Anda di halaman 1dari 39

Definisi AsetTetap

Aset Tetap adalah aset berwujud yang:


1.Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang / jasa, untuk direntalkan
kepada pihak lain atau untuk tujuan administratif.
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Pengakuan
Sebagaimana pengakuan untuk aset lainnya, biaya
perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan
berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas.
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
Pengukuran Awal
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui
sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan.

Biaya perolehan aset tetap meliputi berikut ini:


Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan
setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain.
Biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang
diingikan.
Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan asset tetap dan restorasi lokasi aset
Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan asset tetap dan restorasi lokasi asset

Apabila entitas memiliki aset tetap dan atas kepemilikan asettetap tersebut terdapat
kewajiban bagi entitas untuk membongkar atau memindahkan atau merestorasi aset tetap
tersebut pada akhir masa manfaatnya

Pada saat perolehan aset tetap tersebut, maka harus


diestimasidan dihitung nilai kininya (present value) dari biaya sehubungan dengan
pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan biaya restorasi aset tetap tersebut. Nilai
tersebut kemudian ditambahkan pada biaya perolehan aset tetap. Total biaya perolehan,
termasuk estimasi biaya pembongkaran dan pemindahan tetap dan biaya restorasi aset tetap
Ilustrasi 1
Sebagai ilustrasi,
PT. ABC menyewa kantor dengan masa sewa 5
tahun pada tahun 2015 dan mengeluarkan biaya Rp 1 miliar untuk merenovasi kantor tersebut.
Perjanjian sewa mengharuskan PT.ABC untuk merestorasi kantor yang disewanya tersebut ke
kondisi semula pada masa akhir sewa.
PT. ABC mengestimasi total biaya restorasi sekitar Rp120.000.000
dan tingkat diskonto 6%.

Penyelesaian:
Biaya dekorasi kantor tersebut adalah Rp 1 miliar ditambah
estimasi biaya untuk mendekorasi kantor tersebut, yaitu Rp 120.000.000 ÷ (1 +6%)⁵
= Rp 89.670.000. Jadi total biaya dekorasi kantor yang diakui dilaporan posisi keuangan PT.ABC
adalah Rp 1.089.670.000,
Pinjaman

Perlakuan akuntansi untuk biaya pinjaman diatur dalam PSAK 26:


Biaya Pinjaman. Menurut PSAK 26, biaya pinjaman yang dapat
diatribusikan secara langsung dengan perolehan, konstruksi, atau produksi aset kualifikasian
adalah bagian dari biaya perolehan asset tersebut.

 Awal tanggal kapitalisasi bunga pinjaman adalah tanggal ketika entitas pertama kali memenuhi
semua kondisi berikut:

1.Terjadinya pengeluaran untuk aset.

2.Terjadinya biaya pinjaman.

3.Entitas telah melakukan aktivitas yang diperlukan untuk menyiapkan aset


Sumber Pinjaman

1.Dana yang secara spesifik untuk tujuan pembangunan

aset tetap, jumlah biaya yang dapat dikapitalisasi adalah sebesar biaya pinjaman aktual yang
terjadi atas pinjaman tersebut selama periode berjalan.

2.Dana secara umum yang digunakan untuk tujuanpembangunan aset tetap, maka jumlah biaya
pinjamanyang dapat dikapitalisasi adalah dengan menggunakan

tingkat kapitalisasi untuk pengeluaran atas aset tersebut


Ilustrasi
Pada tanggal 1 Desember 2015, PT. Semesta mengikat kontrak dengan PT. Konstruksi untuk membangun pabrik
yang akan digunakan PT. Semesta untuk pembangunan usahanya. Pabrik tersebut dibangun di atas tanah yang
dimiliki PT. Semesta.
Nilai kontrak Pembangunan pabrik tersebut adalah Rp 5,1 miliar. PT. Semesta mempunyai beberapa
pinjaman berikut:
• Pinjaman yang secara khusus untuk pembangunan pabrik tersebut:
Utang bank dengan tingkat bunga 12% Rp 2,4 miliar
(Entitas memperoleh penghasilan bunga sebesar Rp 60.000.000 dari investasi temporer pinjaman khusus ini )
•Pinjaman umum:
Wesel bayar dengan tingkat bunga 15% = Rp 3 miliar
Obligasi dengan tingkat bunga 10% = Rp 3,6 miliar
Berikut adalah pembayaran yang dilakukan entitas untuk pembangunan tersebut:
1 Januari 2015 Rp 1.000.000.000
1 April 2015 Rp 1.700.000.000
1 Agustus 2015 Rp 1.200.000.000
1 Desember 2015 Rp 1.200.000.000
Total Rp 5.100.000.000
Penjelasan Ilustrasi

Tanggal Pengeluaran Pinjaman Pinjaman Rata rata tertimbang


khusus umum
1 Januari 1.000.000.000 1.000.000.000

1 April 1.700.000.000 1.400.000.000 300.000.000 300.000.000 x 9/12

1 Agustus 1.200.000.000 1.200.000.000 1.200.000.000 x5/12

1 Desember 1.200.000.000 1.200.000.000 1.200.000.000 x1/12

Rp 825.000.000
Rata-rata tertimbang biaya pinjaman
(dari pinjaman umum)
Wesel bayar dengan tingkat bunga 15% Rp 3 miliar x 15% Rp 450.000.000
Obligasi dengan tingkat bunga 10% Rp 3,6 miliar x 10% Rp 360.000.000
Total Rp 810.000.000
Rata-rata tertimbang = Rp 810.000.000 ÷ Rp 6,6 miliar = 12,27%

Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi:


Pinjaman khusus 12% x Rp 2,4 miliar Rp 288.000.000
Pinjaman umum 12,27% x Rp 825.000.000 Rp 101.227.500
Total Rp 389.277.500
Dikurangi: penghasilan investasi (Rp 60.000.000)
Total biaya pinjaman dikapitalisasi Rp 329.227.500
Pencatatan Ayat Jurnal
1 Jan 2015 Bangunan Rp 1.000.000.000
Kas Rp 1.000.000.000

1Apr 2015 Bangunan Rp 1.700.000.000


Kas Rp 1.700.000.000
1Ags 2015 Bangunan Rp 1.200.000.000
Kas Rp 1.200.000.000
1 Des 2015 Bangunan Rp 1.200.000.000
Kas Rp 1.200.000.000
31 Des 2015 Kas* Rp 60.000.000
Bangunan Rp 329.227.500
Beban Bunga Rp 708.772.500
Kas* Rp 1.098.000.000
*Kas yang diperoleh dari penghasilan investasi
*Total beban bunga yang dibayarkan selama tahun 2015 = Rp 228.000.000 + Rp 810.000.000
= Rp 1.098.000.000
Biaya Perolehan Aset Tetap
Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunainya
dan diakui pada saat terjadinya. Jika entitas memperoleh aset tetap
secara kredit dan pembayaran untuk aset melampaui jangka waktu
kredit normal, maka perbedaan antara nilai tunai dengan
pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama periode
Kredit.

Entitas dapat melakukan akuisisi aset tetap secara gabungan dan membayar satu harga untuk aset
gabungan tersebut.
Dalam kasus seperti ini maka biaya perolehan tersebut harus dialokasikan
ke masing-masing jenis aset. Pengalokasian tersebut dilakukan berdasarkan proporsi nilai wajar
dari aset yang diperoleh
Contoh
Entitas membeli tanah, bangunan dan mesin dengan total biaya Rp1.600.000.000. Nilai wajar dari
masing-masing aset adalah sebagai berikut:
Tanah Rp 700.000.000
Bangunan Rp 1.000.000.000
Mesin Rp 300.000.000
Total Rp 2.000.000.000
Total harga perolehan sebesar Rp 1.600.000.000 dialokasikan sebagai berikut:
Tanah 700 ÷ 2.000 x Rp 1.600.000.000 = Rp 560.000.000
Bangunan 1.000 ÷ 2.000 x Rp 1.600.000.000 = Rp 800.000.000
Mesin 300 ÷ 2.000 x Rp 1.600.000.000 = Rp 240.000.000
Rp 1.600.000.000
Ayat jurnal untuk mencatat pembelian tersebut adalah
sebagai berikut:

Tanah Rp 560.000.000
Bangunan Rp 800.000.000
Mesin Rp 240.000.000
Kas Rp 1.600.000.000
Pertukaran

Entitas dapat memperoleh aset tetap melalui pertukaran aset nonmoneter atau kombinasi aset
moneter dan nonmoneter. Dalam hal ini maka biaya perolehan dari suatu aset tetap diukur pada
nilai wajar kecuali:
1.Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi
komersial.
2.Nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan
tidak dapat diukur secara andal
Contoh Pertukaran Memiliki Substansi Komersial

PT. A menukar sebidang tanah dengan nilai buku Rp 800 juta dengan kas Rp 1,6 miliar

dan mesin dengan nilai Rp 2 miliar. Nilai wajar dari tanah diestimasi sebesar Rp 3,6 miliar.
Transaksi tersebut memiliki substansi komersial.

Mesin akan dicatat sebesar Rp 2 miliar, yaitu nilai wajar dari asset (tanah) yang diserahkan (Rp 3,6
miliar) dikurangi dengan kas yang diterima (Rp 1,6 miliar)

Mesin Rp 2.000.000.000

Kas Rp 1.600.000.000

Tanah Rp 800.000.000

Keuntungan dari Pelepasan Tanah Rp 2. 800.000.000


Contoh Pertukaran Tidak Memiliki Substansi Komersial
PT. A menukarkan mobil jenis X dengan nilai buku Rp 260 juta (harga perolehan Rp 400 juta dan
akumulasi penyusutan Rp 140 juta) dan nilai wajar Rp 265 juta untuk kas sebesar Rp 3 juta dan
mobil jenis Y dengan nilai wajar Rp 262 juta.
Mobil jenis X dan jenis Y tersebut mempunyai fungsi yang sama untuk PT. A. Transaksi tersebut
tidak memiliki substansi komersial karena arus kas masa depan PT A diestimasi tidak akan
berubah dengan adanya pertukaran tersebut.
Karena transaksi tersebut tidak memiliki substansi komersial, maka mobil jenis Y dicatat sebesar
nilai buku mobil jenis x ( yaitu rp 260 juta) dikurangi kas yang diterima (rp 3juta) = 257 juta
Kas Rp 3.000.000
Mobil Y Rp 257.000.000
Akumulasi Penyusutan-Mobil X Rp 140.000.000
Mobil X Rp 400.000.00
Pengukuran Setelahnya
Untuk aset tetap, setelah pengakuan awal entitas harus memilih
model biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai kebijakan akuntansinya.
Model yang dipilih oleh entitas harus diterapkan terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang
sama
Beberapa contoh kelompok aset adalah:
1. Tanah
2.Tanah dan bangunan
3. Mesin
4. Kapal
5.Pesawat udara
6.Kendaraan bermotor
7.Perabotan
8.Peralatan kantor
Model Biaya

Dalam model biaya, setelah diakui sebagai aset maka suatu aset tetap dicatat sebesar biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.

Contoh,

PT. Berlian membeli peralatan dengan biaya perolehan Rp 1 miliar, pada tanggal 2 Januari 2015.
Entitas mengestimasi umur manfaat peralatan tersebut adalah 10 tahun tanpa nilai sisa.

Entitas menggunakan metode penyusutan garis lurus. Pada tanggal 31 Desember diestimasi
terdapat rugi penurunan nilai peralatan sebesar Rp 20 juta.
Jurnal
2 Jan 2015 Peralatan Rp 1.000.000.000
Kas Rp 1.000.000.000
Beban Penyusutan Rp 100.000.000
Akumulasi Penyusutan Rp 100.000.000
Rugi Penurunan Nilai Rp 20.000.000
Akumulasi Rugi Penurunan Nilai Rp 20.000.000

Nilai tercatat peralatan per 31 Desember 2015:

Biaya Perolehan Rp 1.000.000.000


Dikurangi: Akumulasi Penyusutan (Rp 100.000.000)
Dikurangi: Akumulasi Rugi penurunan nilai (Rp 20.000.000)
Peralatan– neto Rp 880.000.00
Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus
dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi

Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa
jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan
menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca.

Standar tidak mengharuskan revaluasi dilakukan setiap tahun. Frekuensi revaluasi bergantung pada
pergerakan nilai wajar dan aset tetap
Contoh Penerapan Metode Revaluasi
PT. B memiliki peralatan dengan biaya perolehan Rp 1,56 miliar yang diperoleh pada tanggal 1 Desember
2014. Masa manfaat peralatan tersebut adalah 6 tahun tanpa nilai sisa. PT B memilih metode revaluasi
untuk peralatan tersebut. Pada tanggal 31 Desember 2015 nilai wajar peralatan tersebut adalah Rp 1,6
miliar.
1 Jan 2014
Peralatan Rp 1.560.000.000
Kas Rp 1.560.000.00

31 Des 2014 Beban Penyusutan Rp 260.000.000


Akumuluasi Penyusutan Rp 260.000.000
(1.560.000.000 / 6 tahun = 260.000.000)

31 Des 2015 Beban Penyusutan Rp 260.000.000


Akumuluasi Penyusutan Rp 260.000.000
(1.560.000.000 / 6 tahun = 260.000.000
Nilai buku peralatan per 31 Desember 2015 = Rp 1.560 juta – (Rp260 juta x 2 tahun) = Rp 1.040 juta
Metode Proporsional
Peralatan Rp 840.000.000
Akumulasi Penyusutan Rp 280.000.000
Surplus Revaluasi Rp 560.000.000
Gross up nilai peralatan = Rp 1.600.000.000 x 6/4 = Rp 2.400.000.000

Metode Eliminasi
Akumulasi Penyusustan 520.000.000
Peralatan 520.000.000
Peralatan 560.000.000
Surplus Revaluasi 560.000.000
Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi = dikredit ke surplus revaluasi;
Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi = diakui dalam laporan laba rugi
komprehensif.
Model Revaluasi – Kondisi Setelah Revaluasi

Kondisi 1

Aset tetap dengan biaya perolehan Rp100.000 dan akumulasi penyusutan Rp110.000 dilakukan
revaluasi dan menghasilkan nilai Rp130.000

Akumulasi Penyusutan Rp 110.000

Aset tetap rp 110.000

Aset tetap Rp 110.000

Surplus Revaluasi Rp 110.000


Kondisi 2

Aset tetap dengan biaya perolehan Rp200.000 dan akumulasi penyusutan Rp110.000 dilakukan
revaluasi dan menghasilkan nilai Rp130.000. Sebelumnya pernah direvaluasi dengan penurunan
Rp30.000

Akumulasi Penyusutan Rp 110.000

Aset tetap Rp 110.000

Aset tetap Rp 40.000

Keuntungan Revaluasi Rp 30.000

Surplus Revaluasi Rp 10.000


Kondisi 3
Aset tetap dengan biaya perolehan Rp200.000 dan akumulasi penyusutan Rp110.000 dilakukan
revaluasi dan menghasilkan nilai Rp70.000
Akumulasi penyusutan 110.000
Aset tetap 110.000
Kerugian penurunan nilai 20.000
Aset tetap 20.000
Kondisi 4
Aset tetap dengan biaya perolehan Rp200.000 dan akumulasi penyusutan Rp110.000 dilakukan
revaluasi dan menghasilkan nilai Rp70.000. Sebelumnya pernah direvaluasi dengan surplus
Rp8.000.
Akumulasi Penyusutan Rp 110.000

Aset tetap Rp 110.000

Surplus Revaluasi Rp 8.000


Kerugian penurunan nilai 12.000
Aset tetap 20.000
Model Revaluasi – Perlakuan Akun Surplus Revaluasi
Surplus revaluasi disajikan dalam pendapatan komprehensif lain dipindahkan langsung pada laba
pada saat aset tetap dihentikan pengakuannya.
Perlakuan Akun Surplus Revaluasi

PT Bayu memiliki bangunan dengan harga perolehan awal adalah Rp800 juta. Bangunan disusutkan dengan
metode garis lurus selama 50 tahun, tanpa nilai sisa. PT Bayu menggunakan model revaluasi untuk
pengukuran bangunan tersebut. Bangunan telah direvaluasi sebanyak 3 kali
Pada akhir tahun ke 1 nilai wajar – 920.000.000
Pada akhir tahun ke 3 nilai wajar -1.040.000.000
Pada akhir tahun ke 5 nilai wajar – 1.200.000.000
Pada tahun ke 1. Beban penyusutan adalah sebesar rp 800.000 : 50 tahun = Rp 16.000.000
Ditahun tahun berikutnya besarnya beban penyusutan tergantung dari revaluasi yang dilakukan entitas.
Penyusutan tahunan;
Tahun 1 800.000.000 : 50 tahun = 16.000.000
Tahun 2 920.000.000 : 49 tahun = 18.776.000
Tahun 3 920.000.000 :49 tahun = 18.776.000
Tahun 4 1.040.000.000 :47 tahun = 22.128.000
Tahun 5 1.040.000.000 :47 tahun = 22.128.000
Tahun 6 1.200.000.000 :45 tahun = 26.667.000
Surplus Revaluasi :
Akhir Tahun 1
Nilai tercatat bangunan 800.000.000-16.000.000 = 784.000.000
Nilai wajar adalah 920.000.000
Saldo ditransfer ke surplus revaluasi adalah 920.000.000- 784.000.000= 136.000.000
Akhir Tahun 3
Nilai tercatat bangunan 920.000.000-(18.776.000x2) = 882.448.000
Nilai wajar adalah 1.040.000.000
Saldo ditransfer ke surplus revaluasi adalah 1.040.000.000- 882.448.000 = 157.552.000
Akhir Tahun 5
Nilai tercatat bangunan 1.040.000.000-(22.128.000x2) = 995.744.000
Nilai wajar adalah 1.200.000.000
Saldo ditransfer ke surplus revaluasi adalah 1.200.000.000 - 995.744.000 = 204.256.000
SALDO REVALUASI YANG DIAKUI SECARA BERTAHAP KE SALDO LABA ADALAH :
Tahun 1 = Nol
Tahun 2 =18.776.000 – 16.000.000 = 2.776.000
Tahun 3 = 18.776.000 – 16.000.000 = 2.776.000
Tahun 4 = 22.128.000 – 16.000.000 = 6.128.000
Tahun 5 = 22.128.000 – 16.000.000 = 6.128.000
Tahun 6 = 26.667.000 – 16.000.000 = 10.667.000
penyusutan
Pt Anugerah membeli sebidang tanah beserta bangunan dengan masa manfaat 50 tahun dengan
harga perolehan 1, 25 milyar. Bangunan tersebut mempunyai beberapa komponen yang nilainya
signifikan dengan masa manfaat yang berbeda. Berikut adalah komponen2 tersebut dengan
alokasi harga perolehan masing-masing, dan beban penyusutan yang dihitung menggunakan
metode garis lurus :

Komponen Harga Perolehan Umur manfaat Biaya Penyusutan


(tahun) (tahun)

Tanah 1.200.000.000 Tidak terbatas -


atap 100.000.000 25 4.000.000
lift 800.000.000 20 40.000.000
Sisa komponen 1.000.000.000 50 20.000.000
bangunan lain
Pt C memiliki peralatan yang dibeli pada tanggal 1 januari 2013 dengan biaya perolehan
600.000.000. Estimasi umur manfaat peralatan tersebut adalah 6 tahun. Tanpa nilai sisa. PT C
menyusutkan peralatan dengan metode garis lurus. Pada tahun 2015 PT C MEMUTUSKAN
MEREVISI UMUR MANFAAT PERALATAN TERSEBUT MENJADI 7 TAHUN.

Penyusutan pertahun untuk tahun 2013 dan 2014 = 600.000.000: 6 = 100 juta
Akumulasi penyusutan per 31 des 2014 ( setelah berjalan 2 tahun) = 600jt-(2x100jt) = 400 juta
Penyusutan pertahun setelah revisi umur manfaat = 400 juta : 5 = RP 80 juta
Penghentian Pengakuan aset tetap
Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat :
1. Dilepaskan
2. Tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya.
Contoh
Pt mara membeli mesin pada tanggal 1 juli 2012 dengan harga perolehan 400 juta. Aset tersebut mempunyai umur manfaat 10 tahun dengan nilai
sisa 80 juta. Pada tanggal 1 januari 2015 entitas menjual asset tersebut dengan harga 324 juta.
Maka;
Penyusutan per tahun = (400 juta - 80 juta )/10 tahun = 32 juta
Akumulasi penyusutan sampai tanggal 1 januari 2015 = 32 juta x 2.5 tahun = 80 juta
Nilai tercatat pada tanggal 1 januari 2015 = 400 juta - 80 juta = 320 juta
Keuntungan penjualan asset tetap = 324 juta- 320 juta = 4 juta
Jurnal
Kas 324.000.000
Akumulasi penyusutan 80.000.000
Mesin 400.000.000
Keuntungan dari penjualan asset tetap 4.000.000
Properti Investasi
Menurut PSAK 13 (Revisi 2011), properti investasi
adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang
dikuasai (oleh pemilik atau lessee / penyewa melalui sewa pembiayaan)
untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak untuk:

1. Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau


jasa atau untuk tujuan administratif.
2. Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari
Contoh Properti Investasi
Beberapa contoh dari properti investasi:
1. Tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan nilai dan bukan untuk dijual jangka
pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari
2. Tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaanya di masa depan belum ditentukan
3. Bangunan yang dimiliki oleh entitas dan disewakan kepada pihak lain melalui satu atau lebih
sewa operasi
4. Bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan kepada pihak lain melalui satu
atau lebih sewa operasi
Pengakuan
Biaya perolehan properti investasi harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
1.Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan
mengalir ke entitas
2.Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
Pengukuran Awal
Properti investasi yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset harus diukur sebesar biaya
perolehan.
Biaya perolehan tersebut meliputi harga pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat
diatribusikan secara langsung.
Perolehan properti investasi juga dapat melalui pertukaran aset nonmoneter atau kombinasi aset
moneter dan nonmoneter. Jika diperoleh melalui pertukaran, maka biaya perolehan diukur pada
nilai wajar kecuali:
1.Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial.
2.Nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapatdiukur secara andal
Pengukuran Setelah Perolehan
Entitas harus memilih model nilai wajar atau model biaya sebagai kebijakan akuntansi untuk
pengukuran setelah perolehan.
Model yang dipilih oleh entitas harus diterapkan terhadap seluruh properti investasinya.
 Model Biaya Yaitu dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai aset
 Model Nilai Wajar Yaitu selisih yang timbul dari penyesuaian ke nilai wajar langsung diakui
dalam laporan laba rugi komprehensif dan tidak dilakukan
perhitungan penyusutan apabila entitas memilih menggunakan
model nilai wajar
Penghentian Pengakuan
- Properti investasi dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan
- atau ketika properti investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen
- dan tidak memiliki manfaat ekonomis di masa depan.
- Pelepasan property investasi dapat dilakukan dengan cara dijual atau disewakan secara sewa
pembiayaan.

Anda mungkin juga menyukai