Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

RDS (RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME)


DI RUANG NICU RSUD dr. SOEKARDJO TASIKMALAYA
Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

Rahajeng Sri Sukma J2114901006

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROFESI NERS
T.A 2022

1. Definisi
Sindroma gagal nafas (respiratory distress syndrom, RDS ) adalah istilah yang
digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit
yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. (Suriadi & Yuliani, 2001). Gangguan ini
biasanya dikenal dengan nama hyalinemembran desease (HMD) atau penyakit membran
hialin karena pada penyakit ini selalu ditemukan membran hialin yang melapisi alveoli.
Syndrome distress pernapasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem
pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai
hyaline membrane disease (HMD), RDS adalah penyakit paru yang akut dan berat,
terutama menyerang bayi.
Sindrom gawat napas (respiratory distress syndrome, RDS) adalah istilah yang
digunakan untuk disfungsi pernapasan pada neonatus. (Surasmi, Handayani, & Kusuma,
2003)

2. Etiologi
RDS sering ditemukan pada bayi prematur. Insidens berbanding terbalik dengan usia
kehamilan dan berat badan. Artinya semakin muda usia kehamilan ibu. Semakin tinggi
kejadian RDS pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua usia kehamilan, semakin rendah
kejadian RDS. (Surasmi, Handayani, & Kusuma, 2003). PMH ini 60-80% terjadi pada bayi
yang umur kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi antara 32 dan 36
minggu, sekitar 5% pada bayi yang lebih dari 37 minggu dan jarang pada bayi cukup
bulan. Kenaikan frekuensi dihubungkan dengan bayi dari ibu diabetes, persalinan sebelum
umur kehamilan 37 minggu, kehamilan multi janin, persalinan seksio sesaria, persalinan
cepat, asfiksia, stress dingin dan adanya riwayat bahwa bayi sebelumnya terkena, insidens
tertinggi pada bayi preterm laki-laki atau kulit putih.

3. Epidemiologi
Penyebab kematian pada bayi baru lahir 0-6 hari di Indonesia adalah gangguan
pernapasan (36,9%), prematuritas (32,4%), sepsis (12%), hipotermi (6,8%), kelainan
darah/ikterus (6,6%). Penyebab kematian bayi 7-28 hari adalah sepsis (20,5%), kelainan
kongenital (18,1%), pneumonia (15,4%), prematurias dan bayi berat lahir rendah (BBLR)
(12,8%), dan respiratory distress syndrome (RDS) (12,8%). (Riskesdas, 2007)

4. Patofisiologi
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk berfungsi sebagai
organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor kritis dalam terjadinya RDS. Ketidak siapan
paru menjalankan fungsinya tersebut terutama disebabkan oleh kekurangan atau tidak adanya surfaktan.
Surfaktan adalah substansi yang merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi
kolaps pada akhir ekspirasi dan mampu memohon sisa udara fungsional (kapasitas residu fungsional).
Surfaktan juga menyebabkan ekspansi yang merata dan jarang ekspansi paru pada tekanan intraalveolar
yang rendah. Kekurangan atau ketidakmatangan fungsi sufaktan menimbulkan ketidak seimbangan inflasi
saat inspirasi dan kolaps alveoli saat ekspirasi tanpa surfaktan, janin tidak dapat menjaga parunya tetap
mengembang. Oleh karena itu perlu usaha yang keras untuk mengembangkan parunya pada setiap
hembusan napas (ekspirasi). Sehingga untuk bernapas berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intratoraks
yang lebih besar dengan disertai usaha inspirasi yang lebih kuat. Akibatnya, setiap kali pernapasan menjadi
sukar seperti saat pertama kali vernapas (saat kelahiran). Sebagai akibatnya, janin lebih banyak
menghabiskan oksigen untuk menghasilkan energi ini dari pada ia terima dan ini menyebabkan bayi
kelelahan. Dengan meningkatnya kelelahan, bayi akan semakin sedikit membuka alveolinya, ketidak
mampuan mempertahankan pengembangan pari ini dapat menyebabkan antelektasis.
Pathway

Bayi lahir premature

Inadekuat suefaktan Lapisan lemak belum terbentuk pada kulit


↓ ↓
Alveolus kolaps Termoregulasi Tidak Efektif

Ventilasi berkurang Hipoksia
↓ ↓
Peningkatan usaha nafas Cedera paru Pembentukan membran hialin
↓ ↓ ↓
Takipnea Gangguan Pertukaran Gas Mengendap di alveoli

Pola Napas Tidak Efektif
Reflek hisap menurun Penguapan meningkat
↓ ↓
Intake tidak adekuat Hipovolemia

Defisit Nutrisi

5. Manifestasi Klinis
a. Sesak napas atau pernafasan cepat
b. Frekuensi napas >60 x/menit
c. Pernafasan cepat dan dangkal timbul setelah 6-8 jam setelah lahir
d. Retraksi interkostal, epigastrium, atau suprasternal pada inspirasi
e. Sianosis dan pernafasan cuping hidung
f. Grunting pada ekspirasi (terdengar seperti suara rintihan saat ekspirasi)
g. Takikardi (170 x/menit)
Evaluasi gawat napas menurut skor down

Pembeda 0 1 2 Keterangan

Frekuensi <60 x/menit 60-80 x/menit >80 x/menit Skor <4 tidak
napas gawat napas

Retraksi dada Tidak ada Ringan Berat

Sianosis Tidak sianosis Hilang dengan Menetap Skor 4-7


O2 walaupun gawat napas
diberikan O2

Air entry Udara masuk Penurunan Tidak ada udara


bilateral baik ringan udara masuk
masuk

Merintih atau Tidak merintih Terdengar Terdengar tanpa Skor >7


grunting dengan alat bantu ancaman
stetoskop gawat napas

6. Klasifikasi
Frekuensi Pernapasan Gruting atau tarikan Klasifikasi
(kali per menit) dinding dada ke dalam

>90 x/menit Ada Berat

>90 x/menit Tidak ada Sedang

60-90 x/menit Ada Sedang

60-90 x/menit Tidak ada Ringan

Sumber : (Panduan Untuk Dokter, Perawat, Bidan, 2005)

7. Farmakoterapi
Kategori Nama Dosis, Kerja Kontraindikasi Efek
Obat Generik dan Frekuens Obat Samping
Nama i
Dagang

Antibiotik Ampicillin Anak : Untuk  Jangan  Mual


Dan 150-200 menangani menggunakan  Muntah
Ampicillin mg/KgBB berbagai ampicillin bila  Diare
Sodium per hari penyakit pasien alergi
 Beri tahu
yang infeksi
dokter pernah
diberikan bakteri. asma, diabetes,
setiap 3-4 dan gangguan
jam sekali ginjal
melalui
suntikan
IV. Dapat
dilanjutkan
dengan
suntikan
IM.

Bronkodilat Aminophylin Anak- Meredakan  Jangan  Sakit


or e anak dosis sesak menggunakan kepala
Dan perawatan napas, aminophyline e  Gelisah
Aminophylin pertama 1 mengi, bila pasien  Merasa
alergi lelah
e mg/kgBB atau sulit
 Beri tahu  Gangguan
per jam bernapas dokter pasien tidur
untuk sedang  Sakit perut
anak usia menderita  Diare
6 bulan- kejang,
0bulan epilepsi,
dan 0,8 penyakit
jantung,
mg/kgBB
hipertensi,
per jam gangguan hati,
untuk porfiria, tukak
anak usia lambung.
10-16
tahun

8. Pemeriksaan Penunjang
a Tes Kematangan Paru
1) Tes biokimia
Paru janin berhubungan dengan cairan amnion, maka jumlah fosfolipid dalam cairan
amnion dapat untuk menilai produksi surfaktan, sebagai tolak ukur kematangan
2) Test Biofisika
Tes biokimia dilakukan dengan shake test dengan cara mengocok cairan amnion yang
dicampur ethanol akan terjadi hambatan pembentukan gelembung oleh unsur yang lain dari
cairan amnion sepserti protein, garam empedu dan asam lemak bebas, bila didapatkan ring
yang utuh dengan pengenceran lebih dari 2 kali (cairan amnion : ethanol) merupakan indikasi
maturitas paru janin. Pada kehamilan normal mempunyai nilai prediksi positf yang tepat
dengan resiko yang kecil untuk terjadinya neonatal RDS.
b Analisis Gas Darah
Gas darah menunjukan siadosis metabolik dan respiratorik bersamaan dengan hipoksia.
Asidosis muncul karena atelektasis alveolus atau over distensi jalan napas terminal.
c Radiografi Thoraks
Pada bayi RDS menunjukan retikular granular atau gambaran ground-glass bilateral, difus air
bronchograms, dan ekspansi paru yang jelek. Gambaran air bronchogram yang mencolok
menunjukan bronkiolus yang terisi udara didepan alveoli yang kolap. Bayangan jantung bisa normal
atau membesar. Kardiomegali mungkin dihasilkan oleh asfiksi prenatal, diabetes maternal, patent
ductus arterious (PDA), kemungkinan kelainan jantung bawaan. Temuan ini mungkin berubah
dengan terapi surfaktan dini dan ventilasi mekanik yang adekuat.
9. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan medik tindakan yang perlu dilakukan
a Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap
dalam batas normal (36,5̊-37̊C) dengan cara melakukan bayi dalam inkubator. Kelembapan
ruanan juga harus adekuat (70-80%).
b Pemberian oksigen, pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-hati karena berpengaruh
kompleks terhadap bayi prematur. Pemberian O2 yang terlalu banyak dapat menimbulkan
komplikasi seperti : fibrosis paru, kerusakan retina dll.
c Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan homeostasis dan
menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan glukosa 5-10% dengan jumlah yang
disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah 60-125 ml/kg BB/hari. Asidosis metabolik
yang selalu dijumpai harus segera dikoreksi dengan memberikan NaHCO secara intravena.
d Pemberian antibiotik. Bayi dengan PMH perlu mendapatkan antibiotik untuk mencegah
infeksi sekunder. Dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000-100.000 u/kg BB/hari atau
ampisilin 100 mg/kg BB/hari, dengan atau tanpa gentasinin 3-5 mg/kg BB/hari.
e Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan oksogen
(surfaktan dari luar), obat ini sangat efektif, namun sangat mahal.

10. Komplikasi
a. Pneumotoraks/pneumomediastinum
b. Pulmonari intersitial dysplasia
c. Patent ductus arteriosus (PDA)
d. Hipotensi
e. Asidosis
f. Hiponatermi / hipernatremi
g. Hipokalemi
h. Hipokglikemi
i. Intraventrikular hemorrhage
j. Retinopathy pada prematur
k. Infeksi sekunder
11. Diet/Nutrisi
a. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
b. Susu formula mempunyai kandungan antara lain :
a) Energi 24 kkal/oz
b) Protein 2,2 g/100 Ml
c) Lemak 4,5 g/100 mL
d) Karbohidrat 8,5 g/100 mL
e) Kalsium 730 mEq/L

12. Pengkajian Keperawatan


1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian
2. Riwayat kesehatan
a Riwayat maternal
Menderita penyakit seperti diabetes militus, kondisi seperti perdarahan plasenta, tipe dan lamanya
persalinan, stress fetal atau intrapartus.
b Status infant saat lahir
Prematur, umur kehamilan, apgar score (apakah terjadi afiksia), bayi lahir melalui operasi caesar
3. Data dasar pengkajian
a Cardiovaskuler
 Bradikardia (<100 x/i) dengan hipoksemia berat
 Murmur sistolik
 Denyut jantung DHN
b Integumen
 Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi peripheral
 Pitting edema pada tangan dan kaki
 Mothing
c Neurologis
 Immobilitas, kelemahan
 Penurunan suhu tubuh
d Pulmonary
 Takipnea (>60 x/I, mungkin 30-100 x/i)
 Nafas grunting
 Pernafasan cuping hidung
 Pernafasan dangkal
 Retraksi suprasternal dan substernal
 Sianosis
 Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea
e Status behavioral
 Letargi
4. Pemeriksaan diagnostik
a Sert rontgen dada : untuk melihat densitas atelektasi dan elevasi diafragma dengan over distensi
alveolar
b Bronchogram udara : untuk menentukan ventilasi jalan napas
c Data laboratorium :
 Profil paru, untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk janin yang
mempunyai predisposisi RDS)
 Lesitin/spingomielin (L/S) ratio 2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru
 Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu
 Tingkat phospattydylinositol
 AGD : PaO2<50 mmHg, PaCO2>50 mmHg, saturasi oksigen 94% pH 7,3-7,45
 Level potassium : meningkat sebagai hasil dari release pottasium dari sel alveolar yang rusak

13. Masalah Keperawatan


a. D.0003 Gangguan Pertukaran Gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler d.d
Dispnea, PCO2 meningkat/menurun
b. D.0005 Pola Napas Tidak Efektif b.d imaturitas neurologis d.d Dipsnea, pola napas
abnormal (takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul).
c. D.0019 Defisit Nutrisi b.d ketdakmampuan menelan makanan d.d serum albumin
menurun
d. D.0023 Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan d.d merasa lemah, frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah
e. D.0149 Termoregulasi Tidak Efektif b.d ketidakadekuatan suplai lemak subkutan d.d
kulit dingin/hangat, menggigil, suhu tubuh fluktuatif, kejang
No. Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1. D.0003 Gangguan Setelah dilakukan I.01014 Pemantauan


Pertukaran Gas b.d intervensi keperawatan Respirasi
perubahan membran selama .......... maka Observasi
alveolus-kapiler d.d L.01003 Pertukaran Gas - Monitor frekuensi, irama,
Dispnea, PCO2 Meningkat dengan kriteria kedalaman dan upaya
meningkat/menurun hasil : napas
- Monitor pola napas
- Tingkat kesadaran
- Monitor kemampuan
meningkat
batuk efektif
- Dispnea menurun
- Monitor adanya produksi
- Bunyi napas tambahan
sputum
menurun
- Monitor adanya
- Pusing menurun
sumbatan jalan napas
- Penglihatan kabur
- Palpasi kesimetrisan
menurun
ekspansi paru
- Diaforesisi menurun
- Auskultasi bunyi napas
- Gelisah menurun
- Monitor saturasi oksigen
- Napas cuping hidung
- Monitor nilai AGD
menurun
- Monitor hasil x-ray
- PCO2 membaik
toraks
- PO2 membaik
Terapeutik
- Takikardia membaik
- pH arteri membaik - Atur interval pemantauan
- Sianosis membaik respirasi sesuai kondisi
- Pola napas membaik pasien
- Warna kulit membaik - Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2. D.0005 Pola Napas Tidak Setelah dilakukan I.01011 Manajemen Jalan
Efektif b.d imaturitas intervensi keperawatan Napas
neurologis d.d Dipsnea, selama .......... maka Observasi
pola napas abnormal L.01004 Pola Napas - Monitor pola napas
(takipnea, bradipnea, Membaik dengan kriteria - Monitor bunyi napas
hiperventilasi, kussmaul). hasil : - Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
- Ventilasi semenit
Terapeutik
meningkat
- Kapasitas vital - Pertahankan kepatenan
meningkat jalan napas dengan head-
- Diameter thoraks tilt dan chin-lift (jaw-
anterior-posterior thrust jika curiga trauma
meningkat servikal)
- Tekanan ekspirasi - Posisikan semi-Fowler
meningkat atau Fowler
- Tekanan inspirasi - Berikan minum hangat
meningkat - Lakukan fisioterapi dada,
- Dispnea menurun jika perlu
- Penggunaan otot bantu - Lakukan penghisapan
napas menurun lendir kurang dari 15
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan kriteria hasil keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definsi dan indicator diagnostic, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai