Anda di halaman 1dari 3

Cerpen berjudul Kerbau dan Jalak

Kerbau dan Jalak

Oleh: Vara

Orientasi:

Pak Falo adalah seekor kerbau hitam berbadan besar dan mempunyai tanduk yang amat
panjang. Hari ini, ia benar-benar gundah. Badannya gatal bukan kepalang. Ia sudah mencoba
mengusir rasa gatal itu dengan selalu mengibaskan ekornya. Namun, rasa gatal itu tak juga
hilang. Sementara itu, mulutnya terus saja mengunyah rumput hijau yang terhampar di
padang luas, sambil sesekali mengo’a karena rasa gatal yang tak tertahankan.

Cuit-cuit, cuit-cuit, cuit-cuit, suara si Jali riang gembira. Jali si jalak, burung mungil pemakan
kutu yang hampir setiap hari menyanyi di atas pohon di dekat pak Falo biasa makan rumput.
Jali biasanya melihat pak Falo yang riang gembira. Namun tidak kali ini, pak Falo hari ini
terlihat gundah.

Rangkaian Peristiwa:

"Apa gerangan yang terjadi padamu pak Falo?”, tanya Jali. “Badanku gatal sekali”, jawab
pak Falo sambil mengibas-ngibaskan ekornya.

Pak Falo sudah mengusir rasa gatal itu dengan mengibas-ngibaskan ekornya, namun
usahanya sia-sia. Rasa gatal itu semakin menjadi. “Kamu belom mandi ya?”, tanya Jali.
“Rumahku jauh dari sungai, jadi aku jarang mandi”, jawab pak Falo sambil mengusir rasa
gatal di badannya dengan mengibaskan ekor.

“Pantas saja, pasti badan kamu banyak kutunya, karena kutu-kutu itu suka tinggal di tempat
yang kotor”, kata Jali. Pak Falo mengangguk setuju. Pak Falo meminta bantuan kepada Jali
untuk menyelesaikan masalahnya.

"Baiklah kalo begitu, bersiaplah aku akan selesaikan masalahmu", kata Jali.

Jali pun bersiap untuk terbang. Jali mulai mengambil nafas panjang, menegakkan lehernya,
memandang langit, dan dengan secepat kilat, ia terbang tinggi. Kemudian, ia berputar-putar
dan tidak berapa lama Jali menukik tajam dari atas ke badan pak Falo.

Komplikasi:

“Hei Jali, apa yang kamu lakukan? Kamu mau membunuhku ya?”, teriak pak Falo sambil
berlari menghindari serangan Jali.

“Berhenti!!! Jangan lari kamu!”, teriak Jali.

“Tidak! Tidak...!! Tidak.....!!!”, teriak pak Falo sambil terus berlari.


Jali tak mau kalah, ia terus mengejar pak Falo. Bahkan, jali terbang lebih kencang dari
sebelumnya. Pak Falo tidak mau jadi sasaran Jali. Dengan cepat, ia masuk ke dalam hutan
dan bersembunyi di balik sebuah batu besar.

Jali kehilangan jejak pak Falo. Sambil terengah-engah, Jali hinggap diatas ranting sebuah
pohon, memperhatikan keadaan sekitar. Dari balik batu, pak Falo pelan-pelan mengintip, dan
pelan-pelan berpindah tempat ke batu yang lain untuk menjauhi Jali. Namun, tanpa sengaja,
pak Falo terpeleset dan jatuh, sehingga menimbulkan suara gemuruh yang menyebabkan Jali
mengetahui keberadaan pak Falo.

“Pak Falo……!”, teriak Jali sambil terbang mengejar pak Falo.

“Duh, aku jatuh, habislah aku sekarang”, kata Pak Falo. Jali semakin dekat dengan pak Falo
dan tiba-tiba....

“Stop…!!!”

Ada suara keras yang mengagetkan mereka berdua. Ternyata, suara itu datang dari Raja Sing,
Singa sang penguasa hutan.

“Apa yang kalian berdua lakukan. Kalian telah mengganggu istirahatku”, kata Raja Sing.

“Jali mengejarku Raja Sing, dia mau membunuhku”, kata pak Falo dengan nada memelas.

“Tidak raja, aku bukannya ingin membunuhnya. Justru, aku ingin membantu menyelesaikan
masalahnya”, sanggah Jali membela diri.

Mereka berdua kemudian berdebat dan saling menyalahkan.

“Sudah, cukup. Bila seperti ini terus, kapan akan selesai?” bentak Raja Sing.

Mendengar bentakan Raja Sing, akhirnya mereka diam sambil menundukkan kepala.

Resolusi:

“Apa masalahmu Falo?”, tanya Raja Sing.

“Aku tadi sedang makan rumput diladang. Aku merasakan tubuhku gatal semua. Kemudian,
Jali datang. Dia bertanya kenapa aku bertingkah aneh. Lalu, aku jawab bahwa tubuhku gatal-
gatal dan tiba-tiba dia menyerangku. Aku pun lari menghindari serangannya.”

“Tapi tubuh Jali kecil, sedangkan kulitmu keras, bagaimana kamu punya pikiran bahwa Jali
akan membunuhmu?”, tanya Raja Sing.

“Tapi dia tadi menyerangku raja”, kata pak Falo.

“Maaf raja, aku bukannya hendak membunuhnya. Justru aku ingin membantunya. Aku
melihat banyak kutu ditubuh pak Falo, dan itu adalah makanan kesukaanku. Aku hanya ingin
memakan kutu-kutu itu tanpa menyakiti pak Falo”, jelas Jali penuh semangat.
Raja Sing pun akhirnya tahu duduk permasalahannya.

“Oh, begitu masalahnya. Jadi sekarang sudah jelas kan semuanya. Ayo sekarang bermaafan”,
kata Raja Sing.

“Baiklah Raja Sing”, mereka berdua menyambut.

“Ayo, Jali, segera naik ke punggungku, habiskan kutu-kutu yang ada di tubuhku”, kata pak
Falo sambil tersenyum.

“Iya pak Falo”, teriak Jali.

Pak Falo memakan rumput hijau kesukaannya, sedangkan Jali memakan kutu-kutu yang ada
di tubuhnya. Mereka berdua gembira dan menghabiskan hari itu dengan perut kenyang.
Sementara Raja Sing kembali ketempat istirahatnya.

Anda mungkin juga menyukai