Anda di halaman 1dari 67

IDENTIFIKASI MOLLUSCA JENIS KEONG DI PERSAWAHAN

DESA LAMBUR LUAR

SKRIPSI

Oleh

DEDE RANGGA WIJAYA


NIM. TB. 131033

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
IDENTIFIKASI MOLLUSCA JENIS KEONG DI PERSAWAHAN
DESA LAMBUR LUAR

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana


Pendidikan

Oleh

DEDE RANGGA WIJAYA


NIM. TB. 131033

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
PERSEMBAHAN

Puji syukur berkat kehadirat Allah SWT, atas segala kenikmatan dan kesempatan
yang selalu diberikan ditengah-tengah perjalanan hidup hamba-Nya. Shalawat
teriring salam tidak lupa pula selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW, yang cinta dan setianya berpendar-pendar sehingga terciptalah
kedamaian sebagaimana yang telah diajarkannya, atas nikmat yang diberikan
Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Yang paling utama dari segalanya..Sembah Sujud Serta Syukur Kepada Allah
SWT. Taburan Cinta dan Kasih Sayang-Mu telah memberiku kekuatan,
membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta.
Saya persembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat aku sayangi
dan aku cintai, sebagai tanda baktiku, hormatku, dan rasa terima kasihku terhadap
orang yang saya cintai. Aku persembahkan karya kecilku kepada AYAHANDA
ku (KAHARUDDIN ANDRI) yang telah mengorbankan jiwa raganya hanya
untuk kepentingan anak-anaknya dan IBUNDAKU (MELFA HIDAYATI
PASARIBU) meski engkau telah tiada, namun pengorbananmu dan kasih
sayangmu takkan lekang oleh waktu. Dan teruntuk saudarku kakak ( eka, fitri,
leni dan bayu) serta adindaku ( rezha ) terima kasih atas doa dan bantuan kalian,
hanya karya kecil ini yang dapat kupersembahkan.
Teruntuk dosen-dosenku terima kasih atas segala arahan dan bimbigan yang telah
kau berikan kepadaku, dan teman seperjuangku (STC SQUAD) terima kasih atas
dukungan, doa, nasehat, dan semangat yang telah kalian berikan.
Untuk tujuan yang ingin dicapai, dan untuk impian yang dikejar, maka terusla
berjuang belajar, berusaha dan berdoa.
‘Amin, Amin Ya Robbal Alamin’
MOTTO

‫علَ ٰى ِرجْ لَي ِْن َو ِم ْن ُه ْم‬ ْ َ‫علَ ٰى ب‬


َ ‫طنِ ِه َو ِم ْن ُه ْم َم ْن يَ ْمشِي‬ َ ‫َّللاُ َخلَقَ كُ هل دَابه ٍة ِم ْن َماءٍ ۖ فَ ِم ْن ُه ْم َم ْن يَ ْمشِي‬
‫َو ه‬

(٤٥:‫يءٍ قَدِير)النور‬ َ ‫علَ ٰى كُ ِل‬


ْ ‫ش‬ ‫علَ ٰى أ َ ْربَ ٍع ۚ يَ ْخلُ ُق ه‬
َ ‫َّللاُ َما يَشَا ُء ۚ إِ هن ه‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫َم ْن يَ ْمشِي‬

Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari
hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua
kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan
apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
( Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahan, Jakarta, Depag. RI 1987 hal 552 )
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha ‘Alim
yang kita tidak mengetahui kecuali apa yang diajarkannya, atas iradahnya hingga
skripsi ini dapat dirampungkan, salawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW
pembawa risalah pencerahan bagi manusia.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat


akademik guna mendapatkan gelar sarjana pendidikan Pada Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini banyak melibatkan pihak yang telah
memberikan motivasi baik moril maupun materil, untuk itu melalui kolom ini
penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
3. Bapak Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd.I selaku Wakil Dekan I dan Bapak Dr.
Zawaqi Afdhal Jamil, M.Pd.I selaku Wakil Dekan II dan Bapak Dr. H.
Kemas Imron Rosyadi, M.Pd. selaku Wakil Dekan III. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN STS Jambi
4. Bapak Drs. Alfian, M.Pd selaku Pembimbing I dan Ibu Reny Safita, M.Pd,
selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan
pemikirannya demi mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Sahabat-sahabat mahasiswa Tahun Masuk 2013 yang telah menjadi patner
diskusi dalam penyusunan skripsi ini.
6. Orang tua dan keluarga besar yang telah memberikan motivasi tiada henti
hingga menjadi kekuatan pendorong bagi Penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini

Akhirnya semoga Allah. S.W.T berkenan membalas segala kebaikan dan


amal semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu penulis pada khususnya dan pada pembaca umumnya.

Jambi, 16 Oktober 2018


Penulis

Dede Rangga Wijaya


NIM. TB.131 033
ABSTRAK

Nama : Dede Rangga Wijaya


Program studi : Pendidikan Biologi
Judul : Keanekaragaman Mollusca Jenis Keong (Achatina fulica) Di
Persawahan Desa Lambur Luar

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data jenis-jenis keong apa saja yang
ada dan mengetahui keanekaragaman keong sawah (Achatina fulica) yang
terdapat di persawahan Desa Lambur Luar. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survey dan penempatan plot dilakukan secara purposive sampling
berdasarkan umur tanaman padi menggunakan kuadrat plot yang diletakkan
secara acak beraturan (ordinal sampling). Dari hasil penelitian ini didapat bahwa
jenis moluska ordo gastropoda yang terkoleksi dari 4 plot di persawahan Desa
Lambur Luar terdapattigajenisyaitu, Achatina fulica, helix pomatia, dan pomacea
canalicula. Dan keanekaragaman jenis keong sawah (achatinafulica) tertinggi
pada pengambilan data ketiga dengan nilai indeks 2,05 H.

Kata kunci : Keanekaragaman Mollusca, Persawahan Desa Lambur Luar


ABSTRACT

Name : Dede Rangga Wijaya


Study Program : Biology Education
Title: The Diversity of Mollusca Snail Type (Achatina fulica) in Rice Field of
Lambur Luar Village

This research aims to obtain data on what types of snails are available and find out
the diversity of rice field snails (Achatina fulica) in Lambur Luar village. This
research used survey method and plot placement is done by purposive sampling
based on the age of rice plants using the square of the plot placed randomly
ragularly (ordinal sampling). From the result of this research, it was found that the
type of mollusca of the order of gastropods collected from 4 plots in the rice fields
of Lambur Luar village were 3 types, namely Achatina fulica, helix pomatia, and
pomacea canalicuai. And varieties of rice field snail (Achatina fulica) the highest
is the third data collection with an index value of 2,05 H.

Keywords: The Diversity of Mollusca, Rice Field of Lambur Luar Village


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i


NOTA DINAS ...................................................................................................ii
PENGESAHAN .................................................................................................iv
PERNYATAAN ORISINALITAS .....................................................................v
PERSEMBAHAN ..............................................................................................vi
MOTTO.............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................viii
ABSTRAK ........................................................................................................ix
ABSTRACT ......................................................................................................x
DAFTAR ISI .....................................................................................................xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................8
C. Rumusan Masalah ..........................................................................8
D. Tujuan Penelitian............................................................................9
E. Manfaat Penelitian ..........................................................................9
F. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................9

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Teoritik ...............................................................................10
1. Keanekaragaman Hayati ...........................................................10
2. Taksonomi Keong .....................................................................14
3. Taksonomi Padi ........................................................................19
B. Hasil Penelitian Yang Relevan........................................................20
C. Kerangka Pikir ...............................................................................22

BAB III METODE PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................24
B. Metode dan Desain Penelitian.........................................................24
C. Tehnik Pengumpulan Data..............................................................25
1. Alat dan Bahan .........................................................................25
2. Pengumpulan Data ....................................................................25
a. Observasi ............................................................................26
b. Wawancara .........................................................................26
c. Dokumentasi .......................................................................26
d. Pengambilan spesimen ........................................................27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ..............................................................................29
B. Pembahasan....................................................................................36

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................38
B. Saran .............................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................39


LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Komposisi Penggunaan Lahan Desa Lambur ................................. 3


Tabel II.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................23
Tabel III.1 Lokasi pengambilan sampel ...........................................................25
DAFTAR GAMBAR
Gambar IV.1Morfologi Achatina fulica......................................................... 30
Gambar IV.2 Morfologi dan keterangan ........................................................ 31
Gambar IV.3 Morfologi Helix pomatia ......................................................... 32
Gambar IV.4 Keong Mas. ............................................................................. 34
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Jambi merupakan salah satu provinsi yang mayoritas masyarakatnya
bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dengan kondisi
tanahyang mempunyai kandungan unsur hara yang baik sehingga dapat
membantu pertumbuhan tanaman. Salah satu produk hortikultura (tanaman
yang dibudidayakan) yang menjadi unggulan dalam sektor pertanian di
provinsi jambi adalah padi (Oriza sativa).
Jambi merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang
terletak di pulau Sumatra. Secara geografis terletak antara 0,45° Lintang
Utara, 2,45° Lintang Selatan dan antara 101,10°-104,55° Bujur Timur. Di
sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah Timur dengan Selat
Berhala, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan
sebelah Barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu.
Kondisi geografis yang cukup strategis diantara kota-kota lain di provinsi
sekitarnya membuat peran provinsi ini cukup penting terlebih lagi dengan
dukungan sumber daya alam yang melimpah. Kebutuhan industri dan
masyarakat di kota-kota sekelilingnya didukung suplai bahan baku dan bahan
kebutuhan dari provinsi ini (Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, 2013).
Luas Provinsi Jambi 53.435 km2 dengan jumlah penduduk Provinsi
Jambi pada tahun 2010 berjumlah 3.088.618 jiwa (Data BPS hasil sensus
2010). Jumlah penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2006 berjumlah
2.683.289 jiwa (Data SUPAS Proyeksi dari BPS Provinsi Jambi). Jumlah
Penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2005 sebesar 2.657.536 (data
SUSENAS) atau dengan tingkat kepadatan 50,22 jiwa/km2.Tingkat
pertumbuhan penduduk sebesar 0,96% dengan PDRB perkapita Rp
9.523.752,00 angka sementara dari BPS Provinsi jambi untuk tahun 2005,
PDRB per kapita sebesar Rp 8.462.353. Sedangkan sebanyak 46,88% dari
jumlah tenaga kerja Provinsi Jambi bekerja pada sektor pertanian, perkebunan
dan perikanan 21,58% pada sektor perdagangan dan 12,58% pada sektor jasa.
Dengan kondisi tenaga kerja yang sebagian besar masyarakat di provinsi ini
sangat tergantung pada hasil pertanian, perkebunan sehingga menjadikan
upaya pemerintah daerah maupun pusat untuk mensejahterakan masyarakat
melalui pengembangan sektor pertanian (Badan Pusat Statistik Provinsi
Jambi, 2013).
Desa lambur memiliki luas daratan lebih kurang 6.400 Ha yang
sebagian besar masih merupakan semak belukar. Kebun kelapa dan pertanian
sawah merupakan ciri pertanian yang utama (RPJMDES 2011 – 2015), Desa
Lambur Luar merupakan tempat tinggal asal peneliti yang hampir seluruh
masyarakatnya mempunyai persawahan sendiri. Sejauh ini persawahan
masyarakat di Desa Lambur Kecamatan Muara Sabak Timur hanya
digunakan sebagai sumber mata pencarian untuk menopang ekonomi
keluarga tanpa disadari persawahan masyarakat ini bisa bermanfaat di bidang
pendidikan misalnya pada mata pelajaran biologi dijadikan sebagai
Laboratorium ataupun sebagai media belajar.
Salah satu mata pencaharian utama penduduk desa Lambur adalah
petani, pekebun dan nelayan sehingga desa ini menunjukkan ciri khas sebagai
desa pertanian padi, persawahan dan perikanan/laut. Lebih dari separuh (52,
30%) penduduk desa Lambur merupakan petani padi, pekebun (kelapa)
sekitar (9, 20%) dan sekitar 27, 57% merupakan nelayan. Perkembangan
usaha penggilingan padi, kopra dan pengusaha ikan dan udang sehingga (0,
55%) penduduk bekerja sebagai pengusaha/toke sedangkan sisanya sekitar
1,0% bekerja sebagai pegawai negeri (guru dan pegawai kesehatan) dan
pedagang, TNI, Polri dan Tukang. Sumber pendapatan lain masyarakat desa
di luar sektor pertanian dan perikanan laut adalah usaha rumah walet dan
perdagangan (RPMJDES Desa Lambur, 2011 - 2015).

Dapat dilihat pada table 1.1, dimana penggunaan lahan pada desa
lambur luar
Tabel I.1. Komposisi Penggunaan Lahan Desa Lambur
No Penggunaa Luas Persentase
1 Pemukiman 599 9,36
2 Ladang/sawah 413 6,55
3 Kebun kelapa 738 11,53
4 Hutan bakau 27,4 0,43
5 Lahan tidur 310 4,84
6 Kantor/sekolah/mesjid 20,35 0,32
7 Jalan 30,4 0,47
8 Sungai 3848 60,12
9 Pemakaman umum 4,5 0,07
10 Lapangan olahraga 3 0,05
11 Gedung walet 5,9 0,09
12 Penggilingan padi 27,4 0,43
13 Belukar 367,05 5,74
Jumlah 6.400 100

Persawahan merupakan salah satu tempat hidup berbagai macam keong


di antara keong-keong tersebut ada yang bersifat mengganggu pertumbuhan
tanaman padi sehingga produktivitas pada lahan persawahan berkurang, salah
satunya ada ordo Ampullariinae dan mesogastropoda yang bersifat hama
pada tanaman padi. Hama adalah organisme yang merusak tanaman dan
secara ekonomi merugikan manusia. Maka dari itu peneliti ingin
memanfaatkan lahan perkebunan yang ada di Desa Lambur Luar Kecamatan
Muara Sabak Timur sebagai objek penelitian keanekaragaman keongordo
gastropoda yang hidup di dalam perkebunan tersebut.
Molusca merupakan golongan hewan yang dominan kedua di bumi
setelah Artrophoda. Dalam jumlah, mereka melebihi semua hewan melata
daratan lainnya dan mereka terdapat dimana-mana.Jumlah spesiesnya sekitar
50.000-110.000 spesies yang masih hidup dan 35.000 spesies fosil (pecheni
2000). Karena alasan ini membuat keong berhasil dalam mempertahankan
keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi
yang tinggi, kemampuan memakan jenis makanan yang berbeda, dan
kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya.
Menurut Dally et all., dalam Ewusie (1990) keong adalah salah satu
anggota kerajaan hewan yang mempunyai jumlah anggota hampir lebih dari
60 % anggota hewan masuk kedalam golongan keong. Jadi ekologi keong
adalah keseluruhan pola hubungan timbal balik keong dengan lingkungannya
yang merupakan faktor biotik dan abiotik. Keong dapat berperan sebagai
pemakan tumbuhan (keong jenis ini yang terbanyak anggotanya), sebagai
parasitoid (hidup secara parasit pada tumbuhan), dan sebagai penular (vector)
bibit penyakit tertentu (Putra, 1994).
Bila mendengar nama keong, maka selalu diidentikkan dengan hama di
bidang pertanian, disebabkan banyak keong yang bersifat merugikan. Mereka
menyerang berbagai tumbuh-tumbuhan dan tanaman yang bernilai bagi
manusia. Salah satu tanaman yang sering diganggu keong adalah tanaman
padi dan tumbuhan lainnya. Saya yakin masyarakat semua tentu sudah
mengenal yang namanya keong atau siput. Namun mungkin tidak semua dari
masyarakat tahu bahwa binatang ini sering dianggap hama bagi kalangan
petani karena ia sering memakan daun tunas dan batang tanaman.Kehadiran
keong sering kali dikeluhkan oleh para petani padi karena ia akan memakan
tanaman padi yang berumur kurang dari 1 bulan. Selain itu di ladang dan
kebun maka bekicot lah yang sering dianggap sebagai hama pemakan daun
tanaman palawija. Sebenarnya keong dan bekicot juga memakan rumput dan
gulma liar yang tunasnya hijau segar, namun seiring berkurangnya lahan
bebas menyebabkan binatang-binatang ini mencari makan hingga masuk ke
areal tanam para petani. Jika jumlahnya sedikit mungkin masih bisa diambil
dengan tangan lalu dikumpulkan dan dikubur atau dibuang. Masalah timbul
jika ternyata jumlah keong dan bekicot menjadi sangat banyak menyerang
tanaman.
Keong merupakan binatang bertulang diluar yaitu cangkangnya sebagai
tulang pelindung. Ia memiliki lendir dan kemampuan elastisitas tubuh yang
tinggi sehingga memungkinkan ia bergerak meski lambat. Siput sendiri
dikenal masyarakat dengan dua tipe yakni siput air (keong) dan siput darat
(bekicot). Kedua binatang ini merupakan herbivora yang memakan daun dan
pucuk muda tanaman. Namun kita juga perlu tahu bahwa di darat ada juga
siput tak bercangkang yang kadang salah disebut lintah. Untuk siput air atau
lebih dikenal dengan keong, maka ia bergerak aktif baik siang maupun malam
karena air disekelilingnya bisa menstabilkan suhu tubuhnya yang naik saat
terik siang. Berbeda halnya dengan bekicot (siput darat) ia hanya aktif di sore
hingga pagi hari dikarenakan ia tak kuat pada panas matahari dan memilih
bersembunyi ditempat teduh atau gelap disiang hari.
Namun jika cuaca mendung atau hujan sepanjang siang, maka bekicot
akan keluar aktif lagi. Anda mungkin tak tahu bahwa nafsu makan siput
sangatlah besar guna mempercepat pertumbuhan tubuhnya. Ia juga tergolong
hewan hermaprodit yang mampu berkembang biak tanpa adanya perkawinan.
Kecepatan makannya inilah yang kadang membuatnya menyerang tanaman
dimusim kemarau ketika rumput dan gulma banyak yang kering. Keong Mas
adalah tergolong hama baru di Indonesia. Keong dewasa meletakkan telor 2-3
x pada tanaman padi dewasa , pada tanaman lain atau pada pohon kayu,
rumput atau dimana saja yang tidak tergenang.
Keong ini bisa bertahan hidup sampai 3 tahun pada semua kondisi baik
musim hujan maupun pada musim kemarau yang tidak ada tanaman dan
berkembang biak dengan cepat. Hama ini sangat merugikan, karena keong
muda dan tua menyerang/memakan daun, batang dan akar tanaman padi yang
masih muda dibawah umur 15 hari setelah tanam sehingga jika serangan berat
dalam waktu singkat akan menghancurkan semua tanaman padi yg baru
ditanam.
Masyarakat desa lambur banyak yang tidak mengetahui bahwa Ada
banyak sekali manfaat keong sawah bagi kesehatan manusia. Namun karena
minimnya informasi yang berkembang di masyarakat, ahirnya manfaat keong
sawah yang sangat besarpun kurang ter ekspor. Sehingga hal ini juga
mempengaruhi minat masyarakat untuk memproduksi atau menjadikan keong
sawah sebagai salah satu peluang usaha. Sungguh hal ini sangat di sayangkan,
padahal manfaat keong sawah bagi kesehatan kita sangatlah banyak.
Walaupun manfaat keong sawah bagi kesehatan diluar dugaan kita,
namun kita harus tetap berhati-hati dalam mengkonsumsi keong sawah.
Karena kong sawah terbagi menjadi dua jenis, sayaitu keong sawah beracun
dan keong sawah tidak beracun. Jenis keong yang kedua inilah keong sawah
yang aman untuk kita konsumsi dagingnya. Keong sawah yang tidak beracun
dengan sebutan Keong Tutut. Tutut memiliki nama latin (Pila ampullacea).
Keong tutut ini banyak kita jumpai di area persawahan. Sehingga masyarakat
sekitar menyebut keong ini dengan nama keong sawah. Sungguh sangat luar
biasa, keong yang selama ini dianggap sepele oleh sebagian besar masyarkat,
malah memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi. Kandungan gizi keong
tutut sangat baik bagi tubuh manusia apalagi untuk mereka yang sedang
mengalami masa pertumbuhan. Kandungan gizi dalam 100 gram daging
keong diantaranya adalah: Kalsium 217 mg, protein 12%, air 81 gram, kalori
90 kalori, kolesterol 50 mg, lemak 1 gram, sodium 70 mg, karbohidrat 2
gram, vitamin A 2% dan niacin (asosiasi bekicot Indonesia).
Setelah kita mengetahui kandungan gizi yang sangat tinggi dalam
keong sawah, marilah kita pelajari manfaat apa saja yang bisa kita dapatkan
dengan mengkonsumi daging keong sawah atau tutut. Jantung merupakan
organ yang sangat vital dalam tubuh manusia. Jantung berfungsi memompa
darah keseluruh tubuh. Namun ahir-ahir ini penyakit jantung banyak terjadi
pada masyarakat. Tentu saja hal tersebut di sebabkan oleh pola makan yang
kurang sehat, kurang olahraga dan masih banyak faktor lainnya. Daging
keong sawah atau tutut dapat membantu memelihara kesehatan jantung kita.
Kandungan kalsium dalam daging keong sawah tutut sangat berpengaruh bagi
kesehatan tubuh manusia. Kalsium ini akan menjaga kerja jantung agar bisa
bekerja dengan normal. Sehingga detak jantung teratur dan darah bisa
mengalir dengan lancar. Selain itu, kalsium yang terkandung dalam daging
keong juga sangat di butuhkan oleh tubuh untuk membantu pertumbuhan
tulang dan gigi. Jika tulang dan gigi sehat maka resiko serangan osteoporosi
dapat di hindari. Osteoporosis ini terjadi karena pelepasan kalsium pada
tulang lebih besar dari pada penyerapan kalsium.
Selain dapat menjaga kesehatan jantung dan mencegah penyakit
osteoporosis, kalsium yang terdapat dalam daging keong juga berperan
sebagai anti oksidan. Anti oksidan ini akan memperkuat daya tahan tubuh
untuk melawan radikal bebas yang berasal dari luar tubuh. Dengan ini kita
bisa tahu bahwa manfaat keong sawah untuk kesehatan manusia itu sangat
banyak. Mengkonsumsi daging keong tutut saat ibu hamil, merupakan salah
satu cara untuk memenuhi asupan protein. Karena kandungan protein dalam
daging keong sangat di butuhkan oleh sang ibu dan janin. Protein sangat
diperlukan oleh ibu hamil untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
janin. Protein berperan dalam pembentukan oragan-oragan penting dalam
tubuh janin, seperti paru-paru, jantung, tulang, otot dan otak. Saat ibu hamil,
asupan protein yang diperlukan oleh ibu hamil yaitu 75 gram per hari.
Dengan asupan protein yang cukup pada masa kehamilan, akan membantu
ibu untuk memiliki bayi yang sehat dan normal. Selain membantu
pertumbuhan janin, protein juga membantu mengurangi depresi saat ibu
sedang hamil. Saat kondisi sedang hamil, tubuh ibu membutuhkan asupan
nutrisi yang lebih banyak dibandingkan saat kondisi normal. Protein semakin
di butuhkan sang ibu saat tiga bulan terahir masa kehamilan untuk mencegah
depresi akibat kondisi janin yang semakin berat dan merasa kelelahan. Selain
asupan protein, ibu hamil juga harus menncukupi nutrisinya dengan
mengkonsumsi omega 3 dan 6 agar gizi tetap seimbang.
Selain itu omega 3 dan 6 juga berperan dalam mendukung kecerdasan
sang anak. Tidak hanya itu. Protein akan membatu ibu hamil untuk
memelihara sel tubuh agar tetap sehat. Protein akan membatu menganti sel-
sel tubuh yang rusak atau sudah mati dengan sel tubuh yang baru.Untuk
menjaga kesehatan mata agar tetap sehat, maka kita harus rajin
mengkonsumsi buah dan sayur yang banyak mengandung vitamin A. Vitamin
A memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga kesehatan mata.
Ternyata vitamin A tidak hanya bersumber dari buah dan sayur saja. Namun
kita juga bisa mendapatkan asupan vitamin A dari daging keong yang
memiliki rasa sangat gurih. Kita dapat melihat karena ada pantulan cahaya
dari benda-benda di sekitar. Vitamin A membantu kerja retina mata yang
berfungsi menyalurkan objek yang diterima menuju ke otak sebagai sebuah
gambar. Dalam hal ini, senyawa yang berperan adalah Retinol. Selain
menjaga kesehatan mata, vitamin A dari daging keong juga berfunsi sebagai
antioksidan. Seperti yang kita ketahui, salah satu bentuk vitamin A yang
dikenal adalah Beta Karotin. Beta Kaotin berperan sebagai antioksidan yang
dapat menangkal radikal bebas, entah itu yang berasal dari oksidasi tubuh dari
dalam tubuh atau polusi udara yang berasal dari luar tubuh.
Vitamin A yang berasal dari daging keong sawah atau tutut, juga
bermanfaat untuk memperkuat sistem imun atau sistem kekebalan tubuh.
Sistem ini, akan menjaga tubuh dari berbagai serangan virus, bakteri, jamur
dan patogen.
Tanaman padi ini dibudidayakan oleh masyarakat pedesaan di
Kecamatan Muara Sabak Timur sebagai mata pencaharian dan mampu
menopang kehidupan keluarganya. Berdasarkan uraian diatas, karena belum
pernah dilakukan, sehingga peneliti ini tertarik meneliti dengan judul
penelitian “Keanekaragaman Mollusca Jenis Keong (Achatina Fulica) di Persawahan
Desa Lambur Luar

B. Identifikasi Masalah
1. Terdapat banyak keong di kawasan persawahan desa lambur luar yang
belum pernah di identifikasikan.
2. Belum adanya pengetahuan petani tentang kegunaan dan kerugian yang
di akibatkan keong di kawasan persawahan desa lambur luar.

C. Rumusan Masalah
1. Jenis keong apa saja yang terdapat di persawahan desa lambur luar?
2. Bagaimana keanekaragaman keong sawah yang terdapat di persawahan
desa lambur luar ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendapatkan jenis-jenis keong apa saja yang terdapat di
persawahan desa lambur luar ?
2. Untuk mengetahui keanekaragaman keong sawah yang terdapat di
persawahan desa lambur luar ?

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan setelah penelitian ini dilakukan baik
manfaat dalam hal teoritis maupun praktis adalah:
1. Manfaat dalam hal teoritis adalah: Data hasil penelitian dapat digunakan
sebagai acuan penelitian keanekaragaman bekicot (Achatina fulica) di
daerah persawahan desa lambur luar.
2. Manfaat dalam hal praktis yaitu: Petani dapat mengetahui keragaman dan
manfaat bekicot (Achatina fulica) yang terdapat didaerah persawahan desa
lambur luar.
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai
ketertarikan dengan masalah penelitian yang sama desa lambur luar.
4. Sebagai salah satu bahan untuk memperoleh gelar sarjana bagi peneliti.

F. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan di area persawahan Desa Lambur luar
Kecamatan Muara Sabak Timur sebagai mata pencaharian dan mampu
menopang kehidupan keluarganya dengan bertani. di Provinsi Jambi yang
berada pada titik kordinat 1036’31.66”S - 103031’04.55”T dengan ketinggian
50 m di atas permukaan laut .Pengambilan data dilakukan sebanyak lima kali
pengulangan pada pagi hari pukul 07.00 hingga 12.00 siang dan 13.00 hingga
17.00.Identifikasi dilakukan berdasarkan karaktermorfologi hingga tingkat
genus di Laboratorium Terpadu UIN STS Jambi dengan buku kunci
determinasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik
1. Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah semua kehidupan di
atas bumi ini (tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme) serta
berbagai materi genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem
ekologi tempat mereka hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan
keanekaragaman genetik dari organisme-organisme yang berasal dari
semua habitat baik yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan
lainnya (Bauquni, 2007).
Keanekaragaman hayati adalah variabilitas antara makhluk hidup
dari semua sumber daya, sepuluh persen dari ekosistem alam berupa suaka
alam, suaka marga satwa, taman nasional, hutan lindung dan sebagian lagi
digunakan untuk kepentingan pembudidayaan plasma nutfah (Arief, 2001).
Keanekaragaman hayati yaitu keanekaragaman berbagai organisme
yang meliputi keanekaragaman semua sumber daya alam hayati meliputi
antara lain daratan, lautan, ekosistem perairan lainnya, dan kompleksitas
ekologinya, termasuk keanekaragaman dalam spesies, antar spesies, dan
ekosistem KEMENTAN (2011) dalam Febriana (2012).
Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah jumlah jenis yang
dapat ditinjau dari tiga tingkat sebagai berikut :
a. Pada tingkat gen dan kromosom yang merupakan pembawa sifat
keturunan.

b. Pada tingkat jenis yaitu berbagai golongan makhluk yang mempunyai


susunan gen tertentu.
c. Pada tingkat ekosistem atau ekologi yaitu tempat jenis itu
melangsungkan kehidupannya dan berinteraksi dengan faktor biotik
dan abiotik (Irwan, 1992).
Makin besar jumlah jenis, makin besar pula keanekaragaman hayati.
Melalui evolusi yang terus-menerus terjadi pula kepunahan. Bila jenis baru
terjadi lebih banyak dari kepunahan maka keanekaragaman hayati
bertambah. Sebaliknya jika kepunahan terjadi lebih banyak dari
terbentuknya jenis baru, maka keanekaragaman hayati akan menurun.
Untuk pelestarian lingkungan keanekaragaman sebagai sumber alam
hayati karena :
a. Merupakan bagian dari mata rantai tatanan lingkungan atau ekosistem.

b. Mampu merangkai satu unsur dengan unsur tatanan lingkungan yang


lain.

c. Dapat menunjang tatanan lingkungan itu sehingga menjadikan


lingkungan alam ini suatu lingkungan hidup yang mampu memberikan
kebutuhan makhluk hidupnya.

Banyak populasi spesies telah berkurang sampai ke jumlah yang


sangat rendah akibat perubahan habitat oleh aktifitas manusia. Dampak
dari aktifitas manusia dapat memberikan dampak buruk bagi kelangsungan
hidup tiap spesies pada kawasan tersebut dan perlu adanya usaha
pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia. Keanekaragaman hayati
dapat ditandai dengan adanya makhluk hidup yang beranekaragam pula.
Ada tujuh bidang yang menjadi fokus pelaksanaan upaya pelestarian
plasma nutfah, Sukarsa (2006) dalam Febriana (2012) :

a. Mengurangi laju kemerosotan komponen-komponen keanekaragam


hayati.

b. Mendorong pemanfaatan secara berkelajutan.


c. Memberikan perhatian kepada ancaman terhadap keanekaragaman
hayati, termasuk gangguan dari spesies asing yang menggeser spesies
asli, perubahan iklim, pencemaran dan perubaha habitat.

d. Mempertahankan integrasi ekosistem dan penyedian barang dan jasa


dari keanekaragaman hayati dalam ekosistem.

e. Melindungi pengetahuan, inovasi, praktek-praktek tradisional.

f. Menjamin pembagian keuntungan secara adil dan merata yang di


hasilkan dari pemanfaatan sumber daya genetik.

g. Sumber-sumber dana dan teknis untuk pelaksanaan konvensi


mengenai keanekaragaman hayati.

