Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/359502943

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DALAM BIDANG


TRANSPORTASI

Article  in  JURNAL GEOGRAFI · March 2022

CITATIONS READS

0 263

1 author:

Nur Kholisa
Universitas Negeri Surabaya
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Jurnal Potensi Wilayah View project

All content following this page was uploaded by Nur Kholisa on 27 March 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DALAM BIDANG
TRANSPORTASI
Nurkholisa
20040274003
nurkholisa.20003@mhs.unesa.ac.id
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Abstract
Remote sensing is related to image processing in knowing or observing a phenomenon on the
earth's surface. In remote sensing, of course, can not be separated from the image. Remote
sensing image is a recording image of an object produced by optical, electro-optical,
mechanical or electronic optics. The benefits of remote sensing imagery in various fields are
numerous, one of which is in the field of transportation.
Keywords: remote sensing, remote sensing imagery, and transportation.
Abstrak
Penginderaan jauh berkaitan dengan pengolahan citra dalam mengetahui atau mengamati suatu
fenomena di permukaan bumi . Dalam penginderaan jauh tentunya tidak lepas dari citra. Citra
penginderaan jauh merupakan gambaran rekaman obyek yang dihasilkan dengan cara optik,
elektro optik, optik mekanik atau elektronik. Manfaat citra penginderaan jauh dalam berbagai
bidang sangat banyak, salah satunya dalam bidang transportasi.
Kata kunci : penginderaan jauh, citra pengideraan jauh, dan transportasi.
Pendahuluan
Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu
alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan
Kiefer, 1994 dalam Purwadhi dan Sanjoto, 2008:3). Tujuan dari penginderaan jauh adalah
untuk menyadap data dan informasi dari citra foto dan nonfoto dari berbagai obyek di
permukaan bumi yang direkam atau digambarkan oleh alat pengindera buatan (sensor). Data
penginderaan jauh (citra) menggambarkan obyek dipermukaan bumi relatif lengkap, dengan
wujud dan letak obyek yang mirip dengan wujud dan letak di permukaan bumi dalam liputan
yang luas. Citra penginderaan jauh adalah gambaran suatu obyek, daerah, fenomena, hasil
rekaman pantulan dan atau pancaran obyek oleh sensor penginderaan jauh, dapat berupa foto
atau berupa data digital.
Beberapa keunggunalan citra penginderaan jauh adalah sebagai berikut.
a. Menggambarkan gelaja di permukaan bumi meliputi luas dan permanen.
b. Data dapat diolah secara tiga dimensi.
c. Membutuhkan waktu singkat untuk memperoleh informasi pada daerah yang sulit
dijelajahi secara terestrial.
Salah satu upaya untuk memperoleh informasi tentang bidang transportasi adalah dengan
penggunaan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Informasi
mengenai obyek yang terdapat pada suatu lokasi di permukiman bumi diambil dengan
menggunakan sensor satelit, kemudian sesuai dengan tujuan kegiatan yang akan dilakukan,
informasi mengenai obyek tersebut diolah, dianalisa, diinterpretasikan, dan disajikan dalam
bentuk informasi spasial dan peta tematik tata ruang dengan menggunakan SIG.
Penginderaan jauh sangat bermanfaat terhadap kehidupan manusia, manfaat yang
dimaksud diantaranya dalam bidang meteorologi dan klimatologi, oseanografi dan kelautan,
hidrologi, geologi, sumber daya bumi dan lingkungan, tata guna lahan, dan yang terakhir dalam
bidang transportasi. Dalam bidang transportasi, penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk
memetakan jalur transportasi dan mengamati arus lalu lintas transportasi.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deksriptif kualitatif dan
menggunakan teknik analisa Sistem Informasi Geografis (SIG). Penggunaan metode penelitian
ini agar tujuan penelitian dapat dicapai melalui eksplorasi data yang digunakan dengan cara
menganalisa jalur transportasi. Data yang digunakan adalah citra yang berasal dari Google
Earth.
Pembahasan
Ada berbagai macam definisi penginderaan jauh. Berikut diberikan beberapa definisi
menurut beberapa orang yang ahli dalam penginderaan jauh.
 Menurut Colwell (1984), penginderaan jauh yaitu suatu pengukuran atau perolehan
data pada obyek di permukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas atau jauh
dari obyek yang diindera.
 Menurut Curran (1985), penginderaan jauh yaitu penggunaan sensor radiasi
elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diimpretasikan
sehingga menghasilkan informasi yang berguna.
 Menurut Lindgren (1985), penginderaan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan
untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi.
 Sabins (1996) dalam Kerle et al. (2004) menjelaskan bahwa penginderaan jauh adalah
ilmu untuk memperoleh, mengolah, dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang
berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan suatu obyek.
Danoedoro (2012) menjelaskan dalam perkembangannya teknologi penginderaan jauh
pada awalnya dikembangkan dari teknik interpretasi foto udara pada tahun 1919. Teknologi ini
baru berkembang untuk keperluan sipil setelah Perang Dunia II. Di Indonesia penggunaan foto
udara untuk pemetaan sumberdaya dimulai awal 1970-an. Tahun 1960 satelit cuaca TIROS
yang merupakan satelit non militer diluncurkan. Tahun 1972 Amerika Serikat meluncurkan
satelit sumberdaya ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite 1), yang diberi nama baru
Landsat-1. Sepuluh tahun kemudian Amerika Serikat meluncurkan satelit sumberdaya
Landsat-4 (landsat D) merupakan satelit sumberdaya generasi kedua, dengan sensor TM
(Thematic Mapper). Memasuki awal milinium banyak satelit sumberdaya yang diluncurkan
negara maju. Satelit sumberdaya yang diluncurkan menawarkan kemampuan yang bergariasi,
dari resolusi sekitar satu meter atau kurang (IKONOS, Orb View, QuickBird dan GeoEye milik
perusahaan swasta Amerika Serikat), 10 meter atau kurang (SPOT milik Prancis,COSMOS
milik Rusia, IRS milik India, dan ALOS milik Jepang), 15-30 meter (ASTER kerjasama Jepang
dan NASA, Landsat & ETM+ milik Amerika Serikat yang mengalami kerusakan sejak 2003),
50 meter (MOS milik Jepang), 250 meter dan 500 meter (MODIS milik Jepang) hingga 1,1 km
(NOAA-AVHRR milik Amerika Serikat).
Pengertian citra dalam Bahasa Inggris dapat diartikan sebagai image atau imagery, menurut
Ford (1989) image adalah gambaran suatu obyek atau suatu perwujudan, dari suatu image
biasanya berupa peta, gambar, atau foto. Imagery adalah gambaran visual tenaga yang direkam
dengan menggunakan piranti penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan ilmu karena:
1) dilakukan atau diperoleh dengan jalan belajar atau latihan, 2) merupakan pengetahuan
sistematik, 3) dilakukan dengan observasi dan klasifikasi fakta, karena foto udara dan citra
satelit menyajikan gambar tentang kenyataan yang ada di permukaan bumi, dan 4) dapat
digunakan untuk menemukan kebenaran secara umum, misalnya model. Citra satelit
penginderaan jauh umumnya memiliki 256 tingkat kecerahan atau sering disebut memiliki
resolusi radiometrik 8 bits (= 28 = 256). Contoh citra satelit penginderaan jauh 8 bits adalah
Landsat TM, SPOT, Ikonos, sedang citra NOAA AVHRR memiliki resolusi radiometrik 10
Bits, LANDSAT OLI dan Sentinel-2 MSI 12 Bits, dan Sentinel-1, JERS SAR 16 Bits.
Penggunaan penginderaan jauh meningkat selama lima dasawarsa terakhir ini, hal ini
disebabkan oleh beberapa hal berikut ini :
1. Citra penginderaan jauh menggambarkan obyek, daerah, dan gejala di permukaan
bumi:
2. Citra foto udara yang bertampalan dapat dilihat secara tiga dimensional dengan
menggunakan stereoskop.
3. Obyek dapat dikenali antara lain berdasarkan beda suhu, yakni yang direkam pada citra
inframerah termal.
4. Pemetaan atau penelitian secara terrestrial pada daerah rawa, hutan, dan pegunungan
akan sangat sulit sekali pelaksanaannya dan memerlukan biaya yang relatif tinggi.
5. Penginderaan jauh merupakan satu-satunya cara pemetaan daerah bencana.
6. Citra satelit mempunyai periode ulang yang pendek.
Citra penginderaan jauh sangat bermanfaat dalam berbagai bidang, salah satunya dalam
bidang transportasi. Studi geografi aspek transportasi merupakan studi gejala dan masalah
geografi yang lebih dinamis bila dibandingkan dengan mengkaji gejala pada lokasi tertentu.
Dengan mengkaji transportasi dan komunikasi kita akan dapat mengungkap difusi, interaksi
keruangan dan kemajuan atau keterbelakangan suatu daerah di permukaan bumi. Oleh karena
itu, pengembangan dan pembangunan transportasi dan komunikasi dapat digunakan berbagai
prasarana dan sarana untuk mengembangkan dan memajukan daerah yang terpencil
(Sumaatmadja, 1988:202). Transportasi adalah suatu proses penggerakan barang dan manusia
dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan bantuan alat (kendaraan).
Transportasi juga dapat diartikan sebagai usaha untuk memindahkan, menggerakkan,
mengangkut, dan mengalihkan suatu obyek dari suatu tempat ke tempat lain. Obyek tersebut
lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu (Magribi, 1970:6).
Transportasi dalam pembangunan berfungsi untuk melayani mobilitas orang, barang dan
jasa baik lokal, regional, nasional, maupun internasional serta pendukung dalam pembangunan
pada sektor lainnya. Melalui transportasi interaksi antar wilayah dapat berlangsung dengan
baik. Mobilitas barang dan jasa pun dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan daerah yang
tidak dapat tercukupi oleh daerah itu sendiri. Perkembangan transportasi suatu wilayah
mencerminkan perkembangan wilayah yang bersangkutan. Suatu wilayah akan terdorong
untuk meraih kemajuan seperti apa yang telah dicapai wilayah tetangganya. Transportasi
berperan sebagai penunjang, pendorong dan penggerak bagi daerah-daerah yang mempunyai
potensi tetapi belum berkembang dalam upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan
serta hasil-hasilnya (Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas Angkutan
Jalan). Jaringan jalan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran
pelayanan umum yang sangat penting, tersedianya prasarana jalan baik kualitas maupun
kuantitas sangat menentukan mudah dan tidaknya suatu daerah dijangkau (tingkat
aksesibilitas). Apabila aksesibilitas di suatu daerah tinggi maka perkembangan wilayah akan
mengalami kelancaran. Sehingga semakin baiknya sistem jaringan jalan dalam suatu wilayah,
semakin lancar pula distribusi baik barang, jasa maupun informasi lainnya yang dapat memacu
perkembangan wilayah tersebut.
Aksesibilitas suatu wilayah tidak lepas dari ketersediaan sarana transportasi (jalan) dan
tentu saja alat transportasi itu sendiri. Sedangkan untuk mengukur suatu indeks aksesibilitas
pada suatu wilayah yaitu dengan cara membandingkan antara suatu sistem jaringan dengan
sistem jaringan lain mengenai banyaknya jalan. Pada metode ini data yang diperoleh
menggunakan peta jaringan jalan, maka setiap kecamatan dapat diketahui mata rantai (jalan),
indikasi pada metode untuk analisa aksesibilitas tingkat kecamatan. Yang menjadi mata rantai
adalah Jalan Nasional, Jalan Provinsi, dan Jalan Kabupaten, untuk titik yaitu berupa titik simpul
mata rantai (jalan), sedangkan untuk wilayah yaitu banyaknya desa di setiap kecamatan yang
ada.
Jalur jalan dalam wilayah dan jalur-jalur jalan penghubung wilayah dengan daerah di
sekitar wilayah sangat berpengaruh dalam ikut meningkatkan arus manusia dan arus barang
antar wilayah. Aksesibilitas wilayah menjadi semakin besar dan dengan semikian sangat
membuka kemungkinan terjadinya konurbanisasi dan perkembangan wilayah di berbagai
daerah. Wilayah yang letak pada focus lalu lintas yang ramai akan mengalami perkembangan
yang cepat (Bintarto, 1982:64).
Suksesnya pembangunan sangat dipengaruhi oleh fungsi transportasi yang berperan
sebagai urat nadi untuk kegiatan perekonomian, sosial, budaya politik serta keamanan dan
pertahanan (Adisasmita, 2015). Keberadaan infrastruktur transportasi yang memadai
merupakan salah satu syarat utama dalam melaksanakan pembangunan ekonomi maupun
sosial. Keebradaan infrastruktur transportasi akan memudahkan pergerakan orang, barang,
jasa, dan ide dari satu tempat ke tempat lainnya (Kerr, 2012).
Kesimpulan
Penggunaan penginderaan jauh sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, salah
satunya dalam bidang transportasi. Dengan adanya citra pengindeeraan jauh, kita dapat
mengetahui aksesibilitas antar wilayah satu dengan yang lain, mengetahui tingkat kelancaran
transportasi antar wilayah, dan dapat mengetahui apakah suatu wilayah dapat dikatakan
berkembang atau tidak.
Daftar Pustaka
Yusuf, Daud & Rijal, Ahmad Syamsu. 2017. Penginderaan Jauh. Gorontalo: UNG Press.
Anwar, Khoirul. 2011. “Pemanfaatan Data Citra Penginderaan Jauh untuk Analisis
Aksesibilitas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Kudus”. Skripsi. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
Syah, Achmad Fachruddin. 2010. “Penginderaan Jauh dan Aplikasinya di Wilayah Pesisir
dan Lautan” dalam Jurnal Kelautan Vol 3 No.1 (hlm 19). Bangkalan: Dosen Jurusan Ilmu
Kelautan Universitas Negeri Surabaya.
Susanto, Andi & Marsoyo, Agam. 2019. “Pengaruh Lokasi Exit Toll Jalan Tol Lingkar Luar
Bogor terhadap Perubahan Guna Lahan di Area Sekitarnya” dalam Jurnal Geografi Vol 17
No.2 (hlm 1). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Sindhu, Yashinto. 2016. Mandiri Geografi untuk SM/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Hardani,dkk. 2020. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: CV. Pustaka
Ilmu.
Muhsoni, Farid Firman. 2015. Penginderaan Jauh (Remote Sensing). Bangkalan:
UTMPRESS.
Indarto. 2016. Penginderaan Jauh Metode Analisis dan Interpretasi Citra Satelit. Jember:
CV ANDI OFFSET.
Kushardono, Dony. 2017. Klasifikasi Digital pada Penginderaan Jauh. Bogor: IPB Press.
Susilo,Budi Setyo.2017. Penginderaan Jarak Jauh (Ocean Color). Bogor: IPB Press.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai