Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

ETIKA BISNIS

Dosen Pembimbing : H Paryono,S.Kep.Ns.,M.Kes

RIEKE FRIDAWATI

P27224021131

Alih Jenjang IBI Klaten

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES SURAKARTA JURUSAN KEBIDANAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong
ibu melahirkan. Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional maupun
internasional oleh sejumlah praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang
praktiknya secara internasional telah diakui oleh International Confederation Of
Midwife (ICM), Federation International Of Gynaecologist And Obstetrian (FIGO)
dan World Health Organization (WHO) sedangkan secara nasional telah diakui oleh
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sebagai organisasi profesi bidan di Indonesia. Peran
bidan di masyrakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat
mulia, memberi semangat, membesarkan hati dan mendampingi, serta menolong ibu
melahirkan dan merawat bayinya dengan baik. Untuk menjadi bidan yang
profesional dan bertanggung jawab harus selalu memperhatikan standar profesi
bidan, kode etik bidan, wewenang bidan, sanksi dan reward, serta komunikasi
dengan klien. Hal-hal tersebut akan menjadi dasar bagi bidan agar bisa menjalankan
tugasnya sesuai dengan ketentuan-ketentuannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan standar profesi?
2. Apa yang dimaksud dengan client safety?
3. Apa saja wewenang bidan?
4. Apa saja kode etik bidan?
5. Apa itu informed consent/choice?
6. Apa saja sanksi dan reward yang berlaku dalam kebidanan?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memahami tentang standar kebidanan.
2. Untuk memahami perlunya client safety.
3. Untuk memahami wewenang bidan.
4. Untuk memahami kode etik bidan.
5. Untuk memahami butuhnya informed consent/choice.
6. Untuk mengetahui sanksi dan reward yang berlaku dalam kebidanan.
CONTOH KASUS :

Seorang bidan di Batu, Jawa Timur diduga melakukan malpraktik saat menangani
proses persalinan. Pada tanggal 8 Agustus 2006, hari Selasa sore, seorang perempuan
berusia 39 tahun, mengalami kontraksi dan dibawa suaminya ke BPM terdekat dari
rumahnya. Menurut suaminya, saat dibawa ke bidan, kondisi istri dan kandungannya baik-
baik saja.Bidan juga menyanggupi dan mampu menangani dengna baik proses persalinan
istrinya. Suami perempuan diminta bidan untuk menunggu di luar ruang bersalin. Namun,
setelah berjam-jam tidak lahir, tiba-tiba bidan meminta tolong suami untuk mendampingi
istrinya bersalin. Suami perempuan tersebut sangat terkejut dan syok melihat kondisi bayi
tanpa kepala dengan ceceran darah di leher. Istrinya ternyata melahirkan anak ketiganya
dengan hasil mengerikan. Bayi sungsang yang dikandungnya lahir dengan kepala terputus.
Badan bayi keluar terlebih dahulu, sedangkan kepalanya tertinggal di dalam rahim.
Perempuan tersebut lalu dirujuk ke RS untuk dikeluarkan kepala bayi yang masih
tertinggal. Suami perempuan merasa antara percaya dan tidak melihat kondisi itu. Namun,
masih merasa sedikit lega dapat melihat anaknya ketika badan dan kepalanya disatukan.
Meski kejadian ini dirasakan sangat berat, suami perempuan akhirnya bisa menerima dan
menganggap ini takdir Tuhan. Tetapi unutk kasus hukumnya, tetap diserahkan kepada
pihak yang berwenang. Dia berharap kasus ini bisa ditindak lanjuti dengan seadil-adilnya.

Kata sulit:

1. Kontraksi adalah mulas yang sebenarnya.


2. BPPM adalah Badan Praktik Bidan.
3. Malpraktik adalah menyimpang dari kode etik kebidanan.
4. Sungsang adalah dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri
dan bokong berada dibawah cavum uteri.
5. Klien adalah orang yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
Problem Tree

WEWENANG
CLIENT BIDAN
SAFETY
INFORMED CHOISE &
STANDART INFORMED CONCENT
PROFESI

HAK & KEWAJIBAN

KODE ETIK
BIDAN BIDAN

ASUHAN
JENIS PELAYANAN KEBIDANAN
KEBIDANAN

PENGERTIAN
DOKUMENTASI BIDAN SANKSI DAN
REWARD
Mindmap

WEWENANG STANDAR PROFESI


BIDAN BIDAN

KODE BIDAN CLIENT


ETIK SEFETY

INFORMED SANKSI
CHOISE/CONSENT REWARD

1. Apa saja standar profesi bidan?


2. Apa itu client safety?
3. Bagaimana wewenang bidan?
4. Bagaimana kode etik bidan?
5. Perlukah informed consent dan informed choice?
6. Bagaimana sanksi dan reward dalam kebidanan?

Tujuan Belajar

1. Untuk memahami mengenai standar profesi bidan.


2. Untuk memahami tentang client safety.
3. Untuk mengetahui apa itu wewenang bidan.
4. Untuk mengetahui apa itu kode etik bidan.
5. Untuk memahami tentang informed consent dan informed choice.
6. Untuk mengetahui sanksi dan reward dalamkebidanan.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. STANDAR PROFESI

Standar merupakan landasan berpijak normatif dan parameter/alat ukur


untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan klien dan
menjamin mutu asuhan yang diberikan. Dalam penyusunan standar harus
memperhatikan proses dan harapan yang akan terjadi dalam upaya meningkatkan
mutu layanan.
Kriteria Standar Kebidanan:
1. Menggunakan bahasa yang jelas, sederhana, dan mudah dimengerti.
2. Realistis/dapat diterima dalam lingkup asuhan yang diperlukan.
3. Mudah dilakukan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan.
4. Dapat diobservasi dan diukur.

Manfaat standar kebidanan:


1. Memadu, mendorong, dan mengarahkan kinerja klinis dalam upaya
menampilkan asuhan kebidanan yang bermutu.
2. Sebagai parameter/tolak ukur untuk meilai tingkat kualitas asuhan kebidanan
yang diberikan.
3. Merupakaan alat penilaian diri sendiri bagi bidan dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya.
4. Memperthanakna profesionalisme bidan sebagai praktisi klinis.
5. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi asuhan kebidanan.

Standar dalam profesi kebidanan meliputi; standar pelayanan kebidanan,


standar praktik kebidanan, standar pendidikan kebidanan dan stamdar pendidikan
berkelanjutan kebidanan.

B. STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN


1. Standar I:Falsafah dan Tujuan

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki visi,filosofi,dan tujuan


pelayanan serta organisasi pelayanan sebgai dasar untuk melaksanankan tugas
pelayanan yang efektif dan efisien.
a. Pengelola pelayanan kebidanan memiliki visi,misidan filosofi pelayanan
kebidanan yang mengacu pada visi,misi,dan filosofi masing-masing.
b. Terdapat struktur organisasi yang menggambarkan garis
komando,fungsi,dan tanggung jawab serta kewenangan dalam pelayanan
kebidanan dan hubungan dengan unit lain
c. Terdapat uraian tugas tertulis untuk setiap tenaga yang ada pada organisasi
yang disahkan oleh pimpinan.
d. Terdapat bukti tertulis tentang persyaratan tenaga yang menduduki jabatan
pada organisasi yang disahkan oleh pimpinan.

2. Standar II: Administrasi dan Pengelolaan

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki pedoman pengeloaan


pelayanan, standar pelayanan, prosedur tetap, dan pelaksanaan kegiatan
pengelolaan pelayanan yang kondusif yang memungkinkan praktik pelayanan
kebidanan menjadi akurat.
a. Terdapat pedoman pengelolaan pelayanan yang mencerminkan mekanisme
kerja di unit pelayanan tersebut yang disahkan oleh pimpinan.
b. Terdapat standar pelayanaan yang mengacu pada pedoman standar alat,
standar ruangan, standar ketenagaan yang telah disahkan oleh pimpinan.
c. Terdapat prosedur tetap untuk setiap jenis kegiatan atau tindakan kebidanan
yang disahkan oleh pimpinan.
d. Terdapat rencana atau program kerja disetiap institusi pengelolaan yang
mengacu pada institusi induk.
e. Terdapat bukti tertulis penyelenggaraan pertemuan berkala secara teratur,
dilengkapi dengan daftar hadir dan notulen rapat.
f. Terdapat naskah kerja sama, program praktik dari institusi yang
menggunakan lahan praktik, program, pengajaran klinik, dan penilaian
klinik.
g. Terdapat bukti administrasi yang meliputi buku registrasi.

3. Standar III : Staf dan Pimpinan


Pengelolaan pelayanan kebidanan mempunyai progam pengelolaan
sumber daya manusia ( SDM ), agar pelayanan kebidanan berjalan efektif dan
efesien.
a. Terdapat program kebutuhan SDM sesuai dengan kebutuhan
b. Mempunyai jadwal pengaturan kerja
c. Terdapat jadwal dinas yang menggambarkan kemampuan setiap tenaga per
unit yang menggambarkan kemampuan setiap tenaga per unit yang
menduduki tanggung jawab dan kemampuan yang dimiliki oleh bidan
d. Terdapat seorang bidan pengganti dengan peran dan fungsi yang jelas dan
kualifikasi minimal selaku kepala ruangan berhalangan bertugas
e. Terdapat data personel yang bertugas di ruangan tersebut

4. Standar IV : Fasilitas dan Peralatan

Tersedia sarana dan peralatan untuk mendukung pencapaian tujuan


pelayanan kebidanan sesuai dengan bebas tugasnya dan fungsi institusi
pelayanan.

a. Tersedia peralaat yang sesuai dengan standar dan terdapat mekanisme


keterlibatan bidang dalam perencanaan dan pengembanagn sarana dan
prasarana
b. Terdapat buku inventaris peralatan yang mencerminkan jumlah barang dan
kualitas barang.
c. Terdapat pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan alat tertentu.
d. Terdapat prosedur permintaan dan penghapusan alat.

5. Standar V : Kebijakan dan Prosedur

Pengelola pelayanan memiliki kebijakan dalam penyelenggaraan


pelayanan dan pembinaan personel menuju pelayanan berkualitas.

a. Terdapat kebijakan tertulis tentang prosedur pelayanan dan standar


pelayanan yang disahkan oleh pimpinan
b. Terdapat prosedur personalia ; penerimaan pegawai kontrak kerja, hak dan
kewajiban personalia
c. Terdapat prosedur pengajuan cuti personel, istirahat, sakit, dll.
d. Terdapat prosedur pembinaan personel.

6. Standar VI : Pengembangan Staf dan Program Pendidikan

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program pengembangan staf


dan perencanaan pendidikan, sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

a. Terdapat program pembinaan staf dan program pendidikan secara


berkesinambungan.
b. Terdapat program pelatihan dan orientasi bagi tenaga bidan atau personal
baru dan lama agar dapat beradaptasi dengan pekerjaan.
c. Terdapat data hasil identifikasi kebutuhan pelatihan dan evaluasi hasil
pelatihan.

7. Standar VII : Standar Asuhan

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan atau


manajemen kebidanan yang ditetapkan sebagai pedoman dalam memberi
pelayanan kepada klien

a. Terdapat standar manajemen kebidanan ( SMK ) sebagai pedoman dalam


memberi pelayanan kebidanan.
b. Terdapat format manajemen kebidanan yang tercantum dalam catatan medik.
c. Terdapat pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.
d. Terdapat diagniosis kebidanan.
e. Terdapat rencana asuhan kebidanan.
f. Terdapat dokumen tertulis tentang tindakan kebidanan.
g. Terdapat evaluaisi dalam memberi asuhan kebidanan.
h. Terdapat dokumentasi untuk kegiatan manajemen kebidanan.

