Anda di halaman 1dari 4

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT RS ARROYYAN

NOMOR :
/PAN/SK/DIR/./2022

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN BUDAYA KESELAMATAN DI RUMAH SAKIT RS ARROYYAN

Menimbang :

a. Bahwa budaya keselamatan pasien merupakan hal yang mendasar didalam pelaksanaan keselamatan di rumah sakit :

b. Bahwa upaya pelaksanaan keselamatan pasien diawali dengan penerapan budaya keselamatan pasien
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di maksud huruf a dan b perlu menetapkan Keputusan Direktur tentang Panduan Budaya Keselamatan
Pasien Rumah Sakit RS Arroyyan

Mengingat :

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 43; Rumah Sakit wajib menerapkan Standar Mutu dan Keselamatan
Pasien.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 436/Menkes/SK/VI1993 tentang berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar
Pelayanan Medis di Rumah Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Kesatu : Keputusan Direktur Rumah Sakit Ar Royyan tentang Pemberlakuan Panduan Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Rs Arroyyan

Kedua : Pemberlakuan Panduan Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa apabila dikemudian hari terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam
keputusan ini akan ditinjau kembali sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Indralaya

Pada Tanggal.....

Direktur

Rumah Sakit Rs Arroyyan


PANDUAN BUDAYA KESELAMATAN RS ARROYYAN

BAB 1

DEFINISI

Budaya Keselamatan Rumah Sakit adalah suatu pola keyakinan, nila-nilai perilaku, norma-norma yang disepakati / diterima dan melingkupi semua proses
sehingga membentuk bagaimana seseorang berprilaku dan bekerja bersama.

A. Budaya keselamatan memiliki 4 pengertian utama:


1. Kesadaran (awareness) yang aktif dan konstan tentang potensi terjadinya kesalahan
2. Terbuka dan adil
3. Pendekatan system
4. Pembelajaran dari pelaporan insiden

B. Manfaat penting dari budaya keselamatan (npsa, 2004):


Rumah sakit lebih tahu jika ada kesalahan yang akan terjadi atau jika kesalahan telah terjadi. Meningkatkan pelaporan insiden dan belajar dari insiden yang
terjadi utuk mengurangi berulangnya dan keparahan dari insiden keselamatan. Kesadaran keselamatan yaitu bekerja untuk mencegah error dan melaporkan
bila terjadi kesalahan sehingga dapat mengurangi cedera fisik dan psikis. Mengurangi sumber daya untu menajemen komplain dan klaim.

C. Komponen budaya keselamatan menurut Reason


Menurut Reason, komponen budaya keselamatan terdiri atas budaya pelaporan, budaya adil, budaya fleksibel, dan budaya pembelajaran. Keempat
komponen tersebut mengidentifikasikan nilai-nilai kepercayaan dan perilaku yang ada dalam rumah sakit dengan budaya informasi dimana insiden dilaporkan
untuk dilakukan tindakan untuk meningkatkan keamanan. Rumah sakit yang aman tergantung pada kesediaan karyawan untuk melaporkan kejadian cedera dan
nearmiss (learning culture). Kerelaan karyawan dalam melaporkan insiden karena kepercayaan bahwa manajemen akan memberikan support dan penghargaan
terhadap pelaporan insiden dan tindakan disiplin diambil berdasarkan akibat dari resiko (risk taking), merupakan pelaksanaan budaya adil. Kerelaan karyawan
untuk melaporkan untuk melaporkan insiden karena atasan bersikap tenang ketika informasi disampaikan sebagai bentuk penghargaan terhadap pengetahuan
petugas, merupakan pelaksanaan budaya fleksibel. Terpenting, kerelaan karyawan untuk melaporkan insiden karena kepercayaan bahwa rumah sakit akan
melakukan analisa informasi insiden untuk kemudian dilakukan perbaikan sistem, merupakan pelaksanaan budaya pembelajara. Interaksi anatra keempat
komponen tersebut akan mewujudkan budaya keselamatan yang kuat.

D. Terbuka dan Adil


Menurut NPSA (National Patient safety Agency) (2006), bagian yang fundamental dari organisasi dengan budaya keselamatan adalah menjamin adanya
keterbukaan dan adil. Keterbukaan dan adil berarti semua pegawai/staff berbagai informasi secara bebas dan terbuka mengenai insiden yang terjadi.
Bagian yang paling mendasar dari rumah sakit dengan budaya keselamatan (culture of safety) meyakinkan bahwa rumah sakit memiliki “ keterbukaan
dan adil “ (being open and fair). Ini bearti bahwa (NSPA, 2004) :
1. Staff yang terlibat dalam insiden merasa bebas untuk menceritakan insiden tersebut atau terbuka tentang insiden tersebut
2. Staff dan rumah sakit bertanggung jawab untuk tindakan yng diambil
3. Staff merasa bisa membicarakan semua insiden yang terjadi kepada teman sejawat dan atasanya
4. Rumah sakit lebih terbuka dengan pasien-pasien. Jika terjadi insiden, staff dan masyarakat akan mengambil pelajaran dari insiden tersebut
5. Perlakuan yang adil terhadap staff jika insiden terjadi

Terbuka dan adil sangat penting diterapkan karena staff tidak akan membuat laporan insiden jika mereka yakin kalau laporan tersebut akan
menyebabkan mereka atau koleganya kena hukuman atau tindakan disiplin. Lingkungan yang terbuka dan dil membantu staff untuk yakin membuat laporan
insiden yang bisa menjadi pelajaran untuk perbaikan.

E. Tujuan
1. Meningkatkan kesadaran mengenai keselamatan di Rumah Sakit
2. Mendiagnosa dan menilai keadaan budaya keselamatan di Rumah Sakit
3. Mengidentifikasi kekuatan atau kelebihan suatu area/unit untuk pengembangan program keselamatan di Rumah Sakit
4. Menguji perubahan trend budaya keselamatan di Rumah Sakit sepanjang waktu
5. Mengevaluasi dampak budaya dari inisiatif dan intervensi keselamatan di Rumah Sakit
6. Mengadakan perbandingan baik internal maupun eksternal
BAB II

RUANG LINGKUP

A. Pelaksanaan Panduan
Panduan ini dilaksanakan oleh seluruh staff Rumah Sakit Ar Royyan

B. Tempat Pelaksanaan
Panduan ini dilaksanakan di seluruh instalasi/unit Rumah Sakit Rs Arroyyan termasuk komite dan tim di Rs Arroyyan Indralaya

C. Waktu Pelaksanaan
Panduan ini dilaksanakan di setiap kegiatan di Rumah Sakit Ar Royyan, bail pelayanan dan manajemen
BAB III
TATA LAKSANA

Survei yang dilakukan dengan baik dapat digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dari sebuah organisasi dan dapat mengidentifikasi area mana saja yang
membutuhkan perhatian khusus.

A. Persiapan sebelum survei


1. Lindungi kerahasiaan karyawan
a. Tetapkan prosedur untuk melindungi kerahasiaan dan privasi dari karyawan. Hal ini sangat penting untuk menghindari persepsi melecehkan atau
ketakutan dari pelecehan, diskriminasi terhadap karyawan yang melaporkan tindakan merugikan.

b. Kumpulkan hasil survei tanpa disertai nama responden, pastikan responden yang mengembalikan lembar survei tetap tidak dapat teridentifikasi.
- Instruksikan karyawan untuk tidak mencantumkan nama pada lembar survei
- Tunjuk petugas khusus (seseorang yang tidak terkait dengan tim supervisi) untuk membagikan dan mengumpulkan lembar survei
- Sediakan amplop bersegel untuk mengumpulkan lembar survei guna melindungi kerahasiaan lembar survei. Jika memungkinkan bagikan lembar
survei diluar jam kerja/diluar shift
- Pertimbangkan untuk menghilangkan pertanyaan bersifat demografi, hal ini guna untuk menjaga kerahasiaan dan privasi karyawan saat hasil
dianalisa
c. Lindungi kerahasiaan data dalam sistem database
- Batasi orang yang dapat mengakses database
- Pastikan data yang tersimpan tidak tidak mencantumkan identifikasi
- Pastikan sistem tidak dapat diakses oleh pihak tidak berkepentingan (pihak luar)

d. Lindungi privasi selama pelaporan hasil


Laporan dari seorang karyawan dapat dengan mudahte ridentifikasi saat pelaporan dalam lingkup organisasi/unit yang kecil. Oleh karena itu hindari
pelaporan hasil survei dengan mencantumkan unit kerja, alamat, atau data demografi apapun (usia, kelaminan, ras, dll) kecuali pada batas batas
minimum 25 orang dalam tiap kategori.

2. Pastikan adanya sumber daya yang memadai dan besar cakupan survei
Dua hal penting dalam memulai survei adalah pastikan adanya dana dan sumber daya guna menentukan besarnya cakupan survei yang akan dilakukan.
Pertimbangan terkait sumber daya yang tersedia :
a. Berapa banyak dana atau sumber daya yang tersedia untuk menjalankan survei?
b. Siapa saja orang rumah sakityang bisa menjalankan survei?
c. Berapa lama jangka waktu yang diperlukan hingga hasil survei dapat diketahui?
d. Apakah ada seorang ahli yang mampu untuk menjalankan survei di dalam rumah sakit atau perlu dipertimbangkan untuk menyewa pihak
ketiga/vendor luar dalam menjalankan survei?

3. Tentukan metode pengumpulkan


Untuk memilih metode pengumpulan data, ada beberapa hal yang bisa menjadi pertimbangan:
a. Tingkat respon terhadap survei
Tingkat respon sangat penting karena dengan yang rendang Berkemungkinan untuk membatasi kepalak unit kerja/kepala instasi untuk mengambil
kesimpulan dari hasil survei .saat tingkat respon dari survei rendah,bisa berbahaya karena besar kemungkinan karyawan yang tidak memberikan
respon bisa memberikan jawaban yang sangat berbeda dari karyawan yang memberikan respon dari survei.
B.Logistik
Dilingkup rumah sakit mutiara hati pelaksanan survei menggunakan kertas

B. Menentukan populasi survei


Semua karyawan dirumah sakit atau hanya sebagian dari unit rumah sakit dapat mewakili populasi yang diinginkan,dari populasi tersebut.bisa
diambil sampel yang dikendaki baik berdasarkan unit,profesi ,maupun level jabatan.ada beberapa cara untuk menentukan sampel dalam
populasi,pilih jenis populasi sesuai kebutuhan dan ketersedian sumber daya.

1.Karyawan dengan kategori tertentu


Rumah sakit mungkin menghendaki survei dilakukan pada profesi tertentu,misal perawat,apoteker,dokter,dll.maka dapat dilakukan,namun tidak
dapat mewakili gambaran secara menyeluruh dari rumah sakit.
2.rumah sakit bisa juga mengambil populasi pada unit tertentu misal IGD,rawat Inap,dan lain-lain.diurutkan berdasarkan penggolongan yang bisa
mewakili rumah sakit secara Umum.

Anda mungkin juga menyukai