Anda di halaman 1dari 46

ANGGARAN DASAR

DAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PERSATUAN ORANG MELAYU
(POM)
ANGGARAN DASAR
ANGGARAN DASAR
PERSATUAN ORANG MELAYU (POM)

MUKADDIMAH

Bahwa atas rahmat Allah Yang Maha Kaya dan Kuasa, Bangsa Indonesia
dikaruniai sebuah negara yang indah dan kaya sumber daya alamnya yang didiami
berbagai suku dengan adat istiadat masing-masing yang merupakan suatu khasanah
budaya yang sangat kaya. Suku Melayu merupakan suatu wangsa, di atas bangsa,
karena ia tersebar di dunia yang melintasi antar pulau dan negara. Sehingga Suku
Melayu bukan hanya ada di Indonesia, Malaysia, Brunei dan Singapura tapi juga di
Philipina, Thailand, Kamboja, Vietnam, Afrika Selatan, dan lain-lain hingga ke kepulauan
Madagaskar.

Khusus masyarakat Melayu yang tersebar seluruh Kalimantan Barat merupakan


salah satu suku asli Kalimantan Barat yang telah mendiami tanah ini sejak lebih dari 1000
tahun silam yang memiliki peradaban, warisan adat-istiadat dan budaya tinggi yang
bersendikan ajaran agama Islam. Bahkan salah satu Kerajaan Melayu tertua sudah ada
sejak tahun 1300 M, dan hampir semua Kabupaten/Kota di Kalbar terdapat satu atau
beberapa Kerajaan Melayu. Warisan adat dan budaya Melayu yang telah mengakar di
Kalbar ini harus dipelihara, dikembangkan serta dihayati sebagai sumber inspirasi dan
pendorong bagi kemajuan pembangunan yang adil di Kalbar dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Dilatarbelakangi oleh tenggelamnya Budaya Melayu dan Semangat Kemelayuan


yang belasan tahun terakhir semakin pudar, dimana identitas dan simbol Melayu semakin
tergerus secara sistematis dan struktural, sehingga menimbulkan gejolak batin yang kuat
dan kegelisahan mendalam di hati kami atas kondisi Melayu salah satunya di Kalbar.
Sementara itu, pelaksanaan Syiar Islam juga mendapati beberapa halangan dan
hambatan bahkan penolakan oleh pihak lain dengan menggunakan simbol suku tertentu.
Padahal Muslim seperti di Kalbar adalah Mayoritas Melayu yang Semuanya adalah
Muslim. Hanya satu solusi untuk mengakhiri kondisi ini yakni Harus ada Perjuangan
Sistematis untuk Mengangkat Marwah Melayu secara Massif terutama di Kalbar karena
hanya Marwah Melayu lah yang bisa dijadikan Benteng Islam di Kalbar.

Dengan berdasarkan kesadaran dan keyakinan tersebut di atas, kami mendirikan


organisasi Persatuan Orang Melayu yang disingkat POM yang merupakan
metamorphosis dari Persatuan Mahasiswa Melayu (PMM) yang kami dirikan pada bulan
Maret 2012. POM membawahi beberapa Organisasi Sayap yakni Satria Pembela Melayu
(SPM), Persatuan Puan Melayu (PPM), Persatuan Sarjana Melayu (PSM), Persatuan
Mahasiswa Melayu (PMM), dan Persatuan Pelajar Melayu (PPrM). POM juga memiliki
beberapa badan dan/atau lembaga khusus yakni Ikatan Cendekia Melayu (ICM),
Lembaga Advokasi Hukum, Lembaga Dakwah Melayu , Persatuan Silat Melayu
Kalimantan Barat (PSMKB), Amal Jariyah Kita (AJaK), dan Koperasi.
BAB I
NAMA, TEMPAT, PANJI DAN PATAKA, LAMBANG, MARS, DAN WAKTU

Bagian Kesatu
Nama

Pasal 1
Organisasi ini bernama Persatuan Orang Melayu yang disingkat menjadi POM.

Bagian Kedua
Tempat dan Kedudukan

Pasal 2
Pengurus Pusat POM berkedudukan di Kota Pontianak Kalimantan Barat

Bagian Ketiga
Panji dan Pataka

Pasal 3
POM mempunyai Panji dan Pataka berupa bendera organisasi berwarna dasar hitam
dengan lambang organisasi ditengahnya dan tulisan POM dibawah lambang.

Bagian Keempat
Lambang

Pasal 4
Lambang POM terdiri Bingkai Segi delapan yang didalamnya terdapat Tulisan Persatuan
Orang Melayu berwarna kuning, membentang memayungi Empat buah tangan bereratan
membentuk segi empat berwarna Biru diatas, merah dikiri, hijau dibawah dan ungu
dikanan, ditengah tangan ada bintang dan bulan berwarna hijau dan didasari persegi
empat berwana kuning, Terdapat dua bilah keris berwarna putih dengan gagang
berwarna kuning, serta Terdapat Tulisan POM.

Bagian Kelima
Lagu

Pasal 5
POM memiliki lagu Mars POM yang Berjudul Tegaknya Persatuan Melayu

Bagian Keenam

Waktu dan Pendiri


Pasal 6
1. POM merupakan metamorfosis Persatuan Mahasiswa Melayu Kalbar yang didirikan
tahun 2012 oleh Agus Setiadi sebagai Pendiri dan Ketua Persatuan Mahasiswa
Melayu.
2. POM didirikan di Pontianak pada tanggal 26 Februari 2017 untuk jangka waktu yang
tidak ditentukan.
3. Nama-nama Pendiri POM dimuat dalam ART.

Bagian Ketujuh
Tempat dan Kedudukan

Pasal 7
Pengurus Pusat POM berkedudukan di Kota Pontianak Kalimantan Barat

BAB II
ASAS, SIFAT, FUNGSI, VISI DAN TUJUAN

Bagian Kesatu
Asas

Pasal 8
Berasaskan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan berlandaskan Islam sesuai
Prinsip Adat Bangsa Melayu yakni Adat Bersendikan Syara’, Syara’ Bersendikan
Kitabullah. Oleh karena itu, Melayu tak bisa dipisahkan dari Islam.

Bagian Kedua
Sifat

Pasal 9
POM adalah organisasi sosial kultural bersifat Independen dan tak berada dibawah partai
politik manapun. Peduli, Idealis, Religius dan Terbuka yang berbentuk organisasi
masyarakat (ormas).

Bagian Ketiga
Fungsi

Pasal 10
Sebagai wadah komunikasi, konsolidasi, koordinasi, perjuangan dan pergerakan untuk
kepentingan Melayu dan Muslