Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN

RUJUKAN

RSKIA UMMI KHASANAH


KABUPATEN BANTUL
TAHUN 2019
BAB I

DEFINISI

Rujukan pasien adalah merupakan proses yang mungkin dilakukan sebagai tanggapan
atas kebutuhan pasien untuk konsultasi dan pengobatan spesialis, pelayanan darurat atau
pelayanan intensif ringan seperti pelayanan sub akut atau rehabilitasi jangka panjang.
Rujukan pasien harus dilakukan berdasarkan atas kondisi kesehatan pasien dan
kebutuhan akan pelayanan lanjutan.
Rujukan pasien dilakukan atau didampingi oleh tenaga kesehatan Paramedis yang
sudah berkompeten.
Proses rujukan dilakukan untuk memastikan bahwa rumah sakit dapat memenuhi
kebutuhan pasien bila rumah sakit tidak dapat menyediakan kebutuhan pasien dengan
kondisi emergensi dan pasien memerlukan rujukan pelayanan yang kemampuannya lebih
tinggi.
Pasien harus distabilkan terlebih dahulu sebelum dirujuk, yaitu apabila rumah sakit
tidak dapat menyediakan kebutuhan pasien dengan kondisi emerhensi dan pasien
memerlukan rujukan ke pelayanan yang kemampuannya lebih tinggi.
Rujukan adalah suatu usaha permohonan bantuan atau pelumpahan penanganan
permasalahan suatu penyakit yang sedang ditangani seorang dokter kepada dokter lainnya
yang lebih mengerti dan menguasai permasalahan penyakit tersebut dokter spesialisnya.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan
masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang secara timbal balik secara vertikal maupun
horizontal meliputi sarana, tekhnologi, tenaga ahli, rujukan kasus, rujukan ilmu
pengetahuan dan rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (Permenkes 922/2008).
Syarat Rujukan
1. Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan wewenang
untuk merujuk, mengetahui kompetensi sasaran/tujuan rujukan dan mengetahui
kondisiserta kebutuhan objek yang dirujuk.
2. Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan pelayanan medis Daerah
3. Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai.
4. Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab dalam rujukan, baik yang merujuk
atau yang menerima rujukan.
5. Adanya Tenaga kesehatan yang kompeten dan mempunyai kewenangan
melaksanakan pelayanan medis dan rujukan medis yang dibutuhkan (yang memiliki
sertifikat PPGD/PPGDON).
6. Adanya pencatatan/kartu/dokumen tertentu.
7. Adanya pengertian timbal balik antara pengirim dan penerima rujukan.
8. Adanya pengertian petugas tentang sistem rujukan.
9. Rujukan dapat bersifat horizontal dan vertikal, dengan prinsip mengirim ke
arah fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan lengkap.
10. Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil selama
perjalanan menuju ketempat rujukan.
11. Sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi, cairan
infus, oksigen dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat rujukan tepat waktu.
12. Pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang mahir tindakan kegawat daruratan
(PARAMEDIS).
13. Sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki sistem komunikasi.
14. Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dan atau
lengkap.
15. Dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien tidak
dapat diatasi.
16. Pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau subspesialis yang tidak
tersedia di fasilitas pelayanan semula.
17. Pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang tidak
tersedia di fasilitas pelayanan semula.
18. Pasien atau keluarganya menyadari bahwa rujukan dilaksanakan karena alasan medis.
19. Rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang
diketahui mempunyai tenaga dan sarana yang dibutuhkan menurut kebutuhan
medis atau penunjang medis sesuai dengan rujukan kewilayahan;
20. rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu rumah sakit
kelebihan pasien ( jumlah tempat tidur tidak mencukupi).

Rujukan dapat juga merupakan pelayanan berkelanjutan, selain rujukan ke dokter


spesialis dapat juga merupakan terapi rehabilitasi atau kebutuhan atau pelayanan yang
bersifat preventif yang dilaksanakan dirumah oleh keluarga.
Pelimpahan wewenang dalam sistem rujukan dibagi menjadi :
1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penderita
sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama
jangka waktu tersebut tidak ikut menanganinya.
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu
pelinpahan wewenang dan tanggung jawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak
ikut campur.
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini berlaku pada semua lini pelayanan Rumah Sakit di lingkungan Rumah
Sakit Ummi Khasanah yang memerlukna rujukan baik di unit gawat darurat, unit rawat
inap, unit rawat jalan, dan juga pelayanan penunjang dan lainnya.

