TENTANG
BUPATI SAMPANG,
2. Undang-Undang …..
-2-
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II .....
-6-
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
JALUR, JENJANG, DAN JENIS PENDIDIKAN
Pasal 4
(1) Jalur pendidikan mencakup pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan
informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
(2) Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan dengan sistem terbuka
melalui tatap muka dan atau melalui jarak jauh.
Pasal 5
Jalur pendidikan formal mencakup pendidikan yang diselenggarakan secara berjenjang dan
bertingkat.
Pasal 6 .....
-7-
Pasal 6
Pasal 7
Jalur pendidikan informal mencakup pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Pasal 8
Jenjang pendidikan formal meliputi pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
Pasal 9
Jenis pendidikan formal meliputi pendidikan umum, kejuruan, akademik, kursus, keagamaan,
dan khusus.
Pasal 10
Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.
BAB IV
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Pasal 11
(1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
(2) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal, dan/atau informal.
-8-
Pasal 12
(1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada jalur pendidikan formal berbentuk satuan
pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), dan/atau bentuk lain yang
sederajat.
(2) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok
Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), Taman Pendidikan Al-quraan (TPA), pos
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan/atau bentuk lain yang sederajat.
(3) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan
keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan masyarakat.
Pasal 13
Pemerintah Daerah memfasilitasi pendirian dan penyusunan kurikulum pendidikan anak usia
dini.
BAB V
PENDIDIKAN FORMAL
Bagian Kesatu
Pendidikan Dasar
Pasal 14
Bagian Kedua
Pendidikan Menengah
Pasal 15
BAB VI
PENDIDIKAN NONFORMAL
Pasal 16
(1) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
(2) Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik bidang penguasaan
pengetahuan, keterampilan fungsional, pengembangan sikap dan kepribadian.
(3) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, dan pendidikan lain
yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
(4) Pendidikan nonformal berbentuk lembaga kursus, lembaga pelatihan, pusat kegiatan belajar
masyarakat, dan satuan pendidikan sejenis.
Pasal 17 .....
- 10 -
Pasal 17
(1) Kursus dan pelatihan bidang pendidikan dan keterampilan, dan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan keagamaan, pengetahuan umum, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap
untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja dan usaha mandiri.
(2) Kursus dan pelatihan bidang pendidikan dan keterampilan, dan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) dapat diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.
(3) Setiap penyelenggara pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) wajib
mendapatkan ijin yang ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
(4) Hasil Pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil pendidikan formal setelah
melalui proses penilaian kesetaraan oleh Dinas Pendidikan mengacu pada perundang-
undangan dan peraturan yang berlaku.
Pasal 18
BAB VII
PENDIDIKAN KEAGAMAAN
Pasal 19
BAB VIII
PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS
Pasal 20
(1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran disebabkan kelainan fisik, emosional,
mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
(2) Pendidikan layanan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga merupakan
pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, dan/atau mengalami
bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu ekonomi.
(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan
khusus dan pendidikan layanan khusus
(4) Lembaga masyarakat dan kalangan dunia usaha dan dunia industri dapat memfasilitasi
penyelenggaraan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus.
BAB IX
PROGRAM WAJIB BELAJAR
Pasal 21
(1) Setiap warga masyarakat yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib
belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun.
(2) Setiap warga masyarakat berusia 7 (tujuh) sampai dengan 15 (lima belas) tahun harus
mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun.
- 12 -
(3) Pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun menjadi tanggung
jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah dan diselenggarakan lembaga pendidikan yang
didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
(4) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin penyelengaraan program wajib belajar
paling rendah pada jenjang pendidikan dasar.
Pasal 22
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi penuntasan wajib belajar pendidikan
dasar 9 (sembilan) tahun dan dilanjutkan pada pelaksanaan wajib belajar pendidikan
menengah 12 (dua belas) tahun.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun dan
wajib belajar pendidikan menengah 12 (dua belas) tahun akan diatur dengan Keputusan
Bupati.
BAB X
BAHASA PENGANTAR
Pasal 23
(1) Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara digunakan sebagai bahasa pengantar dalam
penyelenggaraan Pendidikan Nasional.
(2) Bahasa Madura dapat dipergunakan sebagai bahasa pengantar pada tahap awal pendidikan
apabila diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu.
(3) Bahasa Asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu
untuk mendukung kemampuan berbahasa asing bagi peserta didik.
BAB XI …..
- 13 -
BAB XI
PENDIRIAN, PENGELOLAAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN
Bagian Kesatu
Pendirian Satuan Pendidikan
Pasal 24
Pasal 25
(1) Pendirian satuan pendidikan dilakukan setelah memenuhi persyaratan pendirian Satuan
Pendidikan yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(2) Pendirian satuan pendidikan negeri dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
setelah mempertimbangkan hasil studi kelayakan Tim Pendirian Satuan Pendidikan yang
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(3) Pendirian satuan pendidikan swasta dilaksanakan oleh masyarakat setelah
mempertimbangkan hasil studi kelayakan oleh Tim Pendirian Satuan Pendidikan yang
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(4) Tim Pendirian Satuan Pendidikan beranggotakan unsur Dinas Pendidikan, Kantor
Departemen Agama, dan Dewan Pendidikan yang dibentuk dengan Keputusan Bupati.
Bagian Kedua
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Pasal 26
(1) Pengelolaan satuan pendidikan didasarkan pada prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS).
(2) Pengelola …..
- 14 -
BAB XII
KURIKULUM
Bagian Kesatu
Pengembangan Kurikulum
Pasal 27
(1) Setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan wajib
melaksanakan kurikulum nasional yang berlaku dan mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan.
(2) Kurikulum pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi kurikulum sesuai dengan potensi satuan pendidikan, daerah dan peserta didik.
(3) Kurikulum satuan pendidikan dikembangkan oleh Satuan Pendidikan bersama Komite
Sekolah/Madrasah sesuai dengan kebutuhan Sekolah/Madrasah berdasarkan kerangka dasar
kurikulum dan standar kompetensi lulusan di bawah supervisi Dinas Pendidikan untuk TK,
SD, SMP, SMA dan SMK dan Kantor Departemen Agama untuk RA, MI, MTs, MA,
MAK dan MDF.
Pasal 28
Pasal 29
(1) Jumlah jam pelajaran untuk Pendidikan Agama pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah paling sedikit 4 (empat) jam pelajaran per minggu.
- 15 -
(2) Setiap peserta didik muslim pada jenjang pendidikan dasar dan menengah wajib
berkemampuan membaca dan menulis Al Quran.
(3) Pembinaan kemampuan membaca dan menulis Al Quran, dilaksanakan melalui kegiatan
pengembangan diri/ekstrakurikuler.
(4) Peserta didik non muslim berhak mendapat pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianut jika jumlah peserta didik mencapai minimal 10% (sepuluh persen).
Bagian Kedua
Muatan Kurikulum
Pasal 30
(1) Pengembangan kurikulum setiap satuan pendidikan harus mengintegrasikan bahan kajian
dan materi yang memuat iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, pendidikan
akhlak mulia, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, kecakapan hidup, potensi
keunggulan daerah, dan tuntutan dunia usaha dan industri.
(2) Pengintegrasian bahan kajian dan materi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, pendidikan akhlak mulia, ilmu pengetahuan dan teknologi, kecakapan hidup,
potensi keunggulan daerah, dan tuntutan dunia usaha dan industri dalam kurikulum satuan
pendidikan dimaksuk dan untuk menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
terampil, dan mampu mengembangkan potensi dirinya sebagai bekal melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan hidup di masyarakat.
(3) Satuan pendidikan umum jenjang pendidikan dasar dan menengah wajib mengalokasikan
tambahan mata pelajaran Keagamaan paling sedikit 2 (dua) jam pelajaran per minggu.
(4) Satuan pendidikan keagamaan wajib memberikan mata pelajaran umum dengan jenis dan
alokasi jam pelajaran sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan yang berlaku.
(6) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dapat menambah bahan kajian
dan materi pelajaran sesuai dengan ciri khas masing-masing Sekolah/Madrasah dengan
tidak mengurangi jumlah mata pelajaran yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan dan memperhatikan hak-hak peserta didik.
(7) Bahasa, Sejarah, dan Kesenian Madura yang Islami diajarkan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah sebagai mata pelajaran muatan lokal atau merupakan bagian dari mata
pelajaran yang relevan dalam rangka pelestarian nilai-nilai dan budaya daerah.
BAB XIII
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Bagian Kesatu
Tugas, Hak, dan Kewajiban
Pasal 31
(1) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan.
(2) Tenaga Kependidikan wajib melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pembelajaran pada satuan
pendidikan.
Pasal 32
c. memberikan teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai
dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya;
d. bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu dalam proses pelayanan pendidikan;
e. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, kode etik guru, kode etik
Sekolah/Madrasah serta nilai-nilai agama dan etika; dan
f. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Bagian Kedua
Perlindungan
Pasal 33
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan satuan pendidikan
wajib memberikan perlindungan terhadap pendidik dan tenaga kependidikan dalam
pelaksanaan tugas.
(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. perlindungan hukum;
b. perlindungan profesi;
c. perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
.
Pasal 34
(1) Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud Pasal 33 ayat (2) huruf a mencakup
perlindungan hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, diskriminasi, intimidasi dan
perlakuan tidak adil dari peserta didik, orang tua peserta didik, birokrat, dan pihak lain.
(2) Perlindungan profesi sebagaimana dimaksud Pasal 33 ayat (2) huruf b mencakup
perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam
penyampaian aspirasi, pelecehan profesi, dan pembatasan lain yang dapat menghambat
proses pembelajaran.
(3) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat
(2) huruf c mencakup perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan
dan kesehatan lingkungan kerja, serta bencana alam.
- 18 -
Bagian Ketiga
Standarisasi Pendidik
Pasal 35
(1) Standar Pendidik dan tenaga Kependidikan untuk pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan lain yang sederajat mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan.
(2) Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
(3) Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi.
Pasal 36
Ketentuan kalasifikasi, kompentensi, dan standarisasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada
setiap satuan pendidikan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
Bagian Keempat
Promosi dan Mutasi
Pasal 37
(1) Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan berdasarkan
latar belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi kerja dalam bidang
pendidikan
(2) Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan motivasi kerja tenaga pendidik dan
kependidikan yang memenuhi persyaratan dapat mengajukan mutasi.
(3) Mutasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan diberikan berdasarkan pertimbangan masa
pengabdian, kebutuhan dan pemerataan penyebaran ketenagaan antar satuan pendidikan dan
wilayah.
(4) Ketentuan lebih lanjut ayat (1), (2), dan (3) diatur dengan Peraturan Bupati.
- 19 -
BAB XIV
SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
Pasal 38
(1) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal wajib menyediakan sarana dan prasarana
yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik.
(2) Sarana dan prasarana minimal yang wajib dimiliki setiap satuan pendidikan meliputi :
lahan, ruang kelas, ruang tata usaha, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang perpustakaan,
ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang ibadah, dan ruang lain yang diperlukan
untuk kelancaran proses pembelajaran.
Pasal 39
(1) Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dapat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Satuan Pendidikan, dan masyarakat.
(2) Pengadaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan dilaksanakan dengan
memperhatikan kebutuhan setiap satuan pendidikan, efisiensi, dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan.
(3) Sarana dan prasarana pendidikan tidak dapat dialih fungsikan untuk kegiatan lain selain
untuk kepentingan pendidikan.
(4) Komite Sekolah/Madrasah wajib membantu pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
yang dibutuhkan oleh setiap satuan pendidikan.
(5) Dunia usaha dan dunia industri wajib memberikan kesempatan penggunaan sarana dan
prasarana yang dimilikinya untuk kepentingan pendidikan.
BAB XV …..
- 20 -
BAB XV
PESERTA DIDIK
Bagian Kesatu
Hak Peserta Didik
Pasal 40
Bagian Kedua
Kewajiban Peserta Didik
Pasal 41
BAB XVI
PENGENDALIAN MUTU PENDIDIKAN
Bagian Kesatu
Kewajiban dan Kewenangan
Pasal 42
Pasal 43
Bagian Kedua
Penilaian dan Evaluasi
Pasal 44
(1) Penilaian pendidikan terdiri dari penilaian hasil belajar, uji kendali mutu, dan penilaian
kinerja sekolah.
(2) Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah sebagai
bentuk akuntabilitas kepada masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan.
(3) Bentuk dan jenis penilaian hasil belajar oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Penilaian .....
- 22 -
(4) Penilaian kinerja satuan pendidikan dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk mengetahui
kinerja sekolah.
(5) Untuk kepentingan pemetaan, pengendalian mutu, dan pembinaan pendidikan Pemerintah
Daerah dapat mengadakan uji kendali mutu.
(6) Standar evaluasi pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
BAB XVII
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
Pasal 45
BAB XVIII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 46
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan motivasi dan fasilitasi keterlibatan
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.
(2) Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk
lembaga independen yang tidak memiliki struktur secara hirarkis.
(3) Lembaga .....
- 23 -
Bagian Kedua
Dewan Pendidikan
Pasal 47
(1) Dewan Pendidikan bersifat independen, mandiri, dan akomodatif terhadap aspirasi
masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu layanan pendidikan.
(2) Kepengurusan dan keanggotaan Dewan Pendidikan dicantumkan dalam anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga yang selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(3) Biaya operasional Dewan Pendidikan dapat dibebankan pada anggaran pendapatan dan
belanja daerah atau sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
Bagian Ketiga
Komite Sekolah
Pasal 48
(1) Setiap satuan pendidikan wajib membentuk Komite Sekolah/Madrasah atau nama lain yang
sejenis.
(2) Komite Sekolah/Madrasah atau nama lain yang sejenis bersifat mandiri, akomodatif
terhadap aspirasi masyarakat dan warga sekolah dalam upaya meningkatkan mutu layanan
pendidikan dan merupakan mitra bagi Sekolah/Madrasah dalam penyelenggaraan
pendidikan.
(3) Kepengurusan dan keanggotaan serta persyaratan pengurus Komite Sekolah/Madrasah
dicantumkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnya
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Sekolah/Madrasah.
(4) Biaya operasional Komite Sekolah/Madrasah dibebankan pada anggaran pendapatan dan
belanja sekolah atau sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
BAB XIX .....
- 24 -
BAB XIX
PENDANAAN PENDIDIKAN
Pasal 49
(1) Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat.
(2) Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan minimal 20 % dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) untuk pendanaan pendidikan.
(3) Alokasi pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak termasuk gaji
pendidik dan tenaga kependidikan.
(4) Dana pendidikan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk satuan pendidikan
diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Ketentuan mengenai pengalokasian dana pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), (2), (3), (4), dan (5) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 50
(1) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
pendanaannya menjadi tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
(2) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, pendanaannya menjadi
tanggung jawab masyarakat.
(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan bantuan untuk pembinaan dan
pengembangan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
(4) Alokasi pendanaan pendidikan dari Pemerintah Daerah ditetapkan berdasarkan asas
keadilan, proporsional, keterbukaan, dan prospek pengembangan satuan pendidikan oleh
Tim Kelayakan Pendirian Sekolah/Madrasah yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
BAB XX .....
- 25 -
BAB XX
PENGELOLAAN SEKOLAH
Bagian Kesatu
Pengangkatan Kepala Sekolah/Madrasah
Pasal 51
(1) Setiap satuan pendidikan dipimpin oleh Kepala Sekolah/Madrasah sebagai tugas tambahan
disamping tugas pokoknya sebagai guru.
(2) Guru yang akan diberi tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah/Madrasah harus mengikuti
dan lulus seleksi calon kepala Sekolah/Madrasah.
(3) Untuk kepentingan pembinaan satuan pendidikan yang didirikan oleh masyarakat,
Pemerintah Daerah dapat memperbantukan guru dan/atau kepala sekolah di satuan
pendidikan yang didirikan oleh masyarakat.
(4) Ketentuan lebih lanjut dari ketentuan ayat (1), (2), dan (3) akan diatur dengan Peraturan
Bupati.
Bagian Kedua
Masa Tugas
Pasal 52
(1) Tugas tambahan sebagai kepala Sekolah/Madrasah diberikan untuk satu masa tugas selama
4 (empat) tahun.
(2) Masa tugas tambahan guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diperpanjang dan diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa tugas.
(3) Guru yang melaksanakan tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah/Madrasah dua kali masa
tugas berturut-turut, dapat ditugaskan kembali menjadi Kepala Sekolah/Madrasah apabila :
a. telah melewati tenggang waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) masa kali tugas; atau
b. memiliki prestasi yang istimewa, dengan tanpa tenggang waktu dan ditugaskan di
Sekolah/Madrasah lain atau tugas lain sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Kepala .....
- 26 -
(4) Kepala Sekolah/Madrasah yang masa tugasnya berakhir dan tidak diberi tugas tambahan
sebagai Kepala Sekolah/Madrasah, selanjutnya melaksanakan tugas sebagai guru sesuai
dengan jenjang jabatannya dan berkewajiban melaksanakan proses belajar mengajar atau
bimbingan konseling sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(5) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), (3), dan (4) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XXI
PENGAWASAN PENDIDIKAN
Bagian Kesatu
Jenis Pengawas dan Penilik
Pasal 53
(1) Pemerintah Daerah dalam rangka pembinaan satuan pendidikan dan menjamin pencapaian
tujuan pendidikan nasional pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan mengangkat
Pengawas Satuan Pendidikan dan Penilik Pendidikan Luar Sekolah.
(2) Pengawas Satuan Pendidikan diangkat dari guru dan/atau kepala Sekolah/Madrasah sesuai
dengan jenis pengawas masing-masing setelah yang bersangkutan memenuhi persyaratan
dan lulus sleksi calon Pengawas Satuan Pendidikan sesuai dengan peraturan dan
perundangan-undangan yang berlaku.
(3) Penilik Pendidikan Luar Sekolah diangkat dari pendidik dan tenaga kependidikan setelah
yang bersangkutan memenuhi persyaratan dan lulus sleksi calon Penilik Pendidikan Luar
Sekolah sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku.
(4) Pengawas Satuan Pendidikan terdiri dari Pengawas Taman Kanak-kanak/Raudatul Athfal,
Pengawas Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Madrasah Diniyah Formal, Pengawas
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/Diniyah Menengah Pertama
Formal/Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Madrasah Diniyah Menengah Atas
Formal/Sekolah Menengah Atas Keagamaan.
(5) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud ayat (1), (2), (3), dan (4) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kedua ... .
- 27 -
Bagian Kedua
Kewenangan Pengawasan
Pasal 54
(1)Pengawasan umum penyelenggaraan pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan ditugaskan pada Inspektorat Kabupaten.
(2) Pengawasan khusus teknis pendidikan pada satuan pendidikan Taman Kanak-
kanak/Raudatul Atfhal ditugaskan kepada Pengawas Taman Kanak-kanak/Raudatul Athfal.
(3) Pengawasan khusus teknis pendidikan pada satuan pendidikan Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah/Madrasah Diniyah Formal ditugaskan kepada Pengawas Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtidaiyah/Madrasah Diniyah Formal.
(4) Pengawasan khusus teknis pendidikan pada satuan pendidikan Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah/Madrasah Diniyah Menengah Pertama Formal, Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Madrasah Aliyah Keagamaan/Madrasah Diniyah
Menengah Atas Formal, dan Sekolah Menengah Kejuruan ditugaskan pada Pengawas
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/ Madrasah Diniyah Menengah pertama
Formal/Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Madrasah Alyah Keagamaan/ Madrasah
Diniyah Menengah Atas Formal/Sekolah Menengah Kejuruan.
(5) Pengawasan khusus teknis pendidikan pada pendidikan Luar Sekolah atau pendidikan
nonformal ditugaskan kepada Penilik Pendidikan Luar Sekolah.
(6) Ketentuan lebih lanjut sebagai mana dimaksud ayat (1), (2), (3), (4), dan (5), diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XXII
STANDAR PENDIDIKAN
Pasal 55
(1) Dalam rangka mewujudkan pemerataan mutu pendidikan secara nasional, setiap satuan
pendidikan yang didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat wajib
memenuhi Standar Nasional Pendidikan.
(2) Standar .....
- 28 -
(2) Standar Nasional Pendidikan meliputi standar isi, standar kompetensi kelulusan, standar
proses, standar pengelolaan, standar sarana, standar ketenagaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian.
(3) Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan di setiap satuan pendidikan yang didirikan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah manjadi tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat.
(4) Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan di setiap satuan pendidikan yang didirikan oleh
masyarakat menjadi tanggung jawab masyarakat.
(5) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat membantu pemenuhan Standar Nasional
Pendidikan di satuan pendidikan yang didirikan oleh masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(6) Satuan pendidikan yang tidak dapat memenuhi Standar Nasional Pendidikan dapat
digabung (merjer) dengan satuan pendidikan lain yang sejenis atau dibekukan ijin
operasionalnya.
BAB XXIII
KERJA SAMA PENDIDIKAN
Pasal 56
(1) Pemerintah Daerah memiliki wewenang untuk mengatur dan menjalin kerjasama bidang
pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Satuan pendidikan dapat menjalin kerja sama bidang pendidikan dengan lembaga/ badan
termasuk perguruan tinggi di luar Kabupaten untuk meningkatkan mutu layanan
pendidikan dengan persetujuan Bupati.
(3) Kegiatan kerja sama pendidikan dapat diselenggarakan selama jangka waktu tertentu yang
telah disepakati bersama.
BAB XXIV
AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH
Pasal 57
BAB XXV
SANKSI
Pasal 58
(1) Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang diangkat oleh Pemerintah Daerah yang tidak
menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) dikenakan sanksi
sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Tingkat sanksi sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa :
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis;
c. penundaan pemberian hak;
d. penurunan pangkat dan jabatan;
e. pemberhentian dengan hormat, dan
f. pemberhentian dengan tidak hormat.
- 30 -
Pasal 59
Pasal 60
(1) Penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan Pasal 33 ayat (1) dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat kesalahan yang
dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Tingkat sanksi sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa :
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan penyelenggaraan satuan pendidikan; dan
d. pembekuan kegiatan penyelenggaraan satuan pendidikan.
BAB XXVI
WAKTU PENYELENGARAAN PENDIDIKAN
Pasal 61
(1) Penyelenggaraan pendidikan pada semua satuan pendidikan formal (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA/SMK/MAK) yang didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat wajib dilaksanakan pagi hari.
(2) Penyelenggaraan pendidikan pada semua satuan pendidikan kesetaraan, Madrasah Diniyah
Formal dan/atau nonformal yang didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
masyarakat dapat dilaksanakan pagi hari.
(3) Satuan pendidikan yang tidak dapat memenuhi ketentuan ayat (1) ijin operasionalnya dapat
dibekukan.
BAB XXVII
SERAGAM SEKOLAH
Pasal 62
(1) Seragam Sekolah/Madrasah pada semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan wajib
bernafaskan keagamaan.
(2) Penerapan pakaian seragam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi semua warga
sekolah yang beragama Islam.
(3) Ketentuan mengenai bahan dan model pakaian seragam sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XXVIII
PENGEMBANGAN SATUAN PENDIDIKAN
Pasal 63
BAB XXIX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 64
(1) Penyelenggaraan pendidikan pada semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan perlu
menyesuaikan dengan Peraturan Daerah.
(2) Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun
sejak pemberlakuan Peraturan Daerah.
BAB XXX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 65
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di : Sampang
pada tanggal : 28 Nopember 2008
BUPATI SAMPANG,
NOER TJAHJA
Diundangkan di : Sampang
pada tanggal : 15 Juni 2009
ATAS
TENTANG
I. PENJELASAN UMUM
Pasal 9 .....
-3-
Pasal 9
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan
perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta
didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan .
Pendidikan Keagamaan merupakan pendidikan dasar dan menengah yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan menuntut
penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli agama.
Pendidikan Khusus merupakan penyelengaraan pendidikan untuk peserta didik yang
memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa
satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.
Pasal 10 sampai dengan Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Fasilitasi yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam pendidikan nonformal berupa
pemberian ijin operasional, penyusunan kurikulum, dan supervisi penyelengaraan
pendidikan nonformal.
Pasal 19
Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang berorientasi pada peningkatan
penguasaan dan pengamalan nilai-nilian agama untuk menjadi ahli agama.