Indeks keanekaragaman dapat digunakan dalam menyatakan


hubungan kelimpahan spesies dalam suatu komunitas. Keanekaragaman
jenis terdiri dari dua komponen yaitu Jumlah spesies dalam satu komunitas
yang sering disebut dengan kekayaan spesies dan Kesamaan spesies,
menunjukkan bagaimana kelimpahan spesies tersebut (yaitu jumlah
individu, biomassa, tanaman penutup tanah) tersebar antara banyak spesies
tersebut.
Molusa dalam dunia hewan merupaan filum terbesar kedua setelah
Arthropoda. Jumlah spesiesnya seitar 50.000-110.000 spesies yang masih
hidup dan 35.000 spesies fosil (pecheni 2000).
Jadi ekologi keong adalah keseluruhan pola hubungan timbal balik keong
dengan lingkungannya yang merupakan faktor abiotik. Kajian ekologi
memungkinkan kita memahami komunitas secara keseluruhan. Supaya
dapat memastikan kenyataan ini perlu diadakan penelitian.
Keanekaragaman jenis adalah sifat komunitas yang diperlihatkan
tingkat keanekaragaman jenis organisme yang ada di dalamnya. Untuk
memperoleh keanekaragaman cukup diperlukan mengenal dan
membedakan jenis meskipun tidak dapat mengidentifikasi secara
mendetail tentang keong tersebut. Dalam ekosistem alami semua makhluk
hidup berada dalam keadaan seimbang dan saling mengendalikan sehingga
tidak terjadi hama, di ekosistem alamiah keanekaragaman jenis sangat
tinggi.
Tingkat keanekaragaman pertanaman mempengaruhi timbulnya
masalah hama. Sistem peranaman yang beranekaragam akan berpengaruh
terhadap populasi hama (Michael, 1995). Beberapa faktor yang saling
berkaitan untuk menentukan derajat naik turunnya keanekaragaman jenis,
adalah:
a. Waktu, keanekaragaman komunitas bertambah sejalan waktu.

b. Heterogenitas ruang, semakin heterogen keadaan suatu lingkungan


fisik maka semakin tinggi keragamannya.

c. Kompetisi, terjadi apabila sejumlah organisme membutuhkan


sumber yang sama yang ketersediaanya terbatas.

d. Pemasangan, yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis


bersaing yang berbeda di bawah daya dukung masing-masing selalu
memperbesar kemungkinan hidup berdampingan sehingga
mempertinggi keragaman, apabla intensitas dari pemasangan terlalu
tinggi atau rendah dapat menurunkan keragaman.

e. Kestabilan iklim, makin stabil iklim akan lebih mendukung bagi


keberlangsungan evolusi.

f. Produktivitas, merupakan syarat mutlak untuk keanekaragaman yang


tinggi (Michael, 1995).

Keenam faktor yang telah dipaparkan di atas saling berinteraksi


untuk menetapkan keanekaragaman jenis dalam komunitas yang berbeda.
Keanekaragaman ini sangatlah penting dalam menentukan batas kerusakan
yang dilakukan terhadap sistem alam akibat turut campur tangannya
manusia (Michael, 1995).
Kelimpahan individu dan kekayaan spesies keong diperoleh pada
setiap lahan saat melakukan penelitian keanekaragaman akan jelas terlihat
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu: umur
tanaman, keadaan cuaca saat pengambilan sampel, waktu pengambilan
sampel dan keadaan habitat di sekitar tanaman (Rizali, Buchori dan
Triwidodo, 2002).
Faktor-faktor yang mengatur kepadatan suatu populasi dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal antara lain:persaingan antar individu dalam suatu populasi atau
dengan spesies lain, perubahan lingkungan kimia akibat adanya sekresi
dan metabolisme, kekurangan makanan, serangan predator/penyakit,
emigrasi, faktor iklim misalnya cuaca, suhu dan kelembaban. Sedangkan
faktor internal perubahan genetik dari populasi. Oka (1995)

2. Taksonomi Keong
Keong adalah salah satu jenis hewan yang tergolong kedalam moluska
yakni ordo gastropoda. Tubuh gastropoda sangat berfariasi dalam bentuk dan
ukurannya. Gastropoda memilii cangang tunggal berulir, kepala yang
berkembang baik, dilengkapi dengan tentakel dan mata. Kaki lebar dan
berotot untuk merayap dan mendukung massa viseral (pechenik 2000).
Keong dewasa memiliki tinggi sekitar 7 cm (2,5 inci), dan mereka
dapat mencapai panjang 20 cm (8 inci) atau lebih. Cangkang bentuknya
kerucut, yang luasnya dua kali lipat dari tinggi tubuhnya.Cangkang
bentuknya searah jarum jam (sinistral) atau berlawanan arah dari jarum
jam.Warna cangkang sangat variabel, dan bergantung pada
makanan.Biasanya, coklat adalah warna utama dan cangkang terikat.
Achatina fulica merupakan protandrous wadam.Dewasa laki-laki dan
perempuan memiliki organ seksual, dengan laki-laki organ maturing
sebelumnya. Kematangan seksual laki-laki terjadi dalam waktu kurang dari
satu tahun, kadang-kadang sebagai muda sebagai lima bulan. Setelah
persetubuhan mereka dapat menyimpan sperma, membuat telur-turut setelah
peletakan mungkin hanya satu perkawinan. Beberapa ratus telur per kopling
mungkin diungkapkan.
Mereka adalah telur warna kekuning-kuningan-putih ke kuning, agak
oval dengan bentuk dan ukuran 4 hingga 5,5 mm (kurang lebih ¼ inci) dan
panjang sekitar 4 mm lebar. Shell mungkin ukuran hingga 20 cm (8 inci) dan
panjang 12 cm (hampir 5 inci) di diameter maksimum. Umumnya terdapat
tujuh dengan sembilan whorls dan jarang sebanyak sepuluh whorls. Achatina
fulica lebih lingkungan yang kaya akan kalsium carbonate, seperti batu
gamping, marl, dan dibangun atas tempat terdapat banyak semen atau
beton..Kapur di daerah-daerah yang kaya kerang orang dewasa cenderung
kental dan kabur.Remaja umumnya memiliki tipis, shell lebih jelas dan lebih
rapuh.Perlu dicatat bahwa bahkan di posting ini berhubung dgn lembaga-ciri
remaja yang dipotong columella sudah jelas. Setelah muncul dari kulit telur
panjang pos-berhubung dgn lembaga remaja shell tindakan sekitar 4 mm
(sekitar 1 / 6 inci). Walaupun shell pewarnaan variabel mungkin karena
kondisi lingkungan dan gizi, umumnya adalah cokelat kemerahan dengan
cahaya kekuning-kuningan, vertikal (aksial) streaks. Shell dua warna tidak
berbeda dari satu sama lain dan agak buram atau bimbang dalam tampilan.
Lain shell variasi warna menyerupai cahaya warna kopi.
Warna secara perlahan dengan usia di awal whorls muncul terang atau
kurang kuat, menjadi gelap dan lebih bersemangat terdekat badan ulir. Tubuh
hewan yang hidup ini memiliki dua pasang tentacles, satu rendah singkat
pasangan yang berkenaan dgn peraba dan chemotactic, dan satu lagi atas
pasangan dengan bintik-bintik pada mata tips. Tubuh itu sendiri lembab,
berlumpur dan elastis.Tubuh pewarnaan dapat berupa burik coklat atau lebih
jarang yang pucat warna cream.Footsole adalah yang rata, dengan kasar
tubercles paling nyata laterally di atas permukaan tubuh diperpanjang.
Dengan garis-besar, shell Mei agak berbeda, bahkan di dalam satu koloni,
dari lanjai ke cukupan obese. Spesimen yang lebih luas dengan jumlah yang
sama whorls cenderung singkat di shell panjang. Shell biasanya conically
khas narrowed runcing dan ditarik keluar tapi hampir di puncak. Yang akan
dibulatkan whorls terkesan dengan cukupan sutures antara whorls.
Kecepatan rana yang relatif singkat dan memiliki ovate-bentuk semi
bulan.Adalah bibir yang tajam, cembung, tipis dan merata ke laur biasa semi
elips. Shell permukaan relatif halus, dengan pertumbuhan kusam aksial baris.
Salah satu yang paling penting identifikasi fitur Achatina fulica merupakan
columella yang truncates atau tiba-tiba berakhir, fitur jelas sepanjang sisa
jangka hidup dari siput. Columella yang umumnya kelung; kurang concaved
columella cenderung agak sinting. Kerang yang lebih luas cenderung
memiliki lebih cekung columella. The columella dan parietal belulang yang
kebiru-biruan atau putih-putih tanpa jejak dari pink.
Morfologi Gastropoda terwujud dalam cangkangnya yang digunakan
untuk melindungi diri dari ancaman bahaya. Umumnya cangkang yang
melingkar-lingkar itu memilin ke kanan searah putaran jarum jam bila dilihat
dari ujungnya yang runcing, namun ada pula yang memilin ke kiri.
Pertumbuhan cangkang yang melilin bagai spiral disebabkan karena
pengendapan bahan cangkang di sebelah luar berlangsung lebih cepat dari
yang sebelah dalam (Nontji, 1987, h. 161). Cangkang Gastropoda terdiri atas
tiga lapisan, yaitu periostrakum, prismatik, dan nakreus. Periostrakum
merupakan lapisan terluar dan tipis, prismatik merupakan lapisan tengah,
tebal, dan mengandung zat kapur, sedangkan nakreus merupakan lapisan
terdalam dan tipis dan warna cangkang Gastropoda berasal dari lapisan
periostrakum (Barnes, 1994 dalam Andrianna, 2016, h.14). Struktur umum
cangkang Gastropoda terdiri atas: Apex (puncak atau ujung cangkang),
Aperture: (lubang tempat keluar masuknya kepala dan kaki),Operculum
(penutup cangkang), sebelum (body whorl), Suture (garis yang terbentuk oleh
perlekatan antar spire), Umbilicus (lubang yang terdapat di ujung kolumela
(pusat putaran cangkang).
Ukuran dewasa yang mencapai sekitar enam bulan, yang kemudian
akan memperlambat pertumbuhan tetapi tidak pernah berhenti. Harapan
Hidup umumnya lima atau enam tahun dalam tahanan, tetapi untuk hidup
snails Mei hingga sepuluh tahun. Mereka aktif di malam hari dan
menghabiskan hari terkubur di bawah tanah. East African Land Snail mampu
aestivating untuk sampai tiga tahun pada saat kemarau ekstrim, sealing
sendiri ke dalam tempurung oleh keluarnya dari calcerous kompleks yang
dries pada kontak dengan udara. Ini adalah kedap; siput yang tidak akan
kehilangan apapun air selama periode ini.
Keong terkenal sebagai organisme yang memiliki kemampuan hidup
tingkat tinggi dan mampu bertahan dari segala kondisi lingkungan yang
ekstrem seperti kekeringan, musim dingin, hujan, panas, dan hal-hal lain.
Secara formal siklus hidup merupakan rantai atau rangkaian biologi yang
terjadi selama hidup individu keong. Siklus hidup biasanya dimulai dari
deposisi telur dan diakhiri dengan peletakan telur oleh dewasa betina.
Cakupan siklus hidup dibatasi dengan satu generasi. Seiring berevolusinya
keong, terdapat kecenderungan umum ke arah makin kompleknya siklus
hidup. Dalam bentuk yang lebih maju, kekomplekan ini merupakan hasil dari
makin besarnya perbedaan struktur tubuh dan perilaku antara keong muda
dan telah menjadi terspesialisasi pada aktivitas makan dan proses tumbuh,
sementara itu keong dewasa terspesialisasi pada proses reproduksi dan
penyebaran. Berdasarkan derajat kekomplekan dan pola metamorfosis, kita
dapat membedakan empat model siklus hidup keong yaitu tidak
bermetamorfosis, metamorfosis gradual, metamorfosis tidak sempurna, dan
metamorfosis sempurna. Kategori ini dibuat untuk mempermudah
pembahasan siklus hidup (Hadi, Tarwojo dan Rahardian, 2009).
Tingkah laku sosial pada keong dijumpai pada beberapa kelompok
yaitu keong, cumi, beberapa siput. Keong sosial mempunyai atribut yang
umum sebagai pemeliharaan anak bersifat kooperatif, sehingga individu
sering memberikan makan anak-anak yang bukan anaknya sendiri, dan
terdapat generasi yang tumpang tindih, beberapa anak membantu generasi
yang lebih tua dalam memelihara anak lebih lanjut.
Tingkah laku kawin menggunakan komunikasi efektif antar anggota
dari jenis kelamin yang berbeda dapat berguna dalam beberapa fungsi:
1. Sinyal dapat digunakan untuk menarik anggota dari jenis kelamin
yang berbeda dari jarak jauh.

2. Pasangan harus mengenal satu sama lain sebagai anggota dari spesies yang
sama, yaitu menghindari penghamburan gamet, sebagaimana juga waktu
energi, oleh perkawinan yang tidak semestinya.

3. Sinyal dapat digunakan untuk membawa pasangan pada tahap kesediaan


atau menyebabkan ia tetap diam selama kopulasi.

4. Keong betina dapat memilih keong jantan yang menghasilkan stimuli yang
paling efektif, jadi menjamin bahwa keturunannya menerima gen yang
paling unggul (Hadi, Tarwojo dan Rahardian 2009).

Keong adalah anggota dari filum Mollusca. Mollusca terbagi menjadi


beberapa subfilum. Subfilum ini adalah gastropoda pelecypoda dan
chepalopoda, salah satu di antaranya adalah kelas Molusca ( gastropoda).
Dari beberapa ordo di atas, akan dibahas lebih dalam. Ordo gastropoda
termasuk ke dalam golongan Animalia, phylum mollusca. Ordo gastropoda di
Indonesia ada yang dinamakan keong. Keong adalah salah satu binatang yang
memiliki penampilan seperti kebanyakan spesies keong. Ordo gastropoda,
diambil dari kata gastro yang berarti perut dan podos yang berarti kaki, maka
dapat disimpulkan gastropoda adalah hewan yang memiliki kaki pada perut.
40% dari seluruh spesies keong adalah siput (sekitar 2500 spesies), dan spesies
baru masih sering ditemukan. Perkiraan memperkirkan total jumlah spesies,
yang diuraikan dan tidak diuraikan. Anggota-anggotanya ada yang bertindak
sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator
(pemangsa) bagi keong lain., ( Pracaya, 2007).
Gastropoda berasal dari bahasa Latin gastro (perut) dan podos (kaki),
keong ini berkaki diperut. sayap belakangnya seperti selaput. Pada waktu
berjalan perut berfungsi untuk menggerkkan tubuh. Perkembangan hidupnya
holometabola (telur-imago-dewasa). Tipe mulut imagoyaitu menggigit-
mengunyah. imago biasa disebut anakkan, sebagian merupakan perusak akar,
penggerek batang, atau hanya makan bahan-bahan organik saja. Imago yang
dinamakan keong merusak pertanaman padi, padi, jagung, pisang dan
sebagainya.(Tjahjadi, 1989).

Berikut ini adalah klasifikasi yang dikenal dengan nama keong mas
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Achatinidae
Genus : Achatina
Spesies : Achatina fulica

3. Taksonomi padi
Sejak dahulu padi dikenal di kepulauan Indonesiadan kepulauan di
lautan pasifik. Wajarlah bila para ahli yang menyatakan asal mula tanaman
padi dari daerah lautan pasifik (New zeland), china, thailand, india Amerika
selatan, atau Indonesia, karena tanaman padi terutama tumbuh baik di
daerah Khatulistiwa dengan suhu sekitar 27 derajat celcius. Sebelum
Indonesia merdeka (pada tahun 1940), maka produksi padi di luar pulau
Jawa mencapai 750.000 ton, yang umumnya diolah menjadi beras dan
tepung. Sedangkan produksi dari pulau jawa, sekitar 450.000 ton jadi beras.
Sedangkan produksi dari pulau Jawa, sekitar 450.000 ton kebanyakan
dipergunakan untuk keperluan dapur (Suhardiman, 1985).
Hampir semua bagian dari tanaman ini bisa dimanfaatkan manusia.
Batangnya bisa digunakan untuk bahan makanan ternak, akarnya untuk
obat, daunnya untuk berbagai anyaman, untuk masakan dan makanan
(Soekardi, 2012).
Adapun ciri morfologi padi batangnya mengarah lurus ke atas dan tidak
bercabang, tinggi batangnya bisa mencapai 1 m dengan garis tengah 2-3 cm,
tergantung iklim, buah padi yang masih berwarna hijau dan yang sudah
tua warnanya kuning kecoklatan. Seperti tumbuhan monokotil lainnya akar
pada padi merupakan akat serabut, akar serabut pertama pada pangkal
batang, mendahului tumbuhnya daun yang pertama. Setelah berkecambah
selama 3 hari, maka benih akan tumbuh akar pertama dengan panjang 3-
5,cm. Akar-akar serabut bercabang-cabang dan rambut akar berfungsi
sebagai pengisap air dan unsur hara tanaman. Pertumbuhan dan
pembentukan daun, dimulai sejak biji berkecambah dan pada tingkat
pertama di bentuk 4 - 6 helai daun meyirip sedangkan pada tanaman dewasa
cukup bnyak daun dengan panjang kurang lebih 1/2 meter . Bunga padi
merupakan bunga bulir-bulir yang terletak pada cabang kedua, sedangkan
sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang.Malai dapat
mencapai 100-200 bunga (Aak,1992).
Padi merupakan keluarga graminae umumya tidak bercabang dan
mempunyai berkas yang berbentuk cincin. Daunnya menyirip atau
berbentuk rerumputan, mempunyai daun yang berbeda-beda, baik bentuk,
susunan, atau juga bagiannya. bunga umumnya keluar dari buku paling atas
dinamakan malai. seperti tanaman padi ( Oriza sativadan lain-lain.
Dalam dunia tumbuhan padi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : poales
Familia : graminae
Genus : Oriza linn
Spesies : Oriza sativa L

Tanaman padi merupakan jenis tanaman yang paling dikenal, banyak


tersebar di daerah tropis. padi dapat tumbuh di pinggir sungai dan dataran
tinggi. Tanaman padi membutuhkan lingkungan hidup yang sesuai untuk
pertumbuhan dan produksinya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan,
perkembangan, dan produksi padi antara lain, faktor yang berasal dari udara,
terutama sinar matahari, temperatur, curah hujan dan kelembapan. Disamping
itu faktor yang berasal dari dalam tanah, terutama partikel tanah, jenis tanah
dan tersedianya unsur hara di dalam tanah (Suhardiyono, 1988).

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Penelitian-penelitian mengenai keanekaragaman jenis keong telah
banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti dari kalangan dalam maupun luar
negeri. Salah satu studi relevan yang peneliti jadikan acuan dalam penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Gevit R. Tambunan, Mena UlyTarigan, dan Lisnawita ( 2012) dalam
jurnal dengan judul: “Indeks Keanekaragaman Jenis Keong Pada
Peersawahan (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Helvetia Pt. Perkebunan
Nusantara II”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keong yang
tertangkap pada areal tanaman sawit menghasilkan sebanyak 298 ekor
yang terdiri dari 9 ordo dan 29 famili. Sedangkan areal tanaman padi sawit
belum menghasilkan sebanyak 367 ekor yang terdiri dari 10 ordo dan 34
famili. Nilai indeks keanekaragaman keong berdasarkan Shanon-Weiner
(H`) tertinggi pada areal tanaman menghasilkan sebesar 2,9276 (sedang)
dan tanaman sawit belum menghasilkan sebesar 2,9848 (sedang).
Sedangkan nilai Sorensen’s Quotien of Similarity jenis keong pada kedua
areal sebesar 79,365%.
2. Almanah Rambe (2009) dalam jurnal dengan judul: “Studi
Keanekaragaman Jenis Keong di Areal Pertanaman Sawit (Elaeis
Guineensis Jacq.). Pada Berbagai Umur Tanaman Di Ptpn Iii Kebun Huta
Padang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keong yang tertangkap
pada areal Tanaman Umur Satu Tahun sebanyak 547 ekor yang terdiri dari
11 ordo dan 37 famili, areal Tanaman Umur Dua Tahun sebanyak 392
ekor yang terdiri dari 10 ordo dan 32 famili, areal Tanaman Umur Tiga
Tahun sebanyak 302 ekor yang terdiri dari 10 ordo dan 30 famili, areal
tanaman Umur Lima Tahun sebanyak 269 ekor yang terdiri dari 9 ordo dan
31 famili, areal Tanaman Umur Enam Tahun sebanyak 301 ekor yang
terdiri dari 10 ordo dan 29 famili dan areal Tanaman Umur Sembilan
Tahun sebanyak 330 ekor yang terdiri dari 9 ordo dan 33 famili. Nilai
indeks keragaman keong Shanon-Weiner (H’) tertinggi pada areal
tanaman Umur Lima Tahun sebesar 3,3691 (tinggi), pada areal tanaman
umur Sembilan Tahun adalah sebesar 3,1368 (Tinggi), areal tanaman umur
Dua Tahun sebesar 3,1346 (Tinggi), pada areal tanaman umur Satu Tahun
sebesar 3,1057 (Tinggi), sedangkan pada areal tanaman umur Enam Tahun
sebesar 3,0060 (Sedang) dan areal tanaman umur Tiga Tahun sebesar
2,8358 (Sedang).
3. Isabella Panjaitan (2010) dalam jurnal dengan judul: “Studi
Keanekaragaman Keong Pada Areal Perkebunan Sayur Berdasarkan
Topografi Lahan Di Ptpn III Unit Perkebunan Huta Padang”. Hasil
peneliitian menunjukkan bahwa keong yang tertangkap pada topografi
tanah rata sebanyak 433 imago, yang terdiri dari 13 ordo dan 38 famili,
pada topografi rendahan keong yang tertangkap sebanyak 551 imago, yang
terdiri dari 13 ordo dan 45 famili, dan pada topografi berbukit keong yang
tertangkap sebanyak 554 imago yang terdiri dari 11 ordo dan 43 famili.

Perbedaan hasil penelitian terdahulu ditinjau dari aspek judul, judul


penelitian ini ialah studi keanekaragaman jenis keong di areal tanaman padi
(Oriza sativa) di Desa Lambur Kecamatan Muara Sabak Timur. Dari segi
judul terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian
terlebih dahulu, letak perbedaannya yaitu pada lokasi tempat penelitian dan
tanaman yang dikaji.

C. Kerangka Pikir
Desa lambur luar kecamatan muara sabak timur kabupaten Tanjung
Jabung Timur merupakan desa yang perekonomian masyarakatnya Bertani,
nelayan, pedagang, dan sebagai pegawai, namun bertani merupakan mayoritas
oekerjaan masyarakat desa lambur luar. Petani di desa lambur luar memilii lahan
pertanian seperti sawah, kebun kelapa, ladang cabai.
Desa lambur luar memliki persawahan yang dimana persawahan disana
terdapat molussca yang diantaranya berjenis Achatina fulica. Peneliti mengambil
sampel dan melakukan pengawetan basah menggunakan alcohol,setelah
diawetkan peneliti melakukan analisis data dan mengidentifikasi karakteristik
morfologi menggunakan Buku dan Jurnal, Sehingga mendapatkan hasil Indeks
Keanekaragamannya yang dominasi dan mengetahui tingkat spesiesnya.
Dapat dilihat pada Diagram Alir Penelitian berikut ini.

DESA LAMBUR LUAR

PERSAWAHAN

MOLUSCA PENGAWETAN
BASAH

ANALISIS DATA
Achatina fulica

Identifikasi Karakter Morfologi SHANNON-WEINER

menggunakan : SIMPSON

1. BUKU
2. JURNAL
INDEKS KEANEKARAGAMAN
INDEKS DOMINASI
Tingkat Spesies

Gambar . Diagram Alir Penelitian


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di areal persawahan di Desa Lambur Luar
yang terletak di Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung
Timur. Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, dimulai tanggal 16 okt
sampai 16 nov 2017 pada musim mulai penghujan.

B. Metode dan Desain Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan
penempatan plot dilakukan secara purposive sampling berdasarkan umur tanaman
padi menggunakan kuadrat plot yang diletakkan secara acak beraturan (ordinal
sampling) yaitu mengambil sampel dari nomor-nomor subjek dengan jarak yang
sama, misalnya nomor dengan kelipatan 3, 5, 10, dan sebagainya (Fachrul, 2008).
Penentuan umur berdasarkan produktivitas dari padi yang dibudidayakan
yaitu jenis padi dalam yang mulai berbuah pada umur 4 bulan. Pengambilan
sampel masing-masing luas areal diambil 10% dari seluruh jumlah luas areal,
secara keseluruhan maka diperoleh 5.000 m2 ataupun 1/2 hektar persawahan
tersebut yang akan dijadikan tempat untuk mengumpulkan sampel spesimen
keong. Pembuatan plot dengan menggunakan tali rapiah yaitu menarik tali dengan
ukuran 50m x 50m. untuk mempermudah pengambilan sampel dibuat sub plot
pengamatan berukuran 10 x 10 m diletakkan secara acak.

Lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada gambar III.1.


C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data sebagai berikut :
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah toples spesimen,
perangkap, kayu atau bambu sebagai tonggak penyangga perangkap jaring, tali
rafiah, wadah tempat keong, kertas label, jarum pentul, jarum keong, strofom,
oven, pinset, gunting, lem keong, Kapur barus, wadah, kamera, mikroskop,
alat tulis ,serta buku pedoman identifikasi keong. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah imago keong yang tertangkap dan alkohol 70%.

2. Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang konkrit dan memiliki relevansi dengan
permasalahan yang ada, teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah.
a. Observasi
Observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis psikhologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Jadi observasi
adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap suatu objek dalam suatu periode tertentu dan
menadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal yang diamati
(Sugiyono 2009).
Observasi dalam penelitian ini berguna untuk mendapatkan
informasi mengenai gambaran umum tentang lokasi penelitian dan jenis-
jenis keong. Observasi ini peneliti gunakan untuk memperoleh data- data
sehingga peneliti dapat mengetahui dengan baik bagaimana letak, situasi
dan kondisi areal persawahan di Desa Lambur Kecamatan Muara Sabak
Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (interviewer) (Arikunto, 2010).
Wawancara yang dilakukan adalah sebagai data tambahan untuk
melengkapi informasi sesuai dengan permasalahan yang penulis angkat.
Data yang diperoleh dengan bertanya langsung kepada masyarakat desa
lambur luar yang berprofesi sebagai pekebun kelapa yang berkenaan
dengan umur tanaman padi, luas perkebunan, umur produktif kelapa,
kerusakan yang terjadi pada tanaman padi dan jenis keong yang ada di
areal persawahan tersebut.

c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi biasanya berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk gambar misalnya gambar dan foto atau video (Sugiyono, 2009).
Pada metode dokumentasi ini peneliti mencari data mengenai
keanekaragaman jenis keong (molusca) ordo gastropodadi areal
persawahan desa Lambur Luar kecamatan Muara Sabak Timur kabupaten
Tanjung Jabung Timur dengan menggunakan kamera digital dan hasil
observasi dari berbagai jenis keong (molusca) ordo gastropoda serta semua
kegiatan proses identifikasi keong yang dilakukan peneliti di laboratorium
FMIPA UNIVERSITAS ANDALAS.

d. Pengambilan Spesimen
1) Pengambilan Sampel di Lapangan
Dalam mengumpulkan keong, keong diketahui bersifat aktif
malam hari (nocturnal) namun ada juga yang aktif disiang hari.
Oleh karena itu koleksi ordo gastropoda dapat dilakukan dengan
menggunakan perangkap jaring dan rumpun. (Noerditjo, 2011).

2) Penanganan Spesimen di Laboratorium


a) Identifikasi Keong
Keong yang ditemukan di lapangan kemudian
diidentifikasi di laboratorium dikelompokkan sesuai dengan
lokasi pengambilan kemudian diawetkan dengan alkohol 70%.
Selanjutnya dideterminasi dan diidentifikasi dengan
memperhatikan bentuk luar morfologi dengan bantuan
mikroskop. Identifikasi dilakukan sampai kepada tingkat spesies
dan sampel yang tidak teridentifikasi di lapangan diambil untuk
diidentifikasi lebih lanjut di laboratorium FMIPA
UNIVERSITAS ANDALAS dengan menggunakan buku
pedoman identifikasi seperti K.W. Harde (1999), Makihara dan
Noerdjito (2004), zoology, Suthoni dan Subiyanto (1991) dan
mencocokkan sampel dengan koleksi spesies Achatina yang ada
di laboratorium FMIPA UNIVERSITAS ANDALAS.
b) Koleksi Keong
Keong-keong yang ditemukan di lapangan segera
diawetkan dengan menggunakan formalin yang dimasukkan ke
dalam botol atau toples spesimen. Kemudian seluruh keong
hasil tangkapan tersebut dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan identifikasi dengan menggunakan buku-buku
identifikasi keong yang telah disediakan. Dari semua koleksi
keong ini ditentukan statusnya termasuk sebagai hama atau
musuh alami (natural enemy) pada areal pertanaman padi (Oriza
sativa) tersebut.
Sesuatu yang penting dan harus ada pada koleksi adalah
label atau etiket, yang berisi tentang keterangan yang penting
bagi kolektor atau peneliti. Etiket dibuat dari kertas segi empat
panjang dengan ukuran 7 x 18 cm. Pada etiket tersebut ditulis
keterangan yaitu nama tempat, tanggal, kolektor, nomor dan
nama alat yang digunakan dalam mengumpulkan keong (Jumar,
2000).

3. Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis data
adalah metode kualitatif, yaitu cara menganasis data yang berupa data
kualitatif kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan pola pikir
induktif yaitu cara berfikir berangkat dari fakta-fakta yang khusus,
peristiwa-peristiwa konkrit dari hasil riset, kemudian ditarik
generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum.
Proses pemikiran ini digunakan untuk memecahkan permasalahan
di persawahan desa lambur luar yaitu tentang banyaknya keong yang
ada di persawahan desa lambur luar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Ciri-ciri utama Gastropoda adalah mempunyai cangkang tunggal,
sehingga dulu kelas ini disebut sebagai univalve. Akan tetapi, tidak semua
anggota kelas ini mempunyai cangkang. Siput yang tidak bercangkang
disebut juga siput telanjang; hewan ini telah kehilangan cangkangnya
karena proses evolusi. [3]Hewan pada kelas Gastropoda biasanya memiliki
kepala dengan dua sampai empat tentakel yang berfungsi sebagai reseptor
kimiawi atau mekanis, dengan mata pada ujungnya. Hewan lunak ini juga
memiliki kaki pada bagian ventralnya. Kaki bagian paling depan disebut
dengan propodium yang berfungsi untuk mendorong sedimen saat siput
merayap.Karakteristik hewan ini dalam hal memperoleh makanan adalah
dengan struktur seperti tali atau lidah kasar yang disebut radula. Radula
ini sering disebut juga lidah parut, yang terdari dari ratusan gigi
mikroskopis yang digunakan untuk mengikis (memarut) makanan seperti
ganggang dan zat makanan lain.
Morfologi Gastropoda terwujud dalam cangkangnya yang
digunakan untuk melindungi diri dari ancaman bahaya. Umumnya
cangkang yang melingkar-lingkar itu memilin ke kanan searah putaran
jarum jam bila dilihat dari ujungnya yang runcing, namun ada pula yang
memilin ke kiri. Pertumbuhan cangkang yang melilin bagai spiral
disebabkan karena pengendapan bahan cangkang di sebelah luar
berlangsung lebih cepat dari yang sebelah dalam (Nontji, 1987, h. 161).
Cangkang Gastropoda terdiri atas tiga lapisan, yaitu periostrakum,
prismatik, dan nakreus. Periostrakum merupakan lapisan terluar dan tipis,
prismatik merupakan lapisan tengah, tebal, dan mengandung zat kapur,
sedangkan nakreus merupakan lapisan terdalam dan tipis dan warna
cangkang Gastropoda berasal dari lapisan periostrakum (Barnes, 1994
dalam Andrianna, 2016, h.14). Struktur umum cangkang Gastropoda
terdiri atas: Apex (puncak atau ujung cangkang), Aperture: (lubang tempat
keluar masuknya kepala dan kaki),Operculum (penutup cangkang),
sebelum (body whorl), Suture (garis yang terbentuk oleh perlekatan antar
spire), Umbilicus (lubang yang terdapat di ujung kolumela (pusat putaran
cangkang)
1. Achatina fulica

Gambar 4.1 morfologi achatina fulica


Achatina merupakan hewan bertubuh lunak (Moluska) yang
tidak memiliki tulang belakang. tubuhnya dilindungi oleh cangkang
dari bahan kapur yang kuat dan didalmnya mengandung lapisan
mutiara . Cangkang bekicot terpilin Spiral (Body whorl) dengan
jumlah putaran tujuh ,bentuk cangkang Fusiform , tidak memiliki
tutup cangkang (Operculu). warna cangkang coklat dengan pola-
pola garis gelap di permukaan nya.

Morfologi Bekicot (Achatina fulica)


a. Bagian Kepala (Caput) ,terdapat :Photoreseptor (Sepasang
Tentakel yang panjang ,tegak ke atas), sebagai alat penerima
rangsang cahaya karena memiliki Stigma ( mata di ujung
tetakel,berbentuk bulat) dan Stylus (Tungkai tentakel) yang
dapat dijulurkan dan ditarik, Khemoreseptor (Tentakel pendek
,sepasang ,mengarah ke bawah) sebagai alat penerima sensor
kimiawi sekaligus sebagai alat peraba, Rima Oris (Celah
mulut), tepinya bergigi halus (Radula) .untuk
membuktikannya, perlu mulutnya diraba dengan ujung jari.

b. Kaki perut (Gastropodos), lebar dan pipih, sebagai alat gerak,


memiliki banyak kelenjar penghasil mucus (Lendir). bagian
Muskuler ini dapat di Konsumsi.

c. Anus (Muara saluran cerna ) nampak jelas.

d. Porus Genitalis (Muara organ genitalia), terletak di bagian


Photoreseptor , berfungsi untuk lewatnya penis pada saat
Kopulasi.

Klasifikasi bekicot :

Kingdom : Animalia
Subphylum : Invertebrata
Phylum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Sub kelas : Pulmonata
Ordo : Stylomatophora
Family : Achatinidae
Genus : Achatina
Spesies : Achatina fulica

Gambar 4.2 morfologi dan keterangan


Keterangan:
1.Apex(Posterior)
2.Anteriior
3.Body Whorl
4.Sutura
5.Tentakel 1 (Apertura)
6.Stigma
7.Kemoreseptor
8.Podium (Kaki)
9.Porus genitalis
10.Rima oris (Celah mulut)

2. Helix pomatia (keong air tawar)

Gambar 4.3 morfologi helix pomatia

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subphylum : invertebrata
Phylum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Sub kelas : Pulmonata
Ordo : Stylomatophora
Family : Helicidae
Genus : Helix
Spesies : Helix pomatia
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat diketahui
bahwa, Helix pomatamerupakan salah satu spesies dari Mollusca yang
habitatnya di air tawar. Bentuk cangkangnya bulat spiral dengan ukuran
yang cukup besar. Tekstur cangkangnya agak kasar. Bagian tubuhnya
terdiri dari kepala, leher, dan kaki.Sama halnya dengan Achatina
fulica, pada bagian kepala Helix pomatia ini juga terdapat sepasang
tentekel yang panjang dan yang pendek namun lebih panjang dari
tentakelnya Achatina fulica. Tentakel yang panjang berfungsi sebagai
alat penglihat dan yang pendek sepagai alat pembau. Bila ditempatkan
di daerah yang kurang menguntungkan kepala dan tubuhnya akan
disimpannya di dalam cangkangnya.
Tubuhnya terdiri atas kepala, leher, kaki, dan punuk, viceral
(jerohan). Pada kepala terdapat sepasang tentakel yaitu : sepasang yang
pendek sebagai alat pembau. Sepasang yang panjang sebagai alat
pelihat. Dibawah kepala terdapat kelenjar mucosa yang membasahi
kaki.Kakinya lebar dan pipih menyerupai alat untuk berjalan dan selalu
basah. Kaki dan kepala dapat disimpan dalam cangkok jika keadaan
tidak mengizinkan. Cangkok yang spiral melindungi alat veceral yang
terdiri atas : alat pencernaan, alat sirkulasi, alat respirasi, alat
reproduksi. Mantel pembungkus seluruh tubuh dalam cangkok. Mantel
tebal kecuali di daerah yang berbatasan dengan kaki. Mantel didaerah
tersebut tipis dan membentuk leher yang tebal yang akan menghasilkan
ekskresi untuk membuat cangkok dalam rangka untuk membesarkan
diri. Di daerah tertentu krah tersebut mempunyai muara yang menuju ke
ruang mantel dimana terdapat saluran respirasi. Anus terbuka di daerah
seberang muara mantel.Sedang lubang genital terdapat di dekat kepala.
Darah siput tidak berwarna, terdiri dari : plasma darah, butir-butir
darah,. Fungsi darah : mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh dan
mengambil atau mengangkut sisa-sisa pembakaran. Jantung terletak
jantung terletak di sebelah muka kloaka terdiri dari rongga perikardium,
auriclum (serambi), ventriculum (bilik). Ventriculum memompa darah
secara ritmis melalui saluran darah. Sebuah aorta tumbuh pada sebuah
apex pada ventriculum. Selanjutnya kedua cabang posterior yang
memberi darah ke daerah alat pencernaan makanan dan cabang anterior
memberi darah kepala dan kaki. Darah dari arteri kapiler ke vena
kapiler melalui sinus, dari sinus pergi ke mantel, dinding tubuh dan
dinding rongga mantel dimana darah mengambil oksigen dan
melepaskan karbondioksida. Kemudian darah ke vena paru-paru,
selanjutnya membawa darah ke auriculum dan akhirnya ke antriculum.

3. Pamacea canalicula L.

Gambar 4.4 keong mas

Klasifikasi dan Morfologi Keong Mas – Keong mas adalah salah


satu siput yang hidup di perairan air tawar, keong mas ini berasal dari
Amerika Selatan. Keong mas ini dikenal di Indonesia tahun 1986. Oleh
karena itu informasi mengenai aspek biologi keong ini masih sangat
kurang.Keong mas ini termasuk kedalam famili Ampullaridae dengan
ordo Pulmolata yang hampir menyerupai keong keong gondang, mulai
dari setruktur anatomi, morfologi dan fisiologis keong emas. Namun,
secara sistematis keong mas ini diklasifikasi dan morfologikan diantara
adalah :

Klasifikasi keong mas


Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Gantropoda
Ordo : Pulmolata
Familia : Ampullaridae
Genus : Pomacea
Spesies : Pamacea canalicula L.
Keong mas ini memiliki bentuk yang hampir sama dengan
keong sawah yang disebut dengan gondang. Namun, memiliki
perbedaan dibagian cangkang keong mas berwarna kekuningan
keemasan hingga kecoklatan transparan dan juga cangkang lebih tipis.
Keong mas ini memiliki daging bewarna krim keputihan hingga
kemerah emasan atau orange kekuningan dengan ukuran lebih dari 10
cm dan cangkang memiliki daimeter berkisar 4-5 cm.Keong ini juga
bertelur ditempat yang kering 10-13 cm dari permukaan air, bentuk
telur memanjang dengan warna meeah jambu. Panjang telur ini 3 cm
lebih dengan lebar 1-3 cm dengan ukuran mencapai 2.0 mm dan berat
4,5 – 7,7 mg. (Asosiasi Bekicot Indonesia)

Menurut penelitian dari Halimah dan Ismail, 1989 keong mas


ini memiliki ciri – ciri sebagai berikut : cangkang berbentuk bulat
mencapai tinggi lebih dari 10 cm, berwarna kekuningan. Pada mulut
cangkang keong mas ini terdapat operculum yang berbentuk bulat
bewarna coklatkehitaman pada bagian luar dan coklat kekuningan pada
bagian dalamnya. Bagian kepala keong mas ini memiliki dua tentakel
dekat dengan mata. Kaki lebar berbentuk segitiga dan kecil pada bagian
belakangnya, dan mereka dapat hidup dengan baik pada perairan deras
dengan komponen utama tumbuhan air dan bangkai.

B. Pembahasan

Achatina merupakan hewan bertubuh lunak (Moluska) yang tidak


memiliki tulang belakang. tubuhnya dilindungi oleh cangkang dari bahan
kapur yang kuat dan didalmnya mengandung lapisan mutiara . Cangkang
bekicot terpilin Spiral (Body whorl) dengan jumlah putaran tujuh ,bentuk
cangkang Fusiform , tidak memiliki tutup cangkang (Operculu). warna
cangkang coklat dengan pola-pola garis gelap di permukaan nya. Bagian-
bagian bekicot meliputi. Kepala (Caput) ,terdapat :Photoreseptor
(Sepasang Tentakel yang panjang ,tegak ke atas), sebagai alat penerima
rangsang cahaya karena memiliki Stigma ( mata di ujung tetakel,berbentuk
bulat) dan Stylus (Tungkai tentakel) yang dapat dijulurkan dan ditarik,
Khemoreseptor (Tentakel pendek ,sepasang ,mengarah ke bawah) sebagai
alat penerima sensor kimiawi sekaligus sebagai alat peraba, Rima Oris
(Celah mulut), tepinya bergigi halus (Radula) .untuk membuktikannya,
perlu mulutnya diraba dengan ujung jari. Kaki perut (Gastropodos), lebar
dan pipih, sebagai alat gerak, memiliki banyak kelenjar penghasil mucus
(Lendir). bagian Muskuler ini dapat di Konsumsi. Anus (Muara saluran
cerna ) nampak jelas.Porus Genitalis (Muara organ genitalia), terletak di
bagian Photoreseptor , berfungsi untuk lewatnya penis pada saat Kopulasi.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat diketahui


bahwa, Helix pomatamerupakan salah satu spesies dari Mollusca yang
habitatnya di air tawar. Bentuk cangkangnya bulat spiral dengan ukuran
yang cukup besar. Tekstur cangkangnya agak kasar. Bagian tubuhnya
terdiri dari kepala, leher, dan kaki.Sama halnya dengan Achatina
fulica, pada bagian kepala Helix pomatia ini juga terdapat sepasang
tentekel yang panjang dan yang pendek namun lebih panjang dari
tentakelnya Achatina fulica. Tentakel yang panjang berfungsi sebagai
alat penglihat dan yang pendek sepagai alat pembau. Bila ditempatkan
di daerah yang kurang menguntungkan kepala dan tubuhnya akan
disimpannya di dalam cangkangnya.
Tubuhnya terdiri atas kepala, leher, kaki, dan punuk, viceral
(jerohan). Pada kepala terdapat sepasang tentakel yaitu : sepasang yang
pendek sebagai alat pembau. Sepasang yang panjang sebagai alat
pelihat. Dibawah kepala terdapat kelenjar mucosa yang membasahi
kaki.Kakinya lebar dan pipih menyerupai alat untuk berjalan dan selalu
basah. Kaki dan kepala dapat disimpan dalam cangkok jika keadaan
tidak mengizinkan. Cangkok yang spiral melindungi alat veceral yang
terdiri atas : alat pencernaan, alat sirkulasi, alat respirasi, alat
reproduksi. Mantel pembungkus seluruh tubuh dalam cangkok. Mantel
tebal kecuali di daerah yang berbatasan dengan kaki. Mantel didaerah
tersebut tipis dan membentuk leher yang tebal yang akan menghasilkan
ekskresi untuk membuat cangkok dalam rangka untuk membesarkan
diri. Di daerah tertentu krah tersebut mempunyai muara yang menuju ke
ruang mantel dimana terdapat saluran respirasi. Anus terbuka di daerah
seberang muara mantel.Sedang lubang genital terdapat di dekat kepala.
Dan yang terakhir Keong mas, Keong Mas adalah salah satu siput
yang hidup di perairan air tawar, keong mas ini berasal dari Amerika
Selatan. Keong mas ini dikenal di Indonesia tahun 1986. Oleh karena
itu informasi mengenai aspek biologi keong ini masih sangat
kurang.Keong mas ini termasuk kedalam famili Ampullaridae dengan
ordo Pulmolata yang hampir menyerupai keong keong gondang, mulai
dari setruktur anatomi, morfologi dan fisiologis keong emas
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasilpenelitian yang dilakukan, penulisdapatmenyimpulkanbahwa:
A. Kesimpulan
1. Jenis moluska ordo gastropoda yang terkoleksi dari 4 plot terdapat tiga
jenis yaitu, Achati nafulica, helix pomatia, pomacea canalicula.
2. Keanekaragaman jenis Achatina fulica yang paling banyak didapatkan
pada penelitian yang dilakukan.

B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai achatina fulica di
waktu yang berbeda.
2. Adanya upaya pelestarian lingkungan dengan penggunaan bahan
pestisida yang efesien oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Al-Qur’an danTerjemahan, Jakarta, Depag.RI 1987 hal 552.


Arbi, UcuYanu. "Komunitasmoluska di padanglamunpantaiWori, Sulawesi
Utara."BumiLestari 12.1 (2012): 55-65.
Arikunto, Suharsimi. "ProsedurPenelitianedisirevisi."Jakarta: RinekaCipta
(2002).
Ardabilly, Trias."SintesisHidroksiapatitBerbasisLimbahCangkangKeongSawah
(Bellamyajavanica) danModifikasi Pori Menggunakan Gelatin." (2013).
Bahri, FitriaYeni. "Keanekaragamandankepadatankomunitasmoluska di perairan
sebelah Utara DanauManinjau." (2006).
Baiquni, Hendry. "PengelolaanKeanekaragamanHayati." Departemen of Industry
Tourism and Resoursces.Australja (2007).
Baiquni, H. (2007). PengelolaanKeanekaragamanHayati. Departemen of Industry
Tourism and Resoursces.Australja.
Cappenberg, H. A. W. "Komunitasmoluska di padanglamunTelukKotania, Seram
Barat."Perairan Maluku danSekitarnya 11 (1996): 19-33.
Cappenberg, HENDRIK ALEXANDER WILLIAM, A. Aziz, and I.
Aswandy."Komunitasmoluska di perairanTelukGilimanuk, Bali
barat."OseanologidanLimnologi di Indonesia 40 (2006): 53-64.
Djajasasmita, Machfudz, S. N. Kartikasari, and Januar.Keongdankerangsawah.
PuslitbangBiologi-LIPI, 1999.
Dewiyanti, Irma. "StrukturKomunitasMoluska (GastropodadanBivalvia) Serta
AsosianyaPadaEkosistem Mangrove di KawasanPantaiUlee-Lheue, Banda
Aceh, NAD." (2004).
Ewusie, J. Yanney, and UsmanTanuwidjaja.Pengantarekologitropika:
membicarakanalamtropikaAfrika, Asia, Pasifik, danDuniaBaru. Penerbit
ITB, 1990.
Ewusie, J. Y., &Tanuwidjaja, U. (1990).Pengantarekologitropika: membicarakan
alamtropikaAfrika, Asia, Pasifik, danDuniaBaru. Penerbit ITB.
Falahudin, Irham. "Pengaruhpemberiankeongsawahdan air cucianberasterhadap
pertumbuhanbelut (MonopterusalbusZuieuw)." Jurnal Biota 2.1 (2016):
112-119.
Isnaningsih, NurRohmatin, and Ristiyanti M. Marwoto. "Keong Hama Pomacea
Di
Indonesia: KarakterMorfologi Dan Sebarannya (mollusca, Gastropoda:
Ampullariidae)[Snail Pest of Pomacea in Indonesia: Morphology and Its
Distribution (Mollusca, Gastropoda: Ampullariidae)]." BeritaBiologi 10.4
(2011).
Mashuri, Mashuri, SumarjanSumarjan, and ZaenalAbidin."Pengaruhjenispakan
yangberbedaterhadappertumbuhanbelutsawah
(MonopterusalbusZuieuw)."JurnalPerikananUnram 1.1 (2012): 1-7.
MochamadHadi, and RullyRahadian."KeanekaragamanMakroarthropoda
Tanah di LahanPersawahanPadiOrganikdanAnorganik,
DesaBakalrejoKecamatanKabupaten Semarang."Bioma:
BerkalaIlmiahBiologi 17.1 (2015): 21-26.
Noor, Muhammad. PertanianLahanGambut, PotensidanKendala. Kanisius, 2001.
Nasution, Poso, Sri Sumiyati, and IrawanWisnuWardhana.
"StudiPenurunanTss, Turbidity Dan Cod DenganMenggunakanKitosan
Dari LimbahCangkangKeongSawah (PilaAmpullacea)
SebagaiBiokoagulanDalamPengolahanLimbahCair PT. SidoMuncul, Tbk
Semarang." JurnalTeknikLingkungan 4.1 (2015): 1-10
Oktasari, Nastiti. PEMANFAATAN KEONG SAWAH (Pilaampullacea) PADA
PEMBUATAN NUGGET SEBAGAI ALTERNATIF MAKANAN
BERPROTEIN TINGGI DI DESA JURUG KECAMATAN MOJOSONGO
KABUPATEN BOYOLALI. Diss. UniversitasNegeri Semarang, 2013.
Pracaya, Ir. "Hama danPenyakitTanamanPenebarSwadaya: Depok." (2007).
"PENGARUH PERIODE KEKERINGAN TANAH TERHADAP
KEBERTAHANAN HIDUP KEONG EMAS (Pomacea sp.) DI
LABORATORIUM." SEMINAR NASIONAL KERAGAMAN HAYATI
TANAH–I.
Ripke, Stephan, et al. "Biological insights from 108 schizophrenia-associated
genetic
loci." Nature 511.7510 (2014): 421.
Radoman, Pavle. Hydrobioidea a Superfamily of Prosobranchia (Gastropoda):
Systematics.Serbian academy of sciences and arts, 1983.
Suryabrata, Sumadi. "Metodepenelitian."Jakarta: PT
RajaGrafindoPersada (1998).
Tjahjadi, IrNur. Hama danpenyakittanaman.Kanisius, 1989.Witriyanto, Roma,
Sumber: internet
Sumber: internet

Sumber: dokumentasi pribadi


DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)

Nama : Dede Rangga Wijaya


Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl Lahir : Lambur luar 12 juli 1995
Alamat : Jln. Abdullah Said Perumahan Citra Kenali Blok B.20 RT
62 Kelurahan Kenali Besar Kecamatan Alam Berajo
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Email : dederanggaa@gmail,com
No kontak : 0812-7362-3025

Pengalaman-pengalaman
Pendidikan formal
1. Sekolah Dasar Negeri 14 Desa Lambur Luar, Tamat Tahun 2007
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 11 Desa Lambur Luar Tamat Tahun 2010
3. Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Kota Jambi Tamat Tahun 2013
4. S1 Tadris Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi Tamat Tahun …

Pengalaman Berorganisasi
1. Menjadi anggota HMJ Tadris Biologi 2014-2015.
2. Pengurus IKAMALAKHA (Ikatan Mahasiswa Lambur dan Kota Harapan)

Motto Hidup :Hargai Waktumu, Hargai Dirimu, dan Hargai HidupMu, maka
Kau akan Dihargai Orang lain.
Jambi, 16 Oktober 2018
Penulis

Dede Rangga Wijaya


Nim. TB. 131 033

Anda mungkin juga menyukai