"Hasil pengecekan lapangan, perusahaan terbukti menambang batu bara dengan bahan
peledak, sedangkan dalam dokumen amdal mereka tidak ada," kata Kepala Badan Lingkungan
Hidup Barito Utara, Helmi, di Muara Teweh, Selasa.
Dokumen amdal itu, kata dia, merupakan acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan aktivitas
di lapangan, jadi apapun peralatan untuk memobilisasi kegiatan tambangnya mesti semua
tercantum dalam dokumen amdal.
"Kalau pun bahan peledak itu ada izinnya, namun aktivitas perusahaan tetap menyalahi aturan
sesuai dokumen lingkungan tersebut," katanya, didampingi Kepala Bidang Tata Lingkungan dan
Amdal, Edy Nugroho.
Helmi mengatakan, pihaknya masih belum memutuskan atau memberi kesimpulan hasil
temuan di lapangan terkait perusahaan yang menyalahi aturan dalam kegiatan penambangan.
"Kami akan rapat kan dulu hasil temuan itu, baru mengeluarkan rekomendasi terhadap
perusahaan," katanya.
PT KTC merupakan perusahaan kontraktor eksploitasi areal tambang batu bara milik PT Harfa
Taruna Mandiri selaku pemegang izin kuasa pertambangan (KP) di lahan sekitar 4.000 hektare
di wilayah Desa Lemo Kecamatan Teweh Tengah.
Sementara Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Barito Utara, Suriawan Prihandi, mengakui
aktivitas perusahaan tersebut dalam kegiatan eksploitasi menggunakan bahan peledak.
Bahan peledak yang digunakan oleh kontraktor eksploitasi itu berdasarkan laporan sudah
mendapat izin dari Mabes Polri serta di kawal ketat dari aparat Kepolisian.
Penggunaan bahan peledak itu, kata dia, memang tidak tercantum di dokumen Amdal, yang
tertera hanya menggunakan alat berat saja.
"Konsekwensinya Amdal perusahaan harus di tinjau kembali atau direvisi ulang guna
memasukan bahan-bahan tersebut ke dalam dokumen amdal," kata Suriawan mantan Kepala
Badan Lingkungan Hidup Barut ini.
(T.K009/B013/P003)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2010
https://www.antaranews.com/berita/179281/blh-penambangan-pt-ktc-tidak-sesuai-
amdal#:~:text=PT%20KTC%20merupakan%20perusahaan%20kontraktor,Desa%20Lemo
%20Kecamatan%20Teweh%20Tengah.
Kecewa Terhadap Ulah PT KTC, Karyawan Layangkan Laporan ke Dinas Tenaga Kerja Barito
Utara
15 Februari 2022 - 14:19
in Barut, Headline, KALTENG
KALAMANTHANA, Muara Teweh – Nasib karyawan yang sering dirugikan oleh perusahaan
seakan jadi cerita bersambung di negeri ini. Salah satunya, Kamarudin, operator perusahaan
tambang PT KTC, Site TBL 3 Lemo, Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara, juga
menelan pil pahit.
Dia merasa kecewa terhadap dokumen kontrak kerja yang dibuat oleh perusahaan. Dokumen
tersebut dinilai tak menaati UU Nomor 11/2022 tentang Cipta Kerja. Kontrak secara sepihak
didominasi oleh PT KTC, sebaliknya karyawan cuma sebagai pelengkap.
“Saya dari awal sudah jelaskan kepada Bu Amelia selaku HRD KTC Site TBL3. Saat beberapa kali
agenda perundingan dengan pihak pengusaha, bahwa pada saat kontrak ke-2 dengan status
kontrak PKWTT, saya selaku pekerja tidak membaca kontrak. Waktu itu selaku Supervisor HRD
Luthfi Rahmadi dan kontrak yang ditandatangani ditutup. Hanya bagian akhir tempat penanda
tanganan saja yang dibuka, ” tutur dia kepada Kalamanthana.id, Senin (14/2) pagi.
Ia, mengaku sempat meminta foto atau salinan kontrak, tetapi tak diberikan. Hal ini terjadi
bukan hanya pada dirinya, tetapi juga pada teman-temannya.
Belakangan ia berkoordinasi dengan pihak HRD untuk meminta salinan dokumen kontrak.
Setelah dipelajari, sesuai dengan prosedur kontrak kerja harus dibuat dua rangkap. Masing-
masing pihak mendapatkan satu rangkap dengan kekuatan hukum yang sama.
“Tetapi Bu Amelia selaku Supervisor HRD KTC Site TBL 3 saat ini, tak berani memberikan salinan
atau memperlihatkan kontrak kerja tersebut, dengan alasan tidak diizinkan oleh atasan beliau,
yaitu Pak Wahyu yang berada di Site NBL Pendreh,” jelas dia.
Merasa dikecewakan dan dipermainkan, Kamarudin meminta pengisian Risalah bipartit, karena
tidak ada titik temu. “Kontrak kerja sangat penting karena di situlah kita tahu segala perjanjian
yg dibuat dan mempelajari segala sesuatunya. Setelah Risalah Bipartit saya buat pihak
pengusaha yang diwakili oleh Amelia juga tak berkenan mengisi pendapat di Risalah Bipartit
tersebut. Alasannya nanti Wahyu selaku atasan yang menangani bagian itu,” papar dia.
Kamarudin pun mengajukan Risalah Bipartit ke Dinas Tenaga Kerja Transmigrai Koperasi dan
UMKM Kabupaten Barito Utara, Senin siang. Berkasnya sudah diterima staf Dinas tersebut.
Baik HRD PT KTC Wahyu maupun Amelia tak menjawab pertanyaan dan sambungan telepon,
saat dihubungi media ini, Senin.
PT KTC tergolong perusahaan tambang batu bara yang besar, beroperasi sejak 2005 di Barito
Utara. Daerah operasi di Lemo II sebagai Kontraktor di Site TBL 3 Lemo, di Site Nantoy Bara
Lesstari Pendreh, dan Site Tamtama Perkasa di Luwe, Kecamatan Lahei Barat.(Melkianus He)
https://www.kalamanthana.id/2022/02/15/kecewa-terhadap-ulah-pt-ktc-karyawan-layangkan-
laporan-ke-dinas-tenaga-kerja-barito-utara/
PT KTC Barito Tengah akan Berhentikan Ratusan Karyawan Tanpa Laporan ke Disnakertrans
MUARA TEWEH, terbitan.com – PT KTC Coal Mining, sebuah perusahaan tambang yang
beroperasi di Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, hendak
memberhentikan ratusan karyawan dengan alasan efisiensi. Tetapi sampai proses berjalan
belum ada laporan kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) setempat.
Kepala Bidang Tenaga Kerja Disnakertranskop dan UKM Kabupaten Barut SD Aritonang
mengatakan, sampai saat ini belum ada laporan dari PT KTC mengenai pengurangan atau
pemberhentian karyawan. “Kalau karyawan dirumahkan, tetap dapat upah, tanpa ada
tunjangan atau lembur. Kami belum terima laporan dari perusahaan tersebut,” kata Aritonang.
Salah satu karyawan PT KTC menuturkan, sekitar 150 orang karyawan akan diberhentikan dari
perusahaan tersebut, karena alasan efisiensi. Para karyawan dipanggil ke kantor di Pendreh dan
disodori formulir. “Tawaran dari perusahaan dengan membayar 1,5 kali gaji. Ini bertentangan
dengan UU Tenaga Kerja,” kata dia, Jumat (23/8/2019).
Saat ini, PT KTC Coal Mining memiliki sekitar tiga ribu karyawan. Perusahaan tersebut
beroperasi di tiga lokasi di Kabupaten Barito Utara. Namun tidak semuanya berjalan lancar,
karena operasi di daerah Pangku berhenti sementara dan kegiatan di Desa Lemo juga
mengalami kendala.
https://terbitan.com/kolom/pt-ktc-barito-tengah-akan-berhentikan-ratusan-karyawan-tanpa-
laporan-ke-disnakertrans/
PT.KTC Tak Adil Ke Pengusaha Lokal, Rusiani: Kami Akan Datanggi DPRD
8 Desember 2021olehadmin-395 views
TEWENEWS, Muara Teweh – Kesal lantaran pihak perusahaan dinilai tidak berlaku adil kepada
pengusaha disekitar tambang, Pimpinan dan Karyawan CV. Yoga Lestari mendatanggi kantor
tambang PT.KTC Coal Mining & Energi di Base Camp Km 40 Desa Rahaden, Kecamatan lahei,
pada hari Sabtu 5 Desember 2021 lalu.
Rencananya Senin 13 Desember 2021 akan menyampaikan aspirasi ke DPRD Barito Utara,
Kalteng. Hal itu disampaikan Rusiani, SE kepada wartawan dikantor CV. Yoga Lestari, Muara
Teweh. Ia mengatakan bahwa seyogyanya Perusahaan-perusahaan dapat memperhatikan
kepentingan pengusaha lokal.
” Kami minta PT.KTC adil membagi pekerjan, agar tidak terjadi kecemburuan sosial yang dapat
berdampak pada ketidak harmonisan perusahaan dengan masyarakat,” kata Rusiani
didampinggi Humas CV. Yoga Lestari, Aryosi Jiono. S.Pd, Rabu (8/12/2021).
Rusiani menegaskan bahwa PT.KTC harus berbagi pekerjaan catering servis yang ada, karena
sebagai pengusaha dan masyarakat lokal lintas tambang pihaknya tidak malu dan tidak ragu
untuk meminta.
” Kami sangat mampu mengerjakan pekerjaan itu, kami akan berupaya dan harus mendapatkan
pekerjaan itu, dari sisi manapun penilaiannya CV.Yoga Lestari wajar diperhatikan,” tegasnya.
PT.KTC itu ada di tiga Desa, Desa Pendreh, Desa Lemo dan ada di Desa Rahaden Kecamatan
Lahei, pekerjaan catering saat ini dikerjakan oleh satu perusahaan saja yaitu PT. Larosa Boga
Sari, Kami hanya meminta pekerjaan catering servis untuk di Desa Rahaden saja.
” Kami sudah melakukan upaya pendekatan yang baik kepada managemen PT.KTC agar kami
bisa bekerja, tapi tetap tidak diakomodir. Makanya kami sebagai pengusaha dan masyarakat
lokal yang tinggal di lintas tambang, akan mendatanggi DPRD Barut untuk menyampaikan
aspirasi agar bisa diperhatikan dan ikut bekerja,” ungkapnya.
Managemen PT.KTC, Wahyu saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp pribadi tidak
memberikan jawaban.(Tim).
https://tewenews.com/pt-ktc-tak-adil-ke-pengusaha-lokal-rusiani-kami-akan-datanggi-dprd/
MUARA TEWEH-Ratusan karyawan asal Desa Pendreh, Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten
Barito Utara (Batara) sedang harap-harap cemas. Setelah sekian lama bekerja di PT KTC Coal
Mining, pihak perusahaan tempat mereka bekerja itu melakukan pemutusan hubungan kerja
(PHK). Otomatis sebanyak 160 karyawan lokal asal Desa Pandreh itu menolak, karena mereka
menilai tindakan yang dilakukan perusahaan batu bara itu disktriminatif.
Seorang karyawan bernama Jumadi membenarkan bahwa PT KTC Coal Mining mem-PHK 160
karyawan. Proses telah berjalan dan kini tersisa 56 orang dari Desa Pendreh. Karyawan yang
merupakan warga Desa Pendreh ini menolak pemecatan tersebut.
Menurut mereka ada tindakan pilih kasih yang dilakukan pihak perusahaan. Buktinya, karyawan
asal provinsi tetangga, Kalimantan Timur (Kaltim), masih tetap bekerja seperti biasa. “Kenapa
hanya kami asal Desa Pendreh yang di-PHK, sedangkan karyawan dari luar Pendreh tetap
bekerja. Ini jadi pertanyaan besar bagi kami. Karena kami juga ikut merintis beroperasinya PT
KTC ini,” ujar Jumadi kepada wartawan di Muara Teweh, Sabtu (7/9).
Menurut Jumadi, PT KTC Coal Mining sudah dua tahun beroperasi di Desa Pendreh. Belakangan
ini perusahaan tersebut mulai mem-PHK karyawan. Tahap pertama sebanyak 160 orang. Total
karyawan PT KTC diperkirakan sekitar seribu orang.
“Status kami dengan karyawan yang tidak di-PHK sama saja. Mereka bukan karyawan tingkat
pimpinan. Tetapi mereka sedaerah dengan para pimpinan manajemen dan dekat dengan
penentu kebijakan. Jadi itu mungkin faktor yang menyebabkan ada perbedaan perlakuan,”
tandas Jumadi. Para karyawan asal Desa Pendreh, jelasnya, kembali dipanggil bertemu dengan
manajemen PT KTC, Senin (9/9) hari ini. Meski karyawan asal Pendreh menolak di-PHK,
perusahaan bersikeras memberhentikan mereka.
“Tidak ada proses dirumahkan dulu, mau langsung PHK. Kondisi seperti ini takkan ditemukan di
desa lain, misalnya Lemo, karena di sana semua pemangku kepentingan kompak,” bebernya.
Menanggapi persoalan ini, salah satu tokoh di Desa Pendreh, Irinisius, sangat menyayangkan
langkah yang diambil oleh PT KTC. Karena menurutnya, para karyawan yang berasal dari Desa
Pendreh sanggup bekerja secara profesional. Misalnya sebagai operator alat berat maupun
bekerja di bidang lainnya. Melalui sambungan seluler, Kalteng Pos pun mencoba
mengonfirmasi pihak perusahaan terkait permasalah ini. Akan tetapi, HRD PT KTC Coal Mining,
Nardi, belum menjawab pertanyaan media ini. (dad/ce/ala)
https://prokalteng.co/berita/31201/PT-KTC-Coal-Mining-PHK-160-Karyawan-Lokal.html
LAPORAN : ADMIN
RABU, 14 DESEMBER 2022 | 22:39
Kejadian kecelakaan kerja berujung tewas (fatality) kembali terjadi di areal pertambangan di
Indonesia. Kali ini terjadi di areal tambang PT KTC Coal Mining and Energy yang berada di
Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah, Selasa pagi
(13/12) sekitar pukul 9.40 WIB.
Kejadian tersebut membuat salah seorang operator alat berat bernama Suyono meninggal
dunia.
Informasi dihimpun, peristiwa berawal saat unit excavator no 1344 yang dioperasikan Suyono
sedang melakukan setting pompa di area SUMP PIT 2. Excavator melakukan pendalaman untuk
ponton pompa.
Setelah selesai, excavator kemudian berjalan mengarah keluar dari area sump. Namun, belum
juga keluar, excavatir malah terperosok ke dalam air. Excavator terjatuh dengan posisi rebah ke
arah kiri hingga membuat kabin yang ada Suyono di dalamnya terendam air.
Korban yang masih berada di dalam kabin unit tersebut ikut tenggelam bersama excavator.
Melihat kejadian itu, tim yang berada di luar areal sump langsung melakukan evakuasi dengan
mengerahkan excavator lain. Setelah bagian kabin muncul, tim dari perusahaan lalu
memecahkan kaca kabin dan mengeluarkan korban.
Korban pun langsung dibawa ke kantor untuk diberikan pertolongan pertama oleh tim medis.
Namun,nyawa korban tak tertolong lagi dan dinyatakan meninggal dunia.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada konfirmasi resmi baik dari perusahaan maupun
kepolisian terkait insiden tragis tersebut.
https://www.rmolsumsel.id/driver-excavator-tenggelam-dalam-fatality-di-lokasi-tambang-ktc
https://kalteng.kemenkumham.go.id/berita-kanwil/berita-utama/2963-divisi-imigrasi-
monitoring-pembinaan-keperusahaan-yang-memakai-tenaga-kerja-asing-tka
MUARA TEWEH – PT KTC Coal Mining & Energy yang beroperasi di Desa Lemo I, Kecamatan
Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara (Batara) diduga membuang limbah bekas galian
tambang batu bara ke sungai. Pembuangan menggunakan mesin sedot dengan sejumlah pipa.
Keadaan ini mendapat perhatian warga.
“Saya melihat tidak ada tempat pengelolaan limbah, langsung ada parit menuju sungai,” ujar
Banser, kepada Kalteng Pos, Senin (23/1). Sumber air limbah pertambangan batu bara ini,
berasal lokasi tambang aktif (fit). Terkait aktivitas itu, perwakilan PT KTC, Abdul Hadi belum
memberikan komentar.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Batara, Ir Suriawan Prihandi melalui Kabid Pencemaran
dan Kerusakan Lingkungan, Naili Fasihah mengatakan, sistem pengelolaan air limbah adalah
suatu proses pengelolaan air limbah yang komprehensif dan terintegrasi, dalam pengelolaan air
limbah tambang mulai sumber sampai pengelolaan akhir.
“Meliputi pengelolaan pada sumber (minimisasi limbah), sistem drainase, perencanaan,
konstruksi, operasional dan perawatan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL),” jelasnya
didampingi Kasubid Pencemaran dan Lingkungan, Agus Budiono.
Dia menegaskan, tidak diperbolehkan membuang air galian tambang langsung ke sungai, harus
melalui proses pengolahan sebelum dibuang. (dad/cah)
https://kalteng.prokal.co/read/news/34512-perusahaan-tambang-batu-bara-ini-diduga-buang-
limbah-ke-sungai.html