Anda di halaman 1dari 88

FREKUENSI PEMERIKSAAN SELAMA KEHAMILAN

DAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH


(ANALISIS DATA SDKI 2002-2003)

Tesis

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Mencapai Derajat Sarjana S-2

Minat Utama Kesehatan Ibu dan Anak-Kesehatan Reproduksi


Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jurusan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Diajukan oleh :

FERI YUSNI
07/261004/PKU/09305

Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2009
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.

Yogyakarta, Juni 2009

FERI YUSNI

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat


dan karuniaNya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian
mengenai frekuensi pemeriksaan selama kehamilan dan kejadian bayi
berat lahir rendah, dengan menggunakan data dari BPS (SDKI 2002-
2003) serta menyelesaikan penulisan tesis ini. Pelaksanaan penelitian ini
tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan
terima kasih kepada dr. Ova Emilia, M.M.Ed, SpOG, Ph.D. selaku
pembimbing utama dan dr. M. Juffrie, Ph.D, SpAK. selaku pembimbing
pendamping, yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan
sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Dalam kesempatan ini
pula penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Direktur Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
2. Ketua Minat Kesehatan Ibu dan Anak-Kesehatan Reproduksi beserta
seluruh dosen yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
perkuliahan, pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.
3. Kepala BPS Jakarta yang telah memberikan izin untuk menggunakan
data dalam penelitian ini.
4. Dewan penguji atas saran dan apresiasinya sehingga penulis dapat
melaksanakan penelitian ini.
5. Seluruh staf minat utama Kesehatan Ibu dan Anak-Kesehatan
Reproduksi terutama pak althaf setyawan yang telah banyak
membantu dalam mendapatkan data, mengolah serta menganalisa
data penelitian ini. Pak Wahab, Mas Sugeng, Pak Noer, Mbak Antini,
Mas Adhi, Mas Wid, dan Mas Dwi yang senantiasa membantu,
memfasilitasi, memberikan bimbingan dan saran selama penulis
menempuh pendidikan.

iv
6. Keluarga tercinta; ibu, kakak serta adik-adikku yang selalu mendoakan,
memberi dukungan serta motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan dan penulisan tesis ini.
7. Rekan-rekan mahasiswa minat Kesehatan Ibu dan Anak-Kesehatan
Reproduksi khususnya angkatan 2007 dan semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungan moril kepada penulis selama
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu penulis dalam pendidikan maupun dalam penelitian
serta penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tesis ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran untuk kesempurnaannya.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat dan amal baik dari semua pihak yang
telah diberikan kepada penulis, mendapatkan berkah dari Allah SWT.
Amin.

Yogyakarta, Juni 2009

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................... ii
PERNYATAAN................................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................ vi
DAFTAR TABEL................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... x
INTISARI.............................................................................................. xi
ABSTRACT......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ........................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 8
A. Bayi Berat Lahir Rendah .................................................. 8
B. Pemeriksaan Kehamilan .................................................. 15
C. Landasan Teori ................................................................ 24
D. Kerangka Teori ................................................................ 27
E. Kerangka Konsep ............................................................ 28
F. Hipotesis .......................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 29
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................... 29
B. Lokasi Penelitian .............................................................. 30
C. Populasi dan Subjek penelitian ........................................ 30

vi
D. Teknik Pengambilan Sampel ........................................... 31
E. Variabel Penelitian ........................................................... 32
F. Definisi Operasional Variabel .......................................... 32
G. Instrumen Penelitian ........................................................ 33
H. Cara Pengumpulan Data ................................................. 34
I. Jalannya Penelitian .......................................................... 35
J. Analisis Data .................................................................... 36
K. Keterbatasan penelitian ................................................... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian ................................................................ 38
1. Karakteristik subjek penelitian ..................................... 38
2. Distribusi frekuensi subjek penelitian ........................... 39
3. Analisis hubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan
dan bayi berat lahir rendah .......................................... 40
4. Analisis frekuensi pemeriksaan kehamilan dan bayi
berat lahir rendah dengan mengontrol faktor risiko ..... 44
B. Pembahasan ................................................................... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 58
A. Kesimpulan ...................................................................... 58
B. Saran ............................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 60
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Kessner adequacy of Prenatal care Indeks…………………… 20

Tabel 2. Defenisi operasional................................................................ 32

Tabel 3. Kisi-kisi instrumen penelitian................................................... 34

Tabel 4. Distribusi frekuensi subjek penelitian ...................................... 39

Tabel 5. Analisis frekuensi pemeriksaan kehamilandan kejadian bayi


berat lahir rendah ………………………………………………… 40

Tabel 6. Analisis variabel luar dan kejadian bayi berat lahir rendah…. 41

Tabel 7. Analisis variabel luar dan frekuensi pemeriksaan


pemeriksaan kehamilan........................................................... 43

Tabel 8. Model Regression Logistic frekuensi pemeriksaan kehamilan


dan kejadian bayi berat lahir rendah ………………………...... 44

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kerangka Teori …………………………………………… 27

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian ……………………………. 28

Gambar 3. Rancangan Penelitian Kohor Retrospektif …………….. 29

Gambar 4. Struktur data penelitian ………………………………….. 31

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Rumah Tangga (SDKI02-RT)

Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Wanita (SDKI02-WK)

Lampiran 3. Surat izin penelitian

x
INTISARI

Latar Belakang: Pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu upaya


untuk menurunkan angka kesakitan ataupun kematian ibu dan bayi.
Frekuensi pemeriksaan minimal dilakukan empat kali selama kehamilan
meliputi satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua
dan dua kali pada trimester ketiga. Frekuensi pemeriksaan kehamilan
yang teratur dapat mendeteksi kelainan dan komplikasi yang dapat terjadi
pada ibu dan janin termasuk risiko kejadian bayi berat lahir rendah. Angka
kematian neonatus di Indonesia 20 per 1000 kelahiran hidup (BPS, 2003).
Penyebab utama kematian neonatal tersebut adalah bayi berat lahir
rendah 29%. Angka kematian bayi di Indonesia 35 per 1000 kelahiran
hidup. Sekitar 57% kematian tersebut terjadi pada umur dibawah 1 bulan,
penyebab utamanya adalah gangguan perinatal dan bayi berat lahir
rendah. Menurut BPS (2003) prevalensi bayi berat lahir rendah yaitu 6%.
Target penurunan prevalensi bayi berat lahir rendah adalah kurang dari
5% pada tahun 2010.
Tujuan: Diketahuinya hubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan dan
kejadian bayi berat lahir rendah.
Metode: Rancangan penelitian kohor retrospektif. Penelitian ini
menggunakan data dari BPS (SDKI 2002-2003). Populasi dalam
penelitian ini adalah wanita usia 15-49 tahun, pernah kawin,
memeriksakan kehamilan dan mempunyai anak lahir hidup. Jumlah
sampel adalah 8.712 responden yang memenuhi kriteria penelitian.
Analisis uji chisquare, regresi binomial pada tingkat kemaknaan p<0,05
dan interval kepercayaan 95%.
Hasil: Kejadian bayi berat lahir rendah lebih besar 1,59 kali pada ibu
dengan pemeriksaan kehamilan tidak K4 dibandingkan pada ibu dengan
pemeriksaan K4. Dengan menyertakan pendidikan RR; 1,43 (95% CI;
1,04-1,95), dan kemampuan frekuensi pemeriksaan kehamilan dengan
menyertakan pendidikan dapat memprediksi kejadian bayi berat lahir
rendah sebesar 7,2%.
Kesimpulan: Frekuensi pemeriksaan kehamilan yang tidak K4 signifikan
terhadap bayi berat lahir rendah dan meningkatkan risiko bayi berat lahir
rendah.

Kata Kunci: Frekuensi pemeriksaan kehamilan, bayi berat lahir rendah.

xi
ABSTRACT

Background: Antenatal care is believed as one effort to reduce the rate of


maternal and infant mortality and morbidity. Minimal frequency of antenatal
care is done through at least four visits that include one visit in the first
trimester, one visit in the second trimester and two visits in the third
trimester. Regular antenatal care can detect fetal and pregnant women’s
abnormality and complications including the risk of low birth weight (LBW).
Based on 2003 Central Bureau of Statistics (BPS), the rate of infant
mortality in Indonesia is 35 per 1000 live births with LBW as its leading
cause (29%). In fact, infant mortality rate in Indonesia is 35 per 1000 live
births and 57% of mortality occurred in babies aged less than one month
with perinatal disorders and LBW (6%) as its leading causes. Meanwhile,
the target for reducing LBW prevalence is less than 5% in 2010.
Objective: Understand the relationship between frequency of antenatal
care and the incidence of low birth weight.
Method: The study used cohort retrospective design. The data were taken
from BPS data (2002-2003 IDHS). Population in this study was women 15-
49 years of age, married or once married, checking up their pregnancy,
and giving birth to a live baby. The number of samples was 8712
respondents who met study criteria. The study employed chi-square test
for data analysis, binomial regression with p < 0.05 and CI 95%.
Results: The incidence of LBW was 1,59 times to be found in without four
visits of antenatal care group than four visits of antenatal care group.
Including the variable of education (RR: 1.43; 95 % CI: 1.04-1.95) and
ability of antenatal care frequency by including education could predict
LBW by 7.2%.
Conclusion: Pregnant women without four visits of antenatal care were
significant to LBW and increased the risk of LBW.

Keywords: Frequency of Antenatal Care, Low Birth Weight.

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi berat lahir rendah merupakan salah satu faktor risiko yang
mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi, khususnya pada masa
perinatal. Kejadian bayi berat lahir rendah merupakan salah satu masalah
yang menjadi perhatian di beberapa wilayah termasuk Indonesia sebagai
negara berkembang. Berbagai pelayanan dan program telah dilakukan
untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi tersebut. Salah satu
pelayanan yang dapat meningkatkan kondisi kesehatan ibu dan bayi yaitu
pemeriksaan kehamilan yang harus diperoleh oleh ibu selama kehamilan.
Pemeriksaan kehamilan mempunyai peranan penting dalam upaya
pencegahan dan mendeteksi adanya kelainan atau komplikasi yang terjadi
pada ibu dan bayi, termasuk risiko bayi berat lahir rendah. Pelayanan
pemeriksaan kehamilan merupakan program kesehatan masyarakat
khususnya program kesehatan ibu dan anak di berbagai negara (Villar
dan Bergsjo, 2001). Pemeriksaan kehamilan bermanfaat apabila diberikan
pada ibu hamil mulai dari konsepsi sampai sebelum kelahiran untuk
memantau perkembangan kehamilan dan berorientasi pada promosi
kesehatan.
Tujuan pemeriksaan kehamilan adalah membantu ibu untuk melihat
kehamilan sebagai proses fisiologis dan psikologis yang normal serta
mendeteksi adanya kelainan dan komplikasi selama kehamilan. Selain itu
pemeriksaan kehamilan juga memberikan informasi yang dibutuhkan ibu
dan keluarga dengan harapan dapat meningkatkan peran serta keluarga
terutama dalam hal pengambilan keputusan melalui pendidikan
kesehatan.
Di negara berkembang termasuk Indonesia, tingginya morbiditas
dan mortalitas bayi berat lahir rendah masih menjadi masalah utama.

1
2

Setiap tahun lebih dari 20 juta bayi lahir dengan berat lahir rendah
(UNICEF/WHO, 2004). Kejadian bayi berat lahir rendah berdasarkan
estimasi dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2003) tentang Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yaitu 6%. Sedangkan target penurunan
prevalensi bayi berat lahir rendah adalah kurang dari 5% pada tahun
2010. Menurut BPS (2003) angka kematian neonatal 20 per 1000
kelahiran hidup. Dalam satu tahun sekitar 89.000 bayi di bawah umur satu
bulan meninggal. Penyebab utama kematian neonatal tersebut adalah
bayi berat lahir rendah 29% dan asfiksia 27%. Kondisi tersebut masih
terjadi kesenjangan dari data kematian bayi antar provinsi dengan variasi
sangat besar yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai 74 per 1000
kelahiran hidup dan Bali 14 per 1000 kelahiran hidup. Sekitar 57%
kematian bayi tersebut terjadi pada umur dibawah satu bulan dan
penyebab utama adalah gangguan perinatal dan bayi berat lahir rendah.
Bayi berat lahir rendah merupakan masalah yang perlu
mendapatkan perhatian. Menurut Barros dan Diaz (2007) menyatakan
bahwa kondisi yang membahayakan dapat terjadi pada bayi berat lahir
rendah seperti: gagal nafas, hipotermi, gangguan breast feeding dan
infeksi. Masalah tersebut dapat meningkatkan risiko kematian neonatus.
Bayi berat lahir rendah merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan mortalitas, morbiditas dibandingkan dengan neonatus yang
lahir dengan berat lahir normal, serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap pertumbuhan dan perkembangannya.
Menurut Behrman (1985) beberapa faktor yang dapat menimbulkan
risiko bayi berat lahir rendah meliputi faktor penyebab langsung: preterm
dan Intrauterine growth retardation (IUGR) sedang faktor penyebab tidak
langsung: karakteristik demografi ibu (sosial ekonomi, tingkat pendidikan,
ras, umur reproduksi dan status perkawinan) faktor risiko medis (riwayat
obstetri, penyakit dan nutrisi sebelum hamil, kondisi selama kehamilan,
termasuk akses perawatan atau pemeriksaan selama kehamilan).
3

Pemeriksaan kehamilan mempunyai peranan penting untuk


mengatasi masalah tingginya kejadian bayi berat lahir rendah. Pada masa
kehamilan diharapkan ibu melakukan pemeriksaan dengan frekuensi
pemeriksaan secara tepat dan teratur, sehingga dapat di deteksi kelainan
atau faktor risiko yang dapat membahayakan bagi ibu dan bayi. Frekuensi
pemeriksaan tidak hanya dilihat pada jumlah kunjungan, namun perlu
adanya keteraturan pemeriksaan pada tiap trimester kehamilan.
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan pemeriksaan selama kehamilan secara teratur dan sesuai
dengan ketentuan, sebelum masa konsepsi berakhir. Frekuensi
pemeriksaan minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan yang
digunakan adalah K4. K4 merupakan kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan yang keempat atau lebih dengan ketentuan satu kali pada
trimester pertama (pada usia kehamilan 0-16 minggu), satu kali pada
trimester kedua (pada usia kehamilan 20-28 minggu) dan dua kali pada
trimester ketiga pada usia kehamilan 32 minggu sampai menjelang
persalinan (Depkes RI, 2004). Menurut BPS (2003) 64% ibu hamil
memenuhi jadual tersebut, sedangkan target yang harus dicapai adalah
90%. Ibu yang tinggal di daerah perkotaan lebih cenderung melakukan
kunjungan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan yang dianjurkan dari
pada ibu yang tinggal di pedesaan.
Perbedaan sosiodemografi dan perilaku yang berisiko dapat juga
mempengaruhi keterlambatan atau tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan pada ibu. Hal ini akan berdampak juga pada kesehatan bayi
yang akan dilahirkan. Menurut Goldani et al. (2004) dalam studinya
Trends in prenatal care use and low birthweight in Southeat Brazil,
menjelaskan tentang penggunaan pemeriksaan kehamilan terhadap
kejadian bayi berat lahir rendah. Pemeriksaan kehamilan yang tidak
sesuai standar berisiko terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. Selain
itu studi ini juga menjelaskan bahwa kesakitan dan kematian neonatus
4

dapat dicegah dengan intervensi yang diberikan selama kehamilan,


persalinan dan perawatan bayi baru lahir.
Pemeriksaan kehamilan seharusnya dilakukan oleh ibu untuk
mendapatkan informasi kesehatan ibu dan janin, khususnya risiko
terjadinya bayi berat lahir rendah. Sedangkan studi yang dilakukan oleh
Krueger dan Scholl (2000) dalam penelitiannya adequacy of prenatal care
and pregnancy outcome, menjelaskan bahwa pemeriksaan kehamilan
yang tidak adekuat meningkatkan risiko kejadian bayi berat lahir rendah.
Dengan adanya hasil studi tersebut maka perlu dilakukannya
penelusuran lebih lanjut tentang frekuensi pemeriksaan selama kehamilan
terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. Dengan demikian diharapkan
dapat memberikan informasi dan ditentukannya intervensi dan kebijakan,
khususnya untuk program kesehatan ibu dan anak. Dari permasalahan
tersebut peneliti tertarik untuk menelusuri bagaimana frekuensi
pemeriksaan selama kehamilan dan kejadian bayi berat lahir rendah di
Indonesia dengan menggunakan data dari BPS (SDKI 2002-2003).
Lingkup penelitian hanya membahas frekuensi pemeriksaan selama
kehamilan yang merupakan jumlah pemeriksaan yang harus dilakukan
selama kehamilan, minimal dilakukan 4 kali selama kehamilan satu kali
pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada
trimester ketiga. Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan
berat <2500 gram (UNICEF & WHO, 2004).

B. Perumusan Masalah

Pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu upaya untuk


meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Pemeriksaan kehamilan minimal
dilakukan empat kali, yaitu satu kali pada trimester pertama (usia
kehamilan 0-16 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan
20-28 minggu) dan dua kali pada trimester ketiga pada usia kehamilan 32
minggu sampai menjelang persalinan (Depkes RI, 2004). Pemeriksaan
5

kehamilan secara teratur merupakan upaya untuk mengetahui kelainan


atau faktor risiko yang dapat terjadi pada bayi yang akan dilahirkan
termasuk risiko kejadian bayi berat lahir rendah.
Bagaimanapun dari hasil penelitian satu dengan lainnya tidak sama
dari segi pemikiran serta manfaatnya. Dari beberapa hal tersebut di atas
peneliti tertarik melakukan penelitian tentang frekuensi pemeriksaan
selama kehamilan dan kejadian bayi berat lahir rendah di Indonesia
dengan menggunakan data dari BPS (SDKI 2002-2003). Berdasarkan hal
tersebut, maka dapat di rumuskan permasalahan penelitian ini adalah
apakah kejadian bayi berat lahir rendah lebih banyak terjadi pada
kelompok ibu dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan yang tidak K4 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan frekuensi pemeriksaan selama kehamilan
dan kejadian bayi berat lahir rendah.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya insiden bayi berat lahir rendah pada ibu dengan frekuensi
pemeriksaan kehamilan tidak K4 dan dengan K4.
b. Diketahuinya risiko bayi berat lahir rendah pada ibu dengan frekuensi
pemeriksaan kehamilan tidak K4.
c. Diketahuinya faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian bayi
berat lahir rendah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya kesehatan
6

ibu dan anak. Bagi institusi pelayanan kesehatan dapat di evaluasi dan
diaplikasikan upaya peningkatan kesehatan neonatus dengan berat lahir
rendah.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas
pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam memberikan pelayanan dan
konseling tentang frekuensi pemeriksaan selama kehamilan yang
harus dilakukan.
b. Bagi institusi pelayanan kesehatan dapat di evaluasi dan diaplikasikan
upaya peningkatan intervensi dan pengembangan kebijakan
kesehatan ibu dan anak khususnya untuk peningkatan pemeriksaan
kehamilan.
E. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengkaji


pemeriksaan kehamilan dan kejadian bayi berat lahir rendah, penelitian
sejenis yang pernah dilakukan adalah:
1. Goldani et al. (2004) dengan penelitiannya yang berjudul Trends in
prenatal care use and lowbirth weight in Southeast Brazil,
menggunakan rancangan penelitian cohort. Hasil penelitian
menyatakan bahwa pemeriksaan kehamilan yang tidak adekuat
berisiko terhadap kejadian bayi berat lahir rendah dibandingkan
dengan pemeriksaan kehamilan yang direkomendasikan (RR 1,43).
Studi ini juga menjelaskan bahwa kesakitan dan kematian neonatus
dapat dicegah dengan intevensi yang diberikan selama kehamilan,
persalinan dan perawatan bayi baru lahir. Pemeriksaan kehamilan
seharusnya diperoleh ibu untuk mendapatkan informasi kesehatan ibu
dan janin.
2. Heaman et al. (2007) dengan penelitiannya yang berjudul Inadequate
prenatal care and its association with adverse pregnancy outcomes,
menggunakan rancangan penelitian cohort. Studi ini menjelaskan
7

peran pemeriksaan kehamilan terhadap risiko kejadian bayi berat lahir


rendah meningkat sebesar 40% (OR 1,40) diantara wanita dengan
pemeriksaan kehamilan yang tidak memadai atau tanpa pemeriksaan
selama kehamilan.
3. Krueger and Scholl (2000) dengan penelitiannya yang berjudul
Adequacy of prenatal care and pregnancy outcome, menggunakan
rancangan case control. Hasil penelitian menyatakan bahwa
pemeriksaan kehamilan yang tidak adekuat memiliki risiko dua kali
terhadap kejadian bayi berat lahir rendah .
4. Brown et al. (2007) dengan penelitiannya yang berjudul Antenatal care
and perinatal outcomes in Kwale district di Kenya, bahwa ibu hamil
yang melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur melahirkan bayi
dengan berat normal (OR 4,39).
5. Ricketts dan Schwalberg (2005) dengan penelitiannya yang berjudul
Reducing low birthweight by resolving risk, menyatakan bahwa
intervensi pemeriksaan kehamilan secara berkualitas dapat
menurunkan risiko kejadian bayi berat lahir rendah.
6. Wanzhen dan Paterson (2006) dengan penelitiannya yang berjudul
Risk factors for preterm and small for gestational age babies,
menggunakan rancangan penelitian cohort. Hasil penelitian
menyatakan bahwa pemeriksaan kehamilan yang dilakukan kurang
dari enam kali kunjungan meningkatkan risiko kejadian bayi berat lahir
rendah (RR: 1,97).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi Berat Lahir Rendah

1. Defenisi Bayi Berat Lahir Rendah


Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat waktu lahir
kurang dari 2500 gram (UNICEF & WHO 2004). Usia kehamilan dengan
berat bayi menggambarkan pertumbuhan intrauterine. Tidak semua bayi
dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah prematur,
keadaan tersebut dapat juga disebabkan oleh masa kehamilan yang
kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai dengan umur kehamilan
(small for gestational age). Menurut Behrman (1985) istilah prematur
adalah bayi yang dilahirkan sebelum kehamilan 37 minggu dan klasifikasi
bayi aterm digunakan bagi bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan 37
minggu. Terdapat 2 penyebab utama terjadinya bayi berat lahir rendah
yaitu: prematur atau bayi kurang bulan dan janin tumbuh lambat
(Intrauterine Growth Retardation).

2. Kriteria Bayi Berat Lahir Rendah


a. Preterm yaitu kurang bulan, kecil masa kehamilan dan kurang dari 37
minggu. Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang
dilahirkan makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Organ bayi
prematur belum berfungsi secara sempurna seperti bayi aterm, oleh
karena itu bayi preterm lebih banyak mengalami kesulitan untuk hidup
diluar uterus. Semakin pendek masa kehamilan maka semakin kurang
sempurna pertumbuhan organ tubuh, akibatnya mudah terjadi
komplikasi dan tingginyanya mortalitas (Goldenberg dan Culhane,
2007). Kondisi tersebut sangat diperlukan penanganan yang kompleks
dan intensif.

8
9

b. Intrauterine growth retardation (IUGR) yaitu bayi yang lahir cukup


bulan namun pertumbuhan janin terhambat selama dalam uterus.
Maturitas fisiologi bayi IUGR sesuai dengan masa gestasinya hanya
dipengaruhi oleh petumbuhan di dalam uterus. Prognosis bayi IUGR
tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa
gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat bayi maka
makin tinggi morbiditas). Prognosis juga tergantung pada keadaan
sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan saat kehamilan,
persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi,
nutrisi, mencegah infeksi dan mengatasi gangguan pernafasan).

3. Penyebab Bayi Berat Lahir Rendah


Penyebab bayi berat lahir rendah terdiri dari penyebab langsung
yaitu preterm dan intrauterine growth retardation. Sedangkan penyebab
tidak langsung lebih banyak dihubungkan dengan faktor demografi.
a. Faktor demografi
Umur, ras, status sosial ekonomi, status perkawinan, tingkat
pendidikan dapat meningkatkan kejadian bayi berat lahir rendah.
1) Umur
Kehamilan pada usia remaja lebih berisiko untuk terjadinya bayi
berat lahir rendah dan prematur karena mekanisme biologis belum
sempurna. Pada usia tersebut akan terjadi kompetisi nutrisi antara ibu
dan janin, karena ibu sendiri masih dalam usia pertumbuhan maka
akan mempengaruhi asupan nutrisi ke janin. Kondisi tersebut dapat
meningkatkan kejadian bayi berat lahir rendah. Sedangkan usia 35
tahun atau lebih merupakan fase premenoupose, dimana alat
reproduksi sudah tidak berfungsi secara optimal sehingga akan
mengganggu asupan nutrisi ke janin.
Dalam suatu penelitian menyatakan bahwa risiko bayi berat
lahir rendah pada usia kurang dari 15 tahun ada hubungannya dengan
pemeriksaan kehamilan yang tidak adekuat (Yang et al., 2006).
10

Badshah et al. (2007) menyatakan faktor umur ibu berhubungan


dengan kejadian bayi berat lahir rendah. Negi et al. (2006)
menjelaskan bahwa umur kurang 20 tahun berisiko 1,74 kali dan umur
lebih 35 tahun berisiko 1,80 kali untuk melahirkan bayi berat lahir
rendah. Mekanisme biologi yang belum sempurna pada kehamilan
remaja meningkatkan kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah
(Shah dan Ohlsson, 2002).
2) Status perkawinan
Secara biologis pengaruh status perkawinan dengan hasil
luaran kehamilan tidak diketahui dengan pasti. Namun ada beberapa
penelitian yang mengatakan wanita yang menikah lebih sedikit
kejadian bayi berat lahir rendah dibandingkan dengan wanita yang
tidak menikah. Frekuensi bayi berat lahir rendah dari ibu di luar status
pernikahan dua kali lebih besar dari ibu yang menikah. Status
perkawinan sendiri bukan merupakan faktor risiko tetapi merupakan
indikator dari suatu kehamilan yang tidak diharapkan atau
direncanakan, sehingga ibu cenderung mengabaikan pemeriksaan
kehamilannya (Torees et al., 2004).
3) Sosial ekonomi
Torres et al. (2005) menyatakan bahwa faktor sosial ekonomi
memberikan kontribusi dalam pemenuhan gizi dan perawatan
kesehatan termasuk pemeriksaan kehamilan. Wanita dengan sosial
ekonomi rendah mempunyai risiko 2,2 kali mengalami bayi berat lahir
rendah dibandingkan wanita dengan status sosial ekonomi menengah
atau mampu. Ekonomi, pekerjaan dan pendidikan dapat
menggambarkan status sosial ekonomi seseorang. Ibu dengan sosial
ekonomi yang rendah akan dapat berpengaruh pada pola hidup yang
kurang sehat, bila kondisi ini terjadi saat hamil maka dapat
berpengaruh terhadap kesehatan janinnya. Studi lain menyatakan
faktor sosial ekonomi merupakan salah satu hambatan yang
mempengaruhi tidak optimalnya perawatan selama kehamilan. Ibu
11

hamil dengan status sosial ekonomi dan pendidikan rendah akan


berisiko mendapatkan perawatan kehamilan yang kurang (Nobile et al.,
2006).
4) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan
penerimaan informasi dan mempunyai hubungan dengan derajat
kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin
mudah untuk menerima konsep hidup sehat secara baik. Menurut Liu
et al. (2008) terjadi penurunan kejadian bayi berat lahir rendah pada
ibu dengan tingkat pendidikan yang dijalaninya selama 9-11 tahun dan
selama 12 tahun atau lebih bila dibandingkan dengan pendidikan
formal yang dialami ibu yang kurang dari 9 tahun. Penelitian tersebut
juga menjelaskan bahwa ibu hamil di pedesaan lebih besar berisiko
untuk memberikan luaran kehamilan yang kurang baik. Hal tersebut
berhubungan dengan rendahnya pendidikan bagi ibu hamil di daerah
pedesaan.
Hasil survei di Brazil menyatakan ibu hamil dengan pendidikan
yang kurang dapat berisiko untuk mendapatkan perawatan kehamilan
yang kurang yaitu 15,07% (Goldani et al., 2004). Dickute et al. (2004)
juga menyatakan tingginya risiko persalinan bayi berat lahir rendah
pada ibu dengan pendidikan dasar (OR; 3,4). Pendidikan berhubungan
dengan perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan bayi saat
dilahirkan. Ibu dengan pendidikan rendah cenderung berperilaku yang
kurang mendukung kesehatan seperti perilaku merokok, alkohol, drug
abuse serta pemeriksaan kehamilan yang kurang baik.
5) Ras
Hasil studi Yang et al. (2006) menjelaskan tentang wanita kulit
putih dan hitam terhadap umur dan paritas persalinan yang berisiko
pada kejadian bayi berat lahir rendah. Persalinan rata-rata pada wanita
kulit putih pada umur 35 tahun atau lebih adalah 3 kali dibandingkan
dengan wanita kulit hitam. Perubahan umur dan paritas rata-rata
12

memberikan kontribusi pada peningkatan kejadian bayi berat lahir


rendah. Pada studi ini tidak mengidentifikasi faktor risiko bayi berat
lahir rendah sehingga tidak dapat menjelaskan penyebab perubahan
rata-rata umur dan paritas, tetapi kemungkinan disebabkan adanya
gaya hidup dan paparan lingkungan yang dapat meningkatkan risiko
kejadian bayi berat lahir rendah.
b. Risiko medis sebelum kehamilan
Riwayat obstetric: paritas, penyakit infeksi, Hipertensi kronik, dan
masalah nutrisi sebelum kehamilan.
1) Paritas
Grandemultipara merupakan faktor predisposisi terjadinya
gangguan pada fungsi placenta, dalam keadaan infak dapat
mempengaruhi asupan nutrisi dari ibu ke janin. Semakin sering ibu
hamil akan menimbulkan jaringan fibrotik pada vili chorialis plasenta.
Hal ini memberikan kontribusi terhadap kelahiran prematur dan janin
tumbuh lambat. Paritas satu dan empat atau lebih meningkatkan risiko
terjadinya komplikasi kehamilan, gangguan pertumbuhan janin dan
asfiksia. Seorang ibu secara fisiologis memerlukan waktu 2 sampai 3
tahun setelah melahirkan agar dapat kembali ke kondisi yang baik
untuk mempersiapkan kehamilan berikutnya. Plasenta berfungsi
sebagai transportasi nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin, jika terjadi
gangguan pada plasenta maka asupan nutrisi atau oksigen dari ibu ke
janin akan terganggu (Shah dan Ohlsson, 2002). Prematur, kematian
neonatus, bayi berat lahir rendah dan pertumbuhan janin lambat
disebabkan jarak kehamilan yang pendek (Smith, 2008).
2) Penyakit sebelum kehamilan
Hipertensi dan preeklampsia lebih banyak berhubungan dengan
fetal growth retardation dan kelahiran preterm. Menurut Berhman
(1985) menyatakan bahwa 27% kejadian intrauterine growth
retardation disebabkan oleh preeklampsia, hipertensi kronik, penyakit
vaskularisasi, dan penyakit ginjal kronik.
13

3) Riwayat persalinan sebelumnya


Kejadian bayi berat lahir rendah dapat berulang terjadi pada
bayi dengan ibu yang mempunyai faktor risiko. Ibu dengan persalinan
prematur mempunyai kecenderungan berulang pada kehamilan
berikutnya, riwayat kehamilan ibu yang lalu (abortus, prematur)
mempunyai kecenderungan meningkatkan risiko bayi berat lahir
rendah berulang karena adanya gangguan pengikatan pada servik
uteri (Vahdaninia et al., 2007).
c. Risiko medis selama kehamilan
Beberapa risiko yang dapat terjadi selama kehamilan adalah
multiple pregnancy, masalah pertambahan berat badan ibu selama
kehamilan, penyakit infeksi: bakteri urine, eklampsia, Hyperemisis,
anemia, jarak kehamilan, perdarahan pada trimester satu atau dua,
akses atau pemeriksaan kehamilan yang tidak adekuat. Kondisi
tersebut dapat mempengaruhi status kesehatan ibu dan bayi.
1) Penyakit kronis selama kehamilan
Perubahan kondisi ibu karena adanya penyakit infeksi, juga
hipertensi kronis dapat mengganggu pertumbuhan janin. Sedangkan
ibu dengan diabetes dapat menyebabkan perubahan microvaskuler
pada plasenta yang dapat mempengaruhi pertumbuhan janin.
Beberapa penyakit kronis yang dapat mengganggu pertumbuhan janin
yaitu: asma, gangguan vaskuler, penyakit hati, gangguan nutrisi dan
oksigen dapat berpengaruh pada pertumbuhan janin.
2) Perdarahan selama kehamilan
Ibu yang mengalami perdarahan selama kehamilan berisiko
enam kali lebih tinggi terhadap kejadian bayi berat lahir rendah
dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami perdarahan selama
kehamilannya (Vahdaninia et al., 2007).
3) Pertambahan berat badan
Pertambahan berat badan selama hamil dapat mencegah risiko
bayi berat lahir rendah. Peningkatan berat badan selama hamil
14

mempengaruhi terjadinya peningkatan jaringan uterus, simpanan


lemak, volume plasma darah, plasenta dan jaringan payudara.
Sedangkan seorang ibu dengan berat badan meningkat lebih dari 12
kg selama kehamilan, mempunyai risiko terjadinya preeklampsi atau
eklampsi serta bayi besar. Total pertambahan berat badan selama
kehamilan adalah 10 sampai 12 kg. Pertambahan berat badan
perminggu yang dianjurkan pada trimester dua dan tiga adalah 0,75
kg/minggu. Pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II
3 kg dan trimester III 6 kg. Pertambahan berat badan pada ibu juga
dapat memantau pertumbuhan janin.
4) Akses atau pemeriksaan selama kehamilan.
Pemeriksaan kehamilan yang tidak adekuat meningkatkan risiko
kejadian bayi berat lahir rendah (Goldani et al., 2004). Kondisi sosial
ekonomi dapat berpengaruh pada kemampuan dalam pemanfaatan
pemeriksaan selama kehamilan. Studi lain menyatakan pemeriksaan
kehamilan yang tidak adekuat berhubungan dengan peningkatan risiko
persalinan preterm dan bayi berat lahir rendah (Krueger dan Scholl,
2000). Dalam penelitian menyatakan pemeriksaan kehamilan lebih
efektif dimulai pada trimester pertama kehamilan selanjutnya dapat
dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Heaman et al.,
2007).
d. Risiko perilaku dan lingkungan
Faktor perilaku dan lingkungan yang dapat berisiko pada
kejadian bayi berat lahir rendah adalah merokok, status nutrisi ibu
yang kurang baik, penggunaan alkohol, abuse toxic. Nutrisi sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Nutrisi yang
optimal dipengaruhi oleh mekanisme regulasi termasuk asupan gizi
ibu, suplai nutrisi ke uterus dan plasenta. Asupan nutrisi pada ibu hamil
untuk mensuplai kebutuhan ibu dan janin tidak berarti melipat duakan
asupan kalori. Kebutuhan nutrisi janin akan terpenuhi dengan
15

memperhatikan jumlah kalori, kebutuhan vitamin, protein dan mineral.


Nutrisi sangat berperan dalam tumbuh kembang janin.

B. Pemeriksaan Kehamilan

1. Defenisi Pemeriksaan Kehamilan


Pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan pemeriksaan yang
diberikan pada ibu hamil mulai dari masa konsepsi, untuk memantau
perkembangan kehamilan. Salah satu tujuan dilakukannya pemeriksaan
selama kehamilan adalah untuk mendeteksi dan menatalaksanakan
komplikasi yang mungkin dapat terjadi selama kehamilan. Pelayanan ini
merupakan salah satu upaya untuk menjamin kesehatan ibu serta janin
selama kehamilan dan persalinan yang akan berlangsung. Hal ini
sangatlah penting karena kehamilan normal dapat berkembang menjadi
masalah atau komplikasi selama kehamilan. Dalam memberikan
perawatan kehamilan harus menganggap semua wanita hamil
menghadapi risiko ataupun komplikasi selama kehamilan (Villar dan
Bergsjo, 2003).

2. Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan


Frekuensi pemeriksaan tidak hanya dilihat pada jumlah
pemeriksaan namun perlu adanya keteraturan pemeriksaan selama
kehamilan. Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu
hamil melakukan pemeriksaan selama kehamilan secara teratur sebelum
masa konsepsi berakhir. Frekuensi pemeriksaan minimal 4 kali selama
kehamilan, dengan ketentuan yang digunakan adalah K4. K4 merupakan
kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih
dengan ketentuan satu kali pada trimester pertama (pada usia kehamilan
0-16 minggu), satu kali pada trimester kedua (pada usia kehamilan 20-28
minggu) dan dua kali pada trimester ketiga pada usia kehamilan 32
minggu sampai menjelang persalinan (Depkes RI, 2004). Oleh karena itu
16

dalam memberikan pelayanan perawatan kehamilan lebih ditekankan


pada pemeriksaan kehamilan yang bermanfaat, yaitu sedikitnya empat
kali dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Tujuan pemeriksaan kehamilan untuk mengetahui dan mengatasi
masalah kesehatan yang mungkin dapat terjadi pada ibu maupun janin
sedini mungkin termasuk risiko terjadinya bayi berat lahir rendah. Pada
pemeriksaan tersebut diberikan pelayanan seperti pengukuran tekanan
darah, penimbangan berat badan, pemeriksaan haemoglobin,
pemeriksaan tinggi fundus uteri dan adanya tanda kelainan atau
komplikasi pada ibu dan janin. Pemeriksaan tersebut juga untuk
mengetahui adanya penyakit maternal diantaranya, hipertensi dan
anemia. Penyakit atau kelainan tersebut dapat berisiko mengubah ukuran
janin dengan mengurangi aliran darah ke plasenta, membatasi oksigen
serta nutrisi, dan berkurangnya ukuran plasenta, pada keadaan infark
dapat berdampak terhadap keterlambatan pertumbuhan intrauterine.
Adanya keterlambatan pertumbuhan intrauterine tersebut akan berisiko
terjadinya bayi berat lahir rendah.
Pemeriksaan kehamilan pada ibu selain untuk mengetahui
komplikasi kehamilan juga untuk mengetahui gaya hidup dan perilaku ibu
hamil. Dalam memenuhi kebutuhan gizi diperlukan keseimbangan
pengeluaran energi dan konsumsi energi yang akhirnya berpengaruh
pada status gizi. Makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi tubuh
pada umumnya menghasilkan status gizi yang baik. Kebiasaan makan,
cara pengolahan makanan dan sosial budaya dapat mempengaruhi status
gizi. Status gizi ibu hamil yang kurang baik dapat mempengaruhi suplai
nutrisi pada janin terganggu, kondisi ini dapat meningkatkan risiko
kejadian bayi berat lahir rendah. Pemeriksaan kehamilan juga bertujuan
untuk mengetahui adanya kelainan diantaranya slow fetal growth yang
akan berdampak pada keterlambatan pertumbuhan intrauterine yang
akhirnya berdampak pada kelahiran bayi berat lahir rendah.
17

Dengan demikian diharapkan setiap ibu hamil dapat melakukan


pemeriksaan kehamilannya secara teratur, sesuai dengan yang
dianjurkan. Pemeriksaan kehamilan yang teratur dapat memantau dan
mendeteksi secara dini adanya kelainan atau komplikasi baik pada ibu
atau janin yang dikandung, termasuk risiko bayi berat lahir rendah.
Pemeriksaan kehamilan secara teratur dapat menentukan penanganan
yang harus segera diberikan bila kelainan atau komplikasi tersebut terjadi,
dengan demikian kelahiran bayi berat lahir rendah dapat dicegah dengan
upaya penanganan sedini mungkin.
Jadual pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan pertama (16
minggu) dilakukan untuk penapisan dan pengobatan anemia,
perencanaan persalinan, identifikasi komplikasi akibat kehamilan dan
pengobatannya. Pemeriksaan haemoglobin secara teratur dapat
mengidentifikasi ibu hamil mengalami anemia atau tidak. Kondisi ibu hamil
yang mengalami anemia dapat menghambat suplai zat besi ke janin yang
dapat berisiko pada gangguan pertumbuhan sel tubuh dan otak bagi janin.
Apabila terjadi kondisi tersebut maka dapat berisiko terjadinya kelahiran
bayi berat lahir rendah.
Pada pemeriksaan kehamilan yang kedua (20-28 minggu) dan
pemeriksaan ketiga (32 minggu), dilakukan untuk identifikasi komplikasi
akibat kahamilan dan pengobatan, penapisan preeklampsia, gemelli,
infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan, mengulang perencanaan
persalinan. Pengukuran tekanan darah yang dilakukan secara teratur
selama kehamilan dapat mendeteksi gejala preeklampsia. Bila terjadi
peningkatan tekanan darah hingga tekanan diastolik 140/90 mmHg atau
mengalami kenaikan 15 mmHg dalam dua kali pengukuran maka ibu
hamil dapat dinyatakan mengalami preeklampsia. Hal ini harus mendapat
penanganan segera sebelum ibu hamil mengalami eklampsia. Eklampsia
memberikan dampak yang buruk, baik terhadap ibu maupun janin yang
dikandung. Risiko outcome kehamilan yang kurang baik dapat terjadi pada
kondisi ini. Pemeriksaan keempat (36 minggu) sampai lahir sama seperti
18

pemeriksaan kedua dan ketiga, identifikasi adanya kelainan letak dan


presentasi, memantapkan rencana persalinan dan identifikasi tanda
persalinan.
Pada data BPS (2003) 64% ibu memenuhi jadual yang dianjurkan.
Sedangkan menurut program kesehatan ibu dan anak, cakupan yang
diharapkan adalah 90%. Pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu
upaya pelayanan kesehatan yang berpotensi untuk menurunkan kejadian
morbiditas dan mortalitas pada perinatal, upaya untuk mengidentifikasi
dan menurunkan faktor risiko terhadap kejadian bayi berat lahir rendah.
Pemeriksaan kehamilan lebih bermanfaat bila dilakukan secara teratur
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Penelitian Heaman et al. (2007) menjelaskan bahwa pemeriksaan
kehamilan merupakan upaya dalam pelayanan kesehatan yang
mempunyai kemampuan untuk mengurangi kesakitan dan kematian pada
masa perinatal. Pelayanan pemeriksaan kehamilan tersebut
mengidentifikasi kelainan dan komplikasi yang dapat terjadi selama
kehamilan, serta mengidentifikasi perilaku ibu yang dapat memberikan
outcome kelahiran yang kurang baik. Khatun dan Rahman (2008)
menyatakan bahwa adanya efek yang positif dari jumlah pemeriksaan
kehamilan pada outcome kelahiran. Ibu yang menerima empat atau lebih
pemeriksaan, melahirkan bayi dengan berat normal dibandingkan dengan
yang kurang empat kali.
Penelitian Negi et al. (2006) menjelaskan bahwa berat bayi saat
lahir mempunyai hubungan yang signifikan dengan frekuensi pemeriksaan
kehamilan. Ibu dengan frekuensi pemeriksaan kurang dari lima kali
mempunyai risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi berat lahir rendah
dibandingkan dengan yang lima atau lebih melakukan pemeriksaan (OR
5,71). Charreire dan Combier (2008) juga menjelaskan bahwa ibu hamil
yang kurang efektif dalam pemeriksaan kehamilan akan meningkatkan
risiko kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah. Pengaruh tersebut
tidak hanya diperberat oleh karakteristik ibu tetapi dapat juga disebabkan
19

oleh kualitas pelayanan pemeriksaan kehamilan yang kurang baik.


Pemeriksaan kehamilan lebih baik bilamana pemeriksaan pertama dimulai
pada usia kehamilan 4 bulan dengan jumlah pemeriksaan minimal tujuh
kali sampai persalinan (Coimbra et al., 2007).
Kualitas pemeriksaan kehamilan dinilai berdasarkan ketepatan
waktu dan frekuensi pemeriksaan kehamilan. Inisiasi lebih awal efektif
mengurangi luaran kehamilan yang kurang baik melalui deteksi dini faktor
risiko, jika ditemui adanya penyakit maka rujukan pada fasilitas yang lebih
memadai merupakan pilihan (Alexander et al., 1995). Pemeriksaan yang
dilakukan lebih awal membantu mengidentifikasi perilaku ibu yang dapat
merugikan kondisi kesehatan ibu dan janin sehingga dapat dilakukan
koreksi segera (Kogan et al., 1998).
Pemeriksaan kehamilan dapat dibedakan menurut kuantitas dan
kualitas. Secara kuantitas yang dijabarkan pada kunjungan pemeriksaan
kehamilan yang biasa disebut dengan frekuensi pemeriksaan selama
kehamilan. Adequacy of prenatal care indeks (Krueger et al., 2000) ada 3
hal ketentuan yang ditetapkan pada pemeriksaan kehamilan, yaitu:
a. Saat pemeriksaan kehamilan yang pertama, upaya yang terbaik
adalah bila ibu hamil memulai pemeriksaan kehamilannya pada
trimester pertama kehamilan, karena pada masa tersebut bila ada
kelainan atau komplikasi dapat segera diatasi. Apabila pemeriksaan
kehamilan pertama kali dilakukan pada usia kehamilan 28 minggu
maka pemeriksaan tidak adekuat, dinyatakan adekuat bila dimulai
pemeriksaan pada usia kehamilan 14 minggu.
b. Usia kehamilan pada setiap melakukan pemeriksaan, akan
menentukan adekuat atau tidaknya pemeriksaan kehamilan yang
dilakukan. Usia kehamilan cukup bulan adalah 36 minggu atau lebih.
c. Jumlah pemeriksaan yang dilakukan selama kehamilan.
Tabel adequacy of prenatal care indeks menjelaskan tentang
pemanfaatan pelayanan pemeriksaan kehamilan, yang banyak
digunakan di Amerika. Di Indonesia sesuai dengan rekomendasi WHO
20

pemeriksaan kehamilan ditetapkan minimal 4 kali pada setiap ibu


hamil, yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester
kedua dan dua kali pada trimester ketiga.

Tabel 1. Adequacy of Prenatal Care Indeks

Adequacy of prenatal Care Indeks


Level of care/week of gestation Prenatal visits
Inadequate
14 to 21 0 or unknown
22 to 29 < 2 or unknown
30 to 31 < 3 or unknown
32 to 33 < 4 or unknown
> 33 < 5 or unknown
Adequate
14 >1
14 to 17 >1
18 to 21 >2
22 to 25 >3
26 to 29 >4
30 to 31 >5
32 to 33 >6
34 to 35 >7
> 35 >8
* Women who started prenatal care * Adequate care had to be care
During week 28 or later was Initiated prior to 14 weeks
considered to have inadequate gestation.
Sumber : Krueger P.M & Scholl T.O (2000)

3. Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan


Pemeriksaan kehamilan di fokuskan pada pelayanan pemeriksaan
yang bermanfaat. Program Maternal Neonatal Health (Villar dan Bergsjo,
2003), merekomendasikan pemeriksaan kehamilan harus mempunyai
tujuan yang jelas dan diberikan oleh petugas kesehatan yang terampil.
Setiap ibu hamil bisa sewaktu-waktu menghadapi risiko komplikasi, maka
setiap ibu hamil harus memperoleh pelayanan pemeriksaan yang
berkualitas dan berfokus pada pendeteksian penyakit dan komplikasi.
Dalam pelayanan pemeriksaan kehamilan dilakukan pemeriksaan
keadaan umum, tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, jantung, berat
badan, tinggi badan dan pemeriksaan abdomen. Pelayanan pemeriksaan
21

kehamilan dapat diperoleh di bidan puskesmas atau pada saat


pelaksanaan posyandu, dokter atau bidan praktik swasta maupun
poliklinik di Rumah Sakit. Adapun pelayanan yang diberikan pada saat
pemeriksaan kehamilan adalah :
a. Melakukan penimbangan berat badan pada ibu hamil.
Pemeriksaan berat badan mempunyai manfaat penting, karena
ada hubungan pertambahan berat badan selama kehamilan dengan
berat bayi saat lahir. Pertambahan berat badan pada ibu hamil yang
kurang optimal berisiko akan terjadinya bayi berat lahir rendah. Ibu
dengan berat badan berlebihan atau meningkat lebih dari 12 kg
selama kehamilan, mempunyai risiko terjadinya preeklampsi atau
eklampsi serta bayi besar. Total pertambahan berat badan selama
kehamilan adalah 10 sampai 12 kg. Pada trimester I pertambahan
kurang dari 1 kg, trimester II 3 kg dan trimester III 6 kg. Pengukuran
pertambahan berat badan pada ibu hamil ini juga untuk memantau
pertumbuhan janin.
b. Pengukuran lingkar lengan atas.
Pengukuran lingkar lengan atas secara teratur mempunyai
manfaat penting karena pengukuran lingkar lengan atas berkaitan
dengan pertambahan berat badan selama kehamilan. Pengukuran
lingkar lengan atas dimaksudkan untuk mengetahui apakah seorang
ibu hamil menderita kurang energi kronis. Ibu hamil dengan kurang
energi kronis berisiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah .
c. Pengukuran tekanan darah.
Pengukuran tekanan darah dilakukan secara teratur selama
kehamilan, untuk mendeteksi gejala preeklampsia. Bila terjadi
peningkatan tekanan darah hingga tekanan diastolik 140/90 mmHg
atau mengalami kenaikan 15 mmHg dalam dua kali pengukuran maka
ibu hamil dapat dinyatakan mengalami preeklampsia. Hal ini harus
mendapat penanganan segera sebelum ibu hamil mengalami
eklampsia. Eklampsia memberikan dampak yang buruk, baik terhadap
22

ibu maupun janin yang dikandung. Risiko luaran kehamilan yang


kurang baik dapat terjadi pada kondisi ini.
d. Pengukuran tinggi fundus uteri
Pemeriksaan ini dilakukan secara teratur untuk mendeteksi
kondisi bayi sehingga risiko bayi berat lahir rendah dapat segera
mendapatkan penanganan. Pengukuran fundus uteri dilakukan untuk
mengetahui apakah tinggi fundus uteri sesuai dengan umur kehamilan,
letak bayi, letak punggung, janin tunggal atau kembar serta
mendengarkan denyut jantung janin.
e. Pemeriksaan haemoglobin
Anemia dalam kehamilan terjadi bila kadar haemoglobin kurang
dari 11 gr% pada saat kehamilan trimester pertama dan ketiga. Pada
masa kehamilan terjadi pertumbuhan dan perkembangan janin,
dimana kondisi tersebut membutuhkan asupan nutirisi yang cukup baik
bagi ibu maupun janin yang dikandung. untuk mencegah anemia maka
setiap ibu hamil diberikan suplemen zat besi. Adanya pemeriksaan
haemoglobin secara teratur, dapat mengidentifikasi secara tepat ibu
hamil mengalami anemia atau tidak. Kondisi ibu hamil yang mengalami
anemia dapat menghambat suplai zat besi ke janin yang dapat berisiko
pada gangguan pertumbuhan sel tubuh dan otak bagi janin.
f. Pemberian imunisasi TT
Diberikan pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya tetanus
neonatorum pada saat lahir.
g. Pemeriksaan tes urine bila ada indikasi (tes urine dan glucosa).
h. Memberikan penyuluhan tentang perawatan kehamilan; perawatan
payudara selama kehamilan, kebutuhan gizi selama kehamilan, tanda-
tanda bahaya dan komplikasi yang dapat terjadi selama kehamilan.
Perawatan kehamilan lebih ditekankan pada pemeriksaan
kehamilan yang bermanfaat sedikitnya dilakukan empat kali dan di berikan
secara berkualitas untuk pendeteksian serta penatalaksanaan adanya
komplikasi.
23

4. Penyebab Keterlambatan Pemeriksaan


Untuk memperoleh kesehatan ibu hamil dan janin maka
diperlukannya pelayanan pemeriksaan kehamilan yang berkualitas.
Selain itu perlu di perhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
keterlambatan pemeriksaan selama kehamilan atau tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan yang berdampak terhadap luaran kehamilan dan
kesehatan ibunya:
a. Ekonomi keluarga
Faktor sosial ekonomi keluarga yang rendah merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan risiko yang dapat meningkatkan
kejadian bayi berat lahir rendah dan faktor tersebut berhubungan
dengan kemampuan keluarga untuk akses ke pelayanan kesehatan
dan pemeriksaan kehamilan (Dickute et al., 2004).
b. Kebudayaan
Pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan yang
profesional, dipengaruhi oleh kepercayaan, kebiasaan dan adat
istiadat. Mereka menganggap tidak penting untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan profesional, sehingga
ibu hamil tidak mau ke fasilitas kesehatan. Ibu hamil lebih percaya
pada dukun tradisional karena dipercaya mempunyai kekuatan supra
natural yang dapat memberikan kesehatan pada ibu dan janinnya .
c. Social support
Rendahnya dukungan sosial dapat berdampak pada kurangnya
penggunaan fasilitas kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya.
Untuk itu diperlukan petugas kesehatan yang kompeten dan
mempunyai sikap ramah yang dapat memberikan rasa nyaman kepada
pasien. Dukungan sosial dalam perawatan kehamilan sangat
dibutuhkan oleh ibu agar mendapatkan kesehatan lebih optimal .
d. Sistem pelayanan kesehatan (jarak ke pelayanan).
Tempat tinggal baik di daerah pedesaan atau perkotaan juga
berpengaruh terhadap frekuensi pemeriksaan selama kehamilan. Hal
24

ini dikarenakan di daerah perkotaan lebih mudah mendapat pelayanan


kesehatan dalam waktu 24 jam penuh tanpa kesulitan transportasi.
Pemeriksaan kehamilan berdasarkan tempat tinggal, ibu yang tinggal
di pedesaan cenderung lebih sedikit jumlah pemeriksaan
kehamilannya bila dibanding dengan ibu yang bertempat tinggal di
daerah perkotaan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh letak suatu
daerah yang umumnya jauh dari kota, sedangkan pelayanan
kesehatan banyak terdapat di kota karena terdapat banyak rumah sakit
sehingga masyarakat kota lebih mudah mendapatkan pelayanan
kesehatan.
Ibu hamil di daerah pedesaan mengalami hambatan dalam
akses ke pelayanan kesehatan, hal ini dapat berisiko pada kelahiran
bayi berat lahir rendah (Hillemeir et al., 2007). Liu et al. (2008) dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa ibu hamil di pedesaan lebih berisiko
untuk memberikan outcome kelahiran yang kurang baik. Hal tersebut
berhubungan dengan rendahnya pendidikan bagi ibu hamil di daerah
pedesaan.
e. Demografi (Pendidikan, umur, paritas, status perkawinan)
Karakteristik ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan
pada usia <20 tahun, 20-30 tahun dan ≥34 tahun. Pemeriksaan lebih
sering dilakukan pada ibu usia 20-34 tahun. Hal ini berkaitan dengan
reproduksi sehat pada usia 20-34 tahun. Selain itu status pernikahan
juga berdampak pada jumlah pemeriksaan kehamilannya. Ibu hamil
dengan status menikah lebih sering melakukan pemeriksaan
kehamilan dibandingkan dengan status tidak menikah. Berdasarkan
tingkat pendidikan ibu hamil, semakin tinggi tingkat pendidikan maka
semakin sering melakukan pemeriksaan kehamilan. Demikian pula bila
dilihat dari jumlah anak yang dilahirkan: satu, dua sampai empat dan
lima atau lebih, yang paling sering melakukan pemeriksaan kehamilan
adalah ibu yang mempunyai jumlah anak antara dua dan tiga (Goldani
et al., 2004).
25

C. Landasan Teori

Pemeriksaan kehamilan mempunyai peranan penting dalam upaya


pencegahan atau deteksi dini kelainan dan komplikasi pada ibu dan bayi,
termasuk kejadian bayi berat lahir rendah. Ketepatan dan keteraturan
dalam melakukan pemeriksaan, sangat penting untuk mendeteksi adanya
kelainan dan komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan.
Keterlambatan dalam melakukan pemeriksaan atau tidak mendapatkan
pemeriksaan selama kehamilan dihubungkan dengan kejadian bayi berat
lahir rendah dan luaran kehamilan. Pemeriksaan kehamilan berhubungan
dengan kesakitan dan kematian perinatal termasuk kejadian bayi berat
lahir rendah (Goldani et al., 2004)).
Perbedaan sosiodemografi dan perilaku mempengaruhi akses ke
pelayanan kesehatan termasuk pemeriksaan selama kehamilan (Torres et
al., 2004). Bagaimanapun dari hasil penelitian yang satu dengan yang
lainnya tidak sama dalam pemikiran dan manfaatnya. Berdasarkan uraian
pada tinjauan pustaka tentang frekuensi pemeriksaan selama kehamilan
dengan kejadian bayi berat lahir rendah, dapat dijelaskan bahwa
pemeriksaan kehamilan mempunyai peranan penting untuk memantau
perkembangan kehamilan yang berorientasi pada promosi kesehatan
yang dimulai sejak konsepsi sampai sebelum kelahiran.
Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengetahui pertambahan
berat badan selama kehamilan, kelainan atau komplikasi pada ibu dan
janin, diantaranya hypertensi/eklampsia, penyakit ginjal, penyakit
kardiovaskuler, anemia dan kehamilan kembar. Kondisi tersebut dapat
mengubah ukuran janin dengan mengurangi aliran darah ke plasenta,
membatasi oksigen serta nutrisi, dan berkurangnya ukuran plasenta serta
pada keadaan infark dapat berdampak terhadap keterlambatan
pertumbuhan intrauterine.
26

Pemeriksaan kehamilan pada ibu selain untuk mengetahui


komplikasi kehamilan juga untuk mengetahui gaya hidup dan perilaku ibu
hamil diantaranya dalam memenuhi kebutuhan gizi. Makanan yang
memenuhi kebutuhan gizi tubuh pada umumnya menghasilkan status gizi
yang baik. Adapun yang mempengaruhi status gizi seperti keadaan
kesehatan, kebiasaan makan, cara pengolahan makanan dan sosial
budaya. Status gizi ibu hamil yang kurang baik dapat meningkatkan risiko
kejadian bayi berat lahir rendah.
Pemeriksaan kehamilan selain diberikan pada ibu juga pada
janinnya, pemeriksaan kehamilan pada janin untuk mengetahui kelainan
dan komplikasi pada janin diantaranya slow fetal growth yang akan
berdampak pada keterlambatan pertumbuhan intrauterine akhirnya
berisiko pada berat lahir bayi (Behrman, 1985). Pendidikan kesehatan
diberikan pada ibu hamil serta keluarganya untuk memberikan informasi
kesehatan sesuai kebutuhan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan yang
dilakukan oleh ibu sedini mungkin akan lebih efektif dalam mengatasi
segala permasalahan kesehatan ibu hamil. Dengan demikian
pemeriksaan kehamilan yang bermanfaat dapat meningkatkan kesehatan
ibu dan bayi serta mengurangi risiko kejadian bayi berat lahir rendah.
27

D. Kerangka Teori

DIRECT MEDICAL CAUSES OF LBW INDIRECT CAUSES OF LBW

- Preterm
Karakteristik Demografi Risiko Medis
- IUGR
- Tingkat pendidikan 1. Sebelum hamil
- Ras - Riwayat obstetric
- Umur reproduksi - Penyakit infeksi
- Status perkawinan - Inadekuat nutrisi
- Sosial ekonomi 2. Selama hamil
- Tempat tinggal - Pertambahan berat badan
- Penyakit infeksi : bakteri
urine
- Toxemia/preeklampsia
BBLR - Interval kehamilan
- Paritas
- Kehamilan ganda
- Perilaku: merokok, alkohol,
Abuse,toxic
- Inadekuat nutrisi
- Inadekuat pemeriksaan
kehamilan

Pemeriksaan Kehamilan

Keterlambatan Pemeriksaan janin Pemeriksaan ibu


Pertumbuhan

-Tidak pemeriksaan
secara dini -Kelainan medis Pendidikan kesehatan
- Frekuensi tidak -Komplikasi - Pentingnya pemeriksaan
teratur - Pemeriksaan secara dini
- Frekuensi pemeriksaan

Kesehatan ibu dan janin


optimal

Gambar 1 . Kerangka Teori Faktor Risiko Bayi Berat Lahir Rendah


Modifikasi Behrman (1985) and WHO (2004).
28

E. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Frekuensi pemeriksaan
kehamilan BBLR

Variabel luar

ƒ Umur
ƒ Tingkat Pendidikan
ƒ Paritas
ƒ Sosial ekonomi
ƒ Tempat tinggal

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

F. Hipotesa

Risiko bayi berat lahir rendah lebih tinggi pada kelompok ibu
dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan yang tidak K4 dibandingkan
dengan kelompok ibu dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan K4.
29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian bersifat observasional dengan rancangan kohor


retrospektif (historical cohort), menggunakan data sekunder yaitu data dari
BPS (SDKI 2002-2003) dan paparan telah terjadi sebelum penelitian
dimulai. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara faktor risiko yaitu
frekuensi pemeriksaan kehamilan dan kejadian bayi berat lahir rendah.
Responden dibagi dua kelompok, yaitu kelompok terpapar faktor risiko
adalah ibu yang memeriksakan kehamilan tidak K4 sedangkan kelompok
tidak terpapar faktor risiko adalah ibu yang memeriksakan kehamilan
dengan K4. Variabel bebas adalah frekuensi pemeriksaan selama
kehamilan dan variabel terikat adalah bayi berat lahir rendah. Secara
skematis rancangan penelitian kohor retrospektif adalah sebagai berikut:

Studi mulai

Frekuensi Pemeriksaan BBLR


Tidak K4
Frekuensi
Pemeriksaan BBLC
Kehamilan

Frekuensi Pemeriksaan BBLR


dengan K4

BBLC

Lampau sekarang

Gambar 3. Rancangan Penelitian menurut Gordis, 2004


30

B. Lokasi Penelitian

Penelitian menggunakan data dari 26 propinsi berdasarkan blok


sensus yang telah ditetapkan oleh BPS, sedang 4 propinsi yaitu Nanggroe
Aceh Darussalam, Maluku, Maluku utara dan Papua tidak termasuk dalam
survei.

C. Populasi dan Subjek Penelitian

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita berusia 15-49 tahun,
pernah kawin, mempunyai anak lahir hidup dan memeriksakan kehamilan.

2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah wanita berusia 15-49 tahun,
pernah kawin, mempunyai anak lahir hidup dan memeriksakan kehamilan
serta memenuhi kriteria dalam penelitian ini.
Adapun yang termasuk kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Mempunyai bayi lahir tunggal.
b. Ditimbang ketika lahir.
Kriteria eksklusi:
a. Adanya komplikasi selama kehamilan
b. Ibu dengan perilaku merokok.
c. Bayi lahir kurang 37 minggu
Penentuan subjek dalam penelitian ini dimulai dengan memilih
sampel berdasarkan status paparan. Adapun struktur data yang
dianalisis dalam penelitian ini sebagai berikut:
31

Wanita pernah kawin


29.483

Melahirkan bayi hidup


12.760

Melakukan pemeriksaan Tidak melakukan pemeriksaan


kehamilan Kehamilan
12.100 660

1.Kriteria Eksklusi
• Komplikasi kehamilan: 875
• Ibu merokok: 108
Ibu dengan pemeriksaan • Bayi tidak ditimbang ketika Lahir
kehamilan yang sesuai (termasuk data missing): 2055
dengan kriteria penelitian • Bayi kembar: 70
• Kehamilan <37 minggu: 162
8.712 2.missing data 118

Frekuensi pemeriksaan Frekuensi pemeriksaan


tidak K4 dengan K4
2.258 6.454

BBLR BBLC BBLR BBLC


146 2.112 261 6.193

Gambar 4. Struktur Data Penelitian (BPS, 2003)


32

D. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat (dependent variable) adalah bayi berat lahir rendah.


2. Variabel bebas (Independent variable) adalah frekuensi pemeriksaan
kehamilan.
3. Variabel luar adalah umur, tingkat pendidikan, paritas, sosial ekonomi
dan tempat tinggal.
E. Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional


No Jenis Variabel Uraian
1. Variabel Terikat Bayi dengan berat waktu lahir <2500 gram (UNICEF
Bayi berat lahir dan WHO 2004), diperoleh dari keterangan ibu dan
rendah buku KIA/KMS. Diberi nilai 1 bila berat bayi <2500
gram dan diberi nilai 0 bila ≥2500 gram.
Skala ukur: Nominal

2. Variabel Bebas Jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan oleh ibu


Frekuensi ke pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun
Pemeriksaan swasta, sesuai dengan standar pelayanan yang telah
kehamilan ditetapkan, minimal 4 kali selama kehamilan. Satu kali
pada trimester pertama, satu kali pada trimester
kedua dan dua kali pada trimester ketiga (Depkes RI,
2004). Diberi nilai 1 bila tidak K4 dan diberi nilai 0 bila
dengan K4.
Skala ukur: Nominal

3. Variabel luar Usia ibu saat menjalani kehamilan terakhir. Diberi nilai
Umur 1 bila umur ibu <20 tahun dan ≥35 tahun serta diberi
nilai 0 bila umur 20-34 tahun.
Skala ukur: Nominal

Tingkat Pendidikan formal yang diselesaikan oleh ibu.


pendidikan Dikatakan pendidikan rendah dan diberi nilai 1 bila
tidak sekolah, SD dan SLTP, pendidikan tinggi dan
diberi nilai 0 bila SLTA keatas.
Skala ukur: Nominal

Paritas Jumlah atau banyaknya persalinan yang pernah


dialami ibu (baik lahir hidup atau mati). Dikatakan
berisiko dan diberi nilai 1 bila persalinan yang
pertama atau persalinan yang ke empat atau lebih.
Tidak berisiko dan diberi nilai 0 bila persalinan yang
dialami 2-3.
Skala ukur: Nominal
33

Lanjutan tabel 2

No Jenis Variabel Uraian


Sosial ekonomi Kemampuan keluarga dalam mencukupi kebutuhan
hidup yang diukur berdasarkan kepemilikan barang
dan fasilitas rumah mulai dari kondisi rumah seperti
jenis jamban, lantai dan dinding rumah serta
kepemilikan televisi sampai barang bergerak
(Ariawan, 2006). Diperoleh dengan menghitung
wealth indeks menggunakan Principal Component
Analysis (PCA). Dikatakan rendah dan diberi nilai 1
bila berada pada quantile 1 dan 2. Cukup dan diberi
nilai 2 bila berada pada quantile 3 serta dikatakan
mampu dan diberi nilai 3 bila berada pada quantile 4
dan 5.
Skala ukur: ordinal

Tempat tinggal Tempat dimana ibu tinggal selama menjalani


kehamilannya. Diberi nilai 1 bila tinggal di pedesaan
dan nilai 0 bila tinggal di perkotaan.
Skala ukur: Nominal

E. Instrumen Penelitian

Penelitian menggunakan instrumen berupa daftar pertanyaan yang


memuat beberapa data untuk mendukung variabel bebas, terikat dan
variabel luar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini daftar
pertanyaan dari BPS (SDKI 2002-2003) yaitu: daftar rumah tangga
(SDKI02-RT) dan daftar pertanyaan wanita (SDKI02-WK). Data tidak
seluruhnya dipergunakan, hanya beberapa data dari hasil seleksi yang
dapat mendukung variabel dalam penelitian. Adapun kisi-kisi instrumen
yang digunakan adalah sebagai berikut:
34

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian (BPS, 2003)

Jenis Variabel Uraian Jenis Instrumen


Variabel terikat BBLR SDKI02-WK: Bagian 4A
Pertanyaan no 425

Variabel bebas Frekuensi pemeriksaan SDKI02-WK: Bagian 4A


Selama kehamilan Pertanyaan no 409, 410A,
410B dan 410C

Variabel luar Umur SDKI02-WK: Bagian 1


Pertanyaan no 105 dan 106
SDKI02-WK: Bagian 1
Pendidikan Pertanyaan no 108
SDKI02-WK: Bagian 2
Paritas Pertanyaan no 201-208
SDKI02-RT : Bagian IV
Sosial ekonomi Pertanyaan no 18-29
SDKI02-RT : Bagian 1
Tempat tinggal Pertanyaan no 5

Kriteria penelitian Lahir tunggal SDKI02-WK: Bagian 2


Pertanyaan no 213
Ditimbang ketika lahir SDKI02-WK: Bagian 4A
Pertanyaan no 424
Kehamilan <37 minggu SDKI02-WK: qcal_1
Tidak ada komplikasi selama SDKI02-WK: Bagian 4A
kehamilan Pertanyaan no 414 b, 414c
Ibu tidak merokok SDKI02-WK: Bagian 4B
Pertanyaan no 496

G. Cara Pengumpulan Data

Data dari BPS (SDKI 2002-2003) dikumpulkan oleh tim wawancara,


yang terdiri dari 94 tim. Setiap tim terdiri dari 1 orang pengawas, satu
orang pemeriksa, 3 orang pewawancara wanita dan 1 orang
pewawancara pria. Pengumpulan data berdasarkan blok sensus yang
telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang telah
ada dari BPS (SDKI 2002-2003), penggunaan data tersebut disesuaikan
dengan variabel dalam penelitian.
35

H. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan adalah penelusuran literatur pendukung dan
dokumen dari data BPS (SDKI 2002-2003). Perencanaan penelitian
dituangkan dalam proposal penelitian.
2. Tahap Pengumpulan data
Pengumpulan data diperoleh dari BPS (SDKI 2002-2003) yang
merupakan data mentah (kuesioner hasil wawancara tim BPS).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar
pertanyaan dari BPS (SDKI 2002-2003) yaitu: daftar pertanyaan wanita
(SDKI02-WK) dan daftar rumah tangga (SDKI02-RT).
3. Ekstrak data
Pada tahap ini peneliti tidak mengumpulkan sendiri data dari lapangan,
melainkan memilih beberapa data dari BPS (SDKI 2002-2003). Data
yang dipilih dan diambil peneliti adalah data mentah yang telah
dipublikasi dan dinyatakan dapat dipergunakan oleh publik.
4. Tahap analisa data
Kegiatan dalam tahap ini meliputi cleaning data yang akan diolah, yaitu
membersihkan data dari missing dengan melihat konsistensi jawaban
responden pada suatu pertanyaan dengan pertanyaan lain yang
berkaitan; weighting atau pembobotan data, karena pengumpulan data
dilakukan dengan stratified sampling; serta recoding variabel-variabel
yang akan diolah dan dianalisis untuk mengkatagorikan variabel sesuai
dengan definisi operasional. Data yang telah bersih tersebut kemudian
dianalisis dengan bantuan program komputer Intercooled Stata ® versi
9.
5. Tahap penyusunan laporan
Kegiatan akhir dalam penelitian ini adalah penyusunan laporan
penelitian. Selanjutnya dilakukan pembahasan sesuai dengan literatur
dan teori yang digunakan dan akhirnya penentuan kesimpulan serta
saran untuk penelitian lebih lanjut.
36

I. Analisis Data

1. Analisis Univariabel
Dilakukan untuk menganalisa masing-masing variabel secara
independen. Tahapan ini dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran
deskriptif dari masing-masing variabel. Pada penelitian ini variabel bebas
dan terikat masing-masing menggunakan skala nominal maka analisa
univariabel dilakukan secara distribusi frekuensi. Tabel ini memuat
frekuensi dan persentase dari setiap variabel, yang meliputi bayi berat
lahir rendah, frekuensi pemeriksaan selama kehamilan serta umur,
pendidikan, paritas, sosial ekonomi dan tempat tinggal.

2. Analisis Bivariabel
Untuk mengidentifikasi hubungan antara variabel bebas (frekuensi
pemeriksaan selama kehamilan) dengan variabel terikat (bayi berat lahir
rendah), serta variabel luar dengan variabel terikat. Uji statistik yang
digunakan adalah Chi-Square (χ²) pada tingkat kemaknaan p<0,05. Untuk
melihat besarnya risiko terjadinya efek (outcome) dilihat dalam Risk ratio
(RR) dengan interval kepercayaan (CI) 95%.

3. Analisis Multivariabel
Analisis multivariabel digunakan untuk mengetahui hubungan
variabel bebas dengan variabel terikat secara bersama dengan
menyertakan variabel luar. Uji hipotesis yang digunakan adalah regresi
binomial dengan tingkat kemaknaan p<0,05 dan 95% CI. Dalam penelitian
ini variabel yang dianggap sebagai pontesial confounding berdasarkan
hasil analisis bivariabel dapat diketahui sebagai variabel yang merupakan
faktor risiko terjadinya bayi berat lahir rendah.
37

J. Etika Penelitian

Penelitian dilaksanakan setelah mendapat surat kelaikan etik


(ethical clearence) dari Komite Etik Penelitian Biomedis pada manusia
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjahmada nomor: KE/FK/112/EC.

K. Keterbatasan Penelitian

1. Kesulitan Penelitian
Dalam tahap pengolahan dan analisis banyak terdapat data
missing. Untuk mengatasi hal ini maka dilakukan cross-chek sesuai
dengan variabel-variabel yang dibutuhkan, baik pada variabel frekuensi
pemeriksaan selama kehamilan, bayi berat lahir rendah dan variabel luar,
sehingga data yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya menggunakan dan menganalisis data yang
telah tersedia sehingga tidak dapat mengontrol kualitas pengukuran yang
dilakukan oleh orang lain pada masa lalu. Sebagaimana survei yang
bersifat retrospektif, responden harus mengingat riwayat pemeriksaan
kehamilannya, sehingga kemungkinan recall bias dalam penelitian ini
cukup besar. Didapatkan perbedaan yang cukup besar pada informasi
berat lahir berdasarkan ingatan ibu atau recall yaitu 86% sedangkan berat
lahir dari catatan di buku KIA ataupun KMS hanya 14%. Penelitian ini
memfokuskan pada frekuensi pemeriksaan selama kehamilan dan sudah
membatasi faktor risiko yang dapat menimbulkan bias, mengidentifikasi
variabel yang dapat menimbulkan kerancuan (confounding). Dalam
rancangan penelitian dilakukan restriksi yaitu ditentukan kriteria inklusi
(bayi lahir tunggal dan ditimbang saat lahir) dan kriteria eksklusi
(komplikasi selama kehamilan dan perilaku ibu merokok) serta
menggunakan analisis multivariabel pemodelan.
38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian menggunakan data dari 26 propinsi di Indonesia, dimana


data dalam penelitian ini diperoleh dari BPS (SDKI 2002-2003). Penelitian
yang dilakukan adalah penelitian observational dengan rancangan kohor
retrospektif dan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara faktor risiko yaitu frekuensi pemeriksaan kehamilan dan
kejadian bayi berat lahir rendah di Indonesia.
BPS (2003) melaksanakan survei yang kelima tentang demografi
dan kesehatan di Indonesia. Dengan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan bagi pembuat kebijakan dan
pengelola program kesehatan. Adapun hasil penelitian sebagai berikut:

1. Karakteristik Subjek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah wanita yang berusia 15-49
tahun, pernah kawin, mempunyai anak lahir hidup dan memeriksakan
kehamilannya. Subjek yang sesuai dengan kriteria dalam penelitian ini
adalah 8.712, yang terdiri dari dua kelompok. Kelompok yang terpapar
faktor risiko adalah 2.258 ibu dengan frekuensi pemeriksaan
kehamilan tidak K4 dan kelompok yang tidak terpapar faktor risiko
adalah 6.454 ibu dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan dengan
K4.
Pada frekuensi pemeriksaan kehamilan tersebut masih terdapat
26% responden dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan yang tidak
K4. Frekuensi pemeriksaan belum mencapai target yang seharusnya
yaitu 90%. Hal ini merupakan permasalahan yang perlu mendapatkan
39

perhatian dalam pelayanan kesehatan, terutama untuk pencapaian


program pelayanan pemeriksaan kehamilan.
Gambaran berat lahir pada penelitian ini adalah rata-rata berat
lahir 3.008 gram, berat minimal 1700 gram dan berat maksimal 4000
gram. Insiden bayi berat lahir rendah sebesar 407 (5%) dan bayi berat
lahir cukup sebesar 8.305 (95%).

2. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian


Analisis dilakukan untuk mengetahui masing-masing variabel
yang digunakan pada penelitian secara independen. Lebih jelas hasil
analisis sebagai berikut:

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian

Karakteristik responden Frekuensi %


Umur
<20 tahun 861 10,0
20–34 tahun 6.728 77,0
≥35 tahun 1.123 13,0

Pendidikan
Tidak sekolah 222 2,5
SD 3.864 44,3
SLTP 1.737 20,0
SLTA 2.256 26,0
Akademi 253 2,9
PT 380 4,3

Paritas
1 3.173 36,4
2–3 4.193 48,1
≥4 1.346 15,5

Sosial ekonomi
Rendah 3.166 36,0
Cukup 1.870 22,0
Mampu 3.676 42,0

Tempat tinggal ibu


Pedesaan 4.069 47,0
Perkotaan 4.643 53,0

Sumber: BPS 2003


40

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah responden umur <20 tahun


adalah 10% dan ≥35 tahun sebesar 13%, hal ini menyatakan bahwa
terdapat umur responden yang berada pada umur berisiko atau tidak
berada pada umur reproduksi sehat. Analisis tingkat pendidikan
responden, sebagian besar responden dengan pendidikan sekolah
dasar (44,3%). Rendahnya tingkat pendidikan responden merupakan
masalah yang perlu mendapatkan perhatian, terutama bagi pemberi
pelayanan kesehatan dalam memberikan informasi atau pendidikan
kesehatan. Responden dengan paritas 1 sebesar 36,4% dan ≥4
sebesar 15,5%. Status sosial ekonomi responden dalam kategori
rendah sampai dengan mampu. Responden dengan sosial ekonomi
rendah sebesar 36%. Perbedaan tempat tinggal responden antara
perkotaan dan pedesaan tidak menunjukkan perbedaan yang besar,
47% responden tinggal di daerah pedesaan. Responden lebih besar
(53%) berada di perkotaan.

3. Analisis Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan dengan Bayi Berat


Lahir Rendah
Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan antara
frekuensi pemeriksaan kehamilan dan bayi berat lahir rendah. Untuk
melihat besar risiko terjadinya efek dilihat dalam Risk ratio (RR) dengan CI
95%. Hasil analisis secara lengkap dijelaskan pada Tabel 5.

Tabel 5. Analisis Menggunakan Uji χ² Frekuensi Pemeriksaan kehamilan


dengan Bayi Berat Lahir Rendah

Frekuensi Pemeriksaan BBLR BBLC χ² RR CI 95%


Kehamilan N % N %

Tidak K4 146 6,5 2.112 22,03 1,59 1,31-1,95


Dengan K4 261 4,0 93,5
6.193
96,0
Sumber: BPS 2003
41

Pada Tabel 5 hasil analisis frekuensi pemeriksaan kehamilan dan


kejadian bayi berat lahir rendah terdapat hubungan yang signifikan. Pada
ibu dengan pemeriksaan kehamilan tidak K4 kejadian bayi berat lahir
rendah 146 (6,5%) dan bayi berat lahir cukup 2.112 (93,5%). Sedangkan
ibu dengan pemeriksaan kehamilan K4, kejadian bayi berat lahir rendah
261 (4,0%) dan bayi berat lahir cukup 6.193 (96%). Nilai RR sebesar 1,59
(95% CI; 1,31-1,95) didapatkan pada ibu dengan pemeriksaan kehamilan
yang tidak K4. Kejadian bayi berat lahir rendah lebih tinggi pada ibu
dengan pemeriksaan kehamilan yang tidak K4 yaitu 1,59 kali
dibandingkan dengan kejadian bayi berat lahir rendah pada ibu dengan
pemeriksaan K4. Dengan demikian hipotesis penelitian ini yang
menyebutkan bahwa risiko bayi berat lahir rendah lebih tinggi pada
kelompok ibu dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan yang tidak K4
dibandingkan dengan kelompok ibu dengan frekuensi pemeriksaan
kehamilan K4 dapat diterima. Selanjutnya dilakukan analisis variabel luar
dan bayi berat lahir rendah.

Tabel 6. Analisis Menggunakan Uji χ² Umur, pendidikan, Paritas,


Sosial Ekonomi serta Tempat Tinggal dengan Bayi Berat Lahir Rendah

BBLR BBLC
Variabel
N % N % χ² RR CI 95%
Umur ibu
- <20 dan ≥35 tahun 111 5,6 1.873 94,4 4,91 1,27 1,02-1,57
- 20-34 tahun (Rf) 296 4,4 6.432 95,6

Pendidikan ibu
- Rendah 331 5,7 5.492 94,3 40,43 2,16 1,69-2,76
- Tinggi (Rf) 76 2,6 2.813 97,4

Paritas
- Berisiko 244 5,4 4.275 94,6 11,16 1,39 1,14-1,68
- Tidak berisiko (Rf) 163 3,9 4.030 96,1

Sosial ekonomi
- Rendah 180 5,7 2.986 94,3 16,99 1,57 1,26-1,96
- Cukup 94 5,0 1.776 95,0 1,39 1,07-1,79
- Mampu (Rf) 133 3,6 3.543 96,4

Tempat tinggal
- Pedesaan 231 5,7 3.838 94,3 17,33 1,49 1,23-1,81
- Perkotaan (Rf) 176 3,8 4.467 96,2
Sumber: BPS 2003
42

Hasil analisis umur ibu dan kejadian bayi berat lahir rendah secara
statistik signifikan. Nilai RR sebesar 1,27 (95% CI; 1,02-1,57) didapatkan
pada ibu umur <20 dan ≥35 tahun. Kejadian bayi berat lahir rendah lebih
besar pada ibu umur <20 dan ≥35 tahun yaitu 1,27 kali dibandingkan
kejadian bayi berat lahir rendah pada ibu umur 20-34 tahun. Berarti umur
berisiko untuk terjadinya bayi berat lahir rendah yaitu 1,27 kali pada ibu
umur <20 dan ≥35 tahun.
Analisis pendidikan ibu dan kejadian bayi berat lahir rendah secara
statistik menunjukkan hubungan yang signifikan. Nilai RR sebesar 2,16
(95% CI; 1,69-2,76) didapatkan pada ibu dengan pendidikan yang rendah.
Kejadian bayi berat lahir rendah lebih besar pada ibu dengan pendidikan
rendah yaitu 2,16 kali dibandingkan dengan kejadian bayi berat lahir
rendah pada ibu dengan pendidikan yang tinggi. Dengan demikian
pendidikan berisiko untuk terjadinya bayi berat lahir rendah yaitu 2,16 kali
pada ibu dengan pendidikan yang rendah.
Analisis berdasarkan paritas dan kejadian bayi berat lahir rendah
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, nilai RR sebesar 1,39
(95% CI; 1,14-1,68). Kejadian bayi berat lahir rendah lebih besar pada ibu
dengan paritas yang berisiko yaitu 1,39 kali dibandingkan dengan kejadian
bayi berat lahir rendah pada paritas yang tidak berisiko. Berarti paritas
berisiko untuk terjadinya bayi berat lahir rendah yaitu 1,39 kali pada ibu
dengan paritas yang berisiko.
Analisis sosial ekonomi dan bayi berat lahir rendah menunjukkan
hubungan yang signifikan, didapatkan nilai RR sebesar 1,57 (95% CI;
1,26-1,96) pada ibu dengan sosial ekonomi rendah dan nilai RR sebesar
1,39 (95% CI; 1,07-1,79) pada ibu dengan sosial ekonomi cukup. Kejadian
bayi berat lahir rendah lebih besar pada ibu dengan sosial ekonomi
rendah yaitu 1,57 kali dibandingkan dengan kejadian bayi berat lahir
rendah pada ibu dengan sosial ekonomi mampu.
Analisis tempat tinggal dan kejadian bayi berat lahir rendah
menyatakan hubungan yang signifikan. Nilai RR sebesar 1,49 (95% CI;
43

1,23-1,81) diperoleh pada ibu yang tinggal di pedesaan. Dari nilai RR


tersebut menunjukkan bahwa risiko kejadian bayi berat lahir rendah lebih
besar pada ibu yang tinggal di pedesaan yaitu 1,49 kali di bandingkan
dengan ibu yang tinggal di perkotaan. Maka tempat tinggal berisiko untuk
terjadinya bayi berat lahir rendah yaitu 1,49 kali pada ibu yang tinggal di
pedesaan.
Dari keseluruhan hasil analisis bivariabel dapat disimpulkan bahwa
frekuensi pemeriksaan kehamilan dan variabel luar yaitu: umur,
pendidikan, paritas, sosial ekonomi dan tempat tinggal mempunyai
hubungan yang signifikan dengan kejadian bayi berat lahir rendah.
Analisis selanjutnya dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan variabel
luar dan frekuensi pemeriksaan kehamilan. Untuk lebih jelas hasil analisis
dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Analisis Menggunakan Uji χ² Umur, Pendidikan, Paritas,


Sosial ekonomi serta Tempat tinggal dengan
Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan

Tidak K4 Dengan K4
Variabel
N % N % χ² P
Umur ibu
- <20 dan ≥35 tahun 673 34,0 1.311 66,0 85,69 0,0000
- 20-34 (Rf) 1.585 23,5 5.143 76,5

Pendidikan ibu
- Rendah 1.823 31,3 4.000 68,7 265,55 0,0000
- Tinggi (Rf) 435 15,0 2.454 85,0

Paritas
- Berisiko 1.219 27,0 3.300 73,0 5,46 0,0195
- Tidak berisiko (Rf) 1.039 25,0 3.154 75,0

Sosial ekonomi
- Rendah 1.174 37,1 1.992 62,9 394,33 0,0000
- Cukup 496 26,5 1.374 73,5 0,0000
- Mampu (Rf) 588 16,0 3.088 84,0

Tempat tinggal
- Pedesaan 1.239 30,4 2.830 69,6 81,65 0,0000
- Perkotaan (Rf) 1.019 22,0 3.624 78,0

Sumber: BPS 2003


44

Berdasarkan hasil analisis tersebut, semua variabel luar memiliki


hubungan yang signifikan dengan bayi berat lahir rendah maupun
frekuensi pemeriksaan selama kehamilan. Variabel tersebut akan
diikutkan dalam analisis multivariabel untuk melihat hubungan frekuensi
pemeriksaan kehamilan dan bayi berat lahir rendah dengan menyertakan
variable luar serta untuk memastikan adanya confounding.

4. Analisis Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan dan Variabel Luar


Dengan Bayi Berat Lahir Rendah
Analisis dilakukan untuk melihat hubungan frekuensi pemeriksaan
kehamilan dan kejadian bayi berat lahir rendah setelah dilakukan adjusted
atau dengan menyertakan umur, pendidikan, paritas, sosial ekonomi dan
tempat tinggal.
Analisis menggunakan regresi binomial dengan tingkat kemaknaan
p<0.05, Interval kepercayaan (CI) 95% dari nilai RR, koefisien determinasi
(R²), serta jumlah ibu dengan frekuensi pemeriksaan selama kehamilan.
Secara jelas hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 8.
45

Tabel 8. Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan dan Variabel Luar


Dengan Bayi Berat Lahir Rendah

Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5 Model 6


RR (95% CI) RR (95% CI) RR (95% CI) RR (95% CI) RR (95% CI) RR (95% CI)
Variabel
Frekuensi
pemeriksaan
-Tidak K4 1,59* 1,43* 1,47* 1,53* 1,39* 1,38*
(1,17-2,17) (1,04-1,95) (1,08-2,0) (1,12-2,09) (1,02-1,90) (1,01-1,88)
-Dengan K4 (Rf) 1 1 1 1 1 1

Umur
-<20 dan ≥35 tahun 0,99
(0,69-1,43)
-20-34 tahun (Rf) 1

Pedidikan
-Rendah 2,02* 1,85* 1,86*
(1,41-2,89) (1,24-2,76) (1,24-2,79)
-Tinggi (Rf) 1 1 1

Paritas
-Berisiko 1,35
(0,97-1,88)
-Tidak berisiko (Rf) 1

Sosial ekonomi
-Rendah 1,44* 1,05 1,05
(1,01-2,05) (0,68-1,63) (0,68-1,62)
-Cukup 1,32 1,09 1,08
(0,84-2,06) (0,68-1,75) (0,68-1,74)
-Mampu (Rf) 1 1 1

Tempat tinggal
-Pedesaan 1,43* 1,25 1,24
(1,05-1,97) (0,87-1,77) (0,87-1,77)
-Perkotaan (Rf) 1 1 1
Deviance 3268,225 3232,612 3257,282 3254,31 3226,591 3216,849

R² 0,07 0,072 0,071 0,071 0,073 0,073

N 8.712 8.712 8.712 8.712 8.712 8.712

Adapun hasil analisis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


Model 1 menjelaskan frekuensi pemeriksaan kehamilan dan kejadian bayi
berat lahir rendah tanpa dilakukan adjusted dengan variabel lain. Kejadian
bayi berat lahir rendah pada ibu dengan pemeriksaan yang tidak K4 yaitu
1,59 kali dibandingkan dengan kejadian bayi berat lahir rendah pada
kelompok ibu dengan pemeriksaan K4. Hasil analisis signifikan dan nilai
R² pada model 1 didapat sebesar 0,07 artinya frekuensi pemeriksaan
kehamilan dapat menjelaskan risiko terjadinya bayi berat lahir rendah
sebesar 7%.
Model 2 untuk mengetahui kontribusi variabel pendidikan terhadap
frekuensi pemeriksaan kehamilan dan kejadian bayi berat lahir rendah.
46

Analisis pada model ini menunjukkan nilai RR 1,43 (95% CI; 1,04-1,95).
Pengaruh frekuensi pemeriksaan kehamilan dan kejadian kejadian bayi
berat lahir rendah dengan menyertakan variabel pendidikan berisiko
sebesar 1,43 kali terhadap bayi berat lahir rendah dan hasil ini signifikan.
Penurunan nilai RR tersebut tidak terlalu besar atau masih dalam relatif
sama, maka variabel pendidikan bukan merupakan confounding. Analisis
uji interaksi menunjukkan bahwa nilai p lebih besar dari nilai α. Dengan
demikian frekuensi pemeriksaan kehamilan dan pendidikan tidak ada
hubungan interaksi atau effect modifier.
Analisis selanjutnya pada variabel pendidikan didapatkan nilai RR
2,02 (95% CI; 1,41-2,89). Kemampuan variabel pendidikan mempengaruhi
frekuensi pemeriksaan kehamilan dan bayi berat lahir rendah dapat dilihat
dari selisih deviance sebesar 35,06 dengan df 2 , nilai ini lebih besar dari
χ² tabel yaitu 5,99 berarti kontribusi pendidikan terhadap bayi berat lahir
rendah adalah bermakna. Kemampuan frekuensi pemeriksaan kehamilan
dengan menyertakan variabel pendidikan untuk memprediksi kejadian
bayi berat lahir rendah dapat dilihat dari nilai R² pada model ini sebesar
7,2%.
Pada model 3, sosial ekonomi sebagai potensial confounding
dimasukkan dalam analisis. Nilai RR yang diperoleh adalah 1,47 (95% CI;
1,08-2,0), berarti frekuensi pemeriksaan kehamilan dengan menyertakan
variabel sosial ekonomi memberikan risiko sebesar 1,47 kali terhadap
kejadian bayi berat lahir rendah dan hasil ini signifikan. Penurunan nilai
RR tersebut tidak terlalu besar dibanding dengan model 1, maka sosial
ekonomi bukan merupakan confounding. Analisis uji interaksi
menunjukkan nilai p lebih besar dari nilai α. Dengan demikian frekuensi
pemeriksaan kehamilan dan sosial ekonomi tidak ada hubungan interaksi
atau effect modifier.
Kemampuan sosial ekonomi mempengaruhi frekuensi pemeriksaan
kehamilan dan bayi berat lahir rendah dapat dilihat dari selisih deviance
sebesar 10,94 dengan df 3, nilai ini lebih besar dari χ² tabel yaitu 7,81.
47

Dengan demikian sosial ekonomi memiliki hubungan yang signifikan


dengan bayi berat lahir rendah. Kemampuan frekuensi pemeriksaan
kehamilan dengan menyertakan variabel sosial ekonomi untuk
memprediksi kejadian bayi berat lahir rendah dapat dilihat dari nilai R²
pada model ini sebesar 7,1%.
Hasil analisis model 4, frekuensi pemeriksaan kehamilan dengan
menyertakan variabel tempat tinggal memberikan risiko sebesar 1,53
(95% CI; 1,12-2,09) terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. Penurunan
nilai RR tidak terlalu besar dibandingkan pada model 1 berarti tempat
tinggal bukan merupakan confounding. Kemampuan tempat tinggal
mempengaruhi frekuensi pemeriksaan kehamilan dan bayi berat lahir
rendah dapat dilihat dari selisih deviance sebesar 13,91 dengan df 2, nilai
ini lebih besar dari χ² tabel yaitu 7,81. Dengan demikian tempat tinggal
memiliki hubungan yang signifikan dengan bayi berat lahir rendah.
Kemampuan frekuensi pemeriksaan kehamilan dengan menyertakan
variabel tempat tinggal untuk memprediksi bayi berat lahir rendah dapat
dilihat dari nilai R² pada model ini sebesar 7,1%.
Model 5 untuk mengetahui frekuensi pemeriksaan kehamilan
dengan menyertakan variabel pendidikan, sosial ekonomi dan tempat
tinggal terhadap bayi berat lahir rendah. Hasil analisis signifikan dan
memberikan risiko sebesar 1,39 (95% CI; 1,02-1,90) terhadap kejadian
bayi berat lahir rendah. Kemampuan variabel tersebut mempengaruhi
frekuensi pemeriksaan kehamilan dan bayi berat lahir rendah dapat dilihat
dari selisih deviance sebesar 41,63 dengan df 5, nilai ini lebih besar dari
χ² tabel yaitu 11,07. Dengan demikian variabel tersebut memiliki
hubungan yang signifikan dengan bayi berat lahir rendah. Kemampuan
frekuensi pemeriksaan kehamilan dengan menyertakan variabel tersebut
untuk memprediksi bayi berat lahir rendah dapat dilihat dari nilai R² pada
model ini sebesar 7,3%.
Pada model 6 dengan menyertakan semua variabel yang
berpotensi sebagai confounding seperti umur, pedidikan, paritas, sosial
48

ekonomi serta tempat tinggal risiko untuk mengalami kejadian bayi berat
lahir rendah sebesar 1,38 (95%CI; 1,01-1,88). Dibandingkan dengan
model pertama RR mengalami penurunan dari 1,59 menjadi 1,38 dan
hanya variabel pendidikan yang konsisten memiliki hubungan yang
signifikan dengan bayi berat lahir rendah. Kemampuan variabel tersebut
mempengaruhi frekuensi pemeriksaan kehamilan dan kejadian bayi berat
lahir rendah dapat dilihat dari selisih deviance sebesar 51,38 dengan df 7,
nilai ini lebih besar dari χ² tabel yaitu 14,06. Nilai R² pada model ini
sebesar 7,3%.
Dari hasil analisis tersebut, model 2 sebagai model yang lebih
efektif dalam melihat variabel yang sangat berpengaruh terhadap bayi
berat lahir rendah. Dengan menyertakan variabel pendidikan keadekuatan
dicerminkan dengan adanya peningkatan koefisien determinan (R2)
sebesar 7,2% dan nilai RR sebesar 1,43 (95% CI; 1,04-1,95).

B. Pembahasan

Dari beberapa hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan


deskriptif karakteristik responden, kemaknaan dan kekuatan hubungan
antara variabel bebas dan terikat serta perbedaan risiko dengan
mengendalikan faktor yang kemungkinan sebagai confounding. Pada data
BPS (SDKI 2002-2003) didapatkan perbedaan yang cukup besar pada
informasi berat lahir berdasarkan ingatan ibu atau recall yaitu 86%
sedangkan berat lahir dari catatan di buku KIA ataupun KMS hanya 14%.
Ada 6 variabel berdasarkan analisis bivariabel yang terbukti
signifikan secara statistik terhadap kejadian bayi berat lahir rendah yaitu
frekuensi pemeriksaan kehamilan, umur, pendidikan, paritas, sosial
ekonomi serta tempat tinggal. Analisis pemodelan dilakukan untuk
mengetahui kontribusi variabel yang merupakan faktor risiko terhadap
kejadian bayi berat lahir rendah. Variabel umur, pendidikan, paritas, sosial
49

ekonomi serta tempat tinggal berkontribusi terhadap kejadian bayi berat


lahir rendah tetapi bukan sebagai confounding.

1. Hubungan Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan Dengan Bayi Berat


Lahir Rendah
Hasil analisis variabel utama yaitu frekuensi pemeriksaan
kehamilan dan kejadian bayi berat lahir rendah didapatkan secara statistik
signifikan. Pada ibu dengan pemeriksaan kehamilan tidak K4 kejadian
bayi berat lahir rendah 146 (6,5%) dan bayi berat lahir cukup 2.112
(93,5%). Sedangkan ibu dengan pemeriksaan kehamilan K4, kejadian
bayi berat lahir rendah 261 (4,0%) dan bayi berat lahir cukup 6.193 (96%).
Hipotesis penelitian ini yang menyebutkan bahwa risiko bayi berat lahir
rendah lebih tinggi pada ibu dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan
yang tidak K4 dibandingkan pada ibu dengan frekuensi pemeriksaan
kehamilan K4 dapat diterima dengan nilai RR 1,59 (95%CI; 1,31-1,95).
Penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian bayi berat lahir rendah lebih
besar pada ibu dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan yang tidak K4.
Frekuensi pemeriksaan kehamilan yang tidak sesuai standar dapat
mengakibatkan komplikasi ataupun kelainan yang terjadi baik pada ibu
maupun janin tidak dapat teridentifikasi. Bila hal tersebut terjadi dapat
menyebabkan outcome kelahiran yang kurang baik.
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Khatun dan Rahman (2008)
yang menyatakan bahwa adanya efek yang positif dari jumlah kunjungan
pemeriksaan kehamilan pada outcome kelahiran. Pemeriksaan kehamilan
merupakan upaya penting untuk mendeteksi perkembangan kehamilan,
pencegahan dan tindakan bila ada komplikasi baik pada ibu maupun janin
yang dikandung. Ibu yang menerima empat atau lebih pemeriksaan
kehamilan melahirkan bayi dengan berat normal dibandingkan yang
kurang empat kali pemeriksaan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh
Negi et al. (2006) yang menjelaskan bahwa berat bayi saat lahir
mempunyai hubungan yang signifikan dengan jumlah pemeriksaan
50

kehamilan. Pemeriksaan kehamilan yang kurang dari lima kali mempunyai


risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi berat lahir rendah dibandingkan
dengan yang lima atau lebih pemeriksaan (OR 5,71). Charreire dan
Combier (2008) juga menjelaskan bahwa ibu hamil yang kurang efektif
dalam perawatan kehamilan akan meningkatkan risiko kelahiran prematur
dan bayi berat lahir rendah.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Goldani et al. (2004) dalam
penelitian survei di Brazil, menyatakan pemeriksaan kehamilan yang tidak
adekuat dapat meningkatkan risiko kejadian bayi berat lahir rendah 1,43
kali. Studi lain juga menyatakan bahwa pemeriksaan kehamilan yang tidak
adekuat berhubungan dengan peningkatan risiko persalinan preterm dan
bayi berat lahir rendah (Krueger dan Scholl, 2000). Nobile et al. (2006)
juga mengemukakan pemeriksaan kehamilan yang kurang empat kali
selama kehamilan mempunyai hubungan yang sinifikan dengan kejadian
bayi berat lahir rendah.
Peneliti berpendapat bila seorang ibu melakukan pemeriksaan
kehamilan yang teratur, maka akan dapat memantau pertumbuhan dan
perkembangan janin. Kesehatan ibu pada masa kehamilan mempunyai
pengaruh besar terhadap kesehatan bayi dalam kandungan dan pada
saat dilahirkan. Screening tidak akan dapat membedakan seorang ibu
memerlukan asuhan darurat atau tidak, bahkan ibu hamil dengan atau
tanpa risiko bisa kemungkinan untuk mengalami komplikasi. Oleh karena
itu ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan yaitu minimal empat kali, satu kali pada
trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada
trimester ketiga.
Penelitian ini meyimpulkan bahwa frekuensi pemeriksaan yang baik
tidak hanya dilihat dari jumlah kunjungan, tetapi lebih dipentingkan pada
keteraturan pemeriksaan pada tiap trimester kehamilan. Selain itu dengan
adanya pemeriksaan kehamilan yang teratur juga dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan ibu hamil dan keluarga dengan harapan dapat
51

meningkatkan peran serta keluarga terutama dalam pengambilan


keputusan melalui pendidikan kesehatan. Selain itu pemeriksaan
kehamilan merupakan aspek penting untuk kesehatan ibu maupun janin.
Pelayanan tersebut dapat berupa identifikasi masalah ibu dan janin,
perbaikan gizi, dukungan psikologi dan intervensi masalah ibu dan janin.
Perlu upaya perhatian yang lebih terhadap penerimaan pelayanan
pemeriksaan kehamilan yang dilakukan secara teratur, yang merupakan
salah satu upaya untuk memantau perkembangan kesehatan ibu dan
bayi. Dengan demikian frekuensi pemeriksaan secara teratur dapat
menurunkan risiko kejadian bayi berat lahir rendah.
Disamping itu perlu diperhatikan faktor lain yang berhubungan
dengan pemeriksaan kehamilan misalnya mengadakan hubungan atas
dasar kepercayaan dengan tenaga kesehatan, persiapan persalinan dan
kesiapan dalam menghadapi komplikasi persalinan, screening dan
pendeteksian penyakit, konseling yang berfokus pada klien (Vilar et al.,
2001).

2. Hubungan Umur, pendidikan, paritas, sosial ekonomi dan Bayi


Berat Lahir Rendah
Pada analisis univariabel terdapat 10% ibu umur <20 tahun dan
13% ≥35 tahun, hal ini menunjukkan bahwa terdapat ibu pada umur yang
berisiko atau tidak dalam masa reproduksi sehat. Pada penelitian ini
kejadian bayi berat lahir rendah lebih besar pada ibu umur <20 dan ≥35
tahun. Analisis bivariabel umur dan kejadian bayi berat lahir rendah
secara statistik signifikan dengan nilai RR sebesar 1,27 (95% CI; 1,02-
1,57), dengan demikian umur <20 dan ≥35 tahun meningkatkan risiko 1,27
kali untuk terjadinya bayi berat lahir rendah dibanding ibu dengan umur
20-34 tahun. Analisis bivariabel umur dan frekuensi pemeriksaan
kehamilan, pemeriksaan tidak K4 lebih besar pada ibu umur <20 dan ≥35
tahun. Pada analisis pemodelan adanya penurunan nilai RR menjadi 1,56
52

(95% CI; 1,17-2,17). secara statistik signifikan dan terbukti umur bukan
merupakan confounding.
Peneliti menyimpulkan bahwa risiko bayi berat lahir rendah dan
pemeriksaan kehamilan yang tidak K4 lebih besar terjadi pada ibu umur
<20 dan ≥35 tahun. Kehamilan pada usia <20 tahun lebih berisiko untuk
terjadinya bayi berat lahir rendah dan prematur karena mekanisme
biologis belum sempurna. Ibu masih mengalami perkembangan pada
tubuhnya dan fungsi organ reproduksi belum sempurna. Pada usia
tersebut akan terjadi kompetisi nutrisi antara ibu dan bayi, serta dari faktor
psikologis belum siap menjadi seorang ibu. Sedangkan umur ≥35 tahun
merupakan fase premenoupose dimana alat reproduksi sudah tidak
berfungsi secara optimal sehingga akan mengganggu asupan nutrisi ke
janin.
Peneliti juga berpendapat bahwa kehamilan pada umur tersebut
secara sosial merupakan indikator dari suatu kehamilan yang tidak
direncanakan, sehingga ibu cenderung mengabaikan pemeriksaan
kehamilannya. Pada umur tersebut ibu sering tidak membekali diri untuk
segala sesuatu yang seharusnya dipersiapkan selama kehamilan, seperti
pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan, kebutuhan gizi selama
kehamilan serta perilaku yang mendukung untuk kesehatan selama
kehamilan. Kehamilan pada kondisi tersebut mengakibatkan adanya
perilaku yang tidak mendukung kesehatan bagi ibu dan janin. Perilaku
tersebut tidak akan dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan
selama kehamilan termasuk mengidentifikasi risiko bayi berat lahir rendah.
Dengan demikian untuk mengurangi risiko outcome kelahiran yang kurang
baik, perlu memperhatikan faktor umur. Umur reproduktif sehat yaitu 20-
34 tahun merupakan saat yang lebih baik untuk menghindari risiko
terjadinya bayi berat lahir rendah.
Penelitian ini sependapat dengan Yang et al. (2006) yang
menyatakan bahwa risiko bayi berat lahir rendah ada hubungannya
dengan faktor umur, dimana ibu dengan umur <15 dan ≥35 tahun akan
53

meningkatkan risiko untuk terjadinya bayi berat lahir rendah. Hal tersebut
juga didukung oleh Badshah et al. (2007) yang menyatakan bahwa faktor
umur ibu dapat meningkatkan risiko kejadian bayi berat lahir rendah.
Dickute et al. (2004) juga menyatakan ibu hamil dengan umur <20 tahun
memiliki risiko 2,2 kali untuk melahirkan bayi berat lahir rendah.
Analisis univariabel sebagian besar responden dengan pendidikan
rendah yaitu 66,8%. Hasil analisis bivariabel pendidikan dan bayi berat
lahir rendah secara statistik signifikan. Sedangkan multivariabel analisis
nilai RR menjadi 1,43 (95% CI; 1,04-1,95). Kejadian bayi berat lahir
rendah lebih besar pada ibu dengan pendidikan rendah yaitu 5,7%.
Penelitian ini sejalan dengan Liu et al. (2008) yang menyatakan bahwa
terjadi penurunan kejadian bayi berat lahir rendah pada ibu dengan tingkat
pendidikan yang dijalaninya selama 12 tahun atau lebih dibandingkan
dengan pendidikan formal yang dialami ibu kurang dari 9 tahun. Tingkat
pendidikan ibu yang rendah meningkatkan risiko bayi berat lahir rendah
dibandingkan dengan tingkat pendidikan ibu yang lebih tinggi.
Hasil penelitian survei di Brazil juga menyatakan ibu hamil dengan
pendidikan yang rendah memberikan risiko pada outcome kelahiran yang
kurang baik (Goldani et al., 2004). Dickute et al. (2004) juga menyatakan
tingginya risiko persalinan bayi berat lahir rendah pada ibu dengan
pendidikan dasar (OR;3,4). Pendidikan berhubungan dengan perilaku
yang dapat mempengaruhi kesehatan bayi saat dilahirkan. Ibu dengan
pendidikan rendah cenderung berperilaku yang kurang mendukung
kesehatan, seperti perilaku merokok, alkohol, drug abuse serta
pemeriksaan kehamilan yang kurang baik. Liu et al. (2008) dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa ibu hamil di pedesaan lebih besar
berisiko untuk memberikan out come kelahiran yang kurang baik. Hal
tersebut berhubungan dengan rendahnya pendidikan bagi ibu hamil di
daerah pedesaan.
Peneliti berpendapat bahwa rendahnya tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi kemampuan terhadap akses pemeriksaan kehamilan yang
54

memenuhi standar. Hal ini ini berhubungan dengan hasil analisis


bivariabel yang menyatakan ada hubungan yang signifikan faktor
pendidikan terhadap frekuensi pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan
kehamilan tidak K4 lebih besar pada ibu dengan pendidikan yang rendah,
yaitu 31,3% dibandingkan pada ibu dengan pendidikan yang tinggi hanya
15%. Untuk pemeriksaan kehamilan K4 lebih tinggi pada ibu dengan
pendidikan yang tinggi yaitu 85% dibandingkan pada ibu dengan
pendidikan rendah hanya 68,7%. Dengan demikian keteraturan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan juga dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan ibu.
Menurut peneliti pendidikan yang baik akan meningkatkan
kesadaran, memudahkan pemahaman dan penerimaan informasi tentang
pentingnya pemeriksaan selama kehamilan. Hal tersebut dapat
mempengaruhi hasil akhir kehamilan yang lebih baik. Selain itu pendidikan
juga berhubungan dengan perilaku dalam pemenuhan nutrisi dan perilaku
lainnya yang dapat berisiko terhadap kejadian bayi berat lahir rendah.
Pendidikan akan mempengaruhi status kehidupan seseorang, termasuk
dalam kehidupan reproduksinya. Seorang ibu akan mampu memutuskan
kebutuhan dan perilaku yang terbaik untuk kesehatannya.
Bila dilihat dari paritas kejadian bayi berat lahir rendah lebih besar
pada ibu dengan paritas yang berisiko dibandingkan dengan paritas yang
tidak berisiko yaitu 5,4%. Analisis bivariabel secara statistik signifikan
terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. Pada analisis bivariabel paritas
dan frekuensi pemeriksaan kehamilan, ibu dengan pemeriksaan
kehamilan tidak K4 lebih besar pada ibu dengan paritas satu dan empat
atau lebih dibandingkan pada paritas dua dan tiga.
Penelitian ini sejalan dengan Khatun dan Rahman (2008)
menyatakan bahwa persentase bayi berat lahir rendah lebih besar pada
ibu dengan paritas yang berisiko yaitu pada paritas pertama dan empat
atau lebih. Penelitian Negi et al. (2006) juga menjelaskan bahwa paritas
pertama mempunyai hubungan yang signifikan dengan hasil akhir
55

kehamilan. Risiko untuk terjadinya bayi berat lahir rendah 3,21 kali pada
paritas pertama dibandingkan dengan paritas dua atau tiga.
Secara biologis menjelaskan bahwa Grandemultipara merupakan
faktor predisposisi terjadinya gangguan sirkulasi darah sehingga
mempengaruhi asupan nutrisi dari ibu ke janin. Semakin sering ibu
mengalami kehamilan maka akan menimbulkan jaringan fibrotik pada vili
chorialis plasenta dan berisiko mengalami hambatan dalam pertumbuhan
dan perkembangan janin. Seorang ibu secara fisiologis memerlukan waktu
2 sampai 3 tahun setelah melahirkan untuk dapat kembali ke kondisi yang
baik sehingga dapat mempersiapkan kehamilan berikutnya.
Peneliti berpendapat bahwa ibu dengan paritas yang berisiko yaitu
paritas satu dan empat atau lebih memberi kecenderungan untuk tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh berbagai kemungkinan, yaitu kurangnya pengetahuan ibu
tentang paritas yang berisiko, pengalaman ibu terhadap kehamilan
sebelumnya yang pernah dilalui secara normal. Kondisi tersebut
mengakibatkan ibu mengabaikan pemeriksaan kehamilan karena
mengangap kehamilannya normal seperti pengalaman yang lalu. Perilaku
tersebut tidak akan dapat mengidentifikasi adanya kelainan atau
komplikasi yang dapat terjadi selama kehamilan, termasuk risiko
terjadinya bayi berat lahir rendah. Dengan demikian sebaiknya ibu hamil
dianjurkan memeriksakan kehamilan secara teratur dan membatasi jumlah
paritas untuk mengurangi risiko kejadian bayi berat lahir rendah. Dengan
membatasi risiko tersebut memberikan kesempatan bagi ibu untuk
mepersiapkan kehamilan secara baik. Pengalaman kehamilan untuk
paritas sebelumnya tidak dapat dijadikan standar untuk kehamilan
berikutnya.
Pada penelitian ini pengukuran tingkat sosial ekonomi berdasarkan
kondisi rumah sampai dengan kepemilikan barang bergerak. Pendekatan
aset kepemilikan barang rumah tangga merupakan salah satu cara untuk
mengidentifikasi perspektif ekonomi, informasi kesehatan, nutrisi dan
56

keadaan populasi (Gwatkin et al., 2000). Pada analisis univariabel


terdapat 36,3% responden dengan sosial ekonomi rendah. Kejadian bayi
berat lahir rendah lebih besar pada ibu dengan sosial ekonomi rendah
dibandingkan dengan sosial ekonomi mampu ataupun cukup yaitu 5,7%
serta meningkatkan risiko 1,57 kali terhadap kejadian bayi berat lahir
rendah. Pada analisis bivariabel sosial ekonomi dan pemeriksaan
kehamilan, ibu dengan pemeriksaan kehamilan tidak K4 lebih besar pada
sosial ekonomi rendah. Hubungan tersebut secara statistik signifikan
terhadap kejadian bayi berat lahir rendah maupun pemeriksaan
kehamilan. Pada analisis multivariabel terjadi penurunan nilai RR menjadi
1,47 (95% CI; 1,08-2,0).
Peneliti berpendapat bahwa sosial ekonomi merupakan faktor
penting sehubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dalam penelitian ini keluarga dengan
sosial ekonomi rendah memberikan kecenderungan ibu untuk tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Faktor sosial ekonomi
berkaitan dengan kemampuan dalam akses ke pelayanan kesehatan
termasuk pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan yang tidak
teratur mengakibatkan kelainan atau komplikasi selama kehamilan
termasuk risiko bayi berat lahir rendah tidak dapat teridentifikasi. Selain itu
tingkat sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang dapat
berpengaruh pada pola hidup sehari hari termasuk kemampuan keluarga
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Bila sosial ekonomi baik maka akan
mampu mendukung kebutuhan nutrisi bagi janin. Sebaliknya pada tingkat
sosial ekonomi rendah akan mengalami hambatan dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi selama kehamilan, hal ini akan berisiko terjadinya
outcome kelahiran yang kurang baik.
Selain itu peneliti juga berpendapat bahwa kemiskinan dapat
meningkatkan risiko kesakitan dan kematian ibu dan anak, yang
disebabkan oleh ketidakmampuan keluarga untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang memadai. Dengan demikian sosial ekonomi
57

merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kemampuan


keluarga dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, termasuk
pemeriksaan kehamilan dan kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi. Selain itu alasan tidak mencari pelayanan obstetrik tidak hanya
terkait oleh rendahnya kondisi sosial ekonomi tetapi dapat juga
disebabkan oleh faktor lain, misalnya pendidikan. Pendidikan yang rendah
merupakan salah satu masalah yang dapat menghambat proses
penerimaan informasi kesehatan atau keputusan ibu untuk mencari
pelayanan kesehatan termasuk pemeriksaan kehamilan.
Penelitian ini sejalan dengan Torees et al. (2004) yang menyatakan
bahwa sosial ekonomi berisiko pada kejadian bayi berat lahir rendah yaitu
2,6 kali pada ibu dengan sosial ekonomi kurang.
Analisis berdasarkan tempat tinggal 47% responden tinggal di
daerah pedesaan. Kejadian bayi berat lahir rendah lebih besar pada ibu
yang tinggal di daerah pedesaan yaitu 5,7% dibandingkan dengan yang
tinggal di perkotaan yaitu 3,8%. Pada analisis bivariabel tempat tinggal
dan pemeriksaan kehamilan, ibu dengan pemeriksaan kehamilan tidak K4
lebih besar pada ibu yang tinggal di pedesaan, yaitu 30,4% sedangkan di
perkotaan hanya 22%. Pada analisis multivariabel nilai RR menjadi 1,53
(95% CI; 1,12-2,09). Ada hubungan yang signifikan tempat tinggal
terhadap kejadian bayi berat lahir rendah maupun pemeriksaan
kehamilan.
Penelitian ini sejalan dengan Hillemeir et al. (2007) yang
menyatakan ibu hamil di daerah pedesaan mengalami hambatan dalam
akses ke pelayanan kesehatan, yang dapat berisiko pada kelahiran bayi
berat lahir rendah. Dickute et al. (2004) juga menyatakan bahwa adanya
perbedaan kejadian bayi berat lahir rendah pada ibu yang tinggal didaerah
perkotaan dan pedesaan. Rendahnya pendidikan dan sosial ekonomi di
daerah pedesaan menjadi faktor penghambat dalam akses ke pelayanan
kesehatan termasuk pemeriksaan kehamilan. Liu et al. (2008) dalam
58

penelitiannya juga menjelaskan bahwa ibu hamil di pedesaan lebih besar


berisiko untuk memberikan out come kelahiran yang kurang baik.
Peneliti berpendapat bahwa tempat tinggal berpengaruh terhadap
kejadian bayi berat lahir rendah. Di daerah perkotaan ketersedian fasilitas
pelayanan kesehatan lebih baik dibandingkan dengan pedesaan.
Ketersedian dan kemudahan dalam menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan tesebut akan memberikan dampak yang lebih baik pada ibu
untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Pemeriksaan
kehamilan yang teratur akan mampu mengidentifikasi kelainan dan
komplikasi yang dapat terjadi selama kehamilan, termasuk risiko
terjadinya bayi berat lahir rendah. Dengan kondisi tersebut maka akan
dapat memberikan outcome kelahiran yang lebih baik. Di pedesaan
permasalahan yang juga harus menjadi perhatian adalah rendahnya
pendidikan bagi ibu hamil di daerah pedesaan. Hasil analisis univariabel
pada penelitian ini menyatakan 66,8% ibu dengan pendidikan rendah,
kondisi tersebut dapat memberikan kecenderungan ibu untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan yang kurang baik dan mempunyai perilaku yang
tidak mendukung untuk kesehatan bayi yang dikandung.
Peneliti juga berpendapat bahwa pemeriksaan kehamilan
berhubungan dengan tempat tinggal ibu, hal tersebut akan meningkatkan
kemungkinan ibu untuk tidak melakukan pemeriksaan secara teratur bila
pendidikan dan sosial ekonomi yang kurang pada kondisi tempat tinggal.
Perlu upaya untuk kemudahan dalam memperoleh pelayanan
pemeriksaan kehamilan, sehingga kelainan dan komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan dapat teridentifikasi, dan hasil akhir kehamilan
akan menjadi lebih baik. Kematian dan kesakitan ibu serta bayinya, bukan
saja karena faktor klinis atau penyakit kehamilan. Selain itu dipengaruhi
faktor sosiodemografi yang berperan terhadap outcome kehamilan.
Dengan demikian untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada
ibu dan bayi, sebaiknya pemeriksaan kehamilan dilaksanakan secara
59

komprehensif dengan memperhatikan faktor sosiodemografi termasuk


tempat tinggal.
Dari beberapa hasil analisis tersebut dapat di deskriptifkan bahwa
dalam penelitian ini frekuensi pemeriksaan selama kehamilan merupakan
faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah. Kemaknaan dan kekuatan
hubungan antara variabel bebas dan terikat terbukti dengan adanya
kejadian bayi berat lahir rendah lebih besar 1,59 kali pada ibu dengan
pemeriksaan kehamilan tidak K4 dibandingkan pada ibu dengan
pemeriksaan kehamilan K4.
58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah


dikemukakan, maka kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Insiden bayi berat lahir rendah lebih tinggi pada ibu dengan frekuensi
pemeriksaan kehamilan tidak K4.
2. Ibu dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan tidak K4 memiliki risiko
lebih tinggi untuk terjadinya bayi berat lahir rendah dibandingkan pada
ibu dengan frekuensi pemeriksaan K4.
3. Umur, pendidikan, paritas, sosial ekonomi dan tempat tinggal
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian bayi berat
lahir rendah.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian tentang frekuensi


pemeriksaan kehamilan dan bayi berat lahir rendah pada data BPS 2003
beberapa saran peneliti adalah :
1. Bagi petugas kesehatan agar melakukan peningkatan pendidikan
kesehatan (KIE) kepada ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan
kehamilan secara teratur dan sesuai standar yang telah ditetapkan,
yaitu minimal empat kali selama kehamilan, satu kali pada trimester
pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester
ketiga.
2. Bagi petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah untuk
peningkatan cakupan pemeriksaan kehamilan, terutama pada daerah
yang jauh dari lokasi pelayanan kesehatan dan yang mempunyai
cakupan pemeriksaan kehamilan yang belum mencapai target.
59

3. Bagi petugas kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan


lebih memperhatikan tingkat pendidikan ibu hamil dan teknik
pendidikan kesehatan untuk mempermudahkan dalam penerimaan
informasi.
4. Penelitian ini hanya mengungkap faktor risiko yaitu pada karakteristik
ibu hamil, masih ada faktor lain seperti status gizi ibu, perilaku dan
kualitas pelayanan yang tidak diangkat dalam penelitian ini karena
keterbatasan penelitian. Dengan demikian diharapkan adanya
penelitian lanjutan sebagai pengembangan dari penelitian ini mengenai
faktor risiko bayi berat lahir rendah.
60

DAFTAR PUSTAKA

Ariawan, I. (2006) Indeks sosio-ekonomi menggunakan principal


component analysis, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 1(2),
hal. 83-87.

Alexander, G. R. & Korenbrot, C.C. (1995) The role of prenatal care in


preventing low birth weight. Future Child 5(1):103–20.

Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional,


Departemen Kesehatan & ORC Macro (2003) Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia 2002-2003. Jakarta: BPS & ORC Macro.

Badshah, S., Mason, L., Kelvie, K., Payne, R. & Lisboa, P.J. (2007) Risk
factors for low birthweight. BMC Public Health, 8(197): 1471-1480.

Barros, F.C. & Diaz, R.J. (2007) Essential care of low birthweight
neonates. Am J Pediatr, 45(2): 13-15.

Behrman, R.E. (1985) preventing low birthweight. Washington, D.C:


Institute Medicine National Academy Press.

Brown, C.A., Sohani, S.B., Khan, K., Lilford, R. & Mukhwana, W. (2007)
Antenatal care and perinatal outcomes in Kwale district. BMC
Pregnancy Childbirth, 8(2): 171-181.

Charreire, H. & Combier, E. (2008) Poor antenatal care in an urban area.


Health & Place, 15(2):412-419.

Coimbra, L.C., Figueiredo, F.P., Silva, A.A.M., Bettiol, H., Mochel, E.G. &
Ribeiro. (2007) Inadequate utilization of prenatal care ini two
Brazilian birth cohorts. Brazilian Med Res & Biological Research,
40:1195-1202.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004) Pedoman pemantauan


wilayah setempat kesehatan ibu dan anak. Jakarta: Depkes RI.

Dickute, J., Padaiga, Z., Grabauska, V. & Nadisauskiene, R.J. (2004)


Maternal socio-economic factors and the risk of low birthweight in
Lithuania. Med J, 40(5): 475-482.

Goldani, M.Z., Barbieri, M.A., Silva, A.M. & Bettiol, H. (2004) Trends in
prenatal care use and low birthweight in Southeast Brazil. Am J
Public Health, 94(8): 1366-1371.
61

Goldenberg, R.I. & Culhane, J.F. (2007) Low birthweight in the United
States. Am J pediatr, 85(5): 5848-5853.

Gordis, L. (2004) Epidemiology 3 rd ed. W.B. London : Sauders Company.

Gwatkin, D.R., Rustein, S., Johnson, K., Pande, R.P. & Wagstaff, A.
(2000) Socio-economic differences in health, nutrition and
population in Indonesia. HNP/Poverty Thematic of The World Bank

Heaman, M.I., Gree, C.G., Elliott, L.J. & Helewa, M.I. (2008) Inadequate
prenatal care and its association with adverse pregnancy outcome.
BMC Pregnancy Childbirth, 8(15): 1471-1477.

