Aset tetap mempunyai bentuk fisik (seperti tanah, bangunan), berbeda dengan paten
atau merk dagang yang tidak mempunyai bentuk fisik (merupakan aset tak berwujud).
Sebagaimana pengakuan untuk aset lainnya, biaya perolehan aset tetap harus diakui
sebagai aset jika dan hanya jika:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis dimasa depan berkenaan dengan aset
tersebut akan mengalir ke entitas; dan
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara handal.
Suatu aset yang tetap memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagi aset pada awalnya
harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset tetap meliputi berikut
ini:
1. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain.
2. Biaya-biaya dapat didistribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi
dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan
dan maksud manajemen.
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan retorasi
lokasi aset.
Bagi entitas yang memiliki kewajiban untuk membongkar atau memindahkan atau
merestorasi aset tetap pada akhir masa manfaatnya, maka pada saat perolehan aset
tetap harus diestimasi dan dihitung nilai kininya (present value) dari biaya
sehubungan dengan pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan biaya restorasi aset
tetap tersebut. Nilai tersebut kemudian ditambahkan pada biaya perolehan aset tetap.
Total biaya perolehan termasuk estimasi biaya pembongkaran dan pemindahan aset
tetap dan biaya restorasi aset tetap, akan disusutkan selama estimasi masa
manfaatnya.
5. Contoh:
PT ABC menyewa kantor dengan masa sewa 5 tahun pada tahun 2015 dan
mengeluarkan biaya Rp500.000.000 untuk merenovasi kantor tersebut. Perjanjian
sewa mengharuskan PT ABC untuk merestorasi kantor yang disewanya tersebut ke
kondisi semula pada akhir masa sewa. PT ABC mengestimasi total biaya restorasi
sekitar Rp60.000.000 dengan tingkat diskonto sebesar 6%.
Penyelesaian:
Jadi total biaya kantor yang diakui di laporan posisi keuangan PT ABC sebagai aset
kantor sebesar Rp544.835.000
150.000.000 x 9/12
= Rp 112.500.000
600.000.000 x 5/12
= Rp 250.000.000
600.000.000 x 1/12
= Rp 50.000.000
D K
1 Januari 2019 Bangunan 500.000.000
Kas 500.000.000
1 April 2019 Bangunan 850.000.000
Kas 850.000.000
1 Agustus 2019 Bangunan 600.000.000
Kas 600.000.000
1 Desember 2019 Bangunan 600.000.000
Kas 600.000.000
31 Desember 2019 Kas^ 30.000.000
Bangunan 164.613.750
Beban Bunga 354.386.250
Kas* 549.000.000
Catatan:
Kas^ : Kas yang diperoleh dari penghasilan investasi
Total bunga yang dibayarkan selama tahun 2019 = Rp144.000.000 + Rp405.000.000
= Rp 549.000.000
Materi kita hari ini masih terkait dengan ASET TETAP
Sebelum melanjutkan materi aset tetap, saya akan konfirmasi hasil tugas minggu kemarin
Saya ulang kembali materi terakhir minggu kemarin bahwa pengukuran aset tetap ada 2: (1)
pengukuran awal (2) pengukuran setelahnya. Pengukuran awal telah kita bahas beserta
mencoba beberap contoh soal. Selanjutnya kita bahas konsep "PENGUKURAN
SETELAHNYA". Ada berapa metode pada konsep" pengukuran setelahnya untuk aset
tetap"?
8. Konsep Setelahnya
Untuk aset tetap, setelah pengakuan awal entitas harus memilih model biaya (cost
model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai kebijakan akuntabilitasnya.
Model yang dipilih oleh entitas harus diterapkan terhadap “seluruh aset tetap dalam
kelompok yang sama”. Kebijakan tersebut “tidak perlu diterapkan untuk semua aset
tetap yang dimiliki perusahaan”.
a. Metode Biaya
Dalam model biaya, setelah diakui sebagai aset maka suatu aset tetap dicatat
sebesar biaya perolehan – (akumulasi penyusutan + akumulasi rugi penurunan
nilai aset).
Contoh:
Sebagai contoh, PT Berlian membeli peralatan dengan biaya perolehan Rp
500.000.000, pada tanggal 2 Januari 2019. Entitas mengestimasi umur manfaat
peralatan tersebut adalah 10 tahun, tanpa nilai sisa. Entitas menggunakan metode
penyusutan garis lurus. Pada tanggal 31 Desember, diestimasi terdapat rugi
penurunan nilai Peralatan sebesar Rp 10.000.000.
Diminta:
Tentukan nilai buku tercatat peralatan 31 Desember 2019
Tanggal Jurnal
2 Januari 2019 Peralatan 500.000.000
Kas 500.000.000
b. Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur
secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian,yaitu nilai wajar pada tanggal
revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai
yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk
memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang
ditentukan dengan menggunakan nilai wajar. Nilai wajar adalah jumlah yang
dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang berkeinginan
dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arm’s
length transaction). Frekuensi revaluasi tergantung pada pergerakan nilai wajar
dari aset tetap.
Selisih lebih nilai wajar dari nilai tercatat aset tetap dicatat di akun surplus
revaluasi, yang merupakan komponen pendapatan komprehensif lainnya.
Perlakuan untuk akumulasi penyusutan aset tetap:
1. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah
tercatat bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama
dengan jumlah revaluasian.
2. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto bdari aset dan jumlah tercatat neto
setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset
tersebut.
Contoh:
Contoh: PT B memiliki Peralatan dengan biaya perolehan Rp 780 juta dengan diperoleh pada
tanggal 1 Januari 2010. Masa manfaat Peralatan tersebut adalah 6 tahun, tanpa nilai sisa. PT
B memilih metode revaluasi untuk Peralatan tersebut. Pada tanggal 31 Desember 2011 nilai
wajar Peralatan tersebut adalah Rp 800 juta.
Diminta:
1. Menentukan nilai buku tercatat peralatan
2. Menentukan surplus revaluasi
Tanggal Jurnal
1 Januari 2010 Peralatan 780.000.000
Kas 780.000.000
Tanggal Jurnal
31 Desember 2010 Beban Penyusutan 130.000.000
Akm Penyusutan 130.000.000
(780.000.000/6 th) =
130.000.000
Tanggal Jurnal
31 Desember 2011 Beban Penyusutan 130.000.000
Akm Penyusutan 130.000.000
Metode Eliminasi:
Akumulasi penyusutan 260.000.000
Peralatan 260.000.000
Peralatan 280.000.000
Surplus revaluasi 280.000.000
Metode 2: Metode Proporsional:
Gross up Nilai Peralatan = Nilai Fair Value Peralatan x (total masa manfaat/sisa manfaat)
= 800.000.000 x (6/4)
= 1.200.000.000
Peralatan 420.000.000
Akumulasi Penyusutan 260.000.000
Surplus Revaluasi 280.000.000
PERTEMUAN 11
Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap harus dimasukkan dalam
laporan laba rugi komprehensif pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya.
PT Mara membeli mesin pada tanggal 1 Juli 2017 dengan harga perolehan Rp 200 juta. Aset
tersebut mempunyai umur manfaat 10 tahun dan nilai sisa Rp 40 juta. Pada tanggal 1 Januari
2020, entitas menjual aset tersebut dengan harga Rp 162 juta.
Diminta:
Buat ayat jurnal untuk mencatat penjualan mesin
Jawaban:
Nilai buku tercatat mesin 1 Januari 2020 = harga perolehan – akm penyusutan s/d 1 jan 2020
= 200 juta - 40 juta
= 160 juta
Kas 162.000.000
Akumulasi penyusutan 40.000.000
Mesin 200.000.000
Untung 2.000.000
Entitas harus melakukan review setiap akhir periode untuk menentukan apakah terjadi
penurunan nilai atas aset tetapnya.
31 Desember 2019, PT. Melawai menetapkan ada indikasi terjadi penurunan nilai dari
bangunan yang dimiliki perusahaan. nilai tercatat bangunan adalah Rp 1.740.000.000,
sedangkan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual Rp 1.650.000.000 dan nilai pakai Rp
1.680.000.000. nilai terpulihkan adalah Rp 1.680.000.000 yang merupakan nilai tertinggi
antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakai. Nilai tercatat sebesar Rp
1.740.000.000 lebih tinggi dibanding nilai terpulihkan Rp 1.680.000.000 sehingga terdapat
kerugian penurunan nilai sebesar Rp 60.000.000.
Diminta:
Buat ayat jurnal mencatat kerugian penurunan nilai
Jawaban:
Menurut PSAK 13 (revisi 2011), properti investasi adalah properti (tanah atau
bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh
pemilik atau lessee/ penyewa melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental
atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak untuk:
• Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan
administratif; atau
• Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Dalam PSAK 13 juga diberikan definisi mengenai properti yang digunakan sendiri
(owner occupied property), yaitu property yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee
melalui sewa pembiayaan) untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa atau untuk tujuan administratif. Perbedaan utama antara properti investasi
dan properti yang digunakan sendiri adalah properti investasi menghasilkan arus kas
yang sebagian besar independen dari aset lain yang dimiliki entitas. Properti yang
digunakan sendiri diperlakukan sebagai aset tetap.
Sedangkan contoh aset yang bukan merupakan properti investasi adalah sebagai
berikut.
• Properti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari atau sedang
dalam proses pembangunan atau pengembangan untuk dijual.
• Properti dalam proses pembangunan atau pengembangan atas nama pihak ketiga.
• Properti yang digunakan sendiri.
• Properti dalam proses konstruksi atau pengembangan yang dimasa depan digunakan
sebagai properti investasi.
• Properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara sewa pembiayaan.