Anda di halaman 1dari 2

Pihak developer/pengembang rumah susun wajib untuk menyelesaikan pemisahan terlebih dahulu atas satuan-satuan

rumah susun yang meliputi bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama (lihat Pasal 7 ayat [3] UU No. 16
Tahun 1985 tentang Rumah Susun/UURS jo Pasal 39 PP No. 4 Tahun 1988 tetang Rumah Susun/PP No. 4
Tahun 1988).

 Pemisahan tersebut dilakukan dengan Akta Pemisahan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat ketentuan Pasal 2, Pasal
3 dan Pasal 4 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 1989 tentang Bentuk dan Tata
Cara Pengisian serta Pendaftaran Akta Pemisahan Rumah Susun (“PKBPN No. 2 Tahun 1989”):
 
“Pasal 2
(1)        Akta pemisahan dilengkapi dengan pertelaan yang jelas dalam bentuk gambar, uraian dan batas-
batas pemilikan satuan rumah susun yang mengandung nilai perbandingan proporsional.
(2)         Pertelaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh penyelenggara
pembangunan rumah susun.
 
Pasal 3
(1)         Akta pemisahan dibuat dan diisi sendiri oleh penyelenggara pembangunan rumah susun.
(2)         Tata cara pengisian akta pemisahan sesuai dengan pedoman terlampir.
 
Pasal 4
(1)        Penyelenggara pembangunan wajib meminta pengesahan isi akta pemisahan yang bersangkutan
kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten/Kotamadya setempat atau kepada Pemerintah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, apabila pembangunan rumah susun terletak di wilayah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
(2)        Akta pemisahan setelah disahkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini harus
didaftarkan oleh penyelenggara pembangunan pada Kantor Pertanahan setempat, dengan
melampirkan:
a.      Sertipikat hak atas tanah;
b.      Izin Layak Huni;
c.       Warkah-warkah lainnya yang diperlukan”

Hak milik atas satuan rumah susun terjadi sejak didaftarkannya akta pemisahan dengan dibuatnya Buku Tanah untuk
setiap satuan rumah susun yang bersangkutan (Pasal 39 ayat [5] PP No. 4 Tahun 1988).

 Terhadap buku tanah tersebut kemudian dapat diterbitkan Sertifikat Hak Milik Atas Rumah Susun(Pasal 7 ayat [1]
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1989 tentang Bentuk dan Tata Cara Pembuatan
Buku Tanah serta Penerbitan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun/PKBPN No. 4 Tahun 1989).  
 
SHMRS dibuat dengan cara:
a.      membuat salinan dari buku tanah yang bersangkutan.
b.      membuat salinan surat ukur atas tanah bersama.
c.      membuat gambar daerah satuan rumah susun yang bersangkutan

Salinan-salinan tersebut kemudian dijilid menjadi sebuah dokumen yang disebut dengan Sertifikat (lihat Pasal 7
ayat [2] dan ayat [3] PKBN No. 4 Tahun 1989).
 Jadi, secara singkat dapat dilihat bahwa dasar dari diterbitkannya SHMRS ini didapat dari akta pemisahan yang
telah disahkan dan didaftar, kemudian dari akta pemisahan tersebut dibuatlah buku tanah sebagai dasar penerbitan
SHMRS.
SHMRS yang diterbitkan tersebut merupakan tanda bukti hak milik terhadap satuan rumah susun yang
dimiliki(Pasal 9 ayat (1) UURS jo. Pasal 7 ayat (4) PKBN No. 4 Tahun 1989).
 
Demikian yang bisa saya jelaskan, semoga dapat memberi pencerahan. Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai