Anda di halaman 1dari 9

UJIAN AKHIR SEMESTER I – 2022/2023

SR1101 DASAR SENI RUPA DAN DESAIN

Makalah

Disusun oleh:

Salma Nur Faizah


16822004
(1145)

Tingkat Pertama Bersama


Fakultas Seni Rupa dan Desain
Institut Teknologi Bandung
Desember 2022
LEMBAR PERIKSA MANDIRI:

Centang (V)
No Butir pemeriksaan
(jika sudah yakin)
1 Mengisi identitas diri V
2 Isi penulisan sudah menjawab pertanyaan V
Menggunakan Times New Roman atau Arial (12 pt)
3 V
dengan jarak 1.5 spasi
4 Jumlah kata sudah dicantumkan di halaman cover V
5 Tidak ada kesalahan pada ejaan V
6 Tidak ada kesalahan pada tanda baca V

PERNYATAAN ANTI PLAGIASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa esai yang saya buat dan serahkan sebagai tugas Ujian Akhir Semester
SR1101 dasar Seni Rupa dan Desain adalah murni hasil kerja saya. Tidak ada bagian yang saya tiru dari
sumber manapun secara ilegal.

Sebagai civitas academica, saya menjunjung tinggi gerakan anti plagiasi dan integritas akademik yang
menjadi identitas kemahasiswaan saya.

Bandung, 09 Desember 2022

__________________________
(Salma Nur Faizah, 9 Desember 2022)
Komposisi Alam Benda
Charcoal on concorde paper
42x59,4 cm
2022

Karya yang ingin penulis kaji pada esai ini adalah karya komposisi alam benda yang
merupakan salah satu dari tugas mata kuliah gambar bentuk pada semester 1. Karya ini
menggunakan media arang yang digoreskan pada kertas concorde berukuran 42x59,4 cm.
Gambar a(1)
Unsur visual pertama yang akan penulis kaji adalah unsur visual garis serta bentuk, karya
ini memiliki bentuk-bentuk yang bersifat organis dan juga geometris. Bentuk-bentuk ini
diciptakan melalui penorehan beberapa jenis garis seperti garis melengkung, garis lurus, garis
diagonal, dan garis free-form. Pada obyek kendi (1) terdapat garis melengkung simetris ke luar
dengan arah vertikal yang menciptakan bentuk melingkar, disambut dengan garis vertikal
memanjang ke atas yang menciptakan leher kendi, dilanjut dengan dua garis melengkung yang
lebih padat, menciptakan tutup kendi, dan diakhiri dengan dua garis lurus pendek yang
menciptakan kepala kendi. Kombinasi dari garis-garis ini mampu menciptakan bentuk organis
kendi yang gemuk dan semampai. Garis pada kendi cenderung tebal dan tegas, sehingga tercipta
kesan massa yang berat. Namun, kendi masih belum memiliki kesimetrisan yang sempurna,
lengkungan dari garis kanan dan kiri kendi masih tidak simetris, sehingga kendi terasa kurang
kokoh. Pada obyek botol (2), garis yang dominan dipakai adalah garis lurus vertikal dengan
kombinasi garis melengkung vertikal, garis-garis ini berhasil menciptakan bentuk organis yang
lebih ramping dibanding kendi. Sama seperti obyek kendi, garis pada obyek ini juga memiliki
sifat tebal, sehingga muncul kesan tegas dan massa yang berat pada botol. Berbeda dengan dua
obyek sebelumnya, obyek batang kayu (3) menggunakan garis-garis diagonal lurus dengan
kemiringan yang cenderung sama, menciptakan bentuk geometris jajar genjang. Garis-garis pada
kayu ini memiliki sifat yang halus sehingga memberi kesan ringan pada obyek. Pada obyek
perahu kertas (4), terdapat sejumlah variasi garis diagonal melengkung dengan kemiringan yang
berbeda-beda, garis-garis ini membentuk sudut yang berbeda-beda sehingga terciptalah bentuk
geometris segitiga yang sekaligus terkesan organis karena kebebasan dan kelengkungan yang
dimiliki garis. Terakhir, kain bermotif garis (5) yang menjadi alas semua obyek ini memiliki
goresan garis free-form dengan lengkungan-lengkungan bebas yang menyiratkan bentuk organis
kain, kain tersebut memiliki motif garis, motif garis ini cukup menguntungkan karena dapat
memperjelas lipatan-lipatan organis pada kain itu sendiri. Garis-garis pada karya alam benda ini
berhasil menciptakan bentuk dan tekstur yang sesuai dengan referensi foto, namun garis-garis
tersebut masih berantakan dan berserabut dikarenakan keburu-buruan seniman dalam membuat
karya ini.

Gambar b(1)

Gambar b(2)

Karya alam benda ini memiliki gaya pewarnaan akromatik di mana tidak terdapat rona
maupun saturasi, maka penulis tidak akan membahas unsur visual warna. Gaya akromatik ini
diraih dengan penggoresan media gambar arang yang kemudian di-blend menggunakan teknik
dusel dengan alat paper stump dan tisu untuk menciptakan value gelap-terang. Value gelap-
terang dan cahaya inilah yang akan menjadi unsur visual kedua yang dibahas penulis. Secara
umum, karya alam benda bergaya akromatik ini memiliki kontras gelap-terang yang tergolong
rendah, hal ini disebabkan oleh banyaknya shade abu-abu di antara hitam dan putih (dapat dilihat
pada gambar b(2)). Unsur visual cahaya ini dapat menyebabkan terciptanya banyak unsur visual
lainnya, seperti unsur visual massa dan tekstur, penulis akan membahas pengaruh unsur cahaya
kepada unsur massa terlebih dahulu.

Unsur visual massa pada karya ini terdiri dari


unsur bentuk yang mendapat ilusi tiga
dimensional lewat permainan gelap-terang dari
unsur cahaya. Massa pada karya ini termasuk ke
dalam implied mass, di mana penikmatnya hanya
mampu merasakan ilusi massa dan kedalaman
pada karya dua dimensional tanpa dapat
langsung merasakan massa tersebut lewat indera peraba. Melalui
goresan arang yang pekat dan tegas, tercipta massa yang lebih berat, seperti yang
dapat dilihat pada obyek kendi dan botol. Sebaliknya, massa yang lebih ringan dapat diraih
dengan goresan arang yang tipis, seperti yang bisa dilihat pada obyek perahu kertas, kayu, dan
juga kain

Selain unsur visual massa, unsur cahaya juga dapat menciptakan unsur visual tekstur.
Adanya unsur ini merupakan salah satu dari upaya seniman untuk mengikutsertakan indera
peraba penikmat tanpa secara langsung menggunakan indera tersebut. Tekstur pada karya ini
termasuk ke dalam implied texture, di mana penikmat hanya dapat merasakan kekasaran dan
kehalusan suatu benda secara tersirat, bukan secara langsung. Obyek-obyek pada karya ini
memiliki sifat yang berbeda-beda dan tekstur yang beragam. Unsur tekstur
yang bermacam-macam ini dapat diraih dengan memainkan unsur
cahaya(kekontrasan) dan juga garis(arsir).

Pada kendi, digunakan unsur garis yaitu


arsir kontur yang kemudian dikaburkan dengan
penggunaan alat paper stump dan tisu untuk meraih tekstur halus dan kesat pada kendi tersebut.
Terdapat juga unsur cahaya, di mana sifat berkilauan kendi diraih dengan menggunakan value
gelap-terang yang memiliki kontras lebih tinggi bila dibandingkan dengan obyek perahu kertas,
kayu, dan kain. Kontras yang lebih tinggi ini juga berperan dalam menciptakan unsur massa yang
lebih besar dan yang halus dan kesat. Namun, arsiran halus dengan kontras yang tinggi tersebut
menciptakan tekstur yang terlalu licin pada kendi, padahal seharusnya kendi tersebut memiliki
tekstur gerabah yang sedikit kasar, seniman dari karya ini gagal untuk meraih tekstur gerabah
tersebut.

Obyek botol memiliki teknik arsir yang mirip dengan kendi, namun terdapat kilau-kilau
terang kontras yang memperlihatkan pantulan cahaya pada botol. Sama seperti obyek kendi,
unsur cahaya pada obyek ini juga memiliki kontras yang tinggi, namun tidak setinggi kendi,
kekontrasan ini menyiratkan massa yang lebih besar dan juga permukaan yang licin. Akan tetapi,
pengarsiran pada botol masih kurang blending, sehingga permukaan botol masih terkesan kasar
dan belum mencapai tekstur botol kaca yang diiinginkan.

Pada obyek batang kayu terdapat pengulangan unsur garis yang bergerigi dan berantakan,
kombinasi dari garis-garis ini berhasil menciptakan tekstur permukaan kayu
Gambar c(3)
yang kasar dan berserabut. Berbeda
dengan dua obyek sebelumnya, obyek batang kayu ini
memiliki kontras yang lebih rendah, ditandai dengan
Gambar c(4)
banyaknya shade di antara hitam dan putih, kontras yang
rendah ini menciptakan kesan massa yang lebih rendah dan
tekstur yang matte atau tidak berkilauan.

Arsir yang digunakan pada obyek perahu kertas yaitu


arsir kontur yang di-blend menggunakan tisu dan paper stump,
tisu digunakan untuk mencapai tingkat pencampuran arang
yang lebih blurred lagi agar tekstur halus pada kertas dapat
diraih. Sama seperti batang kayu, obyek perahu kertas ini Gambar c(5)

juga memiliki tingkat kontras yang rendah, menciptakan massa yang rendah serta tekstur yang
matte layaknya selembar kertas. Akan tetapi penulis merasa arsir pada perahu kertas ini masih
jauh dari sempurna, garis yang digunakan untuk mengarsir terlalu melengkung sehingga kesan
kokoh dari sebuah kertas yang dilipat tidak terasa dan malah terasa seperti selembar kain.
Mungkin kesan kekokohan sebuah perahu kertas dapat dicapai lebih baik apabila seniman
menggunakan teknik arsir searah biasa.

Menuju obyek terakhir,


obyek kain berperan sebagai alas
dalam alam benda ini. Obyek ini
diarsir menggunakan metode garis
arsir kontur dan arsir gradasi, kedua
metode arsir ini mampu
menciptakan tekstur kain yang halus dan lunglai. Akan tetapi, unsur cahaya pada obyek ini masih
sangat kurang, batas antara satu lekukan dengan lekukan lainnya masih tidak terdefinisikan
secara jelas sehingga lipatan kain terasa ambigu.

Karya komposisi alam benda ini berhasil merepresentasikan bentuk-bentuk yang sesuai
dengan benda asli, unsur garis dan bentuk dibuat dengan cukup baik. Namun, karya ini memiliki
banyak kekurangan terutama pada unsur cahaya dan tekstur. Secara umum, kekurangan-
kekurangan ini disebabkan oleh torehan arsir yang salah jenis dan kurang mendetail.

Anda mungkin juga menyukai