Anda di halaman 1dari 12

1.

8uiyt6Jelaskan definisi ASET TETAP (FIXED ASSETS)

Fixed Assets (Aset tetap) adalah aset berwujud yang:


1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk direntalkan pada pihak lain, atau untuk tujuan administrative, dan
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Aset tetap mempunyai bentuk fisik (seperti tanah, bangunan), berbeda dengan paten
atau merk dagang yang tidak mempunyai bentuk fisik (merupakan aset tak berwujud).

2. Pengakuan ASET TETAP (FIXED ASSETS)

Sebagaimana pengakuan untuk aset lainnya, biaya perolehan aset tetap harus diakui
sebagai aset jika dan hanya jika:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis dimasa depan berkenaan dengan aset
tersebut akan mengalir ke entitas; dan
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara handal.

3. Konsep Pengukuran ASET TETAP (FIXED ASSETS)

Suatu aset yang tetap memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagi aset pada awalnya
harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset tetap meliputi berikut
ini:
1. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain.
2. Biaya-biaya dapat didistribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi
dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan
dan maksud manajemen.
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan retorasi
lokasi aset.

4. Konsep Pengukuran Awal ASET TETAP (FIXED ASSETS) (1)

Bagi entitas yang memiliki kewajiban untuk membongkar atau memindahkan atau
merestorasi aset tetap pada akhir masa manfaatnya, maka pada saat perolehan aset
tetap harus diestimasi dan dihitung nilai kininya (present value) dari biaya
sehubungan dengan pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan biaya restorasi aset
tetap tersebut. Nilai tersebut kemudian ditambahkan pada biaya perolehan aset tetap.
Total biaya perolehan termasuk estimasi biaya pembongkaran dan pemindahan aset
tetap dan biaya restorasi aset tetap, akan disusutkan selama estimasi masa
manfaatnya.

5. Contoh:
PT ABC menyewa kantor dengan masa sewa 5 tahun pada tahun 2015 dan
mengeluarkan biaya Rp500.000.000 untuk merenovasi kantor tersebut. Perjanjian
sewa mengharuskan PT ABC untuk merestorasi kantor yang disewanya tersebut ke
kondisi semula pada akhir masa sewa. PT ABC mengestimasi total biaya restorasi
sekitar Rp60.000.000 dengan tingkat diskonto sebesar 6%.
Penyelesaian:

Biaya sewa kantor Rp500.000.000


Estimasi biaya untuk mendekorasi kantor
Rp60.000.000 ÷ ( 1 + 6%)5 Rp 44.835.000
Rp544.835.000

Jadi total biaya kantor yang diakui di laporan posisi keuangan PT ABC sebagai aset
kantor sebesar Rp544.835.000

Rumus estimasi menggunakan present value =

Estimasi biaya untuk mendekorasi kantor:


= Total Biaya dekorasi : (1+diskonto)t
= Rp60.000.000 ÷ ( 1 + 6%)5
= Rp44.835.000

t = jumlah tahun (sewa)

6. Konsep Pengukuran Awal (2)


Terkait pinjaman untuk pembangunan aset tetap tersebut, entitas dapat memperoleh
pinjaman :
1. Dana yang secara spesifik untuk tujuan pembangunan aset tetap
Jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah sebesar pinjaman aktual
yang terjadi atas pinjaman tersebut selama periode berjalan
2. Dana secara umum yang digunakannya untuk tujuan pembangunan aset
tetap
Jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah dengan menggunakan
tingkat kapitalisasi untuk pengeluaran atas aset tersebut.
7. Contoh:

Pada tanggal 1 Desember 2019 PT Semesta mengikat kontrak dengan PT Konstruksi


untuk membangun pabrik yang akan digunakan PT Semesta untuk pengembangan
usahanya. Pabrik tersebut dibangun di atas tanah yang dimiliki PT Semesta. Nilai
kontrak pembangunan pabrik tersebut Rp2,55M. PT Semesta mempunyai beberapa
pinjaman berikut :
• Pinjaman yang secara khusus untuk pembangunan pabrik tersebut :
Utang bank dengan tingkat bunga 12% Rp1,2M
(entitas memperoleh penghasilan bunga sebesar Rp30.000.000 dari investasi
temporer pinjaman khusus ini)
• Pinjaman Umum:
Wesel bayar dengan tingkat bunga 15% Rp1,5M
Obligasi dengan tingkat bunga 10% Rp1,8M

