Anda di halaman 1dari 62

1

PRAKATA

2
Assalamualaikum Warahmatulahhi
Wabarakatuh

Kepada Allah kita bersyukur. Muara segala kerinduan dari


hamba kepada sang Maha Pencipta yang telah memberikan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga buku ajar dengan materi ‗Tata Surya‘‘
yang kami susun ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Tidak lupa
shalawat serta salam kami hanturkan kepada junjungan Nabi besar kita,
Nabi Muhammad SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.

Buku ajar ini membahas mengenai materibuku ajar ini disusun


sebagai tugas dari mata kuliah Pengembangan Konsep IPA di SD sebagai
pengetahuan untuk kita semua. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan
kepada pihak- pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian
makalah. Terutama kepada bapak dosen pengampu yang telah membimbing
kami untuk mengarahkan kami dalam menyelesaikan makalah kami dengan
sebaik- baiknya.

Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari


sempurna, tetapi mudah- mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dalam mencari ilmu dan untuk para pembaca semua dalam
menambah pengetahuan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Watampone, 25 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

3
PRAKATA 2
BAB 1 ....................................................................................................................... 6
A. Pengertian Tekanan Zat dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari ...... 6
BAB II ...................................................................................................................... 8
B. Tekanan Zat Padat .......................................................................................... 8
BAB III .................................................................................................................. 10
C. TEKANAN GAS ............................................................................................... 10
BAB IV................................................................................................................... 13
BAB V .................................................................................................................... 19
D. PENGERTIAN POLA PEWARISAN .................................................................... 19
BAB VI................................................................................................................... 25
E. ............................................................................................................................. 25
F. PENYIMPANGAN SEMU HUKUM MENDEL ..................................................... 25
G. PAUTAN ........................................................................................................ 25
H. PINDAH SILANG (Crossing Over) .................................................................... 25
I. .............................................................................................................................. 26
J. Penentuan Jenis Kelamin .............................................................................. 26

4
K .
Pautan Seks .................................................................................................. 26
BAB VII ................................................................................................................. 32
A. Pola-Pola Hereditas ....................................................................................... 32

5
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 62

BAB 1
TEKANAN ZAT DAN PENERAPANNYA

A. Pengertian Tekanan Zat dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, kita menemukan berbagai pengetahuan


dan juga contoh penerapan sains dalam kehidupan. Salah satunya adalah tekanan
yang dialami pada zat yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Apa itu
tekanan? Tekanan adalah gaya yang diberikan terhadap suatu benda.

Penjelasan lengkap mengenai pengertian tekanan dijelaskan dalam buku berjudul


Teori dan Aplikasi Fisika Dasar yang disusun oleh Maria Yuliana Kua, Claudia M
M Maing, Yohana Febriana Tabun (2021: 46) yang memaparkan bahwa tekanan
adalah besarnya gaya yang bekerja tiap satuan luas permukaan atau bidang tekan,
tekanan timbul sebagai akibat dari gaya tekan yang bekerja pada benda per satuan
luas permukaan dengan arah yang tegak lurus.

Besar kecilnya tekanan yang dihasilkan suatu benda pada benda lainnya bergantung
pada besarnya gaya atau dorongan yang diberikan. Tak hanya itu, luas bidang benda
yang ditekan juga berpengaruh pada besar kecilnya tekanan yang dihasilkan pada
suatu benda.

Dengan begitu, apabila gaya yang diberikan pada suatu benda semakin besar, maka
tekanan yang dihasilkan akan semakin besar. Begitu juga sebaliknya, semakin luas
permukaan suatu benda, tekanan yang dihasilkan semakin kecil.

6
Konsep tekanan pada suatu zat ini rupanya juga diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Bahkan penerapan konsep tekanan zat dapat membantu memudahkan manusia
dalam melakukan aktivitas hariannya.

Contoh penerapan konsep tekanan zat dapat kita jumpai saat kita berjalan di tanah
berlumpur dengan menggunakan sepatu boot. Dengan menggunakan sepatu boot,
kita akan lebih mudah berjalan di atas lumpur dibanding menggunakan sepatu jenis
lainnya.

Tak hanya itu, masih banyak lagi contoh penerapan tekanan zat dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya:

 Mata kapak yang dibuat tajam ujungnya untuk memudahkan kita membelah kayu.
 Alas sepatu salju dibuat lebih lebar untuk memudahkan kita berjalan di atas salju
yang licin.
 Ban mobil khusus untuk medan berat berlumpur dibuat besar agar tidak mudah slip
saat melewati medan berlumpur.
 Jarum dan paku dibuat runcing ujungnya agar lebih mudah digunakan.
 Bentuk kaki bebek dan angsa yang lebar dan berselaput yang memudahkan angsa
atau bebek berjalan di atas lumpur dan berenang di air.

7
BAB II
B. Tekanan Zat Padat

Masih ingatkah kamu dengan hasil percobaan pada Aktivitas 7.1? Ketika kamu
mendorong uang logam di atas plastisin, berarti kamu telah memberikan gaya pada
uang logam. Besarnya tekanan yang dihasilkan uang logam pada plastisin tergantung
pada besarnya dorongan (gaya) yang kamu berikan dan luas permukaan pijakan atau
luas bidang tekannya. Konsep tekanan sama dengan penyebaran gaya pada luas suatu
permukaan. Sehingga, apabila gaya yang diberikan pada suatu benda (F) semakin
besar, maka tekanan yang dihasilkan

Sobat pintar, ketika kamu mendorong uang logam di atas plastisin, berarti kamu telah
memberikan gaya pada uang logam.

Besarnya tekanan yang dihasilkan uang logam pada plastisin tergantung


pada besarnya dorongan (gaya) yang kamu berikan dan luas permukaan
pijakan atau luas bidang tekannya. Konsep tekanan sama dengan penyebaran gaya
pada luas suatu permukaan. Sehingga, apabila gaya yang diberikan pada suatu benda
(F) semakin besar, maka tekanan yang dihasilkan akan semakin besar.

8
Sebaliknya, semakin luas permukaan suatu benda, tekanan yang dihasilkan semakin
kecil. Secara matematis, besaran tekanan dapat dituliskan dalam persamaan sebagai
berikut.

Setelah mengetahui bahwa besar tekanan dipengaruhi oleh besarnya gaya dan luas
bidang, sekarang kamu tentunya dapat menjelaskan alasan ketika kamu berjalan di
tanah berlumpur dengan menggunakan sepatu boot, kamu akan lebih mudah berjalan
dan tidak mudah terjebak masuk ke dalam lumpur dibandingkan dengan
menggunakan sepatu dengan pijakan yang sempit. Kamu juga dapat memahami
alasan angsa lebih mudah mencari makanan di tempat yang berlumpur daripada
ayam.

Keterangan:
p = Tekanan (N/m2 yang disebut juga satuan pascal (Pa))
F = Gaya (newton)
A = Luas bidang (m2)

Setelah mengetahui bahwa besar tekanan dipengaruhi oleh besarnya gaya dan luas
bidang, sekarang kamu tentunya dapat menjelaskan alasan ketika kamu berjalan di
tanah berlumpur dengan menggunakan sepatu boot, kamu akan lebih mudah berjalan
dan tidak mudah terjebak masuk ke dalam lumpur dibandingkan dengan
menggunakan sepatu dengan pijakan yang sempit. Kamu juga dapat memahami
alasan angsa lebih mudah mencari makanan di tempat yang berlumpur daripada
ayam.

9
BAB III
C. TEKANAN GAS

Kita sudah mempelajari tekanan pada zat padat, lalu bagaimana dengan tekanan pada
zat gas?

Bagaimanakah tekanan udara yang terjadi pada Erlenmeyer yang ditutup dengan
balon karet?

Ketika air dalam Erlenmeyer yang ditutup dengan balon karet dipanaskan akan
membuat balon karet mengembang. Hal ini terjadi karena partikel gas dalam
erlenmeyer menerima kalor dari pemanasan. Akibatnya gerakan partikel gas dalam
Erlenmeyer semakin cepat dan terjadilah pemuaian sehingga tekanannya menjadi
besar. Tekanan di dalam erlenmeyer ini diteruskan sama besar menuju balon karet,
sehingga tekanan di dalam balon karet lebih besar daripada tekanan gas di luar balon
karet yang mengakibatkan balon karet mengembang.

Pernahkah kamu melihat balon udara?

Ternyata, prinsip tekanan gas dimanfaatkan untuk mengembangkan balon udara.


Balon udara seperti pada gambar di bawah dapat terbang karena massa jenis total
dari balon udara lebih rendah daripada massa jenis udara di sekitarnya. Massa jenis
balon udara tersebut dikendalikan oleh perubahan temperatur pada udara dalam
balon. Seorang pilot mengontrol temperatur udara dalam balon dengan menggunakan
pembakar yang ada di bawah lubang balon.

10
Ketika bara api dari pembakar memanaskan udara dalam balon, berat balon menjadi
lebih kecil dari gaya ke atas sehingga balon akan bergerak ke atas (Ingat, udara panas
lebih ringan dari udara dingin). Jika ingin turun, maka pemanasan udara dalam balon
dikurangi atau dihentikan sehingga suhu udara dalam balon menurun. Gaya ke atas
pada balon adalah sama dengan berat udara dingin yang dipindahkan oleh balon
tersebut. Ingatlah kembali hukum Archimedes!

Pada saat musim hujan kamu sering menjumpai jalanan yang berlumpur akibat
terguyur hujan sehingga kita lebih sulit untuk melintasi jalanan tersebut. Jika kamu
hendak melewati jalanan yang berlumpur. Sepatu manakah yang akan kamu
gunakan, sepatu boot atau sepatu hak tinggi?

Agar kamu dapat melewati jalanan berlumpur dengan mudah, sebaiknya kamu
menggunakan sepatu boot. Dengan menggunakan sepatu boot kamu akan mudah
melewati jalanan yang berlumpur dan tidak mudah terjebak masuk ke dalam lumpur.
Mengapa hal ini dapat terjadi? Coba amati gambar sepatu boot dan sepatu hak tinggi
yang terdapat pada

Apabila kita cermati, sepatu boot memiliki permukaan pijakan lebih luas
dibandingkan dengan sepatu hak tinggi. Sepatu yang memiliki permukaan pijakan
lebih luas tidak mudah terjebak masuk ke dalam lumpur. Fenomena tersebut juga
dapat kamu amati pada angsa atau entok atau bebek dan ayam. Coba kamu

11
perhatikan tempat hidup angsa dan ayam! Angsa dapat dengan mudah mencari
makan di tempat yang berlumpur, misalnya di sawah, sedangkan ayam kesulitan
untuk mencari makan di tempat tersebut. Mengapa angsa dapat memiliki kemampuan
seperti itu? Coba kamu perhatikan struktur dari kaki angsa dan ayam. Angsa
memiliki selaput pada kakinya, sedangkan ayam tidak memiliki. Agar kamu
mengetahuinya, perhatikan Gambar 7.2! Permukaan pijakan yang luas menyebabkan
tekanan yang dihasilkan oleh kaki terhadap lumpur semakin kecil, sehingga angsa
tidak mudah terperosok masuk ke dalam lumpur.

Maha Besar Tuhan yang telah merancang struktur kaki angsa yang dilengkapi selaput
sehingga angsa dapat mencari makan di tempat yang berlumpur. Masih banyak
fenomena di alam terkait tekanan yang menarik untuk dipelajari. Kamu tentu ingin
mengetahuinya lebih dalam bukan? Ayo kita pelajari dengan lebih semangat!

12
BAB IV
TEKANAN ZAT CAIR

a. Tekanan Hidrostatis
Indonesia merupakan negara yang memiliki lautan yang sangat luas. Tuhan telah
menganugerahkan pesona bawah laut Indonesia yang sangat indah sehingga kita
patut mensyukuri dan menjaganya. Pernahkah kamu menyelam ke dalam laut untuk
melihat biota bawah laut?

Ketika kamu menyelam, bagaimanakah kondisi telinga yang kamu rasakan? Apakah
telingamu terasa tertekanan? Semakin dalam kamu menyelam, kamu akan merasakan
tekanan yang lebih besar. Mengapa hal ini dapat terjadi? Agar mengetahuinya, ayo
lakukan Aktivitas berikut!
kamu telah mengetahui bahwa kedalaman zat cair dan massa jenis zat cair
memengaruhi tekanan yang dihasilkan oleh zat cair atau disebut dengan tekanan
hidrostatis. Semakin dalam zat cair, semakin besar tekanan yang dihasilkan. Semakin
besar massa jenis zat cair, semakin besar pula tekanan yang dihasilkan. Pada bagian
sebelumnya kamu sudah memahami bahwa tekanan merupakan besarnya gaya per
satuan luas permukaan tempat gaya itu bekerja, secara matematis dirumuskan
sebagai:

p = F A Pada zat cair, gaya (F) disebabkan oleh berat zat cair (w) yang berada di atas
benda, sehingga: p = w A karena berat (w) = m × g m = ρ × V V = h × A maka dapat

13
ditulis bahwa p = ρ × g × h × A A atau p = ρ × g × h dengan: p = Tekanan (N/m2 ) m
= Massa benda (kg) ρ = Massa jenis zat cair (kg/m3 ) g = Percepatan gravitasi (m/s2
) h = Tinggi zat cair (m) V = Volume (m3 )

Tekanan hidrostatis ini penting untuk diperhatikan dalam merancang berbagai


struktur bangunan dalam penampungan air, misalnya pembangunan bendungan untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Selain PLTA, para arsitek kapal selam juga
memperhitungkan tekanan hidrostatis air laut, sehingga kapal selam mampu
menyelam ke dasar laut dengan kedalaman ratusan meter tanpa mengalami
kebocoran atau kerusakan akibat tekanan hidrostatis. Apakah kamu mengetahui
bahwa manusia hanya mampu menyelam hingga kedalaman kurang lebih 20 m? Hal
ini dikarenakan paru-paru manusia tidak dapat menahan tekanan yang besar
(>240.000 Pa).

b. Hukum Archimedes Pernahkah kamu melihat kapal selam? Pada bagian sebelumnya
kamu telah mengetahui bahwa dalam merancang kapal selam harus memerhatikan
tekanan hidrostatis air laut. Hal ini menjadi pertimbangan dalam merancang struktur
dan pemilihan bahan untuk membuat kapal selam.
Salah satu bahan yang tahan terhadap tekanan hidrostatis air laut yang sangat besar
adalah baja. Tahukah kamu bahwa baja merupakan logam yang utamanya terbuat
dari campuran besi dan karbon? Dengan demikian baja memiliki massa jenis yang

14
lebih besar daripada massa jenis air laut. Coba kamu pikirkan mengapa kapal selam
maupun kapal laut lainnya yang terbuat dari baja tidak tenggelam, padahal massa
jenis baja jauh lebih besar daripada massa jenis air laut? Sebelum mempelajarinya
lebih jauh, ayo lakukan aktivitas berikut terlebih dahulu!

Setelah kamu melakukan percobaan hukum Archimedes, kamu dapat


mengetahui bahwa ketika suatu benda dimasukkan ke dalam air, beratnya seolah-
olah berkurang. Peristiwa ini bukan berarti ada massa benda yang hilang. Berat
benda berkurang saat dimasukkan ke dalam air, disebabkan oleh adanya gaya apung
(Fa ) yang mendorong benda ke atas atau berlawanan dengan arah berat benda.
Secara matematis, dapat dituliskan:

Fenomena ini dipelajari oleh Archimedes yang hasilnya kemudian dinyatakan


sebagai hukum Archimedes sebagai berikut: “Jika benda dicelupkan ke dalam zat
cair, maka benda itu akan mendapat gaya ke atas yang sama besar dengan berat zat
cair yang didesak oleh benda tersebut”. Archimedes (287 SM - 212 SM) adalah
seorang berkebangsaan Yunani yang terkenal sebagai ahli matematika, astronomi,
filsafat, fisika, dan insinyur. Pada suatu hari ia diminta Raja Hieron II untuk
membuktikan bahwa mahkotanya benar-benar berasal dari emas murni.

Archimedes merasa kesulitan menentukan massa jenis mahkota tersebut karena tidak
bisa menghitung volume mahkota. Hingga pada akhirnya saat Archimedes
menceburkan dirinya ke bak mandi, ia mengamati adanya air yang tumpah dari bak
tersebut. Seketika itu Archimedes berteriak “eureka, eureka!”. Archimedes

15
menyadari bahwa volume air yang tumpah tersebut sama besarnya dengan volume
tubuh yang mendesak air keluar dari bak. Melalui temuan tersebut, Archimedes dapat
membuktikan bahwa ternyata mahkota Raja tidak berasal dari emas murni melainkan
dicampur dengan perak, sehingga pembuat mahkota tersebut dihukum mati oleh sang
Raja.

Menurut Archimedes, benda menjadi lebih ringan bila diukur dalam air
daripada di udara karena di dalam air benda mendapat gaya ke atas. Ketika di udara,
benda memiliki berat mendekati yang sesungguhnya. Karena berat zat cair yang
didesak atau dipindahkan benda adalah:

w cp = m cp × g dan m cp = ρcp × V cp sehingga berat air yang didesak oleh benda


adalah: w cp = ρc × g × V cp Berarti, menurut hukum Archimedes, besar gaya ke
atas adalah: Fa = ρc × g × V cp

dengan: Fa = Gaya apung (N) ρc = Massa jenis zat cair (kg/m3 ) g = Percepatan
gravitasi (m/s2 ) V cp = Volume zat cair yang dipindahkan (m3 )

Hukum Archimedes tersebut digunakan sebagai dasar pembuatan kapal laut atau
kapal selam. Suatu benda dapat terapung atau tenggelam tergantung pada besarnya
gaya berat (w) dan gaya apung (Fa ).

Jika gaya apung maksimum lebih besar daripada gaya berat maka benda akan
terapung. Sebaliknya, jika gaya apung maksimum lebih kecil daripada gaya berat
maka benda akan tenggelam. Jika gaya apung maksimum sama dengan berat benda,
maka benda akan melayang.

Gaya apung maksimum adalah gaya apung jika seluruh benda berada di bawah
permukaan zat cair. Hampir semua logam memiliki massa jenis (kerapatan) yang
lebih besar dari air. Tentu kamu berpikir bahwa semua logam akan tenggelam dalam
air. Mengapa kapal laut yang terbuat dari logam tidak tenggelam? Kapal laut dapat
terapung karena pada saat diletakkan secara tegak di lautan, kapal laut dapat
memindahkan air laut dalam jumlah yang cukup besar, sehingga kapal laut mendapat
gaya ke atas yang sama besar dengan berat kapal laut

16
Bagaimana dengan kapal selam? Bagaimana kapal selam dapat terapung, melayang,
dan tenggelam dalam air laut? Pada prinsipnya kapal selam dapat memiliki
kemampuan tersebut karena berat kapal selam dapat diperbesar dengan cara
memasukkan air ke dalam badan kapal dan dapat diperkecil dengan cara
mengeluarkan air dari badan kapal. Ketika kapal selam akan tenggelam, air laut
dimasukkan ke dalam penampung dalam badan kapal.

Berat total dari kapal selam menjadi lebih besar daripada gaya ke atas, sehingga
kapal selam dapat tenggelam. Agar tidak terus tenggelam, pada kedalaman tertentu
air dalam badan kapal selam dikeluarkan kembali dari penampung, sehingga berat
total dari kapal selam sama dengan gaya ke atas. Hal ini menyebabkan kapal selam
melayang dalam air. Saat kapal selam akan mengapung, air dari penampungan pada
badan kapal dikeluarkan sehingga volume total dari kapal selam menjadi lebih kecil
daripada gaya ke atas, sehingga kapal selam dapat mengapung

Hukum Pascal

Pernahkah kamu melihat mobil yang dicuci di tempat pencucian kendaraan? Mobil
di tempat pencucian kendaraan akan diangkat dengan menggunakan alat pengangkat
yang disebut pompa hidrolik

menunjukkan bahwa tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang tertutup akan
diteruskan ke segala arah dengan besar yang sama. Hal ini merupakan bunyi dari
hukum Pascal yang dikemukakan oleh Blaise Pascal (1623- 1662). Blaise Pascal
yang lahir pada 19 Juni 1623 adalah seorang ahli matematika dan geometri yang juga
mendalami ilmu filsafat dan agama.

Meskipun tidak menempuh pendidikan yang resmi, pada usia 12 tahun


Pascal berhasil menciptakan mesin penghitung yang membantu pekerjaan ayahnya
sebagai petugas penarik pajak. Sepanjang hidupnya banyak penemuan yang ia
publikasikan terutama pada bidang matematika. Selain itu, Pascal juga banyak
melahirkan karya-karya dalam bidang fisika hidrodinamika dan hidrostatika, salah
satunya adalah hukum Pascal. Coba perhatikan Gambar 7.14 yang merupakan
penerapan hukum Pascal pada pompa hidrolik! F1 A1 A

17
Jika pada penampang dengan luas A1 diberi gaya dorong F1 , maka akan
dihasilkan tekanan p dapat dirumuskan : p = F1 A1 Menurut hukum Pascal tekanan p
tersebut diteruskan ke segala arah dengan sama besar, termasuk ke luas penampang
A2 . Pada penampang A2 muncul gaya angkat F2 dengan tekanan: p = F2 A2 Secara
matematis diperoleh persamaan pada dongkrak hidrolik sebagai berikut. F1 A1 = F2
A2 atau F =2 A2 A1 F1

dengan: p = Tekanan (N/m2 ) F1 dan F2 = Gaya yang diberikan (newton) A1


dan A2 = Luas penampang (m2 ) Jika A2 lebih besar dari A1 maka akan diperoleh
gaya angkat F2 yang lebih besar dari F1 . Ini merupakan prinsip kerja dari pompa
hidrolik. Apakah kamu sudah mampu menjawab mengapa pompa hidrolik mampu
mengangkat motor atau mobil yang sangat berat dengan menggunakan gaya yang
kecil padahal di dalam pompa hidrolik tersebut hanya berisi udara atau dapat berupa
minyak? Pompa hidrolik menerapkan prinsip dari Hukum Pascal. Pada pompa
hidrolik terdapat dua luas penampang yang berbeda, yaitu luas penampang kecil (A1
) dan luas penampang besar (A2 ). Perhatikan Gambar 7.14! Luas penampang kecil
(A1 ) misalnya 1 cm2 akan diberi gaya yang kecil (F1 ) misalnya 10 N, sehingga
menghasilkan tekanan (p) sebesar 10 N/cm2 . Tekanan p (10 N/cm2 ) akan
diteruskan menuju luas penampang besar (A2 ) misalnya 100 cm2 . Sehingga F2 =
F1 × A2 A1 F2 = 10 N × 100 cm2 1 cm2 = 1.000 N Berdasarkan contoh tersebut
dapat dilihat bahwa dengan memberikan gaya 10 N pada luas penampang kecil
mampu menghasilkan gaya 1.000 N pada luas penampang besar. Berdasarkan prinsip
inilah pompa hidrolik tersebut mampu mengangkat motor atau mobil yang cukup
berat.

18
BAB V

POLA PEWARISAN SIFAT

D. PENGERTIAN POLA PEWARISAN

Pola pewarisan sifat menurut sepemahaman saya adalah bagaimana sifat itu
diturunkan oleh bapak dan ibu kepada anaknya.
Mendel, ialah yang pertama kalinya mempelopori penilitian mengenai pola
pewarisan sifat. Namun, sebelum kita masuk ke materi yang lebih lanjut, mari kita
ketahui dulu beberapa istilah yang ada di pola pewarisan sifat.

a. Genotip : Informasi genetik yang dimiliki oleh seuatu / seorang individu


b. Fenotip : Sifat atau karakter yang tampak pada suatu individu yang dapat diamati
adanya
c. Genetika : Ilmu yang mempelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas diturunkan
kepada anak dan cucu)
d. Gen : suatu materi yang mengatur berbagai karakter dalam tubuh
e. Alel : suatu anggota dari pasangan gen
f. Homozigot : pasangan alel yang sama (dominan – dominan , resesif – resesif)
g. Heterozigot : pasangan alel yang berbeda (dominan dengan resesif)

B. PEMBAHASAN

Pembahasan kita ini dimulai dari kromosom.


Kromosom terletak pada inti sel (nukleus), dimana pada tiap kromosom ada lokus
(lokasi khusus) yang ditempati oleh sepasang alel yang bisa disebut dengan gen.
Didalam gen sendiri itulah ada materi genetik yang disebut dengan DNA sebagai
pembawa sifat.

19
Adapun bagian dari kromosom adalah :
a. Sentromer : berfungsi untuk pegangan benang – benang gelondong pada saat
proses metafase terjadi
b. Lengan : Lengan juga bisa disebut sebagai bagian tubuh dari kromosom

Ada beberapa tipe dari kromosom berdasarkan letak sentromernya :


a. metasentris : letak sentromer tepat di tengah dari lengan – lengan dari kromosom
b. submetasentris : letak dari sentromer agak di ujung sehingga antara lengan atas
dan legan bawah tidak seimbang
c. Akrosentris : letak dari sentromer mendekati ujung, sehingga hanya sisa sedikit
lengan pada kromosom
d. Telosentris : Letak sentromer pas di ujung lengan yang lainnya, sehingga tidak ada
pembagian dari lengan

Selain itu, tipe kromosom dibedakan menjadi :


a. Autosom : biasa disebut sebagai kromosom tubuh. Tidak mempengaruhi jenis
kelamin. Terdiri dari 22 pasang, atau 44 kromosom
b. Genosom : biasa disebut sebagai kromosom sex. Kromosom inilah yang
mempengaruhi jenis kelamin. Kromosom ini ada 2 jenis, yang masing – masing
terdiri dari 1 pasang, yaitu :
(1) Kromosom X
(2) Kromosom Y, yang terdiri dari :
a. Ginospermium : 22aa + Kromosom X
b. Androsperium : 22aa + Kromosom Y

Sekarang kita berbicara tentang DNA, dimana DNA juga penting dalam pola
pewarisan sifat. DNA trerletak ada di beberapa bagian, antara lain :
a. nukleus
b. mitokondria –> pada tumbuhan dan hewan
c. sitoplasma –> pada ganggang dan tumbuhan tingkat tinggi

Replikasi DNA. Ada 3 macam DNA dalam melakukan replikasi, anatara lain :
a. Semikonservatif –> rantai doubel helix memisah, lalu muncul rantai lain
disebelahnya

20
b. Konservatif –> doubel helix tidak memisah, lalu terbentuk rantai doubel helik juga
disebelahnya
c. Dispertive –> ranatai doubel helik ada yang terpotong, lalu timbul rantai baru
melengkapi rantai yang terpotong

Selain DNA penting dalam pola pewarisan, RNA juga penting. Pada hewan prokariot
fungsi dari DNA digantikan oleh RNA
Adapun ada 2 macam RNA, contohnya :
a. RNA genetik –> RNA yang terdapat pada organisme yang tidak memiliki DNA
sehingga fungsi RNA sama dengan RNA. Contohnya pada virus
b. RNA non genetik –> RNA yang terdapat ada organisme yang mempunyai DNA,
contohnya pada manusia. RNA ini juga dibedakan menjadi beberapa macam,
menuruut fungsinya :
1. m-RNA –> disebut juga RNA duta atau disebut dengan kodon. Fungsinya adalah
membawa kode genetik dr nukleus ke ribosom. m-RNA dibentuk di inti
2. t-RNA –> disebut dengan RNA transfer, terdapat di ribosom. Fungsinya adalah
untuk penerjemahan kodon dari RNA duta. Dapat disebut juga sebagai antikodon
3. r-RNA –> berfungsi membantu t-RNA untuk menerjemahkan kodon dan
membantu merakit asam amino

Perbedan DNA dan RNA


DNA :
a. rantai nya doubel helix
b. basanya terdiri dari pirimidin : Timin, Adenin
c. Gula nya adalah deoksiribosa
d. molekulnya panjang

RNA :
a. rantainya single
b. basanya terdiri dari pirimidin : Urasil, Adenin
c. Gulanya adalah ribosa
d. molekulnya pendek

21
Kembali lagi kepada Mendel. Mendel biasa sebagai disebut sebagai bapak gnetika.
Setelah melakukan berbagai prcobaan, maka Mendel menetapkan beberapa pstulat
yang daat kita simpulkan sebagai berikut :
a. Setiap sifat organisme dikendalikan oleh gen, yang satu berasal dari bapak dan
yang satu berasal dari ibu. Tiap pasang gen dapat berupa homozigot ataupun
hoheterozigot
b. Tiap pasangan gen menunjukkan alternatif sesamanya
c. Bila alel yang mengendalikan suatu sifat beda, maka yang dominan yang
berpengaruh
d. Indovidu murni memiliki 2 alel yang sama
e. Pada gametogenesis, pasangan gen akan berpisah, lalu bersatu lagi secara acak

Hukum Mendel Sendiri ada 2, yaitu :


a. Hukum Mendel I “The Law of Segregation of Allelic Genes” (Hukum Pemisahan
Gen yang Sealel)
Dari hukum yang pertama ini dapat disimpulkan :
Pada saat pembentukan gamet, gen yang menentukan suatu sifat akan mengalami
segregasi (pemisahan), sehingga setiap gamet hanya menerima sebuah gen
Hukum Mendel ini bisa diterapkan untuk persilangan monohibrid

b. Hukum Mendel II “The Law of Independent Assortment of Genes” (Hukum


Pengelompokan Genes Secara Bebas)
Dari hukum Mendel yang kedua ini dapat disimpulkan :
Anggota dari sepasang gen memisah secara bebas, (tidak saling mempengaruhi)
ketika berlangsung miosis selama pembentukan gamet
Hukum Mendel yang kedua ini dapat diterapkan untuk persilangan dihibrida dengan
dua beda sifat.

C. MENGAPA ADA VARIASI ???


Pertanyaan ini sering muncul di benak kita, mengapa selalu ada variasi antara anak
dan ibu nya ataupun anak dan bapaknya ??
Jawabanny sebenarnya simple, karena ada pindah silang ataupun crossing over.
Nah, lalu apakah yang dimaksud dengan pindah silang atau crosing over ? Crosing

22
over adalah perpindahan dari segmen kromosom. Peristiwa ini terjadi pada saat
miosis I pada profase tahap diakinesis. Pada awalnya dua kromosom saling
menempel, lalu pertemuan antara dua segmen kromosom ini disenut dengan kiasma.
Setelah itu kromosom pun berpisah lagi. Perpisahan kromosom ini membentuk suatu
kromosom baru yang mengandung sifat baru yang menyebabkan variasi lebih
banyak.

1. Pewarisan Sifat
a. Genetika adalah ilmu mengenai pewarisan sifat-sifat induk pada turunannya.
2. Istilah dalam Pewarisan Sifat
a. Parental: induk atau orang tua atau tetua. Parental disingkat P.
b. Filial: keturunan yang diperoleh sebagai hasil dari perkawinan parental.
Keturunan pertama disingkat F1, keturunan kedua disingkat F2, keturunan ketiga
disingkat F3, dan seterusnya.
c. Dominan: sifat yang muncul pada keturunan, yang artinya dalam suatu
perkawinan sifat ini dapat mengalahkan sifat pasangannya.
Gen dominan: gen yang dapat mengalahkan atau menutupi gen lain yang
merupakan pasangan alelnya dan memakai simbol huruf besar.
d. Resesif: sifat yang muncul pada keturunan, yang artinya dalam suatu
perkawinan sifat ini dapat dikalahkan oleh sifat pasangannya.
Gen resesif: gen yang dikalahkan atau ditutupi oleh gen lain yang merupakan
pasangan alelnya dan memakai simbol huruf kecil.
e. Genotip: susunan genetik suatu sifat yang dikandung suatu individu yang
menyebabkan munculnya sifat-sifat pada fenotip.
f. Fenotip: sifat lahiriah yang merupakan bentuk luar yang dapat dilihat atau
diamati.
g. Alel: anggota pasangan gen yang mempunyai sifat alternatif sesamanya. Gen-
gen ini terletak pada lokus yang bersesuaian dari suatu kromosom yang homolog.
h. Homozigot: pasangan alel dengan gen yang sama, keduanya gen dominan atau
resesif.
i. Heterozigot: pasangan alel dengan gen yang tidak sama, yang satu gen
dominan dan lainnya gen resesif.
j. Pembastaran: perkawinan antara dua individu yang mempunyai sifat beda.

23
3. Hukum Mendel
a. Hukum Mendel I (Hukum Segregasi), menyatakan bahwa ketika berlangsung
pembentukan gamet pada individu, akan terjadi pemisahan alel secara bebas.
Persilangan monohibrid membuktikan hukum Mendel I. Persilangan monohibrid
merupakan persilangan dengan satu sifat beda. Untuk mengetahui keadaan
genotip F1 dapat dilaksanakan:
1) testcross (uji silang): mengawinkan individu hasil hibrida (F1) dengan salah
satu induknya yang homozigot resesif. Tujuan uji silang ini untuk mengetahui
keadaan genotip suatu individu, apakah homozigot atau heterozigot.
2) backcross (silang balik): mengawinkan individu hasil hibrida (F1) dengan salah
satu induk, baik induk homozigot dominan ataupun resesif. Tujuan backcross
adalah untuk mengetahui genotip induknya.
Intermediet: penyilangan dengan satu sifat beda, namun sifat dominan tidak
mampu menutupi sifat resesif sehingga muncul sifat diantara keduanya.

c. Hukum Mendel II, menyatakan bahwa pada saat penentuan gamet, gen-gen
sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok secara bebas pula.
Persilangan dihibrid merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II. Mendel
melanjutkan persilangan, dengan menyilangkan tanaman yang memiliki dua sifat
beda (dihibrid), yaitu warna dan bentuk kacang ercis. Dia menyilangkan kacang
ercis biji bulat (B) warna kuning (K) dengan kacang ercis biji kisut (b) warna
hijau (k). Hasilnya F1 memiliki fenotip kacang ercis biji bulat warna kuning
(100%). Setelah F1 disilangkan dengan sesamanya menghasilkan keturunan F2
dengan rasio fenotip 9 (bulat kuning) : 3 (bulat hijau) : 3 (kisut kuning) : 1 (kisut
hijau).

