• Materi dalam slide didasarkan pada ISAK pada saat slide ini
dipresentasikan.
• Materi dalam slide ini merupakan materi pengajaran semata dan bukan
ditujukan untuk memberikan saran atas transaksi tersebut. Perlakuan
akuntansi akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau keadaan
transaksi tersebut.
• Jika terdapat perbedaan antara materi ini dengan apa yang dalam standar
atau regulasi terkini maka yang berlaku adalah ketentuan dalam standar
dan regulasi terkini.
• Beberapa contoh, penjelasan lebih lanjut atas standar merupakan
pendapat pribadi pembicara dan tidak berkaitan dengan institusi atau
tempat kerja pembicara.
2
Agenda
Organisasi Sektor Publik
5
SEKTOR PUBLIK
PEMERINTAH ▪ Akuntansi
PSAP* Keuangan
AKUNTANSI ▪ Akuntansi
PADA SEKTOR PUBLIK Manajemen
7
PERAN SEKTOR PUBLIK
• Berperan utama dalam politik, sosial dan ekonomi, karena pemerintah berperan
sebagai regulator
• Manajemen keuangan dan manajemen keuangan publik memegang peranan
penting, karena dalam organisasi tersebut terdapat penggunaan sumber daya untuk
mencapai tujuan atau peran entitas tersebut mengalolkasikan sumber daya.
• Aspek keuangannya lebih kompleks dibandingkan dengan perusahaan swasta
karena pada sektor pemerintahan, aktivitas terkait dengan keuangan harus
mengikuti ketentuan regulasi yang lebih banyak.
• Akuntansi Sektor Publik menjadi bagian dalam mata ujian CPA atau CPMA, mata
ujiannya Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
• Dalam beberapa tahun terakhir peran sektor publik non pemerintah dalam
berkontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat semakin tinggi: Yayasan
Agama, Sosial, Pendidikan dan Organisasi Kemasyarakatan.
8
KESAMAAN SEKTOR PUBLIK DAN BISNIS
9
PERBEDAAN SEKTOR PUBLIK DAN BISNIS
• Pengguna jasa (pelanggan) sektor publik menerima manfaat tanpa membayar atau
membayar tapi tidak sebanding dengan jasa yang diberikan: kesehatan, pendidikan
• Memberikan jasa yang sifatnya monopoli dan tidak ada pasarnya misal polisi, pemadam
kebakaran
• Bisnis dapat menghentikan jasa atau produk yang merugi. Inovasi produk dilakukan
didasarkan pertimbangan laba
• Sektor Publik menjalankan kegiatannya karena keharusan regulasi dan tidak
memperhatikan profit yang dihasilkan.
• Evaluasi sektor publik sulit dilaksanakan karena jasa yang diberikan bersifat spesifik dan
tidak memiliki nilai pasar.
• Tidak terdapat hubungan langsung antara penerima pelayanan dan pembayar pajak
(kontributor dana)
10
PERBEDAAN SEKTOR PUBLIK DAN BISNIS
PERBEDAAN Entitas Sektor Publik Entitas Bisnis
Tujuan • Tujuan untuk memberikan jasa dari sumber daya yang • Orientasi pada laba, fokus pada net income atau
diperoleh laba per saham dan kekayaan pemegang saham
• Evaluasi didasarkan pada pencapaian tujuan pelayanan atau • Alokasi sumber daya didasarkan pada tujuan laba
tujuan lain dan memperhatikan ketentuan yang berlaku
• Evaluasi didasarkan pada pencapaian laba
Sumber • Pendapatan berasal dari pemberi donor • Pendapatan diperoleh dari kegiatan bisnis yang
pendapatan dan • Untuk pemerintah pendapatan berasal dari pajak dilakukan
sumber daya (pendapatan dari transaksi non pertukaran) • Sumber dana lain berasal dari kontribusi pemilik
keuangan • Sumber pendanaan lain dapat dari utang dan utang
Regulasi dan • Untuk Pemerintah, seluruh aktivitas dan pengendalian • Pengendalian perusahaan berdasarkan pada tujuan
Pengendalian didasarkan pada regulasi. perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan
• Serta alokasi sumber daya berdasarkan anggaran yang formal pemilik
yang memerlukan persetujuan legislatif • Regulasi dan ketentuan pemerintah yang relevan
tetap harus dipenuhi
Model Laporan • Fokus laporan keuangan pada pertanggungjawabahan / • Tujuan laporan keuangan untuk memberikan
Keuangan akuntabilitas informasi kepada kreditor dan investor untuk
• Penggunaan anggaran membuat keputusan (investasi / pemberian kredit)
• Sumber dan penggunaan sumber daya • Tujuan informasi untuk valuasi bisnis dan
• Modal kerja dan arus kas mendukung tujuan pelayanan penentuan risiko
• Informasi internal dan eksternal relative sama, transparansi • Terdapat perbedaan informasi internal dan
menjadikan proses internal diketahui publik eksternal
Kepemilikan • Tidak ada kepemilikan atau pemilik yang dapat diidentifikasi • Pemilik adalah pemegang saham
Expense • Expense untuk penyelenggaraan kegiatan • Expense untuk memperoleh pendapatan
11
Karakteristik Entitas Nonlaba
Prioritas tujuan
Tujuan entitas pelaporan
nonlaba – bukan Karakteristik unik keuangan
laba pencapaian • pengguna LK (akuntabilitas vs.
program entitas decision usefulness)
• tidak ada
kepemilikan,
kontribusi
12
▪ Stakeholder dan masyarakat memerlukan informasi atas
entitas publik untuk mengetahui kinerja, pencapaian
tujuan dan pengelolaan sumber daya.
▪ Akuntabilitas keuangan entitas sektor publik penting
karena sektor publik sebagian besar memperoleh
pendanaan dari masyarakat dalam bentuk sumbangan
dana atau kontribusi pajak untuk entitas pemerintah.
Akuntabilitas dan Transparansi – ▪ Organisasi sektor publik memiliki tujuan berbeda
13
CONTOH ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
INSTITUSI
PENDIDIKAN
ORGANISASI YAYASAN
SOSIAL SOSIAL
ORGANISASI
AGAMA
LEMBAGA INSTITUSI
PEMERINTAH KESEHATAN
14
15
15
INSTANSI PEMERINTAHAN
• Instansi Pemerintah meliputi:
• Instansi pemerintah pusat
• Instansi pemerintah daerah
• BLU dikonsolidasikan dengan LKP – menggunakan PSAP
• UBL – Unit Badan Lainnya – menggunakan SAK, disajikan dengan metode ekuitas
• Badan Umum Milik Negara / Daerah – menggunakan SAK, disajikan dengan metode
ekuitas
• Ketentuan pokok atas keuangan negara diatur dalam dalam tiga UU berikut:
• UU 17/2003: Keuangan Negara
• UU 1/2004: Perbendaharaan Negara
• UU 15/2004: Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
• Pemerintah Daerah - UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah menggantikan UU 32/2004
• Pemerintah Desa - UU 6/2014 tentang Desa
• Instansi Pemerintah menggunakan Standar Akuntansi Pemerintahan, PP 71 tahun 2010, yang
disusun oleh Komite Akuntansi Pemerintahan kemudian ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah
16
Organisasi Keagamaan
▪ UU No 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat
▪ Perlakuan akuntansinya
menggunakan pelaporan entitas
bertujuan non laba (PSAK 45
digantinkan ISAK 35) Parisada Hindu Dharma Persekutuan Gereja-Gereja
▪ Untuk beberapa lembaga kecil Indonesia (PHDI) Indonesia (PGI)
belum menggunakan akuntansi
17
Perguruan Tinggi
▪ UU No 12/2012 tentang Universitas
▪ Pasal (2) “Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan
program profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.”
▪ “Prinsip akuntabilitas” adalah kemampuan dan komitmen untuk mempertanggungjawabkan
semua kegiatan yang dijalankan Perguruan Tinggi kepada semua pemangku kepentingan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
▪ Akuntabilitas Perguruan Tinggi merupakan bentuk pertanggungjawaban Perguruan Tinggi
kepada Masyarakat yang terdiri atas:
▪ akuntabilitas akademik; dan
▪ akuntabilitas nonakademik.
▪ Perguruan Tinggi
▪ Perguruan Tinggi Negeri – (Badan Hukum, Badan Layanan Umum (BLU), Satuan Kerja (Satker)
▪ Perguruan Tinggi Swasta
YAYASAN
• UU No 28/2004 menggantikan UU No. 16 th 2001 tentang Yayasan
• Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan
dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota
• Yayasan yang:
• memperoleh bantuan Negara, bantuan luar negeri, dan/atau pihak
lain sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih,
dalam 1 (satu) tahun buku; atau
• mempunyai kekayaan di luar harta wakaf sebesar
Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah) atau lebih.
• Laporan keuangan Yayasan wajib diaudit oleh Akuntan Publik dan
wajib diumumkan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia
Organisasi Kemasyarakatan
▪ Undang-Undang No 16/2017 tentang Organisasi Kemasyrakatan pengganti atas UU No
17 Tahun 2013 tentang Ormas
▪ Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah organisasi/ lembaga yang dibentuk oleh
anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atas kehendak
sendiri serta bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi/
lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup
dan kesejahteraan masyarakat, yang menitik beratkan kepada pengabdian secara
swadaya.
▪ LSM yang pendanaannya bersumber dari sumbangan masyarakat
▪ Bersumber dari APBN/APBD dan dana sumbangan: PMI
▪ NGO pendanaan dari donor international: Orangutan Foundation, Muslim Aid,
Church Word Service.
Partai Politik
▪ UU No. 2/2011 menggantikan UU 2/2009 tentang Partai politik
▪ Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara
Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan
membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
▪ Partai Politik berfungsi sebagai sarana Pendidikan Politik bagi anggota dan masyarakat luas; Penciptaan
iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa; Penyerap, penghimpun, dan penyalur
aspirasi politik masyarakat;Partisipasi politik warga Negara Indonesia ; dan Rekrutmen politik dalam
proses pengisian jabatan politik.
▪ Keuangan Partai Politik bersumber dari:
▪ iuran anggota;
▪ sumbangan yang sah menurut hukum (dapat berupa uang, barang / jasa); dan
▪ bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (dhitung berdasarkan perolehan suara.
Rumah Sakit
▪ Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat ( UU no 44 tahun
2009 pasal 1)
▪ Fungsi rumah sakit(pasal 5 UU no 44 tahun 2009)
▪ Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
▪ Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan
▪ Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SDM dalam rangka peningkatan kemampuan
pemberian layanan kesehataan
▪ Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang Kesehatan
▪ Rumah Sakit BLU menggukan PSAP, sebelumnya menggukanan PSAP dan SAK
▪ Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1981/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Akuntansi BLU-
Rumah Sakit – belum diupdate dengan ketentuan PSAK baru dan acuannya masih PSAK lama
▪ Rumah sakit bukan milik pemerintah
▪ Swasta murni menggunakan PSAK
▪ Swasta beorientasi non laba – SAK Entitas Non Laba
02
Standar Akuntansi
Keuangan EBNL
Standar Akuntansi Sektor Publik
24
Standar Akuntansi di Indonesia
DE - Pilar Standar Akuntansi Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan Internasional – Eff1 Jan 2023 – full IFRS – Draft Eksposure
Standar Akuntansi Keuangan Indonesia – PSAK → berbasis IFRS
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Privat – SAKEP – eff 1 Januari 2025
Standar Akuntansi Entitas Mikro Kecil Menengah - SAK EMKM
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), PP 71 tahun 2010, digunakan untuk entitas Pemerintah Pusat dan Daerah
dalam menyusun laporan keuangan. Standar berbasis Akrual, dengan referensi utama IPSAS / International Public
Sector Accounting Standards.
DE Tata Nama / Nomenklatur Standar Akuntansi Keuangan – mengikuti nomor IFRS (1xx) dan IAS (2xx);
SKI dengan kode depan i , dan PSAK atau SAK Indonesia dengan kode depan n.
25
Ruang lingkup
▪ SAK ETAP, digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas
yang:
▪ Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
▪ Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal
▪ Entitas dengan akuntabilitas publik signifikan
▪ Telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau sedang dalam proses
pengajuan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk
tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
▪ Menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi,pialang dan atau pedagang efek,
dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
▪ Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP
jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP.
Contoh: Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
26
OVERVIEW PERUBAHAN SAKEP
• SAKEP Adopsi dari IFRS for SME’s (2015) dan PSAK adopsi dari IFRS
• Lebih sederhana dari SAK namun lebih komprehensif dari SAK ETAP.
• Penambahan pengaturan
• Laporan Keuangan Konsolidasi dan Laporan Keuangan Tersendiri
• Instrumen Keuangan Dasar dan Isu terkait Instrumen Keuangan Lain
• Kombinasi Bisnis dan Goodwiil
• Hibah Pemerintah
• Pembayaran Berbasis Saham
• Penurunan nilai Aset
• Hiperlinflasi
• Aktivitas Khusus: Agrikultur, Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral; Perjanjian
Konsesi Jasa
• Pengaturan berubah:
• Aset tetap; properti investasi, sewa, penghasilan komprehensif lain
• Pajak penghasilan, investasi pada asosiasi dan pengendalian bersama
• Pengaturan PSAK yang tidak ada dalam SAK EP
• Segmen, laporan keuangan interim, laba per lembar saham, nilai wajar.
27
Ref: Materi PPT Public Hearing SAK Entitas Privat
ISI SAK ENTITAS PRIVAT (SAKEP)
BAB ISI BAB ISI
1 Entitas Privat 19 Kombinasi Bisnis dan Goodwill
2 Konsep dan Prinsip Pervasive 20 Sewa
3 Penyajian Laporan Keuangan 21 Provisi dan Kontijensi - lampiran pedoman dan pengukuran
4 Laporan Posisi Keuangan 22 Liabiltias dan Ekuitas - lampiran contoh akuntansi penerbit
5 Laporan Penghasilan Komprehensif dan Laporan Laba 23 Pendapatan - lampiran contoh pengakuan pendapatan
Rugi
6 Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Laba rugi dan 24 Hibah Permerintah
Saldo Laba
7 Laporan Arus Kas 25 Biaya Pinjaman
8 Catatan atas Laporan Keuangan 26 Pembayaran Berbasis Saham
9 Laporan Keuangan Konsolidasian dan LK Tersendiri 27 Penurunan Nilai Aset
10 Kebijakan Akuntansi, Estimasi dan Kesalahan 28 Imbalan Kerja
11 Instrumen Keuangan Dasar 29 Pajak Penghasilan
12 Isu terkait Instrumen Keuangan Lain 30 Penjabaran Valuta Asing
13 Persediaan 31 Hiperinflasi
14 Investasi pada Entitas Asosiasi 32 Peristiwa setelah akhir Periode Pelaporan
15 Investasi pada Ventura Bersama 33 Pengungkapan Pihak Berelasi
16 Properti Investasi 34 Aktivitas Khusus
17 Aset Tetap 35 Ketentuan Transisi
18 Aset Tak Berwujud selain Goodwill Lam A – Tanggal Efektif dan Ketentuan Transisi
LAM B Daftar Istilah
Lam C – Penyesuaian terhadap SAK dan SAK EMKM
Ilustrasi, table persyaratan penyajian dan pengungkapan,
Ref: SAK Entitas Privat Perbedaan IFRS dan IFRS for SME. 28
Standar Akuntansi Pemerintahan
• Standar digunakan untuk menyusun laporan keuangan: Laporan Keuangan SAP Akrual
• Pemerintah Pusat – termasuk LK Kementerian Lembaga
• Pemerintah Daerah – Provinsi, Kabupatan, Kota • Laporan Operasional
• Badan Layanan Umum
• Neraca
• Berbentuk Regulasi Pemerintah – PP No 71 tahun 2010 dan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) untuk tambahan dan Revisi. • Perubahan Ekuitas
• Standar dikembangkan dari praktik akuntansi pemerintah yang • Laporan Arus Kas
berlaku secara international dan ketentuan perundang-undangan • Catatan atas Laporan
yang berlaku di Indonesia. Keuangan
• Acuan standar internasional untuk akuntansi sektor publik • Laporan Realisasi Anggaran
menggunakan International Public Sector Accounting Standard
• Laporan Perubahan SAL
(IPSAS)
29
STRUKTUR STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Buletin Teknis
STANDAR AKUNTANSI • Buletin Teknis merupakan arahan/ pedoman
PEMERINTAHAN untuk penerapan PSAP maupun IPSAP.
30
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP
Kerangka Konseptual
PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan
PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas
PSAP 03 Laporan Arus Kas
PSAP 04 Catatan atas Laporan Keuangan
PSAP 05 Akuntansi Persediaan
PSAP 06 Akuntansi Investasi (Revisi 2016) – PMK 223/2016
PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap
PSAP 08 Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
PSAP 09 Akuntansi Kewajiban
PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi & Operasi yang
Tidak Dilanjutkan PMK 221/2020
PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
PSAP 12 Laporan Operasional
PSAP 13 Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum PMK 217/2015
PSAP 14 Aset Tak Berwujud - PMK 90/2019
PSAP 15 Peristiwa setelah Tanggal Pelaporan Keuangan – PMK 157 / 2020
PSAP 16 Perjanjian Konsesi Jasa – Pemberi Konsesi – PMK 84 / 2021
PSAP 17 Properti Investasi – PMK 85 / 2021
37
IPSAS
IPSAS Bases
IPSAS 37 Joint Arrangement IFRS 11
IPSAS 38 Disclosures in Interest in Other Entity IFRS 12
IPSAS 39 Employee Benefit IAS 19
IPSAS 40 Public Sector Combination IAS 41
IPSAS 41 Financial Instruments: Recognition and Measurement IFRS 9
IPSAS 42 Social Benefit
IPSAS 43 Leases IFRS 16
IPSAS 44 Non-current Assets Held for Sale and Discontinued
Operations
38
IPSAS - Recommended Practices Guideline
RPG Recommended Practices Guideline (RPG) Bases
Not an IPSAS Standard and not required to comply
RPG 1 Reporting on the Long-Term Sustainability of an Entity’s Finances
RPG 2 Financial Statement Discussion and Analysis
RPG 3 Reporting Service Performance Information
39
Project Development
40
FINANCIAL STATEMENT IPSAS
41
03ISAK 35
PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN ENTITAS
BERORIENTASI NONLABA
Standar Akuntansi Nirlaba PSAK 45
US GAAP
• SFAS 117 Financial Hanya mengatur jenis- Penerapan
Statement of Not for Profit jenis laporan keuangan •PSAK 45 dan PSAK untuk
Organization dan ilustrasi masing- Organisasi nonlaba dengan
masing laporan akuntabilitas publik signifikan
• SFAS 116 Accounting for
•PSAK 45 dan SAK ETAP untuk
Contribution Received and
Contribution Made Organisasi nonlaba dengan
akuntabilitas publiknya tidak
signifikan
TIDAK Dikembangkan
dengan
PSAK Harus diterapkan
BERLAKU bersamaan dengan
sejak
mengadoposi dari 45 PSAK atau SAK
SFAS 117 ETAP
1/12020
Pendahuluan
❑ Referensi
▪ PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan
❑Latar Belakang
▪ PSAK 1 – menggunakan terminologi yang cocok bagi entitas yang berorentasi laba.
Jika entitas dengan aktivitas non laba menerapkan PSAK 1 maka perlu menyesuaian
deskripsi.
▪ Ruang lingkup PSAK 1 secara substansi telah mencakup ruang lingkup penyajian LK
entitas dengan aktivitas nonlaba.
▪ PSAK 1 tidak menyediakan pedoman penyajian LK entitas berorientasi non laba
▪ Entitas berorientasi non laba berbeda dalam:
▪ Cara memperoleh sumber daya tidak mengharapkan pembayaran kembali atau
manfaat ekonomik tidak sebandingkan dengan sumber daya yang diberikan.
Pendahuluan
❑ Ruang Lingkup
▪ Berlaku untuk entitas berorientasi nonlaba terlepas bentuk badan hukumnya.
(par 05)
▪ Juga berlaku untuk ETAP. (par 06)
▪ Diterapkan khusus untuk penyajian laporan keuangan (par 07)
❑ Permasalahan
▪ Interpretasi ini membahas bagaimana entitas berorientasi non laba membuat
penyesuaian (par 08) :
▪ Penyesuaian deskripsi yang digunakan untuk pos-pos tertentu dalam
laporan keuangan dan;
▪ Deskripsi yang digunakan untuk laporan keuangan itu sendiri
Interpretasi
▪ Penyajian laporan keuangan entitas berorientasi non laba disusun dengan memperhatikan
persyaratan, struktur laporan dan persyaratan minimal yang diatur dalam PSAK 1.
(par 09)
▪ Entitas berorientasi non laba dapat membuat penyesuaian deskripsi yang digunakan
untuk beberapa pos dalam laporan keuangan. Misal: sumber daya berdasarkan sifatnya
yaitu adanya pembatasan dan tidak ada pembatasan (par 10)
▪ Entitas berorientasi non laba dapat membuat penyesuaian deskripsi yang digunakan atas
laporan keuangan. Misal Judul “laporan perubahan aset neto”, daripada “laporan
perubahan ekuitas”. Penyesuaian atas judul LK tidak dibatasi sepanjang mencerminkan
fungsi dan tujuan yang lebih sesuai dengan isi laporan keuangan. (par 11)
▪ Entitas berorientasi nonlaba tetap mempertimbangkan seluruh fakta dan keadaan dalam
menyajikan laporan keuangan termasuk catatan atas LK, sehingga tidak mempengaruhi
kualitas informasi yang disajikan dalam LK. (par 12)
Tanggal Efektif
Dasar Kesimpulan
Dasar Kesimpulan
Dasar Kesimpulan
Interpretasi
Contoh Ilustrasi
LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Pe nda pa ta n di te ri ma di muka xxxx xxxx
Uta ng ja ngka pe nde k xxxx xxxx
Total Liabilitas Jangka Pendek xxxx xxxx
Liabilitas Jangka Panjang
Uta ng ja ngka pa nja ng xxxx xxxx
Li a bi l i ta s i mba l ke rja xxxx xxxx
Total Liabilitas Jangka Panjang xxxx xxxx
Total Liabilitas xxxx xxxx
ASET NETO
Tanpa pembatasan (without restrictions)
dari pemberi sumber daya**)
Surpl us a kumul a s i xxxx xxxx
Pe ngha s i l a n kompre he s i f l a i n*) xxxx xxxx
Dengan pembatasan (with restrictions) dari
pemberi sumber daya (catatan B) xxxx xxxx
Total Aset Neto xxxx xxxx
Keuangan ASET
Aset Lancar
Ka s pa da s e ta ra ka s xxxx xxxx
Pi uta ng bunga xxxx xxxx
I nve s ta s i ja ngka pe nde k xxxx xxxx
As e t l a nca r l a i n xxxx xxxx
Total Aset Lancar xxxx xxxx
Aset Tidak Lancar
Prope rti i nve s ta s i xxxx xxxx
I nve s ta s i ja ngka pa nja ng xxxx xxxx
As e t te ta p xxxx xxxx
Total Aset Tidak Lancar xxxx xxxx
TOTAL ASET xxxx xxxx
LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Pe nda pa ta n di te ri ma di muka xxxx xxxx
Uta ng ja ngka pe nde k xxxx xxxx
Total Liabilitas Jangka Pendek xxxx xxxx
Liabilitas Jangka Penjang
Uta ng ja ngka pa nja ng xxxx xxxx
Li a bi l i ta s i mba l ke rja xxxx xxxx
Total Liabilitas Jangka Panjang xxxx xxxx
Total Liabilitas xxxx xxxx
ASET NETO
Tanpa pembatasan (without restrictions)
dari pemberi sumber daya**) xxxx xxxx
Dengan pembatasan (with restrictions) dari
pemberi sumber daya (catatan B) xxxx xxxx
Total Aset Neto xxxx xxxx
Pendapatan
Sumba nga n xxxx xxxx
Ja s a l a ya na n xxxx xxxx
Pe ngha s i l a n i nve s ta s i ja ngka pe nde k (ca ta ta n D) xxxx xxxx
Pe ngha s i l a n i nve s ta s i ja ngka pa nja ng (ca ta ta n D) xxxx xxxx
La i n-l a i n xxxx xxxx
Total Pendapatan xxxx xxxx
Beban
Ga ji , upa h xxxx xxxx
Ja s a da n profe s i ona l xxxx xxxx
Admi ni s tra ti f xxxx xxxx
De pre s i a s i xxxx xxxx
Bunga n xxxx xxxx
La i n-l a i n xxxx xxxx
Total Beban (Catatan E) xxxx xxxx
Kerugian akibat kebakaran xxxx xxxx
Total Beban xxxx xxxx
Surpus (Defisit) xxxx xxxx
Laporan Penghasilan
untuk ta hun ya ng be ra khi r pa da ta ngga l 31 De s e mbe r 20X2
(da l a m juta a n rupi a h)
Komprehensif Tanpa
20X2
Dengan Tanpa
20X1
Dengan
Pembatasan Pembatasa Pembatasan Pembatasan
dari n dari dari dari
Jumlah Jumlah
Pemberi Pemberi Pemberi Pemberi
sumber Sumber sumber Sumber
Daya Daya Daya Daya
PENDAPATAN
Sumba nga n xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
Ja s a l a ya na n xxxx - xxxx xxxx - xxxx
Pe ngha s i l a n i nve s ta s i
ja ngka pe nde k
(ca ta ta n D) xxxx - xxxx xxxx - xxxx
Pe ngha s i l a n i nve s ta s i
ja ngka pa nja ng
(ca ta ta n D) xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
La i n-l a i n xxxx - xxxx xxxx - xxxx
Total pendapatan xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
BEBAN
Ga ji , upa h xxxx - xxxx xxxx - xxxx
Ja s a da n profe s i ona l xxxx - xxxx xxxx - xxxx
Admi ni s tra ti f xxxx - xxxx xxxx - xxxx
De pre s i a s i xxxx - xxxx xxxx - xxxx
Bunga xxxx - xxxx xxxx - xxxx
La i n-l a i n xxxx - xxxx xxxx - xxxx
Tota l be ba n
(Ca ta ta n E) xxxx - xxxx xxxx - xxxx
Ke rugi a n a ki ba t ke ba ka ra n xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
Total beban xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
Surplus (Defisit) xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
Aset Neto
La pora n Peruba ha n As et Neto
untuk tahun ya ng bera khi r pa da tangga l 31 Des ember 20X2
(da l a m jutaa n rupi a h)
20X2 20X1
ASET NETO TANPA PEMBATASB DARI
PEMBERI SUMBER DAYA
Sa l do a wa l xxxx xxxx
Surpl us tahun berja l a n xxxx xxxx
As et neto ya ng di beba s ka n da ri pemba tas a n
(ca tatan C) xxxx xxxx
Saldo akhir xxxx xxxx
Catatan A
Entitas menyajikan hibah atau wakaf, berupa kas atau asset lain, sebagai sumbangan dengan pembatasan, jika
hibah atau wakaf tersebut diterima dengan persyaratan pembatasn baik untuk penggunaan asset atau atas
manfaat ekonomik masa depan yang diperoleh dari asset tersebut. Jika pembatasan dari pemberi sumber daya
telah kedarluwarsa, yaitu pada saat masa pembatasan telah berakhir atau pembatasan penggunaan telah
terpenuhi, maka asset neto dengan pembatasandigolongkan Kembali menjadi asset neto tanpa pembatasan dan
disajikan dalam laporan perubahan asset neto sebagai asset neto yang dibebaskan dari pembatasan.
Entitas menyajikan hibah atau wakaf, berupa tanah, bangunan dan peralatan sebagai sumbangan tanpa
pembatas, kecuali jika ada pembatas yang secara eksplisit menyatakan tujuan pemanfaatan aset atau
penggunaan manfaat ekonomik masa depan yang diperoleh dari aset tersebut dari pemberi sumber daya. Hibah
atau wakaf untuk asset tetap dengan pembatasan secara eksplisit yang menyatakan tujuan pemanfaatan aset
tersebut dan sumbangan berupa kas atau aset lain yang harus digunakan untuk memperoleh aset tetap disajikan
sebagai sumbangan dengan pembatasan. Jika tidak ada pembatasan secara eksplisit dari pemberi sumbangan
mengenai pembatasan jangka waktu penggunaan aset tetap tersebut, pembebasan pembatasan dilaporkan pada
saat asset tetap tersebut dimanfaatkan.
▪ Tidak ada dalam ketentuan UU Pajak Penghasilan yang mengecualikan Yayasan sebagai subyek
pajak.
▪ Kriteria dari badan sebagai subjek pajak dalam UU Pajak Penghasilan antara lain adalah perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif.
▪ Yayasan memiliki kewajiban pajak
▪ Atas penghasilan yang netto yang diperoleh akan dikenakan pajak dan dilaporkan dalam SPT tahunan.
▪ Withholding sebagai pihak yang dipotong - atas penghasilan yang diterima dari pihak lain, akan dpotong pajak
▪ Withholding sebagai pihak yang memotong pajak - saat membayarkan biaya yang merupakan penghasilan pihak
lain memiliki kewajiban memotong pajak – PPh 21; PPh 23; PPh 4(2), PPN jika terdapat penyerahan barang / jasa
kena pajak
▪ Ketentuan khusus berlaku untuk Yayasan penyelenggara pendidikan
Apakah Yayasan Pendidikan Membayar Pajak
▪ Yayasan Pendidikan, ada beberapa pengecualian terkait penghasilan yang diterima dan pajak atas
surplus yang diinvestasikan pada sarana dan prasranan Pendidikan dan pengembangan.
▪ Pengecualian penerimaan yang tidak dikenakan pajak penghasilan yang merupakan insentif pajak
dari pemerintah, yaitu diantaranya;
▪ Keuntungan berupa selisih antara harga pasar dan nilai perolehan atau nilai sisa buku atas pengalihan
harta berupa bantuan atau sumbangan dan hibah yang diterima oleh badan pendidikan
▪ Harta hibah yang diterima oleh badan pendidikan
▪ Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau
bidang penelitian dan pengembangan, mendapatkan fasilitas perpajakan berupa pengecualian
pengenaan pajak sepanjang sisa lebih tersebut ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana
kegiatan pendidikandan/atau penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan bersifat terbuka
kepada pihak manapun dan memenuhi syarat tertentu lainnya. Penanaman kembali sisa lebih dimaksud
harus direalisasikan paling lama dalam jangka waktu 4 (empat) tahun sejak sisa lebih (laba neto kena
pajak) tersebut diterima atau diperoleh.
▪ Penggunaan surplus
▪ Pembelian atau pembangunan gedung dan prasarana pendidikan, penelitian dan pengembangan
termasuk pembelian tanah sebagai lokasi pembangunan gedung dan prasarana tersebut;
▪ Pengadaan sarana dan prasarana kantor, laboratorium dan perpustakaan,
▪ Pembelian/pembangunan asrama mahasiswa, rumah dinas guru, dosen atau karyawan, dan sarana
prasarana olahraga, sepanjang berada di lingkungan/lokasi lembaga pendidikan formal.
▪ Apabila lembaga pendidikan merupakan lembaga non profit makan donasi dan sumbangan diterima
dikecualikan dari penghasilan namun untuk penghasian lainnya akan tetap terutang pajak.
Laporan Keuangan
Universitas Gadjah Mada
tahun 2021
Laporan Posisi Keuangan
Transaksi
Kewajiban
Withholding
Kewajiban atas
Pajak Lainnya
Laporan
Keuangan
87
PAJAK DALAM LAPORAN KEUANGAN
OFFICIAL ASSESMENT
Pendaftaran
Pendaftaran
(NPWP-NPPKP)
(NPWP-NPPKP) FISKUS
Penetapan
(SKP)
Pembukuan/
Pembukuan/
Pencatatan
Pencatatan
Keberatan
Pembayaran
Pembayaran (SSP) Badan
(SSP) Banding Peradilan
Pajak
Pelaporan Peninjauan Mahkamah
Pelaporan
(SPT)
(SPT)
Kembali Agung
89
UU PAJAK PENGHASILAN (UU 36/2008)
Perubahan keempat dari UU 7/1983
Ketentuan Umum
Subyek Pajak
Obyek Pajak
• Obyek; bukan obyek; pengurang dan bukan pengurang
Cara Menghitung Pajak
• Tarif, struktur modal, harga transaksi, revaluasi
Pelunasan pajak dalam Tahun Berjalan
• PPh 21; 22; 23; 24; 25; 26
Perhitungan pajak akhir tahun
• PPh 28; PPh 29
Ketentuan lain-lain; Peralihan dan Penutup
90
Ketentuan Pembukuan
Pasal 28 Ayat (1), (7) dan Penjelasan (7)
91
JENIS PAJAK
PAJAK DAERAH (UU PRD) – Diturunkan
PAJAK PUSAT (Undang Undang)
dalam Peraturan Daerah
• Pajak Penghasilan • PAJAK PROVINSI
• Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak • PKB, BBNKB, Pajak Bahan Bakar,
Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM) Kendaraan Bermotor, Air Permukaan,
• Bea Meterai Rokok
• Pajak Bumi dan Bangunan • PAJAK KABUPATEN KOTA
• Bea Perolehan Hak atas Tanah dan • Pajak Hotel, Restoran, Hiburan,
Bangunan Reklame, Penerangan Jalan, Mineral
Bukan Logam dan Batuan, Parkir, Air
Tanah, Sarang Burung Walet, PBB
Pedesaan dan Perkotaan, Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan
92
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (1 dan 1a)
Badan
Bentuk usaha tetap (BUT), merupakan subyek pajak yang
perlakuan pajaknya dipersamakan dengan subyek pajak
badan.
93
Badan
Pasal 2 Ayat (1 ) huruf b
• Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap.
• Badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah merupakan subjek pajak tanpa
memperhatikan nama dan bentuknya sehingga setiap unit tertentu dari badan Pemerintah,
misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk memperoleh
penghasilan merupakan subjek pajak.
• Dalam pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi, persatuan, perhimpunan, atau
ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sama.
97
Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (1)
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran
tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis,
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah;
Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (1)
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Definisi Pajak Final
a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat, infak, dan sedekah yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan
b. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan;
c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (3)
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam
bentuk natura dan/atau kenikmatan, meliputi:
1. makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;
2. natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu;
3. natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi kerja dalam pelaksanaan
pekerjaan;
4. natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa; atau
5. natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan tertentu; ******)
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
f. dividen atau penghasilan lain dengan ketentuan sebagai berikut:
1. dividen yang berasal dari dalam negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak:
a) orang pribadi dalam negeri sepanjang dividen tersebut diinvestasikan di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu tertentu; dan/atau
b) badan dalam negeri;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (5)
Pasal 4 Ayat (3)
o. dana setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dan/atau BPIH khusus, dan
penghasilan dari pengembangan keuangan haji dalam bidang atau instrumen
keuangan tertentu, diterima Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
p. sisa lebih yang diterima/diperoleh badan atau lembaga sosial dan keagamaan yang
terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana sosial dan keagamaan dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, atau ditempatkan sebagai dana
abadi, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan
Kewajiban Pajak Yayasan Pendidikan
• Wajib pajak berkewajiban setor dan lapor SPT Tahunan PPh Badan atas sisa
lebih atau laba yayasan yang berasal dari objek pajak jika setelah dalam
jangka waktu 4 tahun tidak digunakan untuk kebutuhan pembangunan
gedung dan sarana-prasarana yayasan pendidikan itu sendiri.
• Wajib pajak tidak berkewajiban setor PPh Pasal 29 SPT Tahunan PPh Badan
jika dalam jangka waktu 4 tahun sisa laba yayasan pendidikan digunakan
untuk melakukan pembangunan gedung dan sarana-prasarana. Yang wajib
dilakukan wajib pajak adalah melaporkan SPT Tahunan PPh Badan Nihil.
• Wajib pajak berkewajiban setor dan lapor PPh pasal 25 bulanan jika terdapat
PPh pasal 25 yang harus disetorkan.
Kewajiban Pajak Yayasan Pendidikan
Pasal 4 Ayat (3) huruf m
• Wajib pajak memiliki kewajiban potong, setor, dan lapor PPh Pasal 21 atas
kegiatan yang merupakan objek pajak PPh 21 seperti gaji guru dan karyawan
lainnya, juga PPh Pasal 21 atas jasa arsitek pembangunan gedung yayasan
pendidikan tersebut.
• Wajib pajak berkewajiban untuk potong, setor, dan lapor PPh Pasal 4 ayat 2
atas kegiatan pembangunan gedung yang dilakukan kontraktor maupun pihak
lain atas semua kegiatan jasa konstruksi lain.
• Wajib pajak berkewajiban potong, setor, dan lapor PPh Pasal 23 atas kegiatan
yang memang merupakan objek PPh Pasal 23. Misalnya sewa kendaraan, jasa
katering, dan jasa lain objek PPh Pasal 23 lainnya.
• PPh Pasal 26 dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh Warga Negara
Asing (WNA Orang Pribadi atau Badan Usaha).
Penghasilan Yayasan Pendidikan
Pasal 4 Ayat (3) huruf m
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari usaha pekerjaan, kegiatan, atau jasa.
1. Uang pendaftaran dan uang pangkal.
2. Uang seleksi penerimaan siswa/mahasiswa/peserta pendidikan.
3. Uang pembangunan gedung/pengadaan prasarana atau pembayaran lainnya
dengan nama apapun yang berkaitan dengan keberadaan
siswa/mahasiswa/peserta pendidikan.
4. Uang SPP, uang SKS, uang ujian, uang kursus, uang seminar/lokakarya, dsb.
5. Penghasilan dari kontrak kerja dalam bidang penelitian dll.
6. Penghasilan lainnya yang berkaitan dengan jasa penyelenggaraan
pengajaran/pendidikan/pelatihan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
2. Sewa dan imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
3. Keuntungan dari pengalihan harta termasuk keuntungan pengalihan harta yang
awalnya berasal dari bantuan sumbangan maupun hibah.
Bukan Obyek Pajak Penghasilan
• Sisa Lebih adalah selisih dari seluruh penerimaan yang merupakan objek PPh
selain penghasilan yang dikenakan PPh tersendiri, dikurangi dengan pengeluaran
untuk biaya operasional sehari-hari badan atau lembaga nirlaba. (Pasal 1 ayat (2)
PMK 80/PMK.03/2009 dan Pasal 1 angka 1 PER-44/PJ/2009).
SISA LEBIH = SELURUH PENERIMAAN - BIAYA OPERASIONAL SEHARI-HARI
"Sisa Lebih" sama dengan "Keuntungan/Laba"
• Biaya operasional sehari-hari adalah biaya yang mempunyai hubungan langsung
maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha untuk kegiatan Mendapatkan,
Menagih, dan Memelihara penghasilan yang merupakan objek PPh selain
penghasilan yang dikenakan PPh tersendiri. (Pasal 1 angka 2 PER-44/PJ/2009)
• Badan atau lembaga nirlaba yang diatur dalam ketentuan ini adalah badan atau
lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang
penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya. (Pasal 1 ayat (3) PMK 80/PMK.03/2009 dan Pasal 1 angka 3 PER-
44/PJ/2009)
Sisa Lebih Yayasan Pendidikan
Badan atau Lembaga Nirlaba yang menggunakan Sisa Lebih untuk pembangunan dan pengadaan
sarana dan prasarana wajib membuat: (Pasal 5 PER-44/PJ/2009) Pernyataan bahwa:
• Sisa Lebih akan digunakan untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya Sisa Lebih tersebut,
dan
• Sisa Lebih tidak digunakan pada tahun diperolehnya tersebut akan digunakan untuk pembangunan
gedung dan prasarana pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan paling lama 4 (empat)
tahun sejak diperolehnya Sisa Lebih tersebut.
• pernyataan ini merupakan Lampiran dalam Surat Pemberitahuan Tahunan PPh (SPT Tahunan PPh)
untuk tahun pajak diperolehnya Sisa Lebih tersebut.
• Pencatatan tersendiri atas Sisa Lebih yang diterima dan digunakan setiap tahun; dan
• Laporan mengenai penyediaan penggunaan Sisa Lebih dan menyampaikannya kepada Kepala KPP
tempat WP terdaftar, dalam Lampiran SPT Tahunan PPh.
Pembukuan
Bagi Sisa Lebih yang akan dipakai untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan: (Pasal 3 dan Pasal 4 PER-44/PJ/2009)
1. Sisa Lebih yang diterima/diperoleh yang akan digunakan untuk pembangunan dan pengadaaan
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan dialihkan ke
akun dana pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan; (Pasal 3 PER-44/PJ/2009)
2. Pembukuan atas pengunaan dana pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan dilakukan dengan cara: (Pasal 3 PER-
44/PJ/2009)
mendebet:
▪ akun aktiva; dan
▪ akun dana pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan
mengkredit:
▪ - kas atau utang; dan
▪ - akun modal badan atau lembaga nirlaba
Pembukuan
3. Atas pengeluaran untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan yang berasal dari Sisa Lebih, tidak boleh dilakukan
penyusutan. (Pasal 4 (1) PER-44/PJ/2009)
4. Apabila pembangunan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan dibiayai dengan dana pinjaman, biaya bunga atas dana pinjaman tersebut
ditambahkan ke harga perolehan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian
dan pengembangan tersebut. (Pasal 4 (2) PER-44/PJ/2009)
5. Jika ada biaya bunga atas pinjaman yang terutang atau dibayarkan setelah selesainya proses
pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan dapat dibebankan sebagai biaya badan atau lembaga nirlaba. (Pasal 4 (3) PER-
44/PJ/2009)
6. Dalam hal dana pinjaman diterima/diperoleh sebelum diperolehnya Sisa Lebih dan dipergunakan
untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan, biaya bunga atas dana pinjaman tersebut diperlakukan sebagai
bagian dari harga perolehan sarana dan prasarana tersebut.(Pasal 4 (4) PER-44/PJ/2009)
Regulasi Lembaga Pendidikan
▪ Yayasan memiliki unit bisnis yang beorientasi non laba misalkan memiliki
perusahaan komersial
▪ Standar akuntansi yang akan dipilih:
▪ PSAK dan SAK EP
▪ Laporan keuangan Yayasan harus mengkonsolidasikan entitas bisnis yang
dimilikinya dalam laporan keuangan Yayasan tersebut.
▪ SAK ETAP
▪ Kepemilikan perusahaan akan diakui sebagai investasi yang dicatat
dengan menggunakan metode ekuitas
▪ Penggunaan metode ekuitas akan menghilangkan pelaporan aktivitas
perusahaan di bawah Yayasan dengan lebih jelas, karena tidak terlihat
nilai pendapatan, beban, aset dan liabilitasnya dalam LK Yayasan.
Imbalan Kerja