungi, mengelola dan mengamankan
masyarakat sebagai elemen stabilitas, tetapi juga dalam pembangunan
berkelanjutan di mana hukum digunakan sebagai agen perubahan, juga
bertujuan untuk membuatnya lebih menonjol. 16

Masyarakat dapat membuat perubahan yang berlaku untuk


komunitas sekitar. Perlindungan lingkungan sebagai wadah untuk
melindungi hukum dan pengendalian, serta kepentingannya masing-
masing. Ini mengikat dan terkait erat dengan kedua belah pihak. Konsep
pembangunan berkelanjutan mulai dikenal di Majelis Umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) melalui pengembangan berbagai aturan.
Pembangunan berkelanjutan adalah tolok ukur global untuk proyek
jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 59 tentang Pelaksanaan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan selama di Indonesia.

Tujuan dari Agenda Pembangunan Berkelanjutan sebagaimana


tertuang dalam dokumen, yaitu Agenda Pembangunan Berkelanjutan
2030 sebagai salah satu kesepakatan yang dilaksanakan bersama untuk

16
Donald K. Anton, Konferensi PBB 2012 Tentang Masa Depan Pembangunan Berkelanjutan Dan
Perlindungan Lingkungan Internasional, Consilience, Nr. 7 Juli 2012.

12
pembangunan global. Salah satu dari tujuan tersebut adalah mengelola
dan melindungi lingkungan.17 Keberadaan perlindungan lingkungan
adalah untuk memulihkan lingkungan, mendorong pemanfaatan
ekosistem lingkungan secara berkelanjutan, melindungi pengelolaan
hutan, memerangi degradasi yang terjadi, menghentikan degradasi tanah,
serta menanam dan menghentikan pepohonan secara teratur. upaya.
Hilangnya keanekaragaman hayati di berbagai daerah. Agenda 2030
untuk Pembangunan Berkelanjutan memiliki implikasi berupa penanaman
pohon. 18

Tentu saja, ini memiliki dampak besar pada situasi di Bumi.


Penipisan sumber daya alam saya setiap hari disebabkan oleh kenyataan
bahwa orang hanya peduli pada kepentingan keuangan masing-masing
individu. Saat ini, kemampuan lingkungan untuk menetralisir polutan
semakin menurun, kerusakan hutan semakin hari semakin buruk,
pembangunan sumber daya alam skala besar sedang berlangsung, dan
ekosistem laut yang terkena dampak kerusakan lingkungan, telah
menurun secara signifikan. Orang-orang saat ini lebih tertarik untuk
meningkatkan ekonomi bagi diri mereka sendiri daripada melindungi
lingkungan.

Tentunya banyak kasus, seperti kebakaran hutan di Indonesia,


dimana aktivitas manusia setiap hari meningkat dan menimbulkan
berbagai kerugian bagi masyarakat dan alam. Karena undang-undang
yang berlaku tidak dapat diubah dan undang-undang yang berlaku masih
lemah, berbagai kasus, terutama kebakaran hutan yang berkaitan dengan
kerusakan lingkungan di Indonesia, telah terjadi. Kelemahan dan
17
Ambrish Kumar, "Tata Kelola Dan Pembangunan Berkelanjutan", Jurnal Ilmu Politik India, Vol. 3, No
72, No. 1, 2011.
18
Anita Afrina (Et Al.), "Disregard Of The Court: Penegakan Hukum Dan Model Pengaturan Di
Indonesia," Jurnal Hukum Dan Peradilan, Vol. 1, No. 20, 2018.7, No. 3, 2018.

13
kekurangan dalam undang-undang tersebut dapat menyebabkan pelaku
ekonomi gagal untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang ada.

Oleh karena itu, hukuman pidana dan perdata, seperti mereka yang
dengan sengaja membakar hutan dan lahan untuk kepentingan sendiri dan
lalai untuk menerapkan dan mematuhi hukum yang berlaku, bahkan jika
kebakaran hutan merugikan masyarakat, harus dilakukan dengan undang-
undang. Masalah lingkungan kebakaran hutan mencerminkan lingkungan
yang terabaikan yang menimbulkan kekhawatiran. Jika terjadi kebakaran
hutan, lembaga penegak hukum dapat menggunakannya sebagai perisai
pelindung terhadap masalah lingkungan. 19

Mengingat lingkungan yang sangat beragam dan beragam,


penegakan hukum yang sebenarnya harus dilakukan secara bertahap agar
adil dan bijaksana. Misalnya, jika seseorang membuang sampah, atau
puntung rokok, di kawasan hutan, dapat disimpulkan dari kejadian ini
bahwa membuang puntung rokok di kawasan hutan merupakan salah satu
bahaya lingkungan yang nantinya akan menyebabkan kebakaran hutan.
Jika masyarakat mulai melakukan hanya hal-hal kecil ini, masyarakat
dapat berhasil melakukan upaya penegakan hukum.

Penegakan hukum terhadap masalah lingkungan hidup untuk


mencapai pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu tujuan dari
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Pengelolaan Lingkungan
Hidup sebagai wadah pembangunan berkelanjutan. Selain itu, penegakan
hukum yang kuat pada pembangunan baru membuat masyarakat
berkelanjutan pembangunan dengan membuat diri mereka cukup peka
sehingga pengelolaan lingkungan dan perlindungan fungsi pembangunan

19
Mirarosana, "Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Wawasan Lingkungan Indonesia", Jurnal
KELOLA: Jurnal Ilmu Sosial, Vol. 1 Januari 2016. 1, No. 1, 2018.

14
berkelanjutan seperti yang diharapkan di masa depan kita semua dapat
mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam diskusi.

Proses penegakan hukum terhadap isu lingkungan kebakaran hutan


untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan melalui
penataan, aksi dan resolusi konflik. Pertama, penataan adalah proses yang
dilakukan masyarakat untuk memotivasi masyarakat agar terlibat dalam
penegakan hukum. Jika terjadi kebakaran hutan, kota diharapkan bersedia
mengambil tindakan pencegahan lingkungan yang tepat, seperti menanam
1000 pohon33. Penuntutan mencakup tindakan pencegahan dalam
peraturan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009.20 Upaya ini dilakukan
melalui monitoring dan monitoring. Hal ini terdapat pada bagian terakhir
dari Pasal 71, 72, 73, 74 (2) dan 75. Kedua, penegakan hukum adalah
pelanggaran hukum yang bertujuan untuk mengakhiri perbuatan yang
dilarang. Orang atau kelompok yang dengan sengaja menyebabkan
kebakaran hutan atau lahan akan dituntut. Persidangan ini, yang sering
disebut pidana, dijatuhkan kepada pelaku perusakan hutan dan lahan serta
pencemaran lingkungan34. Penuntutan dalam hal ini berbentuk
penuntutan represif. Kasus kebakaran hutan atau lahan yang merugikan
masyarakat lain tertuang dalam Pasal 32, 76 (1) dan (2) UU tahun 2009.
Ketiga, penyelesaian sengketa merupakan bagian dari proses penegakan
hukum dan merupakan penyelesaian sengketa yang harus diproses secara
hukum, dan akibat dari suatu peristiwa kebakaran hutan atau lahan oleh
individu atau kelompok melanggar hukum. kerusakan dan nyawa
Penyelesaian sengketa dapat dikatakan dilakukan dengan dua cara.

20
Kseniia Ilchenko & Anastasiia Lisogor, "Pemodelan Pembangunan Berkelanjutan Kota",
Theoretische Und Empirische Forschungen Im Stadtmanagement. 11, No. 1, 2016.

15
E. Kesimpulan

Penuntutan masalah lingkungan diatur dengan undang-undang


lingkungan. Hukum lingkungan adalah aturan hukum untuk semua pengelolaan
dan perlindungan lingkungan. Kita dapat menunjukkan adanya upaya
penegakan hukum untuk menghadapi tantangan kerusakan lingkungan yang
semakin hari semakin parah dan menjadi isu yang sangat penting. Berbagai
bentuk masalah, seperti kebakaran hutan di Indonesia, menunjukkan bahwa
penegakan hukum lingkungan masih sangat lemah, dan komitmen kami
terhadap pembangunan berkelanjutan tidak berubah. Penuntutan masalah
lingkungan terkait kebakaran hutan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Nomor 32 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup dan
ketentuan yang mengatur berbagai sanksi, baik denda maupun sanksi pidana.
Keberadaan hukum ini sebagai sarana bagi manusia untuk menjaga lingkungan.
Pentingnya penegakan peraturan perundang-undangan lingkungan pada saat
terjadi kebakaran hutan diharapkan dapat berubah sebagai agenda untuk
mengatasi berbagai kerusakan lingkungan dari perspektif pembangunan
berkelanjutan. Salah satu langkah dalam agenda tersebut adalah meningkatkan
kebahagiaan dan keadilan. Hal ini nantinya akan dirasakan oleh masyarakat.
Penegakan hukum lingkungan dalam kasus kebakaran hutan membutuhkan
kerjasama yang baik antara peran pemerintah, aparat penegak hukum dan
masyarakat. Ini sangat penting dalam membangun kepercayaan pribadi bahwa
generasi negara berikutnya akan mendapat manfaat dari lingkungan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Fauzi & Alex Oxtavianus, "Pengukuran Pembangunan Berkelanjutan Di


Indoenesia", MIMBAR, Vol. 30, No. 1, 2014.

Ambrish Kumar, "Tata Kelola Dan Pembangunan Berkelanjutan", Jurnal Ilmu Politik
India, Vol. 3, No. 72, No. 1, 2011.

Andreas Philippopoulos Mihalopoulos, "Dan Untuk Hukum: Mengapa Ruang Tidak


Dapat Memahami Tanpa Hukum," Hukum, Budaya, Humaniora, Vol. 72, No.
1, 2011. 1, No. 20, 2018.

Anita Afrina (Et Al.), "Disregard Of The Court: Penegakan Hukum Dan Model
Pengaturan Di Indonesia," Jurnal Hukum Dan Peradilan, Vol. 1, No. 20,
2018.7, No. 3, 2018.

Astrid Epiney, "Hukum Lingkungan Uni Eropa: Sumber, Sarana Dan Penegakan,
Pertimbangan Kemajuan Signifikan Dalam 20 Tahun Terakhir", Hukum
Lingkungan Uni Eropa: Sumber, Sarana Dan Penegakan, Volume 7, Edisi 3,
2018. 2, No 3, 2013.

Donald K. Anton, Konferensi PBB 2012 Tentang Masa Depan Pembangunan


Berkelanjutan Dan Perlindungan Lingkungan Internasional, Consilience, Nr. 7
Juli 2012.

Elizabeth Fisher, Hukum Lingkungan-Pengantar Sangat Singkat, Tinjauan Hukum


Lingkungan, Band. 20, No. 1 Januari 2018.

Fachmi Rasyid, “Masalah Dan Dampak Kebakaran Hutan”, Jurnal Lingkar


Widyaiswara, Bd. 20, No. 1 Januari 2018. 1, No. 4, 2014.

17
H. M. Erham Amin, “Upaya Mengelola Proses Penegakan Hukum Dan Isu
Lingkungan,” Jurnal Cakrawala Hukum, Vol. 6, No. 2, 2015.

John Briggs & Andrew Waite, "Praktek Hukum Lingkungan Global", Sumber Daya
Alam & Lingkungan, Vol. 2, No. 29, No. 1 Januari 2014.

Kseniia Ilchenko & Anastasiia Lisogor, "Pemodelan Pembangunan Berkelanjutan


Kota", Theoretische Und Empirische Forschungen Im Stadtmanagement. 11,
No. 1, 2016.

Mirarosana, "Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Wawasan Lingkungan


Indonesia", Jurnal KELOLA: Jurnal Ilmu Sosial, Vol. 1 Januari 2016. 1, No. 1,
2018.

M. Nurdin, “Peran Penyidik Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Lingkungan,”


Jurnal Samudra Justice, Vol. 2, No. 12, No. 2, 2017.

Nina Helrina, "Isu Lingkungan Dan Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia".


Jurnal Ilmiah Galuh Justisia, Vol. 3, No. 2, 2015.

Ratnasari Fajariya Abidin, "Penegakan Hukum Lingkungan Dari Perspektif Filosofis


Hukum", Jurnal Hukum Bisnis Islam, Vol. 2, 2015. 4, No. 1, 2012.

Roy Andrew Pestan, "Pengembangan Asas Lingkungan Hidup Dan Hukum


Lingkungan", Tinjauan Hukum Lingkungan, Volume 2, No. 19, No. 4, 2017.

Slater Ann Michel, "Hukum Lingkungan Internasional, Kebijakan Dan Etika (Edisi
2)". Tinjauan Hukum Lingkungan, Volume 2, Edisi 2. 17, No. 2, 2015.

Sodikin, “Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Berdasarkan Undang-Undang


Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup”, KANUN, Nomor 52 Tahun 2009.

18
Suneeta Dhar, "Gender And Sustainable Development Goals (Sdgs)", "Jurnal Studi
Gender India, Vol. 2, No. 25, No. 1, 2018.

Suwari Akhmaddhian, “Penegakan Hukum Lingkungan Dan Dampaknya Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia (Studi Kebakaran Hutan 2015)”, Jurnal
Unifikasi, Vol. 1, 2018.03, No. 01, 2016.

Suwito Y Imran, “Peran Penataan Ruang Dalam Pelestarian Lingkungan Kota


Gorontalo,” Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 13, No. 3, 2013.

Yann Kerbrat & Sandrine Maljean Dubois, "Transformasi Hukum Lingkungan


Internasional", Enlr, Vol. 2, No. 4, 2011.

Zainal Arifin Hoesein, “Perundang-Undangan Dari Perspektif Perubahan Hukum”,


Jurnal Pengembangan Media Penunjang Hukum Hukum Nasional. No. 3, 2012.

UU No. Tahun 1997 Sampai Dengan 23 Tentang Pengelolaan Lingkungan. Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Dan Perlindungan Lingkungan


Hidup.

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Penanggulangan Kerusakan


Dan/Atau Pencemaran Lingkungan Terkait Kebakaran Hutan Dan/Atau Lahan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 Untuk Melaksanakan


Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. NS。

19

Anda mungkin juga menyukai