ETIKA BISNIS
RIEKE FRIDAWATI
P27224021131
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong
ibu melahirkan. Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional maupun
internasional oleh sejumlah praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang
praktiknya secara internasional telah diakui oleh International Confederation Of
Midwife (ICM), Federation International Of Gynaecologist And Obstetrian (FIGO)
dan World Health Organization (WHO) sedangkan secara nasional telah diakui oleh
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sebagai organisasi profesi bidan di Indonesia. Peran
bidan di masyrakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat
mulia, memberi semangat, membesarkan hati dan mendampingi, serta menolong ibu
melahirkan dan merawat bayinya dengan baik. Untuk menjadi bidan yang
profesional dan bertanggung jawab harus selalu memperhatikan standar profesi
bidan, kode etik bidan, wewenang bidan, sanksi dan reward, serta komunikasi
dengan klien. Hal-hal tersebut akan menjadi dasar bagi bidan agar bisa menjalankan
tugasnya sesuai dengan ketentuan-ketentuannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan standar profesi?
2. Apa yang dimaksud dengan client safety?
3. Apa saja wewenang bidan?
4. Apa saja kode etik bidan?
5. Apa itu informed consent/choice?
6. Apa saja sanksi dan reward yang berlaku dalam kebidanan?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memahami tentang standar kebidanan.
2. Untuk memahami perlunya client safety.
3. Untuk memahami wewenang bidan.
4. Untuk memahami kode etik bidan.
5. Untuk memahami butuhnya informed consent/choice.
6. Untuk mengetahui sanksi dan reward yang berlaku dalam kebidanan.
CONTOH KASUS :
Seorang bidan di Batu, Jawa Timur diduga melakukan malpraktik saat menangani
proses persalinan. Pada tanggal 8 Agustus 2006, hari Selasa sore, seorang perempuan
berusia 39 tahun, mengalami kontraksi dan dibawa suaminya ke BPM terdekat dari
rumahnya. Menurut suaminya, saat dibawa ke bidan, kondisi istri dan kandungannya baik-
baik saja.Bidan juga menyanggupi dan mampu menangani dengna baik proses persalinan
istrinya. Suami perempuan diminta bidan untuk menunggu di luar ruang bersalin. Namun,
setelah berjam-jam tidak lahir, tiba-tiba bidan meminta tolong suami untuk mendampingi
istrinya bersalin. Suami perempuan tersebut sangat terkejut dan syok melihat kondisi bayi
tanpa kepala dengan ceceran darah di leher. Istrinya ternyata melahirkan anak ketiganya
dengan hasil mengerikan. Bayi sungsang yang dikandungnya lahir dengan kepala terputus.
Badan bayi keluar terlebih dahulu, sedangkan kepalanya tertinggal di dalam rahim.
Perempuan tersebut lalu dirujuk ke RS untuk dikeluarkan kepala bayi yang masih
tertinggal. Suami perempuan merasa antara percaya dan tidak melihat kondisi itu. Namun,
masih merasa sedikit lega dapat melihat anaknya ketika badan dan kepalanya disatukan.
Meski kejadian ini dirasakan sangat berat, suami perempuan akhirnya bisa menerima dan
menganggap ini takdir Tuhan. Tetapi unutk kasus hukumnya, tetap diserahkan kepada
pihak yang berwenang. Dia berharap kasus ini bisa ditindak lanjuti dengan seadil-adilnya.
Kata sulit:
WEWENANG
CLIENT BIDAN
SAFETY
INFORMED CHOISE &
STANDART INFORMED CONCENT
PROFESI
KODE ETIK
BIDAN BIDAN
ASUHAN
JENIS PELAYANAN KEBIDANAN
KEBIDANAN
PENGERTIAN
DOKUMENTASI BIDAN SANKSI DAN
REWARD
Mindmap
INFORMED SANKSI
CHOISE/CONSENT REWARD
Tujuan Belajar
KAJIAN TEORI
A. STANDAR PROFESI
Client Safety atau keselamatan klien adalah suatu system yang membuat
asuhan klien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
D. WEWENANG BIDAN
1. Pemenkes No 5380/IX/1963
Wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara
mandiri, didampingi tugas lain.
2. Permenkes No. 63 tahun 1989
Wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu wewenang umum dan khusus
ditetapkan bila bidan elaksanakan tindakan khusus dibawah pengawasan dokter.
Pelaksanaan dari permenkes ini, bidan melaksanakan praktik perorangan
dibawah pengawasan dokter.
3. Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007
Tentang standar profesi bidan
a. Kompetensi ke 1, Pengetahuan dan keterampilan dasar.
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-
ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari
asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru
lahir dan keluarganya.
b. Kompetensi yang ke 2, pra konsepsi, KB dan ginekologi
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang
tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam
rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan
kehamilan dan kesiapan menjadi orangtua.
c. Kompetensi ke 3, asuhan dan konseling kehamilan
Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan
kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau
rujukan dari komplikasi tertentu.
d. Kompetensi ke 4, asuhan selama persalinan dan kelahiran bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggapan terhadap kebudayaan
setempat selama persalianan, memimpin selama persalinan yang bersih dan
aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan
kesehatan wanita dan bayi yang baru lahir.
e. Kompentensi ke 5, Asuhan pada ibu nifas dan menyusui
Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu
tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
f. Kompetensi ke 6, Asuhan pada bayi baru
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi
barulahir sehat sampai dengan 1 bulan.
g. Kompetesi ke 7, Asuhan pada bayi dan balita
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi
dan balita sehat (1bulan-5tahun).
h. Kompetensi ke 8, Kebidanan komunitas
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada
keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
i. Kompetensi ke 9, Asuhan pada ibu/wanita dengan gangguan reproduksi
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu/wanita dengan gangguan sistem
reproduksi.
Persetujuan atau kesepakatan antara tenaga kesehtan dan klien harus mencakup:
2. Informed Choice
Semua ini ditentukan oleh bidan demi kepentingan klien. Dan setelah
menjelaskan secara jelas tentang asuhan kebidanan, klien berhak menentukan
asuhan mana yang akan dipilihnya. Yang tentunya tidak merugikan pihak
manapun.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah kami membaca kasus ini menurut kami sebagai Bidan harus lebih
teliti dan berhati-hati, karena wewenang Bidan sudah di atur oleh kode etik dan
Asuhan Kebidanan yang kita berikan harus sesuai prosedur, sebelum melakukan
segala tindakan yang kita berikan harus dengan Informed Consent dan Informed
Choice agar kita terlindung oleh hukum.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Dadi Anwar. dkk. 2005.Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.