Anda di halaman 1dari 25

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Motor listrik


Motor listrik adalah mesin listrik yang berfungsi untuk mengubah energi listrik
menjadi energi mekanik. Sebagian besar motor listrik beroperasi melalui interaksi antara
medan magnet motor dan arus listrik dalam lilitan kawat untuk menghasilkan gaya dalam
bentuk torsi yang diterapkan pada poros motor. Motor listrik umumnya dirancang untuk
putaran kontinu, atau untuk gerakan linier dalam jarak yang signifikan dibandingkan
ukurannya. Solenoid magnetik menghasilkan gaya mekanis yang signifikan, tetapi pada
jarak operasi yang sebanding dengan ukurannya. Transduser seperti pengeras suara dan
mikrofon mengubah antara arus listrik dan gaya mekanis untuk mereproduksi sinyal seperti
suara. Jika dibandingkan dengan mesin pembakaran internal umum ICE (Internal
Combustion Engine), motor listrik lebih ringan, secara fisik lebih kecil, menghasilkan lebih
banyak output daya, lebih sederhana secara mekanis dan lebih murah untuk dibuat, sambil
memberikan torsi instan dan konsisten pada kecepatan berapa pun, dengan lebih responsif,
efisiensi keseluruhan yang lebih tinggi dan generasi panas yang lebih rendah. Motor listrik
terbagi menjadi 2 jenis yaitu motor listrik DC dan motor listrik AC. Kemudian dari jenis
tersebut digolongkan menjadi beberapa klasifikasi lagi sesuai dengan karakteristiknya.

Gambar 2.1. Jenis Motor Listrik

4
5

2.1.1. Motor listrik Arus DC


Motor listrik arus searah adalah jenis motor listrik yang
beroperasi dengan sumber tegangan arus listrik searah (DC, Direct
Current). Motor listrik arus searah DC ini dapat dibedakan lagi
berdasarkan sumber dayanya sebagai berikut.
A. Motor DC sumber daya terpisah/ Separately Excited
Motor DC yang sumber arus medan disupply dari sumber
terpisah, sehingga motor listrik DC ini disebut motor DC sumber
daya terpisah (separately excited).
B. Motor DC sumber daya sendiri / Self Excited
Motor DC yang sumber arus medan disupply dari
sumberyang sama dengan kumparan motor listrik, sehingga
motor listrik DC ini disebut motor DC sumber dayasendiri (self
excited). Motor ini dibedakan lagi menjadi 3 jenis berdasarkan
konfigurasi supply medan dengan kumparan motornya sebagai
berikut :
1. Motor DC Shunt
Motor shunt mempunyai pengaturan kepesatan yang
baik dan digolongkan sebagai motor kecepatan konstan
walaupun kecepatannya agak berkurang jika dengan
bertambahnya beban. Kecepatan motor shunt dapat juga
diubah dengan cara mengubah 9 tahanan yang dapat diatur
dalam rangkaian jangkar, tetapi metode ini kurang efisien
dibandingkan dengan pengendalian medan shunt. Stater
pada motor DC biasanya dirancang untuk membatasi arus
start jangkar 125 sampai 200% dari arus beban penuh.
6

Gambar 2. 2. Rangkaian ekivalen motor DC shunt


(Sumber : Motor-Motor Listrik, 2018)

2. Motor DC Seri
Motor ini dipasang secara seri dengan kumparan
armature. Motor ini, kurang stabil. Pada torsi yang tinggi
kecepatannya menurun dan sebaliknya. Namun, pada saat
tidak terdapat beban motor ini akan cenderung
menghasilkan kecepatan yang sangat tinggi. Tenaga putaran
yang besar ini dibutuhkan pada elevator dan Electric
Traction. Kecepatan ini juga dibutuhkan. Dalam motor seri,
gulungan medan (medan shunt) dihubungkan secara seri
dengan gulungan dinamo (A). Oleh karena itu, arus medan
sama dengan arus dynamo.

Gambar 2.3. Rangkaian Ekivalen Motor DC seri


(Sumber : Motor-Motor Listrik, 2018)
3. Motor DC Kompon
Motor Kompon DC merupakan gabungan motor seri
dan shunt. Pada motor kompon, gulungan medan (medan
shunt) dihubungkan secara paralel dan seri dengan gulungan
7

dinamo (A). Sehingga, motor kompon memiliki torque


penyalaan awal yang bagus dan kecepatan yang stabil.
Makin tinggi persentase penggabungan (yakni persentase
gulungan medan yang dihubungkan secara seri), makin
tinggi pula torque penyalaan awal yang dapat ditangani oleh
motor ini.. Dalam industri, motor ini digunakan untuk
pekerjaan apa saja yang membutuhkan torsi besar dan
kecepatan yang constant.

Gambar 2.4. Rangkaian ekivalen motor DC kompon


(Sumber : Motor-motor Listrik, 2018)

2.1.2. Motor listrik Arus AC


Motor listrik arus bolak-balik adalah jenis motor listrik yang
beroperasi dengan sumber tegangan arus listrik bolak balik (AC,
Alternating Current). Motor listrik arus bolak-balik AC ini dapat
dibedakan lagi berdasarkan sumber dayanya sebagai berikut :
A. Motor Sinkron
Motor ini bekerja pada kecepatan tetap pada sistim
frekuensi tertentu. Motor ini memerlukan arus searah (DC) untuk
pembangkitan daya dan memiliki torque awal yang rendah, dan
oleh karena itu motor sinkron cocok untuk penggunaan awal
dengan beban rendah, seperti kompresor udara, perubahan
frekwensi dan generator motor. Motor sinkron mampu untuk
memperbaiki faktor daya sistim, sehingga sering digunakan pada
sistim yang menggunakan banyak listrik.
8

Gambar 2.5. Rangkaian Listrik Motor Sinkron


(Sumber : Motor-motor Listrik, 2018)
B. Motor Asinkron (Motor Induksi)
Motor listrik AC yang bekerja berdasarkan induksi meda
magnet antara rotor dan stator. Motor induksi dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama yaitu motor
induksi satu fase, motor ini hanya memiliki satu gulungan stator,
beroperasi dengan pasokan daya satu fase, memiliki sebuah rotor
kandang tupai, dan memerlukan sebuah alat untuk
menghidupkan motornya. Sejauh ini motor ini merupakan jenis
motor yang paling umum digunakan dalam peralatan rumah
tangga, seperti fan angin, mesin cuci dan pengering pakaian, dan
untuk penggunaan hingga 3 sampai 4 Hp. Kemudian motor
induksi tiga fase, medan magnet pada motor berputar dihasilkan
oleh pasokan tiga fase yang seimbang. Motor tersebut memiliki
kemampuan daya yang tinggi, dapat memiliki kandang tupai atau
gulungan rotor (walaupun 90% memiliki rotor kandang tupai);
dan penyalaan sendiri. Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di
industri menggunakan jenis ini, sebagai contoh: pompa,
kompresor, belt conveyor, jaringan listrik , dan grinder. Tersedia
dalam ukuran 1/3 hingga ratusan Hp.
9

2.2. Motor Induksi


Motor induksi bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik dari
kumparan stator kepada kumparan rotornya. Bila kumparan stator motor
induksi 3-fasa yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan 3-fasa, maka
kumparan stator akan menghasilkan medan magnet yang berputar. Garis-garis
gaya fluks yang diinduksikan dari kumparan stator akan memotong kumparan
rotornya sehingga timbul emf (ggl) atau tegangan induksi. Penghantar
(kumparan) rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka akan mengalir arus
pada kumparan rotor. Penghantar rotor yang dialiri arus ini berada dalam garis
gaya fluks yang berasal dari kumparan stator sehingga kumparan rotor akan
mengalami gaya Lorentz yang menimbulkan torsi yang cenderung
menggerakkan rotor sesuai dengan arah pergerakan medan induksi stator.
Medan putar pada stator tersebut akan memotong konduktor-konduktor
pada rotor, sehingga terinduksi arus; dan sesuai dengan Hukum Lentz, rotor pun
akan turut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan putaran relatif
antara stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya beban, akan memperbesar
kopel motor yang oleh karenanya akan memperbesar pula arus induksi pada
rotor, sehingga slip antara medan putar stator dan putaran rotor pun akan
bertambah besar. Jadi bila beban motor bertambah, putaran rotor cenderung
menurun (Zuriman Anthony, 2018). Pada rangka stator terdapat kumparan
stator yang ditempatkan pada slotslotnya yang dililitkan pada sejumlah kutup
tertentu. Jumlah kutup ini menentukan kecepatan berputarnya medan stator
yang terjadi yang diinduksikan ke rotornya. Besarnya jumlah kutup akan
mengakibatkan makin kecilnya kecepatan putar medan stator dan sebaliknya.
Kecepatan berputarnya medan putar ini disebut kecepatan sinkron. Besarnya
kecepatan sinkron ini adalah sebagai berikut.
ɷ𝑠𝑖𝑛𝑘 = 2f (listrik, rad/dt) ……………………………..…………(2.1)
2f
ɷ𝑠𝑖𝑛𝑘 = (mekanik, rad/dt) ……………………...………………(2.2)
𝑃
60.𝑓
𝑁𝑠 = (putaran/menit, rpm) ……………………...…………….(2.3)
𝑃
120.𝑓
𝑁𝑠 = (putaran/menit, rpm) ……………………...……………(2.4)
𝑝
10

Keterangan :
f = frekuensi sumber AC (Hz)
P = jumlah pasang kutup
p = jumlah kutup
Ns = kecepatan putaran sinkron medan magnet stator (rpm)
sink = kecepatan putaran sinkron medan magnet stator (rad/dt)
Motor induksi tidak dapat berputar pada kecepatan sinkron. Seandainya
hal ini terjadi, maka rotor akan tetap diam relatif terhadap fluks yang berputar.
Maka tidak akan ada GGL yang di induksikan dalam rotor, tidak ada arus yang
mengalir pada rotor, dan karenanya tidak akan menghasilkan kopel. Kecepatan
rotor sekalipun tanpa beban, harus lebih kecil sedikit dari kecepatan sinkron
agar adanya tegangan induksi pada rotor, dan akan menghasilkan arus di rotor,
arus induksi ini akan berinteraksi dengan fluks listrik sehingga menghasilkan
kopel (Surianto, 2020). Slip merupakan selisih anatara kecepatan rotor dan
kecepatan sinkron. (Gianto, 2020). Slip dinyatakan dalam persamaan berikut.
𝑛𝑠−𝑛
𝑆= 100%……………………...……………………………..(2.5)
𝑛𝑠

Keterangan :
S : Slip
ns : Kecepatan sinkron (Rpm)
n : Kecepatan rotor (Rpm)
2.2.1. Karakteristik Motor Induksi
Hubungan antara beban, kecepatan dan torsi pada motor induksi
3 phasa dengan arus yang sudah ditetapkan dapat ditunjukkan kedalam
satu gambar torquekecepatan motor seperti yang ditunjukkan pada
gambar di bawah :

Gambar 2.6. Hubungan torque dan kecepatan motor induksi 3 phasa


(Sumber : Mesin Listrik Dasar, 2018)
11

Pada grafik sebelumnya hubungan torque dan kecepatan diatas


terdapat 3 kondisi yaitu :
1. Bila motor mulai menyala ternyata terdapat arus start awal yang
tinggi dan torsi yang rendah (pull-up torque).
2. Bila motor mencapai 80% kecepatan penuh, torsi berada pada
tingkat tertinggi (pull-out torque) dan arus mulai menurun.
3. Bila motor pada kecepatan penuh atau kecepatan sinkron, arus torsi
dan stator turun ke nol.
2.2.2. Tegangan dan Arus pada Motor Induksi
Motor Induksi disuplai oleh sistem 3 fasa dimana Tegangan
ketiga fasa tersebut berbeda sebesar 1200 atau 2π/3 radian.
𝑉𝑎 = 𝑉𝑚 cos(𝜔𝑡) ……………………………………...…………..(2.6)
2
𝑉𝑏 = 𝑉𝑚 cos (ωt − ) ……………………………………..…...(2.7)
3
2
𝑉𝑐 = 𝑉𝑚 cos (ωt − ) .……………………………..…………...(2.8)
3

Va adalah arus fasa A dan Vb adalah fasa B dan Vc adalah fasa


C, Vm adalah nilai puncak dari frekuensi fundamental dari masing fasa,
𝜔 adalah frekuensi elektrik fundamental (rad/s). Karena perbedaan fasa
simetris maka penjumlahan ketiga fasa adalah nol
Ia + Ib + Ic = 0 ………………………………..…………………...(2.9)
Arus juga berbeda fasa 120°
𝐼𝑎 = 𝐼𝑚 cos (ωt − ∅) ……………………………..……………(2.10)
2
𝐼𝑏 = 𝐼𝑚 cos (ωt − ∅ − ) ………………………………..……(2.11)
3
2
𝐼𝑐 = 𝐼𝑚 cos (ωt − ∅ − ) ………………………………..……(2.12)
3

Ia adalah arus fasa A dan Ib adalah fasa B dan Ic adalah fasa C,


Im adalah nilai puncak dari frekuensi fundamental dari masing arus
fasa, 𝜔 adalah frekuensi elektrik fundamental (rad/s), ∅ adalah faktor
daya lagging, dan t adalah waktu (s). Pergeseran fasa yang simetris
sebesar 1200 penjumlahan ketiga fasa adalah nol.
2.2.3. Struktur motor induksi
Pada dasarnya motor induksi terdiri dari suatu bagaian yang tidak
berputar (stator) dan bagian yang bergerak memutar (rotor). Secara
12

ringkas stator terdiri dari blek – blek dinamo yang berisolasi pada satu
sisinya dan mempunyai ketebalan 0,35 – 0,5 mm, disusun menjadi
sebuah paket blek yang berbentuk gelang. Sisi dalamnya dilengkapi
dengan alur – alur. Didalam alur ini terdapat perbedaan antara motor
asinkron dengan lilitan sarang (rotor sarang atau rotor hubung pendek)
dan gelang seret dengan lilitan tiga fasa. Atau dari sisi lainnya bahwa inti
besi stator dan rotor terbuat dari lapisan (email) baja silikon tebalnya 0,35
- 0,5 mm, tersusun rapi, masing – masing terisolasi secara elektrik dan
diikat pada ujung – ujungnya.