8. Standar VIII : Evaluasi dan Pengendalian Mutu

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program dan pelaksanaan


dalam evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan yang dilaksanakan secara
berkesinambungan.

a. Terdapat program atau rencana tertulis tentang peningkatan mutu pelayanan


kebidanan.
b. Terdapat program atau rencana tertulis untuk melakukan penilaian terhadap
standar asuhan kebidanan.
c. Terdapat bukti tertulis dari risalah rapat sebagai hasil dari kegiatan
pengendalian mutu asuahan dan pelayanan kebidanan.
d. Terdapat bukti tertulis tentang pelaksanaan evaluasi pelayanan dan rencana
tidak lanjut.
e. Terdapat laporan hasil evaluasi yang dipublikasikan secara teratur kepada
semua staf pelayanan kebidanan.
C. CLIENT SAFETY

Client Safety atau keselamatan klien adalah suatu system yang membuat
asuhan klien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

1. Tujuan Client Safety :


a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan masyarakat;
c. Menurunnya KTD di RS
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD.
2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Client Safety

Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre


for Patient  Safety, 2 May 2007), yaitu:

a. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike


medication names)
b. Pastikan identifikasi pasien
c. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
d. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
e. Kendalikan cairan elektrolit pekat
f. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
g. Hindari salah kateter dan salah sambung slang
h. Gunakan alat injeksi sekali pakai
i. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.

D. WEWENANG BIDAN
1. Pemenkes No 5380/IX/1963
Wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara
mandiri, didampingi tugas lain.
2. Permenkes No. 63 tahun 1989
Wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu wewenang umum dan khusus
ditetapkan bila bidan elaksanakan tindakan khusus dibawah pengawasan dokter.
Pelaksanaan dari permenkes ini, bidan melaksanakan praktik perorangan
dibawah pengawasan dokter.
3. Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007
Tentang standar profesi bidan
a. Kompetensi ke 1, Pengetahuan dan keterampilan dasar.
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-
ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari
asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru
lahir dan keluarganya.
b. Kompetensi yang ke 2, pra konsepsi, KB dan ginekologi
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang
tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam
rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan
kehamilan dan kesiapan menjadi orangtua.
c. Kompetensi ke 3, asuhan dan konseling kehamilan
Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan
kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau
rujukan dari komplikasi tertentu.
d. Kompetensi ke 4, asuhan selama persalinan dan kelahiran bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggapan terhadap kebudayaan
setempat selama persalianan, memimpin selama persalinan yang bersih dan
aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan
kesehatan wanita dan bayi yang baru lahir.
e. Kompentensi ke 5, Asuhan pada ibu nifas dan menyusui
Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu
tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
f. Kompetensi ke 6, Asuhan pada bayi baru
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi
barulahir sehat sampai dengan 1 bulan.
g. Kompetesi ke 7, Asuhan pada bayi dan balita
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi
dan balita sehat (1bulan-5tahun).
h. Kompetensi ke 8, Kebidanan komunitas
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada
keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
i. Kompetensi ke 9, Asuhan pada ibu/wanita dengan gangguan reproduksi
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu/wanita dengan gangguan sistem
reproduksi.

4. Permenkes no. HK 02/Menkes/149/2010


Tentang layanan izin dan penyelenggaraan praktik bidan
Menurut revisi dari kepmenkes 900. Terdiri dari VII Bab, 24 Pasal yaitu :
Bab I ketentuan (pasal 1)
Bab II perizinan (pasal 2-7?
Bab III Penyelenggaraa Praktik (pasal 8-19)
Bab IV pembinaan dan pengawasan (pasal 20-21)
Bab V Ketentuan Peralihan (pasal 22)
Bab VI Ketentuan penutup (pasal 23-24)
5. Permenkes 149 lebih singkat dari pada Kepmenkes 900. Isinya terdapat banyak
pengurangan dan beberapa penambahan aturan tentang pelaksanaan praktik
bidan.
a. Alur untuk registrasi dan pelaporan bidan dibuat lebih sederhana (BAB II,
III, IV Kemenkes 900).
b. Kewewennangan praktik bidan dalam pelayanan reproduksi wanita
ditiadakan dan diganti dengan pelayanan keluarga berencana. (permenkes
149: BAB III pasal 8: kepmenkes 900: BAB IV Pasal 14)
c. Pelayanan kebidanan yang diberikan bukan pelayanan kebidanan ibu dan
anak, tetapi cuku ibu dan bayi baru lahir usia 28 hari. Pelayanan kebidanan
pada ibu yang dimakasud hanyalah kehamilan, persalianan, nifas, dan masa
menyusui normal. Bidan tidak berwewenang untuk melakukan intervensi
apapun terhadap penyulit kehamilan, persalinan dan nifas (suntikan penyulit
kehamilan, persalian, nifas, plasenta, manual,amniotomi, infus,
penyuntikkan antibiotik dan sadativa, versi ekstraksi ditiadakan. Pengobatan
yang diperbolehkan bukan obat terbebas tetapi obat terbebas). Pelayan masa
pra pernikanan,prhamil dan masa interval dilakukan pengurang. (pemenkes
149: Bab III : Kepebkes 900: bab v)
d. Bidan sudahlagi berwewenang dalam memberikan pelayan KB suntikan,
kontrasepsi bawah kulit dan bawah rahim secara praktik mandiri, melainkan
harus dengan supervisi dokter dirumah sakit dalam rangka menjalankan
tugas pemerintah. Bidan hanya berwewenang mandiri terhadap kontrasepsi
pil, kondom dan konseling KB. (kepmenkes 900: Pasal 19; Permenkes 149:
pasal 12).
E. KODE ETIK
Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi
dalam melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya di masyarakat. Norma tersebut
berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan
profesinya dan larangannya, yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan apa yang
tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam
menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada
umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat (Mustika, 2001)
1. Fungsi Kode Etik
a. Memberi panduan dalam membuat keputusan tentang masalah etik
b. Menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapakan dan
dipertimbangkan dalam memberi pelayanan
c. Merupakan cara untuk mengevaluasi diri
d. Menjadi landasan untuk memberi umpan balik bagi rekan sejawat
e. Menginformasikan kepada calon perawat dan bidan tentang nilai dan standar
profesi
f. Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral.
2. Tujuan Kode Etik
a. Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
b. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
c. Meningkatkan pengabdian para anggota profesi
d. Menigkatkan mutu profesi
3. Kode Etik Kebidanan
a. Definisi Kode Etik Bidan
Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif
profesi yang menuntut bidan melaksanakan praktik kebidanan baik yang
berhubungan dengan kesejahteraan keluarga, masyarakat, teman sejawat,
profesi, dan dirinya.
b. Dasar Pembentukan Kode Etik Bidan
Kode etik bidan pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan
dalam Kongres Nasional IBI X tahun 1988.Petunjuk pelaksanaan kode etik
bidan disahkan dalam Rapat Kerja Nasional IBI tahun 1991.Kode etik bidan
sebagai pedoman dalam berperilaku, disusun berdasarkan pada penekanan
keselamatan klien.

