Anda di halaman 1dari 18

Makna Hak dan Kewajiban Warga

Negara
1. Makna Hak

Hak adalah sesuatu yang secara mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya bergantung
kepada kita sendiri

Hak Warga Negara merupakan segala sesuatu yang harus diperoleh warga negara dari
pemerintah (negara)

PERBEDAAN HUMAN RIGHTS DAN CITIZEN RIGHTS


Human Rights (Hak Asasi Manusia) adalah hak pokok atau hak dasar yang dibawa oleh manusia
sejak lahir yang secara kodrat melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat
karena merupakan anugrah Tuhan Yang Maha Esa

Citizen Rights (Hak Warga Negara)


Hak yang melekat pada diri manusia dalam kedudukannya sebagai anggota atau warga diri
sebagai negara

2. Makna Kewajiban

Kewajiban Warga Negara adalah dasar, pokok, fundamental yang harus dilaksanakan setiap
orang yang dibatasi oleh status kewarganegaraan

Kewajiban Asasi Manusia adalah dasar, pokok, fundamental yang harus dilaksanakan setiap
orang tanpa dibatasi

Contoh kewajiban warga negara


a. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta membeli dan
mempertahankan kedaulatan negara Indonesia atas serangan musuh.
b. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda).
c. Setiap warga negara wajib menaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum, dan
pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
d. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk, dan patuh Indonesia terhadap segala
hukum yang berlaku di wilayah negara
e. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan bangsa agar bangsa kita dapat
berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.
Substansi Hak dan Kewajiban Warga
Negara dalam Pancasila
1. Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Nilai Ideal Sila-Sila Pancasila

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak memaksa
atau berlaku diskriminatif antar umat beragama setiap warga negara berhak untuk
memeluk agama serta berkewajiban melaksanakan ibadah dan menghormati agama orang
lain
Hak : memeluk agama
Kewajiban : menghormati agama orang lain

b. Sila Kemanusiaan yang Adil Dan Beradab


Kesadaran sikap dan perilaku agar sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama
atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana
mestinya. Adanya kesamaan derajat dalam hak dan kewajiban antarmanusia
Hak : mendapatkan kehidupan yang layak dan diperlakukan secara adil di masayarakat
Kewajiban: menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan tenggang rasa

c. Sila Persatuan Indonesia


Pemersatu antarwarga dengan semangat rela berkorban. Menempatkan kepentingan
bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan. Adanya hak menikmati
berbagai hak asasinya tanpa pembatasan dan belenggu, adanya hak manusia bergaul satu
sama lainnya dalam semangat persaudaraan, serta mempunyai martabat dan hak-hak yang
sama dengan yang lain.
Hak : ikut serta dalam bela negara
Kewajiban : menghargai dan menghormati segala perbedaan yang ada

d. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
Kebijaksanaa dalam permusyawarata/perwakilan kita memiliki hak untuk mengeluarkan
pendapat, berkumpul, ikut serta dalam pemerintahan, dan berkewajiban mengendepankan
pemngambilan keputusan secara musyawarah
Hak : mengeluarkan pendapat
Kewajiban : menghargai pendapat yang lain

e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Berhak dilindungi dan mendpaatkan jaminan sosial. Kita mendapatkan hak milik,
mendapatkan pekerjaan dan perlindungan kesehatan
Hak : mendapat pengayoman dari orang lain dan pemerintah
Kewajiban : mengikuti kegiatan negara dalam rangka mewujudkan keadilan sosial
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Nilai Instrumental Sila-Sila Pancasila

Untuk nilai Instrumental, ini merupakan nilai-nilai turunan dari nilai dasar yang dituangkan
dalam berbagai ketentuan konstitusional, baik dalam UUD NRI Tahun 1945, UU, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah. Disinilah kedudukan Pancasila sebagai
sumber dari segala hukum terlihat. Contoh nilai instrumental adalah pasal-pasal hak dan
kewajiban yang sudah dijelaskan dikegiatan pembelajaran 1 dan masih banyak yang
lainnya.

3. Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Nilai Praksis Sila-Sila Pancasila
Keluarga :
1) Sila 1
-Melaksanakan ibadah tepat waktu
-Menjalankan ibadah tanpa ada gangguan dari anggota keluarga lainnya

2) Sila 2
-Menolong anggota keluarga yang mengalami kesusahan.
- Saling mencintai dan menyanyangi anggota keluarga

3) Sila 3
-Mengembangkan perilaku hormat kepada orang yang lebih tua.
-Mendapat kasih sayang dari anggota keluarga

4) Sila 4
-Tidak boleh memaksakan kehendak sendiri kepada anggota keluarga yang lain.
-Mendapat hak untuk berbicara atau menyampaikan pendapat saat ada diskusi dalam
keluarga

5) Sila 5
-Menjaga kerukunan dan persatuan dengan sesama anggota keluarga.
-Mendapatkan hak jaminan kesehatan, pendidikan

Sekolah :
1) Sila 1
-Menghormati dan menghargai teman yang berbeda agama dengan kita. 
- Melakukan kewajiban agama masing-masing di sekolah.

2) Sila 2
- Menjaga kerukunan dengan sesama teman dan warga sekolah.
- Menghargai semua teman sebagai individu yang memiliki hak asasi manusia.
3) Sila 3
- Bangga terhadap keberagaman yang ada di Indonesia. 
- Menghargai setiap budaya dan ciri khas dari masing-masing daerah di Indonesia.

4) Sila 4
- Mengikuti diskusi di kelas dengan aktif. 
- Menghargai pendapat teman yang lain saat mengikuti pelajaran di kelas. 

5) Sila 5
- Mengikuti dengan aktif kegiatan kerja bakti di sekolah. 
- Menciptakan suasana kekeluargaan di kelas.

Masyarakat:
1) Sila 1
- beribadah sesuai agama dan kepercayaan yang dipilih.
- wajib menghormati semua umat beragama.

2) Sila 2
- perlakuan yang adil dan setara baik di hadapan hukum maupun dalam kehidupan
keseharian
- Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama manusia dengan
tidak membeda-bedakan teman berdasarkan suku, agama, warna kulit, tingkat
ekonomi, mau pun tingkat pendidikan

3) Sila 3
- ikut serta dalam pembelaan negara
- Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, dengan taat membayar pajak
tepat waktu sesuai dengan peraturan yang berlaku

4) Sila 4
- mengeluarkan pendapat baik secara tertulis maupun lisan
- Mengutamakan musyawarah dengan mempertimbangakan kehendak peserta
musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama

5) Sila 5
- mendapatkan pekerjaan dan perlindungan kesehatan
- Tidak membeda-bedakan ataupun pilih kasih dalam berteman dan pergaulan di
masyarakat
Kasus Pelanggaran Hak dan
Pengingkaran Kewajiban Warga
Negara
Pelanggaran terhadap hak dan pengingkaran kewajiban sebagai warga negara biasanya
disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Sikap egois dan mementingkan diri sendiri

Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang


hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu
tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau
yang dianggap sebagai teman dekat. Dia terus berusaha mendapatkan haknya hingga
sengaja melanggar hak orang lain.

b. Kesadaran berbangsa dan bernegara yang rendah

Terkontaminasi paham kelompok tertentu yang bertentangan dengan dasar dan falsafah
negara

c. Tidak toleran

Tidak adanya penghargaan terhadap orang lain, terlebih yang berbeda, baik latar
belakang ekonomi, ras, maupun agama

d. Penyalahgunaan kekuasaan

Penyalahgunaan kekuasaan juga bisa berarti seseorang menggunakan kekuatan yang


mereka miliki untuk kepentingan pribadi mereka

Contoh kasus pelanggaran HAM di lingkungan keluarga, antara lain sebagai berikut.
a) Orang tua memaksakan keinginannya kepada anaknya
b) Orang tua menganiaya anaknya.
c) Anak melawan/menganiaya orang tua atau saudaranya.
d) Majikan memperlakukan asisten rumah tangganya sewenang-wenangnya dan tidak
memedulikan hak-haknya.

Contoh kasus pelanggaran HAM di sekolah antara lain sebagai berikut.

a) Oknum guru melakukan kekerasan fisik kepada siswanya.


b) Oknum siswa senior melakukan tindak kekerasan fisik dan mental kepada juniornya.
c) Siswa memalak atau menganiaya siswa yang lain.
d) Siswa melakukan tawuran pelajar dengan teman sekolahnya ataupun dengan siswa dari
sekolah yang lain.

Contoh kasus pelanggaran HAM di masyarakat antara lain sebagai berikut.

a) Pertikaian antarkelompok / antargeng, atau antarsuku (konflik sosial), dan antardaerah.


b) Perbuatan main hakim sendiri terhadap seorang yang dituduh mencuri, seseorang yang
tertangkap basah melakukan perbuatan asusila, atau dianggap melakukan pelanggaran
norma masyarakat.
c) Penculikan bayi/ anak, kemudian minta tebusan atau dijual kepada orang lain.
d) Pembunuhan.
e) Merusak sarana/ fasilitas umum karena kecewa atau tidak puas dengan keputusan
pemerintah.
Penanganan Pelanggaran Hak dan
Pengingkaran Kewajiban Warga Negara
Ada dua cara yang bisa dilakukan yang pertama cara preventif dan cara yang kedua adalah cara
represif.

a. Cara preventif

upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya pengingkaran kewajiban sebelum


pengingkaran kewajiban itu terjadi. Antara lain dapat dilakukan melalui proses pendidikan,
tulisan, spanduk, dan iklan layanan masyarakat.

b. Cara represif

suatu tindakan aktif yang dilakukan pihak berwajib pada saat pengingkaran kewajiban
terjadi agar pengingkaran itu tidak terulang kembali. Misalnya dengan memberlakukan
denda bagi mereka yang parkir di jalan umum, tidak pada tempat pakir yang ditentukan.
Hakikat Perlindunagn dan Penegakan
Hukum
1. Hakikat Hukum
a. Pengertian hukum

1) Immanuel Kant
Menurut Immanuel Kant, hukum ialah keseluruhan syarat yang dengan ini kehendak
bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dari kehendak bebas dari orang
yang lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.

2) Leon Duguit
Leon Duguit memberikan penielasan bahwa hukum ialah aturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan yang ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam
masyarakat dan yang menjadi pedoman bagi penguasa-penguasa negara dalam
melakukan tugasnya.

3) S.M. Amin
S.M. Amin, SH dalam bukunya yang berjudul Bertamasya ke Alam Hukum
merumuskan hukum sebagai kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sangsi-
sangsi; dan tujuan hukum ialah mengadakan ketatatertiban dalam pergaulan manusia
sehingga kedamaian dan ketertiban terpelihara.

4) J.C.T. Simorangkir S.H dan Woerjo Sastropranoto S.H


J.C.T Simorangkir S.H dan Woerjo Sastropranoto S.H, dalam bukunya, Pelajaran
Hukum Indonesia, memberikan definisi hukum sebagai peraturan-peraturan yang
bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan
masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran terhadap
peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman
tertentu

b. Sifat dan unsur hukum


Dengan tugas menjaga ketertiban, sifat hukum pertama-tama adalah mengatur dan
memaksa. Hukum merupakan peraturan dalam kemasyarakatan yang mempunyai
sifat mengatur dan memaksa setiap orang di dalamnya untuk mengikutinya.
Adapun unsur dari hukum adalah sebagai berikut.
a) peraturan tentang tingkah laku manusia,
b) peraturan itu dilegalkan oleh badan-badan resmi yang ditunjuk secara Khusus
untuk menangani hukum,
c)peraturan itu mempunyai sikap yang memaksa, dan
d) karena mempunyai sifat mengatur dan memaksa, hukum mempunyai sanksi yang
tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran peraturan tersebut.

c. Ciri dan Tujuan Hukum


Prof. Drs C.S.T Kansil S. H, dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, memberikan Penjelasan tentang ciri-ciri hukum
sebagai berikut.
Ciri-ciri hukum adalah:
1) adanya perintah dan/ atau larangan, dan,
2) perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi atau perati setiap orang. Oleh karena
itu, setiap orang waib menjalankan hukum di mana hukum tersebur diberlakukan.
Jikalau dengan sengaja melanggar kaidan tersebut, akan dikenakan sangsi berupa
hukuman

Tujuan hukum dapat dipahami dari berbagai pendapar


ahli sebagai berikut.
1) Prof C.S.T Kansil mengemukakan hukum bertujuan menjamin adanya kepastian
hukum dalam masyarakat dan hukum itu harus pula bersendikan pada keadilan, yaitu
asas-asas keadilan dari masyarakat itu.
2) Prof Soebekti S.H menyatakan hukum mengabdi kepada tujuan negara.
3) Prof, Mr. Dr. L.J. van Apeldoorn mengungkapkan tujuan hukum ialah mengatur
pergaulan hidup manusia secara damai. Hukum menghendaki perdamaian.

2. Indonesia sebagai Negara Hukum


a. Hakikat Negara Hukum

1) Ciri Negara Hukum Menurut Aliran Anglo Saxon


Sehubungan dengan negara hukum dari aliran Anglo Saxon, Albert Venn Dicey lewat
bukunya Introduction to The Study of The Law of The Constitution (1885) menyatakan
ada tiga ciri negara hukum, yaitu sebagai berikut (Sayuti, 2001).
a) supremasi hukum (supremacy of law) dalam arti tidak boleh ada kesewenang-
wenangan sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum,
b) kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law) baik bagi rakyat
biasa maupun pejabat, dan
c) penegasan serta perlindungan hak-hak manusia melalui konstitusi dan keputusan-
keputusan pengadilan (constitution based on individual rights and enforced by the
courts).

2) Ciri Negara Hukum Menurut Aliran Eropa Kontinental Adapun menurut aliran Eropa
Kontinental, seperti yang dinyatakan oleh Friedrich Julius Stahl, negara hukum
(rechtsstaat) memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia;
b) )untuk melindungi hak asasi tersebut, penyelenggaraan negara harus berdasarkan
pada pemisahan atau pembagian kekuasaan;
c) dalam menjalankan tugasnya, pemerintah bekerja berdasarkan pada peraturan atau
undang-undang;
d) apabila pemerintah dalam menjalankan tugasnya yang berdasarkan undang-
undang mash melanggar hak .asasi (campur tangan pemerintah dalam kehidupan
pribadi seseorang), ada pengadilan administrasi yang akan menyelesaikannya.

b. Dasar dan Ciri Indonesia sebagai Negara Hukum


1) Dasar Indonesia sebagai Negara Hukum
Indonesia sebagai negara hukum terlihat jelas dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 Pasal 1 Ayat (3) yang berbunyi, "Negara
Indonesia adalah negara hukum." Selanjutnya dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal 27
Ayat (1) diletakkan kembali dasar hukum setiap warga negara, yakni "Segala warga
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya." Dengan
demikian, UUD NRI Tahun 1945 Pasal 1 Ayat (3) serta Pasal 27 Ayat (1) dengan
tegas menyatakan Indonesia merupakan negara hukum sehingga bersifat mengikat
bagi seluruh warga negara dan pemerintahan serta wajib seluruh warga negara dan
pemerintahan untuk menjunjung tinggi hukum.

2) Ciri Indonesia sebagai Negara Hukum


Dalam bukunya, Negara Hukum Indonesia (1995), Azhary merumuskan ciri khas
Indonesia sebagai negara hukum ialah memiliki unsur-unsur utama sebagai berikut.
a. Hukumnya bersumber pada Pancasila.
b. Berkedaulatan rakyat.
c. Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi.
d. Persamaan kedudukan di dalam hukum (equality before the law)
e. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari pengaruh
f. kekuasaan lainnya.
g. Pembentukan undang-undang oleh presiden bersama-sama dengan DPR.
3. Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia

a. Hakikat Perlindungan dan Penegakan Hukum

1) Hakikat perlindungan hukum


a) Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah memberikan
pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan
perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat
menikmati semua hak yang diberikan oleh hukum. Dengan kata lain,
perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh
aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran
maupun fisik, dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak mana pun.

b) Menurut Philipus M. Hadjon, perlindungan hukum adalah perlindungan akan


harkat dan martabat serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang
dimiliki oleh subjek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan
atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi
suatu hal dari hal lainnya.

c) Menurut C.S.T. Kansil, perlindungan hukum adalah penyempitan arti dari


perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja.
Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan
kewajiban. Dalan hal ini, yang dimiliki oleh manusia sebagai subjek hukum
dalam interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai
subjek hukum, manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu
tindakan hukum.

2) Hakikat penegakan hukum


Pengertian penegakan hukum juga disampaikan oleh sejumlah tokoh, antara
lain sebagai berikut.
a. Menurut Satjipto Raharjo, penegakan hukum pada hakikatnya merupakan
penegakan ide-ide atau konsep-konsep tentang keadilan, kebenaran,
kemanfaatan sosial, dan sebagainya. Jadi, penegakan hukum merupakan usaha
untuk mewujudkan ide dan konsep-konsep tersebut menjadi kenyataan
(Dellyana, 1988).
b. Penegakan hukum menurut Jimly Asshiddiqie adalah proses dilakukannya
upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata
sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Menurut Jimly, penegakan hukum dapat dibedakan dari sudut subjek dan objeknya. Ditinjau dari
sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan dalam arti luas maupun sempit. Dalam
arti luas, proses penegakan hukum melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan
hukum. Dalam arti sempit, penegakan hukum diartikan sebagai upaya aparatur penegakan
hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan
sebagaimana seharusnya.

Adapun ditinjau dari sudut objeknya, yaitu dari segi hukumnya, penegakan hukum mencakup arti
yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan
yang terkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam
masyarakat. Dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut pengakan peraturan
yang formal dan tertulis saja.

Penegakan hukum sendiri menurut Sudarto (dalam Antika, 2012) dapat dilaksanakan dengan dua
cara berikut.
1) Upaya preventif. Upaya penegakan hukum ini lebih menitikberatkan pada pencegahan
sebelum terjadinya kejahatan dan secara tidak langsung dilakukan tanpa menggunakan
sarana pidana atau hukum pidana, misalnya pemberian pengawasan pada objek
kriminalitas, mengurangi atau menghilangkan kesempatan berbuat kriminal dengan
perbaikan lingkungan, dan penyuluhan kesadaran mengenai tanggung jawab bersama.
2) Upaya represif. Upaya represif merupakan salah satu upaya penegakan hukum atau
segala tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum yang lebih
menitikberatkan pada pemberantasan setelah terjadinya kejahatan yang dilakukan
dengan hukum pidana yaitu sanksi pidana yang merupakan ancaman bagi pelakunya.

4. Pentingnya Perlindungan Dan Penegakan Hukum


a) Terciptanya supremasi hukum
Supremasi hukum merupakan upaya untuk menempatkan dan menegakkan
hukum pada posisi tertinggi yang dapat melindungi seluruh lapisan masyarakat
tanpa adanya intervensi dari pihak mana pun termasuk penyelenggara negara.
Perlu diketahui bahwa supremasi hukum sejalan dengan penegakan dan
perlindungan hukum yang berlaku. Supremasi hukum ini dapat terwujud apabila
aturan-aturan hukum dilaksanakan dengan baik oleh seluruh warga negara
maupun aparat penegak hukum.

b) Tegaknya keadilan dalam masyarakat


keadilan tersebut digambarkan sebagai sebuah kondisi keseimbangan yang
membawa ketenteraman dalam hati setiap orang yang apabila terusik atau
dilanggar dapat menimbulkan goncangan dan kegelisahan. Keadilan dalam
kehidupan bernegara dapat dipahami sebagai sebuah kondisi yang di dalamnya
setiap warga negara dapat menikmati haknya dan menjalankan kewajbanny,
sebagai warga negara dalam porsi yang sesual. Dengan ditegakkannya
porlindungan dan penegakkan hukum, maka keadilan dapat diusahakan terwujud
dalam suatu masyarakat.
c) Menjamin masyarakat yang tertib
Untuk menjamin serta mengatur kepentingan dalam masyarakat tersebut,
diperlukannya hukum. Van Kan menyatakan hukum diperlukan agar kepentingan
masyarakat tidak dapat diganggu. Dengan demikian, hukum menjamin
terdapatnya sebuah kepastian. Setiap anggota masyarakat tidak diperbolehkan
menjatuhkan hukuman atau menghakimi atas perkaranya sendiri melainkan harus
diselesaikan dalam proses hukum.

Di sisi lain, menurut Soerjono Soekanto, perlind ungan dan penegakan hukum tidak serta-merta
terjadi. Terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi perlindungan dan penegakan hukum.
Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut.
a) Hukum. Unsur-unsur dalam hukum, antara lain perundang-undangan, traktat, dan
yurisprudensi idealnya tidak bertentangan. Selain itu, bahasa yang dipergunakan harus
jelas, sederhana, dan tepat.
b) Penegak hukum. Para penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum.
Pihak-pihak ini harus menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan peraturan atau
perundang-undangan yang mengaturnya.
c) Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum
Sarana atau fasilitas tersebut antara lain sumber daya manusia, organisasi, peralatan,
dan keuangan.
d) Masyarakat, yakni faktor lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.
Masyarakat seharusnya memahami dan mematuhi hukum yang berlaku.
e) Kebudayaan. Nilai-nilai kebudayaan sepatutnya mendasari hukum yang berlaku. Nilai-
nilai ini berkaitan dengan apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk

Peran Lembaga Penegak Hukum dalam


Menjamin Keadilan dan Kedamaian
1. Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia
a. Hakikat
Pengertian mengenai Kepolisian Negara Republik Indonesia terdapat pada Pasal
5 ayat (1), yaitu alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya
keamanan dalam negeri.

b. Fungsi
Fungsi kepolisian terdapat pada Pasal 2, yaitu salah satu fungsi pemerintahan
negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.

c. Tugas
UU No. 2 Tahun 2002 Pasal 13 menyatakan tugas pokok Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebagai berikut
1) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
2)menegakkan hukum; dan
3) memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat

Tugas-tugas pokok tersebut dijabarkan lebih lanjut pada


UU No. 2 Tahun 2002 Pasal 14, yaitu sebagai berikut.
1) melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
2) menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;
3) membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap
hukum dan peraturan perundang-undangan;
4) turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
5) memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
6) melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa;
7) melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan
lainnya;
8) menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas
kepolisian;
9) melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan / atau bencana termasuk
memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia;
10) melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
ditangani oleh instansi dan/ atau pihak yang berwenang;
11) memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta
12) melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

d. Wewenang
1) Wewenang secara umum Kepolisian Negara Republik Indonesia tercatat pada
UU No. 2 Tahun 2002 Pasal 15
Ayat (1), yaitu sebagai berikut.
(1) menerima laporan dan/ atau pengaduan;
(2) membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
mengganggu ketertiban umum;
(3) mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
(4) mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa;
(5) mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif
kepolisian;
(6) melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian
dalam rangka pencegahan;
(7) melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
(8) mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
(9) mencari keterangan dan barang bukti;
(10) menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
(11) mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam
rangka pelayanan masyarakat;
(12) memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;
(13) menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

2) Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berkaitan dengan


proses pidana tercatat pada UU No. 2 Tahun 2002 Pasal 16, yaitu sebagai
berikut.
(1) melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
(2) melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara
untuk kepentingan penyidikan;
(3) membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka
penyidikan;
(4) menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa
tanda pengenal dirt;
(5) melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
(6) memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
(7) mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
(8) mengadakan penghentian penyidikan;
(9) menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
(10) mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang
berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau
mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan
tindak pidana;
(11) memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri
sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk
diserahkan kepada penuntut umum; dan
(12) mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab, yaitu
tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan fika memenuhi syarat
sebagai berikut.
(a) tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
(b) selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut
dilakukan;
(c) harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;
(d) pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan
(e) menghormati hak asasi manusia.
2. Peran Kejaksaan Negara Republik Indonesia
a. Hakikat
Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga negara yang melaksanakan
kekuasaan negara, khususnya di bidang penuntutan. Tugas penuntutan ini dapat
dilakukan jaksa. Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh
undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain
berdasarkan undang-undang. Jaksa memiliki peran yang berbeda dalam ranah
hukum pidana dan hukum perdata. Dalam perkara pidana, jaksa berperan sebagai
penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah berkekuatan tetap.
Adapun perkara perdata berbeda dengan perkara pidana. Hubungan perdata
merupakan hubungan antaranggota masyarakat yang umumnya berdasarkan
perjanjian. Jaksa dapat berperan dalam perkara perdata apabila negara atau
pemerintah menjadi salah satu pihaknya dan jaksa diberikan kuasa untuk
mewakili. Untuk perkara perdata, pelaksana putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap adalah juru sita dan panitera dipimpin oleh ketua
pengadilan. Selain itu, jaksa juga dapat beperan bidang Hukum Tata Usaha Negara,
yaitu dapat mewakili Pemerintah dalam perkara Tata Usaha Negara sebagai Jaksa
Pengacara Negara.

b. Tugas dan Wewenang


Tugas dan wewenang kejaksaan berdasarkan UU No. 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia dibagi dalam tiga bagian sebagai berikut.
1) Pidana
Tugas dan wewenang kejaksaan dalam bidang pidana adalah sebagai berikut.
a. melakukan penuntutan:
b) melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
c) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
d) melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang;
e) melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksa tambalan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
2) Perdata dan tata usaha negara
Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus
dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk
dan atas nama negara atall pemerintah.
3) Ketertiban dan ketenteraman umum
Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan:
(a) peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
(b) pengamanan kebijakan penegakan hukum;
(c) pengawasan peredaran barang cetakan;
(d)pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan
negara;
(e) pencegahan penyalahgunaan dan/ atau penodaan agama;
(f) penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.

Anda mungkin juga menyukai