Anda di halaman 1dari 64

V

VOLUME 1 NOMOR 2,
JULI 2018

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | i


DEWAN REDAKSI

PenanggungJawab
Ketua LPPM IBK Nitro

Editor In Chief
Karta Negara Salam (Sinta ID: 6128432), IBK Nitro

Editor
Fadliyani Nawir (Sinta ID: 6738777), IBK Nitro
Budhi Krisnanto (Sinta ID: 6738544), IBK Nitro
Dhita Pratiwi Ar, IBK Nitro

Reviewer

Nurdwiana Sari Saudi, Universitas Hasanuddin


Moh. Hatta Alwi Hamu, Universitas Fajar
Abdul Samad, Universitas Fajar
Megawaty (Sinta ID: 6110657), IBK Nitro
Rosnaini Daga (Sinta ID: 6057652), IBK Nitro
Novita Rosanti (Sinta ID: 6012412), IBK Nitro

Diterbitkan:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IBK Nitro
Email: jmpkn.ibknitro@gmail.com
Jl. Prof. Abdurahaman Basalamah No.101 Kota Makassar

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | ii


DAFTAR ISI

Pengaruh Perilaku Investor Terhadap Keputusan Investasi


Pada Investor Milenial Makassar
Rosnani Said __67-75

Peningkatan Prestasi Kerja Karyawan Sektor Perbankan


Melalui Motivasi Kerja
Kasnaeny K__76-81

Perencanaan Bisnis (Business-Plan) Pendirian Bank Pembiayaan


Rakyat Syariah (BPRS) Kabupaten Barru
Sulkipli__82-93

Pendekatan Theory of Constraint (TOC) dalam Meningkatkan


Efisiensi Biaya Produksi (Studi ada PT. Perkebunan Nusantara X
Pabrik Gula Tjoekir Diwek Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur)
Titik Inayati, Sri Dwi Wahyuningsih __94-117

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusaiiaan Melakukan Right


Issue Di Bursa Efek Indonesia
Zakaria Hatta__118-127

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | iii
Pengaruh Perilaku Investor Terhadap Keputusan
Investasi Pada Investor Milenial Makassar
Rosnani Said 1*
Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau Sulawesi Tenggara

*
email korespondensi:
rosnanis35@gmail.com

ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk: (1). Mengetahui pengaruh loss aversion terhadap
pengambilan keputusan investor (2). Mengetahui pengaruh regret aversion terhadap
pengambilan keputusan. (3). Mengetahui pengaruh mental accounting terhadap
pengambilan keputusan. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan
menyebarkan kuisioner pada 120 mahasiswa yang aktif pada Galeri Investasi di 6
Perguruan Tinggi Swasta yang ada di Makassar. Alat analisis yang digunakan
adalah regresi berganda SPSS.23. Hasilnya (1). Loss Aversion berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan Investasi (2). Regret Aversion tidak berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan Investasi (3). Mental Accounting berpengaruh
terhadapp engambilan keputusan investasi. Keterbatasan penulisan ini adalah
penelitian ini baru menggunakan satu factor yaitu faktor prospek. Didalam faktor
tersebut hanya mengambil loss aversion, regret aversion, dan mental, untuk
penelitian selanjutnya diharapkan mampu melibatkan empat faktor dalam
behavioral finance (heuristic factors, prospect factors, herding factors, dan market
factors) tidak hanya faktor prospek saja.
Kata Kunci: Perilaku Investor, keputusan Investasi, Investor Milenial.

I. PENDAHULUAN
Tren digitalisasi di Indonesia menjadi pintu kemudahan bagi semua sektor
termasuk industri pasar modal. Namun sayangnya, minat masyarakat Indonesia
dalam berinvestasi di pasar modal masih sangat minim. Kepala Bursa Efek
Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan, Fahmin Amirullah, mengatakan
masyarakat Indonesia yang memahami mengenai pasar modal hanya sekitar 4,40%.
Kemudian yang menggunakan instrumen investasi pasar modal presentasinya lebih
rendah lagi, yaitu 1,25%., masyarakat masih didominasi oleh budaya konsumtif
dibanding investasi. Paradigma ini harus diubah melalui sosialisasi yang masif
apalagi investasi pasar modal saat ini menawarkan beragam kemudahan.
Sebelum tahun 2011 untuk berinvestasi harus menyiapkan Rp50 juta, yang
kalau dikonversi sekarang itu jumlahnya Rp300 juta. Sekarang bisa buka rekening
efek dengan deposit yang sangat minim. Fahmi melanjutkan pasar modal mulai
memunculkan kabar baik pada 2018. Hal itu dibuktikan dengan pertumbuhan
jumlah investor pasar modal yang naik signifikan dan didominasi kaum milenial. .
BEI Sulsel mencatat jumlah Single Investor Identification (SID) pada 2017 yaitu
hanya 8.867, naik menjadi 13.797 pada 2018.
Berdasarkan fakta empiris yang sudah dipaparkan sebelumnya, mengenai
investor yang ada di Makassar maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
pengaruh perilaku investor dalam pengambilan keputusan investasi saham pada
investor Mileneal Makassar.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |67
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui pengaruh loss aversion terhadap pengambilan keputusan
investor saham saham yang ada di Makassar
2. Untuk mengetahui pengaruh regret aversion terhadap pengambiln keputusan
investor saham uang ada di Makassar
3. Untuk mengetahui pengaruh Mental Accounting terhadap pengambilan
keputusan.

II. METODE PENELITIAN

a. Definisi tentang Perilaku Keuangan


(Ricciardi & Simon, 2015) “Behavioral finance attempts to explain and
increase understanding of the reasoning patterns of investors, including the
emotional processes involved and the degree to which they influence the decision-
making process” Artinya Behavioral finance juga mencoba menjelaskan dan
meningkatkan pemahaman tentang pola – pola dari alasan investor termasuk aspek
emosional dan derajat dari aspek tersebut dalam mempengaruhi proses
pengambilan keputusan. Menurut Litner (1998: 7) “Behavioral finance is the study
of how humans interpret and act on information to make informed investment
decisions” Mengacu pada definisi tersebut, behavioral finance merupakan suatu
ilmu yang mempelajari bagaimana manusia menyingkapi dan bereaksi atas
informasi yang ada dalam upaya untuk mengambil keputusan.
b. Teori dan Faktor Perilaku Keuangan
Teori prospek, yang dikembangkan oleh (Kahneman & Tversky, 2007)adalah
salah satu yang paling sering dikutip dan dokumentasi fenomena terbaik dalam
psikologi ekonomi. Teori itu menyatakan bahwa kita memiliki kecenderungan yang
tidak rasional kurang mau bertaruh dengan keuntungan daripada dengan
kerugian. Prospect theory difokuskan pada pengambilan keputusan mental yang
dipengaruhi oleh sistem nilai investor . Prospect theory dijelaskan beberapa kondisi
mental yang efektif pada proses pengambilan keputusan seperti loss aversion, regret
aversion, dan mental accounting.(Waweru et al., 2008)
c. Pengambilan Keputusan
Banyak peneliti menganggap pengambilan keputusan sebagai proses
memilih di antara alternatif yang berbeda untuk solusi yang tepat dalam konteks
penyelesaian masalah. Tepatnya, menurut Zeleny (1982, hal. 84), proses
pengambilan keputusan adalah “tindakan memilih alternatif yang paling
diinginkan dan memperlakukannya sebagai gantinya, sebagai proses: dinamis dan
kesaling keterkaitan antara sebelum pengambilan keputusan, keputusan, dan
tahap pasca-keputusan
Pengambilan keputusan saham terdiri dari keputusan jual saham dan
keputusan beli saham , adapun indicator keputusan jual saham adalah :
1. Ekspetasi harga saham
2. Koreksi harga saham
3. Pengalaman rugi
Sementara indikator keputusan beli saham adalah :
1. Membeli saham sebagai kebutuhan berinvestasi

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |68
2. Membeli saham saat ada informasi sahamyang positif
3. Informasi darimedia tentang keunggulan saham yang di beli.
4. Memahami risiko saham yang dibeli
5. Kinerja saham sesuai harapan

d. Kerangka Konseptual Dan Hipotesis


Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang dapat
digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah. Biasanya kerangka
penelitian ini menggunakan pendekatan ilmiah dan memperlihatkan hubungan
antar variabel dalam proses analisisnya.

Loss Aversion

Regret Pengambilan
Aversion Keputusan

Mental
Accounting

Hipotesis yang dibangun adalah :


H1. = Loss Aversion berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
H2 = Regret Aversion berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
H3 = Mental Accounting berpengaruh terhadap pengambilan keputusan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan


data primer. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh investor di Makassar
pada tahu 2019 , adapun sampel dalam penelitian ini adalah 120 responden ,
merupakan mahasiswa yang tergabung dalam komunitas Galeri Investasi (GI) yang
tersebar di beberapa perguruan tinggi swasta yang ada di Makassar seperti terlihat
pada table 2.1 . Setiap responden diberikan kuesioner untuk memberikan jawaban
atas pernyataan yang telah disediakan, baik pertanyaan tertutup maupun
pertanyaan terbuka.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode
survey dengan cara penyebaran kuesioner. Data dianalisis denganmenggunakan
regres iberganda SPSS 23.

Hasil Penelitian dan Pembahasan.


Untuk mempermudah dalam mengidentifikasi responden dalam penelitian
ini, maka diperlukan gambaran mengenai karakteristik responden. Adapun
gambaran karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |69
Tabel .1
Karakteristik Responden pada investor di Kota Makassar
Jumlah Persentase
Karakteristik Responden
(orang) (%)
Jenis Kelamin
Laki 41 52,17 %
Perempuan 79 47,83
Jumlah 120 100
Umur
18 - 24 tahun 112 93,3
25 - 34 tahun 5 4,2
35 - 44 tahun 2 1,7
45 – 54 tahun 1 0,8
Jumlah 120 100
Pendidikan
SMA 120 100
Jumlah 120 100
Pendapatan per bulan
Kurang dari Rp. 5 juta 114 95
Rp. 5 juta – 10juta 6 5
Jumlah 120 100
Pekerjaan
Pelajar dan Mahasiswa 120 100
Jumlah 120 100
Status Perkawinan
Belum menikah 116 96,7
Sudah menikah 4 3.3
Jumlah 120 100
Jumlah tanggungan
Tidak ada tanggungan 117 97,5
1 anak 1 0,83
2 anak 2 1,67
Jumlah 120 100
Lama investasi
1 tahun 91 75,83
2 tahun 23 19,17
3 tahun 6 5
Jumlah 120 100
Sekuritas
Dana Reksa sekuritas 17 14.16
Mandiri Sekuritas 3 2.5
First Asia Capital 25 20.83
Phintraco sekuritas 21 17.5
RHB Sekuritas 21 17.5
MNC Sekuritas 30 25
Jumlah 120 100

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |70
Perguruan Tinggi
STIE NITRO 20 16,67
STIE ATMAJAYA 20 16,67
FEB UNISMUH 20 16,67
FEB UMI 20 16,67
STIEM YPBUP 20 16,67
STIE NOBEL 20
Total 120 100
Sumber : Data diolah,( 2019)
Berdasarkan tabel 1 di atas terlihat bahwa responden pada penelitian ini
dari kriteria jenis kelamin di dominasi oleh perempuan yaitu sebanyak 79 orang
atau 52,17% sedangkan selebihnya adalah lakilaki sebanyak 41 orang atau 47,83%
.
Dari kriteria umur, responden pada penelitian ini di dominasi pada rentang
umur 18-24 tahun sebanyak 112 orang atau 93,3 %, selebihnya pada rentang umur
25-34 tahun sebanyak 5 orang atau 4,2 %, 35-44 tahun sebanyak 2 orang atau 1,7 %
dan sisanya pada rentang umur 45-54 tahun sebanyak 1 orang atau 0,8 %.
Pada kriteria pendidikan responden secara keseluruhan pada jenjang
pendidikan SMA karena rata-rata responden adalah mahasiswa yang sedang
menempuh pendidikan Srata Satu (S-1) pada 6 Perguruan Tinggi Swasta yang ada
di Makassar.
Responden secara umum belum menikah yaitu sebanyak 116 orang atau
96,7% , yang sudah menikah sebanyak 4 orang atau 3,3%. Responden secara umum
tidak memiliki tangungan yaitu sebanyak 117 orang atau 97,5 % selebihnya
memiliki tanggungan 1 anak sebanyak 1 orang atau 0,83$ dan tanggungan 2 anak
sebanyak 2 orang atau 1,67%.
Lama investasi responden sebagian besar selama 1 tahun sebanyak 91 orang
atau 75,83 %, selama 2 tahun sebnyak 23 orang atau 19,17% dan selebihnya selama
3 tahun sebanyak 6 orang atau 5%.
Responden adalah investor yang terdaftar pada sekuritas yang ada di
Makassar yaitu pada MNC Sekuritas sebanyak 30 orang atau 25%, First Asia
Capital sebanyak 25 orang atau 20,83%, RHB Sekuritas sebanyak 21 orang atau
17,5 %, Phintraco Sekuritas sebanyak 21 orang atau 17,5 % Danareksa Sekuritas
sebanyak 17 orang atau 14,16% dan sisanya berasal dari mandiri Sekuritas
sebanyak 3 orang atau 2,5%.
Responden adalah mahasiswa yang terdaftar pada perguruan Tinggi swasta,
yaitu berasal dari STIE NITRO , STIE ATMAJAYA, FEB UNISMUH, FEB UMI
,STIEM YPBUP, STIE NOBEL masing masing sebanyak 20 orang..

III. HASIL
a. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas merupakan pengujian yang
menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi pengukurannya. Pengujian ini dilakukan dengan cara
mengkorelasikan skor item dengan skor total variabel. Bagian dari uji validitas yang
dipakai dalam penelitian adalah melalui analisis item-item pertanyaan. Dalam
penelitian ini data yang diuji adalah sebanyak 112 responden dengan menggunakan
software SPSS 23. for windows. Item atau indikator dikatakan valid jika hasil angka

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |71
korelasi product moment Pearson (r hitung) pada level signifikansi < 0,01 dan
instrumen di dalam penelitian dapat dikatakan valid jika nilai koefisien korelasinya
lebih besar dari 0.3. Hasil pengujian validitas ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.

Table 2. Hasil Uji Validitas


Variabel Indikator Koefisien Signifikan Keterangan
Item korelasi
Loss x.1.1 0,840 0,00 Valid
Aversion (x1) x1.2 0,809 0,00 Valid
x1.3 0,694 0,00 Valid
Regret x2.1 0,792 0,00 Valid
Aversion (x2) x2.2 0,840 0,00 Valid
x2.3 0,651 0,00 Valid
x2.4 0,389 0,00
Mental X3.1 0,453 0,00 Valid
Accounting(x3) X3.2 0,688 0,00 Valid
X3.3 0,637 0,00 Valid
Pengambilan Y1. 0,862 0,00 Valid
Keputusan (Y) Y2 0,772 0,00 Valid
Y3 0,700 0,00 Valid

Sumber : Data diolah ( 2018)

Hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa item-item pertanyaan pada


variable Loss Aversion (x1), Regret Aversion (x2), Mental Accounting(x3), dan
Pengambilan Keputusan (Y) menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan untuk
variable independent mempunyai nilai r yang lebih besar dari 0,5 (r> 0,5) dan
mempunyai nilai probabilitas lebih kecil dari 0,005 sehingga dinyatakan bahwa data
yang dihasilkan adalah valid.
Analisis reliabilitas dilakukan dengan cara melihat apakah koefisien
cronbatch’s alpha lebih besar dari 0,60. Jika koefisien cronbatch’s alpha
menunjukkan nilai lebih besar dari 0,60 maka dapat dikatakan bahwa variabel yang
diukur tersebut reliabel atau memiliki kehandalan untuk digunakan dalam suatu
penelitian.
Table 3. Hasil Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Based


Cronbach's Alpha on Standardized Items N of Items
.744 .739 10
Dari tabel 3 di atas menunjukkan bahwa koefisien Cronbach’s alpha pada
semua item pertanyaan untuk variable variable Loss Aversion (x1), Regret Aversion
(x2), Mental Accounting(x3), dan Pengambilan Keputusan (Y) bahwa seluruhnya
menunjukkan baik variable independent maupun dependen dinyatakan memeliliki
reliabilitas /kehandalan yang baikk “reliable”

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |72
b. Uji Regresi Berganda
Pengujian hipotesis di dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
regresi linear berganda. Pemilihan teknik tersebut berdasarkan tujuan penelitian
yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang berjumlah lebih dari
satu terhadap variabel dependen dengan menggunakan data berskala interval.
Berdasarkan perhitungan dari regresi linear berganda maka diperoleh hasil
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4 di bawah ini :

Tabel 4. Hasil Ujiregresi Linear Berganda


Coefficientsa
Standardiz
Unstandardized ed
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 18.508 2.645 6.996 .000
x1(Loss Aversion) .627 .203 .256 3.089 .003
x2(RegretAversion) .023 .146 .013 .157 .875
x3(Mental
.818 .181 .392 4.518 .000
Accounting)
a. Dependent Variable: Y(Keputusan Jual Beli)

Dari hasil perhitugan regresi di dapat persamaan :


Persamaan regresinya adalah : Y = 18.508 + 0.627 x1+ 0.023 x2 + 0.818 x3 + e
Dimana
x1 = Loss Aversion
x2 = Regret Aversion
x3 = Mental Accounting
Y = Keputusan Jual Beli
e= Tingkat kesalahan 5%
Konstanta sebesar 18.508 menyatakan bahwa jika variabel independen
( Loss Aversion (x1) ,Regret Aversion (x2) dan mental Accounting (x3)) dianggap
konstan maka rata-rata pengambilan keputusan adalah 18.508 bahwa keputusan
jual beli saham oleh investor yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipengaruhi
Loss Aversion 7 persen ,Regret Aversion sebesar 2,3 persen dan Mental Accounting
sebesar 81,8, selebihnya oleh factor yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
c. Pengujian Hipotesis
H1. = Loss aversion berpengaruh terhadap pengambilan keputusan Penelitian ini
berhasil menunjukkan bahwa terdapat pengaruh loss aversion terhadap keputusan
investasi investor muda yang ada di Makassar. Hasil tersebut ditunjukkan dengan
hasil uji hipotesis menggunakan uji independent t-test yang digunakan untuk
mengukur tingkat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya.
H2 = Regret Aversion berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
Dari hasil analisis regresi berganda SPSS 23 yaitu pada table 2 . Coeffient
hasil regresi , Regret Aversion tidak memberikan pengaruh terhadap pengambilan
keputusan , terlihat dari tingkat signifikansinya sebesar 0,875 > 0,05 .

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |73
3.H3 = Mental Accounting berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
Tingkat signifikasi dari variable Mental accounting sebesar 0,00 > 0,05
artinya variable accounting memberikan pengaruh terhadap pengambilan
keputusan investor dalam jual beli saham.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Terdapat perilaku Loss Aversion dalam pengambilan keputusan investasi
investor muda yang ada di Makassar. Hal ini menandakan bahwa kemungkinan
mereka akan terus mempertahakan investasinya apabila harga jual investasi
yang mereka miliki lebih rendah dari harga beli investasi tersebut.
2. Tidak terdapat perilaku Regret Aversion dalam pengambilan keputusan investasi
investor muda yang ada di Makassar. Hal ini menjadikan mereka cenderung
dipengaruhi sikap risk averse dalam melakukan pengambilan keputusan
investasi.
3. Terdapat pengaruh Mental Accounting dalam pengambilan pengambilan
keputusan investor muda yang ada di Makassar. Hal ini menunjukkan bahwa
investor milenial Makassar sudah melakukan pemisahan akun keuangannya
untuk investasi yang berbeda.

b. Saran
Dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan salah satunya ialah
pada penelitian ini baru menggunakan satu factor yaitu faktor prospek . Didalam
dua faktor tersebut hanya mengambil loss aversion, regret aversion,dan mental
accounting karena hal tersebut diduga dapat mempengaruhi keputusan investasi
investor muda yang ada di Makassar
Oleh sebab itu, peneliti memberikan saran sebagai pertimbangan untuk
penelitian selanjutnya agar penelitian yang dilakukan dapat lebih baik dan
memiliki manfaat yang lebih besar. Adapun saran dari peneliti untuk penelitian
selanjutnya diharapkan mampu melibatkan empat faktor dalam behavioral finance
(heuristic factors, prospect factors, herding factors, dan market factors) tidak hanya
faktor prospek saja.

DAFTAR PUSTAKA

Bashir, T., Javed, A., Usman, A., Meer, U. I., & Naseem, M. M. (2013). Empirical Testing of
Heuristics Interrupting the Investor's Rational Decision Making. European Scientific
Journal, 9(28).
Charissa, E. A. (2018). Analisis Pengaruh Adanya Anchoring Bias Dan Loss Aversion Dalam
Pengambilan Keputusan Investasi Investor Di Yogyakarta.
Lintner, G. (1998). Behavioral finance: Why investors make bad decisions. The
planner, 13(1), 7-8.
Le Luong, P., & Thi Thu Ha, D. (2011). Behavioral factors influencing individual investors´
decision-making and performance.: A survey at the Ho Chi Minh Stock Exchange.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |74
Khan, M. Z. U. (2017). Impact of availability bias and loss aversion bias on investment
decision making, moderating role of risk perception. Management &
Administration (IMPACT: JMDGMA), 1(1), 17-28.
Kimeu, Caroline Ndinda., Wydiffe Anyango; Gladys Rotich (2016), Behavioural Factors
Influencing Investment Decisions Among Individual Investors In Nairobi
Securities Exchange. School of Business, Jorno Kenyatta University of Agriculture
& Technology (JKUAT), 3 (4), hal: 1-16. e-ISSN 2312-9492.
Muhanda, A.Dadan, Mei 2008. “10 Karakter unik konsumen Indonesia”, Bisnis Indonesia
Nofsinger, J. R. (2005). Psychology of investing second edition new jersey.
Ngoc, L. T. B. (2014). Behavior pattern of individual investors in stock market. International
Journal of Business and Management, 9(1), 1.
Ranjbar, M., Abedini, B., & Jamali, M. (2014). Analyzing the Effective Behavioral Factors On
the Investors' Performance in Tehran Stock Exchange (TSE). International Journal
of Art & Humanity Science, 1(2), 80-86.
Rekik, Y. M., & Boujelbene, Y. (2013). Determinants of individual investors’ behaviors:
Evidence from Tunisian stock market. IOSR Journal of Business and
Management, 8(2), 109-119.
Ricciardi, V., & Simon, H. K. (2000). What is behavioral finance?. Business, Education &
Technology Journal, 2(2), 1-9.
Roth, Allan S. (2007). Behavioral Finance. Article Wealth Logic, LLC
(http://DareToBeDull.com).
Sumtoro, A., & Anastasia, N. (2015). Perilaku Keuangan dalam Pengambilan Keputusan
Berinvestasi Properti Residensial di Surabaya. Finesta, 3(1), 41-45.
Tilson, W. (2005). Applying behavioral finance to value investing. Artikel T2 Partners LLC,
1.
Yohnson, Y. (2008). Regret Aversion Bias dan Risk Tolerance Investor Muda Jakarta dan
Surabaya. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan (Journal of Management and
Entrepreneurship), 10(2), 163-168.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |75
Peningkatan Prestasi Kerja Karyawan Sektor Perbankan
Melalui Motivasi Kerja

Kasnaeny K 1*
STIM Nitro Makassar

*email korespondensi:
kasnaeny@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to determine the types of motivation can boost the performance of
employees in the banking sector in the city of Makassar ( Studies in Bank BNI and Bank
BRI ) , so that the manager can find a good strategy for motivating employees , in order
to excel in competition. Research conducted by distributing questionnaires to employees
of BNI and Bank BRI Makassar. The research sample of 30 people , comprising 15
employees of the bank BNI and 15 of BRI. The analytical method used to determine the
types of motivation that can improve the performance of banking sector employees ,
namely by using quantative descriptive analysis method by grouping the results of
questionnaire answers and then calculate the frequency of each answer. The analysis
showed that the most dominant motivation to encourage employee performance is the
motive need for affiliation
Key word: performance of employees, banking sector.

I. PENDAHULUAN
Persaingan di sektor perbankan saat ini cukup ketat, sejumlah lembaga perbankan
dituntut untuk meningkatkan kinerjanya sebagai lembaga kepercayaan masyarakat.
Adanya adanya tuntutan tersebut, sangat tergantung pada keberhasilan manajer
sumber daya manusia dalam mengelola sumber daya manusianya (SDM). Dengan
demikian, penilaian terhadap kemampuan karyawan merupakan hal yang tak boleh
dilupakan.
Tuntutan pada karyawan untuk terus meningkatkan kinerjanya, seringkali
membuat karyawan menjadi kurang bersemangat. Dengan demikian, manajer SDM
perlu memberikan dorongan dengan memperhatikan jenis motivasi kerja yang dimiliki
karyawannya. Hal ini disebabkan motivasi karyawan berbeda-beda berdasarkan
kebutuhannya. Robbins (2007) menyatakan bahwa membuat identifikasi mengenai apa
yang diinginkan oleh karyawan dari pekerjaan, identitas, dan manajer mereka, menjadi
lebih sulit. Hal ini disebabkan orang mempersepsikan lingkungan, stimulus, dan
program organisasi secara berbeda. Sehingga analisis yang cermat mengenai perbedaan
individu dan kelompok merupakan tugas yang menantang bagi manajer. Sementara itu
berdasarkan data dari Goal Manager Employee Motivation Survey 2000, karyawan
berkinerja bagus karena termotivasi oleh rekan dan lingkungan kerja yang bagus (66%),
Praktek Manajemen yang Baik (33%) dan Pekerjaan yang Menantang dan menarik
(33)% (Ivancevich, dkk. (2005))
Hasil penelitian Mc Clelland yang dikutip dari Gitosudarmo, Indriyo dan Sudita, I
Nyoman (2008:36) menyebutkan bahwa terdapat tiga jenis kebutuhan yang dapat
memotivasi seseorang, yaitu:
a. Kebutuhan Akan Prestasi
Dari hasil penelitian Mc Clelland, menemukan bahwa uang tidak begitu
penting peranannya dalam meningkatkan prestasi kerja bagi mereka yang memiliki

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 76


kebutuhan tinggi. Dari studi yang dilakukan pada teknisi laborat misalnya, mereka
yang memiliki kebutuhan akan prestasi tinggi mereka berprestasi sangat baik
tanpa insentif finansial. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi rendah tidak
akan berprestasi baik tanpa insentif finansial. Studi tidak bermaksud bahwa uang
bukan tidak penting bagi mereka yang memiliki kebutuhan prestasi tinggi. Jika
mereka yang memiliki kebutuhan akan prestasi tinggi sukses, mereka mencari
imbalan ekonomi sebagai bukti atas keberhasilannya.
b. Kebutuhan Afiliasi
Kebutuhan afiliasi merupakan suatu keinginan untuk melakukan hubungan
yang bersahabat dan hangat dengan orang lain. Kebutuhan ini sama dengan
kebutuhan sosial dari Maslow.
c. Kebutuhan Akan Kekuasaan
Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk mempengaruhi dan
mengendalikan orang lain dan bertanggungjawab kepadanya.

Marini dalam skripsinya Pengukuran Motivasi Teller Pada PT. Bank Danamon
Indonesia,Tbk Cabang Ahmad Yani Makassar (2006:41), menyimpulkan bahwa
kebijakan pemberian motivasi sangat berpengaruh dalam peningkatan kinerja
karyawan. Dalam kebijakan pemberian motivasi, karyawan memiliki kemampuan
untuk menemukan dan menyelesaikan masalah. Di samping itu, karyawan dapat
meningkatkan ketekunan dalam menyelesaikan pekerjaan.
Suharni dalam skripsinya Motivasi Kerja Karyawan Pria dan Wanita Pada PT.
BTN (Persero)Tbk, Cab Makassar (2006;14) menyimpulkan bahwa terhadap lembaga
perbankan, banyak hal perlu diperhatikan sekaligus ditingkatkan. Salah satunya,
pengembangan sumber daya manusia sebagai penggerak dalam pengelolaan sistem
yang tentu membutuhkan dukungan perangkat teknologi. Dengan demikian
lengkapnya fasilitas kerja dapat memotivasi karyawan untuk lebih berprestasi. Lebih
lanjut dikatakan, dengan SDM yang berkualitas, para karyawan tentu akan
menghasilkan kinerja yang baik pula.
Sementara itu, U.S.Muogbo U S (2013) menyatakan bahwa berdasarkan hasil
penelitiannya di Nigeria, menyimpulkan bahwa pemberian motivasi ekstrinsik kepada
karyawan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Motivasi ekstrinsik yang
diberikan berupa kebijakan dalam hal pemberian upah/gaji. Owusu (2012) dalam
penelitiannya berjudul Effect of Motivation On Employee Performance: A Case Study of
Ghana Commercial Bank, Kumasi Zone, menyimpulkan bahwa motivasi mampu
mendorong peningkatan prestasi karyawan bank di Ghana, dan manajer harus memiliki
berbagai macam strategi untuk memotivasi karyawannya. Dari kesimpulan
penelitiannya bahwa karyawan termotivasi oleh gaji, bonus, promosi dan pinjaman
untuk membeli kendaraan.
Berdasarkan kajian sebelumnya dan melihat pentingnya motivasi terhadap
peningkatan kinerja karyawan, serta minimnya kajian mengenai jenis motivasi
berdasarkan teori Mc.Clelland untuk karyawan perbankan, maka penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui jenis motivasi apa saja yang terkait dalam peningkatan
kinerja karyawa di sektor perbankan.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah pokok penelitian ini adalah jenis-
motivasi apakah yang berperan dalam peningkatan kinerja karyawan sektor perbankan
di kota Makassar?

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 77


II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini terfokus pada perusahaan industri perbankan (Studi Kasus Bank
BTN dan Bank BRI) di Makassar, dengan melakukan pendekatan penelitian berbentuk
survey. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan Bank di Makassar (2014), yang
berjumlah 30 orang. Penentuan 30 responden berdasarkan jumlah batas terendah (dalil
limit centre), yang diakibatkan besarnya populasi.

Selanjutnya untuk menganalisis data digunakan pendekatan dekriptif kualitatif,


dengan mengambil model Lussier (1990). Metode Analisis kualitatif deskriptif dengan
melakukan pengelompokan jawaban hasil kusioner, dengan model skala likert sebagai
berikut:

Sangat sesuai dengan karakter saya 5

Sesuai dengan karakter saya 4


Mendekati dengan karakter saya 3
Tidak sesuai dengan karakter saya 2
Sangat tidak sesuai dengan karakter 1
saya

Untuk menentukan kebutuhan utama yang dapat memotivasi, maka jawaban


dikelompokkan sebagai berikut: (Lussier, 1990:120).
Menjumlahkan jumlah keseluruhan dari tiap kolom, masing-masing jumlah
keseluruhan kolom harus antara 5-25 poin. Kolom dengan skor yang paling tinggi
adalah dominan atau kebutuhan utama.

Prestasi Kekuasaan/Kekuatan Afiliasi


1 ………. 2. ……. 3. ……..
4. ……… 5. …… 6. ……..
7. ……… 8. ….... 9. ……..
10………. 11…… 12. ……
13. …….. 14.…… 13. ……
Total Total Total
III. HASIL DAN
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden, yaitu karyawan
perbankan di Makassar, maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Tanggapan responden mengenai motivasi yang didasari oleh 3 jenis kebutuhan,
yaitu prestasi, kekuasaan (power), dan afiliasi

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 78


Tabel 0.1
Tabulasi Data
Jenis Kebutuhan Kebutuhan
Responden Prestasi Kekuasaan Afiliasi yang
Dominan
1 19 18 20 Afiliasi
2 19 18 17 Prestasi
3 21 20 22 Afiliasi
4 19 20 21 Afiliasi
5 23 21 21 Prestasi
6 17 20 19 Kekuasaan
7 20 19 23 Afiliasi
8 16 13 15 Prestasi
9 17 15 18 Afiliasi
10 15 16 20 Afiliasi
11 16 18 17 Kekuasaan
12 16 17 14 Kekuasaan
13 16 16 18 Afiliasi
14 21 18 19 Prestasi
15 16 17 20 Afiliasi
16 19 17 18 Prestasi
17 22 24 23 Kekuasaan
18 23 22 25 Afiliasi
19 24 23 22 Kekuasaan
20 22 23 22 Kekuasaan
21 21 21 23 Afiliasi
22 24 22 22 Prestasi
23 17 19 18 Kekuasaan
24 17 18 20 Afiliasi
25 18 20 18 Kekuasaan
26 20 22 20 Kekuasaan
27 17 18 19 Afiliasi
28 16 15 17 Afiliasi
29 19 18 17 Prestasi
30 24 20 19 Prestasi

a. Rekapitulasi pengelompokan ketiga jenis kebutuhan untuk 30 responden total


dari kebutuhan yang dominan.

Tabel 0.2
Rekapitulasi Pengelompokan Jenis Motivasi Berdasarkan Kebutuhan
Jenis Persentase
Kebutuhan Jumlah (%)
Prestasi 9 30 %
Kekuasaan 8 26,7 %
Afiliasi 13 43,3 %
Total 30 100 %

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 79


Berdasarkan tabel tersebut diatas yakni hasil rekapitulasi pengelompokkan ke-3
jenis kebutuhan untuk 30 orang responden total dari kebutuhan yang dominan dapat
disimpulkan bahwa jenis kebutuhan karyawan yang paling dominan memotivasi
karyawan pada perbankan di Makassar kebutuhan akan afiliasi dengan persentase
terbesar yaitu 43,3 %. Jadi, dapat dikatakan bahwa dalam lingkup Bank, harus lebih
diutamakan persaudaraan, persahabatan serta hubungan yang baik dan harmonis antar
karyawan ataupun antara pimpinan dan karyawan. Ini pada akhirnya dapat mengurangi
batasan-batasan kebijakan antara pimpinan dan karyawan ataupun antarkaryawan.
Dengan rasa persaudaraan yang erat, akan mendorong karyawan bekerja dengan tenang
tanpa pertikaian yang dapat mengganggu keharmonisan hubungan.
Selanjutnya, urutan persentase jenis kebutuhan setelah kebutuhan afiliasi, yaitu
kebutuhan prestasi dengan persentase 35%, yang berarti bahwa selain memiliki rasa
persaudaraan dan persahabatan yang harmonis, karyawan Bank di Makassar juga
memiliki rasa tanggung jawab tinggi terhadap pelaksanaan suatu tugas. Selain itu,
mereka juga memiliki keinginan yang kuat untuk memperoleh umpan-balik atau
tanggapan atas pelaksanaan tugasnya.
Kemudian urutan persentase ketiga setelah prestasi, yaitu kebutuhan kekuasaan
dengan persentse sebesar 26,7% yang berarti bahwa karyawan Bank di Makassar
memiliki suatu keinginan untuk mempengaruhi dan mengadakan pengendalian
terhadap orang lain (dalam hal ini nasabah). Selain itu, terdapat pula upaya untuk selalu
menjaga hubungan yang baik antara pimpinan dan karyawan.
Berdasarkan temuan penelitian ini memperlihatkan, bahwa hasil penelitian ini
memiliki kesamaan dengan penelitian-penelitian yang ada, dimana terdapat pengaruh
pemberian motivasi dengan prestasi kerja karyawan. Namun perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah, bahwa pada penelitian sebelumnya, kebutuhan
akan motivasi ekstrinsik yang lebih kuat dorongannya terhadap prestasi kerja karyawan,
berupa gaji dan jenis kebutuhan berdasarkan materi. Sementara penelitian ini berfokus
untuk menguji jenis kebutuhan berdasarkan Mc. Clelland, dimana temuan
memperlihatkan bahwa kebutuhan akan afiliasi (sosialisasi) dengan rekan kerja dan
nasabah, menjadi pemberi dorongan terbesar bagi tercapainya prestasi dalam bekerja.
Kebutuhan afilisai merupakan kebutuhan untuk melakukan interaksi dengan orang
lain. Orang-orang memeliki kebutuhan untuk merasakan suatu perasaan terlibat dan
ikut serta di dalam suatu kelompok. Orang-orang dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi
mendambakan suatu hubungan antar pribadi yang hangat. Demikian pula halnya
dengan karyawan perbankan di Makassar. Ketenangan dalam bekerja akan tercipta jika
disukai dan diterima baik oleh orang-orang lain dalam perusahaan, atau memiliki
keinginan untuk bersatu dengan orang lain tanpa memperdulikan apapun kecuali
kebersamaan. Kondisi bekerja dengan hubungan yang nyaman diantara karyawan,
memungkinkan muncul ide-ide dan terselesaikannya pekerjaan secara tepat waktu. Hal
ini sesuai dengan pendapat Mc.Clelland bahwa kebutuhan bekerja sama adalah sebagai
kebutuhan untuk mengembangkan afeksi yang positif. Individu yang memiliki
kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung menghindari untuk berkomentar negatif
kepada rekan kerja Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung
lebih sedikit terlibat dalam tindakan antisosial atau negatif dengan rekan kerja, serta
cenderung meluangkan waktu lebih sedikit untuk dirinya sendiri
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan
berafiliasi adalah suatu kebutuhan untuk membentuk hubungan sosial secara hangat,
memelihara, mengembangkan hubungan afeksi yang positif dan memperbaiki hubungan
sosial dengan orang lain, sehingga individu memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi akan

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 80


cenderung untuk menghindari kekecewaan karena ditolak dalam kelompok sosial, serta
berusaha membina hubungan sosial yang menyenangkan dan positif.
Konteks motivasi berdasarkan kebutuhan akan afiliasi, sangat sesuai dengan
keadaan dan keinginan pihak manajemen bank. Hal ini disebabkan dalam bekerja
karyawan dituntut untuk dapat bekerja sama dan membentuk hubungan team work.
Kondisi tersebut dapat diwujudkan, jika karyawan bank memiliki motivasi afiliasi yang
tinggi.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa jenis kebutuhan
karyawan yang paling dominan memotivasi karyawan pada Bank di Makassar adalah
kebutuhan akan afiliasi dengan persentase terbesar, yaitu 43,3%, lebih tinggi
dibandingkan kebutuhan prestasi yang hanya memperoleh nilai persentase sebesar 30%
dan kebutuhan akan kekuasaan dengan perolehan persentase sebesar 26,7%.

Saran-Saran
Dari kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka berikut disajikan saran
sebagai masukan bagi perbankan di Makassar, dengan terpenuhinya kebutuhan akan
afliasi bagi karyawan, maka pihak manejemen perlu untuk menyeimbangkan dengan
adanya penambahan pemberian kompensasi atau jasa produksi kepada masing-masing
karyawan. Hal itu dilakukan sebagai ganjaran atas prestasi mereka akibat kerjasama
tim yang baik.
Semetara bagi peneliti selanjutya, dapat mengembangkan penelitian ini dengan
mengujinya pada jenis perusahaan yang lain (non jasa), mengingat manusia memiliki
motif yang berbeda yang mendorong mereka dalam bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Gitosudarmo, I., & Sudita, I. N. (2008). Perilaku Organisasi. edisi pertama. Yogyakarta: BPFE.
Hasibuan, M. S. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Ivancevich, John M., Robert Konopaske, Michael T. Matteson, (2005), Perilaku Organisasi, Edisi
Terjemahan oleh Gina Gania, Jakarta: Erlangga
Kreitner, R., & Kinicki, A. (2005). Perilaku organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Lussier, Robert. 1990, Human Relation in Organization, Homewood Richard D Irwin, Inc.
Marini. 2006, Pengukuran Motivasi Teller pada PT. Bank Danamon, Tbk Cabang Ahmad
Yani,Skripsi, Makassar: STIM Nitro
Muogbo, U. S. (2013). The impact of employee motivation on organisational performance (a study
of some selected firms in anambra state nigeria). The international journal of engineering
and science, 2(7), 70-80.
Ndraha, T. (2005). Teori budaya organisasi. Jakarta: Rineka Cipta..
Owusu, T. (2012). Effects of motivation on employee performance: A case study of Ghana
commercial bank, Kumasi zone. Unpublished MBA Thesis, Kwame Nkrumah University of
Science. Kumasi, Ghana.
Simamora, B. (2005). Analisis multivariat pemasaran. Gramedia Pustaka Utama.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 81


Perencanaan Bisnis (Business-Plan) Pendirian Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) Kabupaten Barru

Sulkipli1*
STIM Nitro Makassar
*email korespondensi :
saladinbersaudara@gmail.com

ABSTR AK
Tujuan peneltian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai landasan manajemen Pemda
Barru yang ingin mendirikan sebuah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dalam
melaksanakan kegiatan operasionalnya agar terarah, terkendali dan terjaga dari
penyimpangan visi dan misi perusahaan serta maksud dan tujuannya sehingga dapat
memenuhi setiap target dan sasaran yang tekah ditetapkan dalam bisnis plan ini.
Kata Kunci: Perencanaan Bisnis, Pembiayaaan.

1. PENDAHULUAN
Di tengah "crisis ekonomi dan pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan
International Monetary Fund (IMF) pada 2012 sebesar 3,34 hingga 3,546, pertumbuhan
ekonomi Indonesia dalam 8 (delapan) tahun yang tercatat 4,54 hingga 6,54, menunjukkan
adanya kecenderungan dalam peningkatan belanja masyarakat. Iklim positif juga didukung
dan produk domestik bruto (PDB) yang mengalami peningkatan dimana pada tahun 2011
tercatat sebesar 7.427,1 trilyun rupiah. Kebijakan moneter berupa BI rate yang dalam 3 (tiga)
tahun terakhir bertahan pada 65% dapat mendukung perkembangan industri dan penyediaan
permodalannya. Berkembangnya industry keuangan syariah di Indonesia yang semakin pesat
akhir-akhir ini, serta kemampuan perbankan syariah yang sudah teruji dapat bertahan
didalam meghadapi terpaan badai krisis ekonomi menjadi isyarat bahwa lembangan keungan
syariah dapat dikembangkan menjadi sebuah lembaga keuangan yang dapat dijadikan basis
dalam membangun sebuah perekonomian.

Maksud dan tujuan penyusunan rencana usaha


Rencana usaha ini dimaksudkan sebagai landasan manajemen Pemerintah daerah
Kabupaten Barru yang ingin mendirikan sebuah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya agar terarah, terkendali dan terjaga dari
penyimpangan visi dan misi perusahaan serta maksud dan tujuannya sehingga dapat
memenuhi setiap target dan sasaran yang tekah ditetapkan dalam bisnis plan ini.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Perumusan Strategi
Thompson, Strickland III dan Gamble, (2010) menyatakan bahwa analisis yang mendalam
terhadap lingkungan eksternal dan internal perusahaan adalah suatu modal awal di dalam
menyusun strategi yang sangat sesuai dengan situasi perusahaan, kemampuan menyusun
strategi yang memiliki daya saing dan menguasai Prospek untuk memacu kinerja perusahaan
yang merupakan 3 (tiga) kriteria strategi unty menjadi pemenang (Winning Strategy).
Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010) bahwa bisnis model didisain dan dieksekusi dalam
suatu lingkungan yang spesifik. Oleh karenanya memahami faktor lingkungan organisasi
sangat membantu di dalam membuat konsep bisnis model yang memiliki daya saing.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |82
Analisis Eksternal
Merupakan analisis terhadap kondisi ekonomi makro, industri, pasar dan key trend bila
dikaitkan dengan bisnis model yang dibuat.
1. Kekuatan ekonomi makro
Kondisi ekonomi makro sangat berpengaruh terhadap struktur biaya (cost structure)
pada bisnis model yang dibuat terutama bila dikaitkan dengan adanya kenaikan atau
penurunan suku bunga perbankan, besarnya pajak/ retribusi yang dibebankan dan
kenaikan harga bahan bakar minyak. Karena segmen mikro yang menjadi target dari BPRS
ini menjadi rentan terhadap inflasi, sehingga membatasi ruang gerak ekonomi dan
menghambat pertumbuhan yang akhirnya akan berpengaruh kepada kondisi pasar.
Keberadaan pasar modal (capital market) secara ekonomi akan membantu
perkembangan bisnis model ke arah yang lebih baik untuk memperbesar skala operasinya
terutama di dalam memberikan alternatif sumber dana bagi BPRS selain dan lembaga
keuangan dan permodalan yang ada. Oleh karena itu disain key activites, key resources
dan key partnership bisnis model ini harus mempertimbangkan kesempatan untuk
menjalin kerjasama dengan lembaga seperti PINBUK (Pusat Inkubasi Usaha Kecil), BMT
(Bnitul Maal Wat Tamwil) Centre, Lembaga pengelola dana bergulir Kementrian Koperasi
dan UKM atau sebagai channeling bank syariah. Temasuk di dalamnya komoditas dan
sumber lain yang terkait dengan tersedianya tempat usaha dan kegiatan rekrutmen
sumber daya manusia lokal dari kampus di sekitarnya. Selain itu perlu diperhatikan
infrastruktur seperti kondisi jalan, parkir dan sarana umum lainnya yang akan
meningkatkan jumlah konsumen.

2. Kekuatan Industri
Keberadaan pesaing dan sub stitusi produk/jasa yang ditawarkan serta kegiatan usaha
barn yang sejenis lainnya akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup bisnis model
yang dibuat terutama dari aspek pendapatan (revenue stream). Hal ini akibat tingginya
persaingan dengan lembaga keuangan lain seperti micro banking dan institusi informal
lainnya yang disertai dengan rendahnya ketentuan permodalan dan regulasi sehingga
pemain baru dapat masuk dengan mudah. Akan tetapi jenis kegiatan utama (key
activities) yang difokuskan untuk memberi kemudahan bagi usaha mikro di dalam
mengakses layanan lembaga keuangan akan memberikan nilai tersendiri bagi BPRS,.
Tentunya dengan menjalin kerjasama yang baik dengan rekanan dan rantai nilai lainnya
( supplier and otlier value chain) seperti pedagang menengah dan komunitas sekitar
dengan berbagai program pemasaran dan promosi.

3. Key Trends
Dan aspek sosial dan ekonomi bisnis model didisain untuk menawarkan produk yang
menjadi solusi bagi para pengusaha mikro yang mudah diakses dan dengan menetapkan
harga yang terjangkau sebagai unlue proposition. Sumber daya yang diarahkan untuk
memahami budaya dan karakter dan berbagai etnis dan penduduk setempat yang
merupakan potensi pasar sebagai penabung, tenaga kerja atau pengusaha informal.
Dengan demikian disain hubungan yang sesuai adalah hubungan yang berbasis komunitas
dan etnis dalam menjual produk atau jasa yang dimiliki. kondisi politik dalam negeri yang
menunjang dengan adanya pemilukada yang cenderung menaikkan penjualan usaha
mikro berpeluang bagi naiknya permintaan terhadap jasa keuangan setingkat BPRS.
Perkembangan teknologi yang sudah semakin luas dirasakan oleh masyarakat terutama
disekitar wilayah pemasaran akan membantu bisnis model yang dibuat dalam memproses
setiap permintaan pelanggan dengan cepat dan efisien.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |83
4. Kekuatan Pasar
Potensi pasar di sekitar lokasi BPRS sangat berpengaruh terhadap kemajuan BPRS
terutama adanya kemungkinan suku bunga yang tinggi sehingga mengakibatkan
pengusaha mikro beralih dari lembaga keuangan lain ke jasa layanan BPRS. Adanya
peningkatan kebutuhan dana yang murah untuk meningkatkan usaha merupakan salah
satu sebab beralihnya pengusaha tersebut.

Segmen usaha mikro dalam kelompok yang menjadi sasaran BPRS semakin banyak di
lokasi sekitar dan dengan skema yang berbeda-beda untuk setiap kelompok akan memberi
kemudahan bagi BPRS dalam memperoleh jaminan atau pertanggungjawaban terhadap
pembiayaan yang diberikan. Selain itu tersedianya sumber tenaga kerja yang sesuai dengan
kualifikasi yang dibutuhkan oleh BPRS di lingkungan sekitar sangat mendukung.

Analisis Internal
Analisis internal menggunakan metode (Strenght, Weakness, Opportunity dan Threat (SWOT)
berdasarkan business canvas model yang digunakan dalam rencana bisnis.

Perumusan Visi dan Misi


1. Visi Perusahaan “Menjadi BPRS Unggul, Terpercaya dan berkesinambungan”.
2. Misi Perusahaan
a) Menjalankan usaha perbankan yang sehat dan amanah berdasarkan syariah Serta
memberikan keuntungan kepada masyarakat.
b) Berperan dalam mendorong pengembangan dunia usaha secara professional.
c) Memberikan pelayanan yang professional dan islami.
3. Values (nilai-nilai yang diyakini)
a) Creativity (product development).
b) Brotherhood (ukhuwah).
c) Simplicity (murah, mudah, cepat)

Business Canvas Model BPRS


BPRS membidik segmen pasar mikro yang terdiri dari ber bagai Ka mak an dalam satu
wilayah geografi Dalam perumusan strategi generl Strategi tersebut strategi massa terfokus
dengan diferensiasi produk dan pelay aa tercermin dalam model bisnis pada flap blok dari The
9 Building Blocks.

Tabel 1
Busniness Model Canvas BPRS Kabupaten Barru
KeyPartnership Key Activities Value Customer Customer
• Communities •Product Propositions Relationship Segmentation
>maintain development: •Product (limit •AO Pengusaha
customer Lending model credit) visit/assistance Mikro
(normal credit - A: 500 ribu – 3jt •Edukasi Terpercaya
•Kemenkop process) - B:>3Jt – 50Jt komunitas •Lama usaha
>regulation and •HR •Product (pengajian, min 1 tahun
legal Development: (sharia): brosur ke •Full ownership
Training -Murabahah sekolah) •Kejelasan
•Financial evaluating AO muqczyyadah domisili usaha
institution •Marketing •Price: margin •Aset minimal 2
>source of fund: activities 32,4% pertanian juta (B)
PINBUK BMT (low/competitive •Usia min 21
margin) th/sudah nikah,
atau 60 th/saat

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |84
Center •Simple and hutang jatuh
Channeling quick process 3 tempo 65th
Bank Syariah days
Key Resources Channels
• Human • Office (cipadu)
Resources • Personal
• Facilities selling (AO)
• Capital • Promotion
•Management (spanduk,
& information sticker, iklan
system: sponsorship)
struktur
organisasi,
system, website
Cost structure Revenue Stream
Operational cost: gaji, sewa kantor, Margin pembiayaan:
(KR) Marketing cost: promotion ✓ Selisih margin lending dan funding
(CH), AO Cost (CH,CR,KA,KP) ✓ Produk yang tepat untuk segment yang tepat
Initial cost: legal cost (KP)
Facilities, system (KR)
Product cost: product
development (VP), PPAP (KA)
Sumber : data yang diolah

Pengukuran Balanced Scorecard


Performance dari bisnis model yang dibuat diukur menggunakan metode balanced
scorecard sebagai berikut:

Tabel 2
Pengukuran Performance Bisnis Model BPRS Kab Barru
Strategic Objectives Strategic Target Initiatives (Lead)
measurements
(Lag)
Financial
F1- Increase return F1.1 Return on 40% F1 Focus on targeted
Equity frowth account
F1.2 Return on assets 30%
F.1.3 Profit Margin 21%
F2-Increase F2.1 Sales growth 20% F2 Penguasaan
sales/revenue market size 30%
F-3 Increase F.3.1 Financing to 81%-94,74% F3 Direct collection
Liquidity Deposit Ratio (FDR)
F.3.2 Current Ratio
F.3.3 A/R Collection
F.3.4 Rec.Turnover
F4-Reduce Cost F.4.1 BOPO 88,5% F4 Efisiensi
F.4.2 Gross Margin 40% Operasional
Operation (GMO)
F.5.1 Non Performing 5% F4 Seleksi konsumen
F5 Reduce Risk Financing (NPF) terpercaya
F.5.2 Deposit To 20%
Equity Ratio

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |85
F.5.3 Capital 8%
Adequacy Ratio
(CAR)
C1-Consumer Value C1.1 Customer 85% C1 Survey kepuasan
engangement debitur saat
perpanjangan
C2-Maximize cust C.2.1 Customer 85% C2 appreciate
loyality retention existing debitur
11-Max AO 11.1 target sales AO Rp 50 juta/AO/bulan 11 Prospecting dgn
Assistance seleksi awal cadeb
12-Cust Selection 12.1 Cust 5deb/ao/bulan 12 prospecting
Growth/NOA sesuai kecocokan
13-Improve risk 13.1 PPAP 2% 13 Verify customer
management
14-Improve Zero defect 90% Pelatihan
Operational Risk
14-Improve system 14.1 Up time 95% 14 Develop SOP, back
up, system
L1-Curtures and L1.1 Employee Turnover <20% L2 Recruitment
Leadership engagement Selektif
L3-Productivity L.3.1 Aset/Employes 150 juta/pegawai L3 right man on the
right place
L4-Technology and L.4.1 Down time 2 Jam L.4.1 IT assistance
system
Sumber : data diolah

Keterkaitan Business Canvas Model dengan Balanced Scorecard


Business Canvass Model sebagai metodologi di dalam merancang suatu kegiatan usaha
memberikan nilai-nilai yang harus dicapai oleh organisasi bisnis. Pencapaian terhadap nilai-
nilai tersebut diterjemahkan dalam suatu ukuran yang disusun sesuai dengan metode
penilaian kinerja balanced scorecard. Kedua metode ini saling memiliki keterkaitan di dalam
menghasilkan performance bisnis yang kompetitif. Keterkaitan antara keduanya dapat
digambarkan pada table berikut ini:

Tabel 3
Keterkaitan antara BCM dengan BSC
BCM Components Relationshipwithothers Strategic Strategic
Objections Measurements
1 Market Segmented Source of revenue (RS-F) Expand market (by Market share
segmentation (micro) Detemine the right segment segment)
reganding product/price
(VP-I)
2 Value Shariah Source of revenue (RS-F) Increase salees Revenue (sales)
Proposition products growth
(VP) Lower Product development
(competitive) (KA,CS-I)
Price
Simple Risk Mitigation (CS-I)
process
3 Channels (CH) Office/branch Invest facilities (KR,CS-L) Increase customer Customer
Personal AO Training (CS,KA-L) growth
selling
Promotion Customer awareness (CRI)
(increase

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |86
customer
awareness)
4 Customer AO Assistance AO training (CS,KA-L) Increase customer Customer
Relationship satisfaction/loyalty retention
(CR)
Communities Increase sales (RS-F)
relationship
5 Revenue Margin Expand Product to Increase Return GP,ROA
Streams (RS) (lending customer (VP,MS-F)
funding)
6 Key Activities Product Creating product (VP,CS- Develop product Sharia
(KA) development F1) compliance
product
HR Reading customer n market Increase ROTI
Development (CH, CR, CS-F,C,L) competences
Marketing Expand product Increase sales and Sales n customer
activities (MS,CH,CR,KP,CS-F,C) customer growth
Sumber : data diolah

3. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisa Swot dan kajian pustaka serta
financial analisis yang membahas perkiraan pendapatan dan biay secara spesifik pada posisi
break-even, capital expenditure dan biaya operasi. Yang kami uraikan sebagai berikut:
1. Sales Scenarios and proyections.
2. Capital Spending.
3. Operating Cost.
4 Funding Reguirements
5 External Environment
a. The Economy
b. Market Analysis and Key Trends
c. Competitor Analysis
d. Competitrve Adrantages of Our Business Model

4. HASIL PENELITIAN DAN PIMBAHASAN


Financial Anahysis
Analisis keuangan membahas perkiraan pendapatan dan biaya, proyeksi penjualan
pada posisi break-even, capital expenditure, dan biaya operasi.

Tabel 4
Titik Impas BPRS Kabupaten Barru
Tahun 1 Tahun 2
Pendapatan 78.110 129.299
Total Biaya 397.964 71.887
Biaya Tetap 61.181 71.887
Biaya Variabel 336.391 0
Laba/Rugi 16.930 57.412
Target AO/thn 300 460
Sumber : diolah tim penyusun

Sales Scenarios and projections


Pada tahun pertama BPRS diperkirakan dapat menggulirkan pokok pembiayaan Rp 5,94
milyar dan membukukan margin Rp 1,2 milyar. Penjualan diperkirakan meningkat setidaknya

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |87
200 hingga 25”0 setiap tahunnya. Kecepatan perputaran pembiayaan memungkinkan BPRS
meningkatkan pendapatan dan memperoleh margin yang terus meningkat setiap tahunnya.

Tabel 5
Proyeksi Penjualan BPRS Kabupaten Barru
Tahun Pembiayaan Pokok Margin
Tahun 1 5.943.744.000 4.695.557.750 1.248.186.240
Tahun 2 8.915.616.000 7.043.335.000 1.872.279.360
Tahun 3 11.590.301.000 9.156.337.790 2.433.963.210
Tahun 4 14.487.876.000 11.445.423.040 3.042.453.960
Tahun 5 18.109.845.000 14.306.808.550 3.803.067.450
49.047.382.000 38.747.431.780 10.299.950.220
Sumber : diolah tim penyusun

Capital Spending
Capital expenditure pada pendirian terdiri dari biaya pra-operasi, pengadaan peralatan
dan sistem. Biaya pra operasi meliputi biaya pendirian dan survei untuk penyusunan studi
kelayakan usaha. Peralatan terdiri dari komputer, meubeler dan sistem yang dibutuhkan
untuk aktivitas operasi.
Tabel 6
Capital Spending BPRS Kab Barru
Jumlah Persentase
Biaya pm operasi 50.500.000 1.77%
Biaya peralatan 261.450.000 9,18%
Sistem/Pendidikan 25.968.000 0,91%
Biaya sewa gedung 175.000.000 6,14%
Biaya Pendirian 335.000.000 11,76%
Modal Dasar/kerja 2.000.000.000 70,22%
Jumlah 2.847.918.000
Sumber : diolah tim penyusun

BPRS dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan dilihat dari komposisi pengeluaran.


Penekanan pada modal kerja mengindikasikan BPRS menggunakan mayoritas sumber daya
untuk peningkatan penciapatan melalui pembiayaan. Komposisi tersebut menunjukkan secara
operasional BPRS sangat efisien dapat menggulirkan sehingga pembiayaan yang kompetitif.

Operating Cost
Beban operasi yang dikeluarkan BPRS dalam lima tahun secara umum dapat
dikategorikan ke dalam beban pegawai, beban pemasaran, beban administrasi dan umum,
beban non tunai seperti penyusutan aktiva tetap dan penyisian piutang. Zakat dan pajak
dikeluarkan setelah pendapatan operasional dikurangi dengan beban Operasional.

Tabel. Biaya Operasi BPRS Kabupaten Barru


Pengeluaran Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Beban 519.350.000 571.285.000 628.414.000 691.255.000 760.380.000
Kepengawasan
Beban 25.968.000 28.564.000 31.421.000 34.563.000 38.019.000
pendidikan
Beban premi 1.783.000
asuransi

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |88
Beban 17.500.000 21.000.000 25.200.000 30.240.000 36.288.000
pemeliharaan
dan renovasi
Biaya barang 20.000.000 24.000.000 28.800.000 34.560.000 41.472.000
dan jasa
Biaya opsi 10.000.000 12.000.000 14.400.000 17.280.000 20.736.000
lainnya
Pajak 45.531.000
Jumlah 592.818.000 656.849.000 656.849.000 807.898.000 896.895.000
Sumber : diolah tim penyusun

Funding Reguirements
Kebutuan pendanaan BPRS dipenuhi dari simpanan Masyarakat, deposito mudharabah,
tabungan wadiah masyarakat serta titipan wadiah. Peningkatan laba dalam bentuk sisa hasil
usaha yang tidak dibagikan menambah modal BPRS.

Tabel 8
Kebutuhan Pendanaan BPRS
Tahun Tabungan wadiah Tab dan deposit Ekuitas
Mudharabah
Tahun 1 3.500.000.000 4.472.750.000 1.000.000.000
Tahun 2 4.200.000.000 5.367.300.000 1.548.000.000
Tahun 3 5.040.000.000 6.440.760.000 2.534.000.000
Tahun 4 6.048.000.000 7.728.912.000
Tahun 5 7.257.600.000 9.274.694.000
Sumber : diolah tim penyusun

External Environment
The Economy
Stabilitas inflasi, nilai tukar dan suku bunga bank Indonesia menjadi sentiment positif
bagi pengembangan industri jasa keuangan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di
atas pertumbuhan ekonomi dunia ikut mendorong pengembangan berbagai sektor ekonomi.
Kondisi permodalan usaha mikro cukup memadai dengan adanya peluang dari sumber
pendanaan masyarakat, channeling bank syariah.
Sumber daya yang dibutuhkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kabupaten Barru dari
berbagai universitas dan masyarakat di sekitar Barru. Rumah toko dengan harga terjangkau
berada di pusat perniagaan dan menjadi lokasi usaha yang strategis. Infrastruktur berupa jalan
raya yang dapat dilalui dan dua arah cukup memadai.

Market Analysis and Key Trends


Permasalahan industri mikro berupa karakter konsumen yang non-bankable merupakan
tantangan yang dijadikan peluang dalam penyediaan jasa keuangan yang mudah dengan
prosedur yang meminimalkan resiko. Pembiayaan modal kerja dan investasi jangka pendek
disesuaikan dengan segmen pasar yang memiliki produktivitas tinggi. Peningkatan
pendapatan BPRS dilakukan dengan menambah volume pembiayaan melalui pertumbuhan
konsumen. Customer relationship management melalui program pendidikan dan
pemberdayaan pelanggan, komunitas dan masyarakat difungsikan untuk meningkatkan
kepercayaan dan kesetiaan pelanggan mengingat switching cost yang rendah.
Barru merupakan kawasan yang dilalui oleh berbagai macam pelaku bisnis memberikan
peluang pemasaran holistik berbasis komunitas. Trends pemasaran on-line dan

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |89
pengembangan pasar dapat dimanfaatkan BPRS untuk meningkatkan volume penjualan
produk nasabah, sehingga permintaan jasa keuangan bertambah.

Competitor Analysis
Tingkat perputaran pembiayaan, karakter konsumen yang tertib, kemudahan regulasi
serta ketentuan permodalan merupakan daya tarik yang menyebabkan tingginya tingkat
persaingan di pasar mikro. Lembaga keuangan pemain di pasar mikro antara lain
microbanking yang didirikan oleh perbankan nasional maupun swasta asing, lembaga
perkreditan informal dan lembaga keuangan mikro konvensional. Market share pasar mikro
didominasi oleh microbanking sekitar 504, lembaga keuangan mikro konvensional 3600,
sektor informal 1086 dan lembaga keuangan mikro syariah 44. Kelemahan industri saat ini
adalah tingginya suku bunga kredit bagi pengusaha mikro sebagai kompensasi atas rendahnya
tingkat manajerial dan agunan yang dimiliki. Tantangan BPRS adalah memberikan jasa
keuangan dengan harga yang kompetitif dan kemudahan proses dalam kondisi persaingan
dengan lembaga yang didukung kekuatan permodalan.

Competitive Advantages of Our Business Model


Analisis eksternal menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penetapan strategi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah kabupaten Barru. Berdasarkan peluang dan tantangan yang
dihadapi BPRS Kabupaten Barru menetapkan beberapa keunggulan:
1. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah kab Barru mampu mendefinisikan target pasar
dengan jelas dan menetapkan strategi pencapaiannya.
2. Value yang ditawarkan meliputi pembiayaan dengan margin yang bersaing Yaitu
berkisar 3246 pertahun sesuai dengan daya beli pasar. BPRS juga memberikan
kemudahan akses dan kecepatan proses dalam pencairan pembiayaan.
3. Kemitraan dan relasi sebagai bagian clari proses pemasaran holistik dalam
meningkatkan volume pembiayaan maupun pendanaan.
4. Efisiensi dalam sumber Dana dan sumber daya untuk meningkatkan pendapatap
perusahaan dan mencapai kelangsungan usaha.

5. KESIMPUALAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dari business model BPRS yang telah disusun, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara umum potensi pasar mikro sangat baik, memiliki kontribusi terhada angkatan
kerja 9870 dan PDB 5596 dengan produktivitas tinggi, pengusaha mikro mengalami
kendala permodalan dan agunan sehingga tidak dapat menjangkau layanan perbankan.
2. Pada awal pendiriannya BPRS mengambil strategi pertumbuhan dengan titik tekan
pada peningkatan market share serta efisiensi biaya agar dapat mengoptimalkan
pendapatan dan memberikan jasa keuangan bermargin rendah. Target yang ingin
diraih adalah market share sebesar 3046 dengan tingkat pertumbuhanmargin sebesar
2046 setiap tahunnya.
3. Peningkatan customer value dan customer loyalty dilakukan melalui pemasaran yang
efektif dengan menggunakan berbagai sarana promosi dan account officer. Perbaikan
sistem, prosedur, internal kontrol dan manajemen risiko diperlukan dalam
mengendalikan aktivitas dan menjaga alur operasional sehingga pelayanan dan
keamanan pembiayaan dapat ditingkatkan.
4. Proses pertumbuhan BPRS didapatkan dan kultur dan kepemimpinan, teknologi dan
sumber daya yang dikembangkan sehingga memberikan produktivitas yang optimal.
5. Melihat pertumbuhan laba, gambaran operasional dan kesesuaian unlue denga segmen
yang dituju, dapat disimpulkan bawa business model ini layak dijalankan.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |90
6. Exit strategy pada saat BPRS mencapai pertumbuhan laba dilakukan denga" pendirian
unit jasa keuangan syariah dan ekspansi ke pusat indusri atav perniagaan di wilayah
lain. Pada saat mengalami kerugian dan pemilik tidak dapat menambah modal, BPRS
akan dijual kepada lembaga permodalan atau bank syariah lain.

Kesimpulan Khusus
1. Keuangan
Berdasarkan rencana keuangan, hal-hal yang dapat disimpulkan terkait penyusunan business
model:
a. Pada tahun pertama BPRS mengalami kerugian, hal ini disebabkan karena penerimaan
angsuran pembiayaan dan pengakuan pendapatan direalisasikan pada tahun kedua.
b. Pertumbuhan laba BPRS di tahun ke dua mengalami kenaikan setidaknya 2096 setiap
tahunnya .
c. Biaya operasional BPRS terdiri clari biaya kepegawaian, biaya pemasaran dan biaya
administrasi umum. Pengeluaran investasi pada awal pendirian terdiri dari pembelian
peralatan, pengurusan legalitas dan pembuatan sistem.
d. Permodalan BPRS diperoleh dari pemerintah setempat, simapanan masyarakat, dalam
bentuk deposito mudharabah, tabungan wadiah clari masyarakat dan titipan wadiah
lembaga permodalan.
e. Analisis rasio keuangan menunjukkan bahwa BPRS dapat mencapai break-even pada
tahun kedua, memiliki rasio likuiditas yang baik, return on eguitydiatas 2046 serta
mampu menghadapi sensitivitas terhadap perubahan penjualan.
f. Analisis kelayakan investasi dengan NPV, IRR, PP dan PI menyatakan bahwa BPRS
memiliki return dan tingkat pengembalian positif.
g. Dari berbagai indikator keuangan dapat disimpulkan bawa pendirian BPRS cukup
menjanjikan bagi investor, sehingga business model ini layak dij alankan.

2. Pemasaran
a. Perencanaan marketing harus selaras dengan strategi bisnis BPRS yaitu strategi growth.
Strategi pemasaran yang diambil adalah strategi low cost dan strategi segmented.
b. Perlu adanya exit plan jika perencanaan produk tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Exit plan yang akan ditempuh oleh BPRS adalah program penyelamatan pembiayaan
dengan memperpanjang jangka waktu pinjaman, dan jika masih gagal maka akan
dilakukan hapus buku pinjaman.

3. Operasional
Khusus clari aspek operasional dapat disimpulkan BPRS dapat berjalan sesuai dengan
perencanaan yang dibuat dengan selalu memperhatikan antara lain:
a. Mengarahkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki untuk selalu berorientasi
kepada pelanggan. Memiliki struktur organisasi yang dapat meningkatkan produktivitas
dan menciptakan hasil kerja yang berkualitas dengan kebijakan dan prosedur yang
sesuai kebutuhan.
b. Proses yang cepat dengan tingkat kesalahan yang rendah untuk membantu BPRS dalam
meningkatkan market share pembiayaan kepada para pelanggannya.
c. Pemilihan teknologi yang tepat akan meningkatkan efisiensi biaya operasional BPRS
sehingga dapat menetapkan tingkat margin yang bersaing.
d. Kegiatan operasional yang terpusat (centralized operations) akan memudahkan BPRS
mengkordinasikan kegiatan.
e. Pemilihan lokasi yang berada ditengah-tengah pelaku usaha mikro akan menurunkan
biaya operasional BPRS dan memudahkan proses penjualan.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |91
f. Sumber daya manusia yang kompeten dan memiliki integritas akan menciptakan
manajemen yang profesional dan efisien.
g. Menciptakan budaya kinerja tinggi dengan menjalankan prosedur bisnis yang sehat dan
menjaga kualitas sumber daya manusia melalui rekrutmen yang ketat, remunerasi yang
tepat, pelatihan yang sesuai, panduan kerja yang lengkap, mendahulukan kerja tim,
disiplin, role's play oleh pimpinan, menilai kinerja individu, menjalankan sistem reward
and punishment, bimbingan mental yang rutin dan membuat tali persaudaraan yang
kuat serta pengembangan karir karyawan.

DAFTAR PUSTAKA
Osterwalder, A., & Pigneur, Y. (2010). Business model generation: a handbook for visionaries,
game changers, and challengers. John Wiley & Sons.
Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (1996). Using the balanced scorecard as a strategic management
system.
Karim, A. (2010). Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, cet. ke-7, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Zacharaki S., Andrew, Spinelli, S., & Timmons, AJ. (2011). Business plans that work (2nd ed.).
New York: Mc Graw Hill.
Kuratko, Donald F., & Horsnby, JS. (2009). New venture management: The enterpreuner's
roadmap. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Thompson, A.A., Stricklan III, AJ, & Gamble, J.E. (2010). Crafting and executing strategy: The
guest for competitive advantage (17th ed).
Suliyanto, D. (2010). Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Andi Yogyakarta.
Deitiana, T. (2011). Manajemen Operasional Strategi dan Analisa Services dan
Manufaktur. Jakarta: Mitra Wacana Media, 1.
Buchori, N. S. (2009). Koperasi syariah. Sidoardjo: Masmedia Buana Perkasa.
Huda, N., & Heykal, M. (2010). Lembaga Keuangan Islam. Kencana.
Rivai, V. & Veithzal, A.P. (2007). Credit management handbook. Jakarta: PT Raja Grafindo
Perkasa.
PT. Bank CIMB Niaga Tbk (2009). Kebijakan 'credit mikro (versi.04.09). Jakarta.
Yusuf, M., & Wiroso (2011). Bisnis syariah (edisi 2). Jakarta: Mitra Wacan Media.
Hadinoto, S. (2013). Kiat Memimpin Bank Ritel Mikro dan Konsumer. Elex Media Komputindo.
Hambrick & Fredrickson (2001), The five major elements of strategy.
Astuti, M. (2012). Business plan project pendirian koperasi jasa keuangan syariah (KJKS) Mitra
Maju Sejahtera strategi bisnis dan rencana keuangan= Business plan project
establishment of Islamic financial service cooperative Mitra Maju Sejahtera business
strategy and financial plan.
Kotler, P., & Keller, K.L. (2011). Marketing management (13th ed), New Jersey: Pearson
Education Limited.
Mullin, J.W & Walker (2010), Marketing management: A Strategic decision making approach
(7th ed). New York: Mc Graw Hill.
PINBUK (2012). Selayang pandang pusat inkubasi bisnis usaha kecil. http.://
www.pinbuk.com
Biro Pusat Statistik (2010). Statistik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tahun 2008-
2009.
Jakarta: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Griffin, R.W., & Ebert, R.J. (2007). Bisnis (Sita Wardhani). Jakarta: Erlangga.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |92
Fatwa Dewan Syariah Nasional Murabahah. Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah
Fatwa Dewan Syariah Nasional. Nomor 07/ DSN-MUI/IV/ 2000 tentang Mudharabah
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 19/ DSN-MUI/IV/ 2000 tentang Al Oard. Fatwa Dewan
Syariah
Nasional Nomor 17/ DSN-MUI/IX/2000 tentang Sanksi atas nasabah mampu yang menunda-
nunda pembayaran
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 08/ DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Musyarakah .

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |93
Pendekatan Theory of Constraint (TOC) dalam Meningkatkan
Efisiensi Biaya Produksi (Studi ada PT. Perkebunan Nusantara X
Pabrik Gula Tjoekir Diwek Kabupaten Jombang Propinsi Jawa
Timur)

Titik Inayati1*, Sri Dwi Wahyuningsih1

1Universitas Mojokerto

ABSTRAK
Penelitian mengenai teori kendala dalam meningkatkan biaya produksi. Rumusan masalah
yang diambil adalah tentang bagaimana analisis pendekatan TOC dalam meningkatkan
efisiensi biaya produksi. Penelitian dilakukan di pabrik gula Tjoekir Diwek Jombang. Penelitian
ini mencakup jenis penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian adalah metode
deskriptif. Setelah dilakukan analisa mendalam, hasil penelitian menunjukkan: 1) Theory of
Cinstraint belum diterapkan diperusahaan sehingga laba yang dicapai belum maksimal, 2)
Peneliti menggunakan MCE (Manufacturing Cycle Efficienci) dalam mengukur efisiensi biaya
produksi dan hasilnya menunjukkan bahwa MCE yang diperoleh sebesar 0.92 atau mendekati
angka satu, 3) Dengan Penerapan TOC dapat meningkatkan laba sebesar Rp.2.491.764.000
pada tahun 2013 dan sebesar Rp.1.714.498.000 pada tahun 2014. Meningkatkan prosentase
ROI dari 38.6% pada tahun 2013 menjadi 40.3% dan pada tahun 2014 yang semula ROI
sebesar 5.9% menjadi 8.3%. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan pendekatan TOC dapat
mengefisiensi biaya produksi sehingga berpengaruh terhadap peningkatan laba.
Kata Kunci: pendekatan TOC, Biaya Produksi

1. PENDAHULUAN
Gula pasir merupakan sumber bahan pemanis yang banyak dikonsumsi rumah tangga
di Indonesia. Kebutuhan akan gula pasir akan terus meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat. Dalam kenyataannya harga gula pasir dalam
negeri lebih mahal daripada gula impor, dengan kejadian tersebut akan berpengaruh terhadap
kelangsungan industri gula dalam negeri. Pengelolaan perusahaan manufaktur memiliki
keterbatasan jumlah jam mesin dan jumlah jam tenaga kerja langsung dan pada saat
keterbatasan sumber daya tersebut membatasi kemampuan perusahaan untuk memuaskan
kebutuhannya, perusahaan dapat mengatakan bahwa mereka menghadapi constraint
(Garrison, 2013: 151). Perusahaan yang mengalami kendala atau constraint dapat
mengidentifikasi pula berapa biaya yang timbul karena biaya tersebut merupakan biaya non
value added yaitu biaya yang timbul karena aktivitas yang tidak memberi nilai tambah. Hal ini
berarti perusahaan harus melakukan suatu langkah yang strategis dalam pengelolaan
manajemen, untuk meminimalkan biaya tersebut melalui suatu pendekatan teori kendala atau
biasa disebut Theory of Constraint (TOC).
Theory of Constraint didasarkan pada pandangan bahwa manajemen kendala secara
efektif adalah kunci keberhasilan. Menurut Theory of Constraint, jika hendak memperbaiki
kinerja, suatu perusahaan harus mengidentifikasi kendala-kendalanya, mengeksploitasi
kendalanya dalam jangka pendek, serta menemukan cara mengatasinya dalam jangka panjang
(Hansen dan Mowen, 2013:231). Theory of Constraint memfokuskan pada tiga ukuran kinerja
organisasi: throughput, persediaan, dan beban operasi. Berdasarkan ketiga ukuran ini tujuan
manajemen dapat dinyatakan sebagai meningkatkan throughput, meminimalkan persediaan,
dan menurunkan beban operasi (Hansen dan Mowen, 2013:232). Pendekatan Theory of
Constraint dapat meminimalisasi biaya produksi, tentu saja sehubungan dengan hal tersebut
manajemen harus dapat meningkatkan efisiensi produksi dan meningkatkan kapasitas. Proses

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 94


roduksi yang ideal akan menghasilkan throughput time yang sama dengan processing fime,
untuk mengukur efisiensi produksi menggunakan Manufacturing Cycle Efficiency (MCE)
dimana MCE diperoleh dari proccesing time dibagi throughput time, dan produksi dapat
dikatakan efisien jika diperoleh hasil MCE mendekati angka satu.
Objek penelitian pada PT. Perkebunan Nusantara X Pabrik Gula Tjoekir Diwek
Jombang. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang memproduksi gula sebagai produk
utama dengan tetes dan kompos sebagai produk sampingan. Saat ini perusahaan belum
sepenuhnya memenuhi kepuasan konsumen dengan produk yang dihasilkan, karena kualitas
produk yang belum memenuhi harapan sedangkan biaya produksi tinggi. Hal ini berdampak
pada menurunnya pendapatan dan laba pada perusahaan. Beberapa kendala dihadapi
perusahaan terkait kerusakan mesin. Hal ini menghalangi peningkatan efisiensi biaya
produksi sehinggan kurang menghasilkan laba yang maksimal. Penelitian ini ingin menguji
apakah faktor-faktor yang menghambat dalam produksi dapat dikelola sehingga biaya
produksi dapat ditekan dengan pendekatan Theory of Constraint.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Theory of Constraint
Theory of Constraint atau teori kendala merupakan filosofi manajemen sistem yang
dikembangkan oleh Eliyahu M Goldratt sejak awal 1980-an. TOC menyatakan bahwa kinerja
perusahaan dibatasi constraint. Setiap perusahaan pasti menghadapi sumber daya dan
permintaan yang terbatas atas produknya. Keterbatasan ini disebut kendala (Hansen dan
Mowen, 2013:231). Menurut Rina (2008:28) Constraint adalah segala sesuatu yang membatasi
sistem dari pencapaian kinerja yang lebih baik, yang berlawanan dengan tujuan perusahaan
yaitu untuk menghasilkan uang sekarang dan masa depan, adapun kendala yang timbul dapat
terletak pada kapasitas mesin dan kemampuan tenaga kerja yang dimiliki perusahaan.
Garrison (2013:163) kendala (constraint) adalah batas dimana perusahaan harus
beroperasi, seperti batas bahan baku atau jam mesin yang tersedia, yang membatasi
kemampuan perusahaan untuk memenuhi permintaan. Sedangkan menurut Blocher
(2002:175) constraint adalah kelemahan dalam suatu rangkaian value chain yang membatasi
kapasitas produksi perusahaan. Jadi Theory of Constraint adalah suatu pendekatan untuk
mengidentifikasi dan mengatasi sebuah kendala pada suatu proses produksi sebuah
perusahaan. Theory of Constraint didasarkan pada pandangan bahwa manajemen kendala
secara efektif adalah kunci keberhasilan. Pendekatan TOC adalah bagian yang
menyempurnakan pendekatan Total Quality Management, pendekatan ini memfokuskan
usaha-usaha perbaikan yang tampaknya paling efektif (Irwan & Haryono, 2015) (Haryono,
2017).
TOC menekankan pada pentingnya mengelola kendala yang dihadapi oleh organisasi.
Karena kendala adalah sesuatu yang menghalangi organisasi, proses perbaikan akan efektif
kalau difokuskan pada kendala yang dihadapi (Garrison, 2006:22). Menurut Hansen dan
Mowen (2013:231) Theory of Constraint memfokuskan pada tiga ukuran kinerja perusahaan
yaitu : (1) Throughput, adalah tingkat dimana suatu perusahaan menghasilkan uang melalui
penjualan. Dalam istilah operasional, throughput adalah selisih antara pendapatan penjualan
dan biaya variabel tingkat unit seperti bahan dan listrik. Tenaga kerja langsung biasanya
dianggap sebagai beban tetap tingkat unit dan biasanya tidak dimasukkan dalam definisi
tersebut. Dan throughput berkaitan dengan marjin kontribusi, (2) Persediaan, adalah semua
uang yang dikeluarkan perusahaan dalam mengubah bahan baku mentah menjadi throughpu,
(3) Beban operasi, didefinisikan sebagai seluruh uang yang dikeluarkan organisasi untuk
mengubah persediaan menjadi throughput.
Prinsip - prinsip Theory of Constraint menurut Krismiaji (2002:12) adalah sebagai
berikut : (1) Mengidentifikasi jalinan yang paling lemah yang merupakan constraint (kendala),
(2) Mengurangi beban yang tidak dapat ditangani oleh jalinan yang paling lemah, (3)
Memfokuskan upaya perbaikan pada jalinan yang paling lemah, (4) Jika upaya perbaikan

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 95


berhasil, kendala baru harus diidentifikasi dan upaya perbaikan harus dialihkan pada jalinan
tersebut.
Langkah Analisa Theory of Constraint
Hansen dan Mowen (2013:233) Toeri kendala menggunakan lima langkah untuk
mencapai tujuan memperbaiki kinerja organisasi :
1. Mengidentifikasi kendala - kendala perusahaan Kendala yang dihadapi perusahaan
dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu: (a) Kendala eksternal, yaitu faktor -
faktor yang membatasi perusahaan yang berasal dari sumber - sumber diluar
perusahaan, seperti permintaan pasar, (b) Kendala internal, yaitu faktor - faktor yang
membatasi yang ditemukan didalam perusahaan, seperti ketersediaan waktu mesin.
2. Mengeksploitasi kendala - kendala yang mengikat Langkah ini adalah inti dari filosofi
teori kendala mengenai manajemen manajemen kendala jangka pendek dan langsung
terkait dengan tujuan teori kendala yaitu mengurangi persediaan dan memperbaiki
kinerja. Di perusahaan kendala sumber yang mengikat hanya sedikit, kendala pengikat
utama disebut sebagai drummer. Tingkat produksi kendala drummer mempengaruhi
tingkat produksi keseluruhan pabrik. Proses ke hilir yang dimulai dengan kendala
drummer secara alamiah akan dipaksa mengikuti tingkat produksinya. Proses ke hulu
yang berakhir pada kendala drummer dijadwalkan untuk memproduksi pada tingkat
yang sama seperti kendala drummer. Penjadwalan pada tingkat drummer akan
mencegah produksi barang persediaan dalam proses hulu yang berlebihan. Ada dua
fitur tambahan yang digunakan TOC dalam mengelola kendala untuk menurunkan
tingkat persediaan dan memperbaiki kinerja perusahaan yaitu (Hansen dan Mowen,
2013:236) : (a) Penyangga waktu (time buffer) adalah persediaan yang dibutuhkan
untuk menjaga agar sumber daya yang mempunyai kendala tetap sibuk dalam interval
waktu tertentu, (b) Tali (ropes) adalah tindakan yang diambil untuk mengikat tingkat
dimana bahan baku dikirim ke pabrik(pada awal operasi) pada tingkat produksi
sumber daya yang mempunyai kendala. Sistem persediaan Iheory ot Constraint sering
disebut sistem DBR (drum-buffer-rope) dan berikut adalah tampilan DBR secara
umum:
Gambar 1
Sistem Drum-Buffer-Rope
Bahan Baku Proses Awal

Proses A

Proses B

Proses
Drummer

Proses C
Proses B

Proses Akhir Barang Jadi

Sumber : Hansen dan Mowen (2013:237)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 96


3. Menyubordinasi apa pun selain keputusan yang dibuat pada langkah 2. Pada intinya
kendala drummer menetapkan kapasitas seluruh pabrik. Semua departemen lainnya
harus disubordinasi sesuai kebutuhan kendala drummer. Prinsip ini mengharuskan
perusahaan untuk mengubah cara mereka memandang sesuatu
4 Mengangkat kendala-kendala yang mengikat
Setelah tindakan untuk mengusahakan penggunaan kendala yang ada dilakukan secara
maksimal, maka langkah berikutnya adalah memulai program perbaikan
berkelanjutan dengan mengurangi keterbatasan yang dimiliki kendala yang mengikat
atas kinerja perusahaan
5. Mengulangi proses
Pada akhirnya kendala sumber daya akan diangkat sampai pada suatu titik dimana
kendala tersebut tidak mengikat lagi, kemudian akan memunculkan kendala drummer
yang baru. Setelah kendala drummer baru muncul, maka prose, TOC akan berulang
kembali. Tujuannya adalah memperbaiki kinerja secara berkelanjutan.
Alat Bantu Theory of Constraint (TOC)
1. Material Requirement Planning (MRP)
Menurut Zulian Yamit (2012:342) Material Requirement Planning merupakan sistem
yang dirancang secara khusus untuk situasi permintaan bergelombang, yang Secara tipikal
karena permintaan tersebut dependen. Sedangkan menurut Pontas Pardede (2005:475) MRP
adalah penentuan jumlah setiap jenis bahan baku yang dibutuhkan sselama satu masa tertentu
dalam pembuatan barang jadi untuk memenuhi permintaan selama masa tersebut.
Material Reguirment Planning menggabungkan pengendalian bahan baku dengan
rencana produksi.Sasarannya adalah mempersingkat masa penahanan persediaan dan pada
saat yang sama menjamin tersedianya bahan - bahan pada waktu dibutuhkan, maka MRP
sangat sesuai untuk perusahaanmanufaktur. Material Reguirment Planning menghubungkan
jadwal pengolahan dengan bill of materials yaitu suatu bagan atau tabel yang menunjukkan
jumlah dan jenis bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat setiap satuan barang jadi.
Dengan cara seperti ini setiap jenis barang dapaf tersedia tepat waktu sehingga tidak terjadi
kekurangan bahan. Tujuan sistem MRP adalah (1) menjamin tersedianya material, item atau
komponen pada saat dibutuhkan untuk memenuhi skedul produksi, dan menjamin
tersedianya produk jadi bagi konsumen, (2) menjaga tingkat persediaan pada kondisi yang
minimum, dan (3) merencanakan aktivitas pengiriman, penjadwalan maupun aktivitas
pembelian. Pontas Pardede (2005:476) ada beberapa keuntungan-keuntungan digunakanny?
MRP antara lain sebagai berikut :
1. Penurunan jumlah sediaan yang dibutuhkan
MRP menentukan jumlah bahan atau bagian barang yang benar-benal Aibutuhkan
untuk setiap satuan waktu sesuai dengan rencana produksi induk (MPS), sehingga
tingkat sediaan yang berlebihan dapat dihindarkan.
2. Pengurangan masa tunggu pembuatan dan pemesanan
MRP menunjukkan jumlah, jadwal, dan ketersediaan bahan atau bagian barang serta
tindakan pengadaan yang dibutuhkan untuk memenuhi waktu penyerahan sehingga
dapat menghindarkan penundaan kegiatan pengolahan.
3. Pemenuhan jadwal yang lebih tepat
Dengan MRP, bagian pengolahan dapat memberikan jadwal pengolahan yang tepat
kepada bagian pemasaran sehingga bagian pemasaran dapat menentukan adwal
penyerahan yang tepat kepada pembeli atau pemesan.
4. Peningkatan kehematan

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 97


MRP mensyaratkan kerjasama dan penyelarasan antara berbagai pusat kerja pada saat
bahan-bahan mengalir diantara pusat-pusat kerja tersebut. Dengan demikian
pemeriksa bahan tidak diperlukan lagi dan tidak akan ada penghentian pengolahan
karena MRP menekankan tersedianya bahan-bahan dalam jumlah dan waktu yang
tepat.
Berikut adalah gambar MRP (Material Requirement Planning) diantara unsur unsur
pengawasan kegiatan pengolahan:

1. Enterprise Resource Planning (ERP)


ERP (Enterprise Resource Planning) adalah sebuah sistem informasi perusahaan yang
dirancang untuk mengkoordinasikan sumber daya, informasi, dan aktifitas yang diperlukan
untuk proses bisnis lengkap (Rakhma, 2010:15). ERP merupakan software yang
mengintegrasikan semua departemen dan fungsi suatu perusahaan ke dalam sistem komputer
yang dapat melayani semua kebutuhan perusahaan, baik dari departemen penjualan, HRD,
produksi, atau keuangan. Syarat terpenting dari sistem ERP adalah integrasi yang
menggabungkan berbagai kebutuhan pada satu software dalam satu logical database sehingga
memudahkan semua departemen berbagi informasi, dan tujuan sistem ERP adalah untuk
mengkoordinasikan bisnis secara keseluruhan.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 98


Area bisnis yang dilingkupi ERP adalah akuntansi keuangan, akuntansi pengendalian,
penjualan, manajemen sumber daya manusia. ERP membawa proses penyatuan yang lebih
baik serta fungsi operasi yang terintegrasi dengan sistem back Office seperti pembayaran,
sumber daya manusia, dan keuangan. Rakhma (2010:15) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa ERP memiliki tiga manfaat yaitu: (1) Mengintegrasikan data keuangan, (2) Standarisasi
proses operasi, (3) Standarisasi data dan informasi
2. Supply Chain Management (SCM)
Menurut Pujawan, (2005 :5) Supply chain adalah jaringan perusahaarperusahaan yang
secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan
pemakai akhir. Jadi kalau Supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan
yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke
pemakai akhir, SCM adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya.
Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola antara Jain:
(1) Aliran barang yang mengalir dari hulu ke hilir, (2) Aliran uang dan sejenisnya yang
mengalir dari hilir ke hulu, (3) Aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun
sebaliknya
3. Wasting
Wasting adalah pemborosan pemakaian bahan (Islahuzzaman, 2012:492) sedangkan
menurut Simamora (2000:99) wasting adalah segala sumber daya baik yan8 berwujud
material, tenaga kerja, mesin yang melebihi dari minimum sumber daya yang dibutuhkan
untuk menambah nilai dari bahan baku atau pelayanan. Adapun sumber sumber wasting
adalah (1) Time on hand (wniting tine),menyeimbangkan beban tiaP Stasiun kerja, dan
mencegah terjadinya bottleneck (proses yang membatasi total output) sehingga waktu tunggu
mesin maupun material dapat dihindari, (2) Reduce Materié Handling, berfungsi agar
tumpukan work in process dapat dihindari, (3) Stock on han (inventory), Perusahaan hanya
memproduksi produk yang diperlukan pasar, stasiu” kerja up stream hanya memproduksi
barang yang diminta stasiun kerja down stream sejumlah kuantitas yang diminta sehingga
tidak akan terjadi tumpukan barang maupun work in process, (4) Movement, Movement
merupakan aktivitas mengeliminasi gerakan manusia yang tidak diperlukan seperti materi
gelimunasi al handlin ang berlebi Inspection Time, Perusahaan harus memeliharan kesesuaian
produk selama Pa 2 pengiriman ke tempat tujuan. Pemeliharaan ini termasuk
mengidentifikasi, penangana pengepakan, penyimpanan, dan perlindungan.
4. Throughput Time
Menurut Garrison (2013:77) waktu untuk menyelesaikan produk (siklus manufaktur)
yang dibutuhkan untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi disebut waktu throughput
(throughput time).Throughput time terdiri atas waktu untuk memproses, waktu untuk
inspeksi, waktu untuk memindahkan, dan waktu antre. Waktu proses (process time) adalah
jumlah waktu aktual yang dibutuhkan untuk mengerjakan produk. Waktu inspeksi (inspection
tme) adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyakinkan produk tidak cacat. Waktu
pemindahan (move time) adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk memindahkan bahan
atau sebagian produk jadi dari lokasi kerja yang satu ke lokasi kerja yang lain. Waktu antre
(queue time) adalah jumlah waktu yang dibutuhkan produk untuk menunggu supaya diproses,
dipindahkan, diinspeksi, atau menunggu di gudang untuk dikirim. Menurut Mulyadi (2001:23)
terdapat dua jenis aktivitas yang mengkonsumsi unsur waktu (throughput time) yaitu value
added activities dan non value added activities. Berikut adalah gambar dari siklus pengiriman
dan waktu throughput:

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 99


Gambar 3 : Waktu siklus pengiriman dan waktu throughput

Keunggulan Theory of Constraint


Menurut Hansen dan Mowen (2013:232) Theory of Constraint mengakui bahwa
penurunan persediaan akan mengurangi biaya penyimpanan sehingga menurunkan beban
operasi serta memperbaiki laba bersih perusahaan. Selain itu, Theory of Constraing
menyatakan bahwa penurunan persediaan akan membantu mengahasilkan Sisi kompetitif
dengan mempunyai produk yang lebih baik, harga yang lebih rendah, dan tanggapan yang
cepat atas kebutuhan pelanggan.
L Produk yang lebih baik
Produk yang lebih baik berarti mutu yang lebih tinggi. Hal ini juga berarti bahwa
perusahaan mammpu memperbaiki produk dan menyediakan produk yang sudah
diperbaiki tersebut secara cepat ke pasar. Perbaikan produk juga merupakan unsur
kompetitif yang penting dalam meningkatkan jumlah produk yang cepat diterima oleh
konsumen (Didiharyono, 2016). Produk baru atau produk yang sudah diperbaiki perlu
segera masuk ke pasar sebelum pesaing mampu menyediakan produk serupa. Tujuan
ini dapat difasilitasi dengan persediaan yang rendah. Persediaan yang rendah
memungkinkan perubahan produk baru diperkenalkan lebih cepat karena perusahaan
mempunyai produk lama yang lebih sedikit.
2. Harga yang lebih rendah Persediaan yang tinggi berarti kapasitas yang lebih produktif
dibutuhkan dan lebih banyak investasi yang harus dilakukan dalam peralatan dan

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 100
ruang. Karena waktu tunggu dan tingkata kerja yang tinggi seringkali menyebabkan
jam kerja lembur. Adanya jam kerja lembur dengan sendirinya akan meningkatkan
biayabiaya operasional dan merendahkan profitabilitas. Dengan merendahkan tingkat
persediaan dan biaya-biaya operasioanal, margin tiap unit untuk setiap unit akan
meningkat, dan memberikan fleksibilitas pada penentuan harga.
3. Daya tanggap Mengirimkan barang-barang tepat waktu dan memproduksi produk-
produk dengan waktu tunggu yang lebih singkat daripada yang ditentukan pasar
meruupakan alat persaingan yang penting. Mengirimkan barang-barang tepat waktu
berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memperkirakan lamanya waktu
yang diperlukan memproduksi dan mengirimkan barang: barang.
Biaya Produksi
Dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk, perusahaan manufaktur
biasanya mengeluarkan berbagai macam biaya. Mulyadi (2012:14) Biaya produksi merupakan
biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
Efisiensi adalah suatu ukuranyang menggambarkan berapa masukan (input) yang diperlukan
untuk menghasilkan satu unit keluaran (output) (Islahuzzaman, 2012:133). Sedangkan
pengertian efisiensi menurut Gito Sudarmo (2000:1) Efisiensi adalah perbandingan antara
keluaran dengan masukan atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu unit input yang
digunakan. Efisiensi merupakan uatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya
sumber/biava untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Jadi dapat disimpulkan
efisiensi biaya roduksi merupakan perbandingan antara keluaran dengan masukan yang
berkaitan dengan biaya pengolahan bahan baku menjadi produk jadi siap dijual. Menurut
Gitosudarmo (2001:1) tujuan efisena yaitu untuk menguasal panpsa asar yang ada.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari adanya efisiensi biaya produksi adalah
sebagai berikut : (1) Karyawan akan bekerja untuk men ipar efisiensi biaya produksi, schingga
akan meningkatkan kedisiplinan dan keterampilan kerja karyawan, (2) Dengan meningkatkan
efisiensi biaya produksi maka perusahaan dpat menggunakan sebagian modal yang tersisa
untuk memmmayat kegiatan lain, (1) Dengan adanya efisiensi perusahaan akan dapat
memperoleh labu yang maksimum.
Akumulasi Biaya Dalam Proses Produksi
Menurut Bastian dkk (2006.49) Akumulasi biaya adalah suatu cara untuk mengetahui
berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk suatu produk dan pasa atau menyangkut suatu hal.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam akumulasi biaya, tapi yang lazim
digunakan adalah dua metode sebagai berikut:
1) Akumulasi biaya pesanan
Akumulasi biaya pesanan adalah suatu metode yang digunakan dalam pengumpulan
harga pokok suatu produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau
kontrak atau jasa secara terpisah dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisah sesuai
identitasnya
2) Akumulasi biaya proses
Akumulasi biaya proses adalah suatu metode dalam pengumpulan harga pokok suatu
produk dengan mengumpulkan biaya untuk setiap satuan waktu tertentu Dalam
perhitungan biaya proses, biaya diakumulasikan per departemen untuk periode waktu
tertentu. Laporan produksi adalah dokumen yang meringkas aktivitas aktivitas
manufaktur yang terjadi di suatu departemen dalam perhitungna tertentu sebuah
laporan produksi mengandung informasi biaya-biaya yang ditransfer masuk dari
departemen sebelumnya. Serta biaya-biaya yang ditambahkan dalam departenu n Itu
sendiri seperti bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead (Hinsen dan
Mowen, 2006:260).

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 101
Efisiensi Biaya Produksi dengan Pendekatan Theory of Constraints
Menurut Hansen dan Mowen (2013:231) peningkatan efisiens biaya produksi dalam
pendekatan Theory od Constraint dapat dilakukan dengan cara
1. Meningkatkan throughput time Dalam throughput time ada value added activities and
non value added activities. Penunykatan throughput time diharapkan dapat
mengeliminasi non Value added activities, sehingga perusahaan dapat menghadukan
produk ke tangan konsumen lebih cepat dengan biaya produksi yang lebih rendah.
Peningkatan throughput time dapat diukur dengan efisiensi siklus manufaktur atau
Manufacturing Cycle Efficiency (MCE) dengan rumus sebagai berikut :
MCE = waktu bernilai tambah (waktu proses)
waktu throughput (waktu siklus manufaktur)
Garisson (2013:77) Waktu proses adalah jumlah waktu aktual untukmenghasilkan
suatu produk, dalam penelitian ini waktu proses yang dimaksud adalah waktu aktual untuk
mengerjakan produk. Sedangkan waktu throughput adalah waktu yang diawali dari persiapan
bahan baku sampai bahan tersebut menjadi barang jadi yang terdiri dari waktu proses waktu
inspeksi, waktu tunggu, waktu penyimpanan, waktu dan waktu pindah. Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut:
a) Waktu inspeksi adalah waktu yang digunakan untuk menyakinkan kualitas produk
b) Waktu tunggu adalah waktu yang dihabiskan suatu produk karena menunggu untuk
dikerjakan
c) Waktu penyimpanan adalah waktu yang dibutuhkan suatu produk, baik dalam gudang
penyimpanan bahan baku, maupun gudang penyimpanan produk jadi
d) Waktu pindah adalah waktu yang digunakan untuk memindahkan produk dari suatu
departemen ke departemen lain

Pada penelitian terdahulu (Rakhma, 2010:30) Menghitung efisiensi biaya produksi


menggunakan rumus sebagai berikut:

Efisiensi biaya produksi = % MCE X


Total biaya produksi setelah TOC
2. Meminimalkan persediaan
Peminimalisasian persediaan dapat membantu menurunkan biaya penyimpanan
sehingga biaya produksi dapat ditekan dan keuntungan perusahaan dapat meningkat.
Namun peran dari meminimalkan persediaan dipandang sebagai kurang penting
dibandingkan throughput dan beban operasi dalam mencapai perbaikan (Hansen dan
Mowen, 2000:408)
3. Menurunkan biaya operasi
Penurunan biaya operasi berpengaruh pada laba bersih dan pengembalian atas
investasi serta arus kas. Sehingga pengukurannya dapat dilakukan dengan cara:
a. Menghitung laba sebelum dan sesudah diterapkannya Theory of Constraint
b. Menghitung Return of Invesment sebelum dan sesudah diterapkannya Theory
of Constraint dengan rumus :
ROI = Laba bersih
X 100%
Total Aktiva

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 102
3. METODE PENELITIAN
Obyek Penelitian
a. Penelitian dilakukan di bagian produksi Pabrik Gula Tjoekir Diwek Kabupaten
Jombang Propinsi Jawa Timur.
b. Obyek penelitian merupakan perusahaan sampel dalam bidang manufactur yang
meproduksi gula pasir lokal.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis yang
didasarkan pada metode Theory of Constraint dan langkah-langkah analisisnya adalah sebagai
berikut:
1. Mengamati, mencatat, dan menghitung throughput time dan proccesing time. Dimana,
Proccesing time adalah Waktu pengolahan atau waktu proses sedangkan Throughput
time adalah Jumlah dari waktu pengolahan, waktu inspeksi, dan waktu pemindahan,
waktu perbaikan, dan waktu tunggu
2. Mengatasi kendala dengan cara mengeliminasi aktivitas yang tidak memberikan nilai
tambah bagi perusahaan
3. Menghitung MCE (Manufacturing Cycle Efficiency)
Proses produksi yang ideal akan menghasilkan throughput time yang sama dengan
waktu proses. Ukuran efisiensi proses produksi dihitung dengan MCE (Manufacturing
Cycle Efficiency)
MCE = Proccesing time
Throughput time
Menghitung ulang biaya produksi setelah kendala dapat diatasi Perhitungan biaya
produksi tanpa ada kendala yang mengikat dapat menggunakan rumus:
Biaya yang dapat diefisiensi = MCE x Biaya produksi
1. Mengukur efisiensi biaya produksi dengan cara :
1. Menghitung efisiensi biaya
i. Efisiensi dapat dihitung dengan rumus:
ii. Efisiensi biaya poduksi = Total biaya produksi sebelum TOC - Total
biaya produksi setelah TOC
2. Menghitung laba sebelum dan sesudah TOC
3. Membandingkan Return on Invesment sebelum dan sesudah pendekatan Theory of
Constraint dimana biaya produksi dikatakan efisien jika Return on Invesment (ROI)
sudah melakukan pendekatan Theory of Constraint dengan rumus berikut:

RO = kababersih
X 100%
Total Aktiva
2. Menganalisis penerapan TOC (Theory of Constraint) dalam meningkatkan efisiensi
biaya produksi pada perusahaan

4. HASIL PFNELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pabrik gula "TJOEKIR” didirikan oleh NV. KODY EN COSTER VAN VOUR HOUTSF
TJOEKIR pada tahun 1884 dan terus berproduksi sampai dengan peran dunia Ii. Pada tahun
1925 Pabrik Gula "Tjoekir” pernah mengalami rehabilitasi pabrik dalam rangka peningkatan
kapasitas produksi, dengan mengganti beberapa instalas, pabrik. Penyelenggaraan

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 103
penanaman tebu di PG. “TJOEKIR” tersebut dilaksanaka, oleh Badan Penyelenggara
Perusahaan Gula Negara (BPPGN) sampai penanaman tebu tahun 1948. Baru setelah
terjadinya aksi Irian Barat (TRIKORA) PG. “TJOEKIR” ini di ambil alih oleh pemerintah di
bawah suatu badan ialah Perusahaan Perkebunan Negara Baru. Untuk koordinasi dari pabrik-
pabrik atau perkebunan bekas milik Belanda di Jawa Timur dalam tahun 1959/1960 dibagi
dalam pra unit diaman PG. “TJOEKip» termasuk pra unit 4 (unit). Dengan adanya peraturan
Pemerintah No. 166 tahun 1961, maka dari bentuk pra unit dirubah menjadi dalam bentuk
kesatuan-kesatuan dimang PG. “TJOEKIR” termasuk dalam kesatuan Jawa Timur II. Kemudian
terbentuklah BPUPPN gula, dan tiap-tiap pabrik gula dijadikan badan hukum yang berdiri
sendirj PP. No. 1 tahun 1963 dimana PG. “TJOEKIR” berada di bawah pengawasan BPUPPN
gula inspeksi daerah VI yang berkedudukan di Jalan Jembatan Merah 3-6 Surabaya, Dengan
dikeluarkannya PP. No.13 tahun 1968, maka dibubarkanlah Badan Pimpinan Umum
Perusahaan Negara Gula / Karung Goni, BPUPPN aneka karet, BPUPPN aneka tanaman dan
tumbuhan di dalam rangka penertiban, penyempurnaan dan penyederhanaan aparatur
pemerintah pada umumnya dan Perusahaan Gula pada khususnya.
Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1968 tersebut di ikuti oleh keluarnya Peraturan
Pemerintah No. 14 tahun 1968 tentang pendirian Perusahaan Negara Perkebunan yang
merupakan badan hukum dengan timbulnya PP. No. 13 dan 14 tahun 1968 yang berarti PP. 13
tahun 1968 menjadi tidak berlaku lagi, maka kedudukan sebagai badan hukum bagi PG.
“TJOEKIR” beralih kepada Perusahaan Negara Perkebunan. Dalam hal ini PG. “TJOEKIR” masuk
dalam Perusahaan Negara Perkebunan No. XXII yang memiliki badan hukum dan
berkedudukan di Jalan Jembatan Merah No. 3-6 Surabaya. Berdasarkan PP. No. 23 tahun 1973
terhitung mulai tanggal 1 Januari 1974 PNP XXII dengan bentuk Perseroan Terbatas yaitu PT.
Perkebunan XXI-XXII (Persero) yang berkedudukan di jalan Jembatan Merah 3-6 Surabaya.
Pabrik Gula “TJOEKIR” sebagai salah satu unit produksinya dan badan hukum berada pada
Direksi P.T.P. XXI-XXII (Persero).
Di tingkat pusat dengan SK Menteri No. 12B/Kpte/Org/11/1973 perwakilan BKU PNP
wilayah dirubah menjadi inspeksi FN / PT Perkebunan BKU PNP wilayah dirubah menjadi
inspeksi FN / PT Perkebunan BKU PNP wilayah 1 sampai dengan IV: Pabrik Gula “TJOEKIR”
dalam hal ini termasuk inspeksi wilayah IV yaitu PT Perkebunan XXI-XXII (Persero). Pada
tahun 1994 berdasarkan SK Menteri Keuangan No. 168KMK 016/ 1994 tanggal 2 Mei 1994
maka PTP. XXI-XXII (Persero) menjadi group PTP Jawa Tengah bersama-sama dengan PTP.
XVXVI, PTP. XVII, PTP. XIX dan PTP XXVII. Kemudian Peraturan Pemerintah RI No. 15 tahun
1996 tentang peleburan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PTP. XXI-XXII, PTP. XXVII dan PTP.
XIX, menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X, dan pada
tahun 2014 telah berganti lagi menjadi PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X.
Pabrik Gula Tjoekir terletak di desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang,
Jawa Timur. Lokasi pabrik terletak di dua jalur lintas jalan raya antara Kota Jombang menuju
Kota Pare dan jalan antara Desa Cukir menuju Kecamatan Mojowarno. Lokasi PG. Tjoekir
memenuhi beberapa syarat berdirinya pabrik gula, yaitu: (1) Pengangkutan bahan baku
maupun hasil produksi sangat mudah dan murah, (2) Lokasi pabrik gula terletak di daerah
pertanian yang dapat dengan mudah dan cepat menunjang pengadaan bahan baku. (3) Lokasi
pabrik gula terletak dekat dengan sumber air sehingga mudah dalam pemenuhan kebutuhan
air untuk pabrik, (4) Jarang terjadi bencana terutama banjir karena mempunyai sistem
drainase dengan kapasitas yang memadai.
Identifikasi dan Analisis Kendala Proses Produksi
Dalam setiap aktivitas produksi, seringkali terjadi adanya kendala-kendala, Setelah
diidentifikasi kendala-kendala ditunjukkan dalam tabel berikut ini:

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 104
Tabel 1
Kendala PT. Perkebunan Nusantara X Pabrik Gula Tjoekir Diwek Jombang
URAIAN KENDALA
Operasional A Pasok BBT terlambat, kualitas tebu giling
masih rendah, produktifitas lahan masih
1. Bagian Tanaman, Pembibitan dan
rendah, produksi hablur rendah.
Tebang
Petugas kurang paham varietas tebu,
Angkut
keterbatasan juru gambar, lokasi kebun
2. Bagian Quality Control on farm tidak sesuai dengan gambar kebun.

Operaional B Pisau cane cutter putus, Hammer unigrator


putus, zat kering ampas rendah.
1. Bagian Gilingan
Kapasitas Door Clarifier terbatas,
2. Bagian Pengolahan
pengaturan pH nira sulit dikendalikan.
a) St. Pemurnian
Kinerja BP masih rendah.
b) St. Penguapan
Kualitas masakan kurang baik.
c) St. Masakan
Produksi dan kandungan gula dalam tetas
d) St. Puteran masih tinggi.
3. Bagian Quality Control off farm Akurasi analisa bahan, kemampuan dan
integritas SDM kurang.

Sumber : PG Tjoekir Diwek Jombang


Identifikasi kendala pada tabel diatas dibagi menjadi Operasional A, dan Operasional B,
Operasional A menandakan bahwa bagian yang melaksanakan bahwa bagian diluar proses
produksi gula sedangkan operasional B menandakan bahwa bagian yang melaksanakan
termasuk didalam proses produksi. Kendala yang terjadi menjadi hambatan dalam proses
produksi gula yang menyebabkan jam berhenti mesin untuk proses produksi selanjutnya,
berikut adalah jam berhenti mesin yang terjadi pada tahun 2013 dan 2014.
Tabel 2
Jam berhenti mesin (Jam) Tahun 2013
PERIODE ST ST ST ST ST TOTAL
MASAKAN GILINGAN PEMURNIAN PENGUAPAN PUTERAN
1 9.58 12.75 1.67 - - 24.00

2 - 4.33 0.08 - 2.47 6.88


3 - 3.25 0.08 - - 3.33

4 - 9.52 0.50 - 1.92 11.94


5 - 1.00 0.08 - - 1.08
6 - 2.08 - - - 2.08

7 - 3.83 0.50 - - 4.33


8 - 6.92 2.33 0.08 2.25 11.58

9 6.67 11.17 0.08 0.58 - 11.83


10 18.08 6.75 - 0.25 - 13.67

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 105
11 25.33 12.50 0.08 0.75 - 31.41
12 59.66 1.58 0.58 0.58 0.75 27.49
Jumlah 59.66 75.68 6.00 2.25 7.39 150.98

Sumber : PG Tjoekir Diwek Jombang data diolah


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jam berhenti mesin di perusahaan terjadi di
semua stasiun setiap periodenya, kendala proses produksi juga menjadi penyebab jam
berhenti mesin pada tahun 2014. Adapun selanjutnya adalah jam berhenti mesin yang terjadi
pada tahun 2014, seperti terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3
Jam berhenti mesin (Jam) Tahun 2014
PERIODE ST ST ST ST ST TOTAL
GILINGAN MASAKAN PEMURNIAN PENGUAPAN PUTERAN
1 24.50 13.83 5.25 4.00 - 47.58
2 11.42 - 0.25 - - 59.25
3 5.42 - - 0.08 4.33 9.83
4 9.67 - - - 1.00 10.67
5 4.58 1.67 - - - 6.25
6 8.08 - 0.50 - 3.17 18.00
7 9.67 - 0.25 - 1.00 10.92
73.34 15.5 6.25 4.08 9.50 108.67
Sumber : PG Tjoekir Diwek Jombang data diolah
Identifikasi kendala sangat penting dilakukan sehingga perusahaan dapat melakukan
perbaikan-perbaikan untuk mencapai hasil yang ditargetkan. Untuk itu perusahaan perlu
mengupayakan perbaikan untuk mengurangi kendala yang ada pada proses produksi. Berikut
adalah tabel upaya yang harus dilakukan perusahaan dalam mengurangi kendala yang ada
pada proses produksi
Tabel 4
Upaya perusahaan untuk mengurangi kendala yang ada
URAIAN KENDALA UPAYA YANG DILAKUKAN
1 2 3
Operasional A Pasok BBT terlambat, kualitas Penambahan alat transportasi,
tebu giling masih rendah, tinjauan kebun rutin secara
1. Bagian
produktifitas lahan masih periodic, mekanisme budidaya dan
Tanaman,
rendah, produksi hablur tebang angkut, melakukan tebang
Pembibitan dan
rendah. pilih.
Tebang Angkut
Petugas kurang paham
varietastebu, keterbatasan juru
Diadakan pelatihan pecandraan
2. Bagian Quality gambar, lokasi kebun tidak
varietas, mengoptimalkan tenaga
control on farm sesuai dengan gambar kebun.
yang ada di QC on farm menjadi
juru gambar, dilakukan cross check
secara sampling.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 106
Operasional B
Pisau cane cutter putus, IMC Penggantian baru unigrator,
putus, zat kering ampas rendah pemasangna baru roll atas gilingan
3. Bagian Gilingan
I dan roll depan gilingan III.

Kapasitas Door Clarifer


4. Bagian
terbatas, pengaturan pH nira
Pengolahan
sulit dikendalikan.
Pemasangan single tray clarifer,
a) St. Pemurnian
Kinerja BP masih rendah, pemasangan juice stabilitation
b) St. Penguapan Kualitas masakan kurang baik. system.
c) St. Masakan Produksi dan kandungan gula Rekondisi pompa air injeksi.
d) St. Puteran dalam tetes masih tinggi.
Meningkatkan kualitas masakan
Akurasi analisa bahan, A/C/D.
kemampuan dan integritas
5. Bagian Quality Pemberian air untuk puteran D
SDM kurang.
Control off farm seminimal mungkin.

Meningkatkan akurasi analisa dan


pelatihan karyawan, meningkatkan
etos kerja dan pemberian
pelatihan.
Sumber : PG Tjoekir data diolah
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat dua jenis operasional yaitu
operasional bahan baku dan operasional produksi, operasional bahan baku meliput bagian
tanaman, pembibitan, tebang angkut dan guality control on farm sedangkan operasional
produksi meliputi bagian gilingan, pengolahan dan guality control off far Kendala mengikat
yang diteliti oleh penulis adalah kendala yang terdapat pada operasional produksi, karena
berhubungan langsung dengan waktu proses dan waktu throughput.
Waktu throuhgput diperoleh dari jumlah waktu yang diperlukan dalam siklus
manufaktur, yang terdiri dari jumlah waktu proses, waktu inspeksi, waktu tunggu, waktu
pemindahan dan waktu perbaikan.
Mengatasi Kendala Proses Produksi
Setelah kendala-kendala dapat diidentifikasi dan di analisis selanjutnya kendala diatasi
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Mengatasi kendala dengan mengeliminasi aktivitas yang tidak memberikan nilai
tambah bagi perusahaan. Upaya untuk mengeliminasi wasting adalah :
a) Focused factories: Pabrik terfokus, direncanakan secara khusus, tidak
memboroskan tempat, perencanaannya terintegrasi secara vertical Group
Technology: menghindari depertementalisasi (memungkinkan tumpukan
Work In Process), mengatur mesin berdasarkan kesamaan.
b) karakteristik tertentu, membentuk sel manufacturing
c) Quality at the Source: Mengontrol kualitas sehingga produk yang cacat tidak
dikirim ke stasiun kerja selanjutnya.
d) Uniform Plant Loading: Perencanaan yang seragam memerlukan jadwal yang
stabil, proses yang kontinyu dan selalu berulang dan adanya produk standar

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 107
e) Kanban pull system: Kanban adalah alat kontrol untuk mewujudkan produksi
Just In Time. Bentuknya adalah lembaran kertas yang membawa informasi
tentang pengambilan, pemindahan, dan juga produksi
f) Minimized setup mesin: meminimkan proses set up mesin
g) Preventive Maintenance: Loss Production akibat matinya mesin dihidari
sehingga perlu diterapkan TPM (Total Productive Maintanance) dimana
operator mesin harus cakap menangani mesin yang dipegangnya.
2) Menghitung MCE (Manufacturing Cycle Efficiency)
Waktu yang diperlukan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi dinamakan
waktu proses. Proses produksi yang ideal akan menghasilkan throughput time yang sama
dengan waktu proses. Ukuran efisiensi proses produksi dihitung dengan istilah MCE
(Manufacturing Cycle Efficiency).

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa processing time berasal dari jumlah total roses
produksi atau lama waktu tinggal bahan di dalam mesin produksi. Sedangkan Throughput time
adalah waktu dari mulai persiapan bahan baku di stasiun giling sampai bahan baku tebu
tersebut beubah menjadi gula, dapat dilihat dari waktu inspeksi, waktu tunggu, waktu
perbaikan dan waktu pemindahan ditambah dengan total proses roduksi. Waktu inspeksi
adalah waktu untuk menilai kualitas produk yang terjadi pada stasiun pemurnian, stasiun
masakan, stasiun puteran dan quality control off farrm. Waktu tunggu adalah waktu yang
terjadi ketika mesin berhenti dikarenakan kerusakan di setiap stasiun. Waktu pemindahan
adalah waktu di stasiun giling dan stasiun puteran. Waktu perbaikan adalah waktu untuk
memperbaiki produk yang tidak sesuai dengan standar perusahaan sehingga harus dilakukan
perbaikan, waktu perbaikan terjadi pada stasiun pemurnian dan stasiun puteran. Dari hasil
analisis tersebut dapat diketahui perhitungan MCE sebagai berikut:
MCE = Processing time
Throughput time

MCE tahun 2013 = 4415.85


4825.11

MICE tahun 2014 = 3695.50


4001.71
= 0.92

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 108
Perusahaan berproduksi secara continue selama masa giling yaitu selama 184 hari
pada tahun 2013 dan 154 hari pada tahun 2014. Pada perhitungan diatas diperoleh hasil MCE
0.92 atau mendekati angka 1, maka perusahaan sudah mengefisiensikan waktu.

3) Menghitung ulang biaya produksi setelah kendala dapat diatasi Setelah semua
kendala-kendala yang ada diatasi, maka biaya produksi dapat dihitung ulang. Untuk
mengetahui besarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan pada saat kendala
mengikat, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Biaya Produksi PT. Perkebunan Nusantara X Pabrik Gula Tjoekir Diwek
Jombang (Sebelum TOC) Dalam Ribuan Rupiah (000)
URAIAN TAHUN 2013 TAHUN 2014
GULA TETES GULA TETES
1 2 3 4 5
Pimpinan dan TU 8.258.085 1.495.174 6.770.709 2.823.607
Penyusunan 9.802.204 1.774.746 9.955.198 4.151.643
Aktiva Benda
Pembibitan 354.384 64.163 371.734 155.025
Giling 5.943.732 1.076.148 3.961.477 1.652.065
Tebang Angkut 5.397.704 977.286 3.412.320 1.423.049
Pabrik 29.306.949 5.306.195 24.095.825 10.048.748
Pengolahan 13.259.356 2.400.702 10.469.115 4.365.964
Pengemasan 1.464.233 - 1.381.586 -
Quality Control - - -
On farm 1.368.232 - 1.196.404 -
Off farm 1.224.210 417.825 870.554 861.989
Jumlah biaya 76.379.189 13.512.239 62.484.922 25.482.090
produksi

Sumber : PG Tjoekir Diwek Jombang


Dari tabel biaya produksi tahun 2013 tersebut dapat diketahui bahwa sebelum
pendekatan TOC terjadi total biava sebesar Rp.76 379.189 000 dan pada tahun DK sm besar
Rp.62.484.922.000 sehingga terdapat selisih Rp.13.894 267 000 Dari perhitungan tersebut
menggambarkan bahwa perusahaan belum sepenuhnya meminimalkan biaya produksi yang
dikeluarkan, karena perusahaan belum menerapkan pendekatan TOC. Untuk itu perlu
dilakukan perhitungan ulang selisih total biaya prodiuksi setelah kendala dapat diatasi
Dengan mengefesiensi biaya pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 dengan cara sebagai
benkut:
Waktu Proses x Biaya Produksi
Waktu Ihroughput
Dari hasil perhutungan tersebut dapat diketahui proses produksi tanpa ada kendala
yang menyikat dapat dilihat dan tabel berikut ini:
Tabel 7

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 109
Data Mengatasi Kendala yang Mengikat Tahun 2013 Dalam Ribuan Rupiah (000)
BIAYA KETIKA TERJADI KENDALA BIAYA YANG DAPAT DIEFISIENSI
NAMA STASIUN
GULA TETES GULA TETES
Giling 5.943.732 1..076.148 5.468.233 990.056
Pengolahan 13.259.456 2.400.702 12.198.699 2.208.645
QC off farm 1.224.210 417.825 1.126.273 384.399
Total 20.427.398 3.894.675 18.793.205 3.583.100

Sumber : PG Tjoekir data diolah


Pada perhitungan proses produksi tahun 2013 seharusnya biaya yang dikeluarkan
pada giling untuk gula sebesar Rp.5.468.233.440 sedangkan untuk tetes yang seharusnya
dikeluarkan adalah Rp.990.056.160 Hal ini terjadi akibat kendala mengikat. Untuk itu perlu
dilakukan perhitungan untuk mengefisiensikan biaya produksi yang seharusnya dilakukan
oleh perusahaan. Setelah menghitung data proses produksi dengan mengatasi kendala yang
mengikat pada tahun 2019, Perusahaan dapat menghitung kembali proses produksi tahun
2014 sehingga dapat dibuat sebagai perbandingan.
Tabel 8
Data Mengat Kendala Mengikat Tahun 2014 Dalam Ribuan Rupiah (000)
NAMA STASIUN BIAYA KETIKA TERJADI BIAYA YANG DAPAT
KENDALA DIEFISIENSI
GULA TETES GULA TETES
Gilingan 3.961.477 1.652.065 3.664.558 1.519.899
Pengolahan 10.469.115 4.365.964 9.631.585 4.016.686
QC off farm 870.554 861.989 800.909 793.029
Total 15.301.146 6.880.018 14.077.052 6.329.614

Sumber : PG Tjoekir Data diolah


Dari waktu produksi dan jumlah biaya produksi pada tahun 2014 dapat diketahui ada
pembekakan biaya akibat dari kendala yang mengikat. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah yang
dikeluarkan pada proses produksi dengan jumlah _ biaya produksi yang dikeluarkan bagian
gilingan sebesar Rp.3.961.477.000 dan untuk tetes Rp.1.652.065.000 Seharusnya untuk
produksi gula di bagian gilingan jumlah biaya produksi yang harus dikeluarkan sebesar
Rp.3.644.558.840 dan untuk tetes Rp.1.519.899.800. Setelah dapat menghitung proses
produksi yang mengalami kendala mengikat, perusahaan dapat menghitung ulang biaya
produksi yang seharusnya dikeluarkan oleh perusahaan, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 9
Biaya Produksi PT. Perkebunan Nusantara X Pabrik Gula Tjoekir Diwek Jombang
(Setelah TOC) Dalam Ribuan Rupiah (000)
URAIAN TAHUN 2013 TAHUN 2014
GULA TETES GULA TETES
1 2 3 4 5
Pimpinan dan TU 8.258.085 1.495.174 6.770.709 2.823.607
Penyusutan 9.802.204 1.774.746 9.955.198 4.151.643
Aktiva Benda

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 110
Pembibitan 354.384 64.163 371.734 155.025
Giling 5.468.233 990.056 3.644.558 1.519.899
Tebang Angkut 5.397.704 977.286 3.412.320 1.423.049
Pabrik 29.306.949 5.306.195 24.095.825 10.048.748
Pengolahan 12.198..699 2.208.645 9.631.585 4.016.686
Pengemasan 1.464.233 1.381.586
Quality Control
On farm 1.368.233 1.368.232
Off Farm 1.126.273 1.126.273 384.399 793.029
Jumlah Biaya 74.744.996 13.200.664 13.200.664 24.931.686
Produksi

Sumber : PG Tjoekir data diolah


Dari tabel biaya pada tahun 2013 tersebut, dapat diketahui bahwa dengan
mengidentifikasi kendala yang mengikat pada pendekatan TOC, dapat meminimalisasi total
biaya produksi gula dari Rp.76.379.189.000 menjadi Rp.74.744.996.000 sehingga dapat
meningkatkan profitabilitas sebesar Rp.1.634.193.000 Dan pada tetes dari Rp.13.512.239.000
menjadi Rp.13.200.664.000 yang diperoleh hasil peningkatan profitabilitas sebesar
Rp.311.575.000.
Dan pada tahun 2014, perusahaan sudah meminimalkan biaya produksi tetapi
perusahaan belum mengidentifikasi kendala secara optimal. Sehingga perlu adanya
pendekatan TOC dalam mengefisiensi biaya produksi. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
dengan mengidentifikasi kendala yang mengikat secara maksimal dapat mengidentifikasi
kendala yang mengikat dan dapat mengefisiensikan biaya produksi gula sebesar
Rp.61.260.828.000 dan biaya pada tetes sebesar Rp.24.931.686.000.
4) Mengukur efisiensi biaya produksi
a) Untuk mengukur efisiensi biaya produksi dapat dihitung berdasarkan selisih
antara total biaya produksi sebelum diterapkannya TOC dengan total biaya
produksi setelah diterapkannya TOC. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Efisiensi Biaya Produksi = Total biaya produksi sebelum TOC.
Total biaya produksi setelah TOC Tahun 2013 = (Rp.76.379.189.000 + Rp.13.512.239.000) -
(Rp.74.744.996.000 + Rp.13.200.664.000) = Rp.1.945.768.000
Tahun 2014 = (Rp.62.484.922.000 + Rp.25.482.090.000) - (Rp.61.260.828.000 +
Rp.24.931.686.000) = Rp.1.774.498.000.
Dan dari pernyataan tersebut dapat diketahui laporan laba rugi perusahaan pada saat sebelum
dan sesudah TOC tahun 2013 dan 2014.
Tabel 10
Laporan Laba/Rugi PT. Perkebunan Nusantara X Pabrik Gula Tjoekir Diwek
Jombang Periode Akhir Desember 2013 Dalam Ribuan Rupiah (000)
URAIAN SEBELUM TOC SESUDAH TOC
A. PENDAPATAN
1. GULA 141.189.986 141.189.986
2. TETES 19.058.839 19.058.839

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 111
JUMLAH PENDAPATAN 160.248.825 160.248.825
B. HARGA POKOK PENJUALAN

Gula dan Tetes


Persediaan awal gula ekonomis 14.755.422 14.755.422
Persediaan awal gula sisan 2.056.551 2.056.551
Persediaan awal tetes ekonomis 732.665 732.665
Biaya Produksi 89.891.428 87.945.660
Persediaan akhir gula ekonomis (574.509) (574.509)
Persediaan akhir gula sisan (1.041.776) (1.041.776)
Persediaan akhir tetes ekonomis (3.209.907) (3.029.907)

TOTAL HPP 102.789.874 100.844.106


Biaya Umum dan administrasi (272.998) (272.998)
Laba Usaha 57.185.953 59.677.717
PENDAPATAN LAIN-LAIN 669.034 669.034
BIAYA LAIN-LAIN 1.186.479 1.186.479
PENDAPATAN DILUAR USAH (517.445) (517.445)
LABA/RUGI SEBELUM PPH BADAN 56.668.508 59.160.272

Sumber : PG Tjoekir Diwek Jombang data diolah


Dari tabel laporan laba/rugi tahun 2013, dapat diketahui laba sebelum pph badan
sebesar Rp.56.668.508.000 setelah menghitung TOC laba meningkat menjadi
Rp.59.160.272.000 setelah diefisiensi sebesar Rp.1.945.768.000
Tabel 11
Laporan Laba Rugi PT. Perkebunan Nusantara X Pabrik Gula Tjoekir Diwek
Jombang Periode Akhir Desember 2014 Dalam ribuan Rupiah (000)
URAIAN SEBELUM TOC SESUDAH TOC
1 2 3
A. PENDAPATAN
1. GULA 74.776.424 74.776.424
2. TETES 16.694.390 16.694.390

JUMLAH PENDAPATAN 91.470.814 91.470.814


B. HARGA POKOK PENJUALAN
GULA DAN TETES
Persediaan awal gula ekonomis 574.509 574.609
Persediaan awal gula sisan 1.041.776 1.041.776
Persediaan awal tetes ekonomis 3.029.908 3.029.908

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 112
Biaya Produksi 87.907.012 86.192.514
Persediaan akhie gula ekonomis (10.439.575) (10.439.575)
Persediaan akhir gula sisan (2.072.809) (2.072.809)
Persediaan akhir tetes ekonomis (264.577) (264.577)

TOTAL HPP 79.776.244 78.061.746


Biaya Umum dan Administrasi (373.275) (373.275)
LABA USAHA 11.321.295 13.035.793
PENDAPATAN LAIN-LAIN 1.354.547 1.354.547
BIAYA LAIN-LAIN 3.843.406 3.834.406
PENDAPATAN DILUAR USAHA (5.197.953) (5.197.953)
LABA/RUGI SEBELUM PPH BADAN 6.123.342 2.837.840

Sumber : PG Tjoekir Diwek Jombang data diolah


Laporan laba rugi tahun 2014 bebeda dengan tahun 2013 karena penulis kesulitan
mendapat laporan 2014 yang berasal dari kantor direksi, perhitungan laba rugi tahun 2014
berasal dari perhitungan di Pabrik gula Tjoekir sendiri. Dari perhitungan pada laporan
laba/rugi pada tahun 2014 dapat diketahui bahwa setelah mengatasi kendala dengan
penerapan TOC, perusahaan dapat mengefisiensi biaya y sebesar Rp.1.774.498.000 sehingga
laba setelah TOC dari Rp.6.123.342.000 dapat meningkat menjadi Rp.7.837.840.000.
Tabel 12
Pendapatan dari Penjualan PT. Perkebunan Nusantara X Pabrik Gula Tjoekir Diwek
URAIAN 2013 2014
Gula Rp.141.189.986.800 Rp.74.776.424.000
Tetes Rp.19.058.839.000 Rp.16.694.390.000
Total Rp.160.248.825.000 Rp.91.470.814.000
Sumber : PG Tjoekir Dawek Jombang
Total pendapatan yang berasal dari penjualan gula dan tetes pada tahun 2013 sebesar
Rp.160.248.825.000 dan pada thaun 2014 sebesar Rp.91.470.814.000
Tabel 13
Analisis Laba PT. Perkebunan Nusantara X Pabrik Gula Tjoekir
PROFIT 2013 2014
SEBELUM TOC Rp.56.668.508.000 Rp.6.123.342.000
SESUDAH TOC Rp.59.160.272.000 Rp.837.840.000
KENAIKAN LABA Rp.2.491.764 Rp.1.714.498
Sumber : Penulis Data Diolah
Dari hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa laba pada tahun 2013 dan tahun 2014
mengalami peningkatan setelah menerapkan pendekatan TOC dan mengefisiensikan biaya
produksi. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat meningkatkan laba yang merupakan
tujuan dari perusahaan.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 113
b) Membandingkan ROI sebelum dan sesudah pendekatan TOC, setelah itu perusahaan
dapat menghitung efisiensi biaya produksinya yang berpengaruh terhadap laba. ROI
adalah perbandingan laba bersih dan total aktiva yang ada di perusahaan yang dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
ROI= Lababersih x 100
Total Aktiva
Yang dimaksud laba besih pada penelitian ini adalah laba bersih sebelum pajak atau
EBT (Earning Before Tax), karena penulis kesulitan mendapatkan infomasi tentang laba bersih
sesudah pajak atau EAT (Earning After Tax). Untuk menghitung ROI, berikut ini disajikan
neraca per 31 Desember 2013 dan 2014 dibawah ini
Tabel 14
Neraca PT. Perkebunan Nusantara X Pabrik Gula Tjoekir Dalam Ribuan Rupiah
(000)
URAIAN 2013 2014
1 2 3
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas 89.923 38.857
Bank 3.191.090 12.341.041
Piutang Usaha 23.493.334 3.529.748
Piutang Karyawan 2.529 -
Piutang Lain-Lain 14.580 190
Persediaan Bahan/barang 3.309.067 2.704.362
Persediaan Hasil 4.646.193 7.599.916
Transitoria - 5.101.448
1
Jumlah Aktiva Lancar 33.746.719 58.315.565
Aktiva Tetap
Tanah 333.693 362.801
Gedung dan Penataran 3.315.609 2.484.798
Mesin dan Instalasi 140.034.093 113.692.863
Jalan dan Jembatan 830.457 446.828
Alat pengangkutan 1.820.905 1.536.441
Alat pertanian 1.385.687 900.047
Inventaris Rumah/Kantor 1.891.487 1.232.280
Lain-lain - -

Jumlah Aktiva Tetap 149.611.934 120.656.061


Akumulasi penyusutan (110.768.150) (77.266.523)
aktiva tetap
Nilai buku aktiva tetap 38.843.784 43.389.538
Aktiva dalam penyelesaian 73.769.789 -
Aktiva lain-lain
Biaya yang ditangguhkan 364.712 1.160.380
Piutang sangsi 17.392 17.392
Cadangan piutang sangsi (17.392) (17.392)
Hutang jaminan - 22.755
Hutang dibayar dimuka - 180.927

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 114
Bahan/barang incourant 20.915 20.195
Cadangan Bahan/barang (20.915) (20.915)
Incourant 22.871 22.871
Aktiva non produktif (22.871 (22.871)
Cadangan aktiva non
produktif

Jumlah aktiva lain 364.712 1.364.062


Jumlah aktiva 146.725.007 103.069.166
PASSIVA
Kewajiban Jangka Pendek
Hutang Usaha 1.343.637 381.273
Hutang lain-lain 24.704.048 41.386.362
Hutang Pajak 463.762 197.295
Transportasitoria/antisipasi 631.515

Jumlah kewajiban jangka 27.142.964 41.964.931


pendek
Rekening Penutup 119.582.042 61.104.235
Jumlah passiva 146.725.007 103.069.166
Sumber : PG Tjoekir Diwek Jombang
Neraca 2013 berasal dari laporan akhir tahun kantor direksi yang telah melalui koreksi
sedangkan neraca tahun 2014 berasal dari laporan akhir tahun pabrik gula tjoekir, penulis
kesulitan mendapatkan laporan keuangan akhir tahun yang berasal dari kantor direksi tahun
2014 sehingga perbedaan jumlah yang sangat jelas terlihat antara 2013 dan 2014. Dari
informasi neraca tersebut, dapat diketahui ROI pada tahun 2013 dan 2014 sebelum dan
sesudah TOC.
Tabel 15
Analisis ROI PT. Perkebunan Nusantara X Pabrik Gula Tjoekir Diwek Jombang
ROI 2013 2014
Sebelum TOC 38,6% 5,9%
Sesudah TOC 40,3% 8,3%
Sumber : data diolah
Pada tabel perhitungan ROI tersebut, diketahui terjadi peningkatan persentase delum
menggunakan TOC pada tahun 2013 sebesar 38.6 % tetapi setelah mnpgunakan pendekatan
TOC meningkat menjadi 40.3 4. Pada tahun 2014 juga mngalami peningkatan setelah
menggunakan pendekatan TOC, sebelumnya mosentasi menunjukkan angka 5.9 % tetapi
menjadi meningkat yaitu sebesar 8.3 4, artinya perusahaan dengan mengefisiensikan seluruh
biaya produksi untuk mendapatkan keuntungan atau laba yang lebih besar. Analisis penerapan
Theory of Constraint dalam meningkatkan efisiensi biaya produksi pada Pabrik Gula Tjoekir:
Tabel 16
Hasil Analisis Perhitungan Biaya Produksi dan Laba
ANALISIS TAHUN 2013 TAHUN 2014
1. MICE (Manufacturing Cycle Efficiency) 92% 92%
2. Total biayaProduksi Sebelum TOC Rp.89.891.428.000 Rp.87.907.012.000

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 115
Total Biaya Produki Setelah TOC Rp.87.945.660.000 Rp.86.192.514.000
3. Efisiensi Biaya Produktif Rp.1.945.768.000 Rp1.714.498.000
4. Laba sebelum TOC Rp.56.668.508.000 Rp.6.123.342.000
Laba setelah TOC Rp.59.160.272.000 Rp.7.837.840.000
Kenaikan Laba Rp.2.491.764.000 Rp.1.714.498.000
5. ROI sebelum TOC 38.6% 5.9%
ROI setelah TOC 40.3% 8.3%
Sumber : hasil analisis pengolahan data
Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa MCE pada tahun 2013 dan 2014
mengindikasi bahwa semakin bekurangnya waktu yang tidak memiliki nilai tambah, setelah
menganalisis kendala yang ada, terjadi peningkatan laba bagi perusahaan, Prosentase ROI
dapat meningkat setelah perubahan yang terjadi pada laba perusahaan, Dengan pendekatan
TOC mampu meminimalkan biaya produksi sehingga memberi nilai keuntungan yang lebih
yang menjadi tujuan utama perusahaan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Theory of Constraint (TOC) adalah pendekatan untuk mengidentifikasi dan mengatasi
sebuah kendala pada proses produksi sebuah perusahaan, yang bertujuan memiliki
produk yang lebih baik, harga lebih rendah, dan tanggapan yang cepat dari pelanggan.
Kendala-kendala yang terjadi di dalam proses produksi Pabrik Gula Tjoekir setelah
diidentifikasi antara lain:
1) Kendala pada operasional A
a) Kendala pada bagian tanaman, pembibitan dan tebang angkut ialah :
pasok BBT terlambat, kualitas tebu giling masih rendah.
b) Produktifitas lahan masih rendah dan produksi hablur rendah.
c) Kendala pada bagian QC on farm iala: Petugas kurang paham varietas
tebu, keterbatasan juru gambar dan lokasi kebun tidak sesuai dengan gambar kebun
2) Kendala pada operasional B
a) Kendala pada bagian giling ialah :Pisau cane cutter dan hanimer
unigrator putus, Zat kering ampas rendah
b) Kendala pada bagian pengolahan ialah : Kapasitas door clarifier tebatas
dan Ph nira sulit dikendalikan, Kinerja BP masih rendah.
Kualitas masakan kurang baik, Produksi dan kandungan gula dalam
tetes masih tinggi,
c) Kendala pada bagian guality control off farm ialah: Akurasi analisa
bahan kurang, Kemampuan dan integritas SDM kurang
2. Theory of Constraint (TOC) perusahaan dapat menurunkan biaya operasi yang
dihitung dengan MCE, hasil perhitungan MCE 0.92 atau mendekati angka 1 sehingga
dapat dikatakan bahwa perusahaan sudah mengefisiensikan waktu, sehingpa terjadi
perubahan pula terhadap tingkat profit serta ROI

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 116
3. Pada perhitungan diketahui terdapat peningkatan laba sebesar Rp.2.491.764.000 pada
tahun 2019 dan Rp.1.714.498,000 pada tahun 2014, kenaikan laba berasal dari
efisiensi biaya produksi.
Saran
1 Perusahaan hendaknya menerapkan TOC dalam proses produksi dengan
menggunakan MCE, Dengan terlebih dahulu mengidentifikasi kendala-kendala dan
segera mengatasinya, sehingga tujuan utama yaitu laba maksimal dapat terwujud.
Sebagaimana hasil analisa yang menunjukan adanya kenaikan ROI pada tahun 2013
sebelum TOC sebesar 38.6 Ydan setelah TOC sebesar 40.3%. Pada tahun 2014 sebelum
TOC sebesar 5.9% dan setelah TOC sebesar 8.3%.
2 Bagi peneliti selanjutnya hendaknya memperluas ruang lingkup obyek penelitian
dengan membandingkan beberapa perusahaan gula yang ada di jawa Timur.

DAFTAR PUSTAKA
Aulia, Rachmawati, 2007, Analisa Pendekatan Theory of Constaint dalam Meningkatkan
Efisiensi Biaya Poduksi Pada PT Mertex Indonesia. Skripsi pada Ekonomi Universitas
Islam Majapahit, Tidak Fakultas Dipublikasikan .
Blocher, Edward J., Kung H. Chen dan Thomas W. Lin. (2000). Manajemen Biaya. Edisi Pertama,
penerbit Salemba Impat, Jakarta.
Daga, R. (2019). Pengaruh kualitas layanan dan kualitas produk tabunganku terhadap
kepuasan nasabah pada pt. Bank sulselbar kantor cabang belopa. AKMEN Jurnal
Ilmiah, 16(1).
Didiharyono, D. (2016). Penerapan Metode Statistical Processing Control Untuk Menganalisis
Pengendalian Kualitas Produk pada PT. Asera Tirta Posidonia (No. v4fx6). Center for
Open Science. Jurnal Equilibrium 2(4), 325-332
Hansen, D. R., & Mowen, M. M. (2013). Accounting Managerial: Akuntansi Manajerial , Buku 2,
Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.
Haryono, D. (2017). Pengendalian kualitas produksi dengan model grafik kontrol p pada PT.
Asera Tirta Posidonia. Jurnal Varian, 1(1), 27-34.
Irwan, I., & Haryono, D. (2015). Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan Teoritis dan
Aplikatif). Bandung, Alfabeta.
Indriyo, G. (2000). Manajemen Pemasaran, edisi pertama, cetakan pertama, penerbit: BPFE-
Yogyakarta.
Krismiaji, (2002), Dasar-dasar Akunlansi Manajemen, Cetakan Pertama, Unit Penerbit dan
Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta.
Mulyadi, (2012), Akuntansi Biaya, S!disi ke-5, Cetakan Sebelas, Penerbit:STIM YKPN,
Yogyakarta,
Moestika Setyaningrum, R., & Fauzan Hamidy, M. (2012). Analisis Biaya Produksi Dengan
Pendekatan Theory of Constraint Untuk Meningkatkan Laba (Studi Pada PG. Krebet Baru
Malang). Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, 8(1), 26-36.
Pontas, M. (2005). “Manajemen Operasi dan Produksi (Teori, Model, dan Kebijakan). Penerbit
Andi, Yogjakarta.
Pujawan, I Nyoman (2005), Supply Chain Management, Kdisi Pertama, Penerbit Guna Widya,
Surabaya.
Sumarni, M., & Wahyuni, S. (2006). Metodologi penelitian bisnis. Bandung Alfabeta.
Siti Asiah Murni, Siti Djamilah, Kristiningsih, (2012), Metode Penelitian-untuk Ilmu Ekonomi.
Penerbit: LUWKS. Surabaya.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 | 117
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusaiiaan Melakukan Right
Issue Di Bursa Efek Indonesia

Zakaria Hatta1*
1Universitas YAPIS Papua

ABSTRAK
Right Issue merupakan cara yang disukai emiten dalam menghimpun dana, karena Right Issue
memberikan kesempatan bagi pemilik saham lama untuk mempertahankan proporsi saham
mereka. Penerbitan Right Issue biasanya ditujukan untuk memperoleh dana tambahan dari
investor atau masyarakat baik untuk kepentingan pembayaran utang, ekspansi usaha, dan
lainnya. Kebijakan perusahaan melakukan Right Issue merupakan upaya untuk menghemat
biaya emisi serta menambah jumlah saham, beredar. Dari sisi emiten, Right Issue merupakan
upaya penambahan modal dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan IPO (Initial
Publik Offering) sebab Right Issue tidak memerlukan banyak jasa, seperti penjamin emisi,
penilai, konsultan hukum dan jasa lainnya. Secara teoritis, terdapat 7 (tujuh) alasan (motif)
perusahaan melakukan right issue yakni : untuk ekspansi usaha melalui merger, akuisisi, take
over, dan leverage buyout, untuk membayar kewajiban jatuh tempo, untuk meningkatkan
likuiditas saham, untuk restrukturisasi, untuk modal kerja, untuk meningkatkan jumlah saham
beredar, dan untuk meningkatkan porsi kepemilikan saham. Dengan melakukan pengamatan
terhadap 70 (tujuh puluh) perusahaan yang melakukan right issue pada tahun 2010-2015,
hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 5 (lima) motif perusahaan melakukan right issue
yakni: untuk ekspansi usaha, restrukturisasi, modal kerja, bayar kewajiban jatuh tempo, dan
meningkatkan jumlah saham beredar. Selain itu, diperoleh motif baru dalam melakukan right
issue di Indonesia yakni: untuk penyaluran kredit korporasi pada sektor perbankan.
Kata Kunci: Right Issue, Bursa Efek Indonesia

1. PENDAHULUAN
Alternatif berinvestasi berkembang seiring dengan perkembangan ekonomi. Jika
dahulu pilihan berinvestasi berupa tanah, rumah, emas atau dalam bentuk tabungan atau
deposito, maka kini masyarakat mempunyai alternatif tambahan yaitu berinvestasi di pasar
modal. Investasi di pasar modal merupakan investasi langsung dan investasi jangka panjang.
Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka
panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi untuk menarik penjual atau
pembeli. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan membeli surat-surat
berharga dengan cepat dan dikatakan efisien jika harga surat-surat berharga tersebut
mencerminkan nilai perusahaan secara akurat. Investasi di pasar modal terus mengalami
perkembangan.
Kecenderungan saat ini menunjukkan penggunaan pembiayaan melalui dana
masyarakat yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembiayaan jangka panjang. Hal ini
ditandai dengan meningkatnya jumlah emiten, jumlah saham yang diperdagangkan, dan
volume perdagangan yang relatif bertambah sctiap tahunnya. Perkembangan harga saham dan
volume perdagangan di pasar modal merupakan suatu indikator untuk mempelajari tingkah
laku pasar, yaitu investor. Dalam menentukan apakah investor akan melakukan transaksi di
pasar modal, biasanya ia akan mendapatkan keputusan pada berbagai informasi yang
dimilikinya, baik informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi. Informasi
tersebut akan memiliki makna atau nilai bagi investor jika keberadaan informasi tersebut
menyebabkan melakukan investasi di pasar modal, di mana transaksi ini tercermin melalui
perubahan harga saham dan volume pardagangan saham.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |118
Banyak informasi yang dapat mempengaruhi keputusan investasi dalam melakukan
transaksi, salah satunya adalah Corporate Action. Corporate Action merupakan aktivitas
emiten yang berpengaruh terhadap harga saham di pasar dan berpengaruh terhadap jumlah
saham yang beredar. Corporate Action merupakan informasi yang menyedot perhatian besar
dari pihak yang terkait di pasar modal.
Right Issue sebagai salah satu bentuk dari Corporate Action yang merupakan langkah
yang diambil emiten dalam mencukupi kebutuhan dana untuk menghemat biaya emisi serta
untuk menambah jumlah saham yang beredar. Right Issue memberikan hak kepada pemegang
saham lama untuk membeli saham baru. Diharapkan dengan penambahan jumlah lembar
saham di bursa akan meningkatkan likuiditas saham.
Secara teoritis, terdapat 7 (tujuh) alasan (motif) perusahaan melakukan right issue
yakni : untuk ekspansi usaha melalui merger, akuisisi, take over, dan leverage buyout, untuk
membayar kewajiban jatuh tempo, untuk meningkatkan likuiditas saham, untuk
restrukturisasi, untuk modal kerja, untuk meningkatkan jumlah saham beredar, dan untuk
meningkatkan porsi kepemilikan saham.
Penelitian ini ingin membuktikan, apakah perusahaan-perusahaan yang melakukan
kebijakan right issue pada tahun 2007 sampai dengan 2010 memiliki motif seperti yang
disebutkan? Ataukah terdapat alasan lain perusahaan melakukan right issue di Bursa Efek
Indonesia.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu: “Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan right issue di Bursa Efek
Indonesia?”

2. TINJAUAN PUSTAKA
Coorporate Action
Corpotare action merupakan aktivitas emiten yang berpengaruh pada jumlah saham
beredar maupun berpengaruh pada harga saham di pasar. Corporate Action merupakan berita
yang pada umumnya menyedot perhatian pihak-pihak yang terkait di Pasar Modal khususnya
para pemegang saham (Darmadji dan Fakhruddin: 2007). Keputusan emiten untuk melakukan
Corporate Action dalam rangka memenuhi tujuan-tujuan tertentu seperti meningkatkan
modal kerja perusahaan, ekspansi usaha. meningkatkan likuiditas saham, dan pembayaran
utang. Corporate Action pada umumnya mengacu pada kebijakan Right Issue, stock split,
stock/cash dividen, IPO, private placement, warrant atau penerbitan obligasi.
Pada umumnya, Corporate Action berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga
saham, jumlah saham beredar, komposisi kepemilikan saham. Dengan demikian, para
pemegang saham harus mencermati dampak akibat corporat action tersebut untuk
mendapatkan keuntungan dari pengambilan keputusan yang tepat.
Right Issue
Right Issue pada umumnya serupa dengan perusahaan yang mengeluarkan saham
baru, bedanya right issue dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar pada bursa efek. Right
Issue dapat diartikan sebagai penawaran saham terbatas, yaitu hak yang diberikan kepada
semua pemegang saham untuk membeli saham perusahaan dengan harga yang telah
ditentukan, biasanya berada di bawah harga pasar. Darmadji dan Fakhruddin 2007,
mendefinisikan right issue sebagai langkah emiten mengeluarkan saham baru dalam rangka
penambahan modal perusahaan, namun terlebih dahulu ditawarkan pada pemegang saham
saat ini (existing shareholders).
Untuk melakukan right issue, pihak emiten menempuh dua macam cara yang dapat
dilakukan. Pertama, dengan menerbitkan saham baru dan ditawarkan kepada publik dengan

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |119
cara ini biasanya emiten menggunakan jasa lembaga penjamin. Kedua, dengan menawarkan
saham baru tersebut kepada pemilik saham lama. Agar pemilik lama tertarik dengan saham
baru tersebut maka saham baru ditawarkan dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar
saham tersebut.
Right Issue di Indonesia dikenal dengan istilah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(HMETD), karena emiten mengeluarkan saham baru dalam rangka penambahan modal
perusahahaan dengan terlebih dahulu ditawarkan kepada pemegang saham saat ini. Dengan
demikian, Pemegang saham memiliki hak Preemptive Right atau hak memesan terlebih dahulu
saham-saham baru tersebut.
Di Indonesia, Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, penawaran saham baru oleh
emiten dilakukan melalui penawaran terbatas kepada pemilik saham lama. Sesudah dilakukan
right issue, maka jumlah saham beredar semakin meningkat, sedang jumlah dana yang disetor
tidak sama dengan nilai saham lama dan hal ini berakibat pada turunnya harga saham.
Dengan demikian. Pemegang saham lama memiliki hak memesan terlebih dahulu atas
saham-saham baru tersebut. Karena membeli right issue merupakan hak, maka kalau investor
menggunakan haknya maka akan melakukan pembelian saham baru dengan return berupa
capital gain atau Dividen. Investor juga dapat tidak menggunakan haknya dengan menjual
haknya. Dengan demikian terjadilah perdagangan right yang bentuknya sama dengan
perdagangan saham hanya saja right memiliki batas waktu tertentu.
Motif Perusahaan Melakukan Right Issue
1. Ekspansi Usaha. Perluasan atau Expansi bisnis diperlukan oleh suatu perusahaan
untuk mencapai efisiensi, menjadi lebih kompetitif, serta untuk meningkatkan
keuntungan atau profit perusahaan. Ekspansi bisnis dapat dilakukan dalam beberapa
metode, yakni: merger atau penggabungan, akuisisi, pengambilalihan secara paksa
(hostile take over), dan leverage buyout.
2 Membayar Kewajiban Yang Jatuh Tempo. Dalam kegiatan operasi perusahaan hutang
jangka panjang merupakan salah satu sumber permodalan yang mengandung resiko
karena memiliki komitmen untuk melakukan pembayaran sesuai jumlah yang
disepakati meski perusahaan dalam keadaan rugi sekalipun sehingga hutang dapat
saja menanggung resiko melebihi jumlah modal sendiri. Hal ini dipertegas oleh
Harnanto (2006) bahwa semakin besar proporsi hutang di dalam struktur permodalan
perusahaan akan semakin besar pula kemungkinan terjadi ketidakmampuan untuk
membayar kembali hutang beserta bunga pada tanggal jatuh temponya. Pernyataan
tersebut berarti bahwa bagi para kreditur kemungkinan turut serta dana yg mereka
tanamkan di dalam perusahaan untuk dipertaruhkan pada resiko kerugian juga
semakin besar. Sedangkan bagi para pemilik khusus pemegang saham biasa ada
hutang di dalam perusahaan merupakan pula suatu resiko tersendiri terhadap
kemungkinan rugi yang dihadapi dari dana yg mereka tanamkan. Tetapi resiko itu juga
diimbangi ada harapan untuk mendapatkan tingkat keuntungan yg lebih tinggi
(Rentabilitas) sebagai akibat penggunaan modal asing. Akan tetapi perlu diingat
bahwa proporsi hutang/ modal asing yang berlebihan akan berakibat pada fleksibilitas
manajemen untuk beralih pada aktivitas yang profitable akan tertutup dan
menghadapi banyak hambatan/ tantangan.
3. Meningkatkan Likuiditas Saham. Likuiditas saham merupakan ukuran jumlah
transaksi saham di pasar modal dalam periode tertentu. Semakin tinggi frekuensi
transaksi maka semakin tinggi likuiditas saham, ini berarti saham tersebut semakin
diminati oleh para investor dan hal tersebut akan tingkat harga saham yang
bersangkutan. Salah satu faktor yang menentukan nilai saham suatu perusahaan
adalah tingkat likuiditas saham tersebut. Semakin cepat suatu asset dapat berubah
menjadi uang maka semakin tinggi likuiditasnya. Dengan demikian likuiditas saham

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |120
ditentukan oleh apakah saham tersebut mudah diperjualbelikan dalam jangka waktu
singkat dan diminati investor. Salah satu daya tarik agar suatu saham diminati investor
adalah harga yang murah serta rendahnya biaya komisi transaksi.
4. Restrukturisasi. Organisasi memiliki kemampuan untuk bertahan apabila terdapat
pemisahan antara pemilik dan pengendalinya. Hal ini sesuai dengan penelitian Fama
dan Jensen yang menganalisis bahwa organisasi yang mampu bertahan tidak
mendasarkan pengambilan keputusan pada pemegang saham yang terbesar, tetapi
terdapat pemisahan antara pemilik dengan pengendali. Struktur kepemilikan saham
dalam suatu perusahaan terdiri atas kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi
dan kepemilikan saham oleh manajerial. Institusi sebagai pemilik saham dianggap
lebih mampu dalam mendeteksi kesalahan yang terjadi. Hal ini dikarenakan investor
institusi lebih berpengalaman dibandingkan dengan investor individual. Institusi
sebagai investor yang sophisticated karena mempunyai kemampuan dalam
memproses informasi dibandingkan dengan investor individual. Dengan demikian, bila
di keluarkan sebuah kebijakan dalam bentuk Right Issue dan terjadi penambahan
kepemilikian saham dari sebuah perusahaan maka susunan atau struktur tentang
kepemilikan dari saham tersebut akan dilakukan perubahan mulai dari yang memiliki
saham yang lebih tinggi hingga yang rendah kepemilikannya. Menurut Modigliani and
Miller, cara yang dapat ditempuh dalam restrukturisasi modal adalah dengan
meningkatkan modal sendiri dengan issuing new eguity sehingga dapat menghindari
debt eguity ratio yang terlampau tinggi. Perubahan struktur modal dengan penerbitan
right issue diharapkan berpengaruh positif terhadap return perusahaan. Bagi
perusahaan, struktur modal merupakan masalah yang penting, karena baik buruknya
struktur modal akan mempengaruhi langsung terhadap kinerja perusahaan. Struktur
modal yang kurang baik dengan jumlah hutang yang sangat tinggi akan membebani
perusahaan yang bersangkutan. Emisi saham baru akan berakibat pada berubahnya
struktur modal perusahaan yang selanjutnya akan mengakibatkan berubahnya biaya
modal keseluruhan. Struktur modal merupakan masalah penting karena akan
berakibat langsung terhadap biaya modal, keputusan capital budgeting, dan harga
pasar (Fabozzi, Hinuri, Isakayoga, dan Lukuhay, 2008: dan Singh, 2008).
5. Modal Kerja. Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek
seperti kas, sekuritas, piutang dagang dan persediaan. Manajemen modal kerja
didefinisikan secara luas mencakup semua aspek pengelolaan baik aktiva lancar
maupun huntang lancar. Menurut Wasis Modal kerja adalah dana yang ditanamkan
dalam aktiva lancar, oleh karena itu dapat berupa kas, piutang, sekuritas, persediaan
dan lain-lain. Modal kerja bruto adalah keseluruhan dari aktiva/harta Jancar yang
terdapat dalam sisi debet neraca. Modal kerja neto adalah keseluruhan harta lancar
dikurangi utang lancar. Dengan perkataan lain modal kerja neto adalah selisih antara
aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar.
6. Meningkatkan Jumlah Saham Beredar. Riglit issue adalah penerbitan saham baru yang
pertama kali ditawarkan kepada pemegang saham lama. Penerbitan saham baru ini
secara otomatis menambah jumlah saham beredar perusahaan yang menerbitkan
Right Issue.
7. Meningkatkan Porsi Kepemilikan Pemegang Saham. Untuk penerbitan hak memesan
efek terlebih dahulu dibutuhkan persetujuan dari pemegang saham mayoritas, Right
Issue inipun harus mendapatkan persetujuan efektif dari Bappepam. Dengan adanya
Right Issue akan terjadi penambahan saham baru yang akan menyebabkan adanya
dilusi kepemilikan saham (Ang, 2005). Pemegang saham lama mempunyai hak yang
disebut preemptive riglit. Menurut Sharpe (2005) preemptive right merupakan hak
membeli efek terlebih dahulu agar dapat mempertahankan proporsi kepemilkan
diperusahaan tersebut, karena merupakan hak, maka investor tidak tidak terikat untuk
harus membelinya. Apabila investor tidak mau menggunakan haknya, maka dia dapat

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |121
menjual right tersebut. Tujuan dari preemptive right adalah menjaga control
kekuasaan dari pemegang saham saat ini dan untuk menghindari pemegang saham
dari dilusi.
Kerangka Pikir
Untuk memudahkan alur penelitian, maka perlu disusun kerangka piker yang
dimaksudkan untuk memberikan tuntunan berpikir deduktif maupun induktif. Kerangka fikir
dalam penelitian ini disusun sebagai berikut:
Salah satu informasi yang selalu mendapat tanggapan dari pelaku pasar modal adalah
Corporate Action (aksi korporasi). Right issue berupa pengeluaran saham baru menjadi
incaran investor untuk membuat keputusan investasi. Berdasarkan kajian pustaka, terdapat 7
(tujuh) motif emiten dalam melakukan right issue. Penting untuk diteliti, apakah ke-tujuh
motif tersebut menjadi motif emiten di BE] dalam melakukan right issue, ataukah terdapat
motif lain.

3. METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang melakukan right issue di Bursa
Efek Indonesia pada periode tahun 2010-2015. Dalam hal ini, terdapat 70 (tujuh puluh)
perusahaan yang melakukan kebijakan riglit issue. Sampel yang dipilih pada penelitian adalah
9 (sembilan) perusahaan yang mewakili masing-masing kelompok industri perkebunan,
pertambangan, pakan ternak, otomotif, makanan dan minuman, properti, infrastruktur,
perbankan, dan jasa.
Metode Penelitian
Berdasarkan 9 (sembilan) sampel perusahaan yang mewakili 9 (sembilan) kelompok industri,
Penelitn akan melakukan studi kepustakaan berdasarkan dokumen yang dimiliki masing-
masing perusahaan, yang menjadi pertimbangan utama dalam melakukan right issue. Selain
itu, untuk melengkapi hasil kajian dokumen, peneliti akan melakukan wawancara dengan
manajemen perusahaan masing masing yang mengetahui latar belakang perusahaan
melakukan right issue. Hasil penelitian akan dituangkan dalam hasil penelitian dan
pembahasan.
Alat Analisis
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif Kualitatif
dalam menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan right issue di
Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2015.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Perusahaan Yang Melakukan Right Issue
a. PT. Citra Kebun Raya Agri, Tbk
PT Citra Kebun Raya Agri Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 19 September 1990
dengan nama PT Ciptojaya Kontrindoreksa, Tbk. Ruang lingkup kegiatan perusahaan
terutama bergerak dalam bidang real estat dan kontraktor. Untuk memperbaiki
kinerja keuangan perusahaan dan dengan meyakini akan prospek yang baik dari
sektor perkebunan terutama industri perkebunan dan pengolahan kelapa sawit, maka
Perusahaan merencanakan pada tahun 2008 merubah fokus kegiatan usahanya
kepada sektor pertanian dan perkebunan yang berfokus pada penanaman, industri

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |122
pengolahan, perdagangan, dan transportasi produk pertanian maupun perkebunan
serta industri pengolahan tanaman kelapa sawit. Dalam menjalankan usahanya
Perusahaan mengkhususkan pada penanaman dan industri pengolahan tanaman
kelapa sawit, cassava serta industri pengolahan kelapa sawit, dan tanaman cassava
menjadi produk lanjutan seperti CPO (Crude Palm Oil), PKO (Palm Kernel Oil), dan
Tepung Tapioka. Dalam pengembangan usaha inilah, PT. Citra Kebun Raya Agri, Tbk
mengeluarkan right issue I di awal Tahun 2008, dana yang didapatkannya dari
dikeluarkannya right issue tersebut digunakan untuk membeli Mandatory Bond dari
PT. Kurnia Selaras yang memiliki 70% saham dalam PT Transpacipic Agro Industry.
b. PT. United Tractor, Tbk.
Didirikan pada 13 Oktober 1972 sebagai distributor eksklusif alat berat Komatsu
diIndonesia.
Mencatatkan sahamnya di Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1989, dimana
PT. United Tractors, Tbk (UNTR), dengan PT Astra International Tbk sebagai
pemegang saham mayoritas. Selain sebagai distributor alat berat terbesar di negara
ini, Perseroan juga berperan aktif di bidang kontraktor penambangan dan baru-baru
ini berkelana ke bisnis srtambangan batubara. Ketiga unit usaha ini dikenal sebagai
Mesin Konstruksi, Kontraktor Penambangan dan Pertambangan. Perusahaan PT.
United Tractors, Tbk yang bergerak di sektor penambangan yang bertindak sebagai
kontraktor penambangan melakukan right issue 111-2008 senilai Rp3,5 triliun. Setiap
pemegang enam lembar saham UNTR yang tercatat dalam daftar pemegang saham
pada 19 Agustus 2008. Satu lembar saham dibanderol senilai Rp7.500 per lembar
saham, dimana 304 dana hasil right issue ini rencananya akan digunakan perseroan
untuk melunasi utangnya sebesar USD115,6 juta, kepada The Bank of Tokyo-
Mitsubishi UFJ Ltd, Jepang.
c. PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk
PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk adalah produsen terbesar pakan ternak di
Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada 1972 sebagai pabrik pakan volume tinggi
pertama di Jakarta manufaktur premium pakan kualitas unggas. Saat ini, Perseroan
berfokus pada kegiatan agrobisnis yang mencakup seluruh spektrum dari bisnis
unggas, dari produksi produk pakan unggulan, untuk pengembangbiakan tumbuh
dengan cepat, stok unggas penyakit-tahan dan penciptaan kualitas tinggi diproses
produk unggas. Pakan unggas adalah landasan dari bisnis Perusahaan. Jaringan luas
distributor dan agen mendukung kegiatan Perusahaan, memastikan bahwa para petani
perunggasan Indonesia di mana pun mereka berada - memiliki akses yang mudah tepat
waktu untuk produk pakan kami. Perusahaan juga merupakan kekuatan yang dominan
dalam produksi dan penyediaan stok pembibitan unggas untuk layer dan ayam boiler
di Indonesia. PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk mengeluarkan right issue pada
tahun 2007 dalam bentuk akusisi dengan membeli 12.990.000 saham atau mewakili
99,924 kepemilikan saham dalam PT. Vista Grain milik PT. Central Pertiwi dan saham
PT. Primafood Internasional Milik PT Pertiwi Indonesia sebanyak 229.900 saham atau
mewakili 99,964 kepemilikan sahamnya.
d. PT. Gajah Tunggal, Tbk.
Didirikan pada tahun 1951, PT Gajah Tunggal, Tbk mulai memproduksi Ban dengan
memproduksi ban sepeda. Setelah itu, Perusahaan telah berkembang menjadi
produsen ban terintegrasi terbesar di Asia Tenggara. Pada awal tahu 1990, Perseroan
mulai memproduksi Ban radial untuk mobil penumpang dan truk ringan,
menjadikannya sebagai produsen Ban terintegrasi terbesar di Asia Tenggara,
memproduksi dan mendistribusikan ban berkualitas tinggi untuk mobil penumpang,
SUV's komersial, off-jalan-, industri dan sepeda motor. Guna mendapatkan dana untuk

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |123
modal kerja, perusahaan melakukan rights issue pada tahun 2007 yang menghasilan
Rp 158,4 milyar.
Di samping kepemilikan mayoritas di PT Prima Sentra Megah, GJTL juga
memiliki 28,946 saham perusahaan kimia dan tekstil PT Polychem Indonesia Tbk yang
tercatat di BEI (ADMG). GJTL sendiri 42,26 dimiliki oleh publik: 27,976 oleh Denham
Pte. Ltd. - anak perusahaan GITI Tire, produsen Ban terbesar di China 1994 oleh Light
Speed Resources, perpanjangan tangan investor Singapura: serta 10% oleh Michelin
Berdasarkan data Asosiasi Produsen Ban Indonesia (APBI), GJT memiliki pangsa pasar
yang cukup besar dalam produksi ban bias, radial, dan sepeda motor di Indonesia.
e. PT. Ades Water Indonesia, Tbk.
PT. Ades Waters, Tbk berdiri tahun 1985 dengan nama PT, Alfindo Putrasetia.
Ades kemudian beberapa kali berganti nama. Yang terbaru adalah pada tahun 2009
ketika perusahaan ini mengubah namanya menjadi PT. Akasha Wira International, Tbk
adalah perusahaan air minum Indonesia berbasis pengolahan dan perusahaan
distribusi. Segmen usahanya adalah air kemasan dan sewa dispenser. Fasilitas
produksi Perusahaan terletak di Jawa Barat dan Jawa Timur, Indonesia. PT. Ades Water
Indonesia, Tbk melakukan right issue digunakan untuk membayar utang perseroan
kepada Citibank sejumlah Rp470 miliar. Untuk mencapai efisiensi operasional dan
untuk mengurangi kerugian usaha yang lebih besar di masa datang yang disebabkan
oleh produk perusahaa, serta untuk dapat terus menjaga kelangsungan usahanya
menjadi alasan perseroan melakukan rights issue.
f. PT. Summarecon Agung, Tbk
Didirikan pada tahun 1975 oleh keluarga Nagaria dan asosiasinya. Hingga saat
ini, Summarecon telah berkembang menjadi salah satu perusahaan properti
terkemuka di Indonesia. Summarecon telah berhasil mengembangkan kawasan
Summarecon Kelapa Gading dari sebuah lahan kurang produktif hingga menjadi
kawasan pemukiman dan komersial terpadu dengan salah satu perputaran bisnis
tercepat, lengkap dengan infrastruktur dan fasilitas pendukung termasuk pusat
perbelanjaan, pusat makanan, pusat gaya hidup, klub keluarga, sekolah dan rumah
sakit. Bisnis Summarecon dikelompokkan menjadi tiga unit bisnis: Pengembangan
Properti, Investasi dan Manajemen Properti, dan Rekreasi dan Hospitality. PT.
Summarecon Agung, Tbk mengeluarkan right Issue pada tahun 2007 dan memperoleh
dana sebesar Rp413.113.008.700. untuk peningkatan persediaan lahan di Bekasi,
peningkatan persediaan lahan di Kelapa Gading, dan pengembangan infrastruktur di
Bekasi.
g. PT. Darma Henwa, Tbk
Didirikan pada tahun 1991, telah berkembang dari sebuah perusahaan
kontraktor rekayasa untuk menjadi pertambangan terpadu dan energi perusahaan
jasa dengan pijakan yang solid dalam sektor industri energi yang menguntungkan yang
kaya sumber alam Indonesia. Dengan lebih dari 19 tahun pengalaman di garis depan
kontraktor tambang dan sektor pembangunan infrastruktur, PT. Darma Henwa, Tbk
selalu memusatkan perhatian untuk mencari cara untuk memenuhi hasil yang luar
biasa dengan menjalankan bisnis secara efisien, menjaga kualitas kerja, memenuhi
kebutuhan pelanggan dan pertemuan pada jadwal waktu penyelesaian. PT. Darma
Henwa, Tbk mengeluarkan corporate action dalam bentuk right issue bertujuan untuk
melunasi utang dengan total dana sebanyak 68,54 atau sebesar Rp 427,52 miliar
kepada Royal Bank of Scotland (dahulu Bank ABN AMRO).

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |124
h. PT. Bank Negara Indonesia, Tbk.
Awalnya disebut dengan nama unabbreviated sebagai Bank Negara Indonesia
ketika didirikan pada 1946, BNI merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki
oleh Pemerintah Indonesia. Dengan penambahan modal, status hukum Bank secara
resmi berubah menjadi Bank komersial milik negara pada tahun 1995. Status hukum
Bank BNI ditingkatkan pada tahun 1992 dengan sebuah perusahaan terbatas milik
negara dengan nama PT Bank Negara Indonesia (Persero) dan Bank memutuskan
untuk menjadi perusahaan publik melalui penawaran umum perdana saham pada
tahun 1996. Kemampuan BNI untuk beradaptasi dengan kemajuan lingkungan, sosial-
budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan terus identitas
perusahaan yang dilakukan untuk memenuhi tuntutan perubahan dan kecenderungan
zaman. Sesuai dengan semangat perjuangan nasional heroik yang berakar pada
sejarahnya, BNI berupaya memberikan pelayanan yang terbaik bagi negara dan untuk
akhirnya menjadi Kebanggaan. PT. Bank Negara Indonesia, Tbk melakukan penawaran
umum terbatas III yang akan dipergunakan oleh BNI dalam rangka memperkuat
struktur permodalan, yang selanjutnya menurut rencana sekitar 15% akan digunakan
untuk pengembangan infrastruktur pada teknologi informasi, outlet dan ATM dan lain-
lain.
i. PT. First Media, Tbk
PT. First Media, Tbk mencatat tingkat penetrasi pelanggan yang mengesankan
selama tahun 2009, mencapai 38,34 pada 500.000 jaringan homes passed. Sekalipun
tumbuh pesat, tingkat penetrasi pengguna Internet per 100 penduduk di Indonesia
masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negaranegara tetangga. Kondisi ini
menyiratkan prospek pertumbuhan layanan Internet di Indonesia yang masih terbuka
lebar, baik dari segi kapasitas jaringan maupun utilisasi jaringan. Lisensi untuk
mengoperasikan layanan sambungan Internet nirkabel dengan teknologi mutakhir,
WiMax, yang diperoleh First Media pada bulan Nopember 2009, akan memperluas
jangkauan pasar First Media tidak hanya secara geografis namun juga secara
demografis. Dengan penguatan bisnis Internetnya, First Media juga diuntungkan oleh
peluang pertumbuhan layanan TV-berbayar HomeCable kepada pelanggan yang
tadinya kurang memilki alasan untuk berlangganan. Sementara segmen pasar single
family home terlayani secara efektif oleh First Media melalui jasa Internet dan TV
Berbayar, maka segmen pasar bisnis juga terlayani secara efektif melalui layanan
DataComm First Media yang melayani transmisi data bervolume sangat besar 24-jam
sehari, tujuh hari seminggu. PT. First Media, Tbk di tahun 2010 telah mengeluarkan
kebijakan corporasi yang bertujuan menggunakan dana yang didapatnya dari right
issue untuk modal kerja, dengan membuat Perseroan menjadi penyedia produk
jaringan 4G Wimax. Perseorangan melepaskan 912.421.400 saham pada harga
pelaksanaan Rp. 500 per unit dana right issue yang diperkirakan mencapai 456 Miliar.

Pembahasan
Right Issue Untuk Ekspansi Usaha
Perluasan usaha atau Expansi bisnis diperlukan oleh suatu perusahaan untuk
mencapai efisiensi, menjadi lebih kompetitif, serta untuk meningkatkan keuntungan profit
perusahaan. Ekspansi menjadi salah satu alasan utama perusahaan melakukan right issue.
Pada penelitian ini dilakukan oleh : PT. Citra Kebun Raya Agri, Tbk, PT Summarecon Agung,
Tbk , PT. Bank Negara Indonesia, Tbk, dan PT charoen pokphand Indonesia , Tbk.
Right Issue Untuk Memenuhi Kewajiban Jatuh Tempo

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |125
Hutang jangka panjang merupakan salah satu sumber permodalan yang mengandung
resiko karena memiliki komitmen untuk melakukan pembayaran sesuai jumlah yang
disepakati meski perusahaan dalam keadaan rugi sekalipun sehingga hutang dapat saja
menanggung resiko melebihi jumlah modal sendiri. Oleh karenanya, melakukan right issue
dapat menjadi pilihan bagi perusahaan untuk memenuhi kewajiban jatuh temponya. Pada
penelitian ini, perusahaan yang melakukannya adalah : yaitu PT. Darma Henwa, Tbk , PT. First
Media, Tbk , PT. Ades Water Indonesia, Tbk dan PT. United Tractors, Tbk .
Right Issue Untuk Memperkuat Modal Kerja
Pengelolaan modal kerja mencakup semua aspek pengelolaan baik aktiva lancar
maupun hutang lancar. Tidak diragukan lagi, modal kerja berperan penting dalam kontinuitas
perusahaan, sehingga dalam kondisi tertentu right issue menjadi alternatif dalam manajemen
modal kerja. Perusahaan yang melakukannya dalam penelitian ini : PT. Gajah Tunggal, Tbk ,
PT. Darma Henwa, Tbk , PT. United Tractors, Tbk, PT. Bank Negara Indonesia, Tbk , dan PT.
First Media, Tbk.
Motif Baru Dalam Melakukan Right Issue
Secara khusus tidak ditemukan faktor baru yang menjadi alasan perusahaan dalam
melakukan right issue di BEI. Namun demikian, terdapat penjelasan mengenai alasan
melakukan right issue yaitu adanya kebutuhan perusahaan untuk memperkuat struktur
modal. Kondisi ini terjadi pada PT. Bank BNI, Tbk dimana alasan melakukan right issue adalah
karena ingin memperbaiki struktur modal guna memperbaiki CAR dan LDR. Temuan ini
sesungguhnya berbeda dalam konteks teori yang berkaitan dengan alasan melakukan right
issue karena memperkuat modal kerja.

5. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
a. Secara teori tedapat 7 (tujuh) motif perusahaan melakukan right issue yakni : ekspansi
usaha, membayar kewajiban, likuiditas saham, restrukturisasi, modal kerja, jumlah
saham beredar, dan porsi kepemilikan saham. Berdasarkan hasil penelitian pada 9
(sembilan) perusahaan dengan kelompok industri berbeda yang melakukan right issue
tahun 2010-2015, hanya ditemukan 3 (tiga) motif yaitu untuk ekspansi usaha, untuk
memenuhi kewajiban jatuh tempo, dan memperkuat modal kerja.
b. Hasil penelitian menemukan adanya motif lain perusahaan melakukan right issue,
yakni untuk alasan memperkuat struktur modal guna memperbaiki rasio kecukupan
modal (CAR) maupun LDR, khususnya pada industri perbankan.

Saran
a. Penting untuk mengkaji motif perusahaan dalam melakukan right issue karena
berkaitan dengan kinerja perusahaan yang dibutuhkan investor dalam menentukan
investasi
b. Penelitian selanjutnya dibutuhkan dengan mengambil jumlah sampel yang lebih
banyak guna memberikan memberikan penjelasan yang lebih utuh mengenai motif
perusahaan melakukan right issue di Bursa Efek Indonesia.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |126
DAFTAR PUSTAKA
Ball, R., Brown, P., & Finn, F. J. (1977). Share capitalization changes, information, and the
Australian equity market. Australian Journal of Management, 2(2), 105-125.
Budiarto, M. Arif. (1997). Pengaruh Pengumuman Right Issue terhadap Tingkat Keuntungan
dan Likuiditas Saham di Bursa Efek Jakarta. Tesis, Jogyakarta: UGM
Budiarto, Arif dan Baridwan, Zaki. (1999) “Pengaruh Pengumuman Right Issue Terhadap
Tingkat Keuntungan dan Likuiditas Saham di Bursa Efek Jakarta Periode 1994 - 1996.”
Dewi Saptantinah Puji Astuti, (2007). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Manajemen Laba Di Seputar Right Issue. Surakarta
Eckbo, B. E., & Masulis, R. W. (1992). Adverse selection and the rights offer paradox. Journal of
financial economics, 32(3), 293-332.
Podgorecki, A., Welan, C. J., & Aksara, B. (2010). Category Archives: Magister Management.
Healy, P. M., & Palepu, K. G. (1990). Earnings and risk changes surrounding primary stock
offers. Journal of Accounting Research, 28(1), 25-48.
Harto, P. (2001). Analisis kinerja perusahaan yang melakukan right issue di
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi IV.
Kothare, M. (2007). The Effect of Eguity Issue on Structure and Stock luguidity : A Comparation
of Right and Pubblic Offering. Journal of Financial Economic.
Sukwadi, R. (2006). Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan yang Melakukan Right
Issue dan Perusahaan yang Tidak Melakukan Right Issue di Bursa Efek Jakarta Periode
2000-2003 (Doctoral dissertation, program Pascasarjana Universitas Diponegoro).
Safitri, A. (2000). Analisis Reaksi Investor Terhadap Pengumuman £1g ssue di Pasar Modal
Indonesia. Tesis. Jogjakarta : UGM.
Teoh, S. H., Welch, I., & Wong, T. J. (1998). Earnings management and the underperformance
of seasoned equity offerings. Journal of Financial economics, 50(1), 63-99.

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 1, No 2, Juli 2018 |127

Anda mungkin juga menyukai