Siklus
Siklus
SIKLUS HARA
Siklus hara adalah pertukaran elemen-elemen unsur hara antara bagian hidup dan
tidak hidup dari ekosistim dalam hal ini antara tanaman dn tanah. Adapun prosesnya adalah
demikian; Unsur-unsur hara tanaman dari tanah diserap oleh tanaman ke bagian atas
tanaman, kemudian setelah melalui proses asimilasi, dilepas lagi dalam bentuk sisa tanaman
(daun, batang, ranting, buah dll) yang jatuh di atas permukaan tanah. Setelah melalui proses
dekomposisi/pelapukan, sisa tanaman tersebut bercampur menjadi tanah dan siap diserap
kembali oleh tanaman. Siklus unsur hara mengontrol keseimbangan pada lantai hutan.
Keseimbangan ini mengalami gangguan apabila ada tanaman/bagian tanaman yang diambil
ke luar sebagai hasil panen (pertanian/perkebunan/kehutanan) atau terjadinya kebakaran baik
di hutan ataupun lahan pada umumnya lahan.
Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar dalam bentuk ion dari larutan yang
berada sekitar perakaran. Penyerapan ini dapat juga melalui daun. Unsur C dan O diambil
tanaman dari udara sebagai CO2 melalui (mulut daun) stomata daun dalam proses
fotosintesis. Unsur H diambil dari air tanah (H2O) oleh akar tanaman. Dalam jumlah sedikit,
air juga diserap tanaman melalui daun. Penelitian dengan unsur radioaktif menunjukan bahwa
hanya unsur H dari air yang digunakan tanaman, sedang oksigen dalam air tersebut
dibebaskan sebagai gas (Donahue, Miller, shickluna, 1977). Unsur-unsur hara yang lain teru-
tama diserap akar tanaman dari tanah. Walaupun demikian banyak unsur hara, terutama hara
mikro yang bila disemprotkan sebagai larutan hara dapat diserap tanaman melalui daun,
sebagai pupuk/pemupukan daun. Tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah umumnya
dalam bentuk ion.
Aliran massa adalah gerakan unsur hara di dalam tanah menuju permukaan akar tanaman
bersama-sama gerakan massa air. Gerakan massa air dalam tanah menuju kepermukaan akar
tanaman berlangsung terus menerus karena air terus menerus diserap akar dan menguap
melalui proses transpirasi tanaman. Banyaknya unsur hara yang bergerak ke akar tergantung
dari jumlah air yang bergerak dan konsentrasi unsur hara dalam air.
2. Difusi
Air dan unsur hara yang terlarut di dalamnya disebut larutan tanah
(soil solution). Pada waktu akar tanaman menyerap unsur hara dari larutan tanah, unsur hara
lain yang terlarut dalam air bergerak menuju akar tanaman tanpa aliran air tetapi bergerak
sebagai akibat hukum difusi, yaitu hukum yang menyatakan bergeraknya suatu zat (unsur
hara) dari bagian yang berkonsentrasi tinggi yang berkonsentrasi rendah.
38
3. Intersepsi Akar
Akar-akar tanaman yang terus tumbuh akan terus memanjang menuju tempat-tempat yang
lebih jauh di dalam tanah sehingga menemukan unsur-unsur hara dalam larutan tanah
ditempat-tempat tersebut. Memanjangnya akar tanaman berarti memperpendek jarak yang
harus ditempuh unsur-unsur hara untuk mendekati akar tanaman melalui aliran massa
ataupun difusi. Mekanisme intersepsi ini disebut juga dengan mekanisme pertukaran kontak,
karena proses ini terjadi karena adanya kontak antara (bulu) akar dengan koloid tanah.
Unsur-unsur hara yang telah tersedia di sekitar perakaran tanaman tersebut selanjutnya
melalui proses dapat diserap ke dalam akar tanaman. Proses penyerapan unsur hara ke dalam
akar tanaman bukan seperti “hewan minum Air” di mana segala unsur yang di dalamnya ikut
terbawa, tetapi melalui proses yang khas. Dalam proses ini ada dua hal yang perlu diketahui
yaitu;
39
Kehilangan air melalui transpirasi menciptakan daya absorpsi air (up-take) bagi akar
tumbuhan yang kehilangan air tersebut. Tegangan air yang terbentuk di permukaan dan
akibat transpirasi mendorong perkerakan (translokasi) air dari xylem dan selanjutnya dari
akar. Tegangan air sebesar 4-5 bar yang terbentuk dalam xylem cukup untuk menarik air dan
mentranslokasikannya ke seluruh bagian tumbuhan.
B. Translokasi Hara
Translokasi hara dalam tanaman merupakan proses yang kontinyu. Bila terjadi defisiensi
unsur hara, dipindahkan dari yang lebih tua, pertama dibentuk jaringan dan ditranslokasikan
pada titik tumbuh. Keadaan ini menyebabkan gejala defisiensi yang nampak pada daun-daun
yang lebih bawah. Nitrogen sangat mudah bergerak dalam tanaman (daun berwarna kuning
bagian bawah dan lebih hijau bagian atas). Unsur lain yang selalu mobil adalah termasuk
Pospor, Kalium dan Magnesium.
Unsur hara esensial adalah adalah unsur hara yang sangat diperlukan oleh
tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila
tidak terdapat dalam jumlah yang cukup tanaman tidak dapat berkembang dengan optimal.
Dua kriteria penting yang umum digunakan untuk menetapkan sebagai hara esensial yaitu; a>
keharusan bagi tanaman untuk melengkapi siklus hidupnya dan b> keterlibatan secara lang-
sung dalam penyediaan makanan bagi tanaman. Unsur-unsur tersebut dapat berasal dari
udara, air atau tanah. Dari 16 unsur tersebut, unsur hara yang berasal dari udara adalah
Carbon, Hidrogen dan Oksigen, sedangkan lainnya berasal dari tanah. Ada juga penulis yang
menyatakan unsur hara esensial ini 17, karena memasukan unsur Cobalt (Co), sebagai unsur
hara esensial. Unsur lain yang sampai sekarang belum jelas peranannya untuk pertumbuhan
tanaman disebut sebagai hara penunjang.
Berdasarkan kebutuhannya bagi tanaman, unsur hara esensial tersebut dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu hara makro dan hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara
yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang relatif banyak (sekitar 500 ppm dalam
tanaman), sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah yang
relatif sangat sedikit.
Berikut ini daftar unsur-unsur hara dan peran utamanya dalam pertumbuhan
tanaman.
40
Tabel 6. Unsur-unsur hara esensial dan peranannya dalam tanaman
HARA MIKRO
Diantara hara makro tersebut diatas, kebutuhan tanaman terhadap hara Nitrogen, Phospor
dan Kalium relatif besar, oleh karena itu sering juga disebut sebagai unsur hara primer,
sedangkan Kalsium dan Magnesium disebut sebagai unsur hara sekunder. Informasi
41
mengenai hara primer adalah diuraikan di bawah ini, adapaun informasi rinci mengenai
seluruh unsur hara, disampaikan dalam lampiran.
1. Nitrogen Tanah
Nitrogen sebagai salah satu hara berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Jumlah
nitrogen dalam tanah relatif sedikit, padalah senyawa nitrogen anorganik sangat larut dan
mudah hilang dari tanah, baik disebabkan oleh pencucian atau menguap ke atmosfir.
Nitrogen tanah menguap ke atmosfir dalam bentuk gas; N2, N2O, NO dan NH3. Dilain
pihak effek nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman sangat nyata dan nitrogen yang
diangkut ke luar berupa panen cukup banyak. Oleh karena itu perhatian pada unsur Nitrogen
tanah sangat penting.
a. Peredaran Nitrogen
Sumber utama nitrogen untuk tanaman adalah gas nitrogen di udara, yang menempati 78
% dari volume atmosfir bumi. Dalam bentuk gas, nitrogen ini tidak dapat dimanfaatkan oleh
tanaman, harus dirobah dahulu menjadi bentuk nitrat (NO3-) atau amonium (NH4-). Cara
Nitrogen masuk ke dalam tanah melalui kegiatan jasad renik, loncatan listrik di udara dan
dekomposisi bahan organik. Jasad renik dapat memproduksi Nitrogen baik melalui
simbiosis dengan akar tanaman tinggi atau tanpa simbiosis. Loncatan listrik dapat
menghasilkan nitrat dari udara yang masuk ke dalam tanah bersama air hujan. Pada saat
dekomposisi bahan organik, senyawa nitrogen yang dihasilkan digunakan untuk menyusun
jaringan-jaringan dari jasad renik tersebut.
b. Penambatan Nitrogen
Produksi Nitrogen dalam tanah terutama sebagai aktivitas bakteri dengan tanaman dari
famili leguminose. Keadaan ini dapat dilihat dengan adanya bintil pada akar, yang ternyata
merupakan hasil suatu iritasi pada permukaan akar, seperti nampak pada gambar 12.
Disamping legumminosa, beberapa famili non legum seperti Betulaceae, Myracaceae,
Rhamnaceae dan Casuarinaceae dapat pula bersimbiosa dengan Rhizobium untuk
menghasilkan Nitrogen.
Jumlah gas nitrogen yang dapat ditambat oleh bakteri Rhizobium tergantung dari strein
Rhizobium, tanaman inang, dan keadaan lingkungan seperti pH tanah, aerasi, drainase, suhu
dan kelembaban. Nitrogen yang diikat oleh bakteri akan mengalami beberapa perobahan
yaitu a> digunakan oleh tanaman inang, masuk ke dalam tanah dan c>untuk digunakan
tanaman berikutnya.
Penambatan Nitrogen oleh bakteri tanpa melalui tanaman inang dilakukan oleh bakteri-
bakteri yang dapat menggunakan enersi dari bahan organik. Jenis bakteri yang melakukan ini
adalah jenis dari genus Azotobacter, sehingga proses ini sering disebut azofiksasi, bakteri
yang bersifat aerobik. Disamping bakteri, ganggang biru hijau adalah penangkap nitrogen
non simbiotik yang hidup di air. Peran ganggang ini cukup signifikan sebagai penambah
nitrogen untuk keperluan padi di sawah.
42
2. Pospor Tanah
Seperti juga unsur nitrogen, maka pospor merupakan salah satu hara esensial yang
diperlukan relatif banyak (hara makro) bagi pertumbuhan tanaman. Persoalan umum yang
dihadapi pospor adalah tidak semua pospor tanah tersedia bagi tanaman. Pertambahan pospor
ke dalam tanah tidak terjadi dengan pengikatan biokimia seperti halnya Nitrogen, tetapi
hanya bersumber pada deposit atau batuan yang mengandung pospor di dalam tanah.
a. Peredaran Fosfor.
Sumber Fosfor alam yang mempunyai kadar P adalah batuan beku dan batuan endapan
(sedimen) yang mineralnya mengandung apatit (Ca10 (PO4,CO3)6 (F, Cl, OH)2. Mineral ini
merupakan senyawa Karbonat, Fluor, Clor atau hidroksi apatit yang mempunyai kadar P2O5
berkisar 15-30 %, yang sukar larut dalam air sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Dengan
proses pelapukan, apatik akan mengalami perobahan, yang kemudian pembebasan fosfat
dalam ikatan Ca fosfat. Selain apatit, dikenal juga senyawa fosfat lain yang bersenyawa
dengan aluminium (Al) dan besi (Fe) yang juga sukar larut dan kurang tersedia bagi tanaman.
Fosfat masuk ke biosfir melalui proses absorpsi oleh tanaman dan jasad renik. Dengan
melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik, fosfat dibebaskan dan masuk
kembali dalam tanah. Pembakaran sisa-sisa tanaman juga termasuk upaya untuk
membebaskan fosfat yang terikat untuk menjadikan fosfat yang tersedia bagi tanaman.
Pembebasan fosfat dari bentuk tidak larut seperti dari batuan fosfat atau fosfat lain yang
terfiksasi adalah sangat rendah, akan tetapi jumlah fosfat yang terangkut air (run-off, sungai)
yang mengendap di laut sebagai Ca Fosfat sangat besar. Hanya sebagian kecil saja fosfat ini
kembali ke tanah melalui bentuk guano yang dihasilkan (kotoran) burung laut atau ikan laut
yang dikonsumsi manusia.
Secara garis besar Fosfor tanah dibedakan atas fosfor anorganik dengan fosfor organik.
Sumber utama fosfat anorganik adalah mineralisasi mineral apatit, pemupukan dan
mineralisasi fosfat organik. Jenis-jenis senyawa yang mengandung fosfat anorganik adalah;
Manokalsium [Ca (H2PO4)], Dikalsium fosfat [CaHPO4], Trikalsium fosfat [Ca3(PO4)],
Hidroksi apatit [3Ca(P4)2.Ca(OH)2 dan lain-lain. Sedangkan fosfat organik dalam bentuk
komplek dalam senyawa Fitin, Asam Nucleat dan Fospolipida.
Ketersediaan fosfat tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor a>pH tanah, b>Ion-ion Fe,Al
dan Mn larut, c>tersedianya Ca d>jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik dan
e>kegiatan jasad renik.
2. Kalium Tanah
Kalium merupakan hara ketiga setelah Nitrogen dan Pospor. Ia diserap dalam jumlah
mendekati atau bahkan melebihi jumlah nitrogen seperti halnya oleh umbi-umbian.
43
a. Peredaran Kalium
Sumber utama kalium adalah kerak bumi yang mengandung asam dan mineral kalium./
Sebagai unsur, kalium tidak dapat berdiri sendiri, melainkan terdapat dalam pelbagai batuan
dan air laut. Kalium masuk ke dalam biosfir bumi melalui proses absorpsi oleh tanaman,
jasad renik serta hewan yang mengkonsumsi bahan tanaman tadi. Dengan dekomposisi bahan
tanaman atau bahan organik, bangkai dan jasad renik, kalium larut larut masuk kembali ke
dalam tanah Terdapat pula penambahan kalium melalui air irigasi, walaupun dalam jumlah
sedikit. Kalium tidak dapat masuk ke tanah melalui sumber lain, sehingga proses peredaran
kalium lebih cenderung berkurang. Kehilangan kalium dari tanah yang paling penting adalah
karena pencucian disamping sebagai akibat panen.
Bentuk kalium yang lambat tersedia ialah kalium yang terfiksasi dalam mineral liat tipe
2:1 (montmorilinit, vermikulit). Hal ini disebabkan karena kalium (termasuk juga amonium)
akan terjepit diantara kisi-kisi kristal tersebut, sedangkan ion lain (H+,Ca++,Na+ dll) yang
mempunyai ukuran/ radius lebih kecil akan lebih mudah dibebaskan ke dalam larutan. Bentuk
kalium yang tersedia sangat sedikit, hanya 1-2 dari seluruh kalium yang terdapat pada
kebanyakan tanah mineral. Ia dijumpai dalam tanah sebagai kalium dalam larutan yng dapat
dipertukarkan dan kalium yang diadsorpsi oleh permukaan koloid tanah.
E. Pengapuran
Istilah pengapuran adalah upaya pemberian kapur baik untuk menaikan maupun
menurunkan pH tanah untuk mencapai pertumbuhan tanaman yang optimal. Secara umum
pemberian kapur ke dalam tanah adalah bertujuan untuk :
44
a> Mengurangi kemasaman tanah (menaikan pH)
b> Menaikan kemasaman (bagi tanah alkalin)
c> Memberi pupuk Ca (dan Mg).
d> Meniadakan pengaruh (racun) Al, Fe, Mn.
e> Meningkatkan ketersediaan P dan Mo.
f> Meningkatkan aktivitas jasad renik, untuk mempercepat proses dekomposisi bahan
organik.
a. Bahan Kapur.
Pada umumnya bahan untuk pengapuran adalah Batu kapur/Kalsium karbonat (CaCO3),
kalsium magnesium karbonat/dolomit [CaMg(CO3)2], Kapur bakar (CaO), atau Kapur mati
[Ca (OH)2]. Dapat pula dipergunakan kapur campuaran dengan senyawa kalsium lainnya
seperti mono-kalsium fosfat {Ca(H2PO4)2), atau Kalsium sulfat CaSO4. Dalam ilmu kimia
yang dimaksud kapur adalah CaO, tapi dalam pertanian yang dimaksud kapur umumnya
CaCO3. Di pasaran banyak dijual tepung batu kapur yang sering disebut sebagai kapur
pertanian/kaptan.
1. Mutu Kapur.
Kapur untuk pertanian terdiri dari beberapa jenis, yang masing-masing mempunyai
susunan kima berbeda. Mutu kapur ditentukan atas garansi kimia dan garansi fisik. Ada
beberapa cara untuk menyatakan mutu kapur secara kimia (chemical quarantee), antara lain;
BM CaCO3 X 100 %
BM CaO
100 X 100 % = 178.6 %
56
ini berarti bahwa dalam jumlah berat yang sama kemampuan CaO untuk menetralkan tanah
adalah 1.768 kali lebih besar dari CaCO3.
Metoda ini merupakan kebalikan dari yang pertama, yaitu Kalsium Oksida (CaO)
murni mempunyai nilai 100 %. Sebagai contoh % CaO dari CaCO3 murni.
Ini berarti bahwa dengan berat yang sama kemampuan CaCO3, untuk menetralkan
tanah adalah 0.56 kali dari CaO.
45
c. % CaO ekuivalen dari MgCO3
Ini berarti kemampuan MgCO3 untuk menetralkan tanah adalah 0.67 kali lebih kecil dari
CaO.
d. Kandungan Oksida
c>Persentase Unsur
Menunjukan persen unsur Ca dan Mg dalam suatu kapur, sebagai contoh adalah
berapa persen Ca dalam CaCO murni,
% Ca = BM Ca X 100 % = 40 X 100 % = 40 %
BM CaCO3 100
Mutu fisik dari kapur adalah berdasarkan kehalusan (ukuran) butir-butir kapur. Makin
halus kapur makin cepat bereaksi dalam tanah. Sarat-sarat kapur yang halus adalah semua
kapur harus lolos dalam saringan/ayakan 10 mesh (artinya saringan dengan 10 lubang per inci
dan paling sedikit 50 % dari kapur tersebut dapat melalui saringan 100 mesh.
Cara ini dilakukan dengan mengukur jumlah H+ dan Al+ yang dapat dipertukarkan
dan yang larut dengan menggunakan larutan SMP buffer. Berdasarkan perhitungan,
patokannya adalah sebagai berikut;
46
Tabel 7. Kebutuhan kapur berdasar pengukuran pH dengan larutan SMP Buffer
(Donahue, Miler, Sickluna 1977)
Kadar Al dapat dipertukarkan dapat diukur dari contoh tanah di lab. tanah dengan
ektraksi KCl 1 normal (n). Kebutuhan kapur (ton/ha) kemudian ditentukan dengan
mengalikan kadar Aldd dengan faktor 1, 1,5, 2 dsb. Faktor ini adalah didasarkan pada
banyaknya Ca++ (me) dalam kapur yang diperlukan untuk menetralkan Aldd yang terdapat
dalam tanah. Contoh perhitungan adalah sbb;
47