Pasal 20
Pendidikan khusus adalah pendidikan yang diperuntukkan bagi anggota masyarakat
yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa berupa akselerasi pendidikan,
sedangkan pendidikan layanan khusus adalah pendidikan yang diperuntukkan bagi
anggota masyarakat yang memiliki kelainan fisik, mintal dan sosial berupa sekolah
luar biasa.
Pasal 21 sampai dengan Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25 …..
-4-
Pasal 25
Tim pendirian Satuan Pendidikan merupakan tim yang bertugas menentukan
kelayakan permohonan ijin operasional Sekolah/Madrasah yang terdiri dari unsur
Dinas Pendidikan, Kantor Depatemen Agama, dan Dewan Pendidikan Kabupaten
Sampang yang dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati.
Pasal 26
Prinsip manajemen berbasis Sekolah/Madrasah adalah pengelolaan
Sekolah/Madrasah yang dalam penyelenggaraannya memberikan otonomi kepada
Sekolah/Madrasah bersama komite sekomah/madrasah dan stake horders untuk
melakukan inovasi dan kreasi dalam pengelolaan Sekolah/Madrasah.
Pasal 27
Diversifikasi kurikulum berarti kurikulum yang digunakan pada setiap satuan
pendidikan pada jenjang yang sama dimungkinkan berbeda sesuai dengan otonomi
sekolah/madrasah.
Pasal 28
Program kesetaraan adalah program yang diselenggarakan untuk memberikan
kesempatan kepada anggota masyarakat putus sekolah pada jenjang pendidikan
tertentu atau untuk memberikan kesempatan bagi peserta didik yang tidak lulus
ujian.
Pasal 29 ayat (1)
Jumlah jam mata pelajaran Pendidikan Agama pada semua jenjang pendidikan
minimal 4 (empat) jam pelajaran/minggu.
Pasal 29 ayat (2)
Kemampuan membaca dan menulis Al-Quran dijadikan sebagai salah satu
persyaratan dalam proses penerimaan siswa baru pada semua jenjang pendidikan.
Pasal 48
Komite Sekolah/Madrasah adalah suatu organisasi yang dibentuk di setiap satuan
pendidikan sebagai wadah perwujudan partisipasi masyarakat dan warga sekolah
untuk membantu pemerintah dalam memberikan pelayan pendidikan yang lebih baik.
Pasal 49
Dalam rangka pemberdayaan Sekolah/Madrasah dan memudahkan pengawasan
pelaksanaan bantuan ke sekolah, bantuan yang diberikan ke Sekolah/Madrasah
diberikan dalam bentuk hibah yang pelaksanaannya dilakukan secara swakelola.
Sekolah/Madrasah yang berhak mendapat bantuan/hibah adalah Sekolah/Madrasah
yang memeliki propspek berkembang pada masa yang akan datang.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Jabatan Kepala Sekolah/Madrasah merupakan tugas tambahan, sehingga guru yang
diberi tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah/Madrasah wajib menjalankan tugas
pokoknya sebagai guru.
Pemberian tugan tamabahan guru sebagai kepala sekolah dilakukan melalui sleksi
administrasi dan dilanjutkan dengan sleksi berupa Tes Potensi Akademik atau nama
lain yang sejenis.
Pasal 52
Untuk pembinaan karir dan mendorong peningkatan kinerja Kepala Sekolah perlu
diadakan pembatasan masa jabatan Kepala Sekolah/Madrasah. Untuk mengetahui
kinerja Kepala Sekolah/Madrasah menjelang akhir masa jabatannya, diadakan
penilaian kinerja Kepala Sekolah/Madrasah.
Pasal 53
Pengawas satuan pendidikan sebagai pengawas fungsional, agar diperoleh pengawas
satuan pendidikan dan penilik pendidikan luar sekolah yang profesional
pengangkatannya diawali dari sleksi administrasi dan dilanjutkan dengan sleksi
berupa Tes Potensi Akademik atau nama lain yang sejenis.
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55 … .
-7-
Pasal 55
Standar Nasional Pendidikan adalah standar minimal pendidikan yang harus
dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan yang
berkualitas.
Pasal 56 sampai dengan Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Seragam bernafaskan Islami diwajibkan untuk warga sekolah perempuan yang
beragama Islam.
Pasal 63 sampai dengan Pasal 65
Cukup jelas.