F. INFORMED CONSENT DAN INFORMED CHOICE


1. Informed Consent
Menurut John M. Echols dalam Kamus Inggris-Indonesia (2003),
Informed berarti telah diberitahukan, telah disampaikan, telah diinformasikan.
Sedangkan consent berarti persetujuan yang diberikan kepada seseorang untuk
berbuat sesuatu. Menurut Jusuf Hanafiah (1999), informed consent disamakan
dengan Surat Izin Operasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada keluarga
sebelum seorang klien dioperasi, dan dianggap sebagai persetujuan tertulis. Akan
tetapi informed consent bukan sekedar surat persetujuan yang didapat dari klien,
bukan juga sekedar tanda tangan pihak keluarga melainkan proses komunikasi.
Inti dari proses informed consent adalah kesepakatan antara tenaga kesehatan dan
klien.
Informed consent harus dilakukan setiap kali akan melakukan tindakan
medis, sekecil apapun tindakan tersebut. Menurut Departemen Kesehatan (2002),
informed consent dibagi menjadi dua bentuk:
a. Implied consent, yaitu persetujuan yang dinyatakan secara tidak langsung.
Contoh, saat bidan akan mengukur tekanan darah ibu, ia hanya mendekati si
ibu sambil membawa spigmomanometer tanpa mengatakan apapun dan si ibu
langsung menggulung lengan bajunya (meskipun tidak mengatakan apapun,
sikap ibu menunjukkan bahwa ia tidak keberatan terhadap tindakan yang
akan dilakukan bidan).
b. Express consent, yaitu persetujuan yang dinyatakan dalam bentuk tulisan
atau secara verbal. Sekali pun bentuk persetujuan secara tersirat dapat
dibenarkan, namun sangat bijaksana bila persetujuan klien dinyatakan dalam
bentuk tertulis karena hal ini dapat menjadi bukti lebih kuat di masa
mendatang. Contoh, persetujuan untuk melaksanakan sesar.

Persetujuan atau kesepakatan antara tenaga kesehtan dan klien harus mencakup:

a. Pemberian penjelasan, yaitu tenaga kesehatan.


b. Penjelasan yang akan disampaikan memuat lima hal, yaitu:
1) Tujuan tindakan medis yang akan dilakukan
2) Tata cara tindakan yang akan dilakukan
3) Risiko yang mungkin dihadapi
4) Lternatif tindakan medik dari setiap alternatif Tindakan
5) Prognosis, bila tindakan itu dilakukan/tidak
c. Cara menyampaikan penjelasan.
d. Pihak yang berhak menyatakan persetujuan yaitu klien, tanpa paksaan dari
pihak manapun.
e. Cara menyatakan persetujuan (tertulis at lisan).

Manfaat informed consent adalah sebagai berikut:


a. Membantu kelancaran tindakan medis. Melalui informed consent secara
tidak langsung terjadi kerja sama antara bidan dan klien sehingga
memperlancar tindakan yang akan dilakukan. Keadaan ini dapat
meningkatkan efisiensi waktu dalam upaya tindakan kedaruratan.
b. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi. Tindakan
bidan yang tepat dan segera, akan menurunkan risiko terjadinya efek
samping dan komplikasi.
c. Mempercepat proses pemuliahan dan penyembuhan penyakit, kaerena si ibu
memiliki pemahaman yang cukup terhadap tindakan yang dilakukan.
d. Meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan mutu ditunjang oleh tindakan
yang lancar, efek samping dan komplikasi yang minim, dan proses
pemulihan yang cepat.
e. Melindungi bidan dari kemungkinan tuntutan hukum. Jika tindakan medis
menimbulkan masalah, bidan memiliki bukti tertulis tentang persetujuan
klien.

2. Informed Choice

Menurut John M. Echols dalam Kamus Inggris-Indonesia, Informed


berarti telah diberitahukan, telah disampaikan, telah diinformasikan.Choice
berartipilihan. Jadi, secara umum Informed Choice dapat diartikan
memberitahukan atau menjelaskan pilihan-pilhan yang ada kepada klien
kemudian membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang alternatif
asuhan yang akan dialaminya. Pilihan (choice) sangat penting dari sudut pandang
wanita (sebagai penerima jasa asuhan kebidanan) yang memberikan gambaran
pemahaman mengenai masalah yang sesungguhnya.

Hak dan keinginan wanita harus dihormati, beserta pilihannya. Ini


bertujuan untuk mendorong wanita memlihi asuhan kebidanannya. Peran bidan
tidak hanya membuat keputusan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga
menjamin hak wanita dalam memilih asuhan kebidanan dan keinginannya
terpenuhi. Tentu saja tenaga kesehatan wajib memberikan informasi yang jelas
mengenai alternatif pilihan yang ada beserta risiko yang menyertainya. Klien
akan mendapatkan informasi mengenai pilihan-pilihan tersebut dari berbagai
sumber, baik dari dirinya sendiri atau orang lain.

Di berbagai negara ada hambatan mengenai informed choice, misalnya


sangat kurangnya informasi yang diperoleh. Wanita yang berpendidikan tinggi
dapat membuat pilihan karena banyak membaca dan mempunyai bekal untuk
membuat keputusan, tetapi untuk sebagian besar masih sulit dengan berbagai
macam alasan, misalnya alasan sosial ekonomi, kurangnya pendidikan dan
pemahaman tentang kesehatan, dll. Maka dari itu keberadaan tenaga kesehatan
sangat penting untuk terus mendampingi klien memilih dan memilah informasi
yang tepat untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang baik dan tidak
merugikan pihak manapun.

Semua ini ditentukan oleh bidan demi kepentingan klien. Dan setelah
menjelaskan secara jelas tentang asuhan kebidanan, klien berhak menentukan
asuhan mana yang akan dipilihnya. Yang tentunya tidak merugikan pihak
manapun.

G. SANKSI DAN REWARD


1. Reward
Penghargaan yang diberikan kepada bidan tidak hanya dalam bentuk
imbalan jas,tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian
kewenangan atau hak untuk menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi
yang dimiliki.
Bidan di Indonesia memilki organisasi profesi,yaitu Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) yang hak dan kewajiban serta penghargaan dan sanksi bagi
bidan.
Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
seseoarang termasuk bidan ,antara lain:
a. Faktor individu: kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga,
pengalaman, tingkat sosial dan demografi seseorang
b. Faktor psikologis:persepsi,peran.sikap,kepribadian,motivasi dan kepuasan
kerja.
c. Faktor organisasi:struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan,
sistem penghargaan (reward system)
2. Punishment/sanksi
Sanksi merupakan imbalan negatif yang berupa pembebanan atau
penderitaan yang ditentukan oleh hukum aturan yang berlaku.sanksi berlaku
bagi bidan yang melanggar kode etik bidan merupakan norma yang berlaku bagi
anggota IBI dalam menjalankan praktik profesinya yang telah disepakati dalam
kongres nasional IBI.
Bidan yang melaksanakan pelayanan kebidanan tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku maka akan diberikan sanksi sesuai dengan permenkes
yang berlaku maka akan diberikan sanksi sesuai dengan prmenkes RI No.
1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.
Dalam organisasi profesi kebidanan terdapat Majelis Pertimbangan Etika
Bidan (MPEB) dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA) yang memiliki tugas:
a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketetapan
pengurus pusat
b. Melaporkan hasil kegiatan bidang tugasnya secara berkala.
c. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas
pengurus pusat
d. Membentuk tim teknis sesuai kebutuhan,tugas dan taggungjawabnya
ditentukan pengurus.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah kami membaca kasus ini menurut kami sebagai Bidan harus lebih
teliti dan berhati-hati, karena wewenang Bidan sudah di atur oleh kode etik dan
Asuhan Kebidanan yang kita berikan harus sesuai prosedur, sebelum melakukan
segala tindakan yang kita berikan harus dengan Informed Consent dan Informed
Choice agar kita terlindung oleh hukum.

B. SARAN

Jika kami menjadi bidan harus berhati-hati dalam melakukan segala


tindakan dan haruse sesuai dengan standar profesi kebidanan. Sebagai tenaga
kesehatan juga sangat perlu komunikasi dengan klien seperti informed consesnt
dan informed choice. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dalam asuhan
kebidanan yang kami berikan kepada klien. Agar klien percaya atas tindakan
yang kami berikan dan juga agar terhindar dari malpraktik.

DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Dadi Anwar. dkk. 2005.Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Purwandari, Atik. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai