Anda di halaman 1dari 4

A Thoughts during Covid-19

Adzan Ramadhani
Hari ini, kita masih dihadapkan dengan Corona
Virus Disease atau singkatnya biasa kita sebut dengan
Covid-19. Situasi semakin sulit dari hari ke hari, seperti
mulai dari bagaimana makin bertambah banyaknya
suspect positif corona, bagaimana kesulitan ekonomi
bagi masyarakat, bagaimana semakin banyaknya
masyarakat yang kehilangan pekerjaan karena
terhambatnya arus roda bisnis. Bahkan tidak hanya yang
miskin makin miskin, tapi juga yang kaya pun ikut
merasakan bagaimana bisnisnya tidak berjalan ketika
terjadi Covid-19 ini. Yang saya harapkan adalah semoga
saja secepatnya Covid-19 ini menjadi sebuah sejarah dan
tidak memberikan impact yang merugikan lagi untuk
masyarakat.
Berhubung dengan kesulitan yang kita hadapi,
kita sebenarnya bukan dituntut, tapi lebih harus bisa
menciptakan sebuah karya untuk mempermudah kita
menghadapi Covid-19 ini. Apalagi kabarnya di
Indonesia akan memulai yang Namanya New Normal.
New Normal sendiri merupakan istilah yang dirujuk oleh
pemerintah Indonesia untuk menjadikan semua keadaan
dan kegiatan yang berjalan menjadi normal kembali.
Saya kutip pembicaraan dari bapak Menteri Kesehatan
saat ini, Bapak Achmad Yurianto. Menurut Yuri,
tatanan, kebiasaan dan perilaku yang baru berbasis pada
adaptasi untuk membudayakan perilaku hidup bersih dan
sehat. Murah saya, pemerintah sendiri sudah pasrah
dengan keadaan yang sebegitu sulitnya, karena ekonomi
semakin terpuruk dan banyak tekanan dari berbagai
elemen masyarakat untuk bisa menjalankan lagi usaha
dan bisnisnya, maka pemerintah berpikir masyarakat
harus tetap menjaga produktivitas di tengah pandemi
virus corona COVID-19 dengan tatanan baru atau
dengan adanya New Normal ini.
Banyak sekali yang dapat kita jadikan sebuah
karya sebenarnya, asalkan kita kreatif dan ingin sedikit
berpikir. Kita lihat ke sekeliling kita, lalu coba mulai
berkontemplasi seperti, “Apa yang dapat saya lakukan di
tengah wabah corona seperti ini? Apakah hanya akan
diam saja?”. Maka dari itu, saya sedikitnya terpikirkan
untuk mencoba mengandaikan bagaimana saya bisa tetap
aman untuk melakukan segala kegiatan seperti
perkuliahan dan bekerja, mungkin. Lalu, saya berpikir
lagi, “Bagaimana jika saya ingin membuat sebuah alat
yang setidaknya murah dan simple untuk dipakai
manusia saat ini?”. Nah, lalu saya terpikirkan untuk
membuat sebuah Smart Watch for Health atau bahasa
Indonesianya adalah Jam Tangan Cerdas untuk
kesehatan. Lantas ada pertanyaan, “Mengapa sih
memilih untuk ingin menciptakan Jam Tangan Cerdas
untuk kesehatan?”, yang perlu di garis bawahi adalah
khusus untuk kesehatan.
Jadi sebenarnya sederhana saja. Keperluan jam
tangan ini hanya untuk sebatas kesehatan dan
memperlihatkan waktu saja. Mengapa hanya ini? Jika
anda bertanya, saya akan jawab karena ini akan lebih
hemat energi dan sebagai alasan tepat guna saja, karena
saya terpikirkan untuk menggunakan sistem Mesh
Network untuk konektifitas daripada perangkat ini, dan
juga basis chip yang digunakan untuk hubungannya
adalah BLE atau Bluetooth Low Energy, memang untuk
biaya instalasi awal akan cukup besar untuk investasi
karena akan terbatas juga pada jarak cakupan daripada
BLE ini, sehingga butuh banyak perangkat yang saling
terhubung. Namun, ini akan efektif untuk menjaga dan
memonitor seperti bagaimana kontrol kesehatan tiap
individu, memonitor detak jantung yang dapat dilihat di
layar monitor jam tangan, dan yang paling terpenting
adalah agar mempermudah mengamatai laju
persebebaran dan pendataan masyarakat yang terdampak
positif virus corona. Sehingga ini juga akan
mempermudah pekerjaan dari pemerintah dan petugas
kesehatan untuk tetap monitoring masyarakat.
Karena jika menurut hemat saya, jika kita harus
mendata satu per satu masyarakat mengenai
kesehatannya, maka semua elemen akan kewalahan
karena luasnya wilayah Indonesia dan berpulau-pulau,
belum lagi kemungkinan banyaknya masyarakat yang
tidak akan tersensus atau tersurvey. Maka dari itu, saya
terpikirkan solusi sebagai target atau investasi jangka
panjang pemerintah Indonesia, sebagai keseriusan
terhadap kontrol kesehatan masyarakat Indonesia yang
diatur dalam undang-undang, langkah ini sangat bisa
diterapkan oleh masyarakat. Hanya saja pasti akan
terkendala daripada anggaran yang entah kenapa selalu
kurang demi kepentingan bangsa sendiri.
Saya Adzan Ramadhani, lahir di
Bandung pada 14 Januari 1999.
Kini tinggal di Jalan Pasir Jati
Barat C. 180, Ujungberung,
Bandung. Saya anak keenam dari
enam bersaudara. Pernah
menempuh sekolah dari TK RA.
Al-Luthfi, kemudian SDN
Ajitunggal, lanjut ke SMPN 8
Bandung, lalu SMK Telkom
Bandung di Dayeuhkolot, dan saat ini saya berkuliah di
UIN Sunan Gunung Djati Bandung di jurusan Teknik
Elektro dan masih menempuh semester 6 sedari profil ini
ditulis. Dari kecil saya memiliki passion dan minat di
bidang seni musik, saya senang bernyanyi, bermain gitar,
dan sedikit terampil di alat musik yang lain. Saya pun
gemar olahraga bulu tangkis dari kecil dan sempat
menjadi atlit bulu tangkis juga. Cita-cita dari dulu yaitu
ingin menjadi seorang atlit bulu tangkis, namun seiring
berjalannya waktu, ketika masih duduk di bangku SMK,
saya banyak mempelajari seputar jaringan serat optik dan
semoga saja bisa bekerja disana dan banyak belajar lagi
di bidang per-telekomunikasian.

Anda mungkin juga menyukai