Anda di halaman 1dari 5

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-45 UNS Tahun 2021

“Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam


Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka”

[Air Cucian Beras sebagai Sumber Nutrisi Alternatif bagi Tanaman


Perkebunan] : Review
Mira Ariyanti
Staf Pengajar Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jl. Raya
Bandung-Sumedang km. 21, Jatinangor, Jawa Barat, Indonesia

Abstrak

Air cucian beras merupakan salah satu limbah rumah tangga yang kurang termanfaatkan
sehingga sebagian besar terbuang percuma. Air cucian beras mengandung nutrisi berupa unsur
hara makro dan mikro sehingga dapat dijadikan sebagai sumber nutrisi alternatif bagi tanaman.
Air cucian beras sebagai sumber nutrisi bagi tanaman dikategorikan sebagai pupuk organik.
Pemanfaatannya dapat berupa air dan pati beras dimana kandungan nutrisinya keduanya tidak
jauh berbeda. Penelitian mengenai pengaruh air cucian beras dan pati beras telah dilakukan
pada tanaman perkebunan diantaranya karet, nilam dan kelapa sawit. Hasil penelitian tersebut
diantaranya pemberian 500 ml air cucian beras setiap 3 hari sekali memberikan pengaruh
terbaik terhadap pertumbuhan bibit karet (Hevea brasiliensis Muell.) klon GT 1 terutama pada
komponen pertambahan tinggi batang dan pertambahan lilit batang, pemberian air cucian beras
dengan konsentrasi 100% disiram 3 hari sekali memberikan hasil yang baik pada pertumbuhan
lilit batang dan jumlah daun bibit kelapa sawit, pemberian 25 g pati beras + PHE (pupuk hayati
Emas) 2,5 g pada media tanam subsoil menghasilkan pengaruh yang paling baik terhadap
pertambahan tinggi, pertambahan jumlah daun, pertambahan cabang, luas daun, bobot segar
tanaman, bobot kering tanaman, dan bobot kering akar tanaman nilam. Hal ini membuka
peluang untuk dilakukan penelitian serupa terutama untuk mengkaji pengaruh air cucian beras
baik dalam bentuk air atau pati beras pada tanaman perkebunan lainnya.

Kata kunci : air cucian beras, pati beras, tanaman perkebunan, pupuk organik

Pendahuluan

Tanaman sebagai makhluk hidup memerlukan asupan nutrisi yang diperlukan untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Nutrisi tersebut biasanya diperoleh tanaman
melalui media tanam terutama tanah yang menyediakan segala unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman. Ketersediaan unsur hara akan menjadi sangat terbatas apabila tidak dilakukan
pengelolaan pemupukan yang bijak sebagai langkah untuk memberikan hara terhadap tanaman

E-ISSN: 2615-7721 Vol 5, No. 1 (2021) 223


P-ISSN: 2620-8512
Sumber nutrisi bagi tanaman bisa ditambahkan melalui pemupukan baik dengan cara
pemberian pupuk organik maupun anorganik. Penggunaan pupuk organik sebagai cara dalam
mendukung kegiatan pertanaman yang ramah lingkungan telah banyak diteliti. Langkah yang
paling mudah dengan memanfaatkan buangan-buangan pada kehidupan sehari-hari seperti air
cucian beras yang dapat diberikan pada tanaman sebagai salah satu sumber hara alternatif.
Konsumsi penduduk Indonesia akan beras menunjukkan peningkatan dari tahun ke
tahun. Konsumsi beras yang tinggi menyebabkan banyaknya air cucian beras yang terbuang
dan jarang untuk dimanfaatkan. Menurut data Badan Pusat Statistik (2018), total konsumsi
beras nasional pada tahun 2017 mencapai 29,13 juta ton atau sekitar 111,58 kilogram per kapita
per tahun
Beras atau nasi merupakan makanan pokok di Indonesia sehingga dapat dipastikan
hampir sebagian besar masyarakat Indonesia mengonsumsi beras setiap hari. Sebelum diproses
menjadi nasi, beras tersebut harus dicuci terlebih dahulu, dan air cucian beras ini sebagian besar
terbuang sebagai limbah rumah tangga yang kurang sekali termanfaatkan. Padahal sudah sejak
lama dipercaya bahwa air cucian beras ini bermanfaat baik apabila diaplikasi pada tanaman
baik sebagai air siraman maupun sebagai pupuk organik. Selain itu pemanfaatan limbah ini
akan menguntungkan secara ekonomis karena dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik
terutama untuk tanaman yang intensif dipupuk.
Unsur hara yang terkandung dalam air cucian beras berada pada kisaran yang cukup
diantaranya 0,03% N ; 0,42% P2O5 ; 0,06% K2O ; 0,46% C-organik (Ariyanti et al., 2021) dan
14,25% Ca, 2,94% Ca, 0,03% S, 0,04% Fe (Wulandari dkk.,2012) untuk mendukung
pertumbuhan tanaman, sehingga air ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi alternatif
atau suplemen tambahan bagi tanaman. Air cucian beras mengandung vitamin B 1 yang
berperan dalam proses metabolisme tanaman untuk mengonversi karbohidrat menjadi energi
penggiat aktivitas pertumbuhan di dalam tanaman (Samahah, 2015). Kandungan vitamin B1
pada air cucian beras dapat merangsang pertumbuhan akar pada masa pembibitan menjadi lebih
cepat (Wulandari et al., 2011).
Selama ini pemanfaatan air cucian beras terbatas hanya diaplikasikan oleh ibu-ibu rumah
tangga pada tanaman di pekarangan. Perlu diketahui bahwa air cucian beras ini ternyata
mengandung unsur hara yang penting bagi tanaman. Hal ini yang mendasari untuk
mengaplikasikannya secara lebih luas dan beragam termasuk untuk tanaman perkebunan.

E-ISSN: 2615-7721 Vol 5, No. 1 (2021) 224


P-ISSN: 2620-8512
Kandungan Hara Air Cucian Beras

Air cucian beras berpotensi dijadikan pupuk karena mengandung banyak nutrisi antara
lain 80% vitamin B1, 70% vitamin B3, 90% vitamin B6, 50% mangan, 50% fosfor, 60% zat besi
selain itu mengandung Ca 2,944%, Mg 14,252%, S 0,027%, Fe 0,0427% dan B 0,043%
(Wulandari et al., 2012). Menurut Purniawati dkk. (2012), kandungan unsur hara pada air
cucian beras diantaranya : N 1008 mg/l; P 12 mg/l; K 124 mg/l; Mg 84 mg/l; Ca 1800 mg/l; S
93 mg/l.
Menurut Ariyanti dkk. (2021), air cucian beras mengandung hara 0,03% N; 0,42% P2O5;
0,06% K2O; 0,46% C-organik dengan pH 4,72. Analisis ini menggunakan air cucian beras
yang berasal dari beras Pandanwangi, hasil pencucian diperoleh dari 20 kg beras yang diaduk
sebanyak 80 kali. Didapatkan 15 liter air cucian beras dari hasil pencucian tersebut yang
kemudian diambil sampel sesuai dengan volume yang dibutuhkan oleh laboratorium penguji.
Pengambilan air cucian beras dan sampel dilakukan pagi hari.
Selain dalam bentuk air, pati beras yang merupakan endapan dari air cucian beras dapat
diaplikasikan pada tanaman. Pati beras mengandung 0,8% N; 0,29% P2O5, 0,07% K2O; 1,48%
CaO; 1,14% MgO; 10,04 % C-organik (Ariyanti dkk, 2017).

Cara Aplikasi dan Manfaat Air Cucian Beras sebagai Sumber Nutrisi pada Tanaman
Perkebunan

Aplikasi air cucian beras pada tanaman dapat sebagai air yang diperlukan untuk
menyiram tanaman. Volume air yang diperlukan oleh tanaman disesuaikan dengan kebutuhan
tanaman jadi dalam hal ini air cucian beras selain berfungsi sebagai sumber hara alternatif
sekaligus juga berfungsi sebagai air siraman. Selain dalam bentuk air siraman, bentuk lain
pemanfaatan limbah cucian beras adalah dalam bentuk tepung. Tepung ini merupakan hasil
endapan air cucian beras yang didiamkan selama  3 hari lalu disaring dan diambil tepungnya,
kemudian dikeringkan.
Pada penelitian Ariyanti dkk. (2018), pemberian 500 ml air cucian beras sebagai pupuk
organik yang diaplikasikan setiap 3 hari sekali memberikan pengaruh terbaik terhadap
pertumbuhan bibit karet (Hevea brasiliensis Muell.) klon GT 1 terutama pada komponen
pertambahan tinggi batang dan lilit batang.
Menurut Baning dkk. (2016), penyiraman air cucian beras merah dengan dosis 400 ml/l
pada tanaman lada berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif terutama pada parameter

E-ISSN: 2615-7721 Vol 5, No. 1 (2021) 225


P-ISSN: 2620-8512
jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman. Pemberian air cucian beras dengan
konsentrasi 100% disiram 3 hari sekali memberikan hasil yang baik pada pertumbuhan lilit
batang dan jumlah daun bibit kelapa sawit (Zistalia, 2018). Selain itu, air cucian beras yang
diaplikasikan pada stum mata tidur fase pembibitan tanaman karet yang diketahui bibit tersebut
sulit menumbuhkan akar dan tunas ternyata berpengaruh baik untuk menstimulasi
pertumbuhan akar dan tunasnya (Purniawati et al.,2015).
Hasil penelitian lainnya terkait pemanfaatan pati beras diantaranya pemberian 25 g pati
beras + PHE (pupuk hayati Emas) 2,5 g pada media tanam subsoil menghasilkan pengaruh
yang paling baik terhadap pertambahan tinggi, pertambahan jumlah daun, pertambahan
cabang, luas daun, bobot segar tanaman, bobot kering tanaman, dan bobot kering akar tanaman
nilam (Ariyanti et al., 2017).

Kesimpulan dan Saran

Pemanfaatan limbah cucian beras sebagai pupuk organik untuk tanaman dapat dalam
bentuk air dan pati beras. Kandungan nutrisi atau hara keduanya tidak jauh berbeda, hanya
berbeda dalam cara aplikasinya pada tanaman. Aplikasi pupuk organik yang berasal dari
limbah cucian beras saat ini hanya sebatas untuk tanaman pekarangan dan belum diaplikasikan
secara lebih luas. Kajian dalam artikel ini memaparkan manfaat air cucian beras pada tanaman
perkebunan sehingga diharapkan berkontribusi dalam pengembangan riset pemanfaatan limbah
rumah tangga untuk pemupukan tanaman perkebunan sebagai pupuk pendamping disamping
pupuk anorganik.

Daftar Pustaka
Ariyanti, M., Suherman, C., Anjasari, I.R.D., & Sartika, D. (2017). Respon pertumbuhan bibit
nilam Aceh (Pogostemon cablin benth.) Klon sidikalang pada media tanam subsoil
dengan pemberian pati beras dan pupuk hayati. Jurnal Kultivasi 16 (3): 394 – 401.
Ariyanti, M. (2021). Kelapa sawit : Pengelolaan bahan organik dan air untuk mendukung ISPO.
Unpad Press. 96 pp. Cetakan ke-1.
Ariyanti, M., Suherman, C., Rosniawaty, S, & Franscyscus, A. (2018). Pengaruh volume dan
frekuensi pemberian air cucian beras terhadap pertumbuhan bibit tanaman karet (Hevea
brasiliensis Muell.) klon GT 1. Jurnal Ilmiah Pertanian Paspalum. 6 (2) : 114-122.
Badan Pusat Statistik. (2018). Kajian konsumsi bahan pokok tahun 2017. @ BPS RI.
Baning, C., Rahmata, H., & Supriatno. (2016). Pengaruh pemberian air cucian beras merah
terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman lada (Piper nigrum L.). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Biologi 1 (1) : 1-9.

E-ISSN: 2615-7721 Vol 5, No. 1 (2021) 226


P-ISSN: 2620-8512
Purniawati, D. I., Sampurno & Armaini. (2015). Pemberian air kelapa muda dan air cucian
beras pada bibit karet (Hevea brasiliensis) stum mata tidur. JOM Faperta, 7(2): 493–
510.
Samahah, N. (2015). Pengolahan air leri menjadi sabun pembersih wajah yang alami dan
ekonomis. Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8, 26-27.
Wulandari, C., Muhartini, S., & Trisnowati S. (2011). Pengaruh air cucian beras merah dan
beras putih terhadap pertumbuhan dan hasil selada (Lactuca sativa L.). Jurnal Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Wulandari, C., Muhartini, S., & Trisnowati S. (2012). Pengaruh air cucian beras merah dan
beras putih terhadap pertumbuhan dan hasil selada (Lactuca sativa L.). Jurnal Vegetalika
1(2).
Zistalia, R. P. (2018). Pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yang diberi air
cucian beras dengan konsentrasi dan interval waktu berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian,
Universitas Padjadjaran.

E-ISSN: 2615-7721 Vol 5, No. 1 (2021) 227


P-ISSN: 2620-8512

Anda mungkin juga menyukai