NAMA : AKMAL
NIM : 180120168
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengelasan adalah proses penyambungan setempat antara dua bagian logam atau lebih
dengan memanfaatkan energi panas. Perkembangan teknologi dalam bidang kontruksi tidak dapat
dipisahkan dari berbagai macam manfaat terutama dalam bidang teknologi pengelasan.
Penyambungan dalam pengelasan merupakan salah satu metode penyambungan yang luas pada
penggunaan kontruksi bangunan baja dan konstruksi mesin.
1. Bagaimana Hasil Perbandingan Antara elektroda E7016 dan E7018 pada material AISI 1050
sambungan lap joint.
2. Melakukan uji tarik ASTM E8 dan uji struktur mikro pada material AISI 1050.
3
BATASAN MASALAH
Material yang digunakan Ukuran spesimen uji
adalah baja AISI 1050 menggunakan standar
ASTM E8
4
TUJUAN PENELITIAN
5
MANFAAT PENELITIAN
7
2. SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
Pengelasan Shielded Metal Arc Welding adalah proses menyambungkan dua logam atau
lebih, dengan cara melelehkan logam induk dengan proses menggunakan energi panas. Panas yang
diakibatkan saat proses pengelasan bisa mencapai 1500°C.
Teknik las SMAW terbagi menjadi tiga macam yaitu mesin las arus searah atau Direct
Current (DC), mesin las arus bolak – balik atau Alternating Current (AC) dan mesin las arus searah
(DC) dan pengelasan dengan arus bolak-balik(AC). Untuk elektroda jenis E7018 arus yang
digunakan berkisaran antara 70 – 110 Ampere. Dengan interval arus tersebut, Hasil pengelasan akan
berbeda-beda.
8
3. Kawat Las
Kawat las (Elektroda) adalah bagian ujung (yang berhubungan dengan benda kerja)
rangkaian penghantar arus listrik sebagai sumber panas. Pengelasan menggunakan las busur listrik
memerlukan kawat las (elektroda) yang terdiri dari satu inti terbuat dari logam yang dilapisi dengan
campuran kimia. Fungsi dari elektroda sebagai pembangkit dan sebagai bahan tambah. Elektroda
terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang berselaput (fluks) dan tidak berselaput yang merupakan
pangkal untuk menjepitkan tang las.
Tabel hubungan diameter elektroda dan arus pengelasan
9
4. Baja AISI 1050
Baja AISI 1050 merupakan baja karbon sedang dengan kandungan karbon
berkisar 0,48 - 0,55 % dan termasuk golongan baja karbon menengah. Baja ini
banyak digunakan di pasaran karena memiliki banyak keunggulan salah satunya
adalah pada komponen automotif sebagai contoh untuk komponen roda gigi pada
kendaraan bermotor.
Baja AISI 1050 disebut baja karbon karena sesuai dengan pengkodean
internasional, yaitu seri 10xx berdasarkan nomenklatur yang telah dikeluarkan oleh AISI dan
SAE (Society of Automotive Engineers). Pada angka 10 pertama merupakan kode yang
menunjukkan plain carbon kemudian kode xx setelah angka menunjukkan komposisi
karbonnya. Jadi AISI menunjukkan baja karbon yang mempunyai komposisi karbon sebesar
10
4. Sambungan Lap Joint
Sambungan tumpang atau disebut
sambungan (lap joint) ialah berbentuk
sambungan dimana kedua bidang yang
akan disambungkan bertumpuk satu
sama lain, tetapi sebelumnya dilakukan
pengerjaan terhadap bidang sambungan
tersebut untuk membentuk kampuh las,
agar didapatkan hasil sambungan
pengelasan yang kuat. Lap Joint atau
biasa disebut sebagai sambungan
tumpang yang merupakan sambungan
yang terdiri dari 2 buah benda kerja
yang saling bertumpukan.
11
Metodologi Penelitian
Tempat Penelitian
Tempat yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah laboratorium teknik mesin, jurusan
teknik mesin, fakultas teknik, universitas malikussaleh.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil 2023/2024 yang akan dilaksanakan setelah
seminar proposal diterima.
12
Bahan dan Peralatan
Bahan dan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mesin las
2. Kawat Las
3. Palu las
4. AISI 1050
5. Mesin uji tarik (Tensile)
13
Variabel Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat Variabel Tetap
14
Proses Pembuatan Spesimen
⬢ Adapun prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan bahan yang akan digunakan sebagai spesimen dengan jenis baja AISI 1050.
2. Memotong bahan yang akan dijadikan sebagai spesimen uji menggunakan mesin gerinda.
3. Membuat spesimen uji sesuai dengan bentuk dan ukuran sesuai standar ASTM E8/E 8M .
4. Mempersiapkan kawat las berdiameter 3.2 mm dengan penggunaan arus sebesar 100 Ampere
dengan tipe E7016 dan E7018.
5. Melakukan pengujian tarik menggunakan mesin UTM (Universal Tensile Machine), alat ini
dipilih karena cara pengujiannya yang cukup sederhana untuk dilakukan dengan cara menarik
suatu bahan untuk mengetahui bahan tersebut bereaksi terhadap tarikan sampai sejauh mana
material bertambah panjang.
15
Prosedur Pengujian Uji Tarik (Tensile)
Adapun langkah-langkah pada pengujian uji tarik adalah sebagai berikut:
1. Siapkan benda kerja yang akan diuji terlebih dahulu
2. Benda uji dipasang pada grip di mesin uji tarik dan kencangkan grip
3. Hidupkan mesin uji tarik yang terhubung dengan komputer
4. Nilai beban dikalibrasi menjadi 0 pada komputer yang terhubung ke mesin uji tarik.
5. Klik mulai pada computer dan didapatkan hasil yang diinginkan
6. Pengujian dilakukan 3 kali berdasarkan jumlah specimen
7. Setelah dilakukan pengujian matikan mesin.
16
Spesimen Uji Tarik
B L A W G R C T
30 100 32 6 10 6 30 6
17
Flowchart Penelitian
18
TERIMA KASIH
19