Gambar 2.7. Konstruksi Motor Induksi


(Sumber : Dasar-Dasar Mesin Listrik, 2001)
A. Stator
Stator terdapat beberapa slot yang merupakan tempat kawat
(konduktor) dari tiga kumparan yang masing – masing berbeda
phasa dan menerima arus dari tiap phasa tersebut yang disebut
kumparan stator. Stator terdiri dari plat – plat besi yang disusun
sama besar dengan rotor dan pada bagian dalam mempunyai banyak
alur yang diberi kumparan kawat tembaga yang berisolasi. Jika
kumparan stator mendapatkan suplai arus tiga fasa maka pada
kumparan tersebut akan timbul flux magnit putar. Karena adanya
flux magnit putar pada kumparan stator, mengakibatkan rotor
berputar karena adanya induksi magnet dengan kecepatan putar
rotor sinkon dengan kecepatan putar stator. Bentuk konstruksi stator
motor induksi dapat kita lihat pada gambar di bawah ini.
13

Gambar 2.8. Stator


(Sumber : Dasar-Dasar Mesin Listrik, 2001)
1. Outer Frame merupakan bagian luar motor. Fungsi
utamanya adalah untuk mendukung inti stator dan
melindungi bagian dalam alat berat. Untuk mesin kecil,
rangka luar dicor, tetapi untuk mesin besar, itu dibuat.
2. Stator Core dibuat dari baja tatanan silikon bermutu tinggi.
Fungsi utamanya adalah untuk membawa medan magnet
bolakbalik yang menghasilkan histeresis dan kerugian arus
eddy. Stempel dipasang pada bingkai stator. Setiap stamping
terisolasi dari yang lain dengan lapisan pernis tipis.
Ketebalan cap biasanya bervariasi dari 0,3 hingga 0,5 mm.
3. Stator Winding membawa belitan tiga fase yang biasanya
disuplai dari sistem pasokan tiga fase. Enam terminal belitan
(dua dari setiap fase) terhubung dalam kotak terminal mesin.
Stator motor terluka untuk sejumlah kutub tertentu,
tergantung pada kecepatan motor. Jika jumlah kutub lebih
besar, kecepatan motor akan lebih sedikit dan jika jumlah
kutub kurang dari kecepatan akan tinggi.
B. Rotor
Berdasarkan hukum faraday tentang imbas magnet, maka
medan putar yang secara relatif merupakan medan magnet yang
bergerak terhadap penghantar rotor akan mengibaskan gaya gerak
listrik (ggl). Frekuensi ggl imbas ini sama dengan frekuensi jala –
jala. Besar ggl imbas ini berbanding lurus dengna kecepatan relatif
antara medan putar dan penghantar rotor. Penghantar - penghantar
dalam rotor yang membentuk suatu rangkaian tertutup, merupakan
14

rangkaian melaju bagi arus rotor dan searah dengan hukum yang
berlaku yaitu hukum lenz. Arahnya melawan fluksi yang
mengimbas, dalam hal ini arus rotor itu ditimbulkan karena adanya
perbedaan kecepatan yang berada diantara fluksi atau medan putar
stator dengan penghantar yang diam. Rotor akan berputar dalam
arah yang sama dengan arah medan putar stator, untuk mengurangi
beda kecepatan diatas. Jika rotor dibebani, maka putaran rotor akan
turun sehingga terjadi perbedaan putaran antara rotor dan stator,
perbedaan kecepatan putaran ini disebut slip.

Gambar 2.9. Bentuk Rotor Belit


(Sumber : Dasar-Dasar Mesin Listrik, 2001)
C. Motor Rotor Sangkar
Motor rotor sangkar konstruksinya sangat sederhana, yang
mana rotor dari motor sangkar adalah konstruksi dari inti berlapis
dengan konduktor dipasangkan paralel, atau kira – kira paralel
dengan poros yang mengelilingi permukaan inti. Konduktornya
tidak terisolasi dari inti, karena arus rotor secara alamiah akan
mengalir melalui tahanan yang paling kecil konduktor rotor. Pada
setiap ujung rotor, konduktor rotor semuanya dihubung singkatkan
dengan cincin ujung. Batang rotor dan cincin ujung sangka yang
lebih kecil adalah coran tembaga atau almunium dalam satu lempeng
pada inti rotor. Bentuk motor rotor sangkar sendiri dapat dilihat pada
gambar di bawah. Dalam motor yang lebih besar, batang rotor tidak
dicor melainkan dibenamkan kedalam alur kemudian dilas
ditempatkan paralel terhadap poros motor tetapi kerap kali
dimiringkan. Hal ini menghasilkan torsi yang lebih seragam dan
15

juga mengurangi derau dengung magnetik sewaktu motor sedang


jalan.

Gambar 2.10. Bentuk Rotor Sangkar


(Sumber : Dasar-Dasar Mesin Listrik, 2001)

2.3. Ketidakseimbangan Tegangan pada Motor Induksi


Dampak terbesar dari tegangan tak seimbang adalah pada motor induksi
tiga fasa. Motor induksi tiga fasa adalah salah satu dari beban yang umum
terdapat pada jaringan dan memiliki jumlah yang banyak terutama pada
lingkungan industri. Motor induksi tiga fasa disuplai oleh suatu sistem tak
seimbang, arus yang dihasilkan menunjukkan tingkat ketidakseimbangan
sampai beberapa kali lipat dibandingkan ketidakseimbangan tegangan. Hal ini
dapat dijelaskan dengan mengacu pada dua medan putar saling berlawanan
yang terjadi jika motor dihubungkan dengan tegangan tak seimbang. Dalam
kaitan dengan susunan tegangan-tegangan urutan positif, jika slip motor :
𝑁𝑠 −𝑁𝑟
𝑆1 = …………………………………………………..……(2.13)
𝑁𝑠

Dimana:
Ns = Kecepatan sinkron
Nr = Kecepatan rotor
Slip yang terjadi akibat tegangan urutan negative adalah :
−𝑁𝑠 −𝑁𝑟
𝑆2 = …………………………………………..……..……(2.14)
−𝑁𝑠

Jika slip 𝑆1 diekspresikan pada slip 𝑆2 , maka :


−𝑁𝑠 −𝑁𝑟
𝑆2 = = 2 − 𝑆1 ………………………………….…..…….(2.15)
−𝑁𝑠
16

Jika slip urutan positif s1 sangat kecil (mendekati nol), slip urutan
negatif s2 menjadi sangat besar (mendekati 2). Berdasarkan teori dasar motor
induksi, impedansi dari motor induksi sangat tergantung pada slip dimana untuk
slip yang tinggi (misalnya pada saat start atau kondisi motor terkunci) nilainya
kecil dan sebaliknya jika slipnya rendah nilainya sangat besar. Sehingga secara
pendekatan dapat dinyatakan bahwa perbandingan antar impedansi urutan
positf dan urutan negatif adalah:
𝑍1 𝐼𝑆𝑡𝑎𝑟𝑡
=𝐼 ………………………………….…..……...(2.16)
𝑍2 𝑅𝑢𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔

𝑉
Diketahuinya arus urutan positif 𝐼1 = 𝑍1 dan arus urutan negative 𝐼2 =
1

𝑉2 𝐼 𝑉 𝐼𝑆𝑡𝑎𝑟𝑡
didapatkan 𝐼2 = 𝑉2 𝑥 𝐼
𝑍2 1 1 𝑅𝑢𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔

Jika motor terbeban penuh, beberapa lilitan fasa stator dan rotor akan
membawa arus lebih dari yang diijinkan yang menyebabkan kerugian motor
ekstra. Hal ini akan menyebabkan penurunan efisiensi motor dan juga
mengurangi usia dari isolasi disebabkan panas berlebihan. Penting untuk
dicatat bahwa perkiraan usia rata-rata dari isolasi turun setengahnya untuk tiap
100 C seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.11. Variasi usia isolasi dengan temperature


(Sumber : Dasar-Dasar Mesin Listrik, 2001)
Ketidakseimbangan tegangan menyebabkan kerugian ekstra, dalam
rangka menjaga motor kelebihan beban NEMA telah menemukan derating
curve seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Kurva ini mengasumsikan
bahwa motor telah mengirimkan beban yang telah ditetapkan. Mengacu pada
kurva ini, dibutuhkan bahwa tiap motor harus dibuat untuk mengatasi 1%
17

ketidakseimbangan dan sesudah itu harus dirating bergantung pada tingkat


ketidakseimbangan.

Gambar 2.12. NEMA Induction Motor Derating Curve


(Sumber : Dasar-Dasar Mesin Listrik, 2001)
2.4. Jatuh Tegangan
Jatuh tegangan adalah selisih antara tegangan ujung pengirim dan
tegangan ujung penerimaan, jatuh tegangan disebabkan oleh hambatan dan arus
pada saluran bolak-balik besarnya tergantung dari impedansi dan admitansi
saluran serta pada beban dan faktor daya. Jatuh tegangan dinyatakan dengan
rumus :
𝑉𝑠 − 𝑉𝑟
𝑉𝑑 = 𝑥100%
𝑉𝑠
Dimana :
Vd = Jatuh Tegangan
Vs = Tegangan ujung pengirim (volt)
Vr = Tegangan ujung penerima (volt)
PLN memproduksi tegangan listrik dengan nilai nominal 220/380 volt
tiga fasa dan pada frekuensi 50 Hz dan dalam bentuk gelombang sinus. Besar
tegangan listrik ini berbeda pada setiap Negara, sebagai contoh di Amerika
Serikat tegangan jala-jalanya 110/60 Hz, dan lainlain. Dalam penyedian tenaga
18

listrik disyarakan suatu level standard tertentu untuk menentukan kualitas


tegangan pelayanan. Secara umum ada tiga hal yang perlu dijaga kualitasnya.
1. Frekuensi (50 Hz)
2. Tegangan (220/380) volt ± 5%-10%
3. Keandalan
Penyediaan tenaga listrik dilakukan penggolongan beban untuk
memenuhi keandalan dari sistem. Bervariasinya karakteristik beban maka perlu
digolongkan berdasarkan faktor-faktor dominan. Misalnya lingkungan/
geografis. Pada kenyataannya tegangan listrik produk PLN bukanlah tegangan
sinus murni yang berkualitas sempurna. Faktor-faktor yang mendasari
bervariasinya tegangan sistem distribusi adalah :
1. Konsumen pada umumnya memakai peralatan yang memerlukan
tegangan tertentu
2. Letak konsumen terbesar, sehingga jarak tiap konsumen dengan titik
pelayanan tidak sama
3. Pusat pelayanan tidak dapat diletakkan merata atau tersebar.

2.5. Starting (Pengasutan) Hubungan Bintang (Y)-Segitiga (∆) Pada Motor


Induksi 3 Fasa
Motor induksi 3 fasa yang digunakan pada mesin produksi di pabrik
memiliki masalah utama dalam starting, karena jika dihidupkan secara
langsung akan mengalami drop tegangan sebesar lima sampai tujuh arus
nominal. Kapasitas motor yang kecil sampai 5 KW, pengaruh tidak besar pada
drop tegangan. Motor 30KW sampai 100 KW berpengaruh pada drop tegangan
yang besar dan membuat sistem kelistrikan menurun bahkan merusak peralatan
listrik yang lain. Memperkecil drop dilakukan pengasutan motor induksi.
Pengasutan motor induksi adalah cara menjalankan pertama kali motor,
tujuannya agar arus starting kecil dan drop tegangan masih dalam batas
toleransi. Ada beberapa cara teknik pengasutan, diantaranya : hubungan
langsung (Direct On Line = DOL), tahanan depan stator (Primary Resistor),
Transformator, bintang-segitiga (Star-Delta), Pengasutan Soft starting, dan
19

tahanan rotor lilit. Akan tetapi disini penulis hanya membahas pengasutan
bintang (Y) - segitiga (∆).
Jenis pengasutan yang sering digunakan bintang (Y) - segitiga (∆).
Hubungan bintang digunakan untuk menurunkan tegangan yang masuk ke
kumparan stator, sedangkan pada saat motor berjalan normal, kumparan stator
dihubung segitiga. Hubungan bintang-segitiga dapat dibuat dengan gambar
berikut.

Gambar 2.13. Diagram Starting Bintang-Segitiga Motor Induksi


(Sumber : Dasar-Dasar Mesin Listrik, 2001)

Keterangan :
𝐼𝑠𝑐= Arus hubung singkat
𝐼𝑠𝑡= Arus starting
Z = kumparan stator motor (Impedansi)
20

2.6. Pengujian Motor Induksi Terhadap Gangguan


Pengujian gangguan merupakan sebuah pengujian prinsip kerja sistem
pengaman yang akan dpasang untuk mengamankan kerja dari motor induksi 3
phasa. Pengujian dilakukan untuk melihat apakah sistem pengaman yang telah
dirancang dapat bekerja sesuai dengan prinsip yang diinginkan. Jenis jenis
gangguan yang di amankan adalah tegangan lebih, tegangan kurang, tegangan
tidak seimbang, arus lebih, kecepatan putar lebih dan panas lebih. Berikut
adalah beberapa pengujian motor induksi terhadap gangguan.
2.6.1. Pengujian gangguan tegangan lebih
Pengujian gangguan tegangan lebih dilakukan dengan
memberikan tegangan masukan dari sumber tegangan 3 phasa. Dalam
pengujian, nilai setting tegangan nominal motor diatur terlebih dahulu,
setelah itu tegangan sumber dinaikan secara bertahap sampai melebihi
setting tegangan nominal motor, kemudian dilihat respon dari sistem
proteksi yang ada apakah dapat bekerja sesuai dengan prinsip yang
diinginkan yaitu apabila nilai tegangan maksimum dari tegangan dalaan
masukan 3 phasa melebihi nilai setting (Vmax>110% V nominal) maka
sistem akan trip. Setting tegangan nominal motor 220 Vac, saat VLN
yang terbaca pada sensor yakni sebesar 232 Vac maka relay akan
langsung bekerja memutus suplay tegangan ke motor sehingga sistem
akan langsung trip karena tegangan sumber tersebut sudah melebihi
setting yaitu 232. Setting tegangan yang akan digunakan sebenarnya
adalah berdasarkan standar dari NEMA MG1-1998 yakni batas
tegangan lebih adalah sebesar 10% dari tegangan nominal. Artinya
setting trip nya adalah sebesar 10% dari 220 Volt yakni 242 Volt. Akan
tetapi karena adanya keterbatasan pada sensor tegangan maka sensor
tersebut hanya bisa membaca sampai batas 236 Volt dan kemudian
disetting pada 232 Volt untuk setting trip.
Suplai tegangan dinaikan secara bertahap dari tegangan
nominal yakni 220 Volt sampai dengan 235 Volt. Pada saat tegangan
yang terbaca adalah 232.4 Volt pada fasa R, 233.01 Volt pada fasa S,
232.1 Volt pada fasa T maka sistem proteksi akan memutus suplai ke
21

