1613369120toleransi Dan Kerjasama Umat Beragama
1613369120toleransi Dan Kerjasama Umat Beragama
Penulis
~ Ismail ~ M. Agus Noorbani ~ Daniel Rabitha ~ Hj. Marpuah ~
Rudy Harisyah Alam ~
Editor
~ Ismail ~
LITBANGDIKLAT PRESS
2020
~i~
TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH INDONESIA
Hak Cipta@Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2020
Penulis:
Ismail ~ M. Agus Noorbani ~ Daniel Rabitha ~ Hj. Marpuah ~
Rudy Harisyah Alam ~
Editor:
Ismail
Penerbit:
LITBANGDIKLAT PRESS
Jln. MH. Thamrin No. 6 Lantai 17
Jakarta Pusat, 10340
Telp. : +62-21-3920688
Faks. : +62-21-3920688
Website : www.balitbangdiklat.kemenag.go.id
Anggota IKAPI No. 545/Anggota Luar Biasa/DKI/2017
~ ii ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI LITBANG AGAMA JAKARTA
~ iii ~
~ KATA PENGANTAR ~
~ iv ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~v~
~ KATA PENGANTAR ~
~ vi ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
SEKAPUR SIRIH
~ vii ~
~ SEKAPUR SIRIH ~
Ismail
~ viii ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
DAFTAR ISI
BAGIAN SATU:
Toleransi dan Kerjasama Umat Beragama
di Desa Lubuk Seberuk, Ogan Komering Ilir,
Sumatera Selatan ----- 1 - 38
Ismail
BAGIAN DUA:
Toleransi dan Kerjasama Umat Beragama
di Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat,
Jambi ----- 39 - 76
M. Agus Noorbani
BAGIAN TIGA:
Toleransi dan Kerjasama Umat Beragama
pada Masyarakat Desa Rawa Selapan
Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan ----- 77 - 110
Daniel Rabitha
BAGIAN EMPAT:
Toleransi dan Kerjasama Umat Beragama
pada Masyarakat Gampong Mulia
Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh ----- 111 - 216
Marpuah
~ ix ~
~ DAFTAR ISI ~
BAGIAN LIMA:
Toleransi dan Kerjasama Umat Bearagama
pada Masyarakat Sipirok, Tapanuli Selatan,
Sumatera Utara ----- 215 - 260
Rudy Harisyah Alam
~x~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
BAGIAN SATU
~1~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~2~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Pendahuluan
Tema toleransi dan kerjasama antarumat beragama
merupakan tema yang selalu menarik untuk dikaji oleh para
sarjana maupun akademisi, karena toleransi dan kerjasama
merupakan dua dari tiga indikator kerukunan. Sedangkan
kesetaraan adalah indikator ketiga dalam menganalisis
kerukunan umat beragama.
Konsep toleransi relatif baru dalam sejarah umat beragama,
bahkan sering menjadi bahan perdebatan di kalangan umat
beragama. Tuntutan terhadap toleransi beragama terkadang
bukan berasal dari pertimbangan-pertimbangan teologis
atau religius, namun tuntutan yang dikedepankan ketika
keseluruhan struktur masyarakat berada dalam situasi kritis,
kemudian berbagai teori dikembangkan untuk membangun
masyarakat yang baru dan modern serta meninggalkan sistem
sosial lama yang tradisional (Schumann, 2006, 42).
Gagasan terkait dengan toleransi mulai mengemuka
di Eropa dalam abad ke 16. Perderitaan akibat dari perang-
perang agama, munculnya humanisme dan sekulerisasi dari
negara-negara modern menjadi pemicunya. Tokoh seperti J.
Denks dan S. Franck memunculkan padangan tentang gereja
universal dan agama tanpa dogma. Ide tersebut terus memicu
perjuangan kebebasan berpendapat, sehingga pengakuan
terhadap toleransi berlanjut hingga abad ke 17, sebagaimana
~3~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~4~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~5~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~6~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~7~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~8~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~9~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 10 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Kerangka Konseptual
Toleransi
Toleransi adalah sikap atau sifat menenggang, yaitu
menghargai serta membolehkan suatu pendirian, pendapat,
pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda
dengan pendirian sendiri.6 Adapun Toleransi sebagaimana
dimaknai oleh Margareth Sutton adalah kemampuan dan
kemauan seorang/individu dan masyarakat umum untuk
menghargai dan berhati-hati terhadap hak-hak orang
golongan kecil/minoritas dimana mereka hidup dalam
peraturan yang dirumuskan oleh mayoritas (Sutton, 53-60).7
Makna yang lain, menurut Davit Little, seorang dosen
di Practice of Religion, Etnicity and International Conflict,
~ 11 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 12 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Kerjasama
Kerjasama adalah tindakan saling bahu membahu (to
take and give) dan sama-sama mengambil manfaat dari
eksistensi bersama kerjasama. Tindakan ini menggambarkan
keterlibatan aktif individu bergabung dengan pihak lain dan
memberikan empati dan simpati pada berbagai dimensi
kehidupan, seperti kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan
keagamaan. Pengertian lain adalah realitas hubungan sosial
dalam bentuk tindakan nyata. Misalnya, dalam tindakan
tolong menolong atau gotong royong antar kelompok agama.
Koentjaraningrat menjelaskan kerjasama dapat terwujud
karena adanya interaksi antara satuan-satuan yang aktif.
(Koentjaraningrat, dkk., 2003:79). Sedangkan Ashutosh
Varshney melihat kerjasama dalam bentuk hubungan ikatan--
inter-komunal—atau jaringan dan yang mengintegrasikan dua
pemeluk agama. Dalam hal ini Robert Putnamm menyebut
hubungan ini sebagai modal sosial yang menjembatani
(bridging); kemudian hubungan antarpemeluk di luar ikatan
atau organisasi yang beranggotakan seagama, adalah modal
sosial yang mengikat (bonding). Selanjutnya Varshney11
membagi jaringan menjadi dua bentuk: a) asosiasional,
yakni sebagai bentuk ikatan kewargaan ke dalam organisasi
bisnis, ikatan profesi, klub olah raga, dan serikat buruh; b)
quotidian, adalah hubungan keseharian yang terbentuk
ke dalam ikatan yang tidak membutuhkan organisasi, atau
berupa interaksi kehidupan yang sederhana dan rutin, seperti
saling kunjung atara keluarga yang berbeda agama, kegiatan
makan bersama, berpatisipasi bersama dalam upacara-
upacara hari kemerdekaan, mengizinkan anak-anak mereka
untuk bermain bersama di lingkungan. (lihat; Varshney,
2009).
Interaksi yang tersirat dalam konsep relasi (kerjasama)
dalam penelitian ini adalah ‘interaksi sosial’ (termasuk sosial
keagamaan), yaitu jaringan hubungan antara dua orang
~ 13 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
atau lebih atau antara dua golongan atau lebih yang menjadi
syarat bagi kehidupan bermasyarakat (Koentjaraningrat,
dkk.,2003:90)13. Tindakan kerjasama menempati variabel
tertinggi dari kerukunan karena kerjasama bisa terwujud
manakala toleransi dan kesetaraan sudah berada pada kondisi
yang baik.
Diantara riset tentang toleransi antarumat beragama
adalah riset yang dilakukan oleh Yusuf Faisal Ali di Desa
Sindangjaya Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur.
