Anda di halaman 1dari 3

TATA CARA PERMOHONAN VER

Tata cara permohonan pembuatan VeR meliputi : (Parinduri, A., G. 2020)


1. Permohonan harus secara tertulis, tidak dibenarkan secara lisan, melalui telepon
atau melalui pos.
2. Korban adalah barang bukti, maka surat permohonan visum et repertum harus
diserahkan sendiri oleh petugas kepolisian bersama-sama korban, tersangka,
atau barang bukti lain kepada dokter.
3. Tidak dibenarkan mengajukan permintaan visum et repertum tentang sesuatu
peristiwa yang telah lampau, mengingat rahasia kedokteran (Instruksi Kapolri
No.INS/E/20/IX/75 ).
4. Permintaan diajukan kepada dokter ahli pemerintah sipil, dokter pemerintah
sipil atau ahli kedokteran kehakiman pemerintah sipil untuk korban
yangmeninggal dunia.
Sedangkan yang berwewenang mengajukan permintaan visum adalah :
Penyidik. Penyidik yang dimaksud, berdasarkan UU adalah : (Parinduri, A., G. 2020)
KUHAP Pasal 6
Penyidik adalah :
1. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
2. Pejabat pegawai negara sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
Undang – Undang.
Syarat kepengkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam (1) akan diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Dimana, Peraturan Pemerintah yang dimaksud
dalam syarat kepangkatan yang di atur terdapat dalam PP No. 27 tahun 1983.
Pasal 2 ayat 1.
Penyidik adalah :
Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya
berpangkat Pembantu Letnan Dua Polisi. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang
sekurangkurangnya berpangkat Pengatur Muda Tingkat I (Golongan II/b) atau yang
disamakan dengan itu.
Pasal 2 ayat 2
Dalam hal disuatu sektor Kepolisian tidak ada jabatan penyidik sebagaimana diatur
pada ayat 1 huruf a, maka Komandan Kepolisian yang berpangkat bintara di bawah
Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatannya adalah Penyidik.
Pasal 3 ayat 1
Penyidik pembantu adalah :
Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang - kurangnya
berpangkat Sersan Dua Polisi. Pejabat pegawai Negeri Sipil tertentu yang sekurang -
kurangnya berpangkat Pengatur Muda (golongan II/a) atau yang disamakan dengan
itu. Dalam lingkungan peradilan militer, maka pengertian penyidik dapat dikaitkan
dengan Surat Keputusan Pangab No:04/P/II/1983 tentang Fungsi Kepolisian Militer.
Pada Pasal 4 huruf c ketentuan tersebut mengatur fungsi Polisi Militer sebagai
Penyidik, sedangkan pasal 6 ayat c, mengatur fungsi Provost dalam membantu
Komandan pada penyidikan perkara pidana. Tetapi penyelesaian selanjutnya
diserahkan oleh POM dan POLRI. Sedangkan tata cara Permohonan/Pencabutan
Visum et repertum di atur berdasarkan Instruksi Kapolri No: Ins/E/20/IX/75. Visum
et repertum juga pada pekara-pekara tertentu, diminta kepada dokter / ahli untuk
memeriksa kondisi seseorang yang diduga menderita memiliki gangguan kejiwaan
(Undang-undang No. 3/ tahun 1966 Pasal 5, 6, dan 8 serta Peraturan Menkes RI 1970
Bab III Pasal 11 - 23 dalam kasus Pidana yang dijelaskan pada KUHP Pasal 144).
Terdapat 2 pengertian, yaitu visum et repertum psikiatri yang dibuat atas permintaan
hakim untuk kepentingan pengadilan dan Surat Keterangan Dokter yang dibuat atas
permintaan polisi atau jaksa untuk kepentingan pemeriksaan pendahuluan
(penyidikan). Sehingga dalam rangka menemukan kebenaran materiil, maka dokter
dalam kepasitasnya sebagai ahli, dapat diminta bantuannya untuk memberikan
keterangan. Pada tingkat Penyelidikan menentukan apakah suatu peristiwa
merupakan tindak pidana atau bukan, sedang pada tingkat penyidikan membantu
penyidik mengumpulkan bukti-bukti itu agar perkaranya dapat lebih jelas dan
pelakunya dapat ditangkap. Pada tingkat ini, kapasitas dokter adalah sebagai ahli.
Bantuannya dalam pemeriksaan jenazah di rumah sakit atau di tempat kejadian
perkara (TKP). Untuk menetukan apakah peristiwa tersebut merupakan tindak pidana
atau bukan. Tentunya yang paling baik adalah pemeriksaan di TKP, dalam hal :
1. Memastikan korban sudah mati atau belum.
2. Memperkirakan cara kematiannya yaitu akibat pembunuhan, bunuh diri atau
kecelakaan.
3. Dapat mencari atau mengumpulkan dan menyelamatkan barang bukti (trace
evidance), termasuk barang bukti medik, karena dokter mempunyai
kemampuan itu.
Tindakan Penyidikan dilakukan menyusulnya tindakan penyelidikan yang
mengasilkan kesimpulan bahwa peristiwa yang diselidiki merupakan tindak pidana.
Menjadi lebih jelas identitas korban dapat diketahui, proses kejadian terungkap
(meliputi kapan dilakukan, dimana dilakukan, dengan benda apa dilakukan,
bagaimana caranya dan apa akibatnya) dan identitas pelakunyapun di dapat. Bantuan
dokter berupa pemberian keterangan.
Pasal 179 KUHAP
1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Anda mungkin juga menyukai