ABSTRAK
Pertumbuhan jumlah penduduk dan perekonomian di Kota Bekasi, berdampak pada
meningkatnya volume kendaraan dan menimbulkan kemacetan pada jam puncak khususnya
Bundaran Tugu Bambu Runcing. Sehingga, menyebabkan kinerja bundaran menjadi rendah. Hal
ini, mendorong dilakukannya penelitian untuk menganalisis karakteristik, kinerja dan manajemen
lalu lintas agar kinerja pada bundaran tersebut meningkat. Strategi yang digunakan dalam studi ini
adalah pengumpulan data menggunakan pedoman MKJI 1997 sebagai tolak ukurnya. Bersumber
pada hasil survei di lapangan, karakteristik bundaran tidak memiliki kesesuaian terhadap desain
geometri yang telah ditetapkan. Meninjau kondisi aktual, analisis kinerja di hari Sabtu, 11
Desember 2021 ditemukan nilai derajat kejenuhan (DS) bundaran 1,183 dengan tundaan bundaran
rata-rata sebesar 40,45 det/smp dan peluang antrean 76% - 133%. Sedangkan, di hari Senin, 13
Desember 2021 ditemukan nilai derajat kejenuhan (DS) bundaran 1,046 dengan tundaan bundaran
rata-rata sebesar 34,83 det/smp dan peluang antrean 47% - 91%. Maka tingkat pelayanan bundaran
dapat dikategorikan F. Untuk pengendalian kinerja simpang pada Bundaran Tugu Bambu Runcing
perlu dilakukan solusi alternatif penerapan manajemen lalu lintas yaitu dengan sistem ganjil-
genap. Dari hasil analisis, ditemukan nilai DS ≤ 0,85 dengan kategori tingkat pelayanan bundaran
adalah C kondisi arus stabil.
ABSTRACT
The growth in population and economy in the city of Bekasi, has an impact on increasing the
volume of vehicles and causing congestion at peak hours, especially the Tugu Bambu Runcing
roundabout. Thus, causing the performance of the roundabout to be low. This has prompted
research to analyze the characteristics, performance and traffic management in order to improve
performance at the roundabout. The strategy used in this study is to collect data using the 1997
MKJI guidelines as a benchmark. Based on the results of the survey in the field, the characteristics
of the roundabout do not match the predetermined geometric design. Reviewing actual conditions,
performance analysis on Saturday, December 11, 2021, found the value of the degree of saturation
(DS) for the roundabout 1.183 with an average roundabout delay of 40.45 sec/pcu and a queue
probability of 76% - 133%. Meanwhile, on Monday, December 13, 2021, it was found that the
degree of saturation (DS) of the roundabout was 1.046 with an average roundabout delay of 34.83
sec/pcu and a queue probability of 47% - 91%. Then the level of service at the roundabout can be
categorized as F. To control the performance of the intersection at the Tugu Bambu Runcing
Roundabout, it is necessary to implement an alternative solution for implementing traffic
management, namely the odd-even system. From the results of the analysis, it was found that the
value of DS 0.85 with the roundabout service level category is C with stable current conditions.
281
A. PENDAHULUAN Tujuan yang harus dipenuhi dalam
Kota Bekasi adalah salah satu kota luar penelitian ini adalah menganalisis
pendukung ibukota Jakarta, yang terletak di karakteristik, kinerja, dan penerapan
Provinsi Jawa Barat. Bersamaan dengan manajemen lalu lintas yang sesuai sebagai
perkembangan yang semakin cepat dan alternatif pemecahan solusi pengendalian
meningkat baik teknologi, laju pertumbuhan kinerja bundaran Tugu Bambu Runcing.
ekonomi dan populasi menjadikan wilayah Kota
Bekasi sebagai portabilitas utama orang dan B. STUDI PUSTAKA
kendaraan. Hal ini mengakibatkan meningkatnya B.1 Bundaran
kebutuhan sarana dan prasarana di bidang Bundaran merupakan titik persimpangan
transportasi. Jika peningkatan tersebut tidak dimana lalu lintas langsung mencakup suatu
diimbangi dengan kualitas dan kuantitas dalam pulau jalan berbentuk bundar yang letaknya
pengaturan kerangka kerja yang ideal maka, berada di konvergensi. Untuk area jalinan
dapat berpeluang menyebabkan masalah bundaran, teknik dan komponen yang
kepadatan dan kemungkinan terjadinya digambarkan dalam MKJI 1997 memiliki
kecelakaan yang dapat menghambat pergerakan dasar empiris. Ditentukan bahwa dalam
arus lalu lintas. standar melayani jalan, disiplin lajur dan antri
Titik kepadatan yang secara teratur terjadi tidak mungkin memakai tolak ukur yang besar
pada bagian jalinan adalah persimpangan. dalam pengambilan celahnya. Nilai modifikasi
Dengan ini, dibutuhkan prasarana untuk untuk peubah data tinjau menimbang bahwa
membantu merancang lalu lintas yaitu medan datar dilampirkan pada Tabel 1 di
memanfaatkan pemasangan bundaran. Bundaran bawah ini.
(roundabout) adalah salah satu prasarana
Tabel 1. Rentang Variasi Data Empiris
alternatif untuk mengendalikan arus lalu lintas
Untuk Variabel Masukan
pada simpang yang menjadi fokus pengumpulan
jalan yang berbeda dengan tingkat arus lalu
lintas yang cukup rendah atau disesuaikan pada
setiap lengannya (MKJI, 1997).
Bundaran Tugu Bambu Runcing secara
konsisten dilintasi oleh kendaraan yang berbeda (Sumber: MKJI 1997)
misalnya transportasi umum roda empat mulai Contoh bagian jalinan bundaran antara dua
dari kapasitas kecil hingga besar, mobil, motor, aktivitas lalu lintas yang bergabung dan
becak dan lain-lain yang menyebabkan memisah dengan 4 lengan terlihat pada
kemacetan di ruas jalan sehingga terjadi antrean Gambar 1 berikut.
dan tundaan (delay), terkhusus pada jam-jam
puncak. Selain itu, keadaan lingkungan di sekitar
bundaran Tugu Bambu Runcing adalah wilayah
pertokoan dan tempat perpindahan moda
transportasi darat di mana ada banyak kendaraan
yang berhenti dan parkir liar, menaikkan dan
menurunkan penumpang, serta keluar-masuk dari
pinggir jalan dan ke jalan sehingga Gambar 1. Bagian Jalinan Bundaran
mempengaruhi efektivitas bundaran tersebut. (Sumber: MKJI, 1997)
Dimana:
W1;W2 = lebar masuk/lebar
pendekat WW = lebar jalinan
LW = panjang jalinan
282
Derajat kejenuhan (DS) yaitu perbandingan
Kondisi geometri digambarkan sebagai sketsa
arus terhadap kapasitas yang mana dijadikan
yang mana didalamnya ada beberapa informasi
sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat
mengenai lebar jalan, batas sisi jalan dan lebar
kinerja simpang berikut segmen jalan (MKJI,
median, serta petunjuk arah untuk setiap lengan
1997). Persamaan 3 berikut digunakan untuk
persimpangan dapat dilihat pada Gambar 2
menghitung derajat kejenuhan.
berikut.
DS = Qsmp (3)
C
Dimana:
Qsmp = arus total (smp/jam),
dihitung dengan persamaan,
Qsmp = Qkend x Fsmp
Qsmp = faktor smp, dihitung
dengan persamaan,
Fsmp = ((LV% x empLV) + (HV% x empHV) +
(MC% x empMC)) / 100
Gambar 2. Sketsa Masukan Geometri Bundaran B.4 Tundaan pada Bagian Jalinan
(Sumber: MKJI, 1997) Bundaran
Tundaan ialah waktu tambahan yang
B.2 Kapasitas Bundaran dibutuhkan untuk melalui bundaran
Kapasitas dasar (C0) tergantung dari lebar dibandingkan dengan lintasan tanpa melalui
jalinan (WW), skala masuk rata-rata/lebar jalinan bundaran. Maka dari itu tundaan pada bagian
(WE/WW), skala menjalin (PW) dan skala jalinan terjadi karena dua alasan yaitu:
lebar/panjang jalinan (WW/LW), dapat dihitung 1. Tundaan lalu lintas (DT), yang ditimbulkan
menggunakan Persamaan 1 berikut. karena interaksi lalu lintas dengan gerakan
C0 = 135 x W 1,3 x (1 + W /W )1,5 x (1 lalu lintas yang tidak searah.
– PW/3)0,5 x (1 + WW/LW)-1,8 2. Tundaan geometrik (DG), ditimbulkan
C0 = Faktor WW x faktor WE/WW x faktor PW x karena perlambatan dan percepatan
faktor WW/LW (1) kendaraan yang beralih arah di simpang.
Dimana: Untuk DS ≤ 0,85
C0 = kapasitas dasar (smp/jam) DT = 2 + 2,68982 x DS – ((1 – DS) x 2)
Kapasitas total bagian jalinan (C) adalah Sedangkan, untuk DS > 0,85
kapasitas dasar (C0) yakni kapasitas pada kondisi
spesifik (ideal) dikalikan faktor penyesuaian (F) DT = ((1 - DS) x 2))
dengan memperhitungkan pengaruh kondisi
Tundaan lalu lintas bundaran (DTR) adalah
sesungguhnya di lapangan terhadap
tundaan rata-rata per kendaraan yang menerus
kapasitasnya. Berikut Persamaan 2 yang
ke dalam bundaran, ditentukan menggunakan
digunakan.
Persamaan 4 berikut.
C = C0 x FCS x FRSU (2)
DTR = Ʃ(Qi x DTi)/Qmasuk ; i = 1…n
Dimana:
(4) Tundaan bundaran rata-rata (DR),
C = kapasitas (smp/jam)
DR = DTR + 4
FCS = faktor penyesuaian ukuran kota
(det/smp) Dimana:
FRSU = faktor penyesuaian tipe lingkungan
DR = tundaan bundaran
jalan, hambatan samping dan kendaraan tak
rata-rata (det/smp)
bermotor
i = bagian jalinan i dalam bundaran
B.3 Derajat Kejenuhan
283
n = jumlah bagian jalinan dalam Proses studi ini menggunakan metode
bundaran pengumpulan data yang mana perlu dilakukan
Qi = arus total lapangan pada bagian beberapa survei diantaranya survei geometrik,
jalinan i (smp/jam) survei lalu lintas dan dokumentasi. Setelah
DTi = tundaan lalu lintas rata-rata pada mendapatkan data yang diperlukan, kemudian
bagian jalinan i (det/smp) dapat dilakukan analisis dan perhitungan
Qmasuk = jumlah arus total yang masuk berdasarkan pedoman MKJI 1997. Agar lebih
bundaran (smp/jam) terstruktur disajikan dalam bentuk bagan
tahapan penelitian seperti pada Gambar 3.
B.5 Peluang Antrean
Peluang antrean didapatkan dari hubungan
empiris antara peluang antrean (QP) dan derajat
kejenuhan (DS), dihitung menggunakan
Persamaan 5 dan Persamaan 6 di bawah ini.
Batas atas, QP = 26,65 x DS – (55,55 x DS)2 +
(108,57 x DS)3 (5)
Batas bawah, QP = 9,41 x DS +
(29,967 x DS)4,619 (6)
284
jam puncak di hari Sabtu dan Senin digunakan
Rekapitulasi perhitungan perilaku lalu lintas
penerapan sistem ganjil-genap. Adapun, hasil
bundaran pada jam puncak sore di hari Sabtu,
analisis kinerjanya sebagai berikut.
13 Desember 2021 dapat dilihat Tabel 4 berikut.
Tabel 6. Kinerja Bundaran
Tabel 4. Perilaku Lalu Lintas Bagian Jalinan
Alternatif Manajemen Demand
Kondisi Eksisting Sabtu Sore
Bagian Arus Bagian Derajat Tundaan Lalu Tundaan Lalu Lintas
Peluang
Antrian
QP% Tingkat Sabtu Sore Peluang
Jalinan Jalinan Q Kejenuha Lintas DT Total DTTOT Pelayanan Bagian Arus Bagian Derajat Tundaan Lalu Tundaan Lalu Lintas Antrian Tingkat
smp/jam det/smp det/jam Batas Atas Batas Bawah QP%
n DS Jalinan Jalinan Q Kejenuha Lintas DT Total DTTOT Pelayanan
AB 3218 0,899 8,16 26257 58 27 E smp/jam det/smp det/jam Batas Atas Batas Bawah
n DS
BC 2688 0,872 7,22 19407 53 24 E AB 1552 0,458 2,15 3334 11 5 C
CD 4242 1,183 -33,59 -142479 133 76 F BC 1295 0,444 2,08 2698 10 5 C
DA 4449 1,104 85,34 379686 108 58 F CD 2070 0,610 2,86 5924 20 9 C
DS dari jalinan DSR 1,015 Total 282872 DA 2175 0,570 2,67 5817 17 8 C
Tundaan lalu lintas bundaran rata-rata DTR det/smp 36,45 DS dari jalinan DSR 0,521 Total 17772
Tundaan bundaran rata-rata DR (DTR+4) det/smp 40,45 Tundaan lalu lintas bundaran rata-rata DTR det/smp 4,73
Peluang antrian bundaran QPR% (nilai maksimum) 133 76 Tundaan bundaran rata-rata DR (DTR+4) det/smp 8,73
Peluang antrian bundaran QP% (nilai maksimum) 20 9
Tabel 5 berikut.
Jalinan Jalinan Q Kejenuha Lintas DT Total DTTOT Pelayanan
smp/jam det/smp det/jam Batas Atas Batas Bawah
n DS
AB 1534 0,452 2,12 3249 10,71 5,01 C
BC 1270 0,436 2,05 2599 10,07 4,76 C
Tabel 5. Perilaku Lalu Lintas Bagian Jalinan CD
DA
1754
2009
0,516
0,525
2,42
2,46
4247
4946
13,89
14,39
6,27
6,47
C
C
Kondisi Eksisting Senin Pagi Peluang
DS dari jalinan DSR 0,482 Total
Tundaan lalu lintas bundaran rata-rata DTR det/smp
15041
4,31
Bagian Arus Bagian Derajat Tundaan Lalu Tundaan Lalu Lintas Antrian Tingkat
QP% Tundaan bundaran rata-rata DR (DTR+4) det/smp 8,31
Jalinan Jalinan Q Kejenuha Lintas DT Total DTTOT Pelayanan Peluang antrian bundaran QP% (nilai maksimum) 14,39 6,47
smp/jam det/smp det/jam Batas Atas Batas Bawah
n DS
AB 3233 0,901 8,23 26597 58 27 E
BC
CD
2698
3734
0,876
1,040
7,36
21,88
19854
81714
54
90
25
46
E
F (Sumber: Hasil Analisis Data, 2021)
DA 4229 1,046 23,72 100293 91 47 F
286