Doi: 10.31289/jmemme.v5i1.4796
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING,
MANUFACTURES, MATERIALS AND ENERGY
Meningkatnya ilmu pengetahuan dan dunia industri tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi pengelasan.
Berdasarkan fakta yang ada, ditemukan keluhan-keluhan pada hasil dari proses pengelasan, seperti kurang kokohnya
produk, mudah patah dan crack. Pada umumnya, hal ini disebabkan oleh pengetahuan para welder hanya memiliki
keterampilan dalam pengelasan, tetapi tidak memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses
pengelasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat mekanis pada pengelasan oxy-acetylene
menggunakan garam kuning sebagai flux. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan melakukan
penelitian secara langsung menggunakan mesin las oxy-acetylene pada proses penyambungan. Pengujian kekuatan
hasil sambungan las menggunakan alat uji bending dan uji tarik. Hasil pengujian proses pengelasan oxy-acetylene
pada plat aluminium AA 1100 menunjukan bahwa kekuatan tarik rata-rata pada penggunaan garam kuning adalah
71,39 Mpa dengan kekuatan bending rata-rata spesimen 58.98 MPa. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan
bahwa pemanfaatan garam kuning sebagai fluks pada proses pengelasan oxy acetylene dapat diterapkan.
Kata Kunci: garam kuning, uji tarik, uji bending, AA 1100, flux
Abstract
Increasing science and the world of industry cannot be separated from the use of welding technology. Based on the
existing facts, complaints were found on the results of the welding process, such as the lack of strength of the product,
easy fractures and cracks. In general, this is due to the knowledge that the welder only has skills in welding, but does not
understand the factors that affect the welding process. This study aims to determine the mechanical properties of oxy-
acetylene welding using yellow salt as a flux. This study used an experimental method by conducting direct research
using an oxy-acetylene welding machine in the connection process. Testing the strength of the welded joints using a
bending test and tensile test. The test results of the oxy-acetylene welding process on the AA 1100 aluminum plate showed
that the average tensile strength in the use of yellow salt was 71.39 MPa with an average bending strength of the
specimen of 58.98 MPa. Based on the test results, it shows that the use of yellow salt as a flux in the oxy acetylene welding
process can be applied.
Keyword: yellow salt, tensile test, bending test, AA 1100, flux
How to Cite: Johan, C., 2021. Analisis Kekuatan Bending dan Tarik Pada Pengelasan Oxy-Acetelyne Menggunakan
Garam Kuning. JMEMME (Journal of Mechanical Engineering, Manufactures, Materials and Energy). 5 (1): 48-56
48
Chendri Johan, Analisis Kekuatan Bending dan Tarik Pada Pengelasan …
PENDAHULUAN
Kemajuan Industri adalah dampak dari meningkatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi. Salah satu teknologi yang tidak terlepas dari dunia Industri ialah teknologi
pengelasan. Kualitas pengelasan sangat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
bahan logam yang disambung, jenis elektroda yang digunakan, pengaruh panas, jenis
kampuh yang tepat serta posisi saat mengelas [1]. Pengelasan merupakan salah satu
cara/metode penyambungan yang digunakan pada konstruksi baja dan konstruksi mesin
dimana pada proses ini terjadi penyambungan antara dua material logam. Selain metode
ini terdapat beberapa metode penyambungan yang juga digunakan, antara lain:
sambungan paku keling dan baut-mur. Teknik pengelasan untuk konstruksi memiliki
ruang lingkup yang cukup luas, antara lain: bejana tekan, pipa saluran, jembatan,
perkapalan rangka baja, sarana transportasi, rel, dan lain sebagainya [2, 3].
Aluminium memiliki sifat-sifat yang menguntungkan seperti tahan terhadap korosi,
konduktor panas dan listrik yang cukup baik serta ringan. Aluminium merupakan
nonferrous metal yang memiliki sifat yang kurang baik dalam hal pengelasan [4]. Untuk
mendapatkan peningkatan kekuatan mekanik, biasanya logam aluminium dipadukan
dengan dengan unsur Zn, Mn, Ni, Cu, Si, Mg, dan unsur lain [5]. Aluminium dapat
mengalami penurunan ketangguhan, perubahan dimensi, penurunan kekuatan, serta
perubahan ketahanan terhadap korosi [6, 7].
Dalam pengelasan, penyerapan oksigen sangat tidak dikehendaki sebab akan
menimbulkan oksida logam yang memiliki efek jelek terhadap hasil lasan. Untuk
itulah dibutuhkan suatu bahan yang dapat melindungi cairan logam dari pengaruh
oksidasi, yang disebut dengan flux. Flux selama proses pembakaran akan bereaksi dengan
oksida dan melepaskan gas-gas yang timbul serta menghilangkan bahan-bahan yang
bukan logam[ ].
Pengelasan merupakan salah satu teknik penyambungan logam dimana dengan
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan [8].
Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah sambungan logam
atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain,
las merupakan ikatan metalurgi pada sambungan setempat dari beberapa batang logam
dengan menggunakan energi panas [4].
49
JMEMME, 5 (1)(2021): 48-56
Garam kuning atau Bleng (natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat)
adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi dengan bentuk fisik panjang dan
50
Chendri Johan, Analisis Kekuatan Bending dan Tarik Pada Pengelasan …
berwarna agak kuning. Zat ini adalah bentuk tidak murni dari asam borat, sementara
bentuk murninya banyak dikenal dengan nama boraks. Di Indonesia, bleng sudah
diproduksi sejak tahun 1700 dalam bentuk air bleng. Cairan ini biasanya dihasilkan dari
ladang garam atau kawah lumpur. Boraks maupun bleng tidak aman untuk dikonsumsi
sebagai makanan, tetapi ironisnya penggunaan boraks sebagai komponen dalam makanan
sudah meluas di Indonesia. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang
tidak serta berakibat buruk terhadap kesehatan tetapi boraks akan menumpuk sedikit
demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya
mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, ginjal dan hati. Bila
dalam jumlah banyak borak dapat menyebabkan anuriam deman, merangsang sistem
saraf pusat apatis, sianosis, pingsan hingga kematian. Bentuk garam kuning diperlihatkan
pada gambar 2.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan beban bending maksimum rata-rata
dan kekuatan tarik pada sambungan las Aluminium dengan menggunakan gas oxy asetelin
terhadap material plat AA 1100.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan melakukan penelitian
secara langsung menggunakan mesin las oxy-acetylene pada proses penyambungan
logam. Pengujian kekuatan sambungan hasil lasan menggunakan alat uji bending dan uji
tarik.
51
JMEMME, 5 (1)(2021): 48-56
Rancangan pengelasan
Bentuk dan ukuran spesimen uji bending dan tarik secara berturut-turut
diperlihatkan pada gambar 3 dan 4.
52
Chendri Johan, Analisis Kekuatan Bending dan Tarik Pada Pengelasan …
Tabel 2. Hasil pengujian tarik pengelasan aluminium AA1100 dengan fluks garam kuning
Spesimen σ L b t Ɛ (%)
(MPa) (mm) (mm) (mm)
1 68.45 130 5.8 20 3.71
2 70.61 130 5.8 20 3.18
3 72.77 130 5.8 20 3.21
4 69.14 130 5.8 20 3.25
5 72.18 130 5.8 20 3.19
Nilai rata-rata 71.39 130 5.8 20 3.33
Tabel 3 Hasil pengujian bending pengelasan aluminium AA110 dengan fluks garam kuning
Pengujian tarik diberi beban secara kontinu hingga perlahan bertambah besar,
bersamaan dengan bertambahnya beban maka dilakukan pengamatan terhadap
perpanjangan yang dialami benda uji dan dihasilkan kurva tegangan regangan [15].
Patahan spesimen uji tarik pada pengelasan oxy asetelin diperlihatkan pada gambar 5.
53
JMEMME, 5 (1)(2021): 48-56
Dari data tabel 2 menunjukkan bahwa nilai kekuatan uji tarik pada pengelasan oxy-
axetelin memiliki kekuatan uji tarik rata-rata 71,39 MPa. Grafik hubungan tegangan
regangan hasil uji tarik tersebut diperlihatkan pada gambar 6.
74.00
73.00
72.00
71.00
σ(Mpa)
70.00
69.00
68.00
67.00
66.00
3.18 3.21 3.25 3.19 3.33
Ɛ(%)
Spesimen hasil pengujian bending dari pengelasan oxy asetelin diperlihatkan pada
gambar 7. Pada tabel 3 menunjukan bahwa nilai beban bending pada pengelasan oxi-
asetelin aluminium AA 1100 nilainya meningkat dari uji normal. Dimana untuk raw
material pada uji bending ialah sebesar 25,44 kgf. Hasil pengujian uji bending pada
pengelasan menggunakan garam kuning dengan 5 spesimen menunjukan nilai rata-rata
beban bending pada penggunaan garam kuning sebagai fluks ialah 58,98 kgf.
54
Chendri Johan, Analisis Kekuatan Bending dan Tarik Pada Pengelasan …
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa nilai beban bending rata-rata
sambungan las aluminium oxy-acetylene terhadap material plat aluminium AA1100
menggunakan garam kuning menunjukkan beban bending adalah 58.98 kgf dan hasil
pengujian kekuatan tarik rata-rata sambungan las aluminium oxy asetelin terhadap
55
JMEMME, 5 (1)(2021): 48-56
material plat AA 1100 menunjukkan nilai kekuatan tarik rata-rata pada penggunaan
garam kuning adalah 71,39 Mpa.
REFERENSI
56