motor induksi 3 fasa karena nilai tegangan nya berada diatas setting
tegangan yang disyaratkan yakni 232 Volt. Dari pengamatan ini dapat
disimpulkan bahwa sistem pengaman yang dibuat telah dapat bekerja
sesuai dengan prinsip yang di inginkan dan dapat digunakan untuk
mengamankan gangguan tegangan lebih pada motor induksi tiga phasa.
2.6.2. Pengujian Gangguan Tegangan Kurang
Pengujian gangguan tegangan kurang dilakukan dengan
memberikan tegangan masukan dari sumber tegangan 3 phasa. Dalam
pengujian, nilai setting tegangan nominal motor diatur terlebih dahulu,
setelah itu tegangan sumber diturunkan secara bertahap sampai kurang
dari setting tegangan trip motor, kemudian dilihat respon dari sistem
proteksi yang ada apakah dapat bekerja sesuai dengan prinsip yang
diinginkan yaitu apabila nilai tegangan minimum kurang dari nilai
setting (Vmin < 90% V nominal) maka sistem akan trip. Setting
tegangan nominal motor 220 Vac, saat VLN yang terbaca pada sensor
yakni sebesar 198 Volt maka relay akan langsung bekerja memutus
suplay tegangan ke motor sehingga sistem akan langsung trip karena
tegangan sumber tersebut lebih kecil dari setting yaitu 90% dari
tegangan nominal yaitu 198 Vac dan relay akan mati. Selanjutya ketika
tegangan VLN di naikan dan besar tegangan yang terbaca pada sensor
adalah 199 Volt makan sistem akan tetap berjalan dengan normal dan
relay tidak akan memutus suplay tegangan ke sistem karena nilai
tegangan nya berada diatas setting tegangan yang disyaratkan yakni
90% dari tegangan nominal (220 Volt). Hal itu sesuai dengan standar
proteksi tegangan kurang yang di syaratkan berdasarkan NEMA MG1-
1998. Berdasarkan pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa sistem
pengaman yang dibuat telah dapat bekerja sesuai standar dan dapat
digunakan untuk mengamankan gangguan tegangan kurang pada motor
induksi tiga phasa.
2.6.3. Pengujian gangguan tegangan tidak seimbang
Pengujian gangguan tegangan tidak seimbang, untuk
memperoleh tegangan yang berbeda-beda, digunakan 3 buah regulator
22

variable sebagai masukan dari tiaptiap sensor tegangan. Nilai setting


yang digunakan pada perangkat pengaman unbalance adalah 1%
(standar NEMA dan IEEE), tetapi untuk menguji apakah sistem
pengaman yang dibuat dapat bekerja sesuai prinsip yang diinginkan
yaitu jika nilai unbalance yang diperoleh melebihi nilai setting, maka
pada pengujian tidak hanya digunakan nilai setting 1%, tetapi akan diuji
dengan nilai setting yang lainnya yakni 3% dan 5%. Besar nilai setting
unbalance harus ditentukan terlebih dahulu dengan nilai setting yang
berbeda-beda untuk dapat mengetahui apakah sistem sudah dapat
bekerja sesuai dengan nilai setting yang ditentukan. Kemudian
tegangan variable ditentukan sesuai tabel pengujian. Ketika tegangan
melebihi atau kurang dari nilai setting unbalance maka kondisi sistem
yaitu trip dan relay akan bekerja untuk memutus. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sistem sudah dapat bekerja sesuai dengan standar.

2.7. Mikrokontroller STM32F103


STM32F103 adalah salah satu mikrokontroler yang di produksi oleh
STMicroelectronic. STM32 F407VETx berbasi prosesor 32bit dengan
arsitektur ARM Cortex-M4 dengan kemampuan 168 MHz CPU, flash memori
hingga 1Mb,192Kb RAM dan 100 pin input/putput. STM32F103 di lengkapi
dengan 3 chanel ADC (Analog Digital Converter) 16 pin pada setaip chanelnya
dengan resolusi 12 bit. Mikrokontroller ini juga memiliki 14 chanel timer
dengan resolusi 16 bit. Selain itu STM32F103 juga dilengkapi dengan 3 chanel
fitur I2C yang beroprasi pada multimasker dan slave mode, dimana kecepatan
pada mode standartnya 100 KHz dan pada fast mode mencapai 400 KHz. Mode
komunikasi yang di sediakan bervariasi yaitu komunikasi secara
asyncronus,IrDA, dan Single wire Half Duplex. Selain itu terdapat 6 channel
serial USART yang mampu mentransfer data dengan kecepatan hingga 5.25
Mb/s, dan 10.5 Mb/s untuk channel USART 1 dan USART 6. Komunikasi SPI
dengan kecepatan mencapai 18Mb/s Pada Slave dan Master mode di full duplex
dan simplex communication mode. Berikut adalah gambar dari STM32F103.
23

Gambar 2.14. Mikrokontroller STM32F103

2.8. Sensor Tegangan


Sensor tegangan ini digunakan untuk mendapatkan nilai tegangan antar
fasa sehingga dapat mengetahui besar tegangan fasa-fasa. Pada pembuatan
sensor tegangan ini menggunakan transformator step down ,rangkaian
penyearah, dan rangkaian pembagi tegangan. Rangkaian sensor tegangan pada
prinsipnya yaitu melakukan pencuplikan tegangan yang mengalir masuk ke
sistem pengukuran, cara kerja sensor tegangan ini yaitu sensor tegangan
diletakan paralel terhadap jaringan sumber. Rangkaian ini pada initinya terdiri
dari transformator step down berfungsi menurunkan tegangan, rangkaian
penyearah,filter kapasitor, rangkaian pembagi tegangan.

Gambar 2. 15. Sensor Tegangan ZMPT101B


24

2.9. MetodeBoolean
Metode Boolean adalah rumusan matematika untuk menjelaskan
hubungan logika antara fungsi pensaklaran digital. Aljabar boolean memiliki
dasar dua macam nilai logika. Hanya bilangan biner yang terdiri dari angka 0
dan 1 maupun pernyataan rendah dan tinggi. Keluaran dari satu atau kombinasi
beberapa buah gerbang dapat dinyatakan dalam suatu ungkapan logika yang
disebut ungkapan Boole. Teknik ini memanfaatkan aljabar Boole dengan
notasi-notasi khusus dan aturan-aturan yang berlaku untuk elemen-elemen
logika termasuk gerbang logika. Aljabar boolean mendefinisikan aturan-aturan
untuk memanipulasi ekspresi simbol logika biner. Ekspresi logika simbol biner
yang terdiri dari variabel biner dan operator-operator seperti AND, OR dan
NOT (contoh: A+B+C). Nilai-nilai dari ekspresi boolean dapat ditabulasikan
dalam tabel kebenaran (Truth Table). Berikut ini gerbang dasar logika pada
metode Boolean.

2.7.1. Gerbang Logika AND


Gerbang logika AND menggunakan tanda ‘.’ sebagai tanda
operasinya. Pada operasi logika AND berlaku ketentuan : keluaran akan
berlogika tinggi (High) jika semua masukan berlogika tinggi (High) .
Gerbang AND adalah gerbang logika dasar yang memilki dua atau
lebih masukan dengan satu keluaran.
25

Gambar 2. 16. Gerbang Logika AND


(Sumber : Teknik Digital, 2018)
Tabel 2.1. Tabel Kebenaran AND
Input Output
A B F
1 0 0
0 1 0
1 1 1
0 0 0
26

2.7.2. Gerbang Logika OR


Gerbang logika OR menggunakan tanda ‘+’ sebagai tanda
operasinya. Pada operasi logika OR berlaku ketentuan : keluaran akan
berlogika (High) jika salah satu masukan berlogika (High).

Gambar 2.17. Gerbang Logika OR


(Sumber : Teknik Digital, 2018)
Tabel 2.2. Tabel Kebenaran OR
Input Output
A B F
1 0 1
0 1 1
1 1 1
0 0 0

2.7.3. Gerbang Logika NOT


Berbeda dengan operai logika AND maupun OR karena operasi
logika NOT hanya memilki sebuah sinyal masukan dan sebuah
keluaran. Pada gerbang inverter berlaku ketentuan : Logika keluaran
merupakan kebalikan dari logika masukan.

Gambar 2.18. Gerbang Logika NOT Tabel


(Sumber : Teknik Digital, 2018)
2.3. Tabel Kebenaran NOT
Input Output
1 0
0 1
27

2.7.4. Gerbang Logika NOR


Gerbang logika NOR merupakan gerbang OR yang
digabungkan dengan NOT pada bagian keluarannya, sehingga pada
gerbang ini berlaku ketentuan kebalikan dari gerbang NOR, yaitu :
keluaran akan berlogika rendah (Low) jika salah satu masukan
berlogika (High)

Gambar 2.19. Gerbang Logika NOR


(Sumber : Teknik Digital, 2018)
Tabel 2.4. Tabel Kebenaran NOR
Input Output
A B Y
1 0 0
0 1 0
1 1 0
0 0 1
28

2.7.5. Gerbang Logika NAND


Gerbang NAND merupakn gerbang AND yang di gabungkan
dengan gerbang NOT pada bagian keluarannya, sehingga pada gerbang
ini berlaku ketentuan kebalikan dari gerbang AND, yaitu : Keluran akan
berlogika rendah (Low) jika semua masukan berlogika tiggi (High).

Gambar 2.20. Gerbang Logika NAND


(Sumber : Teknik Digital, 2018)
Tabel 2.5. Tabel Kebenaran NAND
Input Output
A B Y
1 0 1
0 1 1
1 1 0
0 0 1

Anda mungkin juga menyukai