Anda di halaman 1dari 26

Antena dan Propagsi Gelombang

Materi 3 dan 4

➢ Karakteristik Antena Pemancar


➢ Diagram Arah Antena
➢ Gain
➢ Direktivitas
➢ Etc.

TEAM
ANTENA DAN PROPAGASI
Karakteristik antena pemancar

Karakteristik antena yang diturunkan dari antena sebagai sumber dapat dibuktikan berlaku
sebagai penerima
1.3.1 Antena sebagai Pemancar
a. Diagram arah
- d. arah menunjukkan sifat pancaran antena ke berbagai arah (pattern) ; r = const. >>
Menurut besaran - d. medan . (listrik, magnet)
- d. daya . (P, U)
- d. fasa .
Menurut skala - d . absolut →dalam besarannya
- d . relatip →terhadap referensi
- d . normal →referensi max. =1 atau 0 db.
Diagram arah antena

Diagram sebetulnya bentuk 3 dimensi ; bisa digambarkan sebagai 2 dimensi/penampang pada 2


bidang ⊥ satu sama lain berpotongan pada poros lobe utama.

φ=0 Prm = 1 atau 0 db


lobe Em Um θ=0 θ=0
utama Pr m 1
w/rad2
Pro
Pr Pr
E0 U
Prm
Pro
BW
1 1
lobe sisi 2
2
w/rad2

d. absolut d. relatip d. normal


d. medan d. daya

Gambar 1-14 Macam-macam diagram arah & lobe antena


Diagram fasa

- Lobe utama : main lobe, major lobe daerah pancaran terbesar.


- Lobe sisi /samping : side lobe, minor lobe daerah pancaran sampingan

E H Pr
- diagram arah : U sebagai fungsi dari θ, φ atau Em
atau
Hm
atausebagai
Prm
fungsi
Um

θ, φ , r = constant.
1
- Sudut yang dibatasi oleh titik-titik 1/2 daya maksimum atau 3 db atau 0.701 ( ) medan
2
maksimum, pada lobe utama disebut beam width atau lebar berkas
b. Diagram fasa
Untuk bentuk periodik dengan frekuensi tertentu medan jauh diketahui seluruhnya jika diketahui :
a. amplituda Eθ sebagai fungsi r, θ, φ
b. amplituda Eφ sebagai fungsi r, θ, φ

diagram ⎧⎪c. beda fasa δ antaraEθ dan Eφ sebagaifungsidari θ dan φ (r = const.)


fasa ⎨
⎪⎩d. beda fasa η, Eθ atau Eφ thd harganyapd. titik referensi; fungsiθ, φ (r = const)

biasanya diambil penampang diagram 3 dimensi → idem d arah


direktivitas

c. Pengarahan directivity
Definisi : U intensitas rad. maksimum suatu antena
D= m = x4π
U0 intensitas rad. rata - rata antena itu

4 πU m 4 π x intensitas rad. maksimum


D = =
4 πU 0 daya total yang dipancarka n

Jika fungsi diagram arah antena diketahui →D dapat dihitung secara eksak.
Contoh 0≤θ≤π 2
U = U m cos θ
0 ≤ φ ≤ 2π

U = 0 untuk θ, φ lainnya.

π 2 2π 2π π 2
W= ∫ ∫U
0 0
m cos θ sin θ d θ d φ = − ∫
0
∫U
0
m d φ cos θ . d(cos θ )

π 2 π 2
⎡ 1 ⎤ ⎤
W = U m ⎢ − cos 2 θ⎥ x φ ⎥ = πU m
⎣ 2 ⎦0 ⎦0
Direktivitas

W = 4 π U0 = π Um → Um 4π
D= = =4
U0 π

A1

isotropis

η = 100 %
(a)

TX TX Wr

W
A1
max.

directivitas D

TX D Wr
(b) TX

Gambar 1-15 Arti fisis direktivitas


Gain (penguatan) antena

d. Penguatan, gain

W0
G=
Wi
kutub
Wi W0
4
kutub -4

Gambar 1-16 Gain kutub 4

- gain antena didefinisikan

Um intensitas radiasi maksimum dari suatu antena


G= =
U mr intensitas rad . maksimum dari suatu antena referensi dgn. daya masuk sama

referensi : 1 isotropis, eff. 100 %


2. dipol 1/2 λ
3. corong, dll
int ensitas rad. maksimum suatu antena
G0 =
int . rad antena isotropis tanpa rugi - rugi dengan daya masuk yang sama
Penguatan antena

Wi ⎯⎯ ⎯⎯→ W0 = Wi → U m
eff. 100%

Wi ⎯eff.
⎯⎯k → W01 = kWi → U 'm = kU m

∴ U 'm = k U m (U~W)

k = eff. Antena , 0 ≤ k ≤ 1
U 'm kU m
G0 = = = kD
U0 U0

∴ G0 = k D
jika k = 100 % → G0 = D

Kadang-kadang gain & direktivitas dinyatakan untuk arah tertentu/fungsi dari diagram arah

U ⎞
D(θ, φ) = D ⎟
Um ⎟ = gain function !
U ⎟
G (θ, φ) = G 0 ⎟⎟
Um ⎠

D ⎡G ⎤
G dan D biasanya dinyatakan dalam db (decibell) : [db ] = 10 log ⎢ ⎥ db
G ⎣G ⎦
Pendekatan perhitungan direktivitas

e. Perhitungan Pendekatan
Dilakukan jika :
fungsi d. arah tidak diketahui secara eksak atau sulit dilakukan perhitungan eksak dan atau
d. arah diketahui dari pengukuran (grafis) dan atau
perhitungan harus cepat tapi cukup teliti (toleransi kesalahan)
= Luas dan lebar berkas
Diagram arah dapat dinyatakan sebagai :
U = Uaf(θ,φ)
Um = Uaf(θ,φ) max.

Rata-rata U0 =
W
=
∫∫ U a f( θ, φ ) d Ω
4π 4π
W = daya yang dipancarkan
dΩ = sinθ dθ dφ elemen sudut ruang
Um U a f( θ, φ ) max
D= =
U0 ∫∫ U f ( θ, φ) dΩ
a


Pendekatan penghitungan direktivitas

4 πf ( θ, φ) max
D=
∫∫ f (θ, φ) d Ω
4π 4π
D= =
∫∫ f (θ, φ) dΩ B Luas berkas (beam area)
f( θ, φ) max

∫∫ f ( θ, φ ) d Ω f ( θ, φ )
B=
f( θ, φ ) max
= ∫∫ f (θ, φ) max dΩ fungsi normal = d. arah

B = ∫∫ f ( θ, φ ) normal d Ω

Um 4π
D= = → W = 4 πU 0 = U m B
U0 B

Luas berkas = sudut ruang yang mewakili seluruh daya yang dipancarkan jika intensitas rad. Sama dengan
intensitas maksimum, sama dengan Um atau seolah-olah antena memancar hanya dalam sudut ruang ini
(B) dan intensitas radiasi disini uniform = Um →W = B Um

4πU U0
B = 0
rad 2
= 41253 der 2

Um Um
Pendekatan direktivitas

a . undirectio nal ⎫
U ntuk : ⎬ B ≈ θ, φ, θ 1 : beam with, φ 1 : beam w idth
b. directiona l > 10 ⎭

z m enurut 2 bidang yang paling ⊥ m elalu


1/2
sum bu lobe utam a.
4π 4π
D= =
B θ1φ1
θ φ1 y
1

1/2

x 1/2
U

G am bar 1-17 lebar & luas berkas

π
0≤θ≤
Contoh : U = U m cos θ6
2
0 ≤ φ ≤ 2π
Pendekatan direktivitas

z
1
1 U m = U m cos 6 θ 1
2 2

1
θ 1 = c o s −1 6 = 2 7 .0 1 °
1/2 φ 1/2 1/2
2
2

θ1 θ 1 = φ 1 = 2 x θ 1 = 5 4 .0 2 °
2

x .

G a m b a r 1 -1 8 D ia g ra m a ra h y a n g s im e tris

4π 4 π x (5 7 .3 ° ) 2 ⎫
D = = = 1 4 .1 3 ⎪
θ 1φ 1 (5 4 .0 2 ) 2 ⎬ ε = 0 .9 3 %
d ib a n d in g k a n d e n g a n c a ra e k s a k D = 1 4 .0 0 ⎪⎭
Pendekatan direktivitas

Ketelitian hasil perhitungan ditentukan oleh ketelitian mendapatkan lebar berkas B.


φ0 θ 0
f ( θ, φ)
B= ∫
0
∫0 f (θ, φ) max sin θd θ dφ (*)

jika batas-batas θ0 ≥ θ ≥ 0
φ≥φ≥0
φ0 θ0 φ0 θ0

Uraian ( * ) B = ∫ FI ( φ) dφ ∫ f I (θ) sin θ dθ + ∫ F2 (φ)dφ ∫ f 2 ( θ) sin θ dθ + ........ dst.


0 0 0 0

= a1 b1 + a2 b2 + a3 b3 + …………. dst.
Fi (φ)
fi (θ) sin θ digambar, dievaluasi (grafis)
→ a1, b1, a2, b2, dst.
Pendekatan direktivitas

Fi ( φ ) Fi ( θ ) sin θ

ai bi

0 φ φ0 0 θ θ0
(rad) (rad)

G a m b a r 1 -1 9 In te g ra si g a m b a r
φ0
⎫ i= n
ai = ∫0 F i ( φ ) d φ .......... ⎪⎪ B = ∑a i .bi
i =1
θ ⎬ 4π
b i = ∫ f i ( θ ) s in θ d θ ..... ⎪
0
D =
0
⎪⎭ B (ra d 2 )

K e te litia n h a sil d ite n tu k a n o le h k e te litia n p e n g g a m b a ra n F I ( φ ) d a n f I (θ ) sin θ d a n m e n g h itu n


n
lu a s d i b a w a h k u rv a ∑ ai bi (d a la m k e rta s m m )
Antena sebagai apertur penerima

Apertur Antena & Rumus Transmisi friss


Konsep apertur antena berasal dari pandangan antena sebagai luas bidang yang menerima daya dari
gelombang radio yang melaluinya
K K
E E K K
E E
A
wr
K
K K P
H H
K K
H H

Gambar 1-20 Antena sebagai bidang penerima

Misalkan gelombang melalui sebuah antena corong. Rapat daya pada permukaan corong W/m2. Jika mulut
corong dapat menerima daya melalui mulut A seluruhnya, maka daya yang diserap dari gelombang
elektromagnetik adalah : K K
W = P.A watt
Aperur penerima

Jadi corong dapat dianggap sebagai mempunyai luas bidang atau aperture dimana daya yang
dapat diambil dari gelombang radio berbanding lurus dengan luasnya. Dalam praktek luas
tersebut 0.5 – 0.7 kali luas sebenarnya. (aperture efisiensi)

Sehubungan dengan terbaginya daya serap dari gelombang elektromagnetik menjadi bagian-
bagian yang hilang sebagai panas, dipancarkan kembali dll, maka ada beberapa macam
aperture, yaitu aperture efektip, rugi-rugi, pengumpul, hambur dll.

Umumnya orientasi antena dibuat demikian sehingga terjadi penerimaan daya maximum sesuai
dengan polarisasi gelombang.

Dengan demikian jika suatu antena menerima daya, maka dapat dibayangkan antena seolah-
olah mempunyai bidang atau aperture yang luasnya = daya tersebut dibagi dengan rapat
daya pada antena.

Jadi : W A : aperture antena


A=
P W : daya dari gelombang EM yang diterima
P : rapat daya pada antena w/m2
Apertur efektif

aperture efektip

K V
ZT P zT
zA

Gambar 1-21 Rangkaian ekivalen antena


yang dibebani
Jika antena ditempatkan pada medan EM dan
dibebani beban zT , beban terminasi.
Untuk harga-harga r.m.s dari arus, tegangan, maka

V
I= z T = R T + jx T
zT + zA
Apertur efektif

R A= R r + R L z A = R A + jx A
RA : tahanan pancar
RL : tahanan rugi-rugi ohmic dari antena
Daya yang berguna bagi penerima W 1 :
W = I2 R T
V
Karena I = maka
(R r + R L + R T ) + ( x A + x T )
2 2

V2R r
Daya W1 =
(R r + R L + R T ) 2 + x R + x T ) 2
Perbandingan W 1 dengan rapat daya pada antena didefinisikan sebagai aperture efektip antena
⎡ w V 2R T
⎢A e = =
⎣ p P{( R r + R L + R T ) 2 + ( x R + x T ) 2 }
Apertur efektif

Jika antena diorientasikan untuk penerimaan maximum dan impedansi terminasi komplek

conyugate dengan ZA serta RL = 0 , maka :

V2 V2 W1' V2
W1 =
'
= dan untuk hal ini A em = = max. eff. Apertur
4R r 4R T P 4PR T
Aem = apertur efektip maximum
: effective area menurut def. I.R.E
Ae
Efektivitas ratio : perbandingan efektivitas di definisikan sebagai α = ,0≤α≤1
A em
Dalam praktek daya yang dipancarkan penerima lebih kecil dari w1 karena ada redaman salura
transmisi.
apertur

U ntuk antena batang V = h’E dim ana ;


h’: tinggi efektip antena, biasanya 0.7 x tinggi yang sebenarn ya untuk antena pendek.
- apertur rugi-rugi, loss aperture
D aya yang hilang sebagai rugi panas W 2 :
W 2 = I2 R L
I2R L V 2R L
=
P {( R r + R L + R T ) 2 + ( X T + X A ) 2 }
AL =
P
A L = aperture rugi-rugi, loss app
- aperture ham bur, scattering aperture
D aya yang diradiasikan kem bali ke ruang bebas adalah W 3 = I2 R r
W3 V 2R r
AS = =
P P {( R r + R c + R T ) 2 + ( X A + X T ) 2 }
A S = aperture ham bur
apertur

Jika RL = 0 dan XT = -XA, conyugate complex


dan Rr = ET maka :
I2R r V2 V2
AS = = =
P 4 PR r 4 PR T

V2
Jika ZT = 0 atau antena dihubung singkat maka Asm = , dan terlihat Asm = 4 x
PR r
apertur hambur dalam keadaan matched. Atau Asm = 4 x Aem , dan keadaan ini dipakai
untuk antena sebagai parasit. Contohnya pada yagi dan antena dengan pemantul.
AS
Perbandingan hambur didefinisikan sebagai =β
Ae
0≤β≤∞
apertur

4
As
Ae
A em

RT 1
A
Rr

1 2R 3
T
Rr
Rangkaian ekivalen bermacam aperture untuk keadaan
Khusus R L = 0, R r = R r.
- aperture pengumpul , call. Aperture
Jumlah semua aperture A e, A s, A L disebut aperture pengumpul

V 2 (R r + R L + R T
Ae =
P {( R r + R L + R r ) 2 + ( X A + X T ) 2 }
Apertur fisik

aperture fisis, Physical aperture


• Ini merupakan luas maximum tampak depan antena dari arah rapat daya . Untuk antena dengan
pemantul atau berupa celah, luas aperture fisis ini sangat menentukan, tetapi untuk beberapa antena
tidak ada arti sama sekali.
• Contoh :

K K
P P
πd A p ≈ Ld πd 2
Ap = L Ap =
4 4
d
d

Perbandingan antara aperture efektip maximum dengan aperture fisis disebut absorption
A em A
ratio, perbandingan absorpsi (efisiensi aperture) : γ = ;0≤ γ ≤∞ ;η = e . App.
AP Ap Eff.
Beberapa contoh aperture :

V2 80 π 2 L2
Aem dipol pendek : A em = ; V = EL dan R r =
4 PR r λ2
E2 E2
Maka : P= =
zi 120π
120 π E 2 L2 λ2 3λ2
A em = = = 0.119 λ2
320 E L π
2 2 2

Apertur antena dipol

Jadi aperture antena pendek tidak bergantung


kepada panjangnya, besarnya tetap = 0.12 λ2
Aem dipole ½ λ :

z
I = Io cos 2πy/λ

0
−λ dy

4 4
RT
2 πy
dV = Edy = E 0 dy cos
λ
π/4
2 πy E λ
V = ∫ dv = 2 ∫ E 0 cos dy = 0
0 λ π
V2
R r = 73 Ω sehingga A em = = 0 .13 λ 2
4 PR r
Apertur dipol

λ
λ
atau
4
λ
2

0.119 K

Aem dipole pendek


Dalam hal ini Aem >> Ap atau γ >>.
Jika antena dibuat sangat tipis maka Ap sangat kecil, tetapi Aem tetap.
SUMBER REFERENSI
- Antennas Balanis
- Antenna for All Aplication Kraus
- Slide Presentasi Antenna dan Propagasi Prof. Dr. Adit Kurniawan, MT

Anda mungkin juga menyukai