Dosen program studi PPKn STKIP Pasundan Cimahi ini
menyimpulkan bahwa proses terjadinya toleransi di Desa
Sindangjaya tidak lepas dari usaha dan peran pemerintah
setempat, tokoh agama dan dukungan dari masyarakat
setempat. Toleransi antarumat beragama merupakan bagian
dari kehidupan masyarakat. Hal tersebut terbukti dari perilaku
mereka yang saling terbuka dan menerima keberadaan agama
lain (Yusuf F. Ali, 2017, 110).
Riset lainnya adalah tentang “Kerukunan Umat Beragama
antara Islam, Kristen dan Sunda Wiwitan; Studi Kasus di
Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur, Kuningan Jawa
Barat”. Riset ini dilakukan oleh Angga Syaripudin Yusuf
mahasiswa UIN Jakarta tahun 2014. Riset ini menemukan
bahwa yang menjadikan faktor kerukunan di Kelurahan
Cigugur adalah ikatan kekeluargaan, saling menghormati dan
menghargai dan gotong royong (Angga, 2014).
Ashutosh Varshney salah seorang profesor ilmu politik
di Universitas Brown AS pernah melakukan riset di berbagai
kota di India. Ia mengkaji bagaimana ikatan kewargaan
(civic ties) antara komunitas Hindu dan Muslim berperan
meredam bahkan mencegah terjadinya kekrasan etnis.
Ikatan kewargaan merupakan jaringan interkomunal, yang
menghimpun berbagai komunitas yang berbeda. Kemudian
jaringan ini diuraikan menjadi dua bagian: asosiasional dan
keseharian (quotidian).
~ 14 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 15 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
3
Wawancara dengan Bapak Laberen, sekretaris camat Kecamatan
Lempuing Jaya pada 31 Juli 2019
~ 16 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 17 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
2017
Kecamatan
Jumlah Penduduk Menurut Jenis
No Se-Kabupaten
Kelamin (Jiwa)
Ogan Komering Ilir
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Lempuing 41224 39197 80421
2 Lempuing Jaya 34370 31855 66225
3 Mesuji 22205 20997 43202
4 Sungai Menang 27006 24704 51710
5 Mesuji Makmur 29644 27099 56743
6 Mesuji Raya 20068 18541 38609
7 Tulung Selapan 22670 22256 44926
8 Cengal 25433 23670 49103
9 Pedamaran 22614 22983 45597
10 Pedamaran Timur 11647 11159 22806
11 Tanjung Lubuk 17611 16973 34584
12 Teluk Gelam 11764 11213 22977
13 Kayu Agung 35081 34613 69694
14 Sirah Pulau Padang 23524 22472 45996
15 Jejawi 20786 20765 41551
16 Pampangan 14994 15300 30294
17 Pangkalan Lampam 14251 14417 28668
18 Air Sugihan 18706 17391 36097
Kabupaten Ogan Komering Ilir 413598 395605 809203
~ 18 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
9 Pedamaran 45448 - 24 2 -
10 Pedamaran Timur 19925 - 125 - 20
11 Tanjung Lubuk 32213 1 5 - -
12 Teluk Gelam 20955 - 81 223 -
13 Kayu Agung 56143 9 56 - 27
14 Sirah Pulau Padang 43650 - - - -
15 Jejawi 43920 - - - -
16 Pampangan 29237 - - - -
17 Pangkalan Lampam 26772 - - - -
18 Air Sugihan 32240 - 210 - -
Kabupaten Ogan Komering
701785 2955 9480 7429 208
Ilir
4
Wawancara dengan Bapak Nyoman Mudita, sekretaris Desa Lubuk
Seberuk pada 1 Agustus.
~ 19 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
1 Lubuk Seberuk 8 17 4 8 -
2 Muara Burnai I 18 23 2 - -
3 Muara Burnai II 8 16 1 - -
4 Lubuk Makmur 6 9 - 1 1
5 Sunagi Belida 7 14 - - -
6 Mukti Sari 4 2 1 - -
7 Lempuing Indah 3 - - - -
8 Tania Makmur 2 5 1 1 -
9 Rantau Durian I 11 14 1 - -
10 Rantau Durian II 5 5 - - -
~ 20 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
11 Tanjung Sari I 5 5 2 -
12 Tanjung Sari II 3 3 - - -
13 Purwoasri 2 4 - - -
14 Sukamaju 4 5 - - -
15 Sukajaya 2 4 1 1 -
Rantau Durian
16 11 - - - -
Asli
Pura Vihara
Gambar 2. Rumah Ibadat Agama-Agama di Desa Lubuk Seberuk
~ 21 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 22 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 23 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Kekuatan
Tradisi “Ruwatan Desa” merupakan salah satu cara
masyarakat Desa Lubuk Seberuk menjaga dan memelihara
7
Wawancara dengan Bapak Sukro, tokoh masyarakat, mantan
sekretaris Desa Lubuk Seberuk pada 2 September 2019
~ 24 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 25 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Kelemahan
Sebagian warga di Kecamatan Lempuing Jaya ada
yang tidak setuju dengan acara “Ruwatan Desa”, walaupun
jumlahnya tidak banyak. Menurut mereka, pembacaan doa
“Ruwatan” oleh dalang dan diikuti dengan pembakaran
kemenyan, bagi ajaran tidak sesuai dengan ajaran agama
Islam (kufarat). Pembacaan doa merupakan wilayahnya
tokoh agama bukan seniman seperti ki dalang, apalagi disertai
dengan pembakatran kemenyan.
Bagi warga pribumi Kecamatan Lempuing Jaya, seperti;
Ogan dan Komering, tradisi tersebut adalah tradisi kejawen.
Karena mayoritas pendatang adalah etnis Jawa maka tradisi
itupun kemudian mereka bawa kemana pun mereka migrasi.
Bagi masyarakat lokal butuh waktu untuk meenerima atau
menyesuaikan diri dengan tradisi asing yang masuk ke wilayah
mereka karena mereka mempunyai tardisi sendiri.
Sebagian besar masyarakat menganggap tradisi ini
membawa nilai-nilai positif, terutama bagi hubungan
antarumat beragama karena desa-desa yang berada di
Kecamatan Lempuing Jaya, masyarakatnya multietnis dan
multireligi. Namun, sebagian mereka masih menganggap
bahwa tradisi ini adalah tradisi yang tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip ketauhidan dalam agama, terutama bagi
mereka yang menagut agama Islam. Kelangsungan.
~ 26 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 27 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 28 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 29 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Komunitas Agama
Para pemuka agama turut berkontribusi dalam
mewujudkan dan memelihara kerukunan antarumat
beragama di Desa Lubuk Seberuk Kecamatan Lempuing Jaya.
Para pemuka agama sepakat untuk menjaga hubungan antar
agama kondusif dan diantara cara yang mereka terapkan
adalah komunikasi.
Baik umat Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha
senantiasa menjaga kerukunan antarumat beragama dengan
saling berinteraksi. Selain faktor komunikasi para pemuka
agama, interaksi antar komunitas agama juga menjadi
perekat kerukunan.. Umat Islam sebagai mayoritas di Desa
Lubuk Seberuk menyadari bahwa selain Islam, ada umat
Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha yang secara bersama-
sama membangun wilayah mereka dari awal ketika mereka
migrasi dari Belitang OKU Timur.
Kesepakatan untuk hidup bersama, berdampingan antar
pemeluk beragama di Desa Lubuk Seberuk menandakan
ikatan kewargaan diantara pemeluk agama sudah terjalin
dengan erat sehungga potensi intoleransi dapat di minimalisir
bahkan tak pernah muncul dalam kehidupan antarumat
beragama di Desa Lubuk Seberuk.
Komunitas Adat
Komunitas adat di Kecamatan Lempuing Jaya terbagi
menjadi dua. Satu komunitas adat terdiri dari tokoh
masyarakat/sesepuh dari masing-masing agama, kemudian
berkumpul dalam sebuah wadah. Sedangkan satu komunitas
lagi terkumpul dalam suatu komunitas adat asli warga
pribumi, yaitu; Ogan dan Komering.
~ 30 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 31 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Pemerintah Daerah
Kabupaten
Kabupaten Ogan Komering Ilir merupakan salah satu
daerah yang penduduknya heterogen, terdiri dari beragam
suku, etnis dan agama. Hal ini dikarenakan banyaknya
pendatang yang masuk ke kabupaten ini yang berasal dari
pulau Jawa dan Bali. Merka yang masuk ke wilayah Ogan
Komering Ilir juga heterogen sehingga tak asing bila masuk
ke wilayah ini banyak terlihat rumah-rumah khas masyarakat
Bali, dimana di depan atau samping rumahnya ada Pura/
Sanggah.kabupaten ini banyak yang berasal dari warga
pendatang dari pulau Jawa dan Bali.
Pemerintah daerah Kabupaten OKI melalui Forum
Kerukunan Umat Beragama (FKUB) bertugas menjaga
hubungan antarumat beragama di Kabupaten OKI. FKUB
Kabupaten OKI cukup aktif dalam menjaga kerukunan
tersebut, terbukti konflik antarumat beragama di kabupaten
ini tidak perah terdengar. Wakil bupati Kabupaten OKI
selaku ketua dewan pembina FKUB juga berperan aktif dalam
memelihara kerukunan antarumat beragama di wilayahnya
melalui FKUB.
Kecamatan
Pemerintah Kecamatan Lempuing Jaya juga berperan
aktif dalam meciptakan dan memelihara kerukunan
antarumat beragama di wilayahnya. Upaya tersebut
diimplementasikan dengan membentuk forum silahturahmi
umat beragama (FSUB) Kecamatan Lempuing Jaya, yang
terdiri dari tolohtoloh lintas agama. Keputusan untuk
membentuk forum silahturahmi tersebut karena masyarakat
Kecamatan Lempuing Jaya merupakan masyarakat yang
heterogen sehingga dibutuhkan sebuah forum yang dapat
memelihara dan menjaga hubungan antarumat beragama di
tengah-tengah kehidupan antarumat beragama.
~ 32 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Desa
Pemerintah Desa Lubuk Seberuk turut berperan aktif
dalam menjaga dan memelihara kerukunan antarumat
beragama di Desa Lubuk Seberuk. Wujud dari peran aktif
tersebut terlihat pada pemilihan kepala desa yang tidak
berdasarkan pada latar belakang agama. Setiap warga Desa
Lubuk Seberuk mempunyai hak untuk dipilih dan memilih
calon kepala desa. Hal tersebut terbukti bahwa kepala Desa
Lubuk Seberuk pernah di pimpin oleh seorang yang berlatar
belakang agama Hindu-Bali. Di bawah kepemimpinan Bapak
Nyoman Putu, pembangunan infrastruktur berhasil dengan
sukses, baik pembangunan fasilitas pendidikan, kantor
pelayanan bahkan rumah ibadat semua agama.
Pemerintah desa juga berpartisipasi aktif pada kegiatan-
kegiatan sosial keagamaan yang diadakan oleh masyarakat,
termasuk tradisi “Ruwatan Desa”. Kegiatan tersebut di
fasilitasi oleh pemerintah desa, baik terkait dengan dana,
kepanitiaan dan lainnya.
Penutup
Kesimpulan
Kerukunan antarumat beragama di Desa Lubuk Seberuk
Kecamatan Lempuing Jaya sudah terjalin sejak lama. Ketika
daerah tersebut dibuka oleh para pendatang dari Belitang
Kab. OKU Timur, sejak saat itu sudah terjalin interaksi antar
warga pendatang yang berasal dari beragam etnis dan agama.
Kemudian mereka melebur dengan masyarakat pribumi
~ 33 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 34 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Rekomendasi
Merekomendasikan kepada Kanwil Kementerian Agama
Provinsi Sumatera Selatan agar menjadikan Desa Lubuk
Seberuk tersebut menjadi model desa kerukunan tingkat
provinsi karena Desa Lubuk Seberuk sudah memenuhi
syaratsyarat sebagai desa rukun.
Merekomendasikan kepada pemerintah provinsi
Sumatera Selatan dan pemerintah Kabupaten OKI agar
dapat menjadikan Desa Lubuk Seberuk ini menjadi desa
pilot project dalam mengembangkan nilai-nilai kerukunan
~ 35 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Daftar Pustaka
Bogdan, Steven J dan Taylor. 1992. Metodologi Penelitian
Kualitatif, Suatu Pendekatan Fenomenologis Terhadap
Ilmu-Ilmu Sosial. (Terj) Arif Furkhan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Dja’far. Alamsyah M. 2018. (In)Toleransi: Memahami
Kebencian dan Kekerasan atas Nama Agama. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Horton, Paul B dan Chester L, Hunt .1999.Sosiologi (alih bhs)
Aminuddin Ram, Tita Sobari. Jakarta: Erlangga.
Hasyim, Umar. 1979. Toleransi dan Kemerdekaan Beragama
dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog dan
Kerukunan Antar Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi I. Jakarta:
Rineka Cipta.
Mulyana, Dedy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif,
Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial
Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakraya.
Nifi, M. Zidni. 2018. Menjadi Islam, Menjadi Indonesia.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Syam, Nur. 2009. Tantangan Multikulturalisme Indonesia.
Yogyakarta: Kanisius.
Sullivan, John L, James Piereson, George E Marcus. 1982.
Political Tolerance and American Democracy. Chicago
and London: University of Chicago Press.
Schumann, Olaf H. 2006. “Toleransi Beragama: Antara
Mitos dan Realitas.” Dalam Menghadapi Tantangan,
Memperjuangkan Kerukunan. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia.
~ 36 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 37 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 38 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
BAGIAN DUA
~ 39 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 40 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Pendahuluan
Varshney (2009) menyatakan bahwa mengkaji kedamaian
antar etnis penting dilakukan tidak saja untuk memahami
kondisi damai suatu wilayah heterogen, melainkan juga agar
kita juga mampu memiliki pemahaman yang cukup baik
untuk bisa menjelaskan konflik antar etnis di suatu wilayah.
Pandangan Varshney ini mengimplikasikan bahwa kajian
mengenai kedamaian dan konflik merupakan rectoverso.
Pemahaman yang paripurna mengenai konflik harus disertai
pemahaman yang baik terhadap kondisi damai. Pendapat
Varshney (2009) ini berkaca dari hasil kajiannya terhadap
berbagai konflik sosial di India yang menghasilkan temuan
bahwa konflik sosial bisa terjadi di suatu wilayah sementara
wilayah lainnya tidak meski berada dalam satu daerah dengan
karakteristik heterogenitas yang sama.
Banyak sarjana telah berupaya menjelaskan konflik etnis
dan kondisi damai sebuah wilayah melalui berbagai kajian.
Kajian-kajian tersebut setidaknya dapat dikelompokkan
ke dalam tiga pendekatan dalam menjelaskan kedamaian
(pun konflik) etnis; primordialisme, instrumentalisme, dan
konstruktivisme. (Tong, 2009) Pendekatan primordialisme
memandang bahwa konflik etnis semata terjadi karena
perbedaan etnis. Artinya, jika banyak etnis hidup
berdampingan, dalam cara pandang pendekatan ini maka
akan terjadi banyak konflik antar etnis. Seperti dikemukakan
~ 41 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 42 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 43 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 44 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 45 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Kerangka Konsep
Kerukunan
Kata “kerukunan” berasal dari kata rukun yang dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dimaknai sebagai
baik, damai, dan tidak bertengkar atau bersatu hati dan
bersepakat. (KBBI, 2016) Dalam bahasa Inggris kata rukun
kerap dipadankan dengan kata “harmony (diserap ke dalam
bahasa Indonesia menjadi harmoni)” awalnya digunakan
~ 46 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 47 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Modal Sosial
Modal sosial merupakan konsep yang mulai terkenal saat
sosiologis Robert Putnam (Siisiäinen, 2000) mengelaborasinya
dan menyatakan bahwa modal sosial mampu mencegah
berbagai permasalahan sosial. Putnam mensinyalir bahwa
terjadinya banyak permasalahan sosial di Amerika pada
dekade 80-90an akibat hilangnya modal sosial dalam
masyarakat Amerika, yang mulai terjadi 30 tahun sebelum
dekade tersebut. Menurut Putnam, modal sosial memiliki tiga
komponen; ikatan moral dan norma yang terbentuk dalam
masyarakat, nilai-nilai sosial terutama rasa saling percaya, dan
~ 48 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 49 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 50 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 51 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 52 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 53 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 54 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
1
Pangkal Babu merupakan daratan seluas 200 hektar yang kini menjadi
lokasi destinasi wisata hutan bakau di Tanjung Jabung Barat. (lihat http://
tanjabbarkab.go.id/site/pariwisata/)
2
Masyarakat Tungkal sebagian besar masih menyebut wilayah di
daerah ini menggunakan pemilahan berdasarkan parit-parit yang ada,
seperti menyebut Kelurahan Tungkal Harapan dengan Parit 1. Parit-parit
yang terdapat di Kuala Tungkal saat ini masih bisa ditemui meski tidak
selebar dan sepanjang saat pertama dibangun.
~ 55 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 56 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 57 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 58 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 59 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 60 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 61 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 62 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Agama Satuan:Jiwa
Nama Tidak
Kecamatan Khong- Lain- Tidak
Islam Kristen Katolik Hindu Buddha Ditanya- Jumlah
hucu nya Terjawab
kan
Bram Itam 14.642 66 3 - 18 - - - 1 14.730
Seberang
8.198 5 - - - - - - - 8.203
Kota
Betara 23.462 387 23 1 2 - - - 29 23.904
Kuala Betara 10.339 32 4 - - - - - - 10.375
Total 262.756 11.634 1.018 39 1.533 145 1 63 1.552 278.741
BPS RI, 2010; Sensus Penduduk
~ 63 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 64 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 65 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 66 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 67 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 68 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 69 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 70 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Penutup
Kerukunan umat beragama masyarakat Tungkal Ilir
terbentuk karena adanya kepercayaan antar warga maupun
antar warga dengan tokoh masyarakat. Kepercayaan antar
warga ini muncul sebagai bentuk perasaan bahwa nenek-
moyang mereka merupakan warga perantauan dan mereka
tidaklah layak mendaku sebagai penduduk asli. Sebagai
warga rantau, mereka bersama-sama wajib mengembangkan
daerah hunian untuk kesejahteraan bersama. Kepercayaan
terhadap para sesepuh yang ditokohkan juga muncul karena
para tokoh masyarakat ini dapat mengayomi mereka sebagai
warga Tungkal Ilir.
Rasa saling percaya ini kemudian memunculkan nilai dan
norma-norma yang dianut warga Tungkal Ilir bahwa setiap
warga memiliki hak dan kewajiban yang sama yang dilindungi
hukum tertinggi di Indonesia. Setiap warga memiliki hak
dasar, termasuk menjalankan peribadatan sesuai dengan
keyakinan mereka, karena itu mereka juga memiliki hak
atas akses terhadap rumah ibadat. Oleh sebab itu, setiap
warga memiliki kewajiban mempermudah warga lain dalam
mengakses kesempatan dalam beribadah. Hal ini terlihat
~ 71 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Daftar Pustaka
Buku dan Jurnal
Ardian, dkk. 2002. Dinamika Adat Masyarakat Kabupaten
Tanjung Jabung Barat. Tanjung Jabung Barat: Lembaga
Adat Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Asmara, Galang. 2018. The Principles of Religious Tolerance
and Harmony Among The Peopleof Sasak Tribe in
Lombok Island, Indonesia. Journal of Legal, Ethical and
Regulatory Issues, Vol. 21 Issue 1, 2018. 1-6.
~ 72 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 73 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 74 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Internet
BPS RI. 2010. Penduduk Menurut Wilayah dan Agama
yang Dianut Kabuaten Tanjung Jabung Barat. Didapat
dari https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid
=321&wid=1507000000, pada 14 Agustus 2019.
~ 75 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 76 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
BAGIAN TIGA
~ 77 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 78 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Pendahuluan
Balai Litbang Agama Jakarta sejak 2018 telah mengkaji
beberapa wilayah (sebut saja desa) pada beberapa kota/
kabupaten Provinsi Jawa Barat yang dilabel “rukun” oleh para
penggiat kerukunan dan lembaga pemerintah. Kemudian
tahun 2019, studi yang disebutkan akan dilanjutkan ke
beberapa wilayah di beberapa provinsi kepulauan sumatera.
Studi ini secara umum untuk mengupayakan metode yang
tepat dalam memahami cara peningkatkan kualitas kerukunan
umat beragama di beberapa wilayah tanah air.
Hasil studi yang dilakukan pada 2018 pada Provinsi
Jawa Barat kerukunan umat beragama yang salah
satunya terwujud dalam sikap toleran terdapat pada
beberapa sasaran atau desa yang dilabel “rukun”.
Namun kerukunan yang terjalin masihlah bersifat pasif,
tidak aktif. Sehingga upaya menjalin keakraban dapat
dilakukan dengan membuat kerjasama antar umat
beragama.
Rujukan terminologi kerukunan pada penelitian
ini mengacu pada Peraturan Bersama Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 tahun 2006, yakni
“Keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi
toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai
kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
~ 79 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 80 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 81 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 82 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Negeri
4. Way Kanan Tanjung Rejo
Agung
Wates Way
Ratai
5. Pesawaran Way Ratai
Pesawaran
Indah
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Lampung
~ 83 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Kajian Teoritis
Penggunaan terminologi toleransi dan kerjasama
dalam kajian ini mengacu pada konsepsi kerukunan umat
beragama yang didefinisikan sebagai keadaan hubungan
sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling
pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan
dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Tahun 1945
(PBM Nomor 9 dan 8 Tahun 2006: Bab 1, Pasal 1, ayat 1). Hal
ini berarti, konsep toleransi dan kerjasama menjadi bagian
penting dalam mewujudkan dan memelihara kerukunan umat
beragama pada konteks masyarakat Indonesia.
Toleransi
Istilah toleransi dalam kajian ini dimaknai sebagai
penumbuhan sikap menerima dan menghormati orang lain
yang berbeda keyakinan dengan dirinya (Ismail, 2019, hal. 7).
Sikap menerima diantaranya seperti, memberi kesempatan
berinteraksi pada orang yang berbeda, menciptakan
kenyamanan, tidak menggunakan kekuatan untuk memaksa
terhadap kepercayaan, penghargaan terhadap keragaman
budaya, dan mengenali sikap tidak toleran. Sedangkan
sikap menghormati diantaranya seperti, kesediaan untuk
menghargai dan berhati-hati terhadap hak orang lain.
Kerjasama
Terminologi kerjasama dimaknai sebagai proses sosial
antar individu atau kelompok yang didasari pada penciptaan
tujuan bersama dengan mempelajari sesuatu secara bersama
(Sarwono, 1999, hal. 162-163). Definisi ini didasari dari
eksperimen Sherif (1966, 1988) pada eksperimen lapanganya
mengenai konflik antar kelompok dan resolusi konflik.
~ 84 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 85 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 86 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 87 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 88 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 89 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 90 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 91 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 92 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 93 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 94 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 95 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 96 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 97 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 98 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 99 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Kelemahan
Peneliti menduga, kelemahan dari hubungan antar
umat beragama di Desa Rawa Selapan adalah tidak adanya
kelompok sosial yang diisi oleh perwakilan umat beragama.
Padahal kelompok ini diperlukan guna semakin mempererat
hubungan mereka. Meskipun pada masing-masing agama
terdapat kelompok keagamaannya, namun mereka cenderung
fokus pada kegiatan agama mereka masing-masing.
Kelemahan lain peneliti duga yakni pada regenerasi tokoh
pembawa nilai-nilai pelestarian tradisi budaya. Umumnya
pelestarian tradisi budaya yang biasa terlihat pada momen
bertemunya warga desa diisi oleh tokoh yang sudah berumur.
Belum ada upaya meregenerasi dari kemampuan tokoh
tersebut dalam mengucapkan ikrar saat acara ruwatan desa.
~ 100 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 101 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 102 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 103 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 104 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 105 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Penutup
Kondisi kerukunan di Desa Rawa Selapan ditandai dengan
adanya tradisi yang senantiasa dilestarikan masyarakat
desa, baik dalam pelestarian nilai kerukunan, sampai
pembiasaan hidup berdampingan. Diantara kegiatan yang
merepresentasikan pelestarian nilai-nilai kerukunan adalah
sikap gotong royong dalam perayaan hari besar keagamaan,
tradisi ruwatan desa (bersih desa).
Peran dari ketokohan sangat memberikan pengaruh
kuat dalam pelestarian nilai-nilai kerukunan. Di samping
itu, peranan dari aparatur desa juga turut memberikan andil
dalam pelestarian tradisi kebersamaan antar umat beragama.
Interaksi antar umat beragama nampak terlihat pada saat
momen perayaan hari besar keagamaan, acara ruwatan desa,
perdagangan, dan kumpulan warga di balai dusun. Interaksi
ini terjalin atas dasar kesadaran akan adanya kerukunan
antar-sesama.
~ 106 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Daftar Pustaka
___.2015. Peran Lembaga Keagamaan dalam Memelihara
Kerukunan Umat Beragama di Indonesia (jilid 1 dan 2).
Balai Litbang Agama Jakarta.
___. 2019. 43 Calon Kepala Desa di Kecamatan Candipuro
Gelar Deklarasi Damai. Infodesanew.com, 20 Juni 2019.
Diakses pada 10 Agustus 2019. https://infodesanews.
com/39-calon-kepala-kecamatan-candipuro-gelar-
deklarasi-damai.html
Afkar, Revol. 2019. 6 Desa Sadar Kerukunan Terima
Reward dari Kemenag RI. Bangsa Online
13 Juli 2019. Diakses pada 18 Agustus 2019
h t t p s : / / w w w . b a n g s a o n l i n e . c o m / b e r i t a / 6 0 1 1 1 /
6-desa-sadar-kerukunan-terima-reward-dari-kemenag-ri
Ahmad, Ali, Haidlor. 2013. Survei Nasional: Kerukunan Umat
Beragama di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI.
Bagir, Abidin, Zainal. 2017. Kerukunan dan Penodaan
Agama: Alternatif Penanganan Masalah. Edisi II
Desember 2017. Yogyakarta: Program Studi dan Lintas
Budaya: Center for Religion and Cross Cultural Studies
(CRCS): UGM.
Beaman, G., Lori. 2014. Deep Equality As An Alternative
to Accommodation and Tolerance. Nordic Journal of
Religion and Society: 27 (2).
Bowen, Daniel., Cheng, Albert. 2014. Peering Into the Black
Box of Faith-Based Education: Do Religious Cues Affect
Self Regulation and Political Tolerance?. Edre Working
Papper: Rise University dan Arkansas University.
Broderick, Cynthia., Fosnacht, Kevin. 2017. Religious
Tolerance on Campus: A Multi Institution Study. Indiana
University Center for Postsecondary Research: USA.
Clobert, Magali., Saroglou, Vassilis., Hwang, Kuo, Kwang.,
Soong, Wen-Li. 2014. East Asian Religious Tolerance-A
Myth or a Reality? Empirical Investigations Of Religious
Prejudice in East Asian Societies. Journal of Cross
Cultural Psychology: SAGE.
~ 107 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 108 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 109 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 110 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
BAGIAN EMPAT
~ 111 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 112 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Pendahuluan
Keterlibatan negara dalam bentuk regulasi untuk
mengurus kehidupan beragama merupakan suatu keniscayaan
dalam hal-hal yang bisa menimbulkan konflik atau kekacauan
(disorder), dan bukan dalam hal substansi ajaran agama. Hal
ini menjadi semakin penting ketika aspirasi dan kepentingan
masing-masing kelompok keagamaan semakin berkembang
dan ekspresi kebebasan pun semakin terbuka. Regulasi
itu tidak menyalahi demokrasi, karena demokrasi pada
hakekatnya merupakan keseimbangan antara kebebasan
(freedom) dan keteraturan (law and order). Regulasi ini juga
tidak bertentangan dengan hak-hak asasi manusia (HAM),
karena baik konstitusi Indonesia maupun Internasional
covenant on civil and Political Rights (ICCPR, diratifikasi
melalui UU No. 12 Tahun 2005) membenarkan regulasi ini.
Pada dasarnya konstitusi Indonesia memberikan kewenangan
kepada negara untuk memberlakukan pembatasan terhadap
kebebasan HAM, sebagaimana pasal 28 J ayat (2) UUD 1945.
Menurut Abdul Hakim Garuda Nusantara, Ketua Komisi
Nasional Hak-hak asasi manusia 2002-2007. Pembatasan
yang dimaksudkan untuk mengakomodasi kepentingan
nasional semacam ini disebut sebagai “margin apresiasi HAM”.
