KELOMPOK ONLINE
STASE KOMUNITAS
I. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
a. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, para siswa SD diharapkan dapat
mengerti dan memahami tentang pencegahan diare dengan cuci tangan 6
langkah.
b. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan para siswa mampu mempraktekkan
cuci tangan 6 langkah
II. SASARAN
Siswa Kelas 3 SDN Sukorame 4 SDN Laladon 03 Kecamatan Ciomas Kab. Bogor.
III. SUP POKOK BAHASAN
a. Apa bahaya diare bagi anak usia sekolah ?
b. Pencegahan diare dengan cuci tangan
c. Defenisi cuci tangan
d. Tujuan cuci tangan
e. Manfaat mencuci tangan
f. Dampak jika tidak cuci tangan
g. Kapan waktu cuci tangan
h. Enam langkah cuci tangan
V. MEDIA
LCD, Laptop, Hand Scub, Waslap, Tissu
Menurut WHO dalam Kusumawati (2018) cuci tangan adalah suatu prosedur/
tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir atau
Hand rub dengan antiseptik (berbasis alkohol). Sedangkan menurut James (2008),
mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan
pengontrolan infeksi (Kusumawati, 2018).
Mencuci tangan dengan air saja masih banyak dilakukan oleh masyarakat
Indonesia dan belum menggunakan sabun. Penggunaan sabun sebagai antiseptik sangat
efektif untuk menghilangkan kuman, bakteri bahkan virus. Cuci tangan pakai sabun
(CTPS) merupakan salah satu Gerakan Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap individu agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta
memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan, oleh karena itu
peningkatan derajat kesehatan perlu dilakukan secara promotif dan preventif dengan
memerdayakan masyarakat melalui perilaku hidup bersih dan sehat yang dilaksanakan
pada lima tatanan yaitu: rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum
dan fasilitas pelayanan Kesehatan (Kemenkes RI, 2014).
Membiasakan pola hidup sehat dan bersih artinya memberikan kegiatan pada
anak tentang hidup sehat dan bersih secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.
Pengalaman yang diberikan kepada anak untuk mendukung kesadaran anak tentang
kebersihan membantu anak menjadi pribadi yang mandiri. Oleh karena itu
membiasakan hidup sehat dan bersih kepada anak dapat dilakukan melalui metode
bermain peran di mana anak dapat langsung mempraktikkan kegiatan yang dicontohkan
oleh guru atau orangtua sehingga akan jauh lebih mengesankan bagi anak daripada anak
diberi tahu tanpa anak melakukan sendiri (Safitri &Harun, 2020).
6. Impetigo
Impetigo adalah infeksi menular yang biasa terjadi pada anak-anak yang
jarang cuci tangan. Penyakit ini ditandai dengan kulit kemerahan yang
kemudian berkembang menjadi lecet kecil. Seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya, cuci tangan adalah kegiatan yang sangat sederhana, boleh
dikatakan sangatlah mudah untuk dilakukan. Namun, apabila malas, banyak
risiko penyakit dan gangguan kesehatan yang tentu akan sangat merugikan
kita. Agar terhindar dari gangguan kesehatan akibat penularan virus dan
bakteri, pastikan untuk lebih rajin mencuci tangan, dan akan lebih baiki jika
mencuci tangan dengan sabun.
7. Keracunan Bakteri Salmonella
Jika Anda sering makan tanpa mencuci tangan maka bisa terkena
infeksi bakteri salmonella. Bakteri ini bisa menyebar secara langsung dari
berbagai tempat. Potensi ini juga bisa disebabkan karena makan sayuran
mentah tanpa di cuci. Telur bakteri salmonella akan berpindah dari makanan
atau tangan ke dalam saluran pencernaan. Bakteri ini bisa hidup dalam usus
dan saluran pencernaan lain. Tanda keracunan bakteri salmonella adalah
seperti diare, sakit perut, keringat dingin, mual dan muntah. Untuk mencegah
agar tidak terlalu parah maka bisa meminta bantuan dokter
Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan sabun dan
air bersih yang mengalir. Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa
adalah setiap wastafel dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai sesuai standar
rumah sakit (misalnya kran air bertangkai panjang untuk mengalirkan air bersih,
tempat sampah injak tertutup yang dilapisi kantung sampah medis atau kantung
plastik berwarna kuning untuk sampah yang terkontaminasi atau terinfeksi, alat
pengering seperti tisu, lap tangan (hand towel), sabun cair atau cairan pembersih
tangan yang berfungsi sebagai antiseptik, lotion tangan, serta dibawah wastafel
terdapat alas kaki dari bahan handuk. Oleh karena itu sarana serta prasarana juga
harus memadai untuk mendukung cuci tangan supaya dapat dilakukan dengan
maksimal (Kusumawati, 2018).
1. Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau
jam tangan.
2. Membuka kran air dan membasahi tangan.
4. Melakukan gerakan tangan, mulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak
tangan.
12. Menutup kran air menggunakan siku atau siku, bukan dengan jari karena jari
yang telah selesai kita cuci pada prinsipnya bersih.
Penjelasan gambar:
1. Gosok tangan dengan posisi telapak tangan pada telapak tangan
2. Telapak kanan di atas punggung tangan kiri dengan jari-jari saling menjalin dan
sebaliknya
3. Telapak pada telapak dengan jari-jari saling menjalin
4. Punggung jari-jari pada telapak tangan berlawanan dengan jari-jari saling mengunci
5. Gosok memutar dengan ibu jari tangan kanan mengunci pada telapak kiri dan
sebaliknya
6. Gosok memutar, kearah belakang dan kearah depan dengan jari-jari tangan kanan
mengunci pada telapak tangan kiri dan sebaliknya
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah
Tangga.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun. Pusdatin Kemenkes RI.
Kusumawati, Novita. 2018. Pengaruh Cuci tangan Pramusaji Terhadap Jumlah Bakteri Dalam
Pasien Di Ruang Rajawali RSUP DR. Kariadi Semarang.
Megaria dkk 2013. Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Terjadinya
Diare Pada Anak Usia Sekolah Di SD Gmim Dua Kecamatan Tareran. E-Journal
Keperawatan. Vol 1 (1): 1-8
Safitri, H. I., & Harun. (2020). Membiasakan Pola Hidup Sehat dan Bersih pada Anak Usia Dini
Selama Pandemic Covid 19. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol
5(1), 385–394