Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN TRAUMA ABDOMEN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stage Gawat Darurat Dan Kritis Di RSUD dr.

Soekardjo Kota Tasikmalaya

Disusun Oleh :

Program Studi Ners

Neng Melly Nuraeni J2214901074

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2023
A. Konsep Penyakit Trauma Abdomen
1. Definisi Penyakit
Trauma abdomen merupakan kerusakan yang terjadi pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadinya
gangguan metabolisme, kelainan imunologi, dan gangguan faal berbagai
organ.
Trauma abdomen merupakan pukulan/benturan yang terjadi langsung
pada rongga abdomen yang menyebabkan cidera tekanan pada isi rongga
abdomen, terutama organ padat pada abdomen seperti hati, pankreas, ginjal,
dan limpa atau juga organ yang berongga seperti lambung, usus halus, usus
besar, pembuluh darah abdominal dan dapat juga menyebabkan terjadinya
rupture abdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu :
a. Paksaan / Benda Tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi kedalam rongga
peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh,
kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera
akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk
pengaman.
b. Trauma Tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi kedalam rongga
peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda
tajam atau luka tembak.
2. Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara
faktor–faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma
yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk)
untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan
pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal
ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan
tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan
yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga
bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan
tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi
tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam
beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal
tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa
mekanisme :
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan
gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler
Pathway
Trauma Trauma
paksa benda tajam
(jatuh, (Pisau,
benda peluru, dll)
tumpul,
kompresi
dll)
↓ ↓

Gaya predisposisi trauma > elastisitas &


Viskositas

Ketahanan jaringan tidak mampu
mengkompensasi

Trauma Abdomen

↓ ↓
Trauma Trauma
Tajam Tumpul
↓ ↓ ↓ ↓
Kerusakan Kerusakan organ Kompresi
Kerusakan
Jaringan abdomen organ
jaringan
Kulit abdomen
↓ ↓ ↓ ↓
Luka Perforasi lapisan Perdarahan
terbuka abdomen(Kontusio, intra
Perdarahan
Laserasi, jejas, abdomen
hematoma)
↓ ↓ ↓
Peningkatan
Risiko Risiko
TIA
infeksi Nyeri syok ↓
akut Distensi
Abdomen

Kerusakan Mual/muntah
integritas ↓
kulit/ jaringan Resiko
ketidakseimba
ngan cairan
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian primer
a. A (airway)
Dalam pengkajian trauma abdomen banyak kasus yang tidak
menyinggung pada obstruksi jalan napas
b. B (breathing)
Sedikit pada kasus trauma abdomen penggunaan otot bantu napas
ataupun napas cuping hidung
c. C (Circulation)
Hipotensi, perdarahan, adanya tanda “Bruit” (Bunyi abnormal pada
auskultasi pembuluh darah, biasanya pada arteri karotis), tanda
Cullen, tanda grey, turner, tanda coopernail, tanda balance,
takikardia, diaphoresis.
2. Pengkajian sekunder
Pengkajian pasien trauma abdomen adalah meliputi :
a. Trauma tembus abdomen
1) Riwayat mekanisme cedera: kekuatan tusukan/tembakan,
kekuatan tumpul (pukulan)
2) Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya: cedera
tusuk, memar, dan tempat keluarnya peluru. Selain itu perlu
juga dikaji anterior abdomen, punggung, panggul, dan rectum.
Sedangkan untuk mengetahui kemungkinan adanya perdarahan,
maka perawat harus menggunakan petujuk Cullen sign yaitu
perdarahan pada umbilicus bila terjadi trauma panggul dan
turner Sign yaitu perdarahan retroperitoneal bila terjadi
perdarahan pada dinding abdomen
3) Auskultasi ada/tidaknya bising usus dan catat data dasar
sehingga perubahan dapat dideteksi. Adanya bisisng usus
adalah tanda awal keterlibatan intraperitoneal: jika ada tanda
iritasi peritoinum biasanya dilakukan laparatomi (insisi
pembedahan kedalam rongga dalam abdomen)
4) Perkusi dengan menggunakan jari tangan, bila terdengar suara
timpani yang berlebihan, maka dicurigai adanya penumpukan
udara bebas yang mengindikasikan adanya luka tembus.
Namun, bila terdengar redup maka perawat menduga terjadinya
akumulasi cairan atau darah pada daerah usus besar dan
lambung
5) Palpasi harus hati-hati dan lembut karena pada daerah abdomen
terjadi akumulasi cairan atau darah atau udara sehingga
abdomen akan mengalami distensi
6) Kaji pasien untuk progresi distensi abdomen, gerakan, nyeri
tekan, kekuatan otot, nyeri lepas, penurunan bising usus,
hipotensi, dan syok
7) Catat semua tanda fisik selama pemeriksaan pasien
b. Trauma tumpul abdomen
Riwayat detail jika mungkin (sering tidak bisa didapatkan, tidak
akurat, atau salah). Dapatkan semua data yang mungkin tentang
hal-hal sebagai berikut :
1) Metode cedera
2) Waktu awitan gejala
3) Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering
mengalami rupture limpa atau hati). Sabuk keselamatan
digunakan tidak. Tipe resrain yang digunakan.
4) Waktu makan atau minum terakhir
5) Kecenderungan perdarahan
6) Penyakit dan medikasi terbaru
7) Riwayat imunissi dengan perhatian tetanus
8) Alergi
Lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasien untuk
mendeteksi masalah yang mengancam kehidupan
c. Dasar pemeriksaa head to toe harus dilakukan dengan singkat
tetapi menyeluruh dari bagian kepala sampai ke bagian ujung kaki :
a. Aktivitas/istirahat
Data subyektif : pusing, sakit kepala, nyeri, mules
Data objektif : perubahan kesadaran, masalah dalam
keseimbangan cedera (trauma
b. Sirkulasi
Data objektif : kecepatan (bradipnea, takipnea) pola napas
(hipoventilasi/hiperventilasi)
c. Integritas ego
Data subyektif: perubahan tingkah laku/ kepribadian
(tenang/dramatis)
Data objektif: cemas, bingung, depresi
d. Eliminasi
Data subyektif: inkontinensia kandung kemih/usus atau
mengalami gangguan fungsi
e. Makanan dan cairan
Data subyektif : mual, muntah, dan mengalami perubahan
selera makan
Data objektif : mengalami distensi abdomen
f. Neurosensory
Data subyektif: kehilangan kesadaran sementara, vertigo
Data objektif: perubahan kesadaran bisa sampai koma,
perubahan status mental, kesulitan dalam menemukan posisi
tubuh
g. Nyeri dan kenyamanan
Data subyektif: sakit pada abdomen dengan intensitas dan
lokasi yang berbeda, biasanya lama
Data objektif : wajah meringis, gelisah merintih
h. Pernafasan
Data subyektif : perubahan pola napas
Data objektif : napas tidak normal (18-24x/menit)
i. Keamanan
Data subyektif : trauma baru/trauma karena kecelakaan
Data objektif : dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang
gerak
3. Pemeriksaan penunjang
a. Foto thoraks.
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
b. Pemeriksaan darah rutin.
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi
perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan
hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000 /mm tanpa
terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi
menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi
usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan
trauma pada hepar.
c. Plain abdomen foto tegak.
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retro perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan
gambaran usus.
d. Pemeriksaan urine rutin.
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai
hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya
trauma pada saluran urogenital.
e. VP (Intravenous Pyelogram).
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal
f. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL). Dapat membantu menemukan
adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat
amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat diagnostik. Bila ada
keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
4. Analisa data

No Masalah
Data Etiologi
. Keperawtan
1. Ds : Agen pencedera Nyeri akut
 Mengeluh nyeri fisik tajam/tumpul
Do: ↓
 Tampak meringis Gaya predisposisi

 Bersikap protektif trauma

 Gelisah ↓
Ketahanan
 Frekuensi nadi
jaringan tidak
meningkat
mampu
 Sulit tidur
mengkompensasi
 TD meningkat
 Pola napas berubah ↓
Trauma abdomen

Luka
terbuka/tertutup

Nyeri akut

2. Ds : Trauma abdomen Gangguan


- ↓ integritas
Do : Trauma tajam jaringan/kulit
 Kerusakan jaringan ↓
dan atau lapisan kulit Luka terbuka
 Nyeri ↓
 Perdarahan Kerusakan

 Kemerahan integritas

 Hematoma jaringan/kulit

3. Faktor risiko : Trauma abdomen Risiko syok


1. Hipotensi ↓
2. Kekurangan volume Trauma tajam
cairan ↓
Kondisi klinis terkait : Kerusakan
1. Perdarahan jaringan/kulit
2. Trauma multiple ↓
Perdarahan

Risiko syok
4. Faktor risiko : Trauma abdomen Risiko infeksi
1. Kerusakan integritas ↓
kulit Tajam
Kondisi klinis terkait : ↓
1. Tindakan invasive Kerusakan
jaringan/kulit

Luka terbuka

Tidak terawatt
dengan baik

Risiko infeksi
5. Faktor risiko : Trauma tumpul Risiko
1. Trauma/perdarahan ↓ ketidakseimbangan
Kondisi klinis terkait Kompresi organ cairan
1. Perdarahan abdomen

Perdarahan intra
abdomen

Distensi abdomen

Mual/muntah

Risiko
ketidakseimbanga
n cairan

5. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma
abdomen)
b. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan factor
mekanis (penekanan trauma abdomen)
c. Risiko syok
d. Risiko infeksi
e. Risiko ketidakseimbangan cairan
6. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi utama: Manajemen nyeri
selama x24jam diharapkan tingkat nyeri Observasi
menurun dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi skala nyeri
 Keluhan nyeri menurun (5) 2. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
 Meringis menurun (5) frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri

 Gelisah menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal

 Sikap protektif menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan


memperingan nyeri
 Kesulitan tidur menurun (5)
5. Monitor keberhasilan terapi komplementer
 Frekuensi nadi membaik (5)
yang sudah diberikan
6. Identifikasi nyeri pada kulaitas hidup
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
2. Kontrol lingkungan yang dapat
memperberat nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi merdakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesic
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi utama:Perawatan luka
integritas selama x24jam diharapkan integritas Observasi
jaringan/kulit kulit/jaringan meningkat dengan kriteria 1. Monitor karakteristik luka (drainase, warna,
hasil: ukuran, bau)
 Kerusakan jaringan menurun (5) 2. Monitor tanda-tanda infeksi
 Kerusakan lapisan kulit menurun Terapeutik
(5) 1. Bersihkan dengan cairan Nacl atau
 Perdarahan menurun (5) pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
 Hematoma menurun (5) 2. Pasang balutan sesuai jenis luka
3. Pertahankan teknik steril pada saat
melakukan perawatan luka
4. Berikan diet dengan dengan kalori 30-
35kkal/kgbb/hari/protein 1,25-1,5/kgbb/hari
5. Berikan suplemen vitamin
Edukasi
1. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
2. Ajarkan prosedur perawatan luka sendiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur debridemen mis.
Enzimatik, biologis, autolitik
2. Kolaborasi pemberian antibiotic
3. Risiko syok Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi utama:Pencegahan syok
selama x24jam diharapkan tingkat syok Observasi
menurun dengan kriteria hasil: 1. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
 Kekuatan nadi meningkat (5) 2. Monitor status oksigenasi
 Output urine meningkat (5) 3. Monitor status cairan

 Tingkat kesadaran meningkat (5) 4. Monitor status kardiopulmonal

 Akral dingin menurun (5) 5. Periksa riwayat alergi


Terapeutik
 Pucat menurun (5)
1. Pasang jalur iv
 Tekanan arteri rata-rata membaik
2. Berikan o2 untuk mempertahankan o2
(5)
>94%
 TD sistolik dan diastolic membaik
3. Pasang kateter urin untuk menilai produksi
(5)
urin
 Frekuensi napas membaik (5)
4. Lakukan skintest untuk menegah alergi
 Frekuensi nadi membaik (5)
Edukasi
1. Jelaskan penyebab resiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
3. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
4. Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemasanga iv
2. Kolaborasi pemberian transfuse darah
3. Kolaborasi antiinflamasi
4. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi utama:Pencegahan infeksi
selama x24jam diharapkan tingkat infeksi Observasi
menurun dengan kriteria hasil: 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
 Demam menurun (5) sistemik
 Kemerahan menurun (5) Terapeutik

 Nyeri menurun (5) 1. Batasi jumlah pengunjung

 Bengkak menurun (5) 2. Pertahankan teknik aseptic


Edukasi
 Kultur area luka membaik (5)
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
5. Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi utama:Manajemen cairan
ketidakseimbangan selama x24jam diharapkan keseimbangan Observasi
cairan cairan meningkat dengan kriteria hasil : 1. Monitor status hidrasi misalnya mukoba
 Asupan cairan meningkat (5) bibir, nadi, akral, turgor kulit, tekanan darah
 Output urine meningkat (5) 2. Monitor berat badan harian

 Membrane mukosa lembap Terapeutik


meningkat (5) 1. Catat intake dan output dan hitung balance

 Dehidrasi menurun (5) cairan 24 jam

 Tekanan darah membaik (5) 2. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan


3. Berikan cairan intravena
 Frekuensi nadi membaik (5)
Kolaborasi
 Mata cekung membaik (5)
1. Kolaborasi pemberian diurei, jika perlu
 Turgor kulit membaik (5)
DAFTAR PUSTAKA

Laporan Nasional 2007, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik
Indonesia (2008).
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Sjamsuhidayat, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGS
Sudiharto dkk 2013., Buku Panduan Basic Trauma Cardiac Life Support, Sagung
Seto,Jakarta
Smeltzer, SC., O’Connell, & Bare, BG., (2003). Brunner and Suddarth’s textbook
of Medical Surgical Nursing, 10th edition, Pennsylvania: Lippincott William
& Wilkins Company.
Stanley D & Tunnicliffe W., Management of Life-Threatening Asthma in Adult,
Continuing Education in Anaesthesia, Critical Care & PainVolume 8
Number 3 2008.
Valman HB, Bronchial Asthma, British Medical Journal, Volume 306, 19 Juni
1993.
Yayasan Ambulans Gawat darurat 118.,2014 Buku Panduan BT &CLS Edisi ke
Enam PT Ambulans Satu satu delapan

Anda mungkin juga menyukai