Berikut adalah pembayaran yang dilakukan entitas untuk pembangunan tersebut :

1 Januari 2019 Rp 500.000.000


1 April 2019 Rp 850.000.000
1 Agustus 2019 Rp 600.000.000
1 Desember 2019 Rp 600.000.000
Total Rp 2.550.000.000

Pembangunan pabrik tersebut sudah selesai pada tanggal 31 Desember 2019.


Pengeluaran yang terjadi untuk pembangunan pabrik tersebut pertama-tama
dialokasikan ke pinjaman yang secara spesifik ditujukan untuk pembangunan tersebut
dan sisanya baru dialokasikan ke pinjaman umum.

LANGKAH 1: RATA-RATA TERTIMBANG UNTUK DISTRIBUSI


PINJAMAN

Tanggal Pengeluaran Pinjaman Pinjaman Rata-rata Tertimbang


Khusus Umum
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Januari 500.000.000 500.000.000 - -
1 April 850.000.000 700.000.000 150.000.000 150.000.000 x 9/12
= Rp 112.500.000
1 Agustus 600.000.000 600.000.000 600.000.000 x 5/12
= Rp 250.000.000
1 Desember 600.000.000 600.000.000 600.000.000 x 1/12
= Rp 50.000.000
Rp412.500.000
Langkah-langkah penyelesaian:
1. Buat tabel dan tetapkan pembayaran yang dilakukan entitas (isi semua kolom
2)
2. Selanjutnya tentukan berapa pinjaman khusus  nilainya 1,2 M (kolom 3)
a. Tentukan terlebih dahulu penggunaan pinjaman khusus sejumlah
maksimal pembayaran (pengeluaran), misal 1 Januari senilai
500.000.000
b. Tetapkan kembali sisa pinjaman khusus di tanggal 1 April (1,2 M –
500 juta = 700 juta) di kolom 3. Karena jumlah pembayaran
(pengeluaran) senilai 850.000.000, maka sisa 150.000.000
menggunakan pinjaman umum (kolom 4). Selanjutnya menghitung
rata-rata tertimbang dari 150.000.000 untuk 9 bulan (1 April – 31 Des).

150.000.000 x 9/12
= Rp 112.500.000

c. Pengeluaran selanjutnya 1 Agustus menggunakan pinjaman umum


sejumlah 600.000.000. Selanjutnya menghitung rata-rata tertimbang
dari 600.000.000 untuk 5 bulan (1 Agustus – 31 Des).

600.000.000 x 5/12
= Rp 250.000.000

d. Pengeluaran selanjutnya 1 Agustus menggunakan pinjaman umum


sejumlah 600.000.000. Selanjutnya menghitung rata-rata tertimbang
dari 600.000.000 untuk 1 bulan (1 Desember – 31 Des).

600.000.000 x 1/12
= Rp 50.000.000

LANGKAH 2: PROSENTASE RATA2 TERTIMBANG PINJAMAN UMUM

a. Tentukan nilai masing-masing pinjaman

Tingkat Nilai Pinjaman Nilai Bunga


Bunga (%) Pinjaman
Wesel bayar 15% Rp1,5M Rp225.000.000
Obligasi 10% Rp1,8M Rp180.000.000
Total Rp3,3M Rp405.000.000

b. Rata-rata tertimbang = (405.000.000)/3,3 M


= 12,27%
LANGKAH 3: Menentukan Biaya Pinjaman yang dapat dikapitalisasi

Rata-Rata Tertimbang Biaya Pinjaman yang


dapat dikapitalisasi
Pinjaman Khusus 12% Rp1,2 M Rp144.000.000
Pinjaman Umum 12,27% Rp412.500.000 Rp50.613.750
TOTAL Rp194.613.750
Dikurangi penghasilan (Rp30.000.000)
investasi
Total Biaya yang dapat Rp164.613.750
dikapitalisasi

LANGKAH 4: Pencatatan Jurnal

D K
1 Januari 2019 Bangunan 500.000.000
Kas 500.000.000
1 April 2019 Bangunan 850.000.000
Kas 850.000.000
1 Agustus 2019 Bangunan 600.000.000
Kas 600.000.000
1 Desember 2019 Bangunan 600.000.000
Kas 600.000.000
31 Desember 2019 Kas^ 30.000.000
Bangunan 164.613.750
Beban Bunga 354.386.250
Kas* 549.000.000

Catatan:
Kas^ : Kas yang diperoleh dari penghasilan investasi
Total bunga yang dibayarkan selama tahun 2019 = Rp144.000.000 + Rp405.000.000
= Rp 549.000.000
Materi kita hari ini masih terkait dengan ASET TETAP

Sebelum melanjutkan materi aset tetap, saya akan konfirmasi hasil tugas minggu kemarin

Saya ulang kembali materi terakhir minggu kemarin bahwa pengukuran aset tetap ada 2: (1)
pengukuran awal (2) pengukuran setelahnya. Pengukuran awal telah kita bahas beserta
mencoba beberap contoh soal. Selanjutnya kita bahas konsep "PENGUKURAN
SETELAHNYA". Ada berapa metode pada konsep" pengukuran setelahnya untuk aset
tetap"?

8. Konsep Setelahnya

Untuk aset tetap, setelah pengakuan awal entitas harus memilih model biaya (cost
model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai kebijakan akuntabilitasnya.
Model yang dipilih oleh entitas harus diterapkan terhadap “seluruh aset tetap dalam
kelompok yang sama”. Kebijakan tersebut “tidak perlu diterapkan untuk semua aset
tetap yang dimiliki perusahaan”.

a. Metode Biaya
Dalam model biaya, setelah diakui sebagai aset maka suatu aset tetap dicatat
sebesar biaya perolehan – (akumulasi penyusutan + akumulasi rugi penurunan
nilai aset).

Contoh:
Sebagai contoh, PT Berlian membeli peralatan dengan biaya perolehan Rp
500.000.000, pada tanggal 2 Januari 2019. Entitas mengestimasi umur manfaat
peralatan tersebut adalah 10 tahun, tanpa nilai sisa. Entitas menggunakan metode
penyusutan garis lurus. Pada tanggal 31 Desember, diestimasi terdapat rugi
penurunan nilai Peralatan sebesar Rp 10.000.000.
Diminta:
Tentukan nilai buku tercatat peralatan 31 Desember 2019

Langkah 1: Mencatat pembelian peralatan (2 Januari 2019)

Tanggal Jurnal
2 Januari 2019 Peralatan 500.000.000
Kas 500.000.000

Langkah 2: Mencatat penyusutan dan rugi penurunan nilai (31 Desember


2019)

31 Desember 2019 Beban Penyusutan 50.000.000


Akm Penyusutan 50.000.000
(500.000.000/10 th)
Rugi Penurunan Nilai 10.000.000
Akm Rugi Penurunan Nilai 10.000.000

Langkah 3: Menentukan Nilai Buku Tercatat Peralatan (31 Desember 2019)

Nilai tercatat peralatan (31 Desember 2019):


Biaya perolehan 500.000.000
Dikurangi:
- Akumulasi penyusutan 50.000.000
- Akm rugi penurunan nilai 10.000.000
60.000.000
440.000.000

b. Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur
secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian,yaitu nilai wajar pada tanggal
revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai
yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk
memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang
ditentukan dengan menggunakan nilai wajar. Nilai wajar adalah jumlah yang
dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang berkeinginan
dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arm’s
length transaction). Frekuensi revaluasi tergantung pada pergerakan nilai wajar
dari aset tetap.
Selisih lebih nilai wajar dari nilai tercatat aset tetap dicatat di akun surplus
revaluasi, yang merupakan komponen pendapatan komprehensif lainnya.
Perlakuan untuk akumulasi penyusutan aset tetap:
1. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah
tercatat bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama
dengan jumlah revaluasian.
2. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto bdari aset dan jumlah tercatat neto
setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset
tersebut.

Contoh:
Contoh: PT B memiliki Peralatan dengan biaya perolehan Rp 780 juta dengan diperoleh pada
tanggal 1 Januari 2010. Masa manfaat Peralatan tersebut adalah 6 tahun, tanpa nilai sisa. PT
B memilih metode revaluasi untuk Peralatan tersebut. Pada tanggal 31 Desember 2011 nilai
wajar Peralatan tersebut adalah Rp 800 juta.
Diminta:
1. Menentukan nilai buku tercatat peralatan
2. Menentukan surplus revaluasi

Langkah 1: Mencatat pembelian peralatan (1 Januari 2010)

Tanggal Jurnal
1 Januari 2010 Peralatan 780.000.000
Kas 780.000.000

Langkah 2: Mencatat beban penyusutan Tahun 2010

Tanggal Jurnal
31 Desember 2010 Beban Penyusutan 130.000.000
Akm Penyusutan 130.000.000
(780.000.000/6 th) =
130.000.000

Langkah 3: Mencatat beban penyusutan Tahun 2011

Tanggal Jurnal
31 Desember 2011 Beban Penyusutan 130.000.000
Akm Penyusutan 130.000.000

Langkah 4: Menentukan nilai buku peralatan dan surplus revaluasi

Nilai buku peralatan per 31 Desember 2011:


Biaya perolehan 780.000.000
Akm penyusutan (2 x 130.000.000) (260.000.000)
520.000.000
Selisih surplus revaluasi:
Nilai wajar peralatan 800.000.000
Nilai buku peralatan (520.000.000)
Surplus revaluasi 280.000.000

Metode 1: METODE ELIMINASI


Langkah 5: Mencatat jurnal revauasi aset tetap

Metode Eliminasi:
Akumulasi penyusutan 260.000.000
Peralatan 260.000.000
Peralatan 280.000.000
Surplus revaluasi 280.000.000
Metode 2: Metode Proporsional:

Langkah 1: Tentukan gross up nilai peralatan:

Gross up Nilai Peralatan = Nilai Fair Value Peralatan x (total masa manfaat/sisa manfaat)
= 800.000.000 x (6/4)
= 1.200.000.000

Langkah 2: Tentukan besaran tambahan kenaikan nilai peralatan:

Gross up nilai peralatan = 1.200.000.000


Nilai perolehan peralatan = 780.000.000
Kenaikan nilai peralatan = 420.000.000

Langkah 3: Menentukan nilai buku peralatan dan surplus revaluasi

Nilai buku peralatan per 31 Desember 2011:


Biaya perolehan 780.000.000
Akm penyusutan (2 x 130.000.000) (260.000.000)
520.000.000
Selisih surplus revaluasi:
Nilai wajar peralatan 800.000.000
Nilai buku peralatan (520.000.000)
Surplus revaluasi 280.000.000

Langkah 4: Mencatat jurnal

Peralatan 420.000.000
Akumulasi Penyusutan 260.000.000
Surplus Revaluasi 280.000.000
PERTEMUAN 11

Materi 1: PENGHENTIAN PENGAKUAN ASET TETAP

Kapan penghentian pengakuan aset tetap dilakukan?

Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat :


1. Dilepaskan
2. Tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan diri penggunaan atau
pelepasan.

Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap harus dimasukkan dalam
laporan laba rugi komprehensif pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya.

Materi 2: Contoh Penghentian Pengakuan Aset Tetap

PT Mara membeli mesin pada tanggal 1 Juli 2017 dengan harga perolehan Rp 200 juta. Aset
tersebut mempunyai umur manfaat 10 tahun dan nilai sisa Rp 40 juta. Pada tanggal 1 Januari
2020, entitas menjual aset tersebut dengan harga Rp 162 juta.

Diminta:
Buat ayat jurnal untuk mencatat penjualan mesin

Jawaban:

Langkah 1: Menghitug penyusutan mesin

Penyusutan pertahun = (harga perolehan-nilai sisa)/masa manfaat


= (200 juta – 40 juta)/10 tahun = 16 juta
Akm penyusutan sampai 1 Jan 2020
(1 Juli 2017 – 1 Jan 2020) = 16 juta x 2,5 tahun
= 40 juta

Langkah 2: Menghitung nilai buku mesin 1 Januari 2020

Nilai buku tercatat mesin 1 Januari 2020 = harga perolehan – akm penyusutan s/d 1 jan 2020
= 200 juta - 40 juta
= 160 juta

Langkah 3: Menghitung keuntungan penjualan mesin

Harga jual mesin = 162 juta


Nilai buku tercatat mesin = 160 juta
Keuntungan = 2 juta
Langkah 4: Mencatat jurnal penjualan mesin

Kas 162.000.000
Akumulasi penyusutan 40.000.000
Mesin 200.000.000
Untung 2.000.000

Materi 3: PENURUNAN NILAI ASET TETAP (PSAK 48)

Entitas harus melakukan review setiap akhir periode untuk menentukan apakah terjadi
penurunan nilai atas aset tetapnya.

Tujuan PSAK 48:


 Prosedur-prosedur yang diterapkan entitas agar aset dicatat tidak melebihi jumlah
terpulihkannya
Aset dikatakan melebihi jumlah terpulihkannya jika jumlah tercatat aset melebihi jumlah
yang akan dipulihkan melalui:
3. Penggunaan atau
4. Penjualan aset

Materi 4: Contoh Penurunan Nilai Aset Tetap

31 Desember 2019, PT. Melawai menetapkan ada indikasi terjadi penurunan nilai dari
bangunan yang dimiliki perusahaan. nilai tercatat bangunan adalah Rp 1.740.000.000,
sedangkan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual Rp 1.650.000.000 dan nilai pakai Rp
1.680.000.000. nilai terpulihkan adalah Rp 1.680.000.000 yang merupakan nilai tertinggi
antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakai. Nilai tercatat sebesar Rp
1.740.000.000 lebih tinggi dibanding nilai terpulihkan Rp 1.680.000.000 sehingga terdapat
kerugian penurunan nilai sebesar Rp 60.000.000.

Diminta:
Buat ayat jurnal mencatat kerugian penurunan nilai

Jawaban:

Rugi penurunan nilai 60.000.000


Akumulasi rugi penurunan nilai 60.000.000

Materi 5: PROPERTI INVESTASI

Menurut PSAK 13 (revisi 2011), properti investasi adalah properti (tanah atau
bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh
pemilik atau lessee/ penyewa melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental
atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak untuk:
• Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan
administratif; atau
• Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Dalam PSAK 13 juga diberikan definisi mengenai properti yang digunakan sendiri
(owner occupied property), yaitu property yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee
melalui sewa pembiayaan) untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa atau untuk tujuan administratif. Perbedaan utama antara properti investasi
dan properti yang digunakan sendiri adalah properti investasi menghasilkan arus kas
yang sebagian besar independen dari aset lain yang dimiliki entitas. Properti yang
digunakan sendiri diperlakukan sebagai aset tetap.

Berikut adalah beberapa contoh dari properti investasi.


• Tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan nilai dan bukan untuk
dijual jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari.
• Tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di masa depan belum ditentukan.
• Bangunan yang dimiliki oleh entitas (atau dikuasai oleh entitas melalui sewa
pembiayaan) dan disewakan kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi.
• Bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan kepada pihak lain
melalui satu atau lebih sewa operasi.

Sedangkan contoh aset yang bukan merupakan properti investasi adalah sebagai
berikut.
• Properti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari atau sedang
dalam proses pembangunan atau pengembangan untuk dijual.
• Properti dalam proses pembangunan atau pengembangan atas nama pihak ketiga.
• Properti yang digunakan sendiri.
• Properti dalam proses konstruksi atau pengembangan yang dimasa depan digunakan
sebagai properti investasi.
• Properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara sewa pembiayaan.

Anda mungkin juga menyukai