Pasal 28J ayat (2) UUD 1945 tersebut membawa konsekuensi
diterapkannya “ margin apresiasi HAM” di Indonesia. Demi
~ 113 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 114 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 115 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 116 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 117 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 118 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 119 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Kerangka Konseptual
Masyarakat dan Perubahan Sosial
Menurut Talcott Parsons dan Willbert E. Moore, teori
tentang masyarakat dan perubahan sosial tidak dapat
dipisahkan. Namun juga harus diakui bahwa tidak ada
satu teori perubahan sosial yang benar-benar mencukupi
untuk membaca perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyarakat termasuk apa yang selama ini sering diungkapkan,
yakni apa yang disebut “grand theory”. Kata Etzioni, “grand
theories” tidak memberikan bimbingan yang mencukupi untuk
riset sosiologi tetapi tidak ada perubahan sosial yang modern
~ 120 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 121 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Modal Sosial
Modal sosial dapat didefinisikan sebagai serangkaian
nilai dan norma informal yang dimilki bersama diantara para
anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan
terjadinya kerjasama diantara mereka (Francis Fukuyama,
2002: xii). Tiga unsur utama dalam modal sosial adalah: trust
(kepercayaan), reciprocal (timbal balik), dan interaksi sosial.
Trust (kepercayaan) dapat mendorong seseorang untuk
bekerjasama dengan orang lain untuk memunculkan aktivitas
ataupun tindakan bersama yang produktif. Trust merupakan
produk dari norma-norma sosial kooperation yang sangat
penting yang kemudian memunculkan modal sosial.
Fukuyama (2002), menyebutkan trust sebagai harapan-
harapan terhadap keteraturan, kejujuran, perilaku kooperatif
yang muncul dari dalam sebuah komunitas yang didasarkan
pada norma-norma yang dianut bersama anggota komunitas-
komunitas itu.
Unsur penting pertama dari modal sosial adalah Trust
(kepercayaan) dalam suatu kelompok sangat diperlukan,
tidak hanya antar pengurus namun antar anggota juga
dibutuhkan suatu kepercayaan. Karena dengan adanya
kepercayaan ini maka akan terjalin suatu hubungan kerjasama
yang baik. Tidak ada kecurigaan antara sesama pengurus
atau anggota kelompok. Unsur penting kedua dari modal
sosial adalah reciprocal (timbal balik), dapat dijumpai dalam
bentuk memberi, saling menerima dan saling membantu
yang dapat muncul dari interaksi sosial (Soetomo, 2006:
87). Unsur yang selanjutnya yakni interaksi sosial. Interaksi
yang semakin meluas akan menjadi semacam jaringan sosial
yang lebih memungkinkan semakin meluasnya lingkup
kepercayaan dan lingkup hubungan timbal balik. Jaringan
~ 122 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 123 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 124 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Interaksi Sosial
Menurut Gillin dan Gillin (Soerjono Soekanto, 2007: 55-
56), interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial
yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-
perorang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun
antara orang-perorang dengan kelompok manusia. Apabila
dua orang bertemu, interaksi dimulai pada saat itu. Mereka
saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau
bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu
merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Walaupun orang-
orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau
saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi.
Karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang
meyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun
syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh
misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan, dan
lain-lain. Semua itu menimbulkan kesan di dalam pikiran
seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang
akan dilakukannya (Soerjono Soekanto, 2007: 55-56).
Interaksi sosial yang terjadi dalam suatu kelompok
merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang-perorang, antar kelompok-kelompok
manusia, dan antara orang dengan kelompok masyarakat.
Interaksi sosial terjadi apabila dalam masyarakat terjadi
kontak sosial (social contact) dan komunikasi. Interaksi terjadi
dua orang atau kelompok saling bertemu atau pertemuan
antara individu dengan kelompok dimana komunikasi terjadi
diantara kedua belah pihak. Kontak sosial dan komunikasi
~ 125 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 126 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 127 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Pluralisme Agama
Pluralisme berasal dari istilah asing (pluralism),
berarti: suatu kerangka interaksi yang mana setiap
kelompok menampilkan rasa hormat dan toleran satu
sama lain, berinteraksi tanpa konflik atau asimilasi. Maka
pluralisme dalam arti seluasnya dapat dilihat sebagai pilihan,
tujuan, sekaligus jawaban untuk mencapai keharmonisan-
kerukunan beberapa kelompok dalam kemajemukan; baik
secara ideologi, sosial, maupun agama. Sedangkan pluralisme
agama menurut John Hick, penggagas pluralisme agama bagi
kaum Nasrani, yaitu, “Menurut pandangan fenomenologis,
terminologi pluralisme agama arti sederhananya ialah realitas
bahwa sejarah agama-agama menunjukkan berbagai tradisi
serta kemajemukan yang timbul dari cabang masing-masing
agama. Ali Rabbani Golpaygani, guru pesantren di Qum,
menginterpretasikan pluralisme sebagai berikut, “Adapun
pluralisme agama ialah seorang pemeluk agama menghendaki
keberadaan dalam lingkup perkara yang mutlak tetapi sambil
meyakini bahwa hakikat yang diyakininya itu ada dalam satu
cengkraman”.
Kemudian ia menjelaskan pluralisme agama tersebut
dengan penggunaan istilah pluralitas vertikal dan horizontal.
~ 128 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Konsep Kerukunan
Kerukunan berarti merasakan harmoni dan tiadanya
permusuhan antar sesama yang menggambarkan hubungan
antara kelompok yang berbeda karakter dengan tetap
menjungjung tinggi sikap saling menghormati, keadilan,
~ 129 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 130 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 131 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 132 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 133 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 134 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 135 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 136 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 137 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 138 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 139 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 140 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 141 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 142 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 143 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 144 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 145 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 146 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 147 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 148 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Akademi/Diploma III/Sarjana
7. 74 ( 3.11 %) 31 (1.30 %) 43 (1.81 %)
Muda
~ 149 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 150 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 151 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 152 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 153 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 154 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 155 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 156 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 157 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 158 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 159 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 160 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 161 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 162 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 163 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 164 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 165 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 166 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 167 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 168 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 169 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 170 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 171 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 172 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 173 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
siswa/I baru ada buku data siswa yang harus di isi dan ada
pernyataan bersedia mengikuti pelajaran Pendidikan Agama
Kristen. Buku itu diisi oleh siswa/I dan orang tua, mereka
pun mengikutinya. Materi PPKN d kelas IX ada sub materi
membahas tentang toleransi untuk saling menghargai suku
dan agama. Dalam Pendidikan agama Kristen mengajarkan
jika ada yang membencimu kasihilah musuhmu, klau ada
yang menampar pipi kirimu kasih pipi kanan mu. Materi
toleransi dalam kegiatan belajar mengajar diarahkan untuk
mengajarkan sikap sosial. Implementasinya kunjungan
ke SLB Lamboro Muslim, direspon oleh anak-anak yang
berkunjung dengan menyanyikan lagu “jangan menyerah”,
dan main bersama dengan teman-teman mereka, contoh
lainya di gampong mulia.
Sebelah kiri Ibu Guru PPKN di SMA Metodis, sebelah kanan wakil
Kepala Sekolah SMP Metodis (Agama Islam)
~ 174 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 175 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 176 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 177 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 178 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 179 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 180 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
terhadap agama lain. Dalam hal ini pun Kabid Urais (Bapak
Hamdan) telah melakukan sosialisasi tentang faham
keagamaan dan deteksi dini, ke wilayah Barat Selatan, wilayah
Aceh Selatan, Subulussalam. Aceh Singkil, Aceh tengah,
Bener Meriah, Gayo Luwes, dan Aceh Tenggara, yang belum
dilakukan sosialisasi ke kabupaten Seumeulu. Pembinaan
ini dilakukan setiap tahun, sebagai Narasumber diambil
dari UIN Ar-Raniry Aceh. Pembinaan intern umat Islam
lebih diorientasikan kepada pencegahan terhadap paham
keagamaan.
Di Kantor KUA setelah diskusi dengan kepala KUA (Bapak Ikbal) dan
Penyuluh Agama Islam (Ibu Raudotul Jannah)
Program Walikota
Program Wali Kota menjawab kembali hadir dan
mengudara di 10 stasiun radio lokal di Banda Aceh. Edisi
Oktober ini, program Wali Kota Menjawab mengangkat
tema ‘Peran Aktif Camat Dalam Mewujudkan Banda Aceh
Gemilang’. Kegiatan ini digelar Selasa (9/10/2018) di pendopo
Wali Kota Banda Aceh. Edisi Oktober ini mengundang
antusiasme warga kota, hal ini ditandai dengan banyaknya
telpon yang masuk dari warga yang ingin menanyakan
~ 181 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 182 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 183 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 184 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 185 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 186 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 187 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 188 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Fardu Qifayah
Kegiatan yang terkait dengan sosial keagamaan ada
istilah bahasa Fardu Qifayah yaitu: kegiatan ketika ada warga
Muslim yang meninggal untuk: memandikan, menyolatkan,
menguburkan, dan mendoakan, ditangani oleh 5 orang
perempuan dan 5 orang laki-laki. Kelompok fardu qifayah
ini dilatih oleh pihak Kemenag dan Dinas Syariat Islam,
selama 2 hari di Aula Masjid Al-Anshar Gampong Mulia.
Narasumber diambil dari Dinas Syariat Islam, Kamenag
Kota Banda Aceh, Kepala KUA dan tokoh Agama Gampog
Mulia. Materi yang disampaikan dalam pelatihan: membahas
~ 189 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 190 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 191 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 192 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 193 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 194 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 195 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 196 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 197 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 198 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 199 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 200 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Penutup
Kehidupan multikultural di Aceh ini merupakan
perpaduan antara teori konsensus (dimensi budaya) dan
teori konflik (dimensi struktural). Menurut Kakanwil
pemberlakuan Syariat Islam di Aceh, tidak mengganggu
kehidupan kerukunan antarumat beragama di Provinsi Aceh.
Syariat Islam diberlakukan khusus kepada penduduk yang
beragama Islam. Secara umum ada dua kebijakan penting
Kementerian Agama dalam pemeliharaan kerukunan umat
beragama, yaitu: 1) Memberdayakan masyarakat, kelompok-
kelompok agama, serta pemuka agama untuk menyelesaikan
sendiri masalah kerukunan umat beragama (KUB), dan 2)
Memberikan rambu-rambu dalam pengelolaan kerukunan
umat beragama ujarnya. Sejalan dengan tugas dan fungsi
Kementerian Agama di bidang KUB ini, sampai saat ini sudah
dilakukan kegiatan dan program Pembinaan Kerukunan
Umat Beragama di Provinsi Aceh dengan fokus pada ; 1)
Peningkatan pemahaman keagamaan yang moderat kepada
umat beragama; 2) Perubahan paradigma pendekatan
dalam membangun kerukunan antarumat beragama dari
pendekatan formal, struktural menjadi pendekatan humanis-
kultural; 3) Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB); 4) Dialog intern umat beragama; 5) Dialog
antarumat beragama; 6) Dialog antara umat beragama dengan
pemerintah; 7) Peningkatan wawasan multikultural bagi
tokoh agama, pemuka agama, guru, dan tokoh masyarakat; 8)
Dialog pemuda lintas agama.
Adapun upaya-upaya lainya yang telah dilakukan
Kementerian Agama Aceh dalam mendorong peningkatan
kerukunan umat beragama di Provinsi Aceh, yaitu;
Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif.
Dalam rangka memantapkan pendalaman dan penghayatan
agama serta pengamalan agama yang mendukung bagi
~ 201 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 202 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 203 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 204 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 205 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 206 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
3. Faktor pendidikan
Rendahnya pendidikan akan turut serta menentukan
kualitas kerukunan yang ada pada setiap masyarakat,
demikian pula yang terjadi di Gampong Mulia, dan
Gampong Peunayong. Pendidikan ini bisa diproleh dari
bangku sekolah formal maupun dari pondok pesantren.
Seperti hasil wawancara penulis bahwa ada beberapa
anak umat non-Muslim yang melanjutkan pendidikan
di SD, SMP, SMA Metodis. Sehingga dengan adanya
pendidikan seperti itu kerukunan akan terjalin dan
terbina dengan baik antarumat beragama karena mereka
saling berkomunikasi antar sesama.
4. Faktor kemasyarakatan
Di dalam hal sosial, seperti adanya kegiatan gotong-royong
untuk melakukan kerjabakti (membersihkan gampong)
dengan warga setempat. Wujud dari gotong royong akan
melahirkan sikap kebersamaan kepedulian terhadap
sesama manusia, baik itu Muslim maupun non-Muslim.
Karena dalam menjaga kehidupan lingkungan sehari-hari
tidak memandang perbedaan agama yang dianut oleh
masyarakatnya, sehingga kehidupan sehari-hari terbina
dan damai. Bukan hanya dalam hal gotong royong saja
tetapi dalam hal lain juga, seperti membangun Masjid
umat lainya turut membantu memberi sumbangan.
Begitu juga halnya umat Muslim membantu umat Non-
Muslim seperti halnya membangun rumah tempat tinggal
dan lainnya.
Dengan demikian Gampong adalah wilayah komunitas
penduduk sebagai kesatuan masyarakat yang terendah
(di bawah mukim) dalam sistem administrasi adat dan
pemerintahan di Aceh. Gampong memiliki batas-batas,
perangkat, simbol adat, hak-hak pemakaian/penggunaan
prasarana, sumber pendapatan, serta tatanan sosial lokal
tetentu. Pemimpin gampong disebut keuchik. Majlis peradilan
~ 207 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 208 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Daftar Pustaka
Al-Yasa, Abu Bakar, 2005 “Syariat Islam di Provinsi NAD,
Paradigma, Kebijakan”, (Banda Aceh: Dinas Syariat
Islam Provinsi NAD).
Arifin, Hasnul Melayu, 2004 “Eksistensi Wilayat al-Hisbah
dalam Islam”dalam Soraya Devy, dkk, Politik dan
Pencerahan Peradaban, Ar-Raniry Pres Banda Aceh.
Atika Diah, 2006 “Wilayatul Hisbah Sebuah bentuk
Kebijakan Politik Hukum Pemerintahan Aceh”, Jurnal
Malik Ibrahim.
~ 209 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 210 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 211 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 212 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 213 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 214 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
BAGIAN LIMA
~ 215 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 216 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Pendahuluan
Pada 2018 Balai Penelitian dan Pengembangan Agama
(Balai Litbang Agama) Jakarta melakukan penelitian tentang
Toleransi Umat Beragama pada Masyarakat Heterogen di
sejumlah desa di wilayah Provinsi Jawa Barat. Penelitian itu
bertujuan mengkaji faktor-faktor utama yang berperan dalam
memelihara kerukunan umat beragama di suatu daerah.
Penelitian dilakukan di 6 desa/kelurahan, meliputi Kampung
Sawah Pondok Gede Kota Bekasi, Desa Kertajaya Kecamatan
Pebayuran Kabupaten Bekasi, Kelurahan Karangmekar
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi, Desa Pabuaran
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor, Kampung
Panggulan Desa Pengasinan Kecamatan Sawangan Kota
Depok, dan Desa Cigugur Kecamatan Cigugur Kabupaten
Kuningan. Seluruh lokasi yang dipilih merupakan kampung
atau desa yang damai kendati majemuk dari segi pemeluk
agama dan rumah ibadat.
Salah satu temuan penting penelitian tersebut adalah
kerukunan yang terwujud di desa/kelurahan yang menjadi
lokasi penelitian itu umumnya terjadi karena peran modal
sosial atau ikatan antarwarga yang tumbuh melalui proses
panjang sejarah. Di sebagian daerah, seperti Desa Kertajaya
Kecamatan Pebayuran dan Desa Pabuaran Kecamatan
Gunung Sindur, modal sosial itu bertumpu pada jalinan
~ 217 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 218 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Kerangka Konseptual
Sebagian sarjana berpandangan bahwa konflik dan
kekerasan antarkomunitas etnis tidak dapat dipahami
secara memadai jika kita tidak mengkaji bagaimana
komunitas yang berbeda dapat memelihara kedamaian dan
mempertahankan kerja sama di antara mereka (Fearon dan
Laitin 1996; Varshney 2002). Di antara para sarjana yang
memberi penekanan pada peran penting ikatan antarwarga
bagi kehidupan sosial dan politik adalah Robert Putnam dan
Ashutosh Varshney. Sementara Putnam menekankan peran
penting ikatan warga bagi partisipasi warga dalam politik dan
bekerjanya demokrasi, Varshney menyoroti peran penting
ikatan warga dalam memelihara kedamaian etnis.
Dalam bukunya Making Democracy Work (1993), Putnam
merumuskan konsep ikatan kewargaan dengan menggunakan
~ 219 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 220 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 221 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografis dan
sejarah. Penelitian lapangan dilaksanakan dua tahap: 29 Juli
- 2 Agustus 2019 dan 3-17 September 2019. Metode penelitian
melibatkan teknik observasi, wawancara dan studi dokumen.
Lokasi penelitian difokuskan di wilayah Kecamatan Sipirok
Kabupaten Tapanuli Selatan. Beberapa kelurahan yang
dikunjungi di Kecamatan Sipirok meliputi Kelurahan Parau
Sorat, Kelurahan Siala Gundi, Kelurahan Bunga Bondar,
Kelurahan Sipirok Godang, Kelurahan Pasar Sipirok dan
Kelurahan Hutasuhut. Selain Kecamatan Sipirok, peneliti juga
mengunjungi sejumlah lokasi di wilayah Kecamatan Angkola
Selatan, antara lain, Kelurahan Simar Pinggan, Kelurahan
Tapian Nauli, Desa Siopat-Opat dan Desa Sikuik-Huik.
Informan dari unsur pemerintah yang diwawancarai
mencakup, antara lain, Bupati Tapanuli Selatan, Sekretaris
Daerah dan Kepala Badan Kesbangpol Pemerintah Kabupaten
Tapanuli Selatan; Kepala Kantor, Kepala Seksi Bimas Islam,
Kepala Seksi Bimas Kristen, dan Penyelenggara Katolik
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tapanuli Selatan;
Kepala KUA Kecamatan Sipirok; Sekretaris Camat Sipirok,
Lurah Parau Sorat, dan Lurah Bunga Bondar Kecamatan
Sipirok. Sementara itu, beberapa narasumber dari kalangan
pemerintah yang berhasil diwawancarai di Angkola Selatan
adalah Camat Angkola Selatan, Kepala KUA Kecamatan
Angkola Selatan, Lurah Simar Pinggan, dan Sekretaris Lurah
Tapian Nauli.
~ 222 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 223 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 224 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 225 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 226 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 227 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 228 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 229 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 230 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
7
Di daerah Kecamatan Angkola Selatan, peneliti mengunjungi
tempat persulukan di Kampung Lalang Desa Perkebunan Marpinggan, 11
September 2019.
~ 231 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 232 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 233 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 234 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 235 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Praktik Kerukunan
Ada sejumlah hal yang mengindikasikan tradisi kerukunan
umat beragama di wilayah Sipirok masih berjalan dengan
sangat baik. Pertama, selama ini belum pernah terjadi konflik
sosial yang melibatkan sentimen keagamaan di Sipirok.
Pendirian atau keberadaan rumah ibadat ragam agama,yang
di banyak tempat lain acap kali menimbulkan pertikaian,
tidak menjadi sumber pertikaian di Sipirok. Demikian pula
kegiatan peribadatan dan penyiaran agama.
~ 236 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 237 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 238 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 239 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 240 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 241 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 242 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 243 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 244 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 245 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
8
Masing-masing wilayah memiliki hari poken sendiri. Peneliti sempat
mengunjungi poken di Kelurahan Simar Pinggan Kecamatan Angkola
Selatan, yang dilaksanakan setiap Senin (observasi peneliti, 9 September
2019).
~ 246 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Lopo Kopi
~ 247 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 248 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 249 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 250 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan formal, seperti sekolah dan
madrasah, berperan dalam pemeliharaan kerukunan melalui
~ 251 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 252 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Organisasi Keagamaan
Seluruh wakil organisasi keagamaan, baik Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Kecamatan Sipirok, Muhammadiyah, Al-
Wasliyah, Muslimat NU, dan Badan Kontak Majelis Taklim
(BKMT) mengaku bahwa masing-masing organisasi mereka
acap kali menyampaikan pesan dakwah atau keagamaan
yang di dalamnya mengandung unsur-unsur pemupukan
sikap toleransi dan saling menghormati antarumat beragama.
Kendati demikian, umumnya mereka menyebut FKUB
sebagai lembaga yang seharusnya memainkan peran lebih
besar dalam memfasilitasi pertemuan antartokoh agama di
tingkat lokal.
Penutup
Kesimpulan dan Rekomendasi
Penelitian ini menemukan ikatan kekerabatan sebagai
faktor utama pembentuk tradisi kerukunan umat beragama di
Sipirok. Sistem kekerabatan etnis Batak, yang dikenal dengan
istilah dalihan na talo, berperan sebagai perekat utama warga
Batak, kendati mereka memiliki keyakinan keagamaan yang
berbeda. Dalam konteks Sipirok, komunitas agama terbesar
adalah Muslim, disusul Kristen dan Katolik.
Selain ikatan kekerabatan, pengalaman hidup bersama
selama berpuluh-puluh tahun yang relatif terbebas dari
konflik juga turut berkontribusi pada terbentuknya jalinan
~ 253 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 254 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
Daftar Pustaka
Agustono, Budi, dan Junaidi. “The Dutch Colonial Economic
Policy: Coffee Exploitation in Tapanuli Residency, 1849–
1928.” Kemanusiaan, Vol. 25, No. 2, (2018): 49–71.
Alam, Rudy Harisyah. “Ikatan Kekerabatan dan Kedamaian
Umat Beragama: Studi
Kasus di Desa Kerta Jaya Kecamatan Pebayuran Kabupaten
Bekasi Jawa Barat.” Penamas, Vol. 31, No. 2, (2018):
379-396.
Aritonang, Jan Sihar, dan Karel Steenbrink, ed. A History of
Christianity in Indonesia. Leiden dan Boston: Brill, 2008.
Harahap, Ramli SN. ed. Bunga Rampai Seratus Lima Puluh
Tahun Kekristenan di
~ 255 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 256 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 257 ~
~ TOLERANSI DAN KERJASAMA UMAT BERAGAMA DI WILAYAH SUMATERA ~
~ 258 ~