Anda di halaman 1dari 9

JMEMME, 5 (1) Juni 2021 p-ISSN: 2549-6220 e-ISSN: 2549-6239

Doi: 10.31289/jmemme.v5i1.4796
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING,
MANUFACTURES, MATERIALS AND ENERGY

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jmemme

Analisis Kekuatan Bending dan Tarik Pada Pengelasan Oxy-


Acetelyne Menggunakan Garam Kuning

Analysis of Bending and Tensile Strengths in Oxy-Acetylene Welding


Using Yellow Salt

Chendri Johan 1*, Frans R. Bethony 2


12 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Indonesia Toraja
Diterima: 20-01-2021 ; Disetujui: 17-02-2021 ; Diterbitkan: 06-05-2021
*Corresponding author: chendrijohan@ukitoraja.co.id
Abstrak

Meningkatnya ilmu pengetahuan dan dunia industri tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi pengelasan.
Berdasarkan fakta yang ada, ditemukan keluhan-keluhan pada hasil dari proses pengelasan, seperti kurang kokohnya
produk, mudah patah dan crack. Pada umumnya, hal ini disebabkan oleh pengetahuan para welder hanya memiliki
keterampilan dalam pengelasan, tetapi tidak memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses
pengelasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat mekanis pada pengelasan oxy-acetylene
menggunakan garam kuning sebagai flux. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan melakukan
penelitian secara langsung menggunakan mesin las oxy-acetylene pada proses penyambungan. Pengujian kekuatan
hasil sambungan las menggunakan alat uji bending dan uji tarik. Hasil pengujian proses pengelasan oxy-acetylene
pada plat aluminium AA 1100 menunjukan bahwa kekuatan tarik rata-rata pada penggunaan garam kuning adalah
71,39 Mpa dengan kekuatan bending rata-rata spesimen 58.98 MPa. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan
bahwa pemanfaatan garam kuning sebagai fluks pada proses pengelasan oxy acetylene dapat diterapkan.
Kata Kunci: garam kuning, uji tarik, uji bending, AA 1100, flux

Abstract

Increasing science and the world of industry cannot be separated from the use of welding technology. Based on the
existing facts, complaints were found on the results of the welding process, such as the lack of strength of the product,
easy fractures and cracks. In general, this is due to the knowledge that the welder only has skills in welding, but does not
understand the factors that affect the welding process. This study aims to determine the mechanical properties of oxy-
acetylene welding using yellow salt as a flux. This study used an experimental method by conducting direct research
using an oxy-acetylene welding machine in the connection process. Testing the strength of the welded joints using a
bending test and tensile test. The test results of the oxy-acetylene welding process on the AA 1100 aluminum plate showed
that the average tensile strength in the use of yellow salt was 71.39 MPa with an average bending strength of the
specimen of 58.98 MPa. Based on the test results, it shows that the use of yellow salt as a flux in the oxy acetylene welding
process can be applied.
Keyword: yellow salt, tensile test, bending test, AA 1100, flux

How to Cite: Johan, C., 2021. Analisis Kekuatan Bending dan Tarik Pada Pengelasan Oxy-Acetelyne Menggunakan
Garam Kuning. JMEMME (Journal of Mechanical Engineering, Manufactures, Materials and Energy). 5 (1): 48-56

48
Chendri Johan, Analisis Kekuatan Bending dan Tarik Pada Pengelasan …

PENDAHULUAN
Kemajuan Industri adalah dampak dari meningkatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi. Salah satu teknologi yang tidak terlepas dari dunia Industri ialah teknologi
pengelasan. Kualitas pengelasan sangat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
bahan logam yang disambung, jenis elektroda yang digunakan, pengaruh panas, jenis
kampuh yang tepat serta posisi saat mengelas [1]. Pengelasan merupakan salah satu
cara/metode penyambungan yang digunakan pada konstruksi baja dan konstruksi mesin
dimana pada proses ini terjadi penyambungan antara dua material logam. Selain metode
ini terdapat beberapa metode penyambungan yang juga digunakan, antara lain:
sambungan paku keling dan baut-mur. Teknik pengelasan untuk konstruksi memiliki
ruang lingkup yang cukup luas, antara lain: bejana tekan, pipa saluran, jembatan,
perkapalan rangka baja, sarana transportasi, rel, dan lain sebagainya [2, 3].
Aluminium memiliki sifat-sifat yang menguntungkan seperti tahan terhadap korosi,
konduktor panas dan listrik yang cukup baik serta ringan. Aluminium merupakan
nonferrous metal yang memiliki sifat yang kurang baik dalam hal pengelasan [4]. Untuk
mendapatkan peningkatan kekuatan mekanik, biasanya logam aluminium dipadukan
dengan dengan unsur Zn, Mn, Ni, Cu, Si, Mg, dan unsur lain [5]. Aluminium dapat
mengalami penurunan ketangguhan, perubahan dimensi, penurunan kekuatan, serta
perubahan ketahanan terhadap korosi [6, 7].
Dalam pengelasan, penyerapan oksigen sangat tidak dikehendaki sebab akan
menimbulkan oksida logam yang memiliki efek jelek terhadap hasil lasan. Untuk
itulah dibutuhkan suatu bahan yang dapat melindungi cairan logam dari pengaruh
oksidasi, yang disebut dengan flux. Flux selama proses pembakaran akan bereaksi dengan
oksida dan melepaskan gas-gas yang timbul serta menghilangkan bahan-bahan yang
bukan logam[ ].
Pengelasan merupakan salah satu teknik penyambungan logam dimana dengan
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan [8].
Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah sambungan logam
atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain,
las merupakan ikatan metalurgi pada sambungan setempat dari beberapa batang logam
dengan menggunakan energi panas [4].

49
JMEMME, 5 (1)(2021): 48-56

Proses las oxy-acetylene dalam penyambungan aluminium dapat mempengaruhi


daerah lasan yang berbeda terhadap logam induk dan susunan struktur mikro terutama
daerah HAZ (Heat Affected Zone). Pada daerah ini terjadi perubahan pada susunan
struktur mikro akibat siklus termal yang terjadi saat proses pengelasan. Pemilihan filler
juga harus sesuai dengan material dasar (parent material) untuk mencegah hal-hal yang
tidak diinginkan seperti retak tegangan, pertumbuhan Kristal dan sebagainya [9].
Pengelasan oxy acetylene masih banyak digunakan di bengkel-bengkel kecil untuk proses
repair karoseri mobil, kenalpot mobil dan motor yang menggunakan suhu 3000°C yang
tidak bisa dilakukan dengan proses lain [10, 11].
Gas Asetilin memiliki kelebihan dapat menghasilkan temperatur nyala api lebih
tinggi dari gas bahan bakar lainnya, baik dicampur dengan udara maupun oksigen [4, 12].
Las Oxy-Acetylene menggunakan campuran oxygen dan bahan bakar gas untuk membuat
api sebagai sumber panas untuk mencairkan benda keras. Gas dan oxygen dicampur dalam
suatu alat dengan komposisi tertentu sehingga api yang dihasilkan bisa mencapai suhu
maksimum. Api tersebut berada pada moncong alat pembakaran sehingga dapat
diarahkan secara efektif ke arah bagian benda kerja yang akan disambung. Hanya sebagian
kecil (bagian ujung) benda kerja yang mencair dan menyatu sehingga setelah membeku
membuat suatu sambungan yang kuat yang bisa menyamai kekuatan benda tersebut.
Gambaran proses pengelasan tersebut diperlihatkan pada gambar 1 [13, 14].

Gambar 1. Gambaran proses pengelasan OAW (oxy acetylene welding)

Garam kuning atau Bleng (natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat)
adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi dengan bentuk fisik panjang dan

50
Chendri Johan, Analisis Kekuatan Bending dan Tarik Pada Pengelasan …

berwarna agak kuning. Zat ini adalah bentuk tidak murni dari asam borat, sementara
bentuk murninya banyak dikenal dengan nama boraks. Di Indonesia, bleng sudah
diproduksi sejak tahun 1700 dalam bentuk air bleng. Cairan ini biasanya dihasilkan dari
ladang garam atau kawah lumpur. Boraks maupun bleng tidak aman untuk dikonsumsi
sebagai makanan, tetapi ironisnya penggunaan boraks sebagai komponen dalam makanan
sudah meluas di Indonesia. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang
tidak serta berakibat buruk terhadap kesehatan tetapi boraks akan menumpuk sedikit
demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya
mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, ginjal dan hati. Bila
dalam jumlah banyak borak dapat menyebabkan anuriam deman, merangsang sistem
saraf pusat apatis, sianosis, pingsan hingga kematian. Bentuk garam kuning diperlihatkan
pada gambar 2.

Gambar 2. Garam kuning / bleng

Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan beban bending maksimum rata-rata
dan kekuatan tarik pada sambungan las Aluminium dengan menggunakan gas oxy asetelin
terhadap material plat AA 1100.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan melakukan penelitian
secara langsung menggunakan mesin las oxy-acetylene pada proses penyambungan
logam. Pengujian kekuatan sambungan hasil lasan menggunakan alat uji bending dan uji
tarik.

51
JMEMME, 5 (1)(2021): 48-56

Rancangan pengelasan
Bentuk dan ukuran spesimen uji bending dan tarik secara berturut-turut
diperlihatkan pada gambar 3 dan 4.

Gambar 3. Spesimen uji bending

Gambar 4. Spesimen uji tarik mengacu standard ASTM A-370

Gambar 3 dan 4 menunjukkan rancangan spesimen penelitian sebelum dilakukan


pengelasan dengan ukuran untuk bending tebal plat 5,8 mm, lebar 20 mm dan panjang
150 mm sedangkan pada spesimen uji tarik tebal plat 5,8 mm, lebar 20 mm dan panjang
200 mm. Setelah benda kerja dibentuk selanjutnya dilakukan pengelasan OAW
menggunakan filler dari limbah sepatu rem tromol.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data yang diperoleh dari pengujian raw material diperlihatkan pada tabel 1, dan
pengujian setelah proses pengelasan ditunjukan pada tabel 2 untuk uji tarik dan tabel 3
untuk uji bending.

52
Chendri Johan, Analisis Kekuatan Bending dan Tarik Pada Pengelasan …

Tabel 1. Hasil uji raw material tarik dan bending

Uji Tarik Uji Bending


Spesimen
σ Ɛ Pmax Ymax
(Mpa) (%) (kgf) (mm)
Normal 94.73 3.71 25.44 32.12

Tabel 2. Hasil pengujian tarik pengelasan aluminium AA1100 dengan fluks garam kuning

Spesimen σ L b t Ɛ (%)
(MPa) (mm) (mm) (mm)
1 68.45 130 5.8 20 3.71
2 70.61 130 5.8 20 3.18
3 72.77 130 5.8 20 3.21
4 69.14 130 5.8 20 3.25
5 72.18 130 5.8 20 3.19
Nilai rata-rata 71.39 130 5.8 20 3.33

Tabel 3 Hasil pengujian bending pengelasan aluminium AA110 dengan fluks garam kuning

Spesimen Uji Bending L b t


(Kgf) (mm) (mm) (mm)
1 59.01 130 5.8 20
2 58.98 130 5.8 20
3 58.92 130 5.8 20
4 58.92 130 5.8 20
5 59.05 130 5.8 20
Nilai rata-rata 58.98 130 5.8 20

Pengujian tarik diberi beban secara kontinu hingga perlahan bertambah besar,
bersamaan dengan bertambahnya beban maka dilakukan pengamatan terhadap
perpanjangan yang dialami benda uji dan dihasilkan kurva tegangan regangan [15].
Patahan spesimen uji tarik pada pengelasan oxy asetelin diperlihatkan pada gambar 5.

53
JMEMME, 5 (1)(2021): 48-56

Gambar 5. Patahan spesimen setelah uji tarik

Dari data tabel 2 menunjukkan bahwa nilai kekuatan uji tarik pada pengelasan oxy-
axetelin memiliki kekuatan uji tarik rata-rata 71,39 MPa. Grafik hubungan tegangan
regangan hasil uji tarik tersebut diperlihatkan pada gambar 6.

74.00

73.00

72.00

71.00
σ(Mpa)

70.00

69.00

68.00

67.00

66.00
3.18 3.21 3.25 3.19 3.33
Ɛ(%)

Gambar 6. Grafik tegangan vs regangan hasil uji tarik

Spesimen hasil pengujian bending dari pengelasan oxy asetelin diperlihatkan pada
gambar 7. Pada tabel 3 menunjukan bahwa nilai beban bending pada pengelasan oxi-
asetelin aluminium AA 1100 nilainya meningkat dari uji normal. Dimana untuk raw
material pada uji bending ialah sebesar 25,44 kgf. Hasil pengujian uji bending pada
pengelasan menggunakan garam kuning dengan 5 spesimen menunjukan nilai rata-rata
beban bending pada penggunaan garam kuning sebagai fluks ialah 58,98 kgf.
54
Chendri Johan, Analisis Kekuatan Bending dan Tarik Pada Pengelasan …

Gambar 7. Spesimen hasil pengujian bending


Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa pengelasan oxy asetelin
menggunakan garam kuning sebagai fluks berpengaruh terhadap nilai kekuatan tarik dan
bending. Hal ini dapat dilihat dari data tabel 2 dan tabel 3 yang menunjukkan bahwa
terjadi perubahan nilai kekuatan tarik maupun bending dari hasil pengujian raw
material. Pengaruh penggunaan garam kuning pada pengelasan oxy asetelin
menggunakan filler limbah sepatu rem tromol terhadap nilai beban bending
menunjukkan peningkatan dengan beban lentur 58.98 kgf dari 25,44 kgf uji raw material
namum terjadi pernurunan nilai pada kekuatan tarik hasil pengelasan yaitu 71.39 MPa
dengan regangan 33.3 % dari 94.73 MPa dengan regangan 32,12 %.
Berdasatkan hasil uji bending, tidak ditemukan keretakan pada hasil pengelasan oxy
asetelin seperti ditunjukan pada gambar 7. Hasil pengelasan material setelah terjadi
pemanasan menunjukan beban lentur lebih besar dibanding raw material. Pada uji
bending yang tidak mengalami pemanasan mempunyai nilai beban lentur kecil. Hal ini
terjadi pada pengelasan las oxy asetelin menggunakan fluks garam kuning yang mana
fluks ini berfungsi untuk menstabilkan nyala busur dan spatter serta meningkatkan
efisiensi pengendapan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa nilai beban bending rata-rata
sambungan las aluminium oxy-acetylene terhadap material plat aluminium AA1100
menggunakan garam kuning menunjukkan beban bending adalah 58.98 kgf dan hasil
pengujian kekuatan tarik rata-rata sambungan las aluminium oxy asetelin terhadap

55
JMEMME, 5 (1)(2021): 48-56

material plat AA 1100 menunjukkan nilai kekuatan tarik rata-rata pada penggunaan
garam kuning adalah 71,39 Mpa.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih kepada kepala laboratorium dan staf Teknik Mesin UKI Toraja dan Teknik
Mesin UKI Paulus Makassar, yang telah mendukung penelitian ini sehingga dapat selesai
dan dipublish disalah satu jurnal terbaik di Indonesia. Semoga JMEMME (Journal of
Mechanical Engineering, Manufactures, Materials and Energy) kedepannya semakin baik.

REFERENSI

[1] Daryanto, Teknik Las, Bandung: Alfabeta, 2012 .


[2] Saad, Pengaruh Pengelasan SMAW, Semarang: Universitas Negeri Semarang Press, 2008.
[3] A. J. Zulfikar, “The Flexural Strength of Artificial Laminate Composite Boards made from Banana
Stems,” Budapest International Research in Exact Sciences (BirEx) Journal, vol. 2, no. 3, pp. 334-
340, 2020.
[4] H. Wiryosumarto and O. Toshi, Teknologi Pengelasan Logam, Jakarta: Pradnya Paramita, 1991.
[5] T. Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta: Pradnya Paramita, 1987.
[6] G. E, G. M and K. G.S, “Aluminium alloys as structural material: A review of research,” Engineering
Structures, vol. 227, no. 1, pp. 13-37, 2021.
[7] M. Y. Yuhazri, A. J. Zulfikar and A. Ginting, “Fiber Reinforced Polymer Composite as a Strengthening
of Concrete Structures: A Review,” in 2nd International Conference in Industry and Manufacture
Engineerin, Medan, 2020.
[8] H. Sonawan and R. Sutratman, Pengantar Untuk Memahami Pengelasan Logam, Bandung: Alfabeta,
2006.
[9] Sriwidharto, Petunjuk Kerja Las, Jakarta: Pradnya Paramita, 2009.
[10] N. Handar and P. Yudi, “Studi Kekuatan Las Oxy Acetylene pada Variasi Kampuh,” Jurnal Teknik
Mesin, vol. 1, no. 1, pp. 1-8, 2011.
[11] A. J. Zulfikar, A. Sofyan and M. Y. Siahaan, “Numerical Simulation on The Onion Dryer Frame
Capacity of 5 kg/hour,” JMEMME (Journal of Mechanical Engineering Manufactures Materials
and Energy), vol. 2, no. 2, p. 86-92, 2018.
[12] A. Rahmansyah and A. J. Zulfikar, “Manufacture of Water Pipe From Clampshell Powder Materials,”
JMEMME (Journal of Mechanical Engineering Manufactures Materials and Energy), vol. 2, no.
2, pp. 73-77, 2018.
[13] F. Hazledine, “Oxy-Acetylene Welding,” in Proceedings of the Institution of Mechanical Engineers,
New York, 2001.
[14] A. J. Zulfikar, B. Umroh and M. Y. Siahaan, “Design and manufacture of skateboard from banana
stem,” JMEMME (Journal of Mechanical Enggineering, Manufactures, Materials and Energy),
vol. 3, no. 2, pp. 109-116, 2019.
[15] A. Wisnujati, “Analisis Perlakuan Carburizing terhadap Sifat Fisik dan Mekanik pada Bahan Sprocket
Sepeda Motor,” Jurnal Simetris, vol. 2, no. 1, pp. 22-35, 2017.

56

Anda mungkin juga menyukai