Untuk menjamin standar dan mutu pelayanan, sebuah laboratorium harus mematuhi berbagai
persyaratan meliputi kebijakan dan prosedur terhadap SDM, alat, fasilitas, dan organisasi.
Berbagai persyaratan tersebut menjadi indikator yang akan dinilai sebagai indikator input
mencakup perizinan, SDM, fisik bangunan, peralatan dan bahan, serta struktur organisasi.
Seluruh kewajiban tersebut kemudian dinilai sebagai indikator proses yang berhubungan dengan
mutu pelayanan.
C. Indikator –indikator Laboratorium dalam ISO 15189, diklasifikasikan dalam kelompok:
1. Personil/Staf.
2. Akomodasi dan kondisi lingkungan.
3. Peralatan laboratorium.
4. Prosedur sebelum pemeriksaan.
5. Prosedur pemeriksaan.
6. Jaga mutu prosedur pemeriksaan.
7. Prosedur pasca pemeriksaan.
8. Laporan hasil.
Berdasarkan hal‐hal tersebut, maka dikembangkan indikator kinerja yang dikelompokkan ke
dalam Indikator input, proses, dan output sebagai berikut :
A. Indikator input:
1. Indikator terkait SDM: dokter SpPK, dokter spesialis lain, sarjana strata 2, dokter
umum, sarjana lain, D3 Analis Kesehatan, D3 lain, Perawat, dan SMAK, SLTA / SMU /
SMK.
2. Struktur Organisasi.
3. Fasilitas: luas bangunan, ruang tunggu, ruang administrasi, ruang kerja, ruang
konsultasi, ruang petugas, toilet, ventilasi, sumber daya listrik, fasilitas (pendingin
ruangan, sumber air bersih, pengelolaan limbah), kualitas lingkungan (udara), alat
laboratorium, serta reagen dan bahan habis pakai yang digunakan.
Pengertian
Proses kegiatan peningkatan mutu pelayanan yang dilakukan terus-menurus oleh rumah
sakit
Pengakuan terhadap mutu pelayanan rumah sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa
rumah sakit telah memenuhi standar akreditasi
Penyelenggara : KARS
(R) : Regulasi : dokumen pengaturan yang disusun oleh rumah sakit yang dapat berupa
kebijakan, prosedur(SPO), pedoman, panduan, peraturan direktur rumah sakit,
keputusan direktur rumah sakit dan atau program
(D) : Dokumen : bukti proses kegiatan atau pelayanan yang dapat berbentuk berkas rekam
medis, lapran dan atau notulen rapat dan atau hasil audit dan atau ijazah dan bukti
dokumen pelaksanaan kegiatan lainnya
(W) : Wawancara : kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh surveyor yang ditujukan
kepada pemilik/representasi pemilik, direktur rumah sakit, pimpinan rumah sakit,
professional pember asuhan (PPA), staf klinis, staf non klinis, pasien, keluarga, tenaga
kontrak dan lain-lain. Wawancara juga dilakukan sebagai bentuk konfirmasi untuk
menilai akurasi dokumen (D)
(S) : Simulasi : peragaan kegiatan yang dilakukan oleh staf rumah sakit yang diminta oleh
surveyor
Standar AP.5 : Pelayanan laboratorium tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan
semua pelayanan sesuai peraturan perundangan
Standar AP.5.1 : Rumah Sakit menetapkan regulasi bahwa seorang (atau lebih) yang
kompeten dan berwenang,, bertanggung jawab mengelola pelayanan
laboratorium
Maksud dan tujuan : RS menetapkan program terkait risiko dan bahaya di laboratorium.
Program menangani kebiasaa dan praktik kerja secara aman, tindakan pencegahan serta
koordinasikan dengan program manajemen risiko fasilitas dan program pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI) rumah sakit
Maksud dan tujuan : terdapat regulasi dan praktik yang dilaksanakan untuk mengurangi
bahaya akibat terpapar bahan-bahan dan limbah biologis berbahaya.
Dibawah ini daftar hal-hal yang ditangani dan persyaratan yang harus dilakukan :
1. Pengendalian paparan aerosol
2. Jas laboratorium, jubah atau baju dinas harus dipakai untuk perlindungan dan pencegahan
kontaminasi, termasuk fasilitas “eye washer” dan dekontaminasi
3. Almari bio-safety dipakai, jika perlu
4. Terdapat regullasi tentang pembuanganbahan infeksius, luka tusuk, terpapardengan bahan
infeksius. Untuk pengelolaan bahan berbahaya diseratakan MSDS(Material Safety Data
Sheet) / LDP(Lembar Data Pengaman)
5. Terdapat prosedur pengumpulan, transport, penanganan specimen secara aman. Juga
diatur larangan untuk makan, minum, pemakaian kosmetik, lensa kontak, pipet dimulut di
tempat staf bekerja melakukan kegiatannya
6. Staf diberikan pelatihan tentang tindakan, cara penularan dan pencegahan penyakit yang
ditularkan melaui darah dan komponen darah
Maksud dan tujuan : pelaporan dari hasil laboratorium yang kritis adalah bagian dari
risiko terkait keselamatan pasien
Prosedur ini meliputi juga : penetapan hasil laboratorium yang kritis dan ambang nilai
kritis bagi setiap tipe tes, oleh siap dan kepasa siapa hasil laboratorium yang kritis harus
dilaporkan, termasuk waktu penyampaian hasil tersebut, pencatatan dan menetapkan metode
monitoring yang memenuhi ketentuan.
2. Hasil laborstorium yang kritis dicatat di dalam rekam medis pasien (lihat SKP 2.2 ep 2)
(D,W)
Lab RS.IMC : D :
W:
3. Ada bukti tindak lanjut dari pelaporan hasil laboratorium yang kritis secara kolaboratif
(D,W)
Lab RS.IMC : D :
W:
4. Ada bukti pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut terhadap seluruh proses agar memenuhi
ketentuan serta dimodifikasi sesuai kebutuhan (D,W)
Lab RS.IMC : D :
W:
Standar AP.5.5 : Rumah sakit menetapkan regulasi yang mengatur tentang uji fungsi,
inspeksi, pemeliharaan, kalibrasi secara tetap (regular) terhadap semua
peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan di laboratorium dan
hasil pemeriksaan didokumentasikan
Maksud dan tujuan : staf laboratorium harus memastikan semua peralatan laboratorium
berfungsi dengan baik dan aman bagi penggunanya.
Laboratorium menetapkan dan melaksanakan program pengelolaan peralatan laboratorium
termasuk peralatan yang merupakan kerjasama dengan pihak ketiga yang meliputi :
a. Uji fungsi
b. Inspeksi berkala
c. Pemeliharaan berkala
d. Kalibrasi berkala
e. Indentifikasi dan inventarisasi peralatan laboratorium
f. Monitoring dan tindakan terhadap kegagalan fungsi alat
g. Proses penarikan (recall)
h. Pendokumentasian
Standar AP.5.6 : Reagensia essensial dan bahan lainnya tersedia secara teratur dan
dievaluasi akurasi dan presisi hasilnya
Maksud dan tujuan : Rumah sakit menetapkan reagensia dan bahan-bahan lain yang
selalu harus ada untuk pelayanan laboratorium
Standar AP.5.8 : RS menetapkan nilai normal dan rentang nilai untuk interpretasi dan
pelaporan hasil laboratorium klinis
Maksud dan tujuan : RS menetapkan rentang nilai normal rujukan setiap jenis
pemeriksaan. Rentang nilai dilampirkan di laporan klinis, baik sebagi bagian dari pemeriksaan
atau melampirkan daftar terkini, nilai yang ditetapkan pimpinan laboratorium. Jika pemeriksaan
dilakukan oleh lab rujukan, rentang nilai diberikan. Selalu harus dievaluasi dan direvisi apabila
metode pemeriksaan berubah
Elemen Penilaian AP.5.8
1. Ada regulasi tentang penetapan dan evaluasi rentang nilai normal untuk interpretasi,
pelaporan hasil lab klinis (R)
Lab.RS.IMC : R :
2. Pemeriksaan laboratorium harus dilengkapi dengan permintaan pemeriksaan tertulis
disertai dengan ringkasan klinis (D, W)
Lab RS.IMC : D :
W:
3. Setiap hasil pemeriksaan laboratorium dilengkapi dengan rentang nilai normal(D)
Lab RS.IMC : D :
Maksud dan tujuan : kendaki mutu yang baik sangat esensial bagi pelayanan laboratorium
agar laboratorium dapat memberikan layanan prima
Program kendali mutu (pemantapan mutu internal –PMI) mencakup tahapan Pra-analitik,
Analitik dan Pasca anlitik yang memuat antara lain :
a. Validasi tes yang digunakan untuk tes akurasi, presisi, hasil rentang nilai
b. Dilakukan surveilans hasil pemeriksaan oleh staf yang kompeten
c. Reagensia di tes (lihat juga AP.5.6)
d. Koreksi cepat jika ditemukan kekurangan
e. Dokumentasi hasil dan tindakan koreksi
Maksud dan tujuan : PME sebagai tes pembanding mutu adalah proses membandingkan
seberapa baik kinerja (hasil)sebuah laboratorium dibandingkan dengan hasil sebuah laboratorium
lain. RS dapat mengikuti program PME nasional dan atau internasional. Untuk kepentingan ini
unit lab ikut program PME, lab harus mengumoulkan sertifikat tentang partisipasinya di dalam
program
Standar AP.5.10 : Laboratorium rujukan yang bekerja sama dengan rumah sakit
mempunyai ijin, terakreditasi, ada sertifikasi dari pihak yang
berwenang
Maksud dan tujuan : jika RS menggunakan pelayanan lab rujukan , informasi berikut
diperlukan :
a. Copy surat ijin dari pihak berwenang yang menerbitkan ijin
b. Copy sertifikat akreditasi dari program akreditasi laboratorium yang diakui
c. Bukti dokumen bahwa laboratorium rujukan ikut serta program kendali mutu, (lihat juga
AP.5.9.1)
Untuk pelayanan laboratorium rujukan, maka rumah sakit secara teratur menerima
laporan dan mereview kontrol mutu dari pelayanan laboratorium rujukan tersebut. Individu yang
kompeten mereview hasil kontrol mutu.
Standar AP.5.11
Standar AP.5.11.1
Rumah sakit menetapkan regulasi bahwa seorang professional yang kompeten dan
berwenang, bertanggung jawab untuk penyelenggaraan pelayanan darah dan menjamin
pelayanan yang diberikan sesuai peraturan perundangan dan standar pelayanan.
Standar AP.5.11.2
Rumah sakit menetapkan program dan pelaksanaan kendali mutu. Pelayanan darah sesuai
peratuan perundang-undangan.
Pelayanan darah, yang diselenggarakan di rumah sakit, harus berada dibawah tanggung
jawab seorang profesional dengan pendidikan, keahlian, pengalaman yang memenuhi syarat dan
berdasar peraturan dan perundangan dalam hal ini kerjasama dengan PMI (Palang Merah
Indonesia). Staf tersebut bertanggung jawab terhadap semua aspek pelayanan darah di rumah
sakit.
a. Permintaan darah
b. Penyimpanan darah
c. Tes kecocokan
d. Distribusi darah
Proses pengendalian mutu dari semua jenis pelayanan dilaksanakan dan terdokumentasi
untuk memastikan terselenggaranya pelayanan darah dan atau transfusi yang aman. Donor darah
dan pelayanan transfusi dilaksanakan sesuai peraturan perundangan dan standar praktik yang
diakui.
Sebelum dilakukan pemberian darah harus ada penjelasan dari DPJPnya dan persetujuan
dari pasien atau keluarga.
Selama pemberian transfusi darah harus dilakukan monitoring dan evaluasi, dan
dilaporkan bila ada reaksi transfusi.
Elemen Penilaian AP.5.11
1. Ada regulasi tentang penyediaan dan pelayanan darah meliputi a) sampai dengan d) di
maksud dan tujuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (R)
2. Pemberian darah harus mendapatkan persetujuan dari pasien atau keluarga, yang
sebelumnya telah mendapatkan penjelasan tentang tujuan, manfaat, resiko dan
komplikasi pemberian transfusi darah dan produk darah (Lihat juga HPK.2.1 EP 4, SKP 1
EP4). (D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan monitoring dan evaluasi pemberian transfusi darah dan produk
darah dan dilaporkan bila terjadi reaksi transfusi. (Lihat juga PAP.3.3 dan PMKP.11).
(D,W)