A. Kegiatan yang tercakup dalam sistem rujukan


1. Pengiriman pasien
Rujukan pasien berdasarkan atas kebutuhan pasien untuk pelayanan
berkelanjutan. Proses rujukan mencakup pengalihan tanggung jawab ke
rumah sakit yang menerima.
Pengiriman pasien rujukan harus dilaksanakan sedini mungkin untuk
perawatan dan pengobatan lebih lanjut ke saranan pelayanan yang lebih
lengkap. Unit pelayanan kesehatan yang menerima rujukan hrus merujuk
kembali pasien ke sarana kesehatan yang mengirim, untuk mendapatkan
pengawasan pengobatan dan perawatan termasuk rehabilitasi selanjutnya.
2. Pengiriman specimen/penunjang diagnostik lainnya.
a. Pemeriksaan
Bahan specimen atau penunjang diagnostik lainnya yang dirujuk
dikirmkan ke laboratorium atau fasilitas penunjan gatau fasilitas
diagnostik rujukan guna mendapat pemeriksaan laboratorium atau
fasilitas penunjang diagnostik yang tepat.
b. Pemeriksaan konfirmasi.
Sebagian specimen yang telah diperiksa di laboratorium Rumah
Sakit atau laboratorium lainnya, boleh di konfirmasi ke
laboratorium yang lebih mampu untuk di validasi hasil
pemeriksaan pertama.
3. Pengalihan pengetahuan dan keterampilan.
Pengiriman dokter dan petugas medis lainnya ke Rumah Sakit lain yang
lebih komplit fasilitasnya untuk mendpatkan pengetahuan dan
keterampilan yang lebih lengkap.

B. Jenis-jenis Rujukan
1. Menurut lingkup pelayanan :
a. Rujukan Medik
Adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya,
merujuk pasien dengan penyakit yang tidak bisa tertangani di
Rumah Sakit kita.
1) Transfer of patient
Penatalaksanaan pasien dari pelayanan kesehatan yang
kurang mampu ke pelayanan kesehatan yang lebih
sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.
2) Transfer of speciemen
Pengiriman bahan-bahan pemeriksaan laboratorium dari
pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke pelayanan
kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk tindak
lanjut.
3) Transfer of knowledge personal
Pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari pelayanan
kesehatan yang lebih mampu ke pelayana kesehatan yang
kurang mampu untuk bimbingan atau sebaliknya untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan,
b. Rujukan Kesehatan
Adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya
peningkatan promosi kesehatan (promotif), pencegahan (preventif)
dan pelayanan kesehatan (kuratif).
Contoh : melakukan bakti sosial di suatu daerah dengan melakukan
promosi kesehatan tentang penyakit ( Hipertensi, Diabetes Melitus,
dll ).
2. Menurut tata hubungannya
a. Rujukan internal
Adalah rujukan yang sifatnya horizontal yang terjadi antar unit
pelayanan di dalam Rumah Sakit.

b. Rujukan eksternal
Adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan baik horizontal ( rujukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan) maupun vertikal ( rujukan antar
pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan).
BAB III
KEBIJAKAN

1. Sesuai dengan SK Direktur No. 188.4/161.A tentang Panduan Rujukan di RSKIA Ummi
Khasanah.
2. SK Direktur No 118.4/117.A tentang Akses Dan Kontinuitas pelayanan di RSKIA Ummi
Khasanah.
3. SK Direktur NO 188.4/159.A tentang Kebijakan Pemberlakuan Panduan Penundaan atau
Pengobatan Pasien.
BAB IV

TATA LAKSANA

A. Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan


1. Merujuk pasien ke praktisi kesehatan atau ke Rumah Sakit lain, harus
berdasarkan kondisi kesehatan pasien dam kebutuhan akan kelanjutan
pelayanan.
2. Rujukan dapat dilakuakn sebagai tanggapan atas kebutuhan pasien untuk
konsultasi dan pengobatan spesialis, pelayanan darurat atau pelayanan
intensif ringan, seperti pelayanan sub aktif atau rehabilitasi jangka panjang.
3. Rujukan dibutuhkan untuk memastikan bahwa Rumah Sakit luar dapat
dapat memenuhi kebutuhan pasien. Proses tersebut mencakup :
a. Pengalihan tanggung jawab antar praktisi Rumah Sakit.
b. Kriteria kapan transfer dilakukan sesuai kebutuhan pasien.
c. Penganggung jawab/pendamping pasien selama proses rujukan.
Perbekalan dan peraltan yang dibutuhkan, berupa alat kesehatan
dan obat yang dibutuhkan dalam proses rujukan.
d. Hal yang harus dilakukan jika proses rujukan tidak mungkin
dilakukan .
4. Pasien harus distabilkan dahulu sebelum dirujuk, yaitu apabila Rumah
Sakit tidak dapat menyediakan kebutuhan pasien dengan kondisi
emergency dan pasien memerlukan rujukan ke pelayanan yang
kemampuannya lebih tinggi.
5. Rujukan ke Rumah Sakit lain, harus dipastikan bahwa Rumah Sakit yang
dituju atau Rumah Sakit penerima dapat menyediakan kebutuhan pasien
yang akan dirujuk dan harus dilakukan tepat waktu ke praktisi kesehatan
luar atau Rumah Sakit lain, dan harus ada rencana untuk memenuhi
kebutuhan pasien yang berkelanjutan dan harus jelas siapa yang akan
dilampahi tanggung jawab.
6. Jika perlu padien dapat dibuatkan rujukan ke luar Rumah Sakit kepada
individu secara spesifik dan badan mana pasien berasal.
7. Rujukan tidak mungkin dilaksanakan apaabila :
a. Kondisi pasien belum stabil dan transportable, sehingga perlu
dilakukan stabilisasi dan observasi ketat sampai pasien benar-benar
stabil.
b. Belum dapat kamar di Rumah Sakit rujukan, maka harus dicari
rujukan ke Rumah Sakit lain sesuai kebutuhan pasien, sampai dapat
dan pasien harus di observasi ketat dan dioperkan dengan baik di
setiap shift untuk dipantau dan dijaga kondisinya dengan
sepengetahuan DPJP.
8. Merujuk dan menerima rujukan pasien
Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari :
a. Hasil pemriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
b. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemriksaan fisik dengan
pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi.
c. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap,
tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
d. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan
pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan di sarana kesehatan yang
lebih mampu.
9. Rujukan pelayanan penunjang
a. Rujukan pasien juga mempertimbangkan kebutuhan pelayanan
penunjang sesuai kebutuhan pasien, baik pelayanan penunjang
diagnostik ataupun imaging, jika ada kebutuhan pelayanan
penunjang yang dibutuhkan pasien tapi belum tersedia, agar pasien
mendapatkan pelayanan yang seharusnya.
b. Pemeriksaan specimen dan penunjang diagnostik lainnya dapat
dirujuk apabila pemeriksaannya memerlukan peralatan
medik/tehnik pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik
yang lebih lengkap.
c. Specimen dapat dikirim dan diperiksa tanpa disertai yang
bersangkutan. Rumah Sakit atau unit kesehatan yang menerima
rujukan specimen tersebut harus mengirimkan laporan hasil
pemeriksaan specimen yang telah diperiksanya.
d. Penyedia pelayanan penunjang rujukan harus dipilih yang
menjamin mutu dan professional serta dpat bekerjasama dengan
baik.
10. Rujukan pengetahuan dan tenaga ahli
Kegiatan rujukan pengetahuan dapat berupa kegiatan permintaan dan
penerimaan dokter ahli dari berbagai bidang keahlian.
11. Kerjasama yang resmi atau tidak harus dibuat dengan rumah sakit
penerimaan terutama apabila pasien sering di rujuk ke Rumah Sakit
tersebut.

B. Tahapan Sebelum Melakukan Rujukan


1. Harus melakukan pertolongan pertama dan atau tindakan stabilisasi
kondisi pasien sesuai indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk
tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan.
2. Memastikan bahwa pasien stabil dan transportable.
3. Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa
penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat
darurat dan membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada
penerima rujukan.
4. Penentuan Rumah Sakit rujukan
a. Dokter/perawat harus memastikan dan bahwa Rumah Sakit
penerima dapat menyediakan kebutuhan pasien yang akan dirujuk
dan menentukan ke Rumah Sakit mana pasien akan dirujuk, dimana
Rumah Sakit tersebut mempunyai kapasitas untuk menampung
pasien tersebut.
b. Penentuan dibuat sebelumnya untuk memastikan bahwa pasien
akan mendapatkan kontinuitas pelayanan yang dibutuhkan dan
kesediaan menerima pasien dan persyaratan transfer dijelaskan di
dalam dokumen yang resmi ( form rujukan dan transfer pasien
antar Rumah Sakit).
c. Dalam form rujukan harus dicantumkan nama Rumah Sakit tujuan
dan nama petugas yang meyetujui penerima rujukan.
5. Membuat informasi kondisi klinis pasien dan dokumentasi rujukan :
a. Untuk memastikan kontinuitas pelayanan, informasi mengenai
kondisi pasien, pasien dikirim ke Rumah Sakit bersama pasien,
selain mengenai resume pelayanan pasien pulang atau resume
klinis lainnya secara tertulis diberikan ke Rumah Sakit penerima
bersama pasiennya sesuai prosedure yang berlaku.
b. Resume tersebut tertuang dalam form rujukan dan form transfer
antar Rumah Sakit, mencakup :
1) Nama Rumah Sakit dan petugas yang menyetujui
penerimaan pasien
2) Alasan rujukan
3) Informasi kondisi klinis pasien atau resume klinis pasien
4) Status pasien dan hal lain yang diperlukan
5) Kondisi spesifik/khusus berkenaan dengan rujukan pasien,
seperti kapan tempat teredia di Rumah Sakit penerima,
kondisi pasien.
6) Perubahan kondisi pasien selama rujukan ( misal pasien
meninggal atau memerlukan resusitasi )
7) Prosedur dan tindakan yang telah dilakukan dan obat yang
telah diberikan
8) Kebutuhan pasien akan pelayanan lanjutan
6. Menentukan SDM atau petugas rujukan
a. Menentukan SDM atau petugas yang kompeten yang bertanggung
jawab selama proses rujukan dan sesuai untuk mendampingi
pasien, dan memonitor kondisi pasien selama rujukan untuk
menjamin rujukan berjalan lancar dan menjamin keselamatan
pasien.
b. Kompetensi petugas disesuaikan dengan kondisi pasien
Merujuk pasien ke Rumah Sakit lain dapat merupakan proses yang
singkat dengan pasien yang sadar dan dapat berbicara, atau
merujuk pasien koma yang membutuhkan pengawasan
keperawatan atau medis terus-menerus. Kondisi pasien tersebut
perlu di monitor, namun dengna kompetensi petugas yang berbeda,
tergantung kondisi pasien.
7. Menentukan kebutuhan transportasi untuk rujukan
a. Melakukan penilaian tentang kebutuhan transportasi yang
dibutuhkan pasien yang akan dirujuk.
b. Proses untuk merujuk dan memulangkan pasien menckaup kriteria
akan jenis transportasi yang dibutuhkan pasien, dengan jenis
transportasi yang bervariasi.
c. Berkoordinasi dengan unit terkait dan memastikan bahwa
kebutuhan transportasi tersedia dengan kondisi baik dan tersedia
perbekalan dan medikamentosa yang sesuai kebutuhan dan status
pasien.
C. Syarat dan Kondisi Rujukan
1. Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan
wewenang untuk merujuk, mengetahui kompetensi sasaran/tujuan rujukan
dan mengetahui kondisi serta kebutuhan objek yang dirujuk.
2. Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan pelayanan
medis.
3. Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai, maka suatu
rujukan hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab dalam rujukan, baik
yang merujuk atau yang menerima rujukan.
b. Adanya tenaga kesehatan yang kompete3n dan mempunyai
kewenangan melaksanakan pelayanan medis dan rujukan medis
yang dibutuhkan.
c. Adanya pencatatan/kartu/dokumen terentu berupa :
1) Formulir rujukan dan rujukan balik
2) Kartu BPJS, ASKES, dan asuransi lain
3) Pencatatan dan dokumen hasil pemeriksaan penunjang
d. Adanya pengertian timbal balik antara pengirim dna penerima
rujukan.
e. Adanya pengertian petugas tentang sistem rujukan.
f. Rujukan dapat bersifat horizontal dan vertikal, dengan prinsip
mengirim kearah fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
dan lengkap.
4. Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil
dalam perjalanan menuju ke tempat rujukan, maka :
a. Melakukan monitor pasien selama proses rujukan.
b. Sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi,
cairan infuse, oksigen, dan dapat menjamin pasien sampai tempat
rujukan dengan baik.
c. Pasien didampingi oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi yang
sesuai yang terlatih dan memiliki pelatihan dalam hal tindakan
kegawatdaruratan.
d. Saranan transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki
sistem komunikasi.
5. Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dan
atau lengkap hanya dapat dilakukan apabila :
a. Dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa keadaan
pasien tidak dapat diatasi.
b. Pasien memerlukan pelayanan medis spesialis atau subspesialis
yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula.
c. Pasien memerlukan pelayanan medis yang lebih lengkap yang tidak
tersedia di fasilitas pelayanan semula berdasarkan kebutuhan pasien
untuk pelayanan bekelanjutan.
d. Pasien atau keluarga menyadari bahwa rujukan dilaksanakan
karena alasan medis.
e. Rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
yang diketahui mempunyai tenaga dan sarana yang dibutuhkan
menurut kebutuhan medis atau penunjang medis.
f. Rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu Rumah
Sakit kelebihan pasien/jumlah tempat tidur tidak mencukupi,
dirujuk ke Rumah Sakit yang setara.
g. Khusus pasien dengan BPJS, ASKES, dan asuransi lainnya harus
ada kejelasan tentang pembiayaan rujukan dan pembiayaan di
fasilitas pelayanan rujuan rujukan.
h. Khusus untuk pasien jamkesda hanya dapat dirujuk ke Rumah Sakit
yang berkerjasama dengan sistem Jamkesda.
i. Fasilitas pelayanan kesehatan/tenaga kesehatan dilarang merujuk
fasilitas pelayanan kesehatan.
6. Pencatatan dan Dokumentasi Rujukan
a. Proses rujukan pasien ke Rumas Sakit lain harus dicatat dalam
rekam medis pasien. Dokumentasi tersebut mencakup nama rumah
sakit dan staf yang menyetujui penerimaan pasien, identitas pasien,
situasi riwayat pasien, alasan rujukan, kondisi spesifik berkenan
dengan transfer pasien, perubahan kondisi pasien selama rujukan,
rekomendasi dan rencana tindak lanjut atau kebutuhan akan
pelayanan lanjutan, maupun hal-hal lain yang dibutuhkan.
b. Surat rujukan dan form transfer pasien antar Rumah Sakit harus
diisi dengan lengkap termasuk tanda tangan pasien, persetujuan
keluarga dan tanda tangan petugas Rumah Sakit pengiriman
rujukan dan petugas yang menyutujui penerimaan rujukan dan
petugas penerimaan rujukan di Rumah Sakit yang dituju.

D. Kewajiban Pengiriman Rujukan


1. Memberi penjelasan kepada pasien atau keluarga pasien karena alasan
medis pasien harus dirujuk dan meminta persetujuan keluarga pasien.
2. Menentukan bahwa Rumah Sakit penerima dapat menyediakan kebutuhan
pasien yang akan dirujuk.
3. Melaksanakan konfirmasi dan memastikan kesiapan fasilitas pelayanan
kesehatan yang dituju.
4. Membuat surat rujukan dengan melampirkan hasil diagnosis pasien dan
resume catatan medis.
5. Mencatat pada register dan membuat catatan rujukan.
6. Memastikan pasien stabil dan trasportable sebelum dikirim.
7. Pasien harus didampingi tenaga kesehatan yang mengetahui keadaan
umum pasien dan mampu menjaga stabilitas pasien sampai pasien ditempat
rujukan yang dituju.
8. Tenaga kesehatan yang mendampingi pasien manyerahkan surat rujukan
kepada pihak tempat rujukan.

E. Kewajiban Penerima Rujukan


1. Menerima surat rujukan dan menerima membuat tanda terima pasien.
2. Mencatat kasus rujukan dan membuat laporan penerimaan rujukan.
3. Membuat diagnosis dan melaksanakan tindakan medis yang diperlukan
serta melakukan perawatan.
4. Melaksanakan catatan medis sesuai dengan ketentuan.
5. Memnerikan informasi medis kepada sarana pelayanan pengirim rujukan.
6. Membuat surat jawaban rujukan balik untuk menindaklanjuti perawatan
selanjutnya.
F. Instruksi Tindak Lanjut
Untuk pasien yang tidak langsung dirujuk ke Rumah Sakit lain pasien dan
keluarga diberikan penjelasan dimana dan bagaimana menerima pelayanan
lanjutan untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan yang dibutuhkan.
Instruksi lanjutan antara lain :
1. Nama dan lokasi untuk pelayanan lanjutan.
2. Kapan kembali ke Rumah Sakit untuk kontrol.
3. Kapan pelayanan yang mendesak harus didapatkan.

Keluarga juga diikutsertakan apabila mereka berperan dalam proses pemberian


pelayanan lanjutan. Rumah Sakit memberikan instruksi kepada pasien dan
keluarga yang tepat dengan cara sederhanan dan gampang dimengerti. Instruksi
diberikan dalam bentuk tertulis yang sangat mudah dimnegerti pasien dan
keluarga.
BAB V

DOKUMENTASI

1. Surat Rujukan
2. Form monitoring ambulans
3. Form Berita Acara
4. Form KIE

Ditetapkan di : Bantul
Pada tanggal : 16 April 2019
Direktur,

drg.SUGIARTI
NIK 131213

Anda mungkin juga menyukai