Sekolah penuh keterbatasan itu bernama sekolah Muhammadiyah, sekolah yang terancam
dibubarkan di hari pertama penerimaan murid baru. Surat peringatan yang diberikan oleh
pemilik sekolah pusat berisi “10 orang atau tidak sama sekali”. Di detik-detik kepala sekolah
berpidato kalau pembelajaran tidak akan diselenggarakan, ibu muslimah dengan tekadnya
mencari satu anak untuk memenuhi standar yang sudah diberikan. Lalu munculah Harun
seorang “anak istimewa” yang menyelamatkan mereka semua.
Kisah mereka berawal disini, julukan Laskar Pelangi diberikan Bu Muslimah kepada kesepuluh
anak-anak hebat ini. Di novel ini, kisah perjalanan Laskar Pelangi dalam menempuh pendidikan
di SD Muhammadiyah ditemani dengan beragam emosi, baik rasa bahagia, dramatis hingga
mengharukan. Begitu banyak hal menakjubkan yang terjadi dalam masa kecil para anggota
Laskar Pelangi. Sebelas orang anak Melayu Belitung yang luar biasa ini tak menyerah walau
keadaan tak bersimpati pada mereka. Tengoklah Lintang, seorang kuli kopra cilik yang genius
dan dengan senang hati bersepeda 80 kilometer pulang pergi untuk memuaskan dahaganya
akan ilmu, bahkan terkadang hanya untuk menyanyikan Padamu Negeri di akhir jam sekolah.
Atau Mahar, seorang pesuruh tukang parut kelapa sekaligus seniman dadakan yang imajinatif,
tak logis, kreatif, dan sering diremehkan sahabat-sahabatnya, namun berhasil mengangkat
derajat sekolah kampung mereka dalam karnaval 17 Agustus. Dan juga sembilan orang Laskar
Pelangi lain yang begitu bersemangat dalam menjalani hidup dan berjuang meraih cita-cita.
Selami ironisnya kehidupan mereka, kejujuran pemikiran mereka, indahnya petualangan
mereka, dan temukan diri anda tertawa, menangis, dan tersentuh saat membaca setiap
lembarnya. Buku ini dipersembahkan buat siapa saja yang masih meyakini adanya pintu
keajaiban lain untuk mengubah dunia pendidikan.
1
Dalam novel ini alur yang digunakan adalah alur maju. Hal ini dibuktikan dengan penulisan
cerita yang menceritakan kisah awal semenjak Ikal dan kawan kawannya bersekolah sampai
mereka semua beranjak dewasa.
Keunggulan dalam novel ini, yaitu: Novel ini terinspirasi dari kisah nyata penulisnya sendiri yang
mana tumbuh dan berkembang di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Novel ini
berhasil menyajikan unsur sosial dan budaya masyarakat Belitung lewat dialog-dialog yang ada.
Novel ini banyak menyelipkan pesan penting dalam kehidupan seperti: tetaplah menekuni
pendidikan dalam kondisi apapun, bagaimanapun kondisinya tetaplah harus memiliki moral
agama dan berbudi pekerti yang baik, dan keberanian untuk bermimpi dan
memperjuangkannya.
Kekurangan novel ini banyak menggunakan kosa kata yang sukar untuk dipahami, hal tersebut
membuat minat pembaca jadi berkurang.
Novel tidak memiliki batasan umur pembaca, jadi semua umur bisa menikmati karya apik ini.
Hal tersebut menjadikan novel ini memiliki banyak prestasi seperti: masuk ke
daratan International Best Seller, diterjemahkan kedalam 40 bahasa asing, terbit dalam 22
bahasa dan sukses beredar di 130 negara.
Novel ini tidak hanya melegenda di Indonesia, tetapi banyak menaruh kesan di negeri orang.
Novel ini juga mengangkat isu masyarakat yang ada, bahkan isu-isu tersebut juga dirasakan di
negara lain.