Anda di halaman 1dari 8

ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PERATURAN

GUBERNUR DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2022

Dosen Pengampu : Wicaksana Dramanda, S.H., M.H

Disusun oleh:
Adira Sekar Khaerunnisa (10040021045)
Fitya Fathin (10040021067)
Firza Muhammad Rayhan (10040021091)
Chaerul fareez (10040021118)
Dewi Putri Anjani (10040021135)
Yusuf Sya’roni (10040021181)
Nurmala Dewi Henrawan (10040021191)

ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022/2023
I. PENDAHULUAN
Pemerintah merupakan lembaga yang diberi wewenang untuk dapat campur tangan di
dalam segala kehidupan masyarakat yang merupakan wewenang yang cukup berpengaruh
terhadap keberlangsungan kehidupan masyarakat. Pemerintah dalam merealisasikan dan
melaksanakan wewenangnya tentunya harus didasarkan pada peraturan perundang-
undagan yang berlaku.Namun tidak dapat dipungkiri, dalam keadaan tertentu peraturan
perundang-undangan belum mengaturnya atau keadaan lainnya yang mengakibatkan
peraturan perundang-undagan tidak dapat dijadikan dasar, sehingga diambil dasar dari
insiatif sendiri dengan tetap memperhatikan kemanfaatan.
Tujuan dari wewenang pemerintah dalam campur tangan kehidupan bermasyarakat
tentunya untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri, dan salah satu wewenagnya seperti
mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara yang selanjutnya disingkat KTUN. Dalam
Pasal 1 angka 9 UU PTUN dijelaskan bahwa KTUN adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata
usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,konkret,
individual,dan final.
Namun sebagai manusia yang menjalankannya yang tidak luput dari kekhilafan
sekalipun pejabat tidak dapat dipungkiri dalam pelaksanaannya terdapat wewenang yang
disalahgunakan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan upaya kesejahteraan rakyat haruhlah
berdasarkan pada asas-asas umum pemerintahan yang baik yang selanjutnya disingkat
AAUPB. Asas-asas tersebut senantiasa menjadi pencegah adanya penyalah gunaan
wewenang dan terciptanya peraturan yang baik. Jadilah AAUPB sebagai pedoman atau
penuntun bagi pejabat administrasi negara dalam rangka menciptakan pemerintahan yang
baik.
Dalam hal ini, penulis akan menguraikan, menganalisis maupun memberikan kritik
kepada salah satu KTUN yaitu Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor
23 Tahun 2022 tentang Kebijakan Penetapan Dan Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan
Perdesaan Dan Perkotaan Sebagai Upaya Pemulihan Ekonomi Tahun 2022, untuk
memastikan KTUN yang dibuat sudah asas-asas yang terdapat dalam AAUPB atau belum
sesuai dengan AAUPB.

II. PEMBAHASAN
Analisis Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik dalam Kebijakan Penetapan dan
Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Sebagai Upaya
Pemulihan Ekonomi Tahun 2022 Dalam Peraturan Gubernur Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
1. Asas Kepastian Hukum
a. Aspek hukum meteriil, dalam peraturan Gubernur DKI Jakarta tersebut terdapat
kehendak dihormatinya hak yang diperoleh dari peraturan tersebut yakni hak untuk
mendapat pembebasan sebagian pajak (Pasal 2 ayat (2)), hak untuk mendapat
keringanan pembayaran tunggakan pajak dan penghapusan sanksi (Pasal 3), keringan
pembayaran Tahun pajak 2022 (Pasal 4), dan adanya hak pembayaran pajak secara
berangsur (Pasal 6). Mekipun keputusan tersebut salah, maka akan terus berlaku
hingga diputus pengadilan.
b. Aspek hukum formal, dalam keputusan Gubernur DKI Jakarta tersebut disusun
dengan kata-kata yang jelas sehingga pihak yang berkepentingan dapat mengetahui
dan memahami maksud dari peraturan tersebut. Seperti salah satunya terdapat dalam
Pasal 6 tentang pembayaran angsuran, di Pasal tersebut dijelaskan dengan kata-kata
yang jelas tentang syarat dan ketentuan dari pembayaran PBB-P2 secara beranngsur.
2. Asas Kemanfaatan
Di dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta terdapat keringanan dalam pelunasan
pembayaran sebesar 15% pada periode bulan Juni 2022 – Agustus 2022 (Pasal 4 ayat
1), keringanan sebesar 10% pada periode bulan September 2022 – Oktober 2022
(Pasal 4 ayat 2), dan keringanan sebesar 5% pada periode bulan November 2022
(Pasal 4 ayat 3). Keringanan yang diberikan oleh Pemerintah DKI Jakarta tersebut
diberikan tanpa mempersyaratkan adanya bebas tunggakan atas Objek PBB – P2.
Meskipun dengan adanya keringanan pelunasan pembayaran ini akan berdampak pada
capaian target pendapatan daerah DKI Jakarta, akan tetapi keputusan kebijakan
tersebut memberikan manfaat kepada masyarakat terutama masyarakat golongan
menengah ke bawah.
3. Asas Ketidakberpihakan
Di dalam peraturan Gubernur DKI Jakarta terdapat keringanan pembayaran
terhadap objek PBB P2 yang berupa rumah sakit swasta atau objek di bidang
pendidikan (Pasal 12 ayat 1). Karena, seluruh rumah sakit dan seluruh jasa pendidikan
merupakan obyek dari PPN yang terutang pajak atas konsumsinya, dikarenakan
keduanya dibutuhkan oleh masyarakat banyak. Untuk jasa pendidikan, sebenarnya
bukan mengenakan pajaknya. Akan tetapi, mengadministrasikan dan juga
mengafirmasi lembaga pendidikan yang taat juga komit terhadap pendidikan yang
nirlaba.
4. Asas Kecermatan atau Asas Bertindak Cermat
Di dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta terdapat ketetapan PBB P2 Tahun Pajak
2022 yang ada di dalam Pasal 8. Dalam Pasal 8 ayat 1, keputusan mengenai
pembayaran secara angsuran diberikan keringanan pokok dan penghapusan bunga
angsuran. Dalam Pasal 8 ayat (2), adanya penghapusan sanksi administrasi dan
penghapusan bunga angsuran. Keputusan mengenai ketetapan PBB P2 yang terdapat
dalam Pasal 8 ayat 1 dan 2 tentunya didasarkan pada dokumen yang lengkap untuk
mendukung legalitas penetapan ketentuan tersebut sehingga keputusan mengenai
ketetapan PBB P2 dipersiapkan dengan cermat sebelum Pemerintah DKI Jakarta
menetapkan dan melakukan ketetapan PBB P2.
5. Asas Tidak Menyalahgunakan Wewenang
Asas ini secara tersirat terdapat pada pasal 10 yang menyatakan bahwa kebijakan
penetapan dan pembayaran PBB-P2 sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur ini
dilakukan dengan cara penyesuaian pada sistem informasi manajemen pajak.
Ketetapan yang ada di dalam peraturan ini artinya tidak boleh melenceng dan harus
mengikuti ketentuan yang sudah ada.
6. Asas Keterbukaan
Pada pasal 15 menyatakan bahwa Peraturan Gubernur ini mulai berlaku 2 (dua)
hari kerja setelah tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam
Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Adapun juga dengan adanya
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang termaktub dalam Pasal 1 ayat 6
peraturan ini bertujuan agar masyarakat dapat mengetahui besarnya Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang kepada Wajib Pajak. Dengan
adanya ketentuan tersebut membuat masyarakat dapat mengakses dan memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskiminatif dalam penyelenggaraan
pemerintahan
7. Asas Kepentingan Umum
Secara implisit dengan adanya peraturan ini berupaya agar dapat memulihkan
perekonomian tahun 2022 khususnya dibuat untuk daerah Ibukota Jakarta, setelah 2
tahun kebelakangan terjadinya pandemi Covid-19 yang menimbulkan kerugian dalam
banyak hal. Pajak merupakan sumber penghasilan negara yang nantinya dipergunakan
untuk penyediaan fasilitas yang juga dinikmati oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Objek pajak itu diusahakan untuk melayani kepentingan umum, dan tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan pribadi.
8. Asas Pelayanan yang Baik
Asas ini memberikan pelayanan yang tepat waktu, prosedur dan biaya yang jelas,
sesuai dengan standar pelayanan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 23 Tahun 2022
pada Bab III Pembayaran PBB-P2 semua dijelaskan. Mengenai masalah pembayaran
dalam PerGub ini semua dijelaskan dari wajib pajak berapa yang harus dibayarkan,
mengenai syarat dan ketentuan untuk membayar PBB pun juga dijelaskan secara rinci
agar tidak terjadi kekeliruan.
9. Asas Keseimbangan
Asas ini menghendaki adanya keseimbangan antara hukuman jabatan dan
kelalaian seorang pegawai. Dalam Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 23 Tahun 2022 pada Bab III Pembayaran PBB-P2 Pasal 7 ayat 2
dijelaskan bahwa sisa pokok pajak yang belum dibayar telah melewati batas waktu
maka akan dikenakan sanksi administrasi. Pada Pasal 8 ayat 2 dan 3 dijelaskan sisa
pokok pajak yang dilakukan pelunasan sampai dengan bulan pertama setelah jatuh
tempo maka diberikan penghapusan sanksi administrasi dan penghapusan Bunga
angsuran. Maka dari itu di PerGub DKI Jakarta ini memiliki keseimbangan antara
pelanggar dan yang tepat waktu.
10. Asas Kesamaan dalam Mengambil Keputusan
Asas ini menghendaki badan pemerintahan mengambil tindakan yang sama
(dalam arti tidak bertentangan) atas kasus-kasus yang faktanya sama. Dalam
Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 23 Tahun 2022 pada Bab
IV Pelaporan Pasal 9 Kepala Badan Pendapatan Daerah ini didesak untuk selalu
melaporkan terkait pelaksanaan insetif dan fiskal dalam penetapan dan pembayaran
PBB-P2 kepada Gubernur. Asas ini memaksa pemerintah untuk menjalankan
kebijaksanaan.
11. Asas Motivasi untuk Setiap Keputusan
Dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta terdapat penetapan dalam Pasal 2 ayat 1
Gubernur menetapkan PBB-P2 tahun pajak 2022 terhadap Objek PBB-P2 berupa
Rumah Tapak yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan Wajib Pajak orang
pribadi dengan NJOP PBB-P2 sampai dengan kurang dari Rp2.000.000.000,00 (dua
miliar rupiah) dengan pembebasan sebesar 100% (seratus persen). Asas ini
menghendaki setiap ketetapan harus mempunyai motivasi/alasan yang cukup sebagai
dasar dalam menerbitkan ketetapan. Alasan harus jelas, terang, benar, obyektif, dan
adil. Alasan sedapat mungkin tercantum dalam ketetapan sehingga yang tidak puas
dapat mengajukan banding dengan menggunakan alasan tersebut. Alasan digunakan
hakim administrasi untuk menilai ketetapan yang disengketakan.
12. Asas Permainan yang Layak (Fair Play)
Terdapat di dalam Peraturan Gubernur DKI Pasal 11 Terhadap ketetapan PBB-P2
yang telah diberikan kebijakan pembayaran PBB-P2 sebagaimana diatur dalam
Peraturan Gubernur ini, tidak dapat diajukan permohonan pengurangan dan/atau
keberatan PBB-P2 sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan
daerah. Instansi yang mengeluarkan keputusan tidak boleh menghalang- halangi
seseorang yang berkepentingan untuk memperoleh keputusan yang akan
menguntungkan baginya.
13. Asas Keadilan dan Keawajaran
Dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Pasal 13 ayat 1 Pembebasan PBB-P2 atas
rumah, rumah susun sederhana sewa, dan rumah susun sederhana milik dengan NJOP
sampai dengan Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) berdasarkan Peraturan
Gubernur Nomor 259 Tahun 2015 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2020 yang telah diberikan untuk tahun
pajak 2015 sampai dengan tahun pajak 2021 sebelum berlakunya Peraturan Gubernur
ini, dinyatakan tetap berlaku.Asas ini menghendaki setiap tindakan badan atau pejabat
administrasi negara selalu memperhatikan aspek keadilan dan kewajaran. Asas
keadilan menuntut tindakan secara proporsional, sesuai, seimbang dan selaras dengan
hak setiap orang.
14. Asas Kepercayaan dan Menanggapi Pengharapan yang Wajar.
Peraturan gubernur DKI Jakarta ini seusia dengan asas ini,terlihat pada pasal 12
tentang PBB-P2 untuk tahun pajak 2013-2021 sebesar 0% pajak yang telah
memperoleh keputusan pembayaran secara angsur sebelum berlakunya Peraturan
Gubernur ini, dapat diberikan kebijakan pembayaran PBB-P2 sebagaimana diatur
dalam Peraturan Gubernur ini, dengan mengajukan permohonan pembatalan.
15. Asas Meniadakan Akibat Suatu Keputusan yang Batal.
Peraturan gubernur DKI Jakarta ini tidak sesuai dengan asas ini,terliahat pada
pasal 13 tentang Pembebasan PBB-P2 atas rumah, yang di mana Peraturan Gubernur
Nomor 259 Tahun 2015 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2020 yang telah diberikan untuk tahun pajak
2015 sampai dengan tahun pajak 2021. Karena tidak terbukti salah bisa dilihat pada
ayat (1) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, terhitung mulai tahun pajak 2022,
maupun diberikan kebijakan berdasarkan Peraturan Gubernur ini.
16. Asas Perlindungan Atas Pandangan atau Cara Hidup Pribadi.
Asas peraturan gubernur DKI Jakarta ini sesuai dengan asas ini, terlihat pada
pasal 11 tentang ketetapan PBB-P2 yang telah diberikan kebijakan pembayaran PBB-
P2 sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur. Peraturan jangan sampai
mencampuri kehidupan pribadi seseorang, salah satunya terdapat pada pasal 6 yang
menyatakan pembayaran angsuran, yang di mana pasal tersebut dijelaskan dengan
syarat maupun ketentuan pembayaran PBB-P2 berlangsung.
17. Asas Kebijaksanaan
Secara implisit dalam Pasal 11 belum mengimplementasikan asas kebijaksanaan,
karena pada pasal tersebut terkesan kaku atau tidak fleksibel yang ditakutkan tidak
dapat menampung aspirasi masyarakat mengenai pembayaran pajak bumi dan
bangunan. Meski begitu, dalam pasal 12 ayat (3) secara eksplisit bahwa peraturan ini
memberikan sebuah jalan dalam beberapa hal yang dapat menimbulkan masalah
kedepannya.

III. KESIMPULAN
Setelah melihat uraian, dan analisis diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pertama, konsep asas-asas umum pemerintahan yang baik dalam kebijakan penetapan
dan pembayaran pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan di daerah khusus ibu
kota Jakarta sudah berpedoman dengan baik sesuai dengan AUPB.
Kedua, asas-asas umum pemerintahan yang baik dalam kebijakan diatas, baik tersirat
maupun tersurat sudah mencankup 17 Asas AUPB.

IV. SARAN
Berdasarkan uraian dan analisis diatas, penulis memberikan saran/rekomendasi yaitu.
Asas kebijaksanaan boleh dibilang merupakan asas yang sangat penting karena asas ini
mengantisipasi ketika suatu peraturan perundang undangan tidak fleksibel atau kaku.
Jadi, seyogyanya dalam pasal 11 dibuat agar menjadi fleksibel dan terbuka yang
membuat masyarakat dapat mengajukan pengajuan dan/atau keberatan yang mungkin
didasari karena ada hal yang salah dalam kebijakan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai