Anda di halaman 1dari 21

ANGGARAN DASAR

ANGGARAN RUMAH TANGGA


LEMBAGA ADAT PASER BORNEO
ANGGARAN DASAR
LEMBAGA ADAT PASER BORNEO 
 
Mukaddimah
‫س ِم هّللا ِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي‬
ْ ِ‫ب‬ 
Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
 
Bahwa sesungguhnya zaman menunjukkan perkembangan budaya dan ulayat Paser terbentang luas di hamparan
bumi nusantara. Bahasa sebagai aspek adat dan budaya adalah memperkukuh keluasaan dan tingginya peradaban
Paser diantara budaya bangsa lain. Namun, kelangsungan peradaban ini belum mendapat dukungan yang
sepenuhnya, baik dari perilaku kebijakan maupun kekuasaan pada era kini. Bahwa negara Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah negara berdasarkan
atas hukum yang menjamin eksistensi pertumbuhan dan perkembangan adat dan budaya masyarakat/puak/suku
bercirikan keanekaragaman, merupakan modal kepribadian bangsa sesuai dengan BHINNEKA TUNGGAL IKA.
 
Bahwa pembangunan adat dan budaya secara berkesinambungan sudah merupakan komitmen bangsa dan
mendapat tempat dalam garis politik yang diwujudkan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.
Masyarakat Paser merupakan bagian integral bangsa Indonesia yang memiliki tanggung jawab untuk melakukan
pembinaan, pemeliharaan, dan pemberdayaan dalam rangka sistem ketahanan budaya nasional untuk mewujudkan
masyarakat yang relegius, beradab, berkeadilan, makmur dan sejahtera untuk memajukan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Oleh karena itu, diperlukan wadah untuk mempersatukan masyarakat yang berbahasa dan berbudaya
Paser serta beragama dirumpun Paser.
 
Berdasarkan pertemuan para tokoh adat dan cendikia budaya Paser pada 18 Juni 1971, menghasilkan kesepakatan
sebagai wujud tanggung jawab keberadaan, pelestarian, dan perkembangan adat serta budaya Paser, maka dibentuk
suatu wadah mempersatukan masyarakat Paser yang diberi nama “LEMBAGA ADAT PASER BORNEO” disingkat LAPB,
dengan Anggaran Dasar sebagai berikut;
 
 

 BAB I
NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN, DAN KEDAULATAN
 
Pasal 1
Organisasi ini bernama LEMBAGA ADAT PASER BORNEO disingkat LAPB

LAPB didirikan pada tanggal 9 September 2018 di Medan sampai jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.

LAPB di tingkat pusat berkedudukan di Ibukota Kecamatan Long Kali,Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, untuk
sementara waktu ditentukan berkedudukan di Long Kali.

LAPB dapat membentuk Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah, Pengurus Cabang, dan Pengurus Ranting di seluruh
wilayah Ulayat Paser, Kesatuan Republik Indonesia dan Pengurus Perwakilan di daerah-daerah di Indonesia atau
negara asing lainnya jika dianggap perlu. (vide Pasal 10 butir 6)

Pasal 2

Kedaulatan organisasi tertinggi berada sepenuhnya di tangan anggota.


  
BAB II
AZAS, SIFAT, DAN BENTUK
 
  Pasal 3
LAPB berazaskan Hukum Adat Paser, Pancasila dan UUD 1945
 
Pasal 4
LAPB bersifat independen, kekeluargaan, sosial budaya, inovatif dan terbuka untuk mengembangkan hal-hal yang
produktif.
 
Pasal 5
LAPB merupakan wadah berhimpunnya orang-orang Paser, dan masyarakat bangsa diluar Paser yg berkomitmen
untuk membangun dalam kelestarian adat dan budaya Paser, dan satu-satunya wadah bagi organisasi masyarakat
Paser.

LAPB merupakan organisasi adat dan budaya yang melestarikan serta menumbuh kembangkan peradaban Paser.

BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN
 
Pasal 6
Organisasi ini bermaksud untuk;
Menghimpun, menggalang, dan membina serta menggerakkan seluruh potensi masyarakat rumpun Paser,
khususnya masyarakat Paser Indonesia dalam rangka meningkatkan karya nyata untuk kesejahteraan Bangsa Paser
dan Bangsa Indonesia.

Menggali, memupuk, memelihara dan menumbuhkembangkan kebudayaan Paser sebagai unsur kebudayaan
nasional, dengan tidak menolak unsur budaya lain dalam rangka memperkaya peradaban Paser.

Pasal 7
Organisasi ini bertujuan untuk;

Mengangkat harkat dan martabat masyarakat Paser yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dengan
melakukan berbagai usaha dan kegiatan untuk mencapai suatu cita-cita mulia.

Menjalin kerja sama dengan organisasi sosial lainnya dalam kehidupan berbudaya, beragama, dan bernegara.

Meningkatkan pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial budaya masyarakat Paser untuk disumbangkan kepada
kepentingan nasional.

BAB IV
LAMBANG ORGANISASI, PATAKA, DAN MARS MABMI
 
 Pasal 8

Lambang LAPB adalah perisai berbentuk segi lima, di dalamnya berwarna dasar Merah Putih, terdapat mata rantai,
terjalin daun kombat dan sarumbolum, melingkari peta Borneo(Kalimantan),dengan kembang karang/ketowong
bungo yang berisi mangkuk putih, dengan beras kuning, telur ayam kampong,janur kelapa, dan lilin. Diatas itu semua
ada sebuah bintang emas. Perisai bagian dalam berwarna hijau, dan kedua kuning emas. Lingkaran yang melingkupi

lambang Paser tadi, berwarna Hitam tebal, kemudian Tulisan “LEMBAGA ADAT PASER BORNEO” dan “PENGURUS
TERTINGGI”

Penetapan dan penggunaan lambang, logo, pataka, dan mars ditetapkan dalam MUBES.

 
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI
 
Pasal 9
Struktur organisasi Lembaga Adat Paser Borneo di tingkat Pengurus Tertinggi terdiri dari;

Dewan Pembina

Dewan Adat

Dewan Pakar
Dewan Penasehat

Pengurus

 Pasal 10
Struktur organisasi Lembaga Adat Paser Borneo di tingkat Pengurus Wilayah/Pengurus Daerah terdiri dari;

Dewan Pembina

Dewan Adat

Dewan Penasehat

Pengurus

Pasal 11
 
Struktur organisasi Lembaga Adat Paser Borneo di tingkat Kecamatan/Ranting terdiri dari;

Dewan Pembina

Dewan Adat

Dewan Penasehat

Pengurus

 
Pasal 12

Pengurus Tertinggi (PT) di tingkat pusat


Pengurus Wilayah (PW) di tingkat provinsi
Pengurus Daerah di tingkat Kabupaten/Kota
Pengurus Cabang (PC) di tingkat Kecamatan
Pengurus Ranting (Ranting) di tingkat Desa/Kelurahan
Pengurus Perwakilan yang ada di negara asing jika dianggap perlu.

BAB VI
KEANGGOTAAN
 
Pasal 13

Anggota LAPB terdiri atas anggota biasa, kader, anggota istimewa, dan kelembagaan.
Anggota biasa adalah setiap orang perseorangan dan masyarakat Paser yang berdomisili di dalam atau di Luar
negeri.

Anggota kader adalah setiap anggota yang telah mengikuti kaderisasi LAPB di setiap tingkatan

Anggota istimewa adalah setiap orang, masyarakat, dan organisasi di luar LAPB yang ditetapkan oleh pengurus besar.

Anggota kelembagaan adalah;

Setiap orang pendiri LAPB yang mendeklarasikan berdirinya LAPB pada tanggal 9 September 2018 yang masih aktif.

Setiap organisasi yang berafiliasi LAPB dan menyatakan dalam Anggaran Dasar mendukung LAPB

Setiap organisasi LAPB lainnya yang sudah ada dan akan ada di kemudian hari yang telah menyatakan organisasinya
sebagai organisasi pendukung LAPB dan telah memperoleh pengesahan dari Pengurus Tertinggi LAPB

Pasal 14
Anggota LAPB berhak untuk;

Memilih dan dipilih menjadi anggota pengurus

Memberikan suara, saran, dan usul

Mendapatkan pembinaan dan bimbingan dari organisasi

Mendapat perlindungan hukum dari organisasi

Pasal 15
Anggota LAPB berkewajiban mematuhi;

AD/ART, peraturan organisasi dan kebijakan organisasi

Membayar iuran anggota

Membina dan mengembangkan cita-cita organisasi

Memberikan bantuan moral dan material bila diperlukan organisasi

BAB VII
KEWAJIBAN PENGURUS
 
Pasal 16
Pengurus MABMI berkewajiban;

Menjaga marwah dan citra jati diri Melayu


Memimpin, membina, mengembangkan organisasi, memberi petunjuk, mengarahkan serta mewakili organisasi
sesuai dalam tingkatan

Mematuhi dan mentaati AD/ART Lembaga Adat Paser Borneo (LAPB)

Mematuhi instruksi dan kebijakan Pengurus Tertinggi LAPB.

Menjalankan dan melaksanakan keputusan musyawarah dan rapat di semua tingkatan.

Mempertanggungjawabkan segala kegiatan pada setiap musyawarah selama masa bhakti sesuai dengan tingkatan
kepengurusan.

BAB VIII
MUSYAWARAH DAN RAPAT
 
Pasal 17

Musyawarah di setiap tingkatan mempunyai 3 (tiga) agenda utama, yaitu;

Mempertanggungjawabkan kinerjanya selama masa bhakti yang telah berjalan.

Menyusun program-program kerja yang ril dan logis untuk kemajuan organisasi LAPB

Mencari dan menetapkan pengurus yang dianggap mampu untuk melaksanakan program kerja.

Pasal 18
Musyawarah dalam LAPB terdiri dari;

Musyawarah Besar (MUBES) di tingkat pusat

Musyawarah Wilayah (MUSWIL) di tingkat provinsi

Musyawarah Daerah (MUSDA) di tingkat Kabupaten/Kota

Musyawarah Cabang (MUSCAB) di tingkat keccamatan

Musyawarah Ranting (MUSRAN) di tingkat desa/kelurahan

Musyawarah Luar Biasa (MUSLUB) dapat diadakan di semua tingkatan

Pasal 19
Rapat dalam LAPB terdiri dari;

Rapat pengurus

Rapat pimpinan
Rapat kerja

BAB IX
KEKAYAAN/ KEUANGAN ORGANISASI
 
Pasal 20

Kekayaan keuangan organisasi diperoleh dari;

Uang pangkal dan Iuran anggota, iuran Masyarakat

Bantuan pihak lain yang tidak mengikat

Hibah dan wasiat

Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Pengelolaan kekayaan keuangan organisasi dilakukan secara tertib, transparan, dan dapat dipertanggung jawabkan.

BAB X
PENGESAHAN DAN PERUBAHAN AD/ART
 
Pasal 21

Anggaran Dasar disahkan dalam MUBES

Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan dalam MUBES atau MUBESLUB

BAB XI
PEMBUBARAN LEMBAGA
 
Pasal 22

Lembaga ini dapat dibubarkan oleh MUBES atau MUBESLUB yang khusus diadakan untuk itu.

Apabila terjadi pembubaran lembaga, maka pemanfaatan harta kekayaan baik benda bergerak maupun tidak
bergerak milik organisasi diputuskan dalam MUBES atau MUBESLUB.

BAB XII
PENUTUP

Pasal 23
Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain.
 
Pasal 24
Hal-hal yang belum diatur dalan Anggaran Dasar ini akan diatur dan dijabarkan dalam Anggaran Rumah Tangga.
 

 ===============================================================================================
=========== 
ANGGARAN RUMAH TANGGA
LEMBAGA ADAT PASER BORNEO

 
BAB I
NAMA DAN PENGERTIAN
 
Pasal 1
Organisasi ini bernama “Lembaga Adat Paser Borneo” atau disingkat “LAPB” mengandung makna sebagai berikut;

Lembaga Adat Paser Borneo dimaksudkan sebagai organisasi central masyarakat Paser, didirikan di Long Kali, Paser
Provinsi Kalimantan Timur sejak/pada tanggal 9 September 2018, yang bergerak di dalam bidang sosial budaya dan
untuk menampung, menghimpun serta menggalang segenap potensi dan aspirasi yang berkembang di dalam
masyarakat Paser di Indonesia, agar mengembangkan adat dan budaya serta peradaban masyarakat Paser demi
perkembangan budaya dan peradaban bangsa Indonesia.

Yang dimaksud dengan “ADAT” ialah tata cara dan tata krama kebiasaan secara turun temurun.

Yang dimaksud dengan “BUDAYA” ialah adab dan peradaban manusia untuk kebutuhan hidup dan meliputi seluruh
kegiatan manusia.

Yang dimaksud dengan “Paser” ialah masyarakat, rumpun atau bangsa yang menempati Ulayat Paser di Kalimantan,
berbahasa Paser, dan beradat istiadat budaya Paser.
BAB II
LAMBANG ORGANISASI, PATAKA, MARS, DAN HIMNE LAPB
 
Pasal 2
Makna lambang sebagai berikut;

Perisai berbentuk segi lima bermakna berlandaskan kepada nilai-nilai dasar negara Pancasila, dan latar bulat merah
putih melambangkan kebulatan tekad untuk menjaga NKRI, yang berani dan menjalankan Amanah masyarakat
dengan kebersihan hati dan keikhlasan yang menjadi tujuan hidup masyarakat Paser

Lima butir rantai bermakna kesatuan dan sifat mempersatukan, berdasar pada lima sila yg menjadi pondasi
menjalankan Amanah Lembaga. Latar peta Borneo/Kalimantan adalah symbol wilayah ulayat masyarakat Paser

Jalinan kombat dan Sarumbolum, bermakna kesejahteraan kepada manusia, Kesehatan jiwa dan raga, hati dan
pikiran yang tenang serta kebijaksanaan yang tinggi dalam menjalankan fungsi-fungsi Lembaga, untuk kepentingan
Masyarakat Paser

Kembang karang/ketowong bungo dengan janur kelapa, lilin menyala, telur ayam kampung dan lilin, melambangkan
tetap menjaga Adat Istiadat, Adab, seni tradisional dan lelaku leluhur, agar menjadi masyarakat Paser yang
berbudaya, berkompentensi tinggi namun tetap menjaga kelestarian adat budaya

Bintang emas, adalah perlambang visi dan misi yang tinggi dan menjadi satuntarget pencapaian Bersama

Perisai dalam berwarna hijau, melambangkan pertahanan terhadap kelestarian alam, dan perisai kedua berwarna
kuning emas perlambang pertahanan terhadap potensi sumber daya alam, baik nabati,hewani maupun material dan
mineral

Lingkaran yang melingkupi dan berwarna hitam, berarti kekuatan,berat, formalitas,keseriusan,misterius dan
kerahasiaan

Tulisan Pengurus Tertinggi dan Lembaga Adat Paser Borneo adalah identitas Lembaga tersebut dan jenjang wilayah
kepengurusan

BAB III
KEANGGOTAAN
 
Pasal 3
Anggota biasa terdiri dari;
Anggota pasif yaitu setiap orang yang mengaku dirinya Paser atau non Paser
Anggota aktif yaitu setiap orang yang mengaku dirinya Paser atau non Paser dan terdaftar

Pasal 4
Anggota kader adalah setiap anggota yang telah mengikuti kaderisasi LAPB di setiap tingkatan.
 
Pasal 5

Anggota istimewa adalah seseorang yang dianggap berjasa dalam membesarkan LAPB

Anggota istimewa ditetapkan oleh Pengurus Tertinggi atas usulan dari Pengurus Wilayah atau Pengurus Daerah.

Pasal 6

Pemberhentian anggota karena;


Meninggal dunia
Atas permintaan sendiri
Melanggar AD/ART atau peraturan organisasi atas pengesahan Pengurus Besar dan berhak membela diri dalam
Musyawarah Besar Lembaga Adat Paser Borneo
Pemberhentian pengurus di setiap tingkatan dapat dilakukan;
Berdasarkan ayat 1 poin i, ii, dan iii
Berdasarkan keputusan Rapat Pleno dengan persetujuan dari pengurus setingkat di atasnya.
Untuk ketua umum Pengurus Tertinggi diputuskan dalam MUBES dan MUBESLUB.
Untuk ketua pada Pengurus Wilayah diputuskan oleh MUSWIL dan MUSWILLUB
Untuk ketua pada Pengurus Derah diputuskan oleh MUSDA atau MUSDALUB
Untuk ketua pada Pengurus Cabang dan ranting diputuskan oleh MUSCAB atau MUSCABLUB.
Pengurus di setiap tingkatan dapat memberikan nasihat, teguran, dan peringatan secara bijaksana yang bersifat
mendidik dan membangun, baik secara lisan maupun tertulis kepada jajarannya.Adapun Denda Adat atau Sanksi
Adat akan dilaksanakan terhadap anggota kepengurusan oleh Pengurus Tertinggi berdasarkan situasi dan kondisi
yang disepakati

Pasal 7
Pembekuan Pengurus

Pengurus Tertinggi dapat membekukan pengurus wilayah dan pengurus daerah dengan berdasarkan Rapat Pleno
setelah diberikan 3 (tiga) kali peringatan berturut-turut.
Setelah dibekukan dengan alasan tertentu, Pengurus Tertinggi dapat membentuk care taker guna membentuk
pengurus yang defenitif.

Pengurus Wilayah dan atau satu Pengurus Daerah dapat membekukan Pengurus Cabang dan Pengurus Ranting
setelah diberikan 3 (tiga) kali peringatan berturut-turut.

Setelah dibekukan dengan alasan tertentu, Pengurus Wilayah dan atau Pengurus Daerah dapat membentuk care
taker guna membentuk pengurus yang defenitif.

BAB IV
KEPENGURUSAN
 
Pasal 8
Susunan Pengurus Dewan Pimpinan Pusat Tertinggi terdiri dari;
Ketua Umum
Wakil Ketua Umum
Sekretaris Umum
Wakil Sekretaris Umum (berjumlah 2 Orang)
Bendahara Umum
Wakil Bendahara Umum (berjumlah 1 orang)
Ketua Harian dan
Ketua Departemen (berjumlah 10 orang)
Departemen-Departemen

Pasal 9
Susunan Pengurus Dewan Pimpinan Wilayah terdiri dari;
Ketua
Waki Ketua (berjumlah 10 orang)
Sekretaris
Wakil Sekretaris (berjumlah 2 orang)
Bendahara
Wkl.Bendahara (berjumlah 1 orang)
Biro-biro
Pasal 10

Susunan Pengurus Dewan Pimpinan Daerah terdiri dari;


Ketua
Wakil Ketua (berjumlah 10 orang)
Sekretaris
Wkl. Sekretaris (berjumlah 2 orang)
Bendahara
Wkl.Bendahara (berjumlah 1 orang)
Bidang-bidang

Pasal 11
Susunan Pengurus Dewan Pimpinan Cabang terdiri dari;
Ketua
Beberapa Wakil Ketua (sebanyak-banyaknya 10 orang)
Sekretaris
Wkl. Sekretaris (berjumlah 2 orang)
Bendahara
Wkl.Bendahara (berjumlah 1 orang)
Bahagian-bahagian
Pasal 12
Susunan Pengurus Dewan Pimpinan Ranting terdiri dari;
Ketua
Beberapa Wakil Ketua (sebanyak-banyaknya 10 orang)
Sekretaris
Wkl. Sekretaris (berjumlah 2 orang)
Bendahara

Wkl.Bendahara (berjumlah 1 orang)

Seksi-seksi
Pasal 13
Masa Bhakti kepengurusan;

Masa bhakti DPPT adalah berdasarkan pada batas kemampuan dan kesepakatan/mufakat.

Masa bhakti PW/PD adalah 5 tahun kalender

Masa bhakti PC adalah 4 tahun kalender

Masa bhakti ranting 3 tahun kalender

Pasal 14
Pergantian anggota pengurus antar tenggang waktu dapat dilakukan di semua tingkatan pengurus, yang diputuskan
dalam rapat pleno pengurus pada semua tingkatan dengan persetujuan pengurus satu tingkat di atasnya. Terkecuali
pada Pengurus Tertinggi, dilakukan dengan Rapat Pleno lengkap yang dihadiri oleh Depertemen, Pengurus Harian,
Ketua Umum dan hasilnya dituangkan dalam Surat Keputusan Pengurus Tertinggi/PT

BAB V
DEWAN PENASIHAT
 

Pasal 15

Dewan Pembina

Pasal 16
Dewan Adat
 
Pasal 17
 Dewan Pakar
 
Pasal 18
Dewan Penasihat

Susunan keanggotaan Dewan Penasihat di semua tingkatan yang (kata yang = BUANG) ditetapkan oleh musyawarah
di setiap tingkatan.

Dewan penasihat terdiri dari;

Presiden RI, Ketua MPR RI, Ketua DPR RI, Ketua DPD RI, Kejaksaan Agung RI, dan Mahkamah Agung RI serta tokoh
nasional di tingkat Pengurus Besar.

MUSPIDA PLUS, pemangku adat, dan pemuka masyarakat di tingkat wilayah.

MUSPIDA PLUS, pemangku adat, dan pemuka masyarakat di tingkat daerah.

MUSPIKA, tokoh adat, dan pemuka masyarakat di tingkat cabang.

Kepala Desa/Lurah, tokoh adat, dan pemuka masyarakat di tingkat ranting.

Pasal 16
Tugas Dewan Penasihat;

Dewan penasihat bertugas untuk memberikan nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kepengurusan
organisasi untuk kepentingan kemajuan organisasi.

Pertimbangan dan nasihat diberikan baik diminta atau tidak diminta oleh dewan pengurus yang bersifat tidak
mengikat.

Dewan penasihat terdiri dari tokoh adat, cendikiawan, dan birokrat.

Susunan Anggota Dewan Penasihat di tingkat Wilayah/Daerah/Cabang dan Ranting ditetapkan oleh pengurus
Wilayah/Daerah/Cabang/Ranting bersangkutan, dengan memperhatikan juga usul dari rapat pleno di masing-masing
tingkatan.
 
BAB VI
DEWAN ADAT
 
 Pasal 17

Dewan Adat adalah pemangku adat/ kepala masyarakat adat di wilayah adatnya masing-masing.

Pemangku adat/Kepala masyarakat adat di seluruh wilayah rumpun Paser dapat menjadi Dewan Adat Paser Borneo,
apabila di daerah tersebut telah berdiri Pengurus Wilayah atau Pengurus Daerah LAPB.

Dewan Adat berada di tingkat Pengurus Tertinggi, PW dan PD

Dewan adat memberikan nasihat dan saran kepada Pengurus Tertinggi untuk mencapai maksud dan tujuan
organisasi yang berkenaan dengan adat Paser.

Pengurus besar dapat mengusulkan kepada Dewan Adat untuk penganugerahan gelar adat kepada seseorang.

BAB VII
MUSYAWARAH DAN RAPAT
 
Pasal 19

MUBES merupakan kedaulatan tertinggi LAPB yang diadakan sekali dalam 3(tiga) tahun.

MUBESLUB diadakan atas permintaan 2/3 dari Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah secara tertulis ataupun atas
prakarsa Pengurus Tertinggi sendiri.

Peserta MUBES atau MUBESLUB adalah;

Dewan Penasihat

Dewan Adat

Pengurus Besar

Utusan dari Pengurus Wilayah

Utusan dari Pengurus Daerah

Organisasi pendiri yang telah mendapat pengesahan dari Pengurus Tertinggi

Organisasi pendukung yang telah mendapat pengesahan dari Pengurus Tertinggi.

Peninjau yang telah mendapat pengesahan dari Pengurus Tertinggi.


Keabsahan Ketua Umum terpilih dituangkan dalam Surat Keputusan MUBES atau MUBESLUB

Keabsahan komposisi PB MABMI hasil MUBES atau MUBESLUB yang terdiri dari Dewan Pimpinan Pusat, Dewan
Penasihat, Dewan Adat, Pengurus Harian, dan Departemen dituangkan dalam Surat Keputusan yang ditandatangani
oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jendral terpilih.

Pasal 20

MUSWIL merupakan kedaulatan tertinggi ditingkat wilayah yang diadakan dalam 2 (dua) tahun sekali.
MUSWILLUB dapat diadakan atas permintaan 2/3 dari pengurus daerah secara tertulis dan mendapat persetujuan
dari pengurus besar.
Peserta MUSWIL atau MUSWILLUB adalah;
Utusan dari Pengurus Tertinggi
Dewan Penasihat tingkat wilayah
Pengurus Wilayah
Utusan dari pengurus daerah
Peninjau yang telah mendapat pengesahan dari pengurus wilayah.
Keabsahan komposisi Pengurus Wilayah MABMI hasil MUSWIL atau MUSWILLUB yang terdiri dari Dewan Adat,
Dewan penasihat, Pengurus Harian, dan biro dituangkan dalam surat keputusan Pengurus Tertinggi LAPB

Pasal 21

MUSDA merupakan kedaulatan tertinggi ditingkat Daerah yang diadakan dalam 2 (dua) tahun sekali.

MUSDALUB dapat diadakan atas permintaan 2/3 dari pengurus cabang secara tertulis dan mendapat persetujuan
dari wilayah atau Pengurus Tertinggi.

Peserta MUSDA atau MUSDALUB adalah;

Utusan dari Pengurus Tertinggi

Utusan Pengurus Wilayah (jika ada)

Dewan Adat

Dewan Penasihat tingkat Daerah

Pengurus Daerah

Utusan dari Pengurus Caerah

Peninjau yang telah mendapat pengesahan dari Pengurus Daerah.


Keabsahan komposisi Pengurus Daerah LAPB, hasil MUSDA atau MUSDALUB yang terdiri dari Dewan Adat, Dewan
penasihat, Pengurus Harian, dan bidang dituangkan dalam surat keputusan Pengurus Wilayah LAPB.

Dalam hal belum terbentuknya pengurus wilayah LAPB, surat keputusan komposisi Pengurus Daerah sebagaimana
disebutkan pada ayat 4 diatas, dituangkan dalam surat kep utusan Pengurus Tertinggi LAPB

Pasal 22

MUSCAB merupakan kedaulatan tertinggi ditingkat cabang yang diadakan dalam 1 (satu) tahun sekali.
MUSCABLUB dapat diadakan ataspermintaan 2/3 dari pengurus ranting secara tertulis dan mendapat persetujuan
dari pengurus daerah.
Peserta MUSCAB atau MUSCABLUB adalah;
Utusan PD
Dewan Penasehat
Pengurus Cabang
Utusan Ranting
Keabsahan komposisi Pengurus Cabang MABMI hasil MUSCAB atau MUSCABLUB yang terdiri dari Dewan penaasihat,
pengurus harian, dan bahagian dituangkan dalam surat keputusan Pengurus Daerah LAPB

Pasal 23

MUSRAN merupakan kedaulatan tertinggi ditingkat ranting yang diadakan dalam 1 (satu) tahun sekali.
Peserta MUSRAN adalah;
Utusan dari pengurus cabang
Dewan penasihat tingkat ranting
Pengurus ranting
Anggota yang telah mendapat pengesahan dari pengurus ranting
Keabsahan komposisi pengurus ranting LAPB hasil MUSRAN yang terdiri dari dewan penasihat, pengurus harian, dan
seksi dituangkan dalam surat keputusan Pengurus Cabang LAPB.

BAB VIII
HAK SUARA
 
Pasal 24
Organisasi ini lebih mengutamakan mengambil keputusan secara musyawarah dan mufakat sebagai sendi budaya
bangsa, dan hanya dalam keadaan tertentu baru mengambil jalan pemungutan suara (voting) terbanyak.

Meskipun tidak mempunyai hak suara, pendapat dari dewan penasihat dan dewan adat diberi kesempatan untuk
didengar dan dipertimbangkan dalam setiap musyawarah.

Pasal 25

Musyawarah Besar dan Musyawarah Besar Luar Biasa;


Pengurus Tertinggi mempunyai 1 hak suara (one delegate one vote) yang mempunyai mandat berdasarkan pleno PT
LAPB sebelumnya.
Pengurus Wilayah masing-masing mempunyai 1 hak suara (one delegate one vote) yang membawa mandat
berdasarkan pleno Pengurus Wilayah.
Pengurus Daerah masing-masing mempunyai 1 hak suara (one delegate one vote) yang membawa mandat
berdasarkan pleno Pengurus Daerah sebelumnya.
Organisasi pendiri dan pendukung masing-masing mempunyai 1 hak suara (one delegate one vote) yang telah
mendapat pengesahan kepesertaan dari Pengurus Tertinggi
Peninjau dapat diadakan jika dianggap perlu, mempunyai hak dipilih namun tidak mempunyai hak memilih.
Musyawarah wilayah dan musyawarah wilayah luar biasa;
Pengurus Tertinggi mempunyai 1 hak suara (one delegatie one vote) berdasarkan mandat tugas
Pengurus wilayah mempunyai 1 hak suara (one delegatie one vote) berdasarkan mandat tugas`
Pengurus daerah masing-masing mempunyai 1 hak suara (one delegatie one vote) berdasarkan mandat tugas.
Pengurus cabang masing-masing mempunyai 1 hak suara (one delegatie one vote) berdasarkan mandat tugas.

Dalam mengenai LPJ pengurus cabang memberikan tanggapan malalui pengurus daerah-nya masing-masing.
Peninjau adapat diadakan jika dianggap perlu, mempunyai hak dipilih namun tidak mempunyai hak memilih.
Musyawarah daerah dan musyawarah daerah luar biasa;
Pengurus wilayah mempunyai 1 hak suara (one delegate one vote) berdasarkan mandat tugas, jika belum
mempunyai PW maka hak dan kewajiban PW diambil alih oleh DPPT.
Pengurus Daerah mempunyai 1 hak suara (one delegatie one vote) berdasarkan mandat tugas.
Pengurus cabang masing-masing mempunyai 1 hak suara (one delegatie one vote) berdasarkan mandat tugas.

Jika PC yang ada kurang dari 4, maka setiap PC mempunyai 2 suara dengan mandat khusus berdasarkan pleno PC
sebelumnya.
Peninjau dapat diadakan jika dianggap perlu, mempunyai hak dipilih namun tidak mempunyai hak memilih.
Musyawarah Cabang dan Musyawarah cabang luar biasa;
Pengurus daerah mempunyai 1 hak suara (one delegate one vote) berdasarkan mandat tugas.
Pengurus cabang mempunyai 1 hak s
uara (one delegatie one vote) berdasarkan mandat tugas.
Jika PC yang ada kurang dari 4, maka setiap PC mempunyai 2 suara dengan mandat khusus berdasarkan pleno PC
sebelumnya.
Peninjai dapat diadakan jika dianggap perlu, mempunyai hak dipilih namun tidak mempunyai hak memilih.
Musyawarah ranting
Pemilihan pengurus berdasarkan musyawarah mufakat, peserta yang hadir dipimpin oleh utusan PC lapb.
 
BAB IX
QUORUM
Pasal 26
Musyawarah;
Setiap pelaksanaan musyawarah maupun musyawarah luar biasa disetiap tingkatan, dikatakan quorum apabila
dihadiri oleh 2/3 (dua pertiga) dari jumlah peserta yang seharusnya menjadi peserta musyawarah.

Dalam pengambilan keputusan, tetap mengacu kepada azas musyawarah mufakat, namun bila tidak dapat diambil
keputusan secara musyawarah mufakat, maka pengambilan keputusan dilakukan dengan cara pemungutan suara
(voting).

Keputusan dianggap sah apabila memperoleh suara minimal ½ N + 1 dari peserta.

Khusus untuk perubahan AD/ART, dan pembubaran organisasi, keputusan dianggap sah apabila mendapat
persetujuan 2/3 (dua pertiga) dari peserta yang hadir.

Pasal 27
Rapat;

Setiap pelaksanaan rapat disetiap tingkatan dinyatakan quorum apabila dihadiri oleh ½ N + 1 dari peserta yang
seharusnya menjadi peserta.

Apabila rapat tidak memenuhi quorum, ketua dapat menunda selama 30 (tiga puluh) menit

Apabila sampai 30 (tiga puluh) menit, rapat juga tidak memenuhi quorum sebagaimana disebutkan pada ayat 2
diatas, maka ketua dapat menunda rapat selama 15 (lima belas) menit.

Apabila setelah ditunda sebagaimana disebutkan pada ayat 3 diatas, ketua dapat melanjutkan rapat dan dianggap
memenuhi quorum.
Dalampengambilan keputusan, tetap mengacu kepada azas musyawarah mufakat, namun bila tidak dapat diambil
keputusan secara musyawarah mufakat, maka pengambilan keputusan dilakukan dengan cara pemungutan suara
(voting).

Apabila ketua berhalangan dalam pelaksanaan rapat, ketua dapat mendelegasikan kepada pengurus harian yang
ditunjuk.

Pasal 28 
Aturan Peralihan
Khusus dalam pelaksanaan MUBES LAPB berikutnya, pelaksanaan Sidang Paripurna tentang Pemilihan Ketua Umum,
maka masih menggunakan AD/ART hasil MUBES sebelumnya.
 
Pasal 29
Dalam hal belum adanya pengurus wilayah disuatu provinsi, maka peran dan fungsi pengurus wilayah dimaksud

menjadi kewenangan Pengurus Tertinggi sampai Terbentuknya pengurus Wilayah yang definitif.
 
Pasal 30
Dalam rangka pengembangan LAPB, apabila disuatu wilayah (provinsi)/Daerah(kabupaten/kota)/Cabang
(kecamatan)/Ranting (desa/Kelurahan)belum mempunyai lembaga LAPB, maka pengurus setingkat di atasnya dapat
membentuk mandataris dalam waktu tertentu dengan tugas untuk membentuk lembaga LAPB dibawahnya guna
terselenggaranya musyawarah untuk dapat menyusun kepengurusan yang definitif.
 
Pasal 31
Hal-hal yang belum diatur dalam ART akan ditetapkan dengan Peraturan Organisaasi

Tanah Grogot 27 Desember 2022


PIMPINAN

Sudirman S.Pd.

Anda mungkin juga menyukai