Hillemeier, M.M., Weisman, C.S., Chase, G.A. & Marie, A. (2007)


Individual and community predictors of preterm birth and low
birthweight along the rural-urban. J Rural health, 23(1): 42-48.

Hasan, M.I. (2002) Metodologi penelitian dan aplikasinya. Jakarta: Ghalia


Indonesia.

Klaus, M.H. & Fanaroff, A. (1990) Care of the hight risk neonate.
California. New York. Academic Affairs Children’s hospital.

Krueger, P.M. & Scholl, T.O. (2000) Adequacy of prenatal care and
pregnancy outcome. BMC Pregnancy Childbirth , 100(8): 485-491.

Khatun, Selina. & Rahman, M. (2008) Socioeconomic determinants of low


birth weight in Bangladesh: a multivariate approach. Bangladesh
Med Res Counc Bull, 34:81-86.

Kogan, M. D., Alexander, G.R. & Jack, B.W. (1998) The association
between adequacy of prenatal care utilization and subsequent
pediatric care utilization in the United States. Pediatrics, 2(1):25–30.

Liu, Y., Liu, J., Ye, R. & Li, Z. (2008) Association of education and
occurrence of low birthweight in rural. J Paediatr Child Health,
98(4): 687-691.

Lwanga, S.K & Lemeshow, S. (1988) Software sample size determination


in health studies. Geneva: WHO.

Lucas, A.O., Bale, J.R. & Stoll, B.J. (2003) Committee on improving birth
outcomes board on Global Health. Washington, D.C. National
Academies Press.
62

McKinley Health Center (2005) Prenatal care information and resources.


Urbana: University of Linois.

Nobile, C.G., Raffaele, G., Altomare, C. & Pavia, M. (2006) Influence of


maternal and social factors as predictors of low birthweight. BMC
Public Health, 7(192): 1471-1479.

Negi, K.S., Kandpal, S.D. & Kukreti, M. (2006) Epidemiological factors low
birth weight. J Med Educ, Jan-Mar;8(1):31-4.

National Collaborating Centre (2003) Antenatal care routine for the healthy
pregnant woman. Clinical guideline. RCOG Press.

Ricketts, S.A., Murray, E.K. & Schwalberg, R. (2005) Reducing low


birthweight by resolving risk. Am Public Health, 95(11): 1952-1957.

Shah, P. & Ohlsson, A. (2002) Literature review of low birthweight


including small for gestational age and preterm birth. Toronto:
public health Toronto.

Sastroasmoro, S. & Ismael, S. (2008) Dasar-dasar metodelogi penelitian


klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Smith, G.C., Pell, J.P. & Dobbie, R. (2003) Interpregnancy interval and risk
of preterm birth and neonatal death : retrospective cohort study.
BMJ, Aug 9;327-13.

Torres, L.P., Casas, P.C., Hernandes, S.F., barragan, P.V. & Macias, E.R.
(2004) Socioeconomic factor and low birthweight in Mexico. BMC
Public Health, 5(20): 471-477.

UNICEF & WHO (2004) Low Birthweight: Country regional and global
estimasi. New York: UNICEF.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (2007) Yogyakarta: Pustaka


pelajar.

Vahdaninia, M., Tavafian, S.S. & Montazeri, A. (2007) Correlates of low


birthweight in term pregnancy. BMC Pregnancy Childbirth, 8(12):
1471-1475.

Villar, J. & Bergsjo. (2001) WHO Antenatal care trial research group.
Ganeva: World Health Organization.
63

Villar, J & Bergsjo. (2003) WHO Antenatal care randomised trial: manual
for Implementation of the new model. Ganeva: World Health
Organization.

Wanzhen & Paterson, J. (2006) Risk factors for preterm and small for
gestational age babies. J Paediatr Child Health, 42(10): 785-792.

Yang, Q., Greenland, S. & Flanders, W.D. (2006) Association of maternal


age and parity related factors with trends in low birthweight rates.
Am J Public Health, 96(5): 856-861.
SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2002
DAFTAR RUMAH TANGGA

Rahasia

I. PENGENALAN TEMPAT KODE

1. PROPINSI _______________________________________________________________________
2. KABUPATEN/KOTA *) ______________________________________________________________
3. KECAMATAN _____________________________________________________________________
4. DESA/KELURAHAN *) ______________________________________________________________
5. DAERAH **) PERKOTAAN -1 PERDESAAN -2
6. NOMOR BLOK SENSUS _____________________________________________________________
7. NOMOR KODE SAMPEL SDKI 2002 ............................................................................................
8. NOMOR URUT RUMAH TANGGA ................................................................................................
9. NAMA KEPALA RUMAH TANGGA _____________________________________________________
10. TERPILIH SURVEI PRIA KAWIN YA -1 TIDAK -2

II. KUNJUNGAN PETUGAS DAN REKAPITULASI


1 2 3 KUNJUNGAN AKHIR

TANGGAL WAWANCARA _____________ _____________ _____________ TANGGAL


BULAN
TAHUN
NAMA PEWAWANCARA _____________ _____________ _____________ PEWAWANCARA
HASIL KUNJUNGAN***) _____________ _____________ _____________ HASIL KUNJUNGAN

KUNJ. BERIKUT TGL _____________ _____________


JUMLAH KUNJUNGAN
JAM _____________ _____________

***) PILIH SALAH SATU DAN ISIKAN KODE HASIL KUNJUNGAN JUMLAH ANGGOTA
RUMAH TANGGA
1. SELESAI
2. TIDAK ADA ANGGOTA RUMAH TANGGA DI RUMAH ATAU TIDAK ADA JUMLAH PRIA
RESPONDEN YANG MAMPU MENJAWAB PADA SAAT KUNJUNGAN KAWIN 15-54 TAHUN
3. RUMAH TANGGA TIDAK ADA SELAMA WAKTU PENCACAHAN
4. DITANGGUHKAN JUMLAH WANITA
5. DITOLAK PERNAH KAWIN
6. BANGUNAN KOSONG ATAU ALAMAT BUKAN TEMPAT TINGGAL 15-49 TAHUN
7. BANGUNAN DIBONGKAR
8. BANGUNAN TIDAK DITEMUKAN JUMLAH ART
9. LAINNYA ___________________________________________________________ BELUM KAWIN
(DITULISKAN) 15-24 TAHUN

NOMOR URUT
RESPONDEN

EDITOR LAPANGAN PENGAWAS EDITOR BPS PONSER

NAMA ____________ ____________ ____________ ____________

TANGGAL ____________ ____________ ____________ ____________


*) Coret yang tidak sesuai
**) Lingkari salah satu
IV. KEADAAN TEMPAT TINGGAL

TERUS
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE
KE
18 Apa sumber utama air minum untuk anggota rumah tangga saudara? LEDING
DI DALAM RUMAH .............................. 11
DI HALAMAN ...................................... 12 20
UMUM ................................................ 13
SUMUR TIDAK TERLINDUNG
DI DALAM RUMAH .............................. 21
DI HALAMAN ...................................... 22 20
UMUM ................................................ 23
SUMUR TERLINDUNG
DI DALAM RUMAH .............................. 31
DI HALAMAN ...................................... 32 20
UMUM ................................................ 33
MATA AIR ............................................... 41
SUNGAI .................................................. 42
DANAU ................................................... 43
BENDUNGAN........................................... 44
AIR HUJAN ............................................. 51 20
TRUK TANGKI AIR/AIR PIKULAN .............. 61
AIR KEMASAN ......................................... 71 20
LAINNYA................................................. 96
19 Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengambil air minum dan kembali ke
rumah? MENIT ...................................

DITEMPAT/RUMAH.................................. 996

20 Apakah jenis kakus yang digunakan di rumah tangga ini? KAKUS SENDIRI
DENGAN TANGKI SEPTIK ..................... 11
TANPA TANGKI SEPTIK ........................ 12
KAKUS BERSAMA/UMUM .......................... 21
SUNGAI .................................................. 31
CUBLUK .................................................. 41
HALAMAN/SEMAK/BELUKAR..................... 51
LAINNYA __________________________ 96
(TULISKAN)
21 LIHAT 18:
SUMUR SUMUR
(KODE 21,22,23,31,32,33) 21,22,23,31,32,33 23

22 Berapa meter jarak antara sumur dan tempat rembesan/penampungan


kotoran/tinja terdekat? JARAK ................................... M

(BULATKAN DALAM SATUAN METER) TIDAK TAHU ........................................... 98


23 BAHAN BANGUNAN UTAMA UNTUK LANTAI TANAH ................................................... 11
BAMBU ................................................... 12
KAYU/PAPAN........................................... 22
(TIDAK USAH DITANYA, CUKUP DILIHAT LALU DICATAT) SEMEN/BATA MERAH .............................. 31
UBIN/TEGEL/TERASO .............................. 32
KERAMIK/MARMER/GRANIT ..................... 33
LAINNYA __________________________ 96
(TULISKAN)
24 Berapa luas lantai rumah ini?
LUAS ................................ M2
(DIBULATKAN DALAM SATUAN METER PERSEGI)
TIDAK TAHU ........................................... 998

25 Apa jenisdinding luar terluas rumah ini? TEMBOK ................................................. 1


KAYU ...................................................... 2
BAMBU ................................................... 3
LAINNYA __________________________ 6
(TULISKAN)
26 Apa jenis atap terluas rumah ini? BETON ................................................... 1
KAYU/SIRAP ........................................... 2
GENTENG ............................................... 3
ASBES/SENG ........................................... 4
IJUK/DAUN-DAUNAN ............................... 5
LAINNYA __________________________ 6
(TULISKAN)
27 Apakah di rumah tangga ini ada: YA TIDAK
Listrik? LISTRIK ................................. 1 2
Radio? RADIO ................................... 1 2
Televisi? TELEVISI ............................... 1 2
Telepon TELEPON ............................... 1 2
Lemari es? LEMARI ES............................. 1 2
TERUS
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE
KE
28 Apa jenis bahan bakar utama yang digunakan untuk memasak? LISTRIK.................................................. 01
GAS ........................................................ 02
MINYAK TANAH ...................................... 03
BATU BARA ............................................. 04
ARANG ................................................... 05
KAYU BAKAR ........................................... 06
LAINNYA __________________________ 96
(TULISKAN)
29 Apakah ada anggota rumah tangga yang mempunyai: YA TIDAK

Sepeda/sampan? SEPEDA/SAMPAN ................... 1 2


Sepeda motor atau perahu motor tempat? SEPEDA MOTOR/PERAHU
Mobil/truk? MOTOR TEMPEL.................. 1 2
MOBIL/TRUK.......................... 1 2
BAGIAN 1. LATAR BELAKANG RESPONDEN

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Selamat pagi (siang, sore,…). Nama saya…………. Dan saya adalah salah seorang petugas dari Badan Pusat Statistik yang sedang melaksanakan survei
mengenai kesehatan wanita, pria dan anak. Kami akan sangat menghargai kesertaan Bapak dalam survei ini. Saya ingin bertanya mengenai Bapak dan
keluarga Bapak. Keterangan ini akan membantu pemerintah dalam merencanakan pelayanan kesehatan. Wawancara akan berlangsung sekitar 30 menit.
Keterangan apapun yang Bapak berikan akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan diberitahukan kepada pihak lain.

Partisipasi dalam survei ini bersifat sukarela dan Bapak dapat memilih untuk tidak menjawab beberapa atau semua pertanyaan. Namun, kami berharap
Bapak akan tidak menolak untuk diwawancarai Karena pandangan dan jawaban Bapak dalam survei ini sangat penting.

Sekarang saya boleh mulai mewawancarai Bapak sekarang?

Tanda tangan pewawancara:_____________________________________ Tanggal:_________________________________

RESPONDEN SETUJU DIWAWANCARI……………. 1 RESPONDEN TIDAK SETUJU DIWAWANCARAI………………2 ⇒ SELESAI


TERUS
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE
KE
101 CATAT WAKTU
JAM ................................................
MENIT ............................................

105 Pada bulan apa dan tahun berapa Ibu dilahirkan?


BULAN ............................................

TIDAK TAHU BULAN ................................ 98

TAHUN ...............................

TIDAK TAHU TAHUN .............................. 9998


106 Berapa umur Ibu pada ulang tahun terakhir?

BANDINGKAN DAN PERBAIKI 105 DAN ATAU 106 JIKA TIDAK SESUAI UMUR DALAM TAHUN .....................
JIKA UMUR KURANG DARI 15 TAHUN ATAU LEBIH DARI 54 TAHUN (BILANGAN BULAT)
WAWANCARA SELESAI. PERBAIKI DAFTAR SDKI02-RT BAGIAN III KOLOM (7)

106A Apakah Ibu sekarang berstatus belum kawin, kawin, cerai hidup, atau cerai mati? KAWIN ................................................... 1
CERAI HIDUP .......................................... 2
CERAI MATI ............................................ 3
107 Apakah Ibu pernah sekolah? YA .......................................................... 1
TIDAK .................................................... 2 111
108 Apakah jenjang sekolah tertinggi yang pernah/sedang Ibu duduki: sekolah dasar, SEKOLAH DASAR..................................... 1
sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat atas, akademi atau SEKOLAH LANJUTAN TKT PERTAMA ......... 2
universitas? SEKOLAH LANJUTAN TKT ATAS ............... 3
AKADEMI/DI/DII/DIII .............................. 4
UNIVERSITAS/DIV................................... 5
109 Apakah kelas/tingkat tertinggi yang Ibu selesaikan pada jenjang tersebut?
KELAS/TINGKAT....................................
TAMAT = 7
110 LIHAT 108:

SD SLTP
KE ATAS 114

111 Sekarang saya minta Ibu untuk membacakan kalimat ini. TIDAK BISA MEMBACA SAMA
SEKALI ................................................ 1
TUNJUKKAN SALAH SATU KARTU, JIKA RESPONDEN TIDAK DAPAT MEMBACA BISA MEMBACA SEBAGIAN
KALIMAT SECARA LENGKAP, TANYAKAN: KALIMAT ............................................. 2
BISA MEMBACA SELURUH
Dapatkan Ibu membaca sebagian kalimat ini? KALIMAT ............................................. 3
112 Apakah Ibu pernah mengikuti program ‘melek huruf’ atau program lain yang YA .......................................................... 1
mengajarkan cara membaca atau menulis (tidak termasuk SD)? TIDAK .................................................... 2
113 LIHAT 111
KODE ‘2’ ATAU ‘3’ KODE ‘1’1
115
DILINGKARI DILINGKARI

114 Apakah Ibu biasanya membaca surat kabar atau majalah hampir setiap hari, HAMPIR SETIAP HARI ............................. 1
paling sedikit sekali seminggu, kurang dari sekali seminggu atau tidak membaca PALING SEDIKIT SEKALI SEMINGGU ........ 2
sama sekali? JARANG SEKALI ...................................... 3
TIDAK SAMA SEKALI ............................... 4
115 Apakah Ibu biasanya mendengarkan radio hampir setiap hari, paling sedikit sekali HAMPIR SETIAP HARI ............................. 1
seminggu, kurang dari sekali seminggu atau tidak mendengarkan radio sama PALING SEDIKIT SEKALI SEMINGGU ........ 2
sekali? JARANG SEKALI ...................................... 3
TIDAK SAMA SEKALI ............................... 4
116 Apakah Ibu biasanya menonton televisi hampir setiap hari, paling sedikit sekali HAMPIR SETIAP HARI ............................. 1
TERUS
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE
KE
seminggu, kurang dari sekali seminggu atau tidak menonton sama sekali? PALING SEDIKIT SEKALI SEMINGGU ........ 2
JARANG SEKALI ...................................... 3
TIDAK SAMA SEKALI ............................... 4
117 Apakah agama yang Ibu anut? ISLAM .................................................... 01
KISTEN PROTESTAN................................ 02
KATHOLIK .............................................. 03
HINDU.................................................... 04
BUDHA ................................................... 05
KONG HU CHU ........................................ 06
LAINNYA................................................. 96
BAGIAN 2. RIWAYAT KELAHIRAN

TERUS
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE
KE
201 Sekarang saya ingin bertanya mengenai semua anak yang ibu lahirkan selama YA .......................................................... 1
hidup. Apakah Ibu pernah melahirkan? TIDAK .................................................... 2 206
202 Apakah ibu mempunyai anak laki-laki atau anak perempuan yang ibu lahirkan YA .......................................................... 1
yang sekarang tinggal bersama Ibu? TIDAK .................................................... 2 204
203 Berapa jumlah anak laki-laki yang tinggal bersama Ibu? ANAK LAKI-LAKI
DI RUMAH ................................
Dan berapa jumlah anak perempuan yang tinggal bersama Ibu?
ANAK PEREMPUAN
JIKA TIDAK ADA, TULISKAN ‘00’. DI RUMAH ................................
204 Apakah Ibu mempunyai anak laki-laki atau perempuan yang ibu lahirkan, yang YA .......................................................... 1
sekarang masih hidup tetapi tidak tinggal bersama Ibu? TIDAK .................................................... 2 206
205 Berapa jumlah anak laki-laki yang masih hidup tetapi tidak tinggal bersama Ibu? ANAK LAKI-LAKI
Dan berapa jumlah anak perempuan yang masih hidup tetapi tidak tinggal DI TEMPAT LAIN .......................
bersama Ibu?
ANAK PEREMPUAN
JIKA TIDAK ADA, TULISKAN ‘00’. DI TEMPAT LAIN .......................
206 Apakah Ibu pernah melahirkan anak laki-laki atau perempuan yang lahir hidup
tetapi sekarang sudah meninggal? YA .......................................................... 1

JIKA “TIDAK PERNAH”, TANYAKAN: Apakah ada anak yang lahir dalam keadaan TIDAK .................................................... 2 208
hidup tetapi hanya hidup untuk beberapa jam atau beberap hari?
207 Berapa jumlah anak laki-laki yang sudah meninggal? ANAK LAKI-LAKI YANG
SUDAH MENINGGAL ..................
Dan berapa jumlah anak perempuan yang sudah meninggal?
ANAK PEREMPUAN YANG
JIKA TIDAK ADA, TULISKAN ‘00’ SUDAH MENINGGAL ..................
208 JUMLAHKAN ISIAN DI 203, 205 DAN 207, DAN TULISKAN JUMLAHNYA.
JIKA TIDAK ADA, TULISKAN ‘00’. JUMLAH ..........................................

209 LIHAT 208:

Untuk meyakinkan apakah jawaban yang saya peroleh sudah benar, Ibu mempunyai _____anak yang lahir hidup.
Apakah angka ini benar?

YA TIDAK JIKA PERLU TANYAKAN LAGI 201-208

210 LIHAT 208:

SATU ATAU LEBIH TIDAK ADA


KELAHIRAN HIDUP KELAHIRAN HIDUP 226
BAGIAN 4A. KEHAMILAN, PEMERIKSAAN SESUDAH MELAHIRKAN, DAN
PEMBERIAN AIR SUSU IBU

401 LIHAT 224:

MEMPUNYAI Saturday ATAU TIDAK MEMPUNYAI 487


LEBIH ANAK ANAK LAHIR HIDUP
LAHIR HIDUP SEJAK SEJAK JANUARI 1997
JANUARI 1997

402 TULISKAN PADA TABEL NOMOR URUT, NAMA, DAN STATUS KELANGSUNGAN HIDUP SETIAP KELAHIRAN SEJAK JANUARI 1997.
AJUKAN PERTANYAAN MENGENAI SEMUA ANAK LAHIR HIDUP MULAI DENGAN ANAK TERAKHIR. (JIKA LEBIH DARI 2 ANAK
LAHIR HIDUP, GUNAKAN LEMBAR TAMBAHAN).

Sekarang saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan megenai kesehatan anak Ibu yang lahir dalam lima tahun terakhir. (kita
akan membicarakan seorang demi seorang).

ANAK TERAKHIR ANAK KEDUA DARI TERAKHIR

403 NOMOR URUT DARI 212 NOMOR URUT .......................... NOMOR URUT.................

404 DARI 212 DAN 216 NAMA______________________________ NAMA_________________________


HIDUP MENINGGAL HIDUP MENINGGAL

405 Pada saat Ibu mengandung (NAMA), apakah Ibu memang WAKTU ITU.......................................... 1 WAKTU ITU ......................... 1
ingin hamil waktu itu, menginginkannya kemudian, atau sama (TERUS KE 406A) (TERUS KE 406A)
sekali tidak menginginkan anak (lagi)? KEMUDIAN ........................................... 2 KEMUDIAN .......................... 2
TIDAK INGIN LAGI ............................... 3 TIDAK INGIN LAGI ............... 3
(TERUS KE 406A) (TERUS KE 406A)
406 Berapa lama jarak kelahiran yang Ibu inginkan sebelum
punyak anak (NAMA)? BULAN ............................. 1
BULAN .................... 1
TAHUN ............................ 2
TAHUN .................... 2
TIDAK TAHU ........................................ 998 TIDAK TAHU............................. 2

406A Apakah (NAMA) mempunyai surat yang menerangkan tentang YA ....................................................... 1 YA............................................ 1
kelahirannya? TIDAK .................................................. 2 TIDAK ...................................... 2
(TERUS KE 406) (TERUS KE 406D)
TIDAK TAHU ........................................ 8 TIDAK ...................................... 8
406B Dapatkah Ibu tunjukkan suratnya? TIDAK............................................. 1 TIDAK .................................... 1
SURAT KETERANGAN LAHIR ............ 2 SURAT KETERANGAN LAHIR .... 2
LIHAT SURAT APA SAJA YANG ADA SURAT LAPORAN KELAHIRAN........... 3 SURAT LAPORAN KELAHIRAN .. 3
SURAT KENAL LAHIR ....................... 4 SURAT KENAL LAHIR .............. 4
(TERUS KE 407) (TERUS KE 407)
AKTE KELAHIRAN ............................ 5 AKTE KELAHIRAN ................... 5

406C Berapa umur (NAMA) ketika memperoleh akte kelahiran?


HARI ...................... 1 HARI ................. 1
MINGGU .................. 2 MINGGU ............. 2
BULAN ..................... 3 BULAN ............... 3
TAHUN .................... 4 TAHUN ............... 4
TIDAK TAHU ...................................998 TIDAK TAHU ..............................998
(TERUS KE 407) (TERUS KE 407)

406D Mengapa (NAMA) tidak mempunyai surat yang menerangkan BIAYANYA MAHAL ................................ 1 BIAYANYA MAHAL ........................ 1
tentang kelahirannya? TEMPATNYA JAUH ................................ 2 TEMPATNYA JAUH ....................... 2
TIDAK TAHU HARUS DIDAFTAR ............ 3 TIDAK TAHU HARUS DIDAFTAR .... 3
TERLAMBAT, TIDAK MAU DIDENDA ....... 4 TERLAMBAT, TIDAK MAU DIDENDA 4
TIDAK TAHU KEMANA MENDAFTAR ....... 5 TIDAK TAHU KEMANA MENDAFTAR 5
LAINNYA .............................................. 6 LAINNYA ..................................... 6
ANAK TERAKHIR ANAK KEDUA DARI TERAKHIR

NAMA ____________________ NAMA ____________________


437 Pada saat Ibu mengandung (NAMA) apakah Ibu PETUGAS KESEHATAN
memeriksakan kehamilan? DOKTER UMUM ................................. A
DOKTER KANDUNGAN ...................... B
JIKA YA: Siapa yang memeriksa kandungan Ibu? PERAWAT/BIDAN .............................. C
BIDAN DI DESA ................................. D
Ada lagi?
ORANG LAIN
TANYAKAN SIAPA SAJA YANG MEMERIKSA KEHAMILAN DUKUN ............................................. E

JAWABAN JANGAN DIBACAKAN DAN LINGKARI SETIAP LAINNYA .............................................. X


KODE JAWABAN YANG DISEBUT. (TULISKAN)
TIDAK DIPERIKSA ................................ Y
(TERUS KE 414A)

407A LIHAT 407:

KODE ‘A’, ‘B’, ‘C’, KODE ‘E’ ATAU ‘X’ 407C


ATAU ‘D’ DILINGKARI DILINGKARI

407B Apakah Ibu diberi Kartu Menuju Sehat Ibu Hamil (KMS YA, DIPERLIHATKAN............................. 1
BUMIL) atau buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)? YA, TIDAK DIPERLIHATKAN .................. 2
TIDAK .................................................. 3
JIKA YA: Dapatkah Ibu memperlihatkan kartu/buku? TIDAK TAHU ........................................ 4
407C Di mana Ibu memeriksakan kehamilan tersebut? RUMAH
RUMAH RESPONDEN ......................... 11
RUMAH ORANG LAIN ......................... 12

PEMERINTAH
RUMAH SAKIT ................................... 21
PUSKESMAS/PUSK. PEMBANTU .......... 22
LAINNYA ........................................... 26
(TULISKAN)
SWASTA
RUMAH SAKIT ................................... 31
KLINIK .............................................. 32
DOKTER UMUM ................................. 33
DOKTER KANDUNGAN ....................... 34
BIDAN PRAKTEK................................ 35
BIDAN DI DESA ................................. 36
LAINNYA ........................................... 37
(TULISKAN)
LAIN-LAIN
POLINDES......................................... 41
POSYANDU ....................................... 42
LAINNYA ........................................... 46
(TULISKAN)
407D Apakah Ibu pernah ditemani suami ketika memeriksakan YA ....................................................... 1
kehamilan (NAMA)? TIDAK .................................................. 2

408 Berapa bulan umur kandungan (NAMA) ketika Ibu pertama


kali memeriksakan kehamilan? BULAN ......................................
TIDAK TAHU ....................................... 98

409 Selama Ibu mengandung (NAMA), berapa kali Ibu


memeriksakan kehamilan? JUMLAH PEMERIKSAAN ..............
TIDAK TAHU ........................................ 98
(TERUS KE 412)

410 LIHAT 409: SATU KALI LEBIH DARI


JUMLAH PEMERIKSAAN KEHAMILAN: SATU KALI

(TERUS KE 412)

ANAK TERAKHIR ANAK KEDUA DARI TERAKHIR

NAMA ____________________ NAMA ____________________

410A Ibu mengatakan memeriksakan kehamilan (NAMA) ____kali. JUMLAH PEMERIKSAAN KEHAMILAN
Berapa kali Ibu memeriksakan kehamilan.
a. Dalam 3 bulan pertama?
b. Antara 4-6 bulan? 3 BULAN PERTAMA ..................
c. Antara 7 bulan sampai melahirkan? ANTARA 4-6 BULAN ..................
ANTARA 7 BULAN SAMPAI
JUMLAH DI a, b DAN c HARUS SAMA DENGAN JAWABAN MELAHIRKAN ........................
DI 409.
411 Berapa bulan umur kandungan (NAMA) ketika Ibu terakhir
kali memeriksakan kehamilan (NAMA)? BULAN .....................................
TIDAK TAHU ........................................ 98
412 Selama kehamilan (NAMA) apakah Ibu:
YA TIDAK
Ditimbang berat badannya? BERAT BADAN ..................... 1 2
Diukur tinggi badannya? TINGGI BADAN ................... 1 2
Diukur tekanan darahnya? TEKANAN DARAH ................ 1 2
Diperiksa air seninya? AIR SENI............................. 1 2
Diperiksa (diraba) perutnya? DARAH................................ 1 2
PERUT ................................ 1 2
413 Apakah Ibu diberitahu tanda-tanda bahaya (komplikasi) YA ....................................................... 1
dalam kehamilan? TIDAK .................................................. 2
(TERUS KE 414A)
TIDAK TAHU ........................................ 8
414 Apakah Ibu diberitahu ke mana harus pergi untuk mendapat YA ....................................................... 1
pertolongan jika mengalami bahaya (komplikasi) kehamilan? TIDAK ................................................. 2
TIDAK TAHU ........................................ 8
414A Selama kehamilan (NAMA), apakah Ibu membicarakan
dengan seseorang mengenai:
YA TIDAK
Di mana Ibu akan melahirkan/bersalin? TEMPAT MELAHIRKAN ......... 1 2
Angkutan/transportasi ke tempat bersalin? TRANSPORTASI ................... 1 2
Siapa yang akan menolong persalinan? PENOLONG PERSALINAN ..... 1 2
Biaya persalinan? BIAYA ................................. 1 2
Donor darah jika diperlukan? DONOR DARAH .................. 1 2

414B Apakah Ibu mengalami tanda-tanda bahaya (komplikasi) YA ....................................................... 1


selama kehamilan (NAMA)? TIDAK .................................................. 2
(TERUS KE 415)
414C Apa sajakah tanda-tanda bahaya (komplikasi) kehamilan MULES SEBELUM 9 BULAN .................... A
tersebut? PERDARAHAN....................................... B
DEMAM YANG TINGGI .......................... C
Ada lagi? KEJANG-KEJANG DAN PINGSAN ............ D
LAINNYA _________________________ X
JAWABAN JANGAN DIBACAKAN DAN LINGKARI SETIAP (TULISKAN)
KODE JAWABAN YANG DISEBUT.
414D Apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut? TIDAK MELAKUKAN APA-APA ................ A
ISTIRAHAT........................................... B
Ada lagi? MINUM OBAT ....................................... C
MINUM JAMU ....................................... D
JAWABAN JANGAN DIBACAKAN DAN LINGKARI SETIAP KODE KE DUKUN ........................................... E
JAWABAN YANG DISEBUT. KE BIDAN............................................. F
KE DOKTER .......................................... G
KE UNIT PELAYANAN KESEHATAN ........ H
LAINNYA .............................................. X
TIDAK TAHU ....................................... Z
415 Selama Ibu mengandung (NAMA) apakah Ibu pernah YA ....................................................... 1
mendapat suntikan di lengan atas untuk mencegah bayi TIDAK .................................................. 2
dari penyakit tetanus, atau kejang-kejang setelah lahir? (TERUS KE 417)
TIDAK TAHU ........................................ 8

ANAK TERAKHIR ANAK KEDUA DARI TERAKHIR

NAMA ____________________ NAMA ____________________

416 Selama mengandung (NAMA) berapa kali mendapat


suntikan tersebut? KALI ............................................

TIDAK TAHU ........................................ 8


417 Selama mengandung (NAMA), apakah Ibu mendapat atau YA ....................................................... 1
membeli pil zat besi? TIDAK .................................................. 2
(TERUS KE 419)
TUNJUKKAN PIL ZAT BESI TIDAK TAHU ........................................ 8
418 Selama mengandung (NAMA) berapa hari Ibu minum pil zat
besi? JUMLAH HARI ...........

TIDAK TAHU ........................................ 998


419 Selama mengandung (NAMA) apakah Ibu mengalami YA ....................................................... 1
gangguan penglihatan pada siang hari? TIDAK .................................................. 2
TIDAK TAHU ........................................ 8
420 Selama mengandung (NAMA) apakah Ibu mengalami YA ....................................................... 1
gangguan penglihatan pada siang hari? TIDAK .................................................. 2
TIDAK TAHU ........................................ 8
423 Ketika (NAMA) lahir, apakah ia: sangat besar, lebih besar dari SANGAT BESAR .................................... 1 SANGAT BESAR ........................... 1
rata-rata, lebih kecil dari rata-rata atau sangat kecil? LEBIH BESAR DARI RATA-RATA ............ 2 LEBIH BESAR DARI RATA-RATA .... 2
RATA-RATA .......................................... 3 RATA-RATA ................................. 3
LEBIH KECIL DARI RATA-RATA ............. 4 LEBIH KECIL DARI RATA-RATA ..... 4
SANGAT KECIL ..................................... 5 SANGAT KECIL ............................ 5
TIDAK TAHU ........................................ 8 TIDAK TAHU ................................ 8
424 Apakah (NAMA) ditimbang ketika dilahirkan? YA ....................................................... 1 YA............................................... 1
TIDAK .................................................. 2 TIDAK ......................................... 2
(TERUS KE 425A) (TERUS KE 425A)
TIDAK TAHU ........................................ 8 TIDAK TAHU ................................ 8
425 Berapakah berat badan (NAMA) ketika dilahirkan?
GRAM DARI GRAM DARI
CATAT BERAT BADAN DARI KMS/BUKU KIA, JIKA ADA. KMS/BUKU KIA ...... 1 KMS/BUKU KIA ..... 1

GRAM BERDASARKAN GRAM BERDASARKAN


INGATAN INGATAN
RESPONDEN.......... 2 RESPONDEN ......... 2
TIDAK TAHU ..................................... 99998 TIDAK TAHU ................................ 99998

425A Setelah lahir apakah petugas kesehatan atau dukun YA ....................................................... 1 YA............................................... 1
memeriksa kesehatan (NAMA)? TIDAK .................................................. 2 TIDAK ......................................... 2
(TERUS KE 426) (TERUS KE 417)
TIDAK TAHU ........................................ 8 TIDAK TAHU ................................ 8
426B Berapa hari atau minggu sesudah melahirkan (NAMA) SESUDAH MELAHIRKAN SESUDAH MELAHIRKAN
diperiksa? HARI................................... 1 HARI ............................. 1

CATAT ‘00’ HARI JIKA HARINYA SAMA MINGGU ............................. 2 MINGGU ........................ 2

TIDAK TAHU ........................................ 998 TIDAK TAHU................................ 998

425C Siapa yang memeriksa (NAMA) saat itu? PETUGAS KESEHATAN PETUGAS KESEHATAN
DOKTER UMUM ................................. 11 DOKTER UMUM ........................ 11
DOKTER KANDUNGAN ...................... 12 DOKTER KANDUNGAN .............. 12
DOKTER ANAK .................................. 13 DOKTER ANAK .......................... 13
PERAWAT/BIDAN .............................. 14 PERAWAT/BIDAN ...................... 14
BIDAN DI DESA ................................. 15 BIDAN DI DESA ........................ 15

ORANG LAIN ORANG LAIN


DUKUN ............................................. 21 DUKUN..................................... 21

LAINNYA _________________________ 96 LAINNYA ..................................... 96


(TULISKAN) (TULISKAN)
425D Di mana Ibu memeriksa kesehatan (NAMA) saat itu? RUMAH RUMAH
RUMAH RESPONDEN ....................... 11 RUMAH RESPONDEN ............... 11
RUMAH ORANG LAIN ....................... 12 RUMAH ORANG LAIN .............. 12

JIKA TEMPATNYA ADALAH RUMAH SAKIT ATAU KLINIK, PEMERINTAH PEMERINTAH


TULISKAN NAMANYA. TANYAKAN APAKAH DIKELOLA OLEH RUMAH SAKIT/KLINIK .................... 21 RUMAH SAKIT/KLINIK ............ 21
PEMERINTAH ATAU SWASATA. LINGKARI KODE YANG TEPAT. PUSKESMAS/PUSK. PEMBANTU ........ 22 PUSKESMAS/PUSK. PEMBANTU 22
LAINNYA ______________________ 26 LAINNYA ................................ 26
(TULISKAN) (TULISKAN)

SWASTA SWASTA
RUMAH SAKIT ................................. 31 RUMAH SAKIT ........................ 31
KLINIK ............................................ 32 KLINIK ................................... 32
DOKTER UMUM .............................. 33 DOKTER UMUM...................... 33
__________________________________________ DOKTER KANDUNGAN .................... 34 DOKTER KANDUNGAN ............ 34
(NAMA TEMPAT) DOKTER ANAK ............................... 35 DOKTER ANAK ....................... 35
BIDAN PRAKTEK ............................. 36 BIDAN PRAKTEK .................... 36
BIDAN DI DESA ............................... 37 BIDAN DI DESA ...................... 37
LAINNYA ______________________ 38 LAINNYA ................................ 38
(TULISKAN) (TULISKAN)
LAIN-LAIN LAIN-LAIN
POLINDES ....................................... 41 POLINDES .............................. 41
POSYANDU ..................................... 42 POSYANDU ............................. 42
LAINNYA ______________________ 46 LAINNYA ................................ 46
(TULISKAN) (TULISKAN)
426 Siapa saja yang menolong Ibu ketika melahirkan (NAMA)? PETUGAS KESEHATAN PETUGAS KESEHATAN
DOKTER UMUM ............................... A DOKTER UMUM ...................... A
Ada yang lain? DOKTER KANDUNGAN ..................... B DOKTER KANDUNGAN ............ B
PERAWAT/BIDAN ............................ C PERAWAT/BIDAN.................... C
TANYAKAN SIAPA PENOLONG PERSALINAN DAN CATAT BIDAN DI DESA............................... D BIDAN DI DESA ...................... D
SEMUA YANG MENOLONG PERSALINAN.
ORANG LAIN ORANG LAIN
JIKA RESPONDEN MENGATAKAN TIDAK ADA YANG DUKUN ........................................... E DUKUN .................................. E
MENOLONG, TANYAKAN APAKAH ADA ORANG DEWASA TEMAN/KELUARGA .......................... F TEMAN/KELUARGA ................. F
YANG MENEMANI PADA SAAT MELAHIRKAN.
LAINNYA _________________________ X LAINNYA ..................................... X
(TULISKAN) (TULISKAN)

TIDAK ADA .......................................... Y TIDAK ADA .................................. Y


492 Sekarang saya ingin bertanya tentang cairan yang diminum (NAMA DARI 491) selama 7 hari
terakhir, termasuk kemari. 7 HARI KEMARIN/
TERAKHIR SEHARI
Berapa hari selama 7 hari terakhir (NAMA DARI 491) minum-minuman berikut? SEMALAM
JUMLAH HARI JUMLAH KALI
UNTUK SETIAP MINUMAN YANG DIBERIKAN, PALING TIDAK SATU KALI DALAM 7 HARI
TERAKHIR. SEBELUM MELANJUTKAN KE PERTANYAAN BERIKUTNYA, TANAYAKAN: a a
Berapa kali (NAMA DARI 491) minum (MINUMAN) dari pagi h ingga malam hari kemari?
b b
a. Air putih?
b. Susu bayi atau susu balita? c c
c. Susu lainnya, seperti susu kental manis, susu bubuk, atau susu segar?
d d
d. Sari atau jus buah?
e. Cairan lain seperti air gula, teh, kopi, minuman soda, kaldu daging, kaldu ayam, atau kaldu
e e
ikan?
JIKA 7 KALI ATAU LEBIH, TULIS ‘7’. JIKA TIDAK TAHU, TULIS ‘8’.

493 Sekarang saya ingin bertanya tentang jenis makanan yang dimakan (NAMA DARI 491) selama 7
hari terakhir, termasuk kemarin:

Berapa hari selama 7 hari terakhir (NAMA DARI 491) makan jenis makanan berikut ini baik secara
terpisah atau dicampur dengan jenis makanan lain?

UNTUK SETIAP MAKANAN YANG DIBERIKAN, PALING TIDAK SATU KALI DALAM 7 HARI
TERAKHIR. SEBELUM MELANJUTKAN KE PERTANYAAN BERIKUTNYA, TANYAKAN: 7 HARI KEMARIN/
TERAKHIR SEHARI
Berapa kali (NAMA DARI 491) makan (makanan) dari pagi hingga malam hari kemari? SEMALAM
a. Makankan yang dibuat dar padi-padian (jagung, beras, gandung, sagu, dll)? JUMLAH HARI JUMLAH KALI
b. Labu kuning, ubi kuning/merah, atau wortel
c. Makanan dari akar-akaran atau akar umbi (kentang, ubi putih, singkong, talas, dll.)? a a
d. Sayuran hijau (bayam daun singkong, dll.)? b b
e. Mangga, pepaya, cempedak, sawo, nangka, durian (atau buah-buahan berwana
kuning/merah)? c c
f. Buah-buahan dan sayuran lainnya (pisang, apel, alpukat, tomat, buncis, kacang panjang, d d
kacang kapri)?
g. Daging, ayam, ikan, kerang, atau telus?
h. Makanan dari kacang-kacangan (kacang kedelai, kacang merah, kacang tolo, kacang jogo, e e
kacang hijau, kacang babi, kacang tanah, tahu, tempe, dll.)?
i. Keju atau yoghut?
j. Makanan yang mengandung minyak, lemak, atau margarin? f f
JIKA 7 KALI ATAU LEBIH, TULIS ‘7’. JIKA TIDAK TAHU, TULIS ‘8’. g g
h h
i i
j j

495 Terakhir kali Ibu menyiapkan makanan untuk keluarga, apakah Ibu mencuci YA .......................................................... 1
tangan dahulu sebelum mulai mempersiapkannya? TIDAK..................................................... 2
TIDAK PERNAH MENYIAPKAN
MAKANAN ......................................... 3
496 Apakah Ibu merokok? YA, ROKOK PUTIH/KRETEK .................... A

JIKA YA: Apakah jenis rokok yang dihisap? YA, PIPA CANGKLONG ............................. B

JAWABAN JANGAN DIBACAKAN DAN LINGKARI SETIAP KODE JAWABAN YANG YA, LAINNYA ........................................... C
DISEBUT.
TIDAK..................................................... Y
497 LIHAT 496:

KODE ‘A’ KODE ‘A’ 4501A


DILINGKARI TIDAK DILINGKARI

498 Dalam 24 jam terakhir, berapa batang rokok yang Ibu hisap?
BATANG ROKOK ...........................

Anda mungkin juga menyukai