Pengakuan
Sebagaimana pengakuan untuk aset lainnya, biaya
perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan
berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas.
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
Pengukuran Awal
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui
sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan.
Apabila entitas memiliki aset tetap dan atas kepemilikan asettetap tersebut terdapat
kewajiban bagi entitas untuk membongkar atau memindahkan atau merestorasi aset tetap
tersebut pada akhir masa manfaatnya
Penyelesaian:
Biaya dekorasi kantor tersebut adalah Rp 1 miliar ditambah
estimasi biaya untuk mendekorasi kantor tersebut, yaitu Rp 120.000.000 ÷ (1 +6%)⁵
= Rp 89.670.000. Jadi total biaya dekorasi kantor yang diakui dilaporan posisi keuangan PT.ABC
adalah Rp 1.089.670.000,
Pinjaman
Awal tanggal kapitalisasi bunga pinjaman adalah tanggal ketika entitas pertama kali memenuhi
semua kondisi berikut:
aset tetap, jumlah biaya yang dapat dikapitalisasi adalah sebesar biaya pinjaman aktual yang
terjadi atas pinjaman tersebut selama periode berjalan.
2.Dana secara umum yang digunakan untuk tujuanpembangunan aset tetap, maka jumlah biaya
pinjamanyang dapat dikapitalisasi adalah dengan menggunakan
Rp 825.000.000
Rata-rata tertimbang biaya pinjaman
(dari pinjaman umum)
Wesel bayar dengan tingkat bunga 15% Rp 3 miliar x 15% Rp 450.000.000
Obligasi dengan tingkat bunga 10% Rp 3,6 miliar x 10% Rp 360.000.000
Total Rp 810.000.000
Rata-rata tertimbang = Rp 810.000.000 ÷ Rp 6,6 miliar = 12,27%
Entitas dapat melakukan akuisisi aset tetap secara gabungan dan membayar satu harga untuk aset
gabungan tersebut.
Dalam kasus seperti ini maka biaya perolehan tersebut harus dialokasikan
ke masing-masing jenis aset. Pengalokasian tersebut dilakukan berdasarkan proporsi nilai wajar
dari aset yang diperoleh
Contoh
Entitas membeli tanah, bangunan dan mesin dengan total biaya Rp1.600.000.000. Nilai wajar dari
masing-masing aset adalah sebagai berikut:
Tanah Rp 700.000.000
Bangunan Rp 1.000.000.000
Mesin Rp 300.000.000
Total Rp 2.000.000.000
Total harga perolehan sebesar Rp 1.600.000.000 dialokasikan sebagai berikut:
Tanah 700 ÷ 2.000 x Rp 1.600.000.000 = Rp 560.000.000
Bangunan 1.000 ÷ 2.000 x Rp 1.600.000.000 = Rp 800.000.000
Mesin 300 ÷ 2.000 x Rp 1.600.000.000 = Rp 240.000.000
Rp 1.600.000.000
Ayat jurnal untuk mencatat pembelian tersebut adalah
sebagai berikut:
Tanah Rp 560.000.000
Bangunan Rp 800.000.000
Mesin Rp 240.000.000
Kas Rp 1.600.000.000
Pertukaran
Entitas dapat memperoleh aset tetap melalui pertukaran aset nonmoneter atau kombinasi aset
moneter dan nonmoneter. Dalam hal ini maka biaya perolehan dari suatu aset tetap diukur pada
nilai wajar kecuali:
1.Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi
komersial.
2.Nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan
tidak dapat diukur secara andal
Contoh Pertukaran Memiliki Substansi Komersial
PT. A menukar sebidang tanah dengan nilai buku Rp 800 juta dengan kas Rp 1,6 miliar
dan mesin dengan nilai Rp 2 miliar. Nilai wajar dari tanah diestimasi sebesar Rp 3,6 miliar.
Transaksi tersebut memiliki substansi komersial.
Mesin akan dicatat sebesar Rp 2 miliar, yaitu nilai wajar dari asset (tanah) yang diserahkan (Rp 3,6
miliar) dikurangi dengan kas yang diterima (Rp 1,6 miliar)
Mesin Rp 2.000.000.000
Kas Rp 1.600.000.000
Tanah Rp 800.000.000
Dalam model biaya, setelah diakui sebagai aset maka suatu aset tetap dicatat sebesar biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
Contoh,
PT. Berlian membeli peralatan dengan biaya perolehan Rp 1 miliar, pada tanggal 2 Januari 2015.
Entitas mengestimasi umur manfaat peralatan tersebut adalah 10 tahun tanpa nilai sisa.
Entitas menggunakan metode penyusutan garis lurus. Pada tanggal 31 Desember diestimasi
terdapat rugi penurunan nilai peralatan sebesar Rp 20 juta.
Jurnal
2 Jan 2015 Peralatan Rp 1.000.000.000
Kas Rp 1.000.000.000
Beban Penyusutan Rp 100.000.000
Akumulasi Penyusutan Rp 100.000.000
Rugi Penurunan Nilai Rp 20.000.000
Akumulasi Rugi Penurunan Nilai Rp 20.000.000
Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa
jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan
menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca.
Standar tidak mengharuskan revaluasi dilakukan setiap tahun. Frekuensi revaluasi bergantung pada
pergerakan nilai wajar dan aset tetap
Contoh Penerapan Metode Revaluasi
PT. B memiliki peralatan dengan biaya perolehan Rp 1,56 miliar yang diperoleh pada tanggal 1 Desember
2014. Masa manfaat peralatan tersebut adalah 6 tahun tanpa nilai sisa. PT B memilih metode revaluasi
untuk peralatan tersebut. Pada tanggal 31 Desember 2015 nilai wajar peralatan tersebut adalah Rp 1,6
miliar.
1 Jan 2014
Peralatan Rp 1.560.000.000
Kas Rp 1.560.000.00
Metode Eliminasi
Akumulasi Penyusustan 520.000.000
Peralatan 520.000.000
Peralatan 560.000.000
Surplus Revaluasi 560.000.000
Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi = dikredit ke surplus revaluasi;
Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi = diakui dalam laporan laba rugi
komprehensif.
Model Revaluasi – Kondisi Setelah Revaluasi
Kondisi 1
Aset tetap dengan biaya perolehan Rp100.000 dan akumulasi penyusutan Rp110.000 dilakukan
revaluasi dan menghasilkan nilai Rp130.000
Aset tetap dengan biaya perolehan Rp200.000 dan akumulasi penyusutan Rp110.000 dilakukan
revaluasi dan menghasilkan nilai Rp130.000. Sebelumnya pernah direvaluasi dengan penurunan
Rp30.000
PT Bayu memiliki bangunan dengan harga perolehan awal adalah Rp800 juta. Bangunan disusutkan dengan
metode garis lurus selama 50 tahun, tanpa nilai sisa. PT Bayu menggunakan model revaluasi untuk
pengukuran bangunan tersebut. Bangunan telah direvaluasi sebanyak 3 kali
Pada akhir tahun ke 1 nilai wajar – 920.000.000
Pada akhir tahun ke 3 nilai wajar -1.040.000.000
Pada akhir tahun ke 5 nilai wajar – 1.200.000.000
Pada tahun ke 1. Beban penyusutan adalah sebesar rp 800.000 : 50 tahun = Rp 16.000.000
Ditahun tahun berikutnya besarnya beban penyusutan tergantung dari revaluasi yang dilakukan entitas.
Penyusutan tahunan;
Tahun 1 800.000.000 : 50 tahun = 16.000.000
Tahun 2 920.000.000 : 49 tahun = 18.776.000
Tahun 3 920.000.000 :49 tahun = 18.776.000
Tahun 4 1.040.000.000 :47 tahun = 22.128.000
Tahun 5 1.040.000.000 :47 tahun = 22.128.000
Tahun 6 1.200.000.000 :45 tahun = 26.667.000
Surplus Revaluasi :
Akhir Tahun 1
Nilai tercatat bangunan 800.000.000-16.000.000 = 784.000.000
Nilai wajar adalah 920.000.000
Saldo ditransfer ke surplus revaluasi adalah 920.000.000- 784.000.000= 136.000.000
Akhir Tahun 3
Nilai tercatat bangunan 920.000.000-(18.776.000x2) = 882.448.000
Nilai wajar adalah 1.040.000.000
Saldo ditransfer ke surplus revaluasi adalah 1.040.000.000- 882.448.000 = 157.552.000
Akhir Tahun 5
Nilai tercatat bangunan 1.040.000.000-(22.128.000x2) = 995.744.000
Nilai wajar adalah 1.200.000.000
Saldo ditransfer ke surplus revaluasi adalah 1.200.000.000 - 995.744.000 = 204.256.000
SALDO REVALUASI YANG DIAKUI SECARA BERTAHAP KE SALDO LABA ADALAH :
Tahun 1 = Nol
Tahun 2 =18.776.000 – 16.000.000 = 2.776.000
Tahun 3 = 18.776.000 – 16.000.000 = 2.776.000
Tahun 4 = 22.128.000 – 16.000.000 = 6.128.000
Tahun 5 = 22.128.000 – 16.000.000 = 6.128.000
Tahun 6 = 26.667.000 – 16.000.000 = 10.667.000
penyusutan
Pt Anugerah membeli sebidang tanah beserta bangunan dengan masa manfaat 50 tahun dengan
harga perolehan 1, 25 milyar. Bangunan tersebut mempunyai beberapa komponen yang nilainya
signifikan dengan masa manfaat yang berbeda. Berikut adalah komponen2 tersebut dengan
alokasi harga perolehan masing-masing, dan beban penyusutan yang dihitung menggunakan
metode garis lurus :
Penyusutan pertahun untuk tahun 2013 dan 2014 = 600.000.000: 6 = 100 juta
Akumulasi penyusutan per 31 des 2014 ( setelah berjalan 2 tahun) = 600jt-(2x100jt) = 400 juta
Penyusutan pertahun setelah revisi umur manfaat = 400 juta : 5 = RP 80 juta
Penghentian Pengakuan aset tetap
Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat :
1. Dilepaskan
2. Tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya.
Contoh
Pt mara membeli mesin pada tanggal 1 juli 2012 dengan harga perolehan 400 juta. Aset tersebut mempunyai umur manfaat 10 tahun dengan nilai
sisa 80 juta. Pada tanggal 1 januari 2015 entitas menjual asset tersebut dengan harga 324 juta.
Maka;
Penyusutan per tahun = (400 juta - 80 juta )/10 tahun = 32 juta
Akumulasi penyusutan sampai tanggal 1 januari 2015 = 32 juta x 2.5 tahun = 80 juta
Nilai tercatat pada tanggal 1 januari 2015 = 400 juta - 80 juta = 320 juta
Keuntungan penjualan asset tetap = 324 juta- 320 juta = 4 juta
Jurnal
Kas 324.000.000
Akumulasi penyusutan 80.000.000
Mesin 400.000.000
Keuntungan dari penjualan asset tetap 4.000.000
Properti Investasi
Menurut PSAK 13 (Revisi 2011), properti investasi
adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang
dikuasai (oleh pemilik atau lessee / penyewa melalui sewa pembiayaan)
untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak untuk: