Anda di halaman 1dari 126

ENTITAS BERORIENTASI NON LABA

ASPEK AKUNTANSI DAN PAJAK


PPL IAPI
26 – 27 Oktober 2022
DISCLAIMER

• Materi dalam slide didasarkan pada ISAK pada saat slide ini
dipresentasikan.
• Materi dalam slide ini merupakan materi pengajaran semata dan bukan
ditujukan untuk memberikan saran atas transaksi tersebut. Perlakuan
akuntansi akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau keadaan
transaksi tersebut.
• Jika terdapat perbedaan antara materi ini dengan apa yang dalam standar
atau regulasi terkini maka yang berlaku adalah ketentuan dalam standar
dan regulasi terkini.
• Beberapa contoh, penjelasan lebih lanjut atas standar merupakan
pendapat pribadi pembicara dan tidak berkaitan dengan institusi atau
tempat kerja pembicara.

2
Agenda
Organisasi Sektor Publik

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Sektor Publik

ISAK 35 Penyajian LK Entitas Berorientasi Non Laba

Akuntansi Entitas Berorientasi Non Laba

Pajak Entitas Berorientasi Nonlaba


01
Organisasi Sektor
Publik
MENGAPA PERLU MEMAHAMI
ENTITAS BERORENTASI NON LABA

• Penyusunan laporan keuangan pada Entitas Non Laba


• Menyusun laporan keuangan untuk transparansi
• Menilai akuntabilitas EBNL

• Memberikan Konsultasi atau Mengaudit Organisasi Sektor Publik


• Memahami mekanisme akuntansi, keuangan dan pajak EBNL
• Memberikan jasa konsultasi pada EBNL
• Melakukan audit : audit laporan keuangan, operasional atau tujuan
tertentu untuk klien Yayasan, organisasi kemasyarakatan

• Sebagai anggota masyarakat


• Memahami LK EBNL
• Memahami Akuntabilitas Yayasan dan Ormas: memperoleh dana dari
mana, akuntabilitasnya bagaimana

5
SEKTOR PUBLIK

PEMERINTAH ▪ Akuntansi
PSAP* Keuangan
AKUNTANSI ▪ Akuntansi
PADA SEKTOR PUBLIK Manajemen

NON PEMERINTAH ▪ Sistem


(ENTITAS NON LABA) Informasi
Akuntansi
SAK + ISAK 35

Standar Akuntansi Keuangan untuk menyusun laporan keuangan:


* Pemerintah → Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)
**Entitas Non Pemerintah menggunakan SAK dan ISAK 35
Secara internasional terdapat Public Sector Accounting Standard (IPSAS)
6
ENTITAS PUBLIK
▪ Entitas sektor publik dapat dikategorikan menjadi dua:
▪ Pemerintahan
▪ Non pemerintahan – organisasi nonlaba
▪ Organisasi publik non pemerintah berbentuk:
▪ Organisasi kemasyarakatan – partai politik, organisasi profesi, perkumpulan
▪ Yayasan: Yayasan keagamaan, Yayasan Pendidikan, Yayasan Sosial
▪ Organisasi non pemerintah lainnya: OJK, BPKH, LPS, BI
▪ Organisasi internasional, PBB, ASEAN, WWF
▪ Aktivitas kegiatan entitas publik dapat sama dengan aktivitas organisasi privat yang
berorientasi laba misal rumah sakit, sekolah, menghasilan produk dan jasa lainnya.
▪ Keunikan dari entitas sektor publik terletak pada:
▪ Tujuan tidak menghasilkan laba atau memupuk kekayaan pemilik
▪ Kepemilikan tidak terbagi atas saham
▪ Beberapa organisasi nonlaba pendapatan berasal dari kontribusi, sumbangan
tidak terkait dengan pemberian barang dan jasa (pendapatan non pertukaran)

7
PERAN SEKTOR PUBLIK
• Berperan utama dalam politik, sosial dan ekonomi, karena pemerintah berperan
sebagai regulator
• Manajemen keuangan dan manajemen keuangan publik memegang peranan
penting, karena dalam organisasi tersebut terdapat penggunaan sumber daya untuk
mencapai tujuan atau peran entitas tersebut mengalolkasikan sumber daya.
• Aspek keuangannya lebih kompleks dibandingkan dengan perusahaan swasta
karena pada sektor pemerintahan, aktivitas terkait dengan keuangan harus
mengikuti ketentuan regulasi yang lebih banyak.
• Akuntansi Sektor Publik menjadi bagian dalam mata ujian CPA atau CPMA, mata
ujiannya Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
• Dalam beberapa tahun terakhir peran sektor publik non pemerintah dalam
berkontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat semakin tinggi: Yayasan
Agama, Sosial, Pendidikan dan Organisasi Kemasyarakatan.

8
KESAMAAN SEKTOR PUBLIK DAN BISNIS

▪ Bagian integral dalam perekonomian


▪ Memperoleh aset untuk menghasilkan barang atau jasa
▪ Terdapat proses manajemen keuangan dalam pengelolaan entitas.
▪ Diperlukan sistem informasi
▪ Dalam pengelolaan entitas diperlukan analisis biaya, pengendalian biaya
dan teknik evaluasi kinerja.
▪ Beberapa organisasi non laba yang kegiatannya sama, seperti:
▪ Transportasi
▪ Pengelolaan utilitas seperti air, listrik
▪ Rumah sakit
▪ Pendidikan
▪ Memerlukan akuntansi seperti halnya pada entitas bisnis

9
PERBEDAAN SEKTOR PUBLIK DAN BISNIS

• Pengguna jasa (pelanggan) sektor publik menerima manfaat tanpa membayar atau
membayar tapi tidak sebanding dengan jasa yang diberikan: kesehatan, pendidikan
• Memberikan jasa yang sifatnya monopoli dan tidak ada pasarnya misal polisi, pemadam
kebakaran
• Bisnis dapat menghentikan jasa atau produk yang merugi. Inovasi produk dilakukan
didasarkan pertimbangan laba
• Sektor Publik menjalankan kegiatannya karena keharusan regulasi dan tidak
memperhatikan profit yang dihasilkan.
• Evaluasi sektor publik sulit dilaksanakan karena jasa yang diberikan bersifat spesifik dan
tidak memiliki nilai pasar.
• Tidak terdapat hubungan langsung antara penerima pelayanan dan pembayar pajak
(kontributor dana)

10
PERBEDAAN SEKTOR PUBLIK DAN BISNIS
PERBEDAAN Entitas Sektor Publik Entitas Bisnis

Tujuan • Tujuan untuk memberikan jasa dari sumber daya yang • Orientasi pada laba, fokus pada net income atau
diperoleh laba per saham dan kekayaan pemegang saham
• Evaluasi didasarkan pada pencapaian tujuan pelayanan atau • Alokasi sumber daya didasarkan pada tujuan laba
tujuan lain dan memperhatikan ketentuan yang berlaku
• Evaluasi didasarkan pada pencapaian laba
Sumber • Pendapatan berasal dari pemberi donor • Pendapatan diperoleh dari kegiatan bisnis yang
pendapatan dan • Untuk pemerintah pendapatan berasal dari pajak dilakukan
sumber daya (pendapatan dari transaksi non pertukaran) • Sumber dana lain berasal dari kontribusi pemilik
keuangan • Sumber pendanaan lain dapat dari utang dan utang
Regulasi dan • Untuk Pemerintah, seluruh aktivitas dan pengendalian • Pengendalian perusahaan berdasarkan pada tujuan
Pengendalian didasarkan pada regulasi. perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan
• Serta alokasi sumber daya berdasarkan anggaran yang formal pemilik
yang memerlukan persetujuan legislatif • Regulasi dan ketentuan pemerintah yang relevan
tetap harus dipenuhi
Model Laporan • Fokus laporan keuangan pada pertanggungjawabahan / • Tujuan laporan keuangan untuk memberikan
Keuangan akuntabilitas informasi kepada kreditor dan investor untuk
• Penggunaan anggaran membuat keputusan (investasi / pemberian kredit)
• Sumber dan penggunaan sumber daya • Tujuan informasi untuk valuasi bisnis dan
• Modal kerja dan arus kas mendukung tujuan pelayanan penentuan risiko
• Informasi internal dan eksternal relative sama, transparansi • Terdapat perbedaan informasi internal dan
menjadikan proses internal diketahui publik eksternal
Kepemilikan • Tidak ada kepemilikan atau pemilik yang dapat diidentifikasi • Pemilik adalah pemegang saham
Expense • Expense untuk penyelenggaraan kegiatan • Expense untuk memperoleh pendapatan
11
Karakteristik Entitas Nonlaba

Prioritas tujuan
Tujuan entitas pelaporan
nonlaba – bukan Karakteristik unik keuangan
laba pencapaian • pengguna LK (akuntabilitas vs.
program entitas decision usefulness)
• tidak ada
kepemilikan,
kontribusi

Standar akuntansi yang


berbeda dan Kerangka
konseptual akutansi yang
berbeda → IPSAS

12
▪ Stakeholder dan masyarakat memerlukan informasi atas
entitas publik untuk mengetahui kinerja, pencapaian
tujuan dan pengelolaan sumber daya.
▪ Akuntabilitas keuangan entitas sektor publik penting
karena sektor publik sebagian besar memperoleh
pendanaan dari masyarakat dalam bentuk sumbangan
dana atau kontribusi pajak untuk entitas pemerintah.
Akuntabilitas dan Transparansi – ▪ Organisasi sektor publik memiliki tujuan berbeda

Entitas Publik dibandingkan dengan organsisasi privat sehingga


pengguna laporan keuangan memerlukan informasi yang
berbeda.
▪ Entitas publik membutuhkan standar sehingga terjadi
kesepakatan antara penyusun, pemakai, pemeriksa
dalam menyusun dan memahami informasi tersebut.
▪ Tujuan entitas publik, besarnya akuntabilitas, ukuran,
sumber daya yang dikelola akan banyak mempengaruhi
informasi apa yang disajikan dan standar apa yang akan
digunakan untuk menyusun informasi tersebut.

13
CONTOH ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

INSTITUSI
PENDIDIKAN

ORGANISASI YAYASAN
SOSIAL SOSIAL

ORGANISASI
AGAMA

LEMBAGA INSTITUSI
PEMERINTAH KESEHATAN

14
15

Praktik Akuntabilitas Organisasi nonlaba di Indonesia

▪ Tidak membayar PSAP


Ormas yang Tidak ada
keharusan pajak atas surplus Menyajikan
menerima dana yang diperoleh laporan keuangan
hibah wajib menyusun LK,
kecuali untuk yayasan dengan dorongan
menyusun laporan pendidikan; stakeholder Entitas
menerima hibah
keuangan sesuai
500jt dan tot ▪ Pendapatan kepentingan nonlaba
SAK bukan obyek donatur
aset bukan Pemerintah
hibah 20milyar pajak

▪ BLU - PMK 17/2015 PSAP BLU→ BLU menggunakan


SAP
▪ OJK – PSAK dan ISAK 35
PSAK / Entitas ▪ BPKH – PSAK dan ISAK 35
SAK ETAP / nonlaba ▪ BI – Kebijakan Akuntansi Keuangan BI - PSAK
ISAK 35 Swasta ▪ Parpol – tidak menyebutkan standar mana yang
digunakan namun harus menyusun laporan keuangan

15
INSTANSI PEMERINTAHAN
• Instansi Pemerintah meliputi:
• Instansi pemerintah pusat
• Instansi pemerintah daerah
• BLU dikonsolidasikan dengan LKP – menggunakan PSAP
• UBL – Unit Badan Lainnya – menggunakan SAK, disajikan dengan metode ekuitas
• Badan Umum Milik Negara / Daerah – menggunakan SAK, disajikan dengan metode
ekuitas
• Ketentuan pokok atas keuangan negara diatur dalam dalam tiga UU berikut:
• UU 17/2003: Keuangan Negara
• UU 1/2004: Perbendaharaan Negara
• UU 15/2004: Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
• Pemerintah Daerah - UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah menggantikan UU 32/2004
• Pemerintah Desa - UU 6/2014 tentang Desa
• Instansi Pemerintah menggunakan Standar Akuntansi Pemerintahan, PP 71 tahun 2010, yang
disusun oleh Komite Akuntansi Pemerintahan kemudian ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah

16
Organisasi Keagamaan
▪ UU No 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat
▪ Perlakuan akuntansinya
menggunakan pelaporan entitas
bertujuan non laba (PSAK 45
digantinkan ISAK 35) Parisada Hindu Dharma Persekutuan Gereja-Gereja
▪ Untuk beberapa lembaga kecil Indonesia (PHDI) Indonesia (PGI)
belum menggunakan akuntansi

Muhammadiyah Sangha Theravada Indonesia

17
Perguruan Tinggi
▪ UU No 12/2012 tentang Universitas
▪ Pasal (2) “Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan
program profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.”
▪ “Prinsip akuntabilitas” adalah kemampuan dan komitmen untuk mempertanggungjawabkan
semua kegiatan yang dijalankan Perguruan Tinggi kepada semua pemangku kepentingan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
▪ Akuntabilitas Perguruan Tinggi merupakan bentuk pertanggungjawaban Perguruan Tinggi
kepada Masyarakat yang terdiri atas:
▪ akuntabilitas akademik; dan
▪ akuntabilitas nonakademik.
▪ Perguruan Tinggi
▪ Perguruan Tinggi Negeri – (Badan Hukum, Badan Layanan Umum (BLU), Satuan Kerja (Satker)
▪ Perguruan Tinggi Swasta
YAYASAN
• UU No 28/2004 menggantikan UU No. 16 th 2001 tentang Yayasan
• Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan
dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota
• Yayasan yang:
• memperoleh bantuan Negara, bantuan luar negeri, dan/atau pihak
lain sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih,
dalam 1 (satu) tahun buku; atau
• mempunyai kekayaan di luar harta wakaf sebesar
Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah) atau lebih.
• Laporan keuangan Yayasan wajib diaudit oleh Akuntan Publik dan
wajib diumumkan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia
Organisasi Kemasyarakatan
▪ Undang-Undang No 16/2017 tentang Organisasi Kemasyrakatan pengganti atas UU No
17 Tahun 2013 tentang Ormas
▪ Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah organisasi/ lembaga yang dibentuk oleh
anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atas kehendak
sendiri serta bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi/
lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup
dan kesejahteraan masyarakat, yang menitik beratkan kepada pengabdian secara
swadaya.
▪ LSM yang pendanaannya bersumber dari sumbangan masyarakat
▪ Bersumber dari APBN/APBD dan dana sumbangan: PMI
▪ NGO pendanaan dari donor international: Orangutan Foundation, Muslim Aid,
Church Word Service.
Partai Politik
▪ UU No. 2/2011 menggantikan UU 2/2009 tentang Partai politik
▪ Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara
Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan
membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
▪ Partai Politik berfungsi sebagai sarana Pendidikan Politik bagi anggota dan masyarakat luas; Penciptaan
iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa; Penyerap, penghimpun, dan penyalur
aspirasi politik masyarakat;Partisipasi politik warga Negara Indonesia ; dan Rekrutmen politik dalam
proses pengisian jabatan politik.
▪ Keuangan Partai Politik bersumber dari:
▪ iuran anggota;
▪ sumbangan yang sah menurut hukum (dapat berupa uang, barang / jasa); dan
▪ bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (dhitung berdasarkan perolehan suara.
Rumah Sakit
▪ Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat ( UU no 44 tahun
2009 pasal 1)
▪ Fungsi rumah sakit(pasal 5 UU no 44 tahun 2009)
▪ Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
▪ Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan
▪ Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SDM dalam rangka peningkatan kemampuan
pemberian layanan kesehataan
▪ Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang Kesehatan
▪ Rumah Sakit BLU menggukan PSAP, sebelumnya menggukanan PSAP dan SAK
▪ Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1981/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Akuntansi BLU-
Rumah Sakit – belum diupdate dengan ketentuan PSAK baru dan acuannya masih PSAK lama
▪ Rumah sakit bukan milik pemerintah
▪ Swasta murni menggunakan PSAK
▪ Swasta beorientasi non laba – SAK Entitas Non Laba
02
Standar Akuntansi
Keuangan EBNL
Standar Akuntansi Sektor Publik

Organisasi pemerintah atau organisasi sektor publik yang


dikonsolidasikan dengan LK Pemerintah Rumah Sakit BLU, PTN
Organisasi BLU, RS BLU → menggunakan PSAP
Sektor Publik
Entitas Berorientasi non laba swasta menggunakan PSAK atau
di Indonesia SAK ETAP dan memperhatikan ketentuan penyajian laporan
keuangan sesuai ISAK 35

• Digunakan untuk organisasi sektor publik


termasuk pemerintah.
International
• IPSAS disusun berdasarkan IFRS dengan
IPSAS Public Sector disesuaikan untuk organisasi sektor publik
Accounting • Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
Standard (PSAP) menjadikan IPSAS sebagai referensi
utama dalam peyusunan standar.

24
Standar Akuntansi di Indonesia
DE - Pilar Standar Akuntansi Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan Internasional – Eff1 Jan 2023 – full IFRS – Draft Eksposure
Standar Akuntansi Keuangan Indonesia – PSAK → berbasis IFRS
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Privat – SAKEP – eff 1 Januari 2025
Standar Akuntansi Entitas Mikro Kecil Menengah - SAK EMKM

Standar Akuntansi Syariah Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi


• Mengatur transaksi Syariah nonlaba ISAK 35 (PPSAK 13 – PSAK 45 Dicabut)
• Pelaporan organisasi Syariah • Nama laporan berbeda
• Diterapkan bersamaan dengan PSAK / SAK ETAP / • Komponen laporan berbeda
EMKM tergantung entitasnya. • Memperhatikan ketentuan PSAK 1 Penyajian Laporan
Keuangan

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), PP 71 tahun 2010, digunakan untuk entitas Pemerintah Pusat dan Daerah
dalam menyusun laporan keuangan. Standar berbasis Akrual, dengan referensi utama IPSAS / International Public
Sector Accounting Standards.

DE Tata Nama / Nomenklatur Standar Akuntansi Keuangan – mengikuti nomor IFRS (1xx) dan IAS (2xx);
SKI dengan kode depan i , dan PSAK atau SAK Indonesia dengan kode depan n.
25
Ruang lingkup
▪ SAK ETAP, digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas
yang:
▪ Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
▪ Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal
▪ Entitas dengan akuntabilitas publik signifikan
▪ Telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau sedang dalam proses
pengajuan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk
tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
▪ Menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi,pialang dan atau pedagang efek,
dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
▪ Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP
jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP.
Contoh: Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

26
OVERVIEW PERUBAHAN SAKEP
• SAKEP Adopsi dari IFRS for SME’s (2015) dan PSAK adopsi dari IFRS
• Lebih sederhana dari SAK namun lebih komprehensif dari SAK ETAP.
• Penambahan pengaturan
• Laporan Keuangan Konsolidasi dan Laporan Keuangan Tersendiri
• Instrumen Keuangan Dasar dan Isu terkait Instrumen Keuangan Lain
• Kombinasi Bisnis dan Goodwiil
• Hibah Pemerintah
• Pembayaran Berbasis Saham
• Penurunan nilai Aset
• Hiperlinflasi
• Aktivitas Khusus: Agrikultur, Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral; Perjanjian
Konsesi Jasa
• Pengaturan berubah:
• Aset tetap; properti investasi, sewa, penghasilan komprehensif lain
• Pajak penghasilan, investasi pada asosiasi dan pengendalian bersama
• Pengaturan PSAK yang tidak ada dalam SAK EP
• Segmen, laporan keuangan interim, laba per lembar saham, nilai wajar.

27
Ref: Materi PPT Public Hearing SAK Entitas Privat
ISI SAK ENTITAS PRIVAT (SAKEP)
BAB ISI BAB ISI
1 Entitas Privat 19 Kombinasi Bisnis dan Goodwill
2 Konsep dan Prinsip Pervasive 20 Sewa
3 Penyajian Laporan Keuangan 21 Provisi dan Kontijensi - lampiran pedoman dan pengukuran
4 Laporan Posisi Keuangan 22 Liabiltias dan Ekuitas - lampiran contoh akuntansi penerbit
5 Laporan Penghasilan Komprehensif dan Laporan Laba 23 Pendapatan - lampiran contoh pengakuan pendapatan
Rugi
6 Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Laba rugi dan 24 Hibah Permerintah
Saldo Laba
7 Laporan Arus Kas 25 Biaya Pinjaman
8 Catatan atas Laporan Keuangan 26 Pembayaran Berbasis Saham
9 Laporan Keuangan Konsolidasian dan LK Tersendiri 27 Penurunan Nilai Aset
10 Kebijakan Akuntansi, Estimasi dan Kesalahan 28 Imbalan Kerja
11 Instrumen Keuangan Dasar 29 Pajak Penghasilan
12 Isu terkait Instrumen Keuangan Lain 30 Penjabaran Valuta Asing
13 Persediaan 31 Hiperinflasi
14 Investasi pada Entitas Asosiasi 32 Peristiwa setelah akhir Periode Pelaporan
15 Investasi pada Ventura Bersama 33 Pengungkapan Pihak Berelasi
16 Properti Investasi 34 Aktivitas Khusus
17 Aset Tetap 35 Ketentuan Transisi
18 Aset Tak Berwujud selain Goodwill Lam A – Tanggal Efektif dan Ketentuan Transisi
LAM B Daftar Istilah
Lam C – Penyesuaian terhadap SAK dan SAK EMKM
Ilustrasi, table persyaratan penyajian dan pengungkapan,
Ref: SAK Entitas Privat Perbedaan IFRS dan IFRS for SME. 28
Standar Akuntansi Pemerintahan

• Standar digunakan untuk menyusun laporan keuangan: Laporan Keuangan SAP Akrual
• Pemerintah Pusat – termasuk LK Kementerian Lembaga
• Pemerintah Daerah – Provinsi, Kabupatan, Kota • Laporan Operasional
• Badan Layanan Umum
• Neraca
• Berbentuk Regulasi Pemerintah – PP No 71 tahun 2010 dan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) untuk tambahan dan Revisi. • Perubahan Ekuitas
• Standar dikembangkan dari praktik akuntansi pemerintah yang • Laporan Arus Kas
berlaku secara international dan ketentuan perundang-undangan • Catatan atas Laporan
yang berlaku di Indonesia. Keuangan
• Acuan standar internasional untuk akuntansi sektor publik • Laporan Realisasi Anggaran
menggunakan International Public Sector Accounting Standard
• Laporan Perubahan SAL
(IPSAS)

29
STRUKTUR STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Disertai Publikasi Lainnya


KERANGKA
KONSEPTUAL

Interpretasi PSAP (IPSAP)

PERNYATAAN SAP • IPSAP dimaksudkan untuk menjelaskan lebih


lanjut topik tertentu guna menghindari salah
tafsir pengguna PSAP.

Buletin Teknis
STANDAR AKUNTANSI • Buletin Teknis merupakan arahan/ pedoman
PEMERINTAHAN untuk penerapan PSAP maupun IPSAP.

Surat KSAP – Jawaban atas permasalahan dalam


praktik

30
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP
Kerangka Konseptual
PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan
PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas
PSAP 03 Laporan Arus Kas
PSAP 04 Catatan atas Laporan Keuangan
PSAP 05 Akuntansi Persediaan
PSAP 06 Akuntansi Investasi (Revisi 2016) – PMK 223/2016
PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap
PSAP 08 Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
PSAP 09 Akuntansi Kewajiban
PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi & Operasi yang
Tidak Dilanjutkan PMK 221/2020
PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
PSAP 12 Laporan Operasional
PSAP 13 Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum PMK 217/2015
PSAP 14 Aset Tak Berwujud - PMK 90/2019
PSAP 15 Peristiwa setelah Tanggal Pelaporan Keuangan – PMK 157 / 2020
PSAP 16 Perjanjian Konsesi Jasa – Pemberi Konsesi – PMK 84 / 2021
PSAP 17 Properti Investasi – PMK 85 / 2021

Ref: Standar Akuntansi Akuntansi Pemerintahan


Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
Interpretasi PSAP
Interpretasi No 1 Transaksi Mata Uang Asing
Interpretasi No 2 Pengakuan Pendapatan pada Bendahara Umum Negara/Daerah
Interpretasi No 3 Pengakuan Belanja pada Bendahara Umum Negara/Daerah
Interpretasi No 4 Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Koreksi Kesalahan tanpa Penyajian Kembali Laporan
Keuangan

Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan


No Bultek Tahun Keterangan
01 Bultek 15 Akuntansi Aset Tetap 2014 Mengganti Bultek 09
02 Bultek 16 Akuntansi Piutang 2014 Mengganti Bultek 16
03 Bultek 17 Akuntansi Aset tak Berwujud 2014 Mengganti Bultek 11
04 Bultek 18 Akuntansi Penyusutan 2014 Mengganti Bultek 05
05 Bultek 19 Akuntansi Belanja Bantuan Sosial 2015 Mengganti Bultek 10
06 Bultek 20 Akuntansi Kerugian Negara 2015 Bultek Baru
07 Bultek 21 Akuntansi Transfer 2015 Bultek Baru
08 Bultek 22 Akuntansi Utang 2015 Bultek Baru
09 Bultek 23 Akuntansi Pendapatan non Perpajakan 2016 Bultek Baru (berlaku 2017)
10 Bultek 24 Akuntansi Pendapatan Perpajakan 2016 Bultek Baru (berlaku 2017)
32
RENCANA PENGEMBANGAN PSAP

PSAP Baru PSAP Baru PSAP Revisi

1. PP 71 tahun 2010 (12 PSAP) 1. Kurs Valuta Asing


2. BLU 2. Pihak Berelasi 1. R Kerangka Konseptual
3. R Investasi 3. Penurunan Nilai Unit Penghasil 2. R Penyajian Laporan Keuangan
4. Aset tak Berwujud Kas 3. R Laporan Arus kas
4. Penurunan Nilai Unit Bukan 4. R CALK
5. R Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi dan Kesalahan Penghasil Kas 5. R LRA
5. Investasi pada Entitas Asosiasi 6. R Laporan Operasional
6. Peristiwa setelah tanggal
Pelaporan 6. Segmen 7. R BLU
7. Perjanjian Konsesi Jasa 7. Bantuan Sosial (Social Benefits) 8. R Laporan Konsolidasi
9. R Investasi
8. Properti Investasi 8. Biaya Bunga
10. R Persediaan
9. Provisi, Kewajiban Kontinjensi dan 9. Pendapatan dengan Kewajiban
Aset Kontinjensi Pelaksanaan (pertukaran) 11. R Aset Tetap
12. R Aset tak Berwujud
10. Pengaturan Bersama 10. Pendapatan tanpa Kewajiban
11. Agrikultur Pelaksanaan (non pertukaran) -
hearing
12. Imbalan Kerja - hearing
11. Sewa
13. Instrumen Keuangan: Penyajian
12. Analisis Laporan Keuangan
14. Instrumen Keuangan: Pengakuan &
Pengukuran 13. Penyajian Informasi Sektor
Pemerintah Umum
15. Instrumen Keuangan:
Pengungkapan
33
IPSAS
• Standar akuntansi internasional untuk sektor publik adalah IPSAS
• Standar akuntansi pemerintahan di dunia mengacu pada IPSAS.
• SAP menggunakan IPSAS sebagai referensi utama dalam
penyusunan Standar.
• BPK menyarankan agar KSAP menyusun beberapa standar yang
belum ada dalam SAP namun telah diatur dalam IPSAS.
• LKPP menyajikan Analisis GAP antara SAP dan IPSAS
• IPSAS disusun berdasarkan IFRS dengan pendekatan:
• Standar khusus IPSAS jikg tidak ada IFRS yang mengatur
• Modifikasi jika terdapat perbedaan konsep antara pengaturan
pada sektor public dan privat
• Modifikasi hanya dilakukan dengan menyesuaikan istilah yang
lebih tepat untuk sektor public.
• IPSAS disusun oleh IPSAS Board
34
IPSAS
IPSAS Title Bases
Conceptual Framework for General Purpose Financial Reporting by Public
Sector Entities
IPSAS 1 Presentation of Financial Statements IAS 1
IPSAS 2 Cash Flow Statements IAS 7
IPSAS 3 The Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors IAS 8
IPSAS 4 The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates IAS 21
IPSAS 5 Borrowing Costs IAS 23
IPSAS 6 Consolidated Financial Statements and Accounting for Controlled Entities IAS 27
(Superseded by IPSAS 34)
IPSAS 7 Accounting for Investments in Associates (Superseded by IPSAS 36) IAS 28
IPSAS 8 Financial reporting of Interests in Joint Ventures (Superseded by IPSAS 37) IAS 31
IPSAS 9 Revenue from Exchange Transactions IAS 18
IPSAS 10 Financial Reporting in Hyperinflationary Economies IAS 29
IPSAS 11 Construction Contracts IAS 11
35
IPSAS
IPSAS Bases
IPSAS 12 Inventories IAS 2
IPSAS 13 Leases (Superseded by IPSAS 43) IAS 17
IPSAS 14 Events After the Reporting Date IAS 10
IPSAS 15 Financial Instruments: Disclosure and Presentation (Superseded by IPSAS IAS 32
28, IPSAS 29 and IPSAS 30)
IPSAS 16 Investment Property IAS 40
IPSAS 17 Property, Plant and Equipment IAS 16
IPSAS 18 Segment Reporting IAS 14
IPSAS 19 Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets IAS 37
IPSAS 20 Related Party Disclosures IAS 24
IPSAS 21 Impairment of Non-Cash Generating Assets IAS 36
IPSAS 22 Disclosure of Financial Information About the General Government Sector -
IPSAS 23 Revenue from Non-Exchange Transactions (Taxes and Transfers) -
IPSAS 24 Presentation of Budget Information in Financial Statements -
IPSAS 25 Employee Benefits IAS 19
IPSAS 26 Impairment of Cash-Generating Assets IAS 36
IPSAS 27 Agriculture IAS 41
36
IPSAS
IPSAS Bases
IPSAS 25 Employee Benefits (Superseded by IPSAS 39) IAS 19
IPSAS 26 Impairment of Cash-Generating Assets IAS 36
IPSAS 27 Agriculture IAS 41
IPSAS 28 Financial Instruments: Presentation IAS 32
IPSAS 29 Financial Instruments: Recognition and Measurement IAS 39
IPSAS 30 Financial Instruments: Disclosure IFRS 7
IPSAS 31 Intangible Assets IAS 38
IPSAS 32 Service Concession Arrangements: Grantor IFRIS 12
IPSAS 33 First time Adoption of Accrual Basis IPSAS IFRS 1
IPSAS 34 Separate Financial Statements IAS 27
IPSAS 35 Consolidated Financial Statements IFRS 10
IPSAS 36 Investment in Association and Joint Ventures

37
IPSAS
IPSAS Bases
IPSAS 37 Joint Arrangement IFRS 11
IPSAS 38 Disclosures in Interest in Other Entity IFRS 12
IPSAS 39 Employee Benefit IAS 19
IPSAS 40 Public Sector Combination IAS 41
IPSAS 41 Financial Instruments: Recognition and Measurement IFRS 9
IPSAS 42 Social Benefit
IPSAS 43 Leases IFRS 16
IPSAS 44 Non-current Assets Held for Sale and Discontinued
Operations

38
IPSAS - Recommended Practices Guideline
RPG Recommended Practices Guideline (RPG) Bases
Not an IPSAS Standard and not required to comply
RPG 1 Reporting on the Long-Term Sustainability of an Entity’s Finances
RPG 2 Financial Statement Discussion and Analysis
RPG 3 Reporting Service Performance Information

IPSAS – Other Publication


RPG Recommended Practices Guideline (RPG) Bases
Introduction to the IPSAS Under the Cash Basis Accounting issued
2017
IPSAS: Financial Reporting under the Cash Basis Accounting issued
2017
Glossary of Defined Term

39
Project Development

Accounting for Revenue


Non Exchange Expenses
Heritage
Measurement
Infrastructure Assets
Limited Scope of Conceptual Framework
Natural Resources
Retirement Benefit Plans
Other Lease-Type Arrangement
Consultation Paper, Advancing Public Sector Sustainability
Reporting.

40
FINANCIAL STATEMENT IPSAS

A complete set of financial statements comprises:

• Statement of financial position;


• Statement of financial performance;
• Statement of changes in net assets/equity;
• Cash flow statement;
• When the entity makes it approved budget publicly
available, a comparison of budget and accrual amounts;
• Notes, comprising a summary of significant accounting
policies and other explanatory notes.
• Comparative information in respect of preceeding period
as specified in paragraph 53 and 53A IPSAS 1

41
03ISAK 35
PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN ENTITAS
BERORIENTASI NONLABA
Standar Akuntansi Nirlaba PSAK 45

US GAAP
• SFAS 117 Financial Hanya mengatur jenis- Penerapan
Statement of Not for Profit jenis laporan keuangan •PSAK 45 dan PSAK untuk
Organization dan ilustrasi masing- Organisasi nonlaba dengan
masing laporan akuntabilitas publik signifikan
• SFAS 116 Accounting for
•PSAK 45 dan SAK ETAP untuk
Contribution Received and
Contribution Made Organisasi nonlaba dengan
akuntabilitas publiknya tidak
signifikan

TIDAK Dikembangkan
dengan
PSAK Harus diterapkan
BERLAKU bersamaan dengan
sejak
mengadoposi dari 45 PSAK atau SAK
SFAS 117 ETAP
1/12020

Contoh penerapannya pada Dapat diterapkan pada unit


LK Yayasan Pendidikan, organisasi pemerintah jika
kesehatan regulasi membolehkan.
44

Pendahuluan
❑ Referensi
▪ PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan
❑Latar Belakang
▪ PSAK 1 – menggunakan terminologi yang cocok bagi entitas yang berorentasi laba.
Jika entitas dengan aktivitas non laba menerapkan PSAK 1 maka perlu menyesuaian
deskripsi.
▪ Ruang lingkup PSAK 1 secara substansi telah mencakup ruang lingkup penyajian LK
entitas dengan aktivitas nonlaba.
▪ PSAK 1 tidak menyediakan pedoman penyajian LK entitas berorientasi non laba
▪ Entitas berorientasi non laba berbeda dalam:
▪ Cara memperoleh sumber daya tidak mengharapkan pembayaran kembali atau
manfaat ekonomik tidak sebandingkan dengan sumber daya yang diberikan.

Ref: ISAK 35 Penyajian LK Entitas Berorientasi Non Laba 44


45

Pendahuluan

❑ Ruang Lingkup
▪ Berlaku untuk entitas berorientasi nonlaba terlepas bentuk badan hukumnya.
(par 05)
▪ Juga berlaku untuk ETAP. (par 06)
▪ Diterapkan khusus untuk penyajian laporan keuangan (par 07)

❑ Permasalahan
▪ Interpretasi ini membahas bagaimana entitas berorientasi non laba membuat
penyesuaian (par 08) :
▪ Penyesuaian deskripsi yang digunakan untuk pos-pos tertentu dalam
laporan keuangan dan;
▪ Deskripsi yang digunakan untuk laporan keuangan itu sendiri

Ref: ISAK 35 Penyajian LK Entitas Berorientasi Non Laba


45
46

Interpretasi

▪ Penyajian laporan keuangan entitas berorientasi non laba disusun dengan memperhatikan
persyaratan, struktur laporan dan persyaratan minimal yang diatur dalam PSAK 1.
(par 09)
▪ Entitas berorientasi non laba dapat membuat penyesuaian deskripsi yang digunakan
untuk beberapa pos dalam laporan keuangan. Misal: sumber daya berdasarkan sifatnya
yaitu adanya pembatasan dan tidak ada pembatasan (par 10)
▪ Entitas berorientasi non laba dapat membuat penyesuaian deskripsi yang digunakan atas
laporan keuangan. Misal Judul “laporan perubahan aset neto”, daripada “laporan
perubahan ekuitas”. Penyesuaian atas judul LK tidak dibatasi sepanjang mencerminkan
fungsi dan tujuan yang lebih sesuai dengan isi laporan keuangan. (par 11)
▪ Entitas berorientasi nonlaba tetap mempertimbangkan seluruh fakta dan keadaan dalam
menyajikan laporan keuangan termasuk catatan atas LK, sehingga tidak mempengaruhi
kualitas informasi yang disajikan dalam LK. (par 12)

Ref: ISAK 35 Penyajian LK Entitas Berorientasi Non Laba 46


47

Tanggal Efektif

▪ Untuk periode tahun buku yang dimulai


pada atau setelah tanggal 1 Januari 2020

Ref: ISAK 35 Penyajian LK Entitas Berorientasi Non Laba 47


48

Dasar Kesimpulan

Dasar Kesimpulan melengkapi namun bukan bagian dari ISAK 35


▪ Dalam satu standar dengan tier yang sama mengatur penyajian laporan keuangan yang
berbeda menunjukkan inkonsistensi pengaturan (PSAK 1 dan PSAK 45). Ruang lingkup
PSAK 1 dipahami seolah-olah hanya berlaku untuk entitas berorientasi laba.
▪ PSAK 1 menggunakan terminologi yang cocok bagi entitas yang berorientasi laba
termasuk entitas bisnis sektor publik. Jika entitas berorientasi non laba, dapat
menyesuaikan deskripsi beberapa pos. Ruang lingkup PSAK 1 secara substansi mencakup
ruang lingkup penyajian LK dengan aktivitas non laba.
▪ EBNL dan EBL berbeda dalam memperoleh sumber daya yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomik yang seimbang. Konsep pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan untuk hal yang serupa lebih tepat merujuk
pada pengaturan yang sudah ada dalam SAK dan SAK ETAP.

Ref: ISAK 35 Penyajian LK Entitas Berorientasi Non Laba 48


49

Dasar Kesimpulan

Ruang Lingkup dan Permasalahan


▪ ISAK 35 memberikan pedoman penyajian laporan keuangan pada EBNL
▪ Berlaku juga untuk SAK ETAP
▪ Tidak memberikan definisi atau kriteria untuk membedakan EBNL dan EBL.
▪ Entitas melakukan penilaian sendiri untuk menentukan apakah EBL atau EBNL.
Beberapa faktor yang dipertimbangkan:
▪ Apakah sumber daya yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang
diberikan.
▪ Menghasilkan barang/jasa tanpa tujuan memupuk laba, maka jumlahnya tidak
dibagikan kepada pendiri atau pemilik
▪ Tidak ada kepemilikan seperti umumnya pad EBL. Kepemilikan tidak dapat dijual,
dialihkan, ditebus atau kepemilikan tidak mencerminkan proporsi pembagian
sumber saya pada likuidasi

Ref: ISAK 35 Penyajian LK Entitas Berorientasi Non Laba 49


50

Dasar Kesimpulan

Interpretasi

▪ IAS 1 par 5 mengizinkan EBNL menyesuaikan deskripsi yang


digunakan untuk beberapa pos yang terdapat dalam LK dan LK
sendiri. PSAK 1 tidak memberikan penjelasan dan contoh lebih
penyesuaian tersebut.
▪ Interpretasi dilengkapi contoh ilustrasi Laporan Posisi Keuangan,
Laporang Penghasilan Komprehensif, Laporan Perubahan Aset
Neto dan Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.
▪ Contoh dalam interpretasi tidak ditujukan untuk
mengilustrasikan seluruh aspek dari SAK atau mencakup bentuk
yang sesuai untuk EBNL. Contoh dapat berbeda dari kondisi yang
terdapat pada EBNL.

Ref: ISAK 35 Penyajian LK Entitas Berorientasi Non Laba 50


51

Contoh Ilustrasi

▪ Laporan Posisi Keuangan


▪ Menyajian pos penghasilan komprehensif pada bagian aset neto tanpa
pembatasan
▪ Menyajikan pos penghasilan komprehensif lain secara tersendiri
▪ Laporan Penghasilan Komprehensif
▪ Kolom tunggal
▪ Menyajikan informasi sesuai dengan klasifikasi aset neto
▪ Laporan Perubahan Aset Neto
▪ Laporan Arus kas
▪ Catatan atas Laporan Keuangan

Ref: ISAK 35 Penyajian LK Entitas Berorientasi Non Laba 51


ENTI TAS XYZ

Laporan Posisi Keuangan


La pora n Pos i s i Ke ua nga n pe r 31 De s e mbe r 20X
(da l a m juta a n rupi a h)
20X2 20X1
ASET
Aset Lancar
Ka s da n s e ta ra ka s xxxx xxxx
Pi uta ng bunga xxxx xxxx
I nve s ta s i ja ngka pe nde k xxxx xxxx
As e t l a nca r l a i n xxxx xxxx
Total Aset Lancar xxxx xxxx
Aset Tidak Lancar
Prope rti i nve s ta s i xxxx xxxx
I nve s ta s i ja ngka pa nja ng xxxx xxxx
As e t te ta p xxxx xxxx
Total Aset Tidak Lancar xxxx xxxx
TOTAL ASET xxxx xxxx

LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Pe nda pa ta n di te ri ma di muka xxxx xxxx
Uta ng ja ngka pe nde k xxxx xxxx
Total Liabilitas Jangka Pendek xxxx xxxx
Liabilitas Jangka Panjang
Uta ng ja ngka pa nja ng xxxx xxxx
Li a bi l i ta s i mba l ke rja xxxx xxxx
Total Liabilitas Jangka Panjang xxxx xxxx
Total Liabilitas xxxx xxxx

ASET NETO
Tanpa pembatasan (without restrictions)
dari pemberi sumber daya**)
Surpl us a kumul a s i xxxx xxxx
Pe ngha s i l a n kompre he s i f l a i n*) xxxx xxxx
Dengan pembatasan (with restrictions) dari
pemberi sumber daya (catatan B) xxxx xxxx
Total Aset Neto xxxx xxxx

TOTAL LIABILITAS DAN ASET NETO xxxx xxxx

Ref: ISAK 35 Penyajian LK Entitas Berorientasi Non Laba 52


ENTI TAS XYZ
La pora n Pos i s i pe r 31 De s e mbe r 20X

Laporan Posisi (da l a m juta a n rupi a h)


20X2 20X1

Keuangan ASET
Aset Lancar
Ka s pa da s e ta ra ka s xxxx xxxx
Pi uta ng bunga xxxx xxxx
I nve s ta s i ja ngka pe nde k xxxx xxxx
As e t l a nca r l a i n xxxx xxxx
Total Aset Lancar xxxx xxxx
Aset Tidak Lancar
Prope rti i nve s ta s i xxxx xxxx
I nve s ta s i ja ngka pa nja ng xxxx xxxx
As e t te ta p xxxx xxxx
Total Aset Tidak Lancar xxxx xxxx
TOTAL ASET xxxx xxxx

LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Pe nda pa ta n di te ri ma di muka xxxx xxxx
Uta ng ja ngka pe nde k xxxx xxxx
Total Liabilitas Jangka Pendek xxxx xxxx
Liabilitas Jangka Penjang
Uta ng ja ngka pa nja ng xxxx xxxx
Li a bi l i ta s i mba l ke rja xxxx xxxx
Total Liabilitas Jangka Panjang xxxx xxxx
Total Liabilitas xxxx xxxx

ASET NETO
Tanpa pembatasan (without restrictions)
dari pemberi sumber daya**) xxxx xxxx
Dengan pembatasan (with restrictions) dari
pemberi sumber daya (catatan B) xxxx xxxx
Total Aset Neto xxxx xxxx

Ref: ISAK 35 Penyajian LK Entitas Berorientasi Non Laba 53


ENTI TAS XYZ
La pora n Pe ngha s i l a n Kompre he ns i f

Laporan Penghasilan untuk ta hun ya ng be ra khi r pa da ta ngga l 31 De s e mbe r 20X2


(da l a m juta a n rupi a h)

Komprehensif TANPA PEMBATASN DARI EMBERI SUMBER DAYA


20X2 20X1

Pendapatan
Sumba nga n xxxx xxxx
Ja s a l a ya na n xxxx xxxx
Pe ngha s i l a n i nve s ta s i ja ngka pe nde k (ca ta ta n D) xxxx xxxx
Pe ngha s i l a n i nve s ta s i ja ngka pa nja ng (ca ta ta n D) xxxx xxxx
La i n-l a i n xxxx xxxx
Total Pendapatan xxxx xxxx
Beban
Ga ji , upa h xxxx xxxx
Ja s a da n profe s i ona l xxxx xxxx
Admi ni s tra ti f xxxx xxxx
De pre s i a s i xxxx xxxx
Bunga n xxxx xxxx
La i n-l a i n xxxx xxxx
Total Beban (Catatan E) xxxx xxxx
Kerugian akibat kebakaran xxxx xxxx
Total Beban xxxx xxxx
Surpus (Defisit) xxxx xxxx

DENGAN PEMBATASN DARI PEMBERI SUMBER DAYA


Pendapatan
Sumba nga n xxxx xxxx
Pe nga ha s i l a n i nve s ta s i ja ngka pa nja ng (ca ta ta n D) xxxx xxxx
Total pendapatan xxxx xxxx
Beban
Ke rugi a n a ki ba t ke ba ka ra n xxxx xxxx
Surpuls (Defisit) xxxx xxxx

PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN xxxx xxxx

TOTAL PENGHASILAN KOMPREHENSIF xxxx xxxx

Ref: ISAK 35 Penyajian LK Entitas Berorientasi Non Laba 54


ENTI TAS XYZ
La pora n Pe ngha s i l a n Kompre he ns i f

Laporan Penghasilan
untuk ta hun ya ng be ra khi r pa da ta ngga l 31 De s e mbe r 20X2
(da l a m juta a n rupi a h)

Komprehensif Tanpa
20X2
Dengan Tanpa
20X1
Dengan
Pembatasan Pembatasa Pembatasan Pembatasan
dari n dari dari dari
Jumlah Jumlah
Pemberi Pemberi Pemberi Pemberi
sumber Sumber sumber Sumber
Daya Daya Daya Daya
PENDAPATAN
Sumba nga n xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
Ja s a l a ya na n xxxx - xxxx xxxx - xxxx
Pe ngha s i l a n i nve s ta s i
ja ngka pe nde k
(ca ta ta n D) xxxx - xxxx xxxx - xxxx
Pe ngha s i l a n i nve s ta s i
ja ngka pa nja ng
(ca ta ta n D) xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
La i n-l a i n xxxx - xxxx xxxx - xxxx
Total pendapatan xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx

BEBAN
Ga ji , upa h xxxx - xxxx xxxx - xxxx
Ja s a da n profe s i ona l xxxx - xxxx xxxx - xxxx
Admi ni s tra ti f xxxx - xxxx xxxx - xxxx
De pre s i a s i xxxx - xxxx xxxx - xxxx
Bunga xxxx - xxxx xxxx - xxxx
La i n-l a i n xxxx - xxxx xxxx - xxxx
Tota l be ba n
(Ca ta ta n E) xxxx - xxxx xxxx - xxxx
Ke rugi a n a ki ba t ke ba ka ra n xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
Total beban xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
Surplus (Defisit) xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx

PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN xxxx - xxxx xxxx - xxxx

TOTAL PENGHASILAN KOMPREHENSIF xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx

Ref: ISAK 35 Penyajian LK Entitas Berorientasi Non Laba 55


Laporan Perubahan ENTITAS XYZ

Aset Neto
La pora n Peruba ha n As et Neto
untuk tahun ya ng bera khi r pa da tangga l 31 Des ember 20X2
(da l a m jutaa n rupi a h)
20X2 20X1
ASET NETO TANPA PEMBATASB DARI
PEMBERI SUMBER DAYA
Sa l do a wa l xxxx xxxx
Surpl us tahun berja l a n xxxx xxxx
As et neto ya ng di beba s ka n da ri pemba tas a n
(ca tatan C) xxxx xxxx
Saldo akhir xxxx xxxx

Penghasilan Komprehensif lain


Sa l do a wa l xxxx xxxx
Pengha s i l a n komprehens i f tahun berja l a n ***) xxxx xxxx
Saldo akhir xxxx xxxx
Total xxxx xxxx

ASET NETO DENGAN PEMBATASAN


DARI PEMBERI SUMBER DAYA
Sa l do a wa l xxxx xxxx
Surpl l us tahun berja l a n xxxx xxxx
As et neto ya ng di beba s ka n da ri pemba tas a n
(Ca tatan C) (xxxx) (xxxx)
Saldo akhir xxxx xxxx

TOTAL ASET NETO xxxx xxxx

Ref: ISAK 35 Penyajian LK Entitas Berorientasi Non Laba 56


Laporan Arus Kas

Ref: ISAK 35 Penyajian LK Entitas Berorientasi Non Laba 57


Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan A
Entitas menyajikan hibah atau wakaf, berupa kas atau asset lain, sebagai sumbangan dengan pembatasan, jika
hibah atau wakaf tersebut diterima dengan persyaratan pembatasn baik untuk penggunaan asset atau atas
manfaat ekonomik masa depan yang diperoleh dari asset tersebut. Jika pembatasan dari pemberi sumber daya
telah kedarluwarsa, yaitu pada saat masa pembatasan telah berakhir atau pembatasan penggunaan telah
terpenuhi, maka asset neto dengan pembatasandigolongkan Kembali menjadi asset neto tanpa pembatasan dan
disajikan dalam laporan perubahan asset neto sebagai asset neto yang dibebaskan dari pembatasan.

Entitas menyajikan hibah atau wakaf, berupa tanah, bangunan dan peralatan sebagai sumbangan tanpa
pembatas, kecuali jika ada pembatas yang secara eksplisit menyatakan tujuan pemanfaatan aset atau
penggunaan manfaat ekonomik masa depan yang diperoleh dari aset tersebut dari pemberi sumber daya. Hibah
atau wakaf untuk asset tetap dengan pembatasan secara eksplisit yang menyatakan tujuan pemanfaatan aset
tersebut dan sumbangan berupa kas atau aset lain yang harus digunakan untuk memperoleh aset tetap disajikan
sebagai sumbangan dengan pembatasan. Jika tidak ada pembatasan secara eksplisit dari pemberi sumbangan
mengenai pembatasan jangka waktu penggunaan aset tetap tersebut, pembebasan pembatasan dilaporkan pada
saat asset tetap tersebut dimanfaatkan.

Ref: ISAK 35 Penyajian LK Entitas Berorientasi Non Laba 58


Catatan atas Laporan Keuangan

Ref: ISAK 35 Penyajian LK Entitas Berorientasi Non Laba 59


03.01
LAPORAN KEUANGAN UI
Laporan Keuangan
Universitas Indonesia tahun
2020 –
Laporan Posisi Keuangan

Ref: Laporan Keuangan Universitas Indonesia tahun 2020 61


Laporan Keuangan
Universitas Indonesia
tahun 2020 –
Laporan Aktivitas

Ref: Laporan Keuangan Universitas Indonesia tahun 2020 62


Laporan Keuangan
Universitas Indonesia
tahun 2020 –
Laporan Aktivitas

Ref: Laporan Keuangan Universitas Indonesia tahun 2020


Laporan Keuangan
Universitas Indonesia
tahun 2020 –
Laporan Perubahan Aset
Netto

Ref: Laporan Keuangan Universitas Indonesia tahun 2020 64


Laporan Keuangan
Universitas Indonesia
tahun 2020 –
Laporan Arus Kas

Ref: Laporan Keuangan Universitas Indonesia tahun 2020 65


Laporan Keuangan
Universitas Indonesia
tahun 2020 –
Laporan Arus Kas

Ref: Laporan Keuangan Universitas Indonesia tahun 2020 66


Laporan Keuangan
Universitas Indonesia
tahun 2020 –
Laporan Perubahan Aset
Netto

Ref: Laporan Keuangan Universitas Indonesia tahun 2020 67


Laporan Keuangan
Universitas Indonesia
tahun 2020 –
Laporan Arus Kas

Ref: Laporan Keuangan Universitas Indonesia tahun 2020 68


Laporan Keuangan
Universitas Indonesia
tahun 2020 –
Laporan Arus Kas

Ref: Laporan Keuangan Universitas Indonesia tahun 2020 69


Laporan Keuangan
Universitas Indonesia
tahun 2020 –
Note pembatasan Aset
Neto

Ref: Laporan Keuangan Universitas Indonesia tahun 2020 70


Laporan Keuangan
Universitas Indonesia
tahun 2020 –
Note Dana Abadi

Ref: Laporan Keuangan Universitas Indonesia tahun 2020 71


Laporan Keuangan
Universitas Indonesia
tahun 2020 –
Note Pendapatan

Ref: Laporan Keuangan Universitas Indonesia tahun 2020 72


Laporan Keuangan
Universitas Indonesia
tahun 2020 –
Note Pendapatan

Ref: Laporan Keuangan Universitas Indonesia tahun 2020 73


Laporan Keuangan
Universitas Indonesia tahun
2020 –
Note Beban

Ref: Laporan Keuangan Universitas Indonesia tahun 2020 74


Laporan Keuangan
Universitas Indonesia
tahun 2021 –
Laporan Posisi Keuangan
Konsolidasian
Laporan keuangan
konsolidasian UI dan entitas
anak (Universitas) telah disusun
berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan di Indonesia dan
diotorisasi oleh Pimpinan
Universitas pada tanggal 15
April 2021.

Ref: Laporan Keuangan Universitas Indonesia 2021 75


Laporan Keuangan
Universitas Indonesia
tahun 2021 –
Laporan Aktivitas
Konsolidasian

Ref: Laporan Keuangan Universitas Indonesia tahun 2021


Laporan Keuangan
Universitas Indonesia
tahun 2021 –
Laporan Aktivitas

Laporan keuanngan UI tahun 2021


tidak menyajikan laporan perubahan
ekuitas

Ref: Laporan Keuangan Universitas Indonesia tahun 2021


03.02
LAPORAN KEUANGAN UGM
Apakah Yayasan Membayar Pajak

▪ Tidak ada dalam ketentuan UU Pajak Penghasilan yang mengecualikan Yayasan sebagai subyek
pajak.
▪ Kriteria dari badan sebagai subjek pajak dalam UU Pajak Penghasilan antara lain adalah perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif.
▪ Yayasan memiliki kewajiban pajak
▪ Atas penghasilan yang netto yang diperoleh akan dikenakan pajak dan dilaporkan dalam SPT tahunan.
▪ Withholding sebagai pihak yang dipotong - atas penghasilan yang diterima dari pihak lain, akan dpotong pajak
▪ Withholding sebagai pihak yang memotong pajak - saat membayarkan biaya yang merupakan penghasilan pihak
lain memiliki kewajiban memotong pajak – PPh 21; PPh 23; PPh 4(2), PPN jika terdapat penyerahan barang / jasa
kena pajak
▪ Ketentuan khusus berlaku untuk Yayasan penyelenggara pendidikan
Apakah Yayasan Pendidikan Membayar Pajak
▪ Yayasan Pendidikan, ada beberapa pengecualian terkait penghasilan yang diterima dan pajak atas
surplus yang diinvestasikan pada sarana dan prasranan Pendidikan dan pengembangan.
▪ Pengecualian penerimaan yang tidak dikenakan pajak penghasilan yang merupakan insentif pajak
dari pemerintah, yaitu diantaranya;
▪ Keuntungan berupa selisih antara harga pasar dan nilai perolehan atau nilai sisa buku atas pengalihan
harta berupa bantuan atau sumbangan dan hibah yang diterima oleh badan pendidikan
▪ Harta hibah yang diterima oleh badan pendidikan
▪ Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau
bidang penelitian dan pengembangan, mendapatkan fasilitas perpajakan berupa pengecualian
pengenaan pajak sepanjang sisa lebih tersebut ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana
kegiatan pendidikandan/atau penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan bersifat terbuka
kepada pihak manapun dan memenuhi syarat tertentu lainnya. Penanaman kembali sisa lebih dimaksud
harus direalisasikan paling lama dalam jangka waktu 4 (empat) tahun sejak sisa lebih (laba neto kena
pajak) tersebut diterima atau diperoleh.
▪ Penggunaan surplus
▪ Pembelian atau pembangunan gedung dan prasarana pendidikan, penelitian dan pengembangan
termasuk pembelian tanah sebagai lokasi pembangunan gedung dan prasarana tersebut;
▪ Pengadaan sarana dan prasarana kantor, laboratorium dan perpustakaan,
▪ Pembelian/pembangunan asrama mahasiswa, rumah dinas guru, dosen atau karyawan, dan sarana
prasarana olahraga, sepanjang berada di lingkungan/lokasi lembaga pendidikan formal.
▪ Apabila lembaga pendidikan merupakan lembaga non profit makan donasi dan sumbangan diterima
dikecualikan dari penghasilan namun untuk penghasian lainnya akan tetap terutang pajak.
Laporan Keuangan
Universitas Gadjah Mada
tahun 2021
Laporan Posisi Keuangan

Dasar Pengukuran dan Penyusunan


Laporan Keuangan Konsolidasian
3.b. Laporan keuangan konsolidasian
telah disusun sesuai Standar
Akuntansi Keuangan di
Indonesia (SAK) yang bentuk
penyajiannya mengacu pada
Interpretasi Standar Akuntansi
Keuangan 35 “Penyajian
Laporan Keuangan Entitas
Berorientasi Nonlaba” yang
diterbitkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia.

Ref: Laporan Keuangan Universitas Gadjah Mada tahun 2021 81


Laporan Keuangan
Universitas Gadjah Mada
tahun 2021
Laporan Posisi Keuangan

Ref: Laporan Keuangan Universitas Gadjah Mada tahun 2021 82


Laporan Keuangan
Universitas Gadjah Mada
tahun 2021
Laporan Penghasilan
Komprehensif

Ref: Laporan Keuangan Universitas Gadjah Mada tahun 2021 83


Laporan Keuangan
Universitas Gadjah Mada
tahun 2021
Laporan Penghasilan
Komprehensif

Ref: Laporan Keuangan Universitas Gadjah Mada tahun 2021 84


Laporan Keuangan
Universitas Gadjah Mada
tahun 2021
Laporan Perubahan Ekuitas

Ref: Laporan Keuangan Universitas Gadjah Mada tahun 2021 85


01
Pajak Organisasi
Berorientasi Non Laba
PAJAK ATAS EBNL

Transaksi

Kewajiban
Withholding

Pajak Kewajiban Pajak


Keputusan Kewajiban atas
Manajemen EBNL Pajak EBNL Penghasilan

Kewajiban atas
Pajak Lainnya
Laporan
Keuangan

87
PAJAK DALAM LAPORAN KEUANGAN

Pajak dalam LK EBNL


• Akun pajak yang muncul biasanya utang pajak, terkait dengan kewajiban memotong
pajak pihak ketiga (PPh 21, 23, 4(2).)
• PPh 21 pemotongan pajak atas honor, gaji dan penghasilan lain yang dibayarkan
pekerja, pengurus.
• PPh 23 pemotongan pajak atas pembayaran jasa, sewa selain tanah dan
bangunan.
• PPh 4(2) pemotongan pajak final atas pembayaran sewa tanah bangunan.
• Untuk laporan kinerja / penghasilan komprehensif, jarang dijumpai beban pajak
penghasilan:
• Entitas merupakan Yayasan Pendidikan, sosial, agama sehingga atas surplus
tidak dikenakan pajak karena diinvestasikan untuk sarana dan prasarana atau
investasi lain yang tidak dikenakan pajak.
• Pendapatan yang diterima bukan merupakan obyek pajak
• Tidak menghasilkan surplus dalam periode tersebut
• Pajak tangguhan jarang dijumpai karena entitas menggunakan SAK ETAP.
KETENTUAN UMUM TATA CARA PERPAJAKAN

WAJIB PAJAK Pemeriksaan


SELF ASSESMENT

OFFICIAL ASSESMENT
Pendaftaran
Pendaftaran
(NPWP-NPPKP)
(NPWP-NPPKP) FISKUS
Penetapan
(SKP)
Pembukuan/
Pembukuan/
Pencatatan
Pencatatan
Keberatan

Pembayaran
Pembayaran (SSP) Badan
(SSP) Banding Peradilan
Pajak
Pelaporan Peninjauan Mahkamah
Pelaporan
(SPT)
(SPT)
Kembali Agung
89
UU PAJAK PENGHASILAN (UU 36/2008)
Perubahan keempat dari UU 7/1983

Ketentuan Umum
Subyek Pajak
Obyek Pajak
• Obyek; bukan obyek; pengurang dan bukan pengurang
Cara Menghitung Pajak
• Tarif, struktur modal, harga transaksi, revaluasi
Pelunasan pajak dalam Tahun Berjalan
• PPh 21; 22; 23; 24; 25; 26
Perhitungan pajak akhir tahun
• PPh 28; PPh 29
Ketentuan lain-lain; Peralihan dan Penutup

90
Ketentuan Pembukuan
Pasal 28 Ayat (1), (7) dan Penjelasan (7)

91
JENIS PAJAK
PAJAK DAERAH (UU PRD) – Diturunkan
PAJAK PUSAT (Undang Undang)
dalam Peraturan Daerah
• Pajak Penghasilan • PAJAK PROVINSI
• Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak • PKB, BBNKB, Pajak Bahan Bakar,
Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM) Kendaraan Bermotor, Air Permukaan,
• Bea Meterai Rokok
• Pajak Bumi dan Bangunan • PAJAK KABUPATEN KOTA
• Bea Perolehan Hak atas Tanah dan • Pajak Hotel, Restoran, Hiburan,
Bangunan Reklame, Penerangan Jalan, Mineral
Bukan Logam dan Batuan, Parkir, Air
Tanah, Sarang Burung Walet, PBB
Pedesaan dan Perkotaan, Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan

92
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (1 dan 1a)

Orang Pribadi (OP)

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, bersifat


menggantikan yang berhak.

Badan
Bentuk usaha tetap (BUT), merupakan subyek pajak yang
perlakuan pajaknya dipersamakan dengan subyek pajak
badan.
93
Badan
Pasal 2 Ayat (1 ) huruf b

• Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap.
• Badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah merupakan subjek pajak tanpa
memperhatikan nama dan bentuknya sehingga setiap unit tertentu dari badan Pemerintah,
misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk memperoleh
penghasilan merupakan subjek pajak.
• Dalam pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi, persatuan, perhimpunan, atau
ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sama.

EBNL berbentuk yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, organisasi


lainnya, asosiasi, perhimpunan, ikatan pihak mempunyai kepentingan yang sama,
tidak dikecualikan sebagai subyek pajak
94
PERHITUNGAN PAJAK BADAN
▪ Pajak perusahaan dihitung dari penghasilan kena pajak x tarif PPh Badan
▪ Penghasilan kena pajak = penghasilan menurut pajak (dikurangi penghasilan yang
dikenakan pajak final – bukan obyek pajak) – beban yang boleh dikurangkan.
▪ Diperoleh dari laba sebelum pajak menurut akuntansi – dilakukan koreksi fiskal karena
terdapat perbedaan temporer atau permanen
▪ Pajak dalam satu tahun fiskal → pajak kini perusahaan
▪ Pajak dalam satu tahun fiskal dikurangkan dengan pajak yang telah dibayar melalui
angsuran dan yang telah dipotong pihak lain untuk menentukan jumlah pajak yang kurang
(29) atau lebih bayar (28) dalam tahun fiskal tersebut → diakui dalam laporan keuangan
sebagai utang PPh Badan
▪ Perbedaan temporer → dikalikan tarif akan menghasilkan → pajak tangguhan
▪ Total beban pajak perusahaan = beban pajak kini dan pajak tangguhan
▪ Pajak atas Penghasilan Perusahaan
▪ Dibayar langsung oleh perusahaan :
▪ Angsuran pajak (PPh 25)
▪ Pembayaran pajak akhir tahun (PPh 28/29)
▪ Dipotong oleh pihak lain (22, 23)
95
Menentukan Penghasilan

Definisi dan jenis-jenis penghasilan yang dikenakan pajak – Pasal 4(1)

Penghasilan yang dikenakan pajak final – Pasal 4(2)

Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak – Pasal 4(3)

Beban yang boleh dikurangkan Pasal 6

Beban yang tidak boleh dikurangkan Pasal 9

Ketentuan lain: transaksi hubungan istimewa, perbandingan utang


/modal. Pasal 18
Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)

Merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang:


- Diterima atau diperoleh wajib pajak.
- Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.
- Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak.

Dengan nama dan dalam bentuk apapun

97
Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (1)

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang


diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya termasuk natura dan/atau kenikmatan*, kecuali ditentukan
lain dalam UU Pajak Penghasilan;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. Laba usaha;

*Imbalan natura yang diterima selain yang memenuhi persyaratan akan


menjadi penghasilan bagi penerimanya dan menjadi beban bagi perusahaan
yang mengeluarkannya: fasilitas kendaraan, rumah (kecuali yang secara
khusus diperkenakan dalam UU dan peraturan
Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (1)

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran
tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis,
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah;
Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (1)

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;


m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang - Undang yang mengatur mengenai ketentuan
umum dan tata cara perpajakan; dan
s. Surplus Bank Indonesia.
Objek Pajak Dikenai Pajak Final
Pasal 4 Ayat (2)

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Definisi Pajak Final

Pajak yang terutang dan dibayarkan seketika penghasilan


diperoleh atau diterima. Pemotongan dilakukan oleh pemberi
penghasilan, atau pihak lain yang ditentukan.

Ketika dilakukan penghitungan pajak terutang di akhir tahun,


penghasilan yang dikenakan pajak final bukan sebagai penambah
penghasilan dan pajak final tidak dapat menjadi kredit pajak.
Pajak Final = pajak selesai dengan pembayaran tersebut
Peraturan Pelaksana Pajak Final
Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek.
PP No. 14 Tahun 1997
Penghasilan dari bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI.
PP No. 131 Tahun 2000
Penghasilan dari hadiah undian. PP No. 132 Tahun 2000
Penghasilan dari persewaan tanah dan/ atau bangunan. PP No. 5 Tahun 2002
Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan.
PP No. 71 Tahun 2008
Penghasilan berupa bunga/ diskonto obligasi yang dijual di bursa efek.
PP No. 16 tahun 2009
Penghasilan dari usaha jasa konstruksi. PP No. 40 Tahun 2009

Penghasilan dari UMKM. PP No. 23 Tahun 2018


Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (3)

a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat, infak, dan sedekah yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan
b. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan;
c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (3)

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam
bentuk natura dan/atau kenikmatan, meliputi:
1. makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;
2. natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu;
3. natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi kerja dalam pelaksanaan
pekerjaan;
4. natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa; atau
5. natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan tertentu; ******)
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
f. dividen atau penghasilan lain dengan ketentuan sebagai berikut:
1. dividen yang berasal dari dalam negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak:
a) orang pribadi dalam negeri sepanjang dividen tersebut diinvestasikan di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu tertentu; dan/atau
b) badan dalam negeri;
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (5)
Pasal 4 Ayat (3)

l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu; ******)


m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah
terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih
tersebut; *******)
n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada Wajib Pajak tertentu; ******)
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (5)
Pasal 4 Ayat (3) & UU Ciptaker

o. dana setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dan/atau BPIH khusus, dan
penghasilan dari pengembangan keuangan haji dalam bidang atau instrumen
keuangan tertentu, diterima Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
p. sisa lebih yang diterima/diperoleh badan atau lembaga sosial dan keagamaan yang
terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana sosial dan keagamaan dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, atau ditempatkan sebagai dana
abadi, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan
Kewajiban Pajak Yayasan Pendidikan

• Wajib pajak berkewajiban setor dan lapor SPT Tahunan PPh Badan atas sisa
lebih atau laba yayasan yang berasal dari objek pajak jika setelah dalam
jangka waktu 4 tahun tidak digunakan untuk kebutuhan pembangunan
gedung dan sarana-prasarana yayasan pendidikan itu sendiri.
• Wajib pajak tidak berkewajiban setor PPh Pasal 29 SPT Tahunan PPh Badan
jika dalam jangka waktu 4 tahun sisa laba yayasan pendidikan digunakan
untuk melakukan pembangunan gedung dan sarana-prasarana. Yang wajib
dilakukan wajib pajak adalah melaporkan SPT Tahunan PPh Badan Nihil.
• Wajib pajak berkewajiban setor dan lapor PPh pasal 25 bulanan jika terdapat
PPh pasal 25 yang harus disetorkan.
Kewajiban Pajak Yayasan Pendidikan
Pasal 4 Ayat (3) huruf m

• Wajib pajak memiliki kewajiban potong, setor, dan lapor PPh Pasal 21 atas
kegiatan yang merupakan objek pajak PPh 21 seperti gaji guru dan karyawan
lainnya, juga PPh Pasal 21 atas jasa arsitek pembangunan gedung yayasan
pendidikan tersebut.
• Wajib pajak berkewajiban untuk potong, setor, dan lapor PPh Pasal 4 ayat 2
atas kegiatan pembangunan gedung yang dilakukan kontraktor maupun pihak
lain atas semua kegiatan jasa konstruksi lain.
• Wajib pajak berkewajiban potong, setor, dan lapor PPh Pasal 23 atas kegiatan
yang memang merupakan objek PPh Pasal 23. Misalnya sewa kendaraan, jasa
katering, dan jasa lain objek PPh Pasal 23 lainnya.
• PPh Pasal 26 dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh Warga Negara
Asing (WNA Orang Pribadi atau Badan Usaha).
Penghasilan Yayasan Pendidikan
Pasal 4 Ayat (3) huruf m

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari usaha pekerjaan, kegiatan, atau jasa.
1. Uang pendaftaran dan uang pangkal.
2. Uang seleksi penerimaan siswa/mahasiswa/peserta pendidikan.
3. Uang pembangunan gedung/pengadaan prasarana atau pembayaran lainnya
dengan nama apapun yang berkaitan dengan keberadaan
siswa/mahasiswa/peserta pendidikan.
4. Uang SPP, uang SKS, uang ujian, uang kursus, uang seminar/lokakarya, dsb.
5. Penghasilan dari kontrak kerja dalam bidang penelitian dll.
6. Penghasilan lainnya yang berkaitan dengan jasa penyelenggaraan
pengajaran/pendidikan/pelatihan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
2. Sewa dan imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
3. Keuntungan dari pengalihan harta termasuk keuntungan pengalihan harta yang
awalnya berasal dari bantuan sumbangan maupun hibah.
Bukan Obyek Pajak Penghasilan

• Bantuan atau sumbangan.


• Harta hibahan yang diterima oleh yayasan atau organisasi yang sejenis
sebagai badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial
sebagaimana dimaksud dalam KMK No. 604/KMK.04/1994, sepanjang
tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak yang memberi dengan pihak yang menerima.
Apabila bantuan atau hibah tersebut berupa harta yang dapat disusutkan
atau diamortisasi, harta tersebut harus dibukukan oleh pihak yang
menerima sesuai dengan nilai sisa buku pihak yang memberikan.
• Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh yayasan yang
sejenis dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia.
• Bantuan atau sumbangan dari pemerintah.
Sisa Lebih Yayasan Pendidikan

• Sisa Lebih adalah selisih dari seluruh penerimaan yang merupakan objek PPh
selain penghasilan yang dikenakan PPh tersendiri, dikurangi dengan pengeluaran
untuk biaya operasional sehari-hari badan atau lembaga nirlaba. (Pasal 1 ayat (2)
PMK 80/PMK.03/2009 dan Pasal 1 angka 1 PER-44/PJ/2009).
SISA LEBIH = SELURUH PENERIMAAN - BIAYA OPERASIONAL SEHARI-HARI
"Sisa Lebih" sama dengan "Keuntungan/Laba"
• Biaya operasional sehari-hari adalah biaya yang mempunyai hubungan langsung
maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha untuk kegiatan Mendapatkan,
Menagih, dan Memelihara penghasilan yang merupakan objek PPh selain
penghasilan yang dikenakan PPh tersendiri. (Pasal 1 angka 2 PER-44/PJ/2009)
• Badan atau lembaga nirlaba yang diatur dalam ketentuan ini adalah badan atau
lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang
penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya. (Pasal 1 ayat (3) PMK 80/PMK.03/2009 dan Pasal 1 angka 3 PER-
44/PJ/2009)
Sisa Lebih Yayasan Pendidikan

1.Sisa Lebih dikecualikan sebagai Objek PPh, jika:


1. Ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan bersifat terbuka kepada pihak manapun,
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut (Pasal 2
ayat (1) PMK 80/PMK.03/2009 dan Pasal 2 ayat (1) PER-44/PJ/2009).
▪ Pembangunan dan Pengadaan Sarana dan Prasarana adalah: pembelian, pengadaan dan/atau
pembangunan fisik sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan yang meliputi: (Pasal 1 ayat (4)PMK 80/PMK.03/2009 dan Pasal 1 angka 4 PER-
44/PJ/2009)
▪ pembelian atau pembangunan gedung dan prasarana kegiatan pendidikan, penelitian dan
pengembangan termasuk pembelian tanah sebagai lokasi pembangunan gedung dan
prasarana tersebut;
▪ pengadaan sarana dan prasarana kantor. laboratorium dan perpustakaan; atau
▪ pembelian atau pembangunan asrama mahasiswa, rumah dinas, guru, dosen atau
karyawan, dan sarana prasarana olahraga, sepanjang berada di lingkungan atau lokasi
lembaga pendidikan formal.
Sisa Lebih Yayasan Pendidikan
2. Sisa Lebih dapat dikenakan PPh (Objek PPh) jika:
• Setelah lewat jangka waktu 4 (empat) tahun sejak sisa lebih diperoleh, Badan atau Lembaga Nirlaba tidak
menggunakan Sisa Lebih atau masih terdapat Sisa Lebih yang tidak digunakan untuk pembangunan dan
pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, maka Sisa
Lebih tersebut diakui sebagai penghasilan dan dikenakan PPh pada tahun pajak berikutnya setelah lewat
jangka waktu 4 (empat) tahun tersebut.(Pasal 6 (1) PER-44/PJ/2009)
• Dalam jangka waktu 4 (empat) tahun sejak sisa lebih diperoleh, terdapat Sisa Lebih yang digunakan selain
untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan, maka Sisa Lebih tersebut diakui sebagai penghasilan dan dikenakan PPh sejak tahun
diperoleh sisa lebih tersebut.(Pasal 6 (2) PER-44/PJ/2009)
• Apabila Badan atau Lembaga Nirlaba menggunakan Sisa Lebih untuk pembangunan dan pengadaan sarana
dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan namun tidak menyampaikan
pemberitahuan rencana fisik sederhana dan rencana biaya (Pasal 2 ayat (2) PER-44/PJ/2009) dan tidak
membuat pernyataan, pencatatan dan laporan (Pasal 5 PER-44/PJ/2009) maka Sisa Lebih tersebut diakui
sebagai penghasilan dan dikenakan PPh sejak tahun diperoleh sisa lebih tersebut. (Pasal 6 (3) PER-
44/PJ/2009)
• Pengenaan PPh atas sisa lebih yang terutang PPh ditambah dengan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
(Pasal 6 (4) PER-44/PJ/2009)
CONTOH
• Yayasan Kenanga Harum yang bergerak di bidang pendidikan dan
telah terdaftar di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
• Pada tahun 2015 dalam laporan keuangannya mempunyai sisa
lebih sebesar Rp 800 Juta.
• Jika dalam jangka waktu 4 (empat) tahun sejak 2015 atau paling
lama 2019) Yayasan Kenanga Harum menggunakan seluruh sisa
lebih senilai Rp 800 Juta untuk membangun sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan, (misalnya untuk membangun
gedung olahraga), maka atas Sisa Lebih Rp 800 Juta tersebut
dikecualikan dari objek pajak (bukan objek pajak), sehingga tidak
ada PPh yang terutang atas Sisa Lebih Rp 800 Juta tersebut.
Kewajiban Yayasan Pendidikan

Badan atau Lembaga Nirlaba yang menggunakan Sisa Lebih untuk pembangunan dan pengadaan
sarana dan prasarana wajib membuat: (Pasal 5 PER-44/PJ/2009) Pernyataan bahwa:
• Sisa Lebih akan digunakan untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya Sisa Lebih tersebut,
dan
• Sisa Lebih tidak digunakan pada tahun diperolehnya tersebut akan digunakan untuk pembangunan
gedung dan prasarana pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan paling lama 4 (empat)
tahun sejak diperolehnya Sisa Lebih tersebut.
• pernyataan ini merupakan Lampiran dalam Surat Pemberitahuan Tahunan PPh (SPT Tahunan PPh)
untuk tahun pajak diperolehnya Sisa Lebih tersebut.
• Pencatatan tersendiri atas Sisa Lebih yang diterima dan digunakan setiap tahun; dan
• Laporan mengenai penyediaan penggunaan Sisa Lebih dan menyampaikannya kepada Kepala KPP
tempat WP terdaftar, dalam Lampiran SPT Tahunan PPh.
Pembukuan

Bagi Sisa Lebih yang akan dipakai untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan: (Pasal 3 dan Pasal 4 PER-44/PJ/2009)
1. Sisa Lebih yang diterima/diperoleh yang akan digunakan untuk pembangunan dan pengadaaan
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan dialihkan ke
akun dana pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan; (Pasal 3 PER-44/PJ/2009)
2. Pembukuan atas pengunaan dana pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan dilakukan dengan cara: (Pasal 3 PER-
44/PJ/2009)
mendebet:
▪ akun aktiva; dan
▪ akun dana pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan
mengkredit:
▪ - kas atau utang; dan
▪ - akun modal badan atau lembaga nirlaba
Pembukuan

3. Atas pengeluaran untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan yang berasal dari Sisa Lebih, tidak boleh dilakukan
penyusutan. (Pasal 4 (1) PER-44/PJ/2009)
4. Apabila pembangunan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan dibiayai dengan dana pinjaman, biaya bunga atas dana pinjaman tersebut
ditambahkan ke harga perolehan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian
dan pengembangan tersebut. (Pasal 4 (2) PER-44/PJ/2009)
5. Jika ada biaya bunga atas pinjaman yang terutang atau dibayarkan setelah selesainya proses
pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan dapat dibebankan sebagai biaya badan atau lembaga nirlaba. (Pasal 4 (3) PER-
44/PJ/2009)
6. Dalam hal dana pinjaman diterima/diperoleh sebelum diperolehnya Sisa Lebih dan dipergunakan
untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan, biaya bunga atas dana pinjaman tersebut diperlakukan sebagai
bagian dari harga perolehan sarana dan prasarana tersebut.(Pasal 4 (4) PER-44/PJ/2009)
Regulasi Lembaga Pendidikan

1. PMK-80/PMK.03/2009 tentang Sisa Lebih yang


Diterima atau Diperoleh Badan atau Lembaga
Nirlaba yang Bergerak Dalam Bidang Pendidikan
dan/ atau Bidang Penelitian dan Pengembangan
yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan.
2. PER-44/PJ/2009 tentang Pelaksanaan Pengakuan
Sisa Lebih Yang Diterima atau Diperoleh Badan
atau Lembaga Nirlaba yang Bergerak Dalam
Bidang Pendidikan dan/atau Bidang Penelitian
dan Pengembangan yang Dikecualikan dari Objek
Pajak Penghasilan.
Sisa Lebih Lembaga Sosial atau Keagamaan
1. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 18 Tahun
2021 – Pelaksana Ciptaker
• Sisa lebih yang diterima akan mendapatkan
pengecualian dari objek pajak apabila lembaga
sosial atau keagamaan menggunakan paling
sedikit 25% dari sisa lebih untuk pembangunan
dan pengadaan sarana prasarana sosial atau
keagamaan. Apabila masih terdapat sisa dari
pembangunan tersebut maka akan dialokasikan
sebagai dana abadi.
Sisa Lebih Lembaga Sosial atau Keagamaan

• Menurut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 68 Tahun 2020 Pasal 4


ayat 2, Sisa Lebih merupakan selisih lebih dari perhitungan dari seluruh
penghasilan yang diperoleh selain penghasilan yang dikenai PPh yang bersifat
final dan atau bukan objek PPh serta dikurangi biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan tersebut.
• Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 80 tahun 2009, menjelaskan
bahwa Sisa Lebih merupakan selisih dari seluruh penerimaan yang merupakan
objek PPh selain penghasilan yang dikenakan PPh tersendiri pengeluaran
dikurangi dana operasional sehari - hari dari badan atau lembaga nirlaba. →
dicabut dan digantikan dengan PMK Nomor 68 Tahun 2020 dengan penjelasan
yang lebih detail
04
ISU DALAM PENERAPAN
ISAK 35
Nama Laporan Keuangan
▪ Apakah entitas berorientasi nonlaba boleh laporan keuangannya sesuai dengan PSAK 45,
saja hanya 4 laporan keuangan.
▪ Komponen dan nama laporan keuangan
▪ Komponen laporan keuangan sebaiknya mengikuti PSAK 1 tetap lengkap sebanyak 5
laporan → menambahkan Laporan Perubahan Aset Neto.
▪ Untuk nama Laporan Aktivitas dapat dipertahankan atau dapat menggunakan nama lain
jika Entitas ingin merubahnya.
▪ Penggunaan nama akun aset neto dan pembatasan aset neto: dapat dipertahankan jika
keadaan EBNL mencerminkan kondisi tersebut. Namun dapat juga dirubah karena nama
lain lebih tepat, misal tetap menggunakan nama ekuitas karena EBNL ini dimiliki atau
bagian dari entitas pemerintah dan sehingga merupakan bagian dari kekayaannya milik
negara.
▪ Jika tidak ada perubahan lain dalam aset neto, kecuali yang telah disajikan dalam laporan
aktivitas, entitas diperkenankan tidak menyajikan laporan perubahan aset neto. Perubahan
aset neto secara otomatis akan menambah saldo awal aset neto untuk menghasilan aset neto
akhir di laporan posisi keuangan (Ref SAK ETAP)
Konsolidasi Laporan Keuangan

▪ Yayasan memiliki unit bisnis yang beorientasi non laba misalkan memiliki
perusahaan komersial
▪ Standar akuntansi yang akan dipilih:
▪ PSAK dan SAK EP
▪ Laporan keuangan Yayasan harus mengkonsolidasikan entitas bisnis yang
dimilikinya dalam laporan keuangan Yayasan tersebut.
▪ SAK ETAP
▪ Kepemilikan perusahaan akan diakui sebagai investasi yang dicatat
dengan menggunakan metode ekuitas
▪ Penggunaan metode ekuitas akan menghilangkan pelaporan aktivitas
perusahaan di bawah Yayasan dengan lebih jelas, karena tidak terlihat
nilai pendapatan, beban, aset dan liabilitasnya dalam LK Yayasan.
Imbalan Kerja

▪ Apakah yayasan mengakui kewajiban imbalan pasca kerja untuk


pekerjanya.
▪ Yayasan seperti halnya memiliki kewajiban untuk memenuhi ketentuan
perjanjian kontraktual dengan pekerja atau UU Ketenakerjaan.
▪ Semua konsekuensi pembayaran kepada pekerja diakui dalam laporan
keuangan:
▪ Jika dalam perjanjian kontrak kerja, pekerja mendapat hak
memperoleh pensiun dan pesangon di akhir masa kerja maka akan
diakui kewajiban imbalan pasti.
▪ Jika tidak ada ketentuan tersebut dalam kontrak kerja, maka
akan dihitung kewajiban imbalan pasti sesuai dengan ketentuan
UU Ketenagakerjaan
▪ Entitas mengakui kewajiban imbalan pasti sesuai dengan ketentuan
PSAK / SAK ETAP
Dwi Martani - 081318227080
martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/

Anda mungkin juga menyukai