62
Ind
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
Ind
ISBN
978-602-416-799-8
1. Judul
I. OCCUPATIONAL HEALTH
KA DAFTAR ISI
TA PENGANTAR
P Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52
BAB I
Ketentuan Umum
BAB II
Kerja,
akat di
BAB IV
Pelatihan
BAB V
11
fasilitas pelayanan Kesehatan yang sehat, aman, selamat, dan nyaman perlu
BAB VII
yanan
BAB VIII
12
BAB IX
Ketentuan Penutup
12
standar Kesehatan Kerja yang wajib dipenuhi oleh Pengurus atau Pengelola
BAB I
14
BAB II
tahun 2018 ini maka Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga mener 17
bitkan
BAB III
buku ini. Kir Pencatatan dan Pelaporan anya buku ini dapat menjadi rujukan
dan pedo 71
man bagi semua
BAB IV
Penutup
ima kasih.
iiii
c.
DAFTAR ISI
Kerja di
Mengingat :
Ketentuan Umum
3
2.
BAB IV
Pelatihan
5063);
11
BAB VII Pembinaan dan Pengawasan
3. Undang-Undang
tentang
12
Republik
Ketentuan Penutup
12
5607);
BAB I
Pendahuluan
14
BAB II
Terhadap
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
17
Nomor
BAB IV
Penutup
76
5.
2iv
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
PELAYANAN KESEHATAN
fasilitas
pelayanan
kesehatan
1
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
Mengingat :
2.
5.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: Permenkes No 52
Tahun 2018
atau masyarakat.
Pasal 2
Pasal 3
(2) Jenis Fasyankes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk
rumah sakit.
Pasal 4
BAB II
Pasal 5
Pasal 6
(5)
BAB III
Pasal 7
e. pemberian imunisasi;
f.
pengendalian risiko.
(3) Penerapan kewaspadaan standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dilaksanakan melalui: a. cuci tangan untuk mencegah infeksi silang;
b. penggunaan alat pelindung diri; c. pengelolaan jarum dan alat tajam untuk
mencegah perlukaan;
(4)
(5) Penerapan prinsip ergonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dilakukan terhadap:
b. postur kerja;
(9) Pengelolaan sarana dan prasarana Fasyankes dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g berupa
pengawasan terhadap proses pengelolaan sarana dan prasarana sesuai dengan
aspek keselamatan dan kesehatan kerja.
(10)
(11)
D
LGHQWLÀNDVLULVLNRNRRQGLVLGDUXUDWDWDXEHQFDQD
(12) Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya
dan beracun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 8
Pelaksanaan standar K3 di Fasyankes sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
BAB IV
PELATIHAN
Pasal 9
(2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai GHQJDQ
VWDQGDU NXULNXOXP PRGXO GDQ VHUWLÀNDVL \DQJ
(3)
BAB V
Pasal 10
9
(2) Pencatatan dan pelaporan secara semester sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi kasus yang berhubungan dengan kejadian keselamatan dan
kesehatan kerja.
(3)
(6)
BAB VI
Pasal 11
(1) Penilaian K3 di Fasyankes dilakukan untuk evaluasi penyelenggaraan K3
di Fasyankes.
10
BAB VII
Pasal 12
11
atau orang yang telah berjasa dalam setiap kegiatan untuk mewujudkan
tujuan K3 di Fasyankes.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 13
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, seluruh Fasyankes harus
menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini paling lambat
1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
12
Ditetapkan di Jakarta
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
Diundangkan di Jakarta
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
13
LAMPIRAN
PELAYANAN KESEHATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat
dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan. Untuk itu, pengelola tempat kerja wajib
melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, penanganan penyakit, dan pemulihan
kesehatan pada pekerja.
kerja. Selain itu adanya penggunaan berbagai alat kesehatan dan teknologi di
Fasyankes serta kondisi sarana dan prasarana yang tidak memenuhi standar
keselamatan akan menimbulkan risiko kecelakaan kerja dari yang ringan
hingga fatal.
WHO pada tahun 2000 mencatat kasus infeksi akibat tertusuk jarum suntik
yang terkontaminasi virus diperkirakan mengakibatkan Hepatitis B sebesar
32%, Hepatitis C
Hasil penelitian lain di wilayah Jakarta Timur yang dilakukan oleh Sri
Hudoyo (2004) menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan petugas menerapkan
setiap prosedur tahapan kewasdapaan standar dengan benar hanya 18.3%,
dengan status vaksinasi Hepatitis B pada petugas Puskesmas masih rendah
yaitu 12,5%, dan riwayat pernah tertusuk jarum bekas yaitu 84,2%.
15
B. Tujuan
C. Sasaran
3. Pasien
4. Pengunjung/pengantar pasien
16
BAB II
di Fasyankes.
A. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
17
Fasyankes, serta pihak lain sesuai dengan tata cara yang tepat. Selain itu
semua pihak di Fasyankes bertanggung jawab mendukung dan menerapkan
kebijakan pelaksanaan K3 di Fasyankes tersebut, serta prosedur-prosedur
yang berlaku di Fasyankes selama berada di lingkungan Fasyankes.
Kebijakan K3 di Fasyankes harus disosialisasikan dengan berbagai upaya
baik pada saat rapat pimpinan, rapat koordinasi, dan rapat lainnya, maupun
melalui spanduk, banner, poster, audiovisual, dan lain-lain.
18
c.
c.
d.
Memberikan pendidikan ataupun pelatihan terkait keselamatan dan
kesehatan kerja kepada sumber daya fasilitas pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan kinerja di tempat kerja.
Tempat, Tanggal
19
4)
6)
Fasyankes.
20
4)
Menyusun dan memberikan rekomendasi
2.
\DQJDGDGDQEHUGDVDUNDQKDVLOLGHQWLÀNDVLULVLNR\D
QJ
21
Potensi untuk
No
Ruang
Fisik
Kimia
Biologi
Ergonomi
Psikososial
kecelakaan kerja
1. Pendaftaran
kecoak,
penerangan
kontak
tidak natural
monoton,
kurang
dengan
penempatan
internasional
pasien
barang
2. Ruang
suhu panas, *
kecoak,
*
Tunggu
penerangan
kucing,
kurang
nyamuk,
mikro-
organisme
3. Poli Umum
kecoak,
nyamuk,
tidak natural
pasien
tertimpa barang
kurang
termometer mikro-
penempatan
banyak,
merkuri
organisme barang
tuntutan
pasien
4. Poli Gigi
5. Rekam Medik *
6. Apotik
*
7. Ruang UGD
8. Dan Lain-lain *
Keterangan :
'LLVLVHVXDLGHQJDQIDNWRUULVLNRSDGDVHWLDS)DV\DQNH
V3HQHQWXDQLGHQWL¿NDVLEHUGDVDUNDQULVLNRVHVXDL
Penanggung
Kegiatan
Lokasi
Pelaksana
Waktu
Keterangan
Jawab
Sosilasiasi
Ruang
Kepala Poli
Tim K3
Jumat,
Waktu
Pencegahan
Poli UGD
Infeksi terkait
20 Agustus 2018
kegiatan
Infeksi
Pelayanan
disesuaikan
Kesehatan
selesai
dan lain-lain
22
g.
23
d. Daftar periksa ( check list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan
pada saat inspeksi.
Evaluasi kegiatan dapat dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam setahun untuk
melihat capaian program berdasarkan rencana kegiatan tahunan.
Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi, pimpinan Fasyankes
bertanggung jawab menetapkan hasil pemantauan dan evaluasi serta
melaksanaan tindakan perbaikan dari hasil laporan pemantauan dan evaluasi.
24
di Fasyankes.
f.
g.
25
kerja
Bahaya kecelakaan
Terpeleset,
terjatuh,tersandung,
tergores, tersetrum,
tertimpa barang,
Terpeleset, terjatuh,
tersandung, tergores,
tersetrum,
tertimpa barang,
tertusuk jarum
Tertusuk jarum,
jari tergigit
pasien, tersetrum,
terpeleset, tersembur
pasien,tertendang
alat
terlalu
kerja
lama
ahaya ErgonomiB
lama >2 jam tanpa
bergerak
sempit, tidak
sesuai standar
natural
kerja termasuk
komputer tidak
ergonomis
jam
(tidak ergonomi),
gerakan berulang
• Duduk
• Ruang
•
• Penempatan
• menggenggam,
• Berdiri
dan
antara
antara
kerja
kerja
kerja
kerja
kerja
petugas dengan
klien
shift kerja
berlebih
panjang
monoton
dengan klien
pimpinan
panjang
monoton
dengan klien
pimpinan
Bahaya psikososial
• Hubungan
• Pengaturan
• Beban
• Shift
• Jam
• Pekerjaan
• Hubungan
• Hubungan
• Shift
• Jam
• Pekerjaan
• Hubungan
• Hubungan
dan
dan
bakteri
dan
ahaya BiologiB
binatang
pembawa
penyakit
binatang
binatang
pembawa
penyakit
• Virus
• Bakteri
• Jamur
• Vektor
• Virus
• Bakteri
• Jamur
• Vektor
pembawa penyakit
• Virus
• Jamur
• Vektor
ahaya KimiaB
Pembersih
ruangan
Disinfektan
(amalgam)
• Debu
• Bahan
• Debu
• Bahan
• Antiseptik
• Merkuri
• Merkuri
• Silikat
• Klorethil
• Klorin
computer
halogen
ahaya Fisik
kelembaban
(untuk monitor
jenis tabung/
CRT)
kurang
kelembaban
udara kurang
nyaman
Pencahayaan
Getaran
• Pencahayaan
• Suhu/
• Radiasi
• Pencahayaan
• Suhu/
• Kebisingan
• Radiasi
• lampu
Ruang
Ruang Tunggu dan
Pendaftaran/
rekam medik
Ruang Periksa
Umum
26
kerja
Bahaya kecelakaan
Tertusuk jarum,
terpeleset, tersetrum,
tersandung, terjatuh
Terpeleset, terjatuh,
tersandung
Kesetrum, tertusuk
Tertusuk jarum,
kebakaran, tumpahan
spesimen
Tertusuk jarum,
tidak
manual
lama
angkut
Statis
janggal
lama
ahaya ErgonomiB
Posisi tidak natural
(angkat angkut
pasien)
jam
Work station
ergonomis
barang
• Beban
• Berdiri
• Angkat
•
• Posisi
• Posisi
• Berdiri
antar
kerja
kerja
kerja
kerja
monoton
kerja
kerja
panjang
dengan klien/
pasien
interpersonal
pegawai
rekan kerja
interpersonal
Bahaya psikososial
• Stress
• Shift
• Jam
• Stress
• Hubungan
• Hubungan
• Kerja
• Hubungan
• Beban
• Shift
• Shift
• Hubungan
darah
tubuh
infeksius
tubuh
HIV,
ahaya BiologiB
dan cairan tubuh
(duh tubuh)
hepatitis B
mengandung
virus , bakteri,
jamur
• Percikan
• Virus
• Bakteri
• Jamur
• Bakteri
• Virus
• Jamur
• Vektor
• Virus
• Bakteri
• Jamur
• Cairan
• Bakteri
• Virus
• Jamur
• Parasit
• Limbah
• Percikan
Kontaminasi
• Cairan
ahaya KimiaB
Pengharum
ruangan
Formaldehyde
• Disinfektan
• Merkuri
• Bahan
• Desinfektan
• Debu
• Klorin,
• Reagen
• Desinfektan
• Media/kultur
• Aerosol
• Disinfektan
• Alkohol
• Kloretil
alat
komputer
dan
UV
ahaya FisikB
kurang
kelembaban
Pencahayaan
kurang
alat sterilitator
elektromagnetik
kelembaban
Suhu
• Suhu
• Kelembaban
• Pencahayaan
• Radiasi
• Pencahayaan
• Suhu/
• Radiasi
•
•
• Getaran
• Gelombang
• Suhu
• Getaran
• Pencahayaan
• Sinar
• Kelembaban
• Pencahayaan
Ruang
Ruang KIA/KB/
Imunisasi
Ruang Konseling/
KIE
Ruang Sterilisasi
Laborato-
rium
Ruang Tindakan
27
kerja
Bahaya kecelakaan
Terpeleset, terjatuh,
tersandung, tergores,
tersetrum,tertimpa
barang
Tersetrum, tersandung
Terpeleset, terjatuh,
tersandung, tergores,
tersetrum, tertimpa
barang
Tersandung, terpeleset,
terjatuh, tersetrum
berulang
angkut
angkut
ahaya ErgonomiB
Posisi kerja tidak
natural
monoton
manual
natural
(repetitif) saat
menggerus obat
pasien, barang
• Angkat
Pekerjaan yang
• Angkat
• Gerakan
• Angkat-angkut
( Manual handling
monoton
kerja
kerja
kerja
interpersonal
interpersonal
berlebih
dengan klien
atau pasien
dengan rekan
kerja
interpersonal
Bahaya psikososial
Hubungan
Hubungan
• Kerja
• Beban
• Hubungan
• Hubungan
• Shift
• Beban
• Hubungan
dan
ahaya BiologiB
binatang
pengganggu
• Bakteri,
• Virus
• Jamur
• Vektor
• Bakteri
• Virus,
• Jamur,
• Vektor
• Jamur
• Virus
• Vektor
• Virus
• Bakteri
• Jamur
• Parasit
• Vektor
larutan
printer
dan
ahaya KimiaB
%DKDQFXFLÀOP
antiseptik
maupun
desinfektan
bahan lainnya
• Debu
• Tinta
• Bahan
• Debu
• Obat
• Disinfektan
• Obat-obatan
• Debu
suara
dan
ruang
dan
ahaya FisikB
Radiasi pengion
kelembaban
kurang
Radiasi
kelembaban
kurang
• Suhu
• Pencahayaan
• Gelombang
• Pencahayaan
• Suhu
• Suhu
• Pencahayaan
•Suhu
•Kelembaban
pencahayaan
Ruang
Ruang Rontgen
Ruang USG/EKG
Farmasi
28
kerja
Bahaya kecelakaan
Terpeleset, terjatuh,
tersandung, tergores,
tersetrum,tertimpa
barang
Terpeleset, terjatuh,
tersandung, tergores,
tersetrum, tertimpa
barang
Terpeleset, terjatuh
tersandung, tergores,
tersetrum, tertimpa
barang, terbakar
Terpeleset, terjatuh
tersandung, tergores,
tersetrum,
tertimpa barang
Lantai licin
Tabung gas
alat
terlalu
kerja
angkut
angkut
angkut
janggal
letak
ahaya ErgonomiB
lama >2 jam
kurang bergerak
sempit, tidak
sesuai standar
natural
kerja termasuk
komputer tidak
ergonomis
jam
tidak natural
komputer
manual.
natural
manual
natural
manual
• Duduk
• Ruang
• Penempatan
• Tata
• Angkat
• Angkat
• Angkat
• Postur
yang
kerja
kerja
monoton
monoton
kerja
monoton
kerja
berlebih
Job desk
tidak jelas
interpersonal
pegawai
berlebih
interpersonal
berlebih
berlebih
interpersonal
Bahaya psikososial
• Stress
• Beban
• Hubungan
• Beban
• Kerja
• Hubungan
• Kerja
• Beban
• Kerja
• Beban
Hubungan
ahaya BiologiB
Tungau
Legionella pada AC
Jamur
• Jamur
• Vektor
(tikus, kecoak)
• Tungau
Legionella pada AC
• Jamur,
• Vektor
(tikus, kecoak)
• Bakteri
• Vektor
• Binatang
pembawa penyakit
kimia
larutan
larutan
ahaya KimiaB
pengharum
ruangan
obat antiseptik
maupun
desinfektan
obat antiseptik
maupun
desinfektan
• Bahan
• Debu
Debu
• Bahan
• Debu
• Obat
• Bahan
• Debu
Debu
computer
ahaya FisikB
kurang
kelembaban yang
kurang nyaman
(untuk monitor
jenis tabung/
CRT)
Kelembaban
Suhu dan
kelembaban
kurang
Suhu panas
uhu dan
• Pencahayaan
• Suhu/
• Radiasi
• Pencahayaan
•
• Pencahayaan
kelembaban
Pencahayaan
kurang
• Kelembaban
• Pencahayaan
Ruang
Ruang Pimpinan/
Ruang
Administrasi/
Ruang Rapat
Ruang Administrasi
Gudang Obat
Gudang Logistik
29
kerja
Bahaya kecelakaan
Terpeleset, terjatuh
Terpeleset, tersetrum,
tersandung, tersundut
Tersengat listrik,
ledakan, keracunan
gas CO
tertusuk jarum
Terpeleset, terjatuh,
tersandung, tergores,
tersetrum, tertimpa
barang, ancaman
manual
janggal/
ahaya ErgonomiB
Manual handling
(angkat angkut
manual)
statis
manual (
handling
jam
• Repetitif
• Postur
• Angkat-angkut
antara
monoton
kerja
kerja
kerja
berlebih
interpersonal
panjang
monoton
dengan klien
pimpinan
Bahaya psikososial
• Kerja
• Beban
• Hubungan
• Shift
• Jam
• Pekerjaan
• hubungan
• Hubungan
(E.coli)
ahaya BiologiB
Bahan linen yang
terkontaminasi
pasien infeksius
• Bakteri
• Parasit
• Virus
• Virus
• Bakteri
• Jamur
• Virus
• Bakteri
• Jamur
• Vektor
spray
kimia
pewangi
bakar
CO
metana
tajam
(bohlam
ahaya KimiaB
pecah, batu
baterai bekas,
botol tinta,
pengharum
ruangan (
bekas, dll)
• Bahan
• Desinfektan
• Deterjen
• Klorin
• Disinfektan
• Bahan
• Bahan
• Gas
• Gas
• Bau
• B3
• Debu
ahaya FisikB
Kelembaban
Suhu
Suhu
alami
Pencahayaan
kurang
kelembaban
udara kurang
nyaman
Suhu dan
• Kelembaban
• Pencahayaan
• Kelembaban
• Getaran
• Bising
• Kebisingan
• Getaran
• Suhu
• Kelembaban
• Pencahayaan
• Suhu/
Ruang
Ruang ASI
Toilet
Ruang Laundry
Ruang Genset
Penampungan
Sementara)limbah
Bengkel Optik
30
b. Penilaian Risiko
Risiko harus dilakukan analisis dan evaluasi risiko untuk mengetahui mana
yang risiko tinggi, sedang dan rendah. Hasil penilaian dilakukan intervensi
atau pengendalian. Intervensi terhadap risiko mempertimbangkan pada
kategori risiko yang tinggi.
Untuk mengetahui kategori risiko tinggi, sedang, atau rendah secara teori
dilakukan dengan rumus: Risiko = Efek x Probabilitas
Analisa risiko dapat dilakukan dengan metode kualitatif dengan melihat efek
bahaya potensial (efek) dan kemungkinan terjadinya (probabilitas).
Efek paparan dapat dikategorikan menjadi ringan, sedang, berat (Tabel 4).
Probabilitas dapat dibedakan menjadi hampir tidak mungkin, mungkin, dan
sangat mungkin (Tabel 5). Untuk mengetahui kategori risiko sesuai rumus di
atas dapat dilihat pada Tabel 6.
Secara sederhana risiko tinggi dapat dilihat dan diketahui dari seberapa
sering (frekuensi) paparan tersebut kepada SDM Fasyankes dan durasi
(lama) paparan pada SDM Fasyankes.
31
Sakit atau cedera yang hanya membutuhkan P3K dan tidak terlalu
mengganggu proses kerja
Sedang
Berat
Deskripsi
Probabilitas
Tidak
mungkin
Mungkin
Sangat Mungkin
32
Matriks Risiko
Ringan
Sedang
Berat
Tidak
Risiko
Risiko
Risiko
mungkin
rendah
rendah
sedang
Mungkin
Risiko
Risiko
Risiko
rendah
sedang
tinggi
Sangat
Kemungkinan
(Probabilitas)
Risiko
Risiko
Risiko
mungkin
sedang
tinggi
tinggi
Tingkat
Deskripsi
Pengendalian
Risiko
Ada kemungkinan rendah bahwa
rendah
minor terjadi saat ini, dengan dampak kesehatan yang ringan hingga sedang
sedang
tinggi
33
Tingkat
No.
Ruangan
Dampak
Bahaya
bilitas
Bahaya
1
Ruang
Ergonomi
Pendaftaran
• Posisi Kerja
Gangguan otot
Sering
Tinggi
• Cara Kerja
dan rangka
Biologi
• Bakteri
Tertular penyakit
Sering
Tinggi
• Virus
dari pasien
Psikososial
• Shift kerja
Stress kerja
Sering
Tinggi
Poli Gigi
Ergonomi
• Posisi Kerja
Gangguan otot
Sering
Tinggi
• Cara Kerja
dan rangka
Biologi
• Bakteri
Tertular penyakit
Sering
Tinggi
• Virus
dari pasien
Kecelakaan Kerja
• Hepatitis
• Tertusuk jarum
• HIV
Sering
Tinggi
Poli KIA
Biologi
• Biologi
• Tertular
Sering
Tinggi
• Virus
penyakit dari
pasien
• Terkena
percikan darah,
droplet, cairan
tubuh
Ergonomi
• Posisi Kerja
Gangguan otot
Sering
Tinggi
• Cara Kerja
dan rangka
Kecelakaan Kerja
• Hepatitis
• Tertusuk jarum
• HIV
Sering
Tinggi
Rawat Inap
Biologi
• Biologi
• Tertular
Sering
Tinggi
• Virus
penyakit dari
pasien
• Terkena
percikan darah,
droplet, cairan
tubuh
34
Faktor Potensi
Proba-
Tingkat
No.
Ruangan
Dampak
Bahaya
bilitas
Bahaya
Ergonomi
• Posisi Kerja
Gangguan otot
Sering
Tinggi
• Cara Kerja
dan rangka
angkut pasien
Psikososial
• Shift kerja
Stress kerja
Sering
Tinggi
Kecelakaan Kerja
• Hepatitis
• Tertusuk jarum
• HIV
Sering
Tinggi
Ruang
Fisik
Tindakan
• Suhu panas
• Gangguan kulit
Sering
Sedang
• Cepat lelah
Biologi
• Biologi
• Tertular
Sering
Tinggi
• Virus
penyakit dari
pasien
• Terkena
percikan darah,
droplet, cairan
tubuh
Kecelakaan Kerja
• Hepatitis
• Tertusuk jarum
• HIV
Sering
Tinggi
• Kekerasan dari
• Trauma
pasien
• Debu partikel
Gangguan
Sering
Tinggi
• Larutan (obat
pernapasan, iritasi
cair)
• Desinfektan
Ergonomi
• Posisi Kerja
Gangguan otot
Sering
Tinggi
• Cara Kerja
rangka
• Posisi Kerja
Gangguan otot
Sering
Tinggi
• Cara Kerja
rangka
Kimia
Gangguan
Sering
Tinggi
• Debu partikel
pernafasan,
• Larutan (obat
iritasi,keracunan
cair)
• Desinfektan
35
Faktor Potensi
Proba-
Tingkat
No.
Ruangan
Dampak
Bahaya
bilitas
Bahaya
8
Ruang
Biologi
Bersalin
• Biologi
• Tertular
Sering
Tinggi
• Virus
penyakit dari
pasien
• Terkena
percikan darah,
droplet, cairan
tubuh
Kimia
• Desinfektan
Batuk,
Sering
Tinggi
iritasi,keracunan
Ergonomi
• Posisi Kerja
Gangguan otot
Sering
Tinggi
• Cara Kerja
rangka
Kecelakaan Kerja
• Hepatitis
• Tertusuk jarum
• HIV
Sering
Tinggi
10 Laboratorium Biologi
• Biologi
• Tertular
Sering
Tinggi
• Virus
penyakit dari
pasien
• Terkena
percikan darah,
droplet, cairan
tubuh
Kimia
• Reagen
Tinggi
dan keracunan
Ergonomi
• Posisi Kerja
Gangguan otot
Sering
Tinggi
• Cara Kerja
rangka
Kecelakaan Kerja
• Hepatitis
• Tertusuk jarum
• HIV
Sering
Tinggi
10 Ruangan
Ergonomi
administrasi
• Posisi Kerja
Gangguan otot
Sering
Tinggi
• Cara Kerja
rangka
Psikososial
• Beban kerja
Stress kerja
Sering
Tinggi
• Hubungan antar
pegawai
36
Faktor Potensi
Proba-
Tingkat
No.
Ruangan
Dampak
Bahaya
bilitas
Bahaya
11 Gudang
Ergonomi
barang/alat
• Posisi Kerja
Gangguan otot
Sering
Tinggi
kesehatan
• Cara Kerja
rangka
angkut
Biologi
• Jamur
• Gangguan kulit
Sering
Tinggi
• Vektor
• Gangguan
pernapasan
Fisik
• Suhu panas
Gangguan kulit
Sering
Sedang
Cepat lelah
Kimia
• Debu
Gangguan
Sering
Sedang
Pernapasan
12 Dapur
Fisik
• Suhu panas
• Gangguan kulit
Sering
Tinggi
• Dehidrasi
Kecelakaan Kerja
• Terpeleset
• Trauma
Sering
Tinggi
• Terpotong
• Luka potong
panas
Ergonomi
• Posisi Kerja
Gangguan otot
Sering
Tinggi
• Cara Kerja
rangka
37
c. Pengendalian Risiko K3
2) Substitusi
Subtitusi merupakan upaya penggantian bahan, alat atau cara kerja dengan
alternatif lain dengan tingkat bahaya yang lebih rendah sehingga dapat
menekan kemungkinan terjadinya dampak yang serius. Contohnya:
3) Pengendalian Teknik
untuk meredam suara pada ruang dengan tingkat bising yang tinggi seperti:
4) Pengendalian Administrasi
a) Pelatihan/sosialisasi/penyuluhan pada
SDM Fasyankes
Permenkes No 52 Tahun 2018
39
b)
Fasyankes
f)
Sarung Tangan ( hand schoon/sarung tangan karet)
40
g) Jas Lab dan Apron (a pron/jas lab) h) Pelindung kaki ( safety shoes dan
sepatu boots)
i) Coverall
No
APD
Lokasi Pemakaian APD
1. Penutup
2. Kacamata
khusus
3. Pelindung
wajah
4. Masker
transfusi darah
5. Apron
infeksi
6. Sarung
tangan
7. Sepatu boot
8. Jas lab
9. Coverall
Untuk faktor risiko biologi yang sangat infeksius dan bahan kimia, dapat
menggunakan bentuk APD secara lengkap atau merujuk pada juknis terkait.
Berikut penjelasan masing-masing APD
a) Penutup Kepala ( shower cap) Alat penutup kepala adalah alat pelindung
yang berfungsi untuk melindungi kepala dari jatuhnya mikroorganisme yang
ada dirambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat/daerah steril dan
juga sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut petugas dari percikan
bahan–bahan dari pasien.
b) Penutup Teling ( ear muff atau ear plug) Penggunan APD penutup telinga
di
Penggunaan lebih sering jika ada sumber bising di atas Nilai Ambang Batas
(85 dba) seperti di unit ganset, proses pembangunan, dan lainnya.
42
Permenkes No 52 Tahun 2018
43
e) Masker
Masker atau alat pelindung pernafasan adalah alat yang berfungsi untuk
melindungi pernafasan dari mikrobakterium dan virus yang ada di udara, dan
zat-zat kimia yang digunakan. Bagi SDM Fasyankes yang
f)
Sarung tangan adalah alat yang berfungsi untuk melindungi tangan dari
darah dan cairan tubuh, zat-zat kimia yang digunakan, dan limbah yang ada.
44
Jas lab dan apron adalah alat yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari
darah dan cairan tubuh, zat-zat kimia yang digunakan, dan limbah yang ada.
Gambar 9. Apron
45
i) Coverall
Coverall adalah alat yang berfungsi untuk melindungi seluruh tubuh dari
kepala sampai kaki dari penularan melalui percikan darah ataupun cairan
tubuh sangat infeksius yang masuk melalui mucous membrane
atau luka. Penyediaan APD ini diutamakan pada Fasyankes yang melakukan
pelayanan dengan kasus karantina atau Fasyankes dengan pandemic wabah,
radiasi dan
46
47
b. Postur Kerja
1) Pada saat duduk, posisikan siku sama tinggi dengan meja kerja, lengan
bawah horizontal dan lengan atas menggantung bebas.
2) Atur tinggi kursi sehingga kaki Anda bisa diletakkan di atas lantai dengan
posisi datar.
Jika diperlukan gunakan footrest terutama bagi SDM yang bertubuh mungil.
4)
pencahayaan yang sesuai. Hal ini untuk menghindari silau, pantulan cahaya
dan 48
5) Pastikan ada ruang yang cukup di bawah meja untuk pergerakan kaki.
7)
Letakkan semua dokumen dan alat yang diperlukan dalam jangkauan Anda.
Penyangga dokumen ( document holder), alat dan bahan dapat digunakan
untuk menghindari pergerakan mata dan leher yang janggal.
Postur kerja dalam keadaan posisi duduk tersebut selengkapnya dapat
mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
standar keselamatan dan kesehatan kerja perkantoran.
1) Postur berdiri yang baik adalah posisi tegak garis lurus pada sisi tubuh
mulai dari telinga bahu pinggul dan mata kaki.
2) Posisi berdiri sebiknya berat badan bertumpu secara seimbang dua kaki
3) Postur berdiri sebaiknya tidak dilakukan dalam jangka waktu yang lama
(+<1 jam atau <4 jam sehari) untuk menghindari kerja otot yang statik, jika
prostur kerja dilakukan berdiri sebaiknya sedinamis mungkin.
5) Jika pekerjaan berdiri dilakukan dalam jangka waktu lama, maka perlu
ada foot step (pijakan kaki) untuk mengistirahatkan salah satu kaki secara
bergantian.
49
Berdasarkan uraian tersebut di atas, secara khusus contoh postur kerja yang
ergonomi bagi bidan atau tenaga kesehatan penolong persalinan yaitu:
3RVLVLSHQRORQJEHUGLULGHQJDQÀVLRORJL
4) Atur posisi berdiri dekat dengan proses kelahiran 5) Jika harus menunduk
harus kurang 20o dan dengan kaki menekuk dari pinggan sampai lutut bukan
punggung.
6) Pada proses mengeluarkan bayi atau jahit/
8) Minta bantuan asisten jika berat bayi atau benda diangkat melebihi
standar
1) Pekerjaan manual handling dilakukan jika >12x per menit dengan beban <
5 kg, contoh: petugas kebersihan.
50
d. Shift Kerja
Shift kerja harus memperhatikan durasi kerja yang sesuai dengan peraturan
yaitu 40 jam per minggu, sehingga shift kerja yang disarankan sebaiknya
yang 3 shift dengan masing-masing shift 8 jam kerja selama 5 hari kerja per
minggu atau sesuai peraturan yang ada.
e. Durasi Kerja
Durasi kerja untuk setiap karyawan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan antara lain:
1) 7 (tujuh) jam 1 (hari) dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam 1 (hari) dan 40
(empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5
Setiap ruang kerja harus dibuat dan diatur sedemikian rupa, sehingga tiap
sumber daya manusia yang bekerja dalam ruangan itu mendapat ruang udara
yang minimal 10 m3 dan sebaiknya 15 m3.
51
Lantai bebas dari bahan licin, cekungan, miring, dan berlubang yang
menyebabkan kecelakan dan cidera pada SDM Fasyankes.
a)
PHQJJDQJJXDNWLÀWDVODOXODODQJSHUJHUDNDQ
SDM Fasyankes.
b) Penyusunan dan pengisian lemari peralatan dan material kerja yang berat
berada di bagian bawah.
c) Dalam pengelolaan benda tajam, sedapat mungkin bebas dari benda tajam,
serta siku-siku lemari peralatan dan material kerja maupun benda lainnya
yang menyebabkan SDM Fasyankes cidera.
b) Semua yang berjalan di lorong ruang kerja dan di tangga diatur berada
sebelah kiri.
c)
tumpukan barang yang cukup tinggi atau berat harus menggunakan troli dan
tidak boleh naik melalui tangga tapi menggunakan lift barang bila tersedia.
e)
5. Pemberian Imunisasi
Fasyankes.
Permenkes No 52 Tahun 2018
53
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Fasyankes adalah upaya untuk
membudayakan SDM Fasyankes agar mempraktikkan PHBS serta berperan
aktif dalam mewujudkan Fasyankes yang sehat. PHBS di tempat kerja antara
lain:
G
0HODNXNDQDNWLYLWDVÀVLNGDQRODKUDJDVHFDUDWHUD
WXU
i. Menggunakan jamban saat buang air besar dan buang air kecil
54
1)
2)
LGHQWLÀNDVLQ\D
(4) APAR diletakkan di atau dekat koridor atau lorong yang menuju exit.
(5) APAR diletakkan dekat dengan area yang berpotensi bahaya kebakaran,
akan tetapi tidak terlalu dekat karena bisa rusak oleh sambaran api
(6)
karakteristik tempat.
(9) Dalam area khusus, apabila bahan yang disimpan mudah terbakar di
dalam
ruangan yang kecil atau tempat tertutup, tempatkan APAR di luar ruangan.
55
tertutup dengan luas tidak lebih dari 25m2 dan minimal 2 (dua) buah APAR
(11)
setahun.
(a) Dipasang pada dinding atau dalam lemari kaca disertai palu pemecah
(b)
bawah 40C.
b) Tangga Darurat
Setiap bangunan Fasyankes yang memiliki 2 (dua) lantai atau lebih, harus
memiliki tangga darurat. dengan ketentuan:
(1) Tangga darurat/penyelamatan harus dilengkapi dengan pintu darurat,
56
diutamakan tahan api, dengan arah pembukaan ke arah tangga dan dapat
anak tangga minimal 28 cm dan tinggi maksimal anak tangga 15-17 cm.
(4) Ketentuan
lebih
lanjut
tentang
c) Pintu Darurat
Beberapa ketentuan yang perlu dipenuhi untuk pintu darurat, antara lain
sebagai berikut:
(1) Setiap bangunan atau gedung yang bertingkat lebih dari 2 (dua) lantai
harus dilengkapi dengan pintu darurat.
(2) Lebar pintu darurat minimal 100 cm, membuka ke arah tangga
penyelamatan, kecuali pada lantai dasar membuka ke arah luar (halaman).
(4) Ketentuan
lebih
lanjut
tentang
yang dipersyaratkan.
57
perundang undangan.
f) Proteksi Kebakaran
tersedia APAR.
3)
a)
Khusus ventilasi dapur minimal 20% dari luas dapur (asap harus keluar
dengan sempurna atau dengan ada exhaust fan atau peralatan lain).
Sedangkan sistem ventilasi mekanis diberikan jika ventilasi alami yang
memenuhi syarat tidak memadai.
tertentu.
(2) Arah umum aliran udara dalam gedung seharusnya dari area bersih ke
area
5) Memastikan
pencahayaan
memenuhi
Ruang
Lux
Keterangan
Ruangan administrasi
kantor, ruangan
Kepala Fasyankes,
200
medik
Ruang tunggu
200
Elevator /Lift
100
59
Ruang
Lux
Keterangan
Tangga, ekskalator
150
Kamar mandi,toilet
Ketentuan berlaku
pada masing-masing
tertutup
Pantry
200
Gudang/ruang
Jika ruangan
penyimpanan
digunakan bekerja
tingkat pencahayaan
7)
kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam
ruang, pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan sesuai
peraturan yang berlaku.
ibadah, ruang ganti, ruangan bayi, ruang ASI, toilet, tempat parkir.
1)
2)
3)
4) Memastikan tersedianya air bersih, air minum dan air kegunaan khusus
(ruang tindakan dan laboratorium) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
61
6)
a)
(3) Masker
dengan jempol terbuka dan sandal tidak disarankan untuk dipakai oleh SDM
62
Khusus untuk laboratorium, alas kaki harus dirancang dengan bahan yang
(5) Wastafel yang dilengkapi dengan sabun ( skin disinfectant) dan air
mengalir (6) Lemari asam ( fume hood) dilengkapi dengan exhaust
ventilation system
jarum, lanset.
I, II, atau III (tergantung dari jenis mikroorganisme yang ditangani dan
diperiksa di laboratorium
(11) Penyediaan eye wash/ shower dan body wash diperuntukkan yang
menggunakan bahan kimia atau bahan
63
f.
64
,GHQWLÀNDVL5LVLNR.RQGLVL'DUXUDWDWDX%HQFDQD
area kerja yang berasal dari aktivitas (proses, operasional, peralatan), produk
dan jasa. Contoh dari keadaan darurat yang mungkin terjadinya adalah
gempa bumi, banjir, kebakaran, peledakan, keracunan, huru hara, dan
pandemi.
petugas kesehatan).
65
(3) tumpahan bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
(4) kegagalan peralatan medik dan non medik (kebocoran rontgen, gas
meledak, AC sentral).
LGHQWLÀNDVLDQWDUDODLQ
(4) APAR
berwenang.
f)
(3)
Beracun (B3)
66
b.
,GHQWLÀNDVL$UHD%HULVLNR%DKD\D.HEDNDUDQGDQ
Ledakan
b)
NHEDNDUDQVHFDUDVSHVLÀNGHQJDQPHPEXDW
c)
2)
b) pintu darurat
c) tangga darurat
4)
Beracun (B3) yang mudah terbakar dan gas medis di tempat yang aman.
d) Larangan merokok.
67
g)
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbah B3 secara aman
dan sehat wajib dilakukan oleh Fasyankes sesuai standar dan peraturan yang
ada.
f.
68
g.
Limbah domestik merupakan limbah yang berasal dari kegiatan non medis
seperti kegiatan dapur, sampah dari pengunjung, sampah pepohonan dan
lain-lain yang tidak mengandung kuman infeksius, termasuk pula di
dalamnya kardus obat, plastik pembungkus syringe, dan benda lainnya yang
tidak mengandung dan tidak terkontaminasi kuman patogen atau bahan
infeksius.
Pengelolaan limbah domesitik secara aman dan sehat wajib dilakukan oleh
Fasyankes sesuai standar dan peraturan yang ada. Pengelolaan limbah
domestik Fasyankes harus memperhatikan hal hal sebagai berikut: a.
Penyediaan tempat sampah terpilah antara organik dan non-organik dan
dilengkapi oleh tutup.
69
70
Permenkes No 52 Tahun 2018
BAB III
2. Jumlah SDM Fasyankes yang sakit 3. Jumlah kasus penyakit umum pada
SDM Fasyankes 4. Jumlah kasus kasus dugaan penyakit akibat kerja pada
SDM
Fasyankes
5. Jumlah kasus penyakit akibat kerja pada SDM Fasyankes 6. Jumlah kasus
kecelakaan akibat kerja pada SDM Fasyankes 7. Jumlah kasus kejadian
hampir celaka pada SDM Fasyankes ( near miss)
8. Jumlah hari absen SDM Fasyankes karena sakit Pencatatan dan pelaporan
penyelenggaraan K3 di Fasyankes yang dilakukan secara tahunan meliputi
seluruh penyelenggaraan kegiatan K3 yang telah dilaksanakan selama 1
(satu) tahun oleh Fasyankes tersebut.
71
Nama Fasyankes
: .......................................
Alamat
: .......................................
Kabupaten/Kota : .......................................
Provinsi
: .......................................
Bulan Pelaporan
: .......................................
No.
Uraian
Jumlah
Keterangan
1. Jumlah SDM Fasyankes
.......................
.......................
Fasyankes
SDM Fasyankes
karena sakit
Mengetahui,
72
3. Jumlah kasus penyakit umum pada SDM Fasyankes yaitu jumlah kasus
pada SDM Fasyankes yang terdiagnosis SHQ\DNLW XPXP VHSHUWL
ÁX EDWXN GLDUH GDQ ODLQODLQ \DQJ
4. Jumlah kasus dugaan penyakit akibat kerja pada SDM Fasyankes yaitu
jumlah kasus penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan
kerja termasuk penyakit terkait kerja.
5. Jumlah kasus penyakit akibat kerja pada SDM Fasyankes yaitu jumlah
kasus penyakit akibat kerja pada SDM Fasyankes yang dibuktikan dengan
diagnosis klinis Penyakit Akibat Kerja.
6. Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja pada SDM Fasyankes yaitu jumlah
semua kecelakaan yang terjadi pada SDM
Fasyankes yang berhubungan dengan kerja, demikian pula kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan berangkat kerja dari rumah menuju tempat kerja dan
pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
7. Jumlah Kasus kejadian hampir celaka (near miss) pada SDM Fasyankes
yaitu suatu kejadian insiden yang hampir menimbulkan cedera atau celaka
seperti terpeleset, kejatuhan benda, namun tidak mengenai manusia.
8. Jumlah hari absen SDM Fasyankes karena sakit yaitu jumlah hari kerja
hilang SDM Fasyankes karena sakit.
73
Alamat
Kab/Kota
: .......................
Provinsi
: .......................
No.
Uraian
Keterangan
1. SMK3 di Fasyankes
a. Ada komitmen/kebijakan
Ada / Tidak
Ada / Tidak
Ada / Tidak
Ada / Tidak
b. Penilaian risiko
Ada / Tidak
c. Pengendalian Risiko
Ada / Tidak
b. Penyediaan APD
Ada / Tidak
Ada / Tidak
kerja
Ada / Tidak
Ada / Tidak
a.
yang berisiko
a. Melakukan sosialisasi
Ada / Tidak
b. Media KIE
Ada / Tidak
7. Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pengelolaan Bahan
Beracun dan Berbahaya (B3) dan Limbah Domestik
a. Daftar inventaris B3
Ada / Tidak
b. SPO penggunaan B3
Ada / Tidak
74
No.
Uraian
Keterangan
8. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Dari Aspek K3
a.
udara
Ada / Tidak
b. Proteksi kebakaran
Ada / Tidak
Darurat Bencana
Ada / Tidak
Penggunaan APAR
Ada / Tidak
11. Pelatihan
Ada / Tidak
Ada / Tidak
Mengetahui,
Pimpinan Fasyankes
Ketua/Pengelola K3 Fasyankes
()
()
NIP
NIP
75
BAB IV
PENUTUP
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
76
77