KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Perdagangan Berjangka Komoditi yang selanjutnya disebut Perdagangan
Berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli Komoditi
dengan penarikan Margin dan dengan penyelesaian kemudian berdasarkan
Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif
lainnya.
6. Kontrak Derivatif adalah kontrak yang nilai dan harganya bergantung pada
subjek Komoditi.
7. Kontrak Derivatif Syariah adalah kontrak derivatif yang sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah.
Pasal 2
(1) Menteri menetapkan kebijakan umum di bidang Perdagangan Berjangka.
(2) Kebijakan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 3
Komoditi yang dapat dijadikan subjek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,
dan/atau Kontrak Derivatif lainnya diatur dengan Peraturan Kepala Bappebti.
2. Di antara Bab III dan Bab IV disisipkan 1 bab, yakni Bab IIIA sehingga berbunyi sebagai
berikut:
BAB III A
SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF
Pasal 30A
(1) Sistem Perdagangan Alternatif hanya dapat dilakukan oleh Penyelenggara
Sistem Perdagangan Alternatif dan Peserta Sistem Perdagangan Alternatif yang
satu dan lainnya tidak berafiliasi serta telah memperoleh persetujuan
Bappebti.
(2) Sistem perdagangan elektronik yang digunakan dalam Sistem Perdagangan
Alternatif wajib memenuhi persyaratan yang diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Kepala Bappebti.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan persetujuan, mekanisme
transaksi, dan penghentian kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dalam Peraturan Kepala Bappebti.
3. Di antara Bab V dan Bab VI disisipkan 1 Bab, yakni Bab VA sehingga berbunyi sebagai
berikut:
BAB VA
ASOSIASI INDUSTRI PERDAGANGAN BERJANGKA
Pasal 44A
(1) Asosiasi Industri Perdagangan Berjangka merupakan wadah berbadan hukum
yang didirikan dengan tujuan untuk memperjuangkan kepentingan para
anggotanya dan pengembangan industri Perdagangan Berjangka.
(2) Setiap Pihak yang telah memperoleh izin usaha, izin, persetujuan, atau sertifikat
pendaftaran wajib menjadi anggota Asosiasi Industri Perdagangan Berjangka.
4. Di antara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 49 disisipkan 1 ayat, yakni ayat (1a):
Pasal 49
(1a) Setiap Pihak dilarang melakukan penawaran Kontrak Berjangka, Kontrak
Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dengan atau tanpa
kegiatan promosi, rekrutmen, pelatihan, seminar, dan/atau menghimpun dana
Margin, dana jaminan, dan/atau yang dipersamakan dengan itu untuk tujuan
transaksi yang berkaitan dengan Perdagangan Berjangka kecuali memiliki izin
dari Bappebti.
Pasal 50
(1a) Ketentuan mengenai keadaan keuangan dari Nasabah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Bappebti.
(5) Nasabah dapat melakukan pengisian, penandatanganan, dan penyampaian
dokumen berkaitan dalam kegiatan Perdagangan Berjangka pada sistem
elektronik Pialang Berjangka, sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang mengatur mengenai informasi dan transaksi elektronik.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengisian, penandatanganan, dan
penyampaian dokumen berkaitan dengan Perdagangan Berjangka pada sistem
elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (4), dan ayat (5) diatur
dengan Peraturan Kepala Bappebti.
Pasal 52
(2) Pelaksanaan Perdagangan Berjangka melalui sarana sistem perdagangan
elektronik yang diselenggarakan oleh Bursa Berjangka dan/atau Pedagang
Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif dilakukan secara langsung oleh
Nasabah.
(3) Dalam hal pelaksanaan Perdagangan Berjangka secara elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dilaksanakan secara langsung oleh
Nasabah, Pialang Berjangka wajib melaksanakan transaksi Perdagangan
Berjangka setelah adanya perintah dari Nasabah atau kuasanya yang ditunjuk
secara tertulis untuk mewakili kepentingan Nasabah yang bersangkutan.
(4) Perintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dicatat dan direkam serta
disimpan oleh Pialang Berjangka.
7. Ketentuan Pasal 57 dan Pasal 58 ayat (2) tentang Praktik Perdagangan yang Dilarang
diubah. (Baca selengkapnya pada Bab F)
8. Ketentuan Pasal 63 ayat (2) diubah sehingga Pasal 63 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 63
(2) Pihak yang memperoleh izin sebagai Wakil Pialang Berjangka, Wakil Penasihat
Berjangka, dan Wakil Pengelola Sentra Dana Berjangka serta Pihak yang telah
memperoleh persetujuan, dan/atau sertifikat pendaftaran wajib
menyampaikan laporan yang terkait dengan Perdagangan Berjangka apabila
diminta oleh Bappebti.
C. PIALANG BERJANGKA
Pasal 31 (1) Berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan telah memperoleh izin
UU 32/1997 usaha dari Bappebti;
(2) Memiliki integritas keuangan, reputasi bisnis yang baik, dan
kecakapan profesi;
(3) Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh orang yg memiliki izin WPB
dari Bappebti.
D. DANA KOMPENSASI
Pasal 104 (1) Pialang Berjangka dilarang membuka rekening bagi pihak:
PP 9/1999 a. Tidak cakap melakukan perbuatan hukum,
b. Telah dinyatakan pailit dlm jgka waktu 5 tahun terakhir,
c. Yang telah mencapai batas posisi yg tdk diperkenankan
melakukan penambahan trnsaksi /membuka rek Pialang lain,
d. Pejabat atau pegawai Bappebti, dst.
e. Bendaharawan dst.,
f. Telah dinyatakan melanggar UU dst.,
g. Lalai memenuhi kewajibannya dlm jangka waktu 3 th
terakhir.
Pasal 51 (1) Pialang wajib menarik margin,
UU 32/1997 (4) Wajib disimpan di rek. terpisah,
(5) Hanya untuk pembayaran komisi dan biaya lain ygn berkaitan
dgn transaksi atas perintah tertulis Nasabah.
Pasal 105 (1) Pialang Berjangka dilarang membuka atau memiliki rekening
PP 9/1999 pada Pialang Berjangka lainnya.
(2) Pegawai Pialang dan istri atau suami yg ingin ikut serta, hanya
boleh membuka rekening atas nama masing-masing pd Pialang
bersangkutan
Pasal 109 (2) Apabila Nasabah tidak melaksanakan transaksi dlm jangka waktu
PP 9/1999 1 (satu) tahun, maka rekening Nasabah bersangkutan harus
ditutup dan nomor rekening tsb tidak boleh digunakan lagi.
Pasal 110 Dalam menyalurkan amanat Nasabah, Pialang dilarang:
PP 9/1999 Menyembunyikan atau mengubah informasi ttg PBK,
Menerima amanat di luar ktr pusat atau cabang,
Membocorkan rahasia ttg amanat,
Menyalahgunakan dana Nasabah,
Melaksanakan transaksi untuk Nasabahnya tanpa perintah
Nasabah yang bersangkutan,
Berikut ini penjelasan secara rinci mengenai praktik-praktik perdagangan yang dilarang:
Salah satu bentuk transaksi fiktif adalah dengan cara melakukan transaksi silang (cross
trade) atas akun nasabahnya sendiri seakan-akan memberi kesan adanya kegiatan
pasar yang aktif yang sebenarnya tidak ada.
Dalam Peraturan dan Tata Tertib (PTT) Jakarta Futures Exchange transaksi silang ini
tidak diperbolehkan, kecuali:
a. Dilakukan antara 2 (dua) nasabah yang berbeda dari Pialang yang sama dengan
selisih waktu lebih dari 10 (sepuluh) detik, atau
b. Dilakukan antara 2 (dua) nasabah yang berbeda dari Pialang yang sama dengan
diselingi amanat jual atau amanat beli dari pihak lain.
3. Bucketing
Manakala Pialang Berjangka atau Wakil Pialang Berjangka yang ada di lantai Bursa,
secara langsung maupun tidak langsung, mengambil posisi dibalik posisi amanat
nasabah yang dilaksanakannya, untuk rekening Pialang itu sendiri atau untuk rekening
pihak lain dimana dia mempunyai kepentingan (interest).
5. Churning
Perdagangan yg berlebihan dalam jumlah dan frekuensinya dengan tujuan
menggandakan komisi.
7. Wash Trading
Transaksi yg menampilkan amanat jual dan amanat beli yg seolah-olah benar
terjadi, padahal tidak ada posisi satu pun di pasar. Pialang melakukan tindakan hampir
sama dengan fictitious trading, namun transaksi dilakukan dengan Pialang lain,
kelihatannya seperti transaksi sebenarnya akan tetapi mengarah kepada bucketing.
Meskipun terjadi banyak transaksi, tetapi tidak terjadi perubahan kepemilikan
kontrak terbuka (Open Interest) dan transaksi tersebut adalah nol.
Contoh:
- Pialang A menjual kepada Pialang B dan Pialang B menjual kepada Pialang A.
- Pialang A menjual kepada Pialang B dan Pialang B menjual kepada Pialang C,
kemudian Pialang C menjual kepada A.
8. Cornering
Melakukan pembelian secara besar-besaran komoditi di pasar fisik sehingga
komoditi bisa menjadi langka, hal ini mengakibatkan harga komoditi tersebut melonjak
di Bursa Berjangka. Manipulasi harga tersebut mengakibatkan pihak yang memiliki
posisi jual yang masih terbuka terpaksa menutup kontraknya dengan harga tinggi saat
jatuh tempo.
G. KETENTUAN PIDANA
Khusus untuk Pasal 72, 74 dan 75 tidak ada perubahan.
Pasal 72 Setiap Pihak yg melakukan kegiatan yg dilarang sbgm Pasal 57
UU 32/1997 (Praktik Perdagangan yang Dilarang), diancam dengan pidana:
PENJARA: paling lama 8 tahun,
dan
DENDA: paling banyak Rp 10 miliar
Ketentuan Pidana yang telah diubah di dalam UU No. 10/2011 adalah sebagai berikut:
PENJARA DENDA
NO PASAL & PELANGGARAN
Min Max Min Max
1 Pasal 71 Ayat (1)
Setiap Pihak yang melakukan
kegiatan PB tanpa memiliki izin
usaha sbgmn Pasal 14 ayat (1), Pasal 5 10 10M 20M
25 ayat (2), Pasal 31 ayat (1), Pasal (dan)
34 ayat (1), atau Pasal 39 ayat (1)
4 Pasal 73
Setiap Pihak yang memanfaatkan
setiap informasi yang diperoleh
untuk kepentingan pribadi atau 1 3 500 Juta 1,5M
mengungkapkan kpd pihak lain (dan/atau)
sbgmn Pasal 8
16 Pasal 73G
Setiap Pihak yang tidak melaporkan
setiap transaksi Kontrak Derivatif
lainnya ke Bursa Berjangka dan/atau
tidak mendaftarkan setiap transaksi 1 4 1M 4M
Kontrak Derivatif lainnya ke (dan)
Lembaga Kliring Berjangka sbgm
Pasal 30B ayat (1) dan ayat (2)
Berikut uraiannya:
1. SK 47/2003
Persyaratan Keuangan Minimum dan Kewajiban Pelaporan Keuangan Pialang
Modal Bersih = Total Aktiva Lancar (current assets) – Total Kewajiban (liabilities)
Pialang Berjangka wajib mempertahankan MBD dengan nilai yang terbesar antara
nilai absolute atau nilai 10% (sepuluh persen) dari jumlan dana Nasabah yang
dikelolanya. Jika tidak, maka Pialang Berjangka wajib meningkatkan MBD-nya
selambat-lambatnya dalam jangka waktu 5 (lima) hari sejak diketahui dan wajib
menyampaikan laporan kepada Bappebti setiap minggu, selama 4 (empat) minggu
berturut-turut.
Pasal 6
Pialang Berjangka dilarang:
a. mempekerjakan tenaga kerja asing (bukan WNI);
b. mencari calon Nasabah dengan dalih iklan lowongan pekerjaan;
c. menerima setoran dana Margin awal Nasabah secara tunai;
d. menyerahkan kode akses transaksi Nasabah (Personal Access Password) kepada
pihak lain selain Nasabah;
e. menerima setoran Margin untuk suatu rekening Nasabah yang pengirimnya tidak
sama identitasnya dengan identitas Nasabah tersebut yang tertera dalam
dokumen PPA;
f. memberi pinjaman dana untuk Margin Nasabah;
g. dst.
Pasal 7
Pegawai Pialang Berjangka dilarang:
a. menerima surat kuasa dalam bentuk apapun dari calon Nasabah atau Nasabah;
3. SK 68/2009
Penyelenggaraan Pasar Minyak Sawit Mentah (CPO)
Pasal 3
Dalam menyelenggarakan Pasar Fisik Minyak Sawit Mentah (CPO), Bursa Berjangka
harus:
h. memiliki Peraturan dan Tata Tertib Pasar Fisik Minyak Sawit Mentah (CPO) yang
paling sedikit memuat:
- persyaratan Peserta Pasar Fisik Minyak Sawit Mentah (CPO);
- mutu Minyak Sawit Mentah (CPO);
- mekanisme transaksi;
- mekanisme penyelesaian transaksi; dan
- sanksi terhadap pelanggaran ketentuan Peraturan dan
- Tata Tertib Pasar Fisik Minyak Sawit Mentah (CPO)
i. membentuk Komite Pasar Fisik Minyak Sawit Mentah (CPO); dan
j. menyediakan fasilitas perdagangan Pasar Fisik Minyak Sawit Mentah (CPO).
4. SK 87/2010
Jenis Perizinan di PBK
Pasal 1
a. izin usaha sebagai Pialang Berjangka;
b. izin sebagai Wakil Pialang Berjangka;
c. sertifikat pendaftaran sebagai Pedagang Berjangka;
d. penetapan atas laporan pembukaan kantor cabang Pialang;
e. persetujuan sebagai bank penyimpan margin, dana kompensasi dan dana
jaminan;
f. persetujuan sebagai Penyelenggara SPA;
g. persetujuan sebagai Peserta SPA;
h. izin usaha sebagai Bursa Berjangka; dan
i. izin usaha sebagai Lembaga Kliring Berjangka.
Pasal 3
Jangka waktu pemrosesan perizinan sebagai WPB paling lambat 9 (sembilan) hari.
6. SK 93/2012
Pengelolaan Rekening Terpisah (Segregated Account) Pialang Berjangka
7. SK 95
Sistem Perdagangan Alternatif (SPA)
8. SK 101/2013
Izin Wakil Pialang Berjangka
Pasal 5
Izin WPB hanya berlaku selama WPB tersebut bekerja pada Pialang Berjangka yang
merekomendasikan.
Pasal 6
Pihak yang telah punya TLUP dalam 3 tahun berturut-turut tidak bekerja di Pialang
Berjangka wajib mengikuti kembali dan lulus ujian.
Pasal 13
Izin WPB dpt berakhir apabila:
a. meninggal dunia; atau;
b. dicabut izinnya oleh Bappebti.
Pasal 1
Bursa Timah adalah pasar timah internasional di Indonesia yang merupakan pasar
terorganisir dan bagian dari Bursa Berjangka.
Kontrak Timah Batangan adalah suatu bentuk kontrak standar untuk menjual atau
membeli Timah Batangan di Bursa Timah.
Bukti Simpan Timah (BST) adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengelola Tempat
Penyimpanan sebagai tanda bukti kepemilikan atas Timah Batangan yang disimpan
oleh Anggota Bursa.
Komite Timah adalah komite yang dibentuk oleh Kepala Bappebti untuk memberikan
pertimbangan kepada Kepala Bappebti sehubungan dengan pengembangan dan
kegiatan perdagangan timah melalui Bursa Timah.
Bukti Pembelian Timah dari Bursa (BPTB) adalah dokumen yang diterbitkan oleh Bursa
Timah sebagai tanda bukti pembelian Timah Batangan.
Pasal 2
(1) Perdagangan Timah Batangan untuk tujuan ekspor wajib diperdagangkan melalui
Bursa Timah.
(2) Timah Batangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki kandungan
Stannum dengan kadar paling rendah 99,9% Sn dan unsur pengotor sebagai
berikut:
a. untuk Besi, paling tinggi 0,005% Fe; dan
b. untuk Timbel, paling tinggi 0,030% Pb.
10. SK 105/2013
Kewajiban Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Pialang Berjangka
Pasal 1
(1) Pialang Berjangka wajib memenuhi ketentuan pelaporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan tindak pidana
Pencucian Uang.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada
Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan mengenai tata
cara pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan.
11. SK 107/2013
Penerimaan Nasabah Secara Elektronik Online di Bidang PBK
Pasal 1
(2) Penerimaan Nasabah secara elektronik on-line hanya dapat dilakukan oleh Pialang
Berjangka yang telah mendapat Penetapan dari Bappebti.
(3) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat diberikan kepada
Pialang Berjangka yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. tidak melanggar ketentuan tentang persyaratan keuangan minimum dan
kewajiban pelaporan keuangan selama 1 (satu) tahun terakhir;
b. memiliki sistem aplikasi penerimaan Nasabah secara elektronik on-line; dan
c. memiliki Standar Operasional Prosedur dalam rangka penerimaan Nasabah
secara elektronik on-line.
(4) wajib memuat paling sedikit fitur-fitur sebagai berikut: a. kelayakan Nasabah; b.
profil perusahaan; c. fasilitas simulasi transaksi Perdagangan Berjangka (demo
Nasabah); d. profil Nasabah dan aplikasi pembukaan rekening; e. Dokumen
Pemberitahuan Adanya Risiko; f. Perjanjian Pemberian Amanat; g. peraturan
perdagangan (trading rules), termasuk seluruh biaya yang dipungut; h.
pernyataan dari Nasabah untuk tidak menyerahkan kode akses transaksi Nasabah
(Personal Access Password) ke pihak lain; i. sarana promosi; j. Rekening Terpisah
(Segregated Account); k. Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau
Kontrak Derivatif lainnya yang diperdagangkan; dst.
Pasal 3
(1) Bursa Berjangka wajib melakukan evaluasi dan pengkajian KD dalam SPA setiap 1
(satu) tahun.
(2) Jika tidak secara aktif diperdagangkan dalam 2 (dua) tahun berdasarkan evaluasi
dan pengkajian tersebut, maka Bappebti dapat mencabut persetujuan atas KD
tersebut.
Menyisipkan 1 (satu) Pasal baru di antara Pasal 3 dan Pasal 4 dalam SK63 yaitu Pasal
3A tentang acuan dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko (DPAR) dan dokumen
Perjanjian Pemberian Amanat (PPA).
15. SK 111/2014
Pasal 2
(2) Asosiasi didirikan dengan tujuan:
a. membantu perkembangan Perdagangan Berjangka Komoditi dengan
bekerjasama dengan semua pemangku kepentingan;
b. mengupayakan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang terlibat
dalam sektor Perdagangan Berjangka Komoditi melalui pendidikan dan
pelatihan;
c. meningkatkan profesionalisme, kompetensi, dan kepatuhan para Anggotanya
terhadap peraturan perundang-undangan terutama peraturan
perundangundangan di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi melalui
penerapan kode etik profesi;
d. memperjuangkan kepentingan para Anggotanya di bidang Perdagangan
Berjangka Komoditi; dan
e. melakukan sosialisasi kepada para Anggotanya di seluruh Indonesia.
Pasal 6
(1) Setiap pihak yang telah memperoleh perizinan di bidang Perdagangan Berjangka
Komoditi dan Bappebti wajib menjadi Anggota.
SURAT EDARAN
16. SE 81/2005
Ketentuan Penerimaan / Pengelolaan Amanat Nasabah
17. SE 141/2010
Larangan Pialang Berjangka untuk Melakukan Transaksi Kontrak Berjangka
18. SE 151/2012
Kewajiban Pialang Berjangka untuk Mengumumkan melalui Media Massa atas
terjadinya Perubahan atau Penambahan Data Profil Perusahaan
19. SE 10/2014
Penegasan Ketentuan SK110/2014 tentang Perubahan Kedua SK63/2008 tentang
Ketentuan Teknis Perilaku Pialang Berjangka
Materi Muatan
Pialang Berjangka wajib melakukan penyesuaian dokumen DPAR dan PPA paling lama
3 (tiga) bulan sejak SK110 ditetapkan.
20. SE 11/2014
Penegasan Ketentuan SK107/2013 tentang Perubahan Kedua SK99/2012 tentang
Penerimaan Nasabah secara Elektronik On-line di bidang PBK
Materi Muatan
a. Penerimaan Nasabah secara elektronik on-line di bidang PBK dapat dilakukan
untuk transaksi:
1) Kontrak Berjangka;
2) Kontrak Derivatif dalam Sistem Perdagangan Alternatif; dan
b. Untuk Kontrak Derivatif dalam SPA dgn volume min. 0,1 lot hanya dapat
dilaksanakan secara elektronik on-line.
e. Dalam pengisian data diri, Nasabah wajib melampirkan dokumen pendukung yang
telah di-scan yakni:
a) KTP/SIM/Paspor (dapat pilih salah satu); dan
b) Rekening Koran Bank 3 (tiga) bulan terakhir yang dipergunakan sebagai
tempat penyetoran dan penarikan margin. Jika lebih dari 1, maka wajib
melampirkan seluruh rekening Bank dimaksud.
21. SE 34/2014
Materi muatan:
a. Bappebti tidak menerbitkan perizinan baru di bidang SPA terhitung sejak 15 Maret
2014;
b. Pembukaan kantor cabang dimohonkan ke Bappebti sebelum tanggal 15 Maret
2014;
c. Berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang apabila
diperlukan.
Tata Cara dalam menyelesaikan sengketa (dispute) di dalam PBK dapat melalui:
1. Musyawarah Mufakat (Negosiasi dan Mediasi)
- Mediasi Internal Perusahaan Pialang
- Mediasi yang difasilitasi oleh Bursa Berjangka atau Komite Perilaku dan
Keanggotaan Bursa Berjangka
2. Lembaga Arbitrase
Badan Arbitrase Perdagangan Berjangka Komoditi (BAKTI)
3. Pengadilan Negeri
Dalil dimaksudkan untuk meyakinkan pihak Dalil dimaksudkan untuk meyakinkan arbiter
lawan
Prosedur informal Prosedur agak formal
Hasil akhir: perdamaian atau deadlock Hasil akhir: keputusan arbiter final & mengikat
(binding)
Para Pihak memberi kewenangan kepada Arbiter untuk memutuskan sengketa pada
tingkat pertama dan terakhir.
J. BAHAN TAMBAHAN
Keanggotaan Bursa Berjangka
1. Pedagang Berjangka (mendapat Sertifikat Pendaftaran)
a. Pedagang Perusahaan,
b. Pedagang Perorangan.
2. Pialang Berjangka (mendapat Izin Usaha)
3. Pemegang Saham Pendiri (Pasal 12 Ayat (2) UU 32/1997)
K. CONTOH HEDGING
1. Andre memiliki lahan ditanam kopi 5000 pohon, akan dipetik pada bulan Oktober
2014. Hasil yang diperkirakan setelah diproses jadi grade 4B 10 ton. Harga di pasar
fisik tanggal 4 Agustus 2014 Rp9000 dan di pasar berjangka November Rp9100.
Andre panen dan diproses dengan hasil 4B sebesar 10 ton. Harga di pasar fisik
Rp8800/kg dan di pasar berjangka Rp8900/kg.
Bagaimana cara Andre terhindar dari fluktuasi harga?
Jawab:
Jawab:
Pasar Fisik Basis Pasar Berjangka
Beli Pound di $2.0510 -$0.032 Jual Pound di $2.0830
Jual Pound di $1.9850 -$0.032 Beli Pound di $2.0170
Rugi $0.0660 Untung $0.0660
Jadi Pound yang diterima $1.9850 (hasil jual) ditambah dgn untung $0.0660
menjadi $2.0510
2. Seorang nasabah memasang order Fill or Kill Buy 3 lot kontrak GOL April pada harga
Rp 402.500/gr. Best ask kontrak GOL April di harga Rp 402.500/gr sebanyak 2 lot.
Berapa lot order nasabah tersebut yang terlaksana (done)?
Jawab: Tidak done.
4. Suatu pabrik memiliki kewajiban untuk mengirimkan Olein ke pasar dalam 3 bulan
mendatang saat pertengahan bulan Ramadhan. Pabrik tersebut tidak memiliki
tanki yang cukup untuk menyimpan stok produksi maupun gudang untuk
menyimpan bahan baku produksi sehingga bahan baku yang datang segera diolah
dan hasilnya dikirimkan. Apakah yang sebaiknya dilakukan oleh pabrik tersebut?
Jawab: Beli Olein dan menghubungi Kliring Berjangka untuk mencarikan pihak-
pihak yang menyewakan tanki untuk sementara.
5. Sebuah pabrik mie instan berorientasi sangat potensial untuk melakukan hedging
di JFX. Kontrak apa saja yang bisa digunakan untuk aktivitas hedging pabrik
tersebut dan risiko fluktuasi harga apa yang bisa di-hedge dengan produk-produk
tersebut?
Jawab: Kontrak Olein (untuk pengolahan mie) dan KIE (untuk melindungi rupiah)
=== oo ===