24
BAB VI
E.
F. PENYIMPANGAN SEMU HUKUM MENDEL

Pada persilangan dihibrid pada keturunan ke-2 (F2) akan mempunyai


perbandingan fenotip = 9 : 3 : 3 : 1. Tetapi dalam keadaan tertentu perbandingan
fenotip tersebut tidak berlaku. Dari beberapa percobaan, ternyata ada
penyimpangan hukum Mendel. Hal itu dapat terjadi karena adanya interaksi
antargen, atau suatu gen dipengaruhi oleh gen lain untuk memunculkan sifat
tertentu sehingga menyebabkan perbandingan fenotip yang keturunannya
menyimpang dari hukum Mendel. Keadaan semacam ini disebut penyimpangan
hukum Mendel.
Jika gen yang berinteraksi dihibrid yang menurut Mendel perbandingan fenotip F2
adalah 9 : 3 : 3 : 1 dapat menjadi 9 : 3 : 4 (kriptomeri), 9 : 7 (komplementer),
15 : 1 (polimeri) atau 12 : 3 : 1. (epistasis dan hipostasis) dan interaksi gen 9 : 3
: 3 : 1 dengan sifat baru yang berbeda dengan kedua induknya.
G. PAUTAN

Merupakan gen-gen yang terletak pada kromosom yang sama atau dalam satu
pasang kromosom homolog. Pautan antara dua macam gen atau lebih akan
menghasilkan keturunan dengan perbandingan genotip dan fenotip yang lebih
sedikit bila dibandingkan dengan gen-gen yang tidak berpautan. Hal ini
disebabkan gamet-gamet yang dihasilkan jumlahnya lebih sedikit.
H. PINDAH SILANG (Crossing Over)

Pindah silang diartikan sebagai peristiwa bertukarnya bagian kromosom satu


dengan kromosom lainnya yang homolog, atau bagian kromosom lainnya yang
tidak homolog. Peristiwa pindah silang terjadi pada pembelahan meiosis profase I,
subfase pakiten dan akan berakhir pada metafase I.

25
Pindah silang akan menghasilkan keturunan yang terdiri atas kombinasi parental
(KP) dan rekombinan (RK).
Nilai pindah silang adalah angka yang menunjukkan persentase rekombinasi dari
hasil-hasil persilangan. Semakin jauh jarak antarkedua gen, semakin besar
kemungkinan terjadinya pindah silang. Nilai pindah silang (NPS) dapat dihitung
dengan rumus:
Peta kromosom adalah suatu gambar yang menyatakan jarak gen-gen yang terletak
pada lokus yang berderet-deret dalam suatu kromosom. Ukuran yang dipakai untuk
menentukan jarak antargen antarlokus disebut unit.
Titik pengukuran jarak antargen dimulai dari sentromer, jika gen a berjarak 12,5 unit,
berarti gen A berjarak 12,5 unit dari sentromer. Jika gen B berjarak 15,5 unit, berarti
gen B berjarak 15,5 unit dari sentromer. Berdasarkan informasi jarak gen A dan B
dari sentromer kita dapat menghitung jarak antara gen A dengan B, yaitu 15,5 – 12,5
= 3 unit.
I.
J. Penentuan Jenis Kelamin

Penentuan jenis kelamin pada berbagai organisme tidak sama. Beberapa tipe
penentuan jenis kelamin yang dikenal adalah sebagai berikut.
a. Sistem XX – XY
1) Pada manusia: wanita 44 A + XX atau 22 AA + XX, pria 44 A + XY atau 22
AA + XY
2) pada Lalat buah: XX → betina (6 A + XX atau 3 AA + XX), XY → jantan (6
A + XY atau 3 AA + XY)
b. Sistem XX – XO (pada belalang): XX → betina (22A + XX), XO → jantan
(22A + XO).
c. Sistem ZW – ZZ (pada kupu-kupu, ngengat, ikan, burung): ZW → betina (78
A + ZW), ZZ → jantan (78 A + ZZ).
d. Sistem ZO – ZZ (pada ayam, itik): ZO → betina (76A + ZO), ZZ → jantan
(76A + ZZ).
K. Pautan Seks

26
Merupakan peristiwa tergabungnya beberapa sifat pada kromosom seks. Pautan
seks dapat terjadi pada kromosom X atau kromosom Y.
Contoh: gen penentu warna mata pada lalat Drosophila terpaut pada kromosom
X.
Gen Letal
Merupakan gen yang dalam keadaan homozigot menyebabkan kematian pada
individu yang membawanya.
a. Gen letal dominan: jika gen dominan dalam keadaan homozigot menyebabkan
kematian. Contoh:
1) Thallasemia (ThTh) pada manusia;
2) Tikus bulu kuning (KK);
3) Ayam Redep (RR);
4) Ayam tidak berjambul (JJ).
b. Gen letal resesif: jika gen resesif dalam keadaan homozigot menyebabkan
kematian. Contoh:
1) Sapi Bulldog (dd);
2) Sickle cell (ss) pada manusia;
3) Kelinci Pegler (pp).
B. Hereditas pada Manusia
1. Golongan Darah
Golongan darah bersifat menurun (genetis). Golongan darah pada manusia dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Sistem ABO ditentukan oleh 3 macam alel, yaitu I a, Ib, dan Io;
b. Sistem Rhesus, ditentukan oleh gen Rh untuk rhesus (+) dan gen rh untuk
rhesus (-). Alel Rh bersifat dominan terhadap alel rh;
c. Sistem MN, ditentukan oleh 2 macam alel, yaitu LM dan LN.
2. Cacat dan Penyakit Menurun pada Manusia
Ciri-ciri penyakit menurun:
a. tidak menular pada orang lain;
b. tidak dapat disembuhkan, karena ada kelainan dalam substansi hereditas (gen);
c. umumnya dikendalikan oleh gen resesif dan hanya muncul pada seseorang
yang homozigot resesif.

27
Cacat dan penyakit menurun pada manusia dapat diwariskan melaui autosom
dan ada yang melalui kromosom seks (terpaut seks).
a. Terpaut Autosom
1) Albino, disebabkan ketidakmampuan tubuh membentuk enzim pengubah
tirosin menjadi pigmen melanin yang dikendalikan oleh gen resesif a. Orang
normal memiliki genotip AA dan normal carier Aa. Seorang albino dapat lahir
dari pasangan yang keduanya carier.
2) Polidaktili, merupakan kelainan bawaan dalam autosom yang dibawa oleh
gen dominan. Penderita dapat dilahirkan dari pasangan orang tua yang sama-
sama polidaktili heterozigot (Pp), atau dari pasangan yang salah satu polidaktili
(PP) dan yang lainnya normal (pp).
3) Brakidaktili, merupakan kelainan yang berupa memendeknya jari-jari akibat
ruas-ruas jarinya pendek. Kelainan ini dikendalikan oleh gen dominan (B) yang
bersifat letal. Dengan demikian, keadaan dominan homozigot (BB) akan
menyebabkan kematian, genotip heterozigot (Bb) akan menyebabkan
brakidaktili, dan homozigot resesif (bb) normal.
b. Terpaut pada Kromosom Seks Manusia
1) Gen-gen abnormal terpaut kromosom Y (Holadrik) antara lain:
a) webbed toes, merupakan kelainan sifat yang ditandai dengan pertumbuhan
selaput diantara jari-jari, seperti halnya kaki bebek atau kaki katak. Sifat tersebut
dikendalikan oleh resesif (wt) sedangkan gen dominan Wt menentukan keadaan
normal.
b) hyserix gravior, merupakan kelainan yang ditandai dengan pertumbuhan
rambut yang kasar dan panjang, mirip duri landak. Sifat rambut ini dikendalikan
oleh gen resesif (hg). Gen Hg mengekspresikan pertumbuhan rambut normal.
c) hypertrikosis, merupakan kelainan yang ditandai dengan pertumbuhan rambut
yang berlebihan pada tubuh. Sifat ini dikendalikan oleh gen resesif (ht). Gen H
menyebabkan keadaan normal.
2) Gen-gen abnormal terpaut kromosom X antara lain:
a) Hemofilia, penyakit genetik dimana darah sukar membeku pada saat terjadi
luka. Tubuh mengalami kegagalan dalam pembentukan enzim tromboplastin
(enzim pembeku darah) sehingga penderita akan sering mengalami pendarahan.

28
Gen ini bersifat resesif yang terkandung dalam kromosom X. Oleh karena itu,
genotip penderitanya menjadi XhXh (letal), dan XhY, sementara wanita carier
adalah XHXh. Wanita hemofilia hanya ada secara teori, sebab akan mati pada
saat embrio.
b) Buta Warna (Colour Blind), kelainan pada retina mata seseorang, yaitu pada
sel kerucutnya tidak peka terhadap cahaya yang berwarna. Jika buta warna
dibawa oleh gen resesif cb yang terpaut pada kromosom X, maka penderitanya
adalah XcbXcb dan XcbY, sementara XCBXcb adalah wanita carier.
c) Anenamel (Gigi Tak Beremail), kelainan ini dibawa oleh gen yang bersifat
dominan pada kromosom X. Gen g menentukan gigi normal, sementara gen G
anenamel. Ciri-cirinya antara lain gigi kekurangan lapisan email sehingga
giginya berwarna coklat dan lebih cepat rusak. Penderita bergenotip XGY,
XGXG, dan XGXg. sementara genotip normalnya adalah X gY dan XgXg.
d) Anodontia, kelainan yang dibawa oleh kromosom X dan muncul dalam
keadaan resesif. Ciri-cirinya antara lain tidak memiliki gigi sehingga tampak
ompong. Kelainan ini lebih sering dijumpai pada pria sebab seorang pria yang
mengandung satu gen a (gen anodontia) sudah menampakkan gejalanya (X aY),
sementara pada wanita baru menampakkan sebagai penderita jika genotipnya
XaXa

Di dalam kromosom terdapat sederetan gen yang masing-masing mengadakan


pautan. Gen-gen tadi cenderung akan mengikuti kromosom. Bila kromosom itu
diberikan ke sel kelamin, pada saat pembentukan sel kelamin melalui
pembelahan meiosis, maka deretan gen yang ada pada kromosom tersebut akam
mengikutinya. Gen pada kromosom yang terpaut pada sel kelamin ternyata dapat
menentukan jenis kelamin pada beberapa makhluk hidup, terutama pada lalat
buah (Drosophila melanogaster).

Jumlah kromosom pada Drosophila melanogaster jantan dan betina sebanyak 4


pasang terdiri atas kromosom tubuh dan kromosom kelamin Pada sel tubuh lalat
buah yang diploid (2n), mempunyai empat pasang kromosom. Pasangan
kromosom tersebut yakni pasangan I merupakan pasangan kromosom seks
(gonosom) dan pasangan II sampai IV merupakan pasangan kromosom tubuh

29
(autosom). Adapun bentuk kromosom Drosophila melanogaster dapat dilihat di
gambar berikut.
Masing-masing kromosom II sampai IV merupakan pasangan kromosom yang
homolog. Pasangan kromosom I merupakan pasangan homolog pada betina, dan
tidak homolog pada jantan. Hal ini dikarenakan terdapat 2 kromosom seks, yaitu
kromosom X dan kromosom Y. Kromosom X berbentuk seperti batang
sedangkan kromosom Y berbentuk agak bengkok. Pada Lalat buah betina
mempunyai 2 kromosom X (ditulis dengan simbol XX) dan jantan mempunyai 1
kromosom X dan 1 kromosom Y (ditulis dengan simbol XY). Kromosom X dan
kromosom Y tidak homolog, artinya tidak sama panjangnya. Berdasarkan
kariotipe susunan kromosom Drosophila melanogaster, maka rumus/formula
kromosom Drosophila melanogaster adalah sebagai berikut:

Autosom:

1. 6A+XY atau 3AA+XY (rumus kromosom autosom Drosophila melanogaster


jantan)
2. 6A+XX atau 3AA+XX (rumus kromosom autosom Drosophila
melanogaster betina)

Gonosom

2. 3A+X dan 3A+Y (rumus kromosom gonosom Drosophila melanogaster jantan)


3. 3A+X (rumus kromosom gonosom Drosophila melanogaster betina)

Jika Lalat buah dilakukan pembasataran yang berkaitan dengan adanya


kromosom seks, yaitu X dan Y. Selanjutnya Lalat buah jantan akan
menghasilkan 2 macam sel sperma, yaitu yamg mempunyai kromosom X dan Y.
Pada lalat buah betina akan menghasilkan satu macam sel telur yaitu kromoso X.
bila sel telur X dibuahi sel sperma X , akan menghasilkan Lalat buah betina. Bila
sel telur X dibuahi sel sperma Y, maka akan menghasilkan Lalat buah jantan.
A. Pengertian Hereditas
Berdasarkan gambar
silsilah keluarga di
30
samping, bagaimana
Perhatikan gambar di bawah ini !

Yaaapz.... 

Hereditas adalah penurunan sifat dari induk kepada keturunannya.


Keturunan yang dihasilkan dari perkawinan antar individu mempunyai
perbandingan fenotip maupun genotip yang mengikuti aturan tertentu. Aturan-
aturan dalam pewarisan sifat ini disebut pola-pola hereditas.
Teori pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima
kebenarannya dikemukakan oleh Gregor Mendel pada 1865. Teori ini diajukan
berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum
sativum). Hasil percobaannya, ditulis dalam makalah yang berjudul Experiment
in Plant Hybridization.
Faktor penentu yang diwariskan dari orang tua kepada keturunannya
lewat gamet disebut gen. Gen merupakan bagian dari kromosom, dimana
kromosom adalah benda-benda halus berbentuk batang lurus atau bengkok di
dalam sel. Mendel menerangkan hasil percobaannya secara genetic sehingga
dikenal penggunaan beberapa simbol seperti:
P = induk/ orang tua (Parents) ♂ = tanda kelamin jantan
F = keturunan (Filius) ♀ = tanda kelamin betina

31
BAB VII
A. Pola-Pola Hereditas

1. Hukum Mendel
Pewarisan sifat dipelajari pertama kali oleh Gregor Johann Mendel
(1822–1884). Mendel melakukan percobaan pewarisan sifat pada tanaman
ercis (Pisum sativum). Ada beberapa alasan mengapa tanaman ercis dipilih
oleh Mendel untukmemulai percobaannya ini, di antaranya sebagai berikut.
a. Tanaman ercis (Pisum sativum) memiliki variasi yang cukup kontras,
diantaranya:
1) warna biji : kuning dan hijau
2) kulit biji : kisut dan halus
3) bentuk buah/polong : halus dan
bergelombang
4) warna bunga : ungu dan putih
5) tinggi batang : panjang dan pendek
6) posisi bunga : aksial (ketiak daun) dan terminal (ujung batang)
b. Dapat melakukan penyerbukan sendiri.
c. Cepat menghasilkan keturunan.
d. Mudah dikawinsilangkan.
Dalam percobaannya, Mendel selalu menuliskan perihal data yang
diperolehnya dan menemukan suatu keteraturan jumlah perbandingan pada
setiap sifat yang dikawinkannya tersebut.

32
Seluruh hasil pengamatan terhadap percobaannya itu menghasilkan
perbandingan 3 : 1. Dari percobaan pertamanya ini, Mendel kemudian
merumuskan suatu hipotesis bahwa sifat yang ada pada organisme akan
diturunkan secara bebas atau dikenal dengan Hukum I Mendel

a. Persilangan monohibrid
Persilangan monohibrid
merupakan persilangan yang hanya
menggunakan satu macam gen yang
berbeda atau menggunakan satu tanda
beda. Hukum Mendell I dikenal juga
dengan Hukum Segregasi menyatakan:
‘pada pembentukan gamet kedua gen
yang merupakan pasangan akan
dipisahkan dalam dua sel anak’. Hukum ini berlaku untuk persilangan
monohibrid (persilangan dengan satu
sifat beda).
Contoh dari terapan Hukum
Mendell I adalah persilangan
monohibrid dengan dominansi.
Persilangan dengan dominansi adalah
persilangan suatu sifat beda dimana satu

33
sifat lebih kuat daripada sifat yang lain. Sifat yang kuat disebut sifat dominan
dan bersifat menutupi, sedangkan yang lemah/tertutup disebut sifat resesif.
Mendel mengawinkan bunga ercis berwana ungu dengan bunga ercis
berwarna putih. Perkawinan induk ini dinamakan dengan parental (P). Hasil
perbandingan anakan yang diperoleh disebut dengan filial (F). Hasil
perkawinan pertama adalah seluruhnya memiliki warna bunga ungu.
Tumbuhan kacang ercis sesama bunga ungu ini lalu dikawinkan sesamanya
dan diperoleh hasil 3 bunga ungu berbanding satu bunga putih.
Pada beberapa kasus, terdapat gen sealel yang tidak dominan terhadap
lainnya. Keadaan ini disebut dominan tidak penuh. Pada dominan tidak
penuh, individu heterozigot memiliki fenotipe pencampuran dari kedua sifat
gen sealel. Sifat ini disebut intermediet. Sifat intermediet adalah sifat yang
sama kuat, jadi tidak ada yang dominan ataupun resesif.
b. Persilangan dihibrid
Persilangan dihibrid merupakan
persilangan yang menggunakan dua
tanda beda atau dua pasangan
kromosom yang berbeda. Suatu sifat
dari organisme tidak hanya diturunkan
melalui satu jenis alel saja, tetapi
beberapa sifat juga dapat diturunkan
oleh beberapa alel secara bersamaan.
Sifat ini dipelajari oleh Mendel dalam
percobaan kacang ercisnya. Mendel
melihat adanya beberapa sifat kacang
ercis yang disilangkan muncul dalam
generasi selanjutnya. Ia mulai dengan menyilangkan dua sifat beda, seperti
kacang ercis biji bulat warna kuning dengan biji kisut warna hijau. Jika
kacang ercis biji bulat adalah BB dan kacang ercis biji warna kuning adalah
KK maka kacang ercis biji bulat warna kuning adalah BBKK dan kacang
ercis biji kisut warna hijau adalah bbkk. Dari persilangan parental kacang

34
ercis biji bulat warna kuning (BBKK) dengan kacang ercis biji kisut warna
hijau (bbkk), warna kuning seluruhnya (BbKk).
Dari metode di samping, diperoleh perbandingan fenotipe = 9/16 biji
bulat kuning, 3/16 biji bulat hijau, 3/16 biji kisut kuning, dan 3/16 biji kisut
hijau. Dalam banyak persilangan antara organisme heterozigot dengan dua
pasang gen, maka kombinasi perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 adalah jumlah yang
sangat umum ditemukan. Dari percobaan ini, Mendel menemukan bahwa
setiap sifat dari kedua induk diturunkan secara bebas dan tidak terikat dengan
sifat yang lainnya sehingga Mendel menamakannya hukum pemisahan
secara bebas atau disebut Hukum II Mendel “Jika terdapat dua individu
berbeda dalam dua sifat atau lebih maka sifat yang satu akan diturunkan
tidak bergantung pada pasangan sifat lainnya”.

Cara di atas sangat menyita waktu dan


Tahukah memerlukan ketelitian ekstra untuk memasangkan
kamu ??? genotifnya. Belum lagi langkah mengelompokkan
genotifnya berdasar persamaan fenotifnya. Jadi cara ini

tidak praktis dan tingkat kesalahannya cukup


tinggi jika tidak teliti dan telaten. Mungkin
diantara kamu ada yang belum tau bahwa ada cara
yang lebih cepat untuk menyelesaikan soal
persilangan Mendel. Saya menyebutnya
persilangan antar alel. Dengan cara ini bahkan kita
tidak perlu lagi mencari gamet dan hasilnya
langsung menunjukkan jumlah genotif langsung
beserta fenotifnya. Kalau anak bimbel mayoritas tau teknik ini (kecuali tentornya tidak
kreatif). Ok, bagi kamu yang belum tahu beginilah caranya.
Cara cepat menyelesaikan soal persilangan
Saya mengambil contoh persilangan dihibrid (dua sifat beda) karena inilah yang paling
sering dibuat soal. Kalau monohibrid terlalu gampang, kalau trihibrid kebanyaken.
Gurunya sendiri jadi males ngoreksi .

35
Dasar cara ini sebenarnya adalah persilangan monohibrid. Jadi langkah pertama pahami
betul dasar persilangan monohibrid ini. Coba perhatikan contoh kemungkinan variasi
persilangan monohibrid berikut.

Variasi persilangan monohybrid Hasil persilangan


AA x AA AA
AA x Aa AA dan Aa
AA x aa Aa
Aa x Aa AA, 2Aa, dan aa
Aa x aa Aa dan aa
aa x aa Aa
Kalau sudah paham dasar tersebut sekarang perhatikan contoh di samping. Saya
menggunakan contoh persilangan dihibrid. Misalnya kita silangkan antara ercis berbiji
bulat warna hitam dengan ercis kisut
warna hijau. Kita sepakat saja fenotif
bulat hitam bersifat dominan. Kalau
dirinci kira-kira begini:
Perhatikan bahwa untuk
persilangan pada P2 kita tidak perlu
mencari gametnya. Kita langsung
menyilangkan antar alel berdasar tabel
di atas. Cukup disilangkan antara alel
Bb dengan Bb dan Hh dengan Hh.
Hasilnya langsung dipasangkan satu
persatu dan muncullah keturunan pada
F2 langsung muncul macam genotifnya
berdasar jumlahnya masing-masing. Kita tinggal mengelompokkan fenotifnya, dan
hasilnya sama persis dengan teknik papan catur.
Cara ini sangat praktis dan cepat. Karena itu sangat bermanfaat untuk
mengerjakan soal pilihan ganda dengan hasil jawaban yang lebih akurat. Saya tidak
merekomendasikan cara ini untuk menjawab ulangan harian atau semester bertipe essay.
Mengapa? Karena kalau guru kamu kolot dan tidak open mind, nilai kamu bisa

36
dikurangi karena tidak menggunakan cara yang diajarkannya . Beberapa kali saya
mengalami hal itu. Jadi hati-hati saja.
2. Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Pada tahun 1906, W. Bateson dan R.C Punnet menemukan bahwa pada
persilangan F2 dapat menghasilkan rasio
fenotipe 14 : 1 : 1 : 3. Mereka menyilangkan
T
. kacang kapri berbunga ungu yang serbuk
H sarinya lonjong dengan bunga merah yang
. serbuk sarinya bulat. Rasio fenotipe dari
M
keturunan ini menyimpang dari hukum
o
r Mendel yang seharusnya pada keturunan
g kedua (F2) perbandingan rasionya 9 : 3 : 3 :
a
1.
n
Tahun 1910 T.H. Morgan, seorang
sarjana Amerika dapat memecahkan misteri
tersebut. Morgan menemukan bahwa kromosom mengandung banyak gen
dan mekanisme pewarisannya menyimpang dari Hukum II Mendel. Pada
lalat buah, sampai saat ini telah diketahui kira-kira ada 5.000 gen, sedangkan
lalat buah hanya memiliki 4 pasang kromosom saja. Berarti, pada sebuah
kromosom tidak terdapat sebuah gen saja, melainkan puluhan bahkan
ratusan gen.
Pada umumnya, gen memiliki pekerjaan sendiri-sendiri untuk
menumbuhkan sifat, tetapi ada beberapa gen yang berinteraksi atau
dipengaruhi oleh gen lain untuk menumbuhkan sifat. Gen tersebut mungkin
terdapat pada kromosom yang sama atau pada kromosom yang berbeda.
Interaksi antargen akan menimbulkan perbandingan fenotipe yang
keturunannya menyimpang dari hukum Mendel, keadaan ini disebut
penyimpangan semu hukum Mendel. Jika pada persilangan dihibrid,
menurut Mendel perbandingan fenotipe F2 adalah 9 : 3 : 3 : 1, pada
penyimpangan semu perbandingan tersebut dapat menjadi (9 : 3 : 4), (9 : 7),
atau (12 : 3 : 1). Perbandingan tersebut merupakan modifikasi dari 9 : 3 : 3 :
1. Interaksi gen yang menyebabkan terjadinya penyimpangan hukum Mendel

37
terdapat 4 bentuk, yaitu atavisme, kriptomeri, polimeri, epistasis,
hipostasis, dan komplementer.
a. Atavisme
Atavis
me atau
interaksi
bentuk pada
pial (jengger)
ayam
diungkap
pertama kali
oleh W.
Bateson dan
R.C. Punnet. Karakter jengger tidak hanya diatur oleh satu gen, tetapi
oleh dua gen yang berinteraksi. Pada beberapa jenis ayam, gen R
mengatur jengger untuk bentuk ros, gen P untuk fenotipe pea, gen R dan
gen P jika bertemu membentuk fenotipe walnut. Adapun gen r bertemu p
menimbulkan fenotipe singel. Perhatikan persilangan di samping !
Berdasarkan hasil persilangan tersebut, kita mendapatkan rasio fenotipe
sebagai berikut:
9 Walnut : 3 Ros : 3 Pea : 1 Singel
Berbeda dengan persilangan yang dilakukan oleh Mendel dengan
kacang ercisnya maka sifat dua buah bentuk jengger dalam satu ayam
sangatlah ganjil. Dengan adanya interaksi antara dua gen dominan dan
gen resesif seluruhnya akan menghasilkan variasi fenotipe baru, yakni
ros dan pea. Gen dominan R yang berinteraksi dengan gen resesif P akan
menghasilkan bentuk jengger ros dan gen resesif r yang bertemu dengan
gen dominan P akan menghasilkan bentuk jengger pea. Perbedaan
bentuk jengger ayam ini dinamakan dengan atavisme.

38
b. Kriptomeri
Kriptomeri yaitu gen dengan sifat dominan yang hanya akan
muncul jika hadir bersama dengan gen dominan lainnya. Peristiwa ini
pertama kali diamati oleh Correns pada saat pertama kali mendapatkan
hasil perbandingan persilangan bunga Linaria maroccana dari galur
alaminya yaitu warna merah dan putih. Hasil F1 dari persilangan tersebut
ternyata menghasilkan bunga berwarna ungu seluruhnya. Dari hasil
persilangan antara generasi F1 berwarna ungu ini, dihasilkan generasi
Linaria maroccana dengan perbandingan F2 keseluruhan antara bunga
warna ungu : merah : putih adalah 9 : 3 : 4.
Setelah dilakukan penelitian, warna
bunga merah ini disebabkan oleh antosianin,
yakni suatu pigmen yang berada dalam bunga.
Bunga berwarna merah diidentifikasi sebagai
bunga yang tidak memiliki antosianin. Dari
penelitian lebih jauh, ternyata warna merah
d
i
sebabkan oleh antosianin
yang hadir dalam kondisi
sel yang asam dan jika
hadir dalam kondisi basa
akan dihasilkan bunga
dengan warna ungu.
Bunga tanpa antosianin akan tetap berwarna putih jika hadir dalam
kondisi asam ataupun basa. Bunga merah ini bersifat dominan terhadap
bunga putih yang tidak berantosianin. Jika kita misalkan bunga dengan

39
antosianin adalah A dan bunga tanpa antosianin adalah a, sedangkan
pengendali sifat sitoplasma basa adalah B dan pengendali sitoplasma
bersuasana asam adalah b, persilangan antara bunga putih dengan bunga
merah hingga dihasilkan keturunan kedua seperti di samping !

Note: Kriptomeri memiliki ciri khas ada karakter baru muncul bila ada
2 gen dominan bukan alel berada bersama

c. Polimeri
Persilangan yang dilakukan oleh Nelson
Ehle pada gandum dengan warna biji merah dengan
putih, ia menemukan variasi warna merah yang
dihasilkan pada keturunannya. Peristiwa ini mirip
dengan persilangan dihibrid tidak dominan
sempurna yang menghasilkan warna peralihan
seperti merah muda. Hanya saja, warna yang
dihasilkan ini tidak hanya dikontrol oleh satu pasang
gen saja, melainkan oleh
dua gen yang berbeda
lokus, namun masih
memengaruhi terhadap
sifat yang sama. Peristiwa
ini dinamakan dengan
polimeri.

40
Hasil persilangan di
samping menghasilkan
perbandingan fenotipe 15
kulit biji berwarna merah
dan hanya satu kulit biji
berwarna putih. Warna
merah dihasilkan oleh gen
dominan yang terkandung
di dalam gandum tersebut,
baik M1 maupun M2. Pada
kenyataannya, warna merah
yang dihasilkan sangat
bervariasi, mulai dari warna merah tua, merah sedang, merah muda,
hingga merah pudar mendekati putih. Semakin banyak gen dominan
yang menyusunnya, semakin merah juga warna kulit gandum tersebut.

Peristiwa polimeri ini melibatkan beberapa gen yang berada di


dalam lokus berbeda namun memengaruhi satu sifat yang sama. Pada
kasus warna kulit biji gandum ini, efek dari hadirnya gen dominan
bersifat akumulatif terhadap penampakan warna merah. Jadi, semakin
banyak gen dominan pada organisme, akan semakin merah juga
dihasilkan warna kulit biji gandumnya.

Note: Polimeri memiliki ciri makin banyak gen dominan, maka sifat
karakternya makin kuat.

41
d. Epistasis dan hipostasis
Dalam interaksi
beberapa gen ini, kadang
salah satu gen bersifat
menutupi baik terhadap
alelnya dan alel lainnya.
Sifat ini dikenal dengan nama epistasis dan hipostatis. Epistasis adalah
sifat yang menutupi, sedangkan hipostasis adalah sifat yang ditutupi.
Pasangan gen yang menutup sifat lain tersebut dapat berupa gen resesif
atau gen dominan. Apabila pasangan gen dominan yang menyebabkan
epistasis, prosesnya dinamakan dengan epistasis dominan, sedangkan
jika penyebabnya adalah pasangan gen resesif, prosesnya dinamakan
dengan epistasis resesif. Peristiwa epistasis ini dapat ditemukan pada
pembentukan warna biji tanaman sejenis gandum dan pembentukan
warna kulit labu (Cucurbita pepo). Pada pembentukan warna kulit biji
gandum, Nelson Ehle menyilangkan dua varietas gandum warna kulit
biji hitam dengan warna kulit biji kuning. Nelson Ehle adalah seorang
peneliti yang pertama kali mengamati pengaruh epistasis dan hipostatis
pada pembentukan warna kulit biji gandum. Hasil pengamatannya
menunjukkan bahwa 100% warna kulit biji yang dihasilkan adalah
hitam.
Pada persilangan sesama F2, dihasilkan gandum dengan kulit biji
berwarna hitam, kuning, dan putih. Perbandingan fenotipenya dapat
diperhatikan pada diagram persilangan berikut ini.
Dari
persilangan di
samping, dapat kita
peroleh perbandingan
fenotipenya, yaitu 12
hitam : 3 kuning : 1
putih. Dapat dilihat
pada persilangan ini,

42
setiap kemunculan gen H dominan maka fenotipe yang dihasilkannya
adalah langsung warna biji hitam. Warna biji kuning hanya akan hadir
apabila gen dominan K bertemu dengan gen resesif h, sedangkan warna
putih disebabkan oleh interaksi sesama gen resesif. Dengan demikian,
gen dominan H bersifat epistasis terhadap gen K sehingga peristiwa ini
dinamakan dengan epistasis dominan.
e. Komplementer
Salah satu
tipe interaksi gen-
gen pada organisme
adalah saling
mendukung
munculnya suatu
fenotipe atau sifat.
W. Bateson dan
R.C. Punnet yang
bekerja pada bunga
Lathyrus adoratus
menemukan kenyataan ini. Mereka melakukan persilangan sesama bunga
putih dan menghasilkan keturunan F2 bunga berwana ungu seluruhnya.
Pada persilangan bunga-bunga berwarna ungu F2, ternyata dihasilkan
bunga dengan warna putih dalam jumlah yang banyak dan berbeda
dengan perkiraan sebelumnya, baik hukum Mendel atau sifat kriptomeri.
Penelitian lebih lanjut yang dilakukan oleh keduanya
mengungkapkan ada dua gen yang berinteraksi memengaruhi warna
bunga, yakni gen yang mengontrol munculnya bahan pigmen (C) dan
gen yang mengaktifkan bahan tersebut (P). Jika keduanya tidak hadir
bersamaan, tentu tidak saling melengkapi antara sifat satu dengan yang
lainnya dan menghasilkan bunga dengan warna putih (tidak berpigmen).
Apabila tidak ada bahan pigmen, tentu tidak akan muncul warna,
meskipun ada bahan pengaktif pigmennya. Begitupun sebaliknya,
apabila tidak ada pengaktif pigmen maka pigmen yang telah ada tidak

43
akan dimunculkan dan tetap menghasilkan bunga tanpa pigmen
(berwarna putih). Persilangan yang dilakukan oleh Bateson dan Punnet
dapat diamati pada persilangan di atas.
Sifat yang dihasilkan oleh interaksi gen yang saling melengkapi
dan bekerja sama ini dinamakan dengan komplementer. Ketidakhadiran
sifat dominan pada suatu pasangan gen tidak akan memunculkan sifat
fenotipe dan hanya akan muncul apabila hadir bersama-sama dalam
pasangan gen dominannya.
3. Pautan Dan Pindah Silang
Gen berpautan merupakan gen-gen yang terletak pada kromosom yang
sama. Adapun pindah silang merupakan
proses pertukaran segmen dari kromatid-
kromatid dari sepasang kromosom
homolog. Hal ini terjadi dalam proses
pembelahan meiosis. Pada fase meiosis
apakah hal ini terjadi?
a. Pautan
Peristiwa ini pertama kali
ditemukan oleh seorang ahli Genetika
dan Embriologi dari Amerika, yakni
Thomas Hunt Morgan pada tahun
1910. Morgan menemukan keanehan pada penelitian mengenai
pewarisan sifat yang diturunkan pada lalat buah (Drosophila
melanogaster). Perbandingan fenotipe dan genotipe yang ditemukannya
ternyata berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Mendel maupun
perbandingan seperti penyimpangan-penyimpangan hukum Mendel
lainnya.
Morgan berulang kali melakukan percobaan terhadap beberapa
variasi sifat yang dimiliki oleh lalat buah ini. Objek penelitian lalat buah
dipilih oleh Morgan dengan beberapa alasan sebagai berikut.
1) Siklus hidupnya pendek (sekitar 10 hari untuk setiap generasi).

44
2) Sepasang parental dapat menghasilkan beberapa ratus keturunan
(seekor betina bertelur 50–70 butir perhari dengan kemampuan bertelur
maksimum 10 hari).
3) Mudah dipelihara dalam medium
yang sederhana.
Selain itu, lalat buah memiliki
pasangan gen yang tidak banyak, hanya
4 pasang. Keuntungan ini membuat
penelitian Morgan dapat berjalan dengan
baik dan menemukan permasalahan
yang dihadapinya. Masalah yang ditemukan Morgan pada lalat buah
(Drosophila melanogaster) adalah pewarisan sifat yang berada pada satu
kromosom. Oleh karena itu, pada saat
meiosis, sifat yang berada dalam gen
satu kromosom ini tidak akan
diturunkan secara bebas, melainkan
bersama-sama. Proses inilah yang
dinamakan dengan pautan. Jadi, pautan
adalah peristiwa gen-gen yang terletak
pada kromosom yang sama tidak dapat
memisahkan diri secara bebas ketika pembelahan meiosis.
Atas penemuannya, pada tahun 1933 Morgan menerima hadiah
Nobel dalam bidang Biologi dan Kedokteran. Pada percobaan tersebut,
Morgan mengawinkan Drosophila betina dengan warna tubuh kelabu
(B), sayap panjang (V) dengan jantan warna tubuh hitam (b), sayap
pendek (v). Dari hasil persilangan tersebut, diperoleh semua F1
Drosophila memiliki warna tubuh kelabu dengan sayap panjang (BbVv).
Lalu, Morgan melakukan test cross dengan mengawinkan sesama
keturunan F1, yaitu BbVv x BbVv.
Hasil pada F2 menunjukkan hanya ada dua macam fenotipe yang
ditemukan, yaitu
1) Drosophila tubuh kelabu, sayap panjang;

45
2) Drosophila tubuh hitam, sayap pendek.
Morgan menemukan permasalahan, mengapa fenotipe F2-nya
hanya ada 2 macam. Adapun jika mengikuti hukum Mendel harusnya
ditemukan 4 macam fenotipe dengan kombinasi, yaitu
1) Drosophila tubuh kelabu, sayap panjang;
2) Drosophila tubuh kelabu, sayap pendek;
3) Drosophila tubuh hitam, sayap panjang;
4) Drosophila tubuh hitam, sayap pendek.
Pertanyaan ini baru bisa dijawab setelah dilakukan percobaan
yang sama berulang-ulang. Berdasarkan percobaan ini, kemudian
diajukan suatu teori mengenai pautan. Gen B untuk tubuh kelabu dan gen
V untuk sayap panjang, diketahui terdapat pada kromosom yang sama.
Tentu saja gen b dan v sebagai alelnya juga terletak pada kromosom
homolognya.
b. Pindah silang
Selain gen dalam kromosom
dapat terpaut, kromosom juga dapat
saling berpindah tempat pada saat
kromosom-kromosom berdekatan di
bidang pembelahan pada waktu
melakukan meiosis. Proses demikian
dinamakan dengan pindah silang
(crossing over). Jadi, pindah silang
adalah peristiwa bertukarnya bagian
kromosom satu dengan kromosom lainnya yang sehomolog ataupun
dengan bagian kromosom yang berbeda (bukan homolognya). Peristiwa
ini kerap terjadi pada gen-gen yang terpaut, tetapi memiliki jarak lokus
yang berjauhan dan terjadi pada waktu meiosis. Kromatid yang terbentuk
pada saat melakukan meiosis akan bersinapsis dan pada tahap ini
seringkali ditemukan pindah silang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pindah silang adalah:

46
1. Temperatur, temperatur kurang atau melebiji temperatur biasa dapat
memperbesar kemungkinan pindah silang
2. Umur, makin tua suatu individu makin kurang mengalami pindah
silang
3. Zat kimia tertentu dapat memperbesar kemungkinan terjadinya pindah
silang
4. Penyinaran sinar X dapat memperbesar kemungkinan pindah silang
5. Jarak antar gen yang terangkai, makin jauh letak satu gen dengan gen
lainnya, makin besar kemungkinan pindah silang
6. Jenis kelamin, umumnya jantan atau betina dapat mengalami pindah
silang. Namun pada ulat sutera betina dan Drosophila jantan tidak
pernah terjadi pindah silang

Menghitung nilai pindah silang (NPS) pada lalat buah (Drosophila


melanogaster)

47
NPS= Jumlah Tipe Rekombinan X
100%
Jumlah Tipe Parental
NPS = 16 x 22 x100% = 352
x100%
382X353 134846
4. Determinasi Seks
Setiap organisme dilahirkan
dengan penentuan jenis kelamin
(determinasi sex), baik yang dapat
dilihat secara fisik dengan ciri
sekundernya maupun secara
fungsional yang dapat dilihat dengan
ciri primer. Penentuan jenis kelamin
ini diwariskan secara bebas oleh
gamet parental kepada keturunannya dalam perstiwa meiosis.
Studi mengenai penentuan jenis kelamin organisme ini pertama kali
dilakukan oleh Henking (1891) dan Mc. Clung (1902). Penelitian ini, selain
untuk mengetahui segregasi dalam
Henking (1891) dan Mc. Clung (1902)
determinasi seks, juga melakukan
pengamatan kromosom seks (gonosom). Henking menemukan bentuk
kromosom pada susunan perangkat
kromosom yang berbentuk X pada
belalang. Pada sperma jantan hanya
ditemukan kromosom berbentuk X,
sedangkan pada sel telur betina ditemukan
sepasang bentuk X. Mc. Clung
berkesimpulan bahwa kromosom ini akan
menentukan jenis kelamin yang
membedakan jantan dan betina. Setelah
penelitian-penelitian itu, kita dapat mengetahui bentuk-bentuk gonosom
yang kita kenal dengan sistem XY, XO, dan ZW.

48
a. sistem XX-XY
Sistem ini umum kita temukan pada tumbuhan, hewan, dan
manusia. Penamaannya berdasarkan bentuk gonosom yang ditemukan.
Gonosom X berukuran lebih besar dari gonosom Y. Sistem ini diberi
tanda XX untuk betina dan jantan diberi tanda XY. Oleh karenanya,
betina disebut juga homogamet dan jantan heterogamet. Pada manusia
terdapat 46 kromosom, kromosom tubuh (autosom) 44 buah (22 pasang),
sedangkan kromosom kelaminnya ada 2 buah (sepasang). Sel telur pada
manusia 22 + X dan sperma 22 + Y atau 22 + X. Lalat buah (Drosophila
melanogaster) memiliki delapan buah kromosom yang terdiri atas tiga
pasang autosom dan satu pasang gonosom. Penulisan kromosom untuk
lalat buah jantan adalah 6A + XY dan lalat buah betina ditulis dengan 6A
+ XX.
b. Sistem XO
Pada beberapa serangga, ditemukan bentuk berbeda dengan
penemuan sebelumnya. Jantan tidak memiliki bentuk Y, tetapi hanya
satu gonosom X. Adapun betina memiliki sepasang gonosom X. Oleh
karena itu, penulisan untuk perangkat gonosom betina adalah XX dan
jantan XO. Jenis-jenis yang memiliki sistem seperti ini adalah beberapa
jenis serangga, seperti belalang dan anggota Orthoptera.

c. Sistem ZW
Sistem ZW banyak ditemukan pada jenis-jenis unggas, ikan, dan
kupu-kupu. Pemberian nama dengan sistem ini didasarkan pada
pengamatan yang menunjukkan sistem penentuan jenis kelamin untuk
betina dan jantan terbalik dengan penemuan sebelumnya. Pada manusia,
yaitu betina memiliki pasangan gonosom XY dan jantan XX. Oleh
karena itu, untuk menghindari kekeliruan dalam penulisan, maka dibuat
penamaan dengan sistem ZW. Betina diberi lambang ZW dan jantan
diberi lambang ZZ.

49
d. Sistem ZO
Sistem ZO ini dapat ditemukan pada beberapa jenis unggas. Pada
sistem ini susunan kromosom, kelamin ZO dimiliki oleh hewan
betinanya, sedangkan jantan memiliki susunan kromosom kelamin ZZ.
Oleh karena itu, kromosom kelamin betina hanya ada satu yaitu Z,
sedangkan jantan memiliki sepasang kromosom kelamin yang sama
bentuknya yaitu ZZ.
e. Sistem haploid-diploid
Pada sistem ini, penentuan jenis kelamin tidak ditentukan oleh
kromosom seks, melainkan oleh jumlah kromosom tubuh. Pada lebah
dan semut umumnya tidak memiliki kromosom seks. Betina berkembang
dari sel telur yang dibuahi sehingga diploid. Adapun jantan berkembang
dari sel telur yang tidak dibuahi sehingga mereka haploid. Hal ini dikenal
dengan partenogenesis.

5. Gen Letal
Gen kematian (gen letal) adalah gen yang dapat menyebabkan kematian
suatu individu yang memilikinya. Gengen ini dapat menunjukkan
pengaruhnya pada awal pertumbuhan sehingga dapat mengakibatkan
kematian sebelum lahir (pada masa embrio). Dalam konsep gen letal, dikenal
istilah individu carrier, yakni individu yang berpotensi untuk menurunkan
sifat gen letal tersebut atau berpotensi untuk membawa gen yang
mengakibatkan kelainan.
a. Gen letal dominan

50
Gen letal dominan merupakan suatu keadaan apabila suatu
individu memiliki gen homozigot dominan, individu tersebut akan mati.
Contohnya, pada tikus gen Ay mengekspresikan rambut warna kuning
yang dominan terhadap
gen a yang
mengekspresikan warna
rambut hitam. Gen Ay
ini dalam keadaan
homozigot
mengakibatkan kematian
pada tikus. Jika tikus
jantan kuning
heterozigot dikawinkan dengan tikus betina yang juga kuning heterozigot
maka keturunannya (F1) adalah sebagai berikut. Contoh kelainan akibat
gen letal dominan, yaitu:
1) Ayam redep (kaki dan sayap pendek)
2) Thalasemia pada manusia
3) Ayam tidak berjambul

b. Gen letal resesif


Pada gen letal resesif, individu akan mati jika memiliki gen
homozigot resesif. Salah satu contoh efek dari gen letal resesif yang
menyebabkan kematian adalah pada tanaman jagung. Hadirnya klorofil
diatur oleh suatu gen dalam keadaan dominan dan jika gen tersebut
berada dalam keadaan resesif maka klorofil tidak dapat diekspresikan
dan menyebabkan kematian. Gen yang menyebabkan hadirnya klorofil
kita anggap sebagai A dan resesifnya adalah a. Gen heterozigot
menyebabkan warna daun menjadi hijau muda. Pada persilangan
antarjagung dengan daun hijau muda sesamanya akan menghasilkan
sebagai berikut.

51
Contoh kelainan
akibat gen letal resesif,
yaitu:
1) Sickle-Cell Anemia (sel
bulan sabit) pada manusia;
2) Kelinci pelger (gangguan
pada pembentukan leukosit);
3) Sapi bulldog (persilangan antarsapi ras dexter)

B. Hereditas dan penyakit turunan


Setelah para ilmuwan mengetahui proses terjadinya pewarisan sifat pada
makhluk hidup, misteri kelahiran seorang bayi yang memiliki cacat fisik ataupun
mental dapat dimengerti dan menjadi suatu kajian ilmiah. Penyakit atau cacat
turunan ini memiliki sifat-sifat yang khas, yaitu:
1. bukan merupakan penyakit yang dapat ditularkan;
2. bersifat permanen dan tidak dapat disembuhkan;
3. dikendalikan oleh faktor genetis.
Adanya faktor genetis merupakan penyebab utama adanya suatu cacat
atau penyakit menurun ini. Seorang ahli genetika dapat menjelaskan bagaimana
agar penyakit tersebut tidak hadir di generasi selanjutnya. Umumnya, sifat
penyakit menurun merupakan alel-alel gen resesif sehingga akan hadir dalam
homozigot resesif. Beberapa penyakit menurun yang umumnya hadir ini dapat
dibedakan berdasarkan jenis kromosom pembawanya, yaitu dapat bersifat
autosom atau gonosom.
1. Cacat bawaan bersifat autosom
a. Albino
Albino merupakan kelainan yang disebabkan
oleh tidak terbentuknya pigmentasi tubuh. Kelainan
ini merupakankelainan bawaan yang terkait dengan
kromosom tubuh. Selain lahir tanpa pigmentasi,
orang yang memiliki kelainan ini sangat peka
dengan cahaya berintensitas tinggi.

52
Kelainan albino pada seorang anak dapat diturunkan dari
orangtua yang keduanya albino, salah satu albino dan yang lainnya
carrier atau
kedua
orangtuanya
bersifat carrier
(heterozigot).

b. Brakidaktili
Penyakit ini dapat diamati
dari bentuk jari-jari tangan yang
pendek. Gen yang menyebabkan
penyakit ini adalah gen dominan
(B) yang bersifat letal. Oleh karena
itu, individu yang memiliki genotipe homozigot dominan (BB) akan
mengalami kematian. Adapun penyakit brakidaktili disebabkan oleh
genotipe heterozigot (Bb). Keadaan genotipe homozigot resesif (bb)
merupakan individu normal.

c. Gangguan mental

53
Gangguan mental atau cacat mental
merupakan kelainan yang diwariskan dari kedua
orangtuanya. Beberapa gangguan mental yang
diketahui adalah imbisil, debil, dan idiot. Ciri-ciri
dari penderita gangguan mental, antara lain warna
rambut dan kulit kekurangan pigmen, bereaksi
lamban, tidak berumur panjang, dan biasanya IQ rendah.
Salah satu penyebab gangguan mental adalah rusaknya sistem
saraf akibat kadar asam fenilpiruvat yang tinggi dalam tubuh, atau
biasanya disebut fenilketonuria (FKU). FKU disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh untuk mensintesis enzim yang dapat mengubah
fenilalanin menjadi asam amino tiroksin. Produksi enzim tersebut
dikendalikan oleh gen dominan. Oleh karena itu, seorang anak yang
memiliki gen homozigot resesif tidak bisa memproduksi enzim tersebut.

d. Polidaktili
Penderita polidaktili memiliki jumlah jari tangan dan kaki lebih
dari normal . Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen
autosom dominan P, sedangkan gen p untuk normal. Hal ini terjadi
karena kelainan ditentukan oleh autosom, ekspresi gen yang terjadi
berbeda sehingga lokasi tambahan jari berbeda

54
e. Diabetes militus
Diabetes mellitus adalah terbuangnya glukosa bersama urine
karena terjadi gangguan fungsi insulin yang dihasilkan oleh pulau
Langerhans pada pankreas. Seperempat dari penderita diabetes mellitus
t
e
r
n
y
a
t
a
diakibatkan faktor genetis dan tiga perempat yang lainnya karena faktor
makanan. Penyakit ini dikendalikan oleh gen resesif homozigot (dd).

55
2. Cacat bawaan bersifat gonosom
a. Buta warna
Kita mengenal
penyakit buta warna
sebagai cacat bawaan yang
dibawa mulai lahir. Tidak
ada orang yang mengalami
kelainan buta warna
setelah dewasa. Ada beberapa golongan penyakit buta warna pada
manusia.
1) Buta warna total, orang ini benar-benar hanya dapat membedakan
warna hitam dan putih saja dan tidak dapat melihat warna lainnya.
2) Buta warna parsial, orang yang menderita kelainan buta warna parsial
ini tidak mampu untuk membedakan beberapa warna tertentu, seperti
warna hijau, biru, atau merah.
Kelainan buta warna
disebabkan oleh gen yang
terpaut pada gonosom X dan
bersifat resesif. Kehadiran
gen Xcb ini pada kondisi
heterozigot pada wanita
hanya akan menyebabkan ia
sebagai carrier dan jika
pada pria kehadiran gen Xcb
akan menyebabkan buta warna. Mengapa tidak ada carrier buta warna
pada pria? Perkawinan wanita carrier dengan lelaki normal dapat
menyebabkan lahirnya seorang anak yang buta warna.
b. Hemofilia
Hemofilia merupakan suatu kelainan yang menyebabkan
terhambatnya proses pembekuan darah. Oleh karena itu, apabila
seseorang yang memiliki kelainan ini terluka, akan mengakibatkan

56
kehabisan darah yang lebih cepat sehingga dapat menyebabkan
kematian. Hemofilia menyebabkan tidak terbentuknya faktor
antihemofilia yang diperlukan untuk pemecahan trombosit menjadi
trombokinase pada proses pembekuan darah. Gen penyebab hemofilia ini
terkait dengan gonosom X dan bersifat resesif. Peristiwa hemofilia
pertama kali diamati pada keluarga kerajaan di Eropa.

Sumber utama penyakit ini adalah Ratu Victoria. Perkawinanya


dengan raja Albert melahirkan keturunan-keturunan yang menderita
hemofilia dan sebagian di antaranya mengalami kematian
Pada kondisi homozigot resesif, hemofilia bersifat letal bagi
wanita sehingga hampir tidak ada wanita yang mengalami penyakit
hemofilia. Contoh kasus hemofilia dapat kita lihat pada perkawinan
antara seorang ibu normal heterozigot dan suami normal berikut ini.

3. Gologan darah
a. Golongan darah ABO

57
Seperti telah diketahui bahwa darah terdiri
atas butir darah (eritrosit, leukosit), keping darah
(trombosit), dan plasma darah. Pada eritrosit terdapat
sejenis protein yang dinamakan antigen atau
aglutinogen. Antigen merupakan protein yang
mampu merangsang pembentukan antibodi
(aglutinin). Plasma darah mengandung protein yaitu
fibrinogen dan protrombrin. Jika terjadi
perangsangan oleh antigen, protrombin mampu membentuk antibodi.
Berdasarkan jenis antigen atau ada tidaknya antigen yang
dikandung oleh eritrosit, Karl Landsteiner (1868-1943) pada tahun
1901 membagi golongan darah menjadi golongan A, golongan B,
golongan AB, dan golongan O.
1) Golongan darah A (genotipe IAIA atau IAIO)
Golongan darah yang dalam eritrositnya mengandung antigen A
(aglutinogen A) dan dalam plasma darahnya mampu membentuk
antibodi 􀁃 atau aglutinin .
2) Golongan darah B (genotipe IBIB atau IBIO)
Golongan darah yang dalam eritrositnya mengandung antigen B
(aglutinogen B) dan dalam plasma darahnya mampu membentuk
antibodi 􀁃 (aglutinin 􀁃).
3) Golongan darah AB (genotipe IAIB)
Golongan darah yang dalam eritrositnya mengandung antigen A dan
antigen B. Pada plasma darah golongan AB tidak mampu membentuk
antibodi (aglutinin), baik 􀁃 maupun .
4) Golongan darah O (genotipe I°I°)
Golongan darah yang dalam eritrositnya tidak mengandung antigen A
dan antigen B, tetapi plasma darahnya memiliki antibodi 􀁃 dan .

58
b. Golongan darah Rhesus
Di India, terdapat jenis kera bernama Macaca rhesus.
Berdasarkan hasil penelitian Karl Landsteiner dan Wiener pada tahun
1940, ditemukan bahwa dalam eritrositnya mengandung jenis antigen
yang dinamakan antigen rhesus. Antigen rhesus dimiliki juga oleh
manusia. Orang yang memiliki antigen rhesus dinamakan rhesus positif.
Genotipe RR atau Rr dan yang tidak memiliki antigen dinamakan rhesus
negatif rr. Plasma darah baik pada rhesus positif (Rh+) maupun pada
rhesus negatif (Rh–) membentuk antibodi rhesus. Sistem rhesus ini
dikendalikan oleh gen Rh dengan alel. Alel Rh bersifat dominan terhadap
alel rh.
Perkawinan
pasangan suami istri
yang berbeda faktor
rhesusnya dapat
mengakibatkan
ketidakcocokan pada
darah ibu dengan bayi
yang dikandungnya.
Misalnya, perkawinan
pria yang bergolongan
darah rhesus positif
homozigot dengan wanita

59
yang bergolongan darah rhesus negatif homozigot dapat melahirkan bayi
yang bergolongan darah rhesus positif.
Pada kelahiran pertama, bayi akan lahir dengan selamat,
sedangkan pada kelahiran selanjutnya akan terjadi kelainan. Hal ini
disebabkan dalam plasenta ibu sudah terbentuk banyak zat antirhesus
positif yang dapat menggumpalkan antigen rhesus dari janin kedua yang
dikandungnya. Penggumpalan ini disebabkan, karena antibodi pada
darah ibu memiliki jumlah yang banyak. Akibatnya sebagian antibodi
dapat masuk ke tubuh fetus atau janin melalui plasenta. Darah janin akan
mengalami kerusakan yang disebut eritroblastosis fetalis.
Gejala-gejala bayi yang menderita eritroblastosis fetalis, yakni
tubuh sangat pucat dan kuning serta hati dan limfa membengkak.
Penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada bayi.

c. Golongan darah MN
Penggolongan darah MN didasarkan pada ada tidaknya antigen
dalam sel darah merah seseorang. Apabila seseorang bergolongan darah
M, artinya di dalam darahnya mengandung antigen M, sedangkan orang
yang di dalam sel darah merahnya mengandung antigen N, maka orang
tersebut bergolongan darah N. Jadi, orang yang bergolongan darah MN
dalam sel darah merahnya mengandung antigen M dan N sehingga orang
tersebut bergolongan darah MN.

Menurut para ahli, golongan darah MN ditentukan oleh gen yang


mengandung dua alel. Satu alel menentukan faktor M dan yang lainnya
menentukan faktor N. Jadi, orang yang bergenotip MM akan

60
bergolongan darah M, golongan darah N mempunyai genotip NN,
sedangkan golongan darah MN berarti mempunyai genotip MN.
Serum (antibodi) manusia tidak mereaksi antigen M dan N
sehingga tidak menimbulkan penggumpalan darah. Antibodi M dan N
dapat dibuat dengan menyuntikkan darah manusia ke tubuh kelinci.

61
DAFTAR PUSTAKA

Ferdinand, F dan Ariebowo, M


Praktis Belajar Biologi : untuk kelas XII SMA/MA program Ilmu Pengetahuan
Alam / oleh Ferdinand, F dan Ariebowo, M ; editor Sobardan, D.A. – Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Rachmawati, F. Urifah, N. dan Wajayati, A


Biologi : untuk SMA/MA kelas XII program IPA / oleh Rachmawati, F.
Urifah, N. dan Wajayati, A – Jakarta : pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2009.

62

Anda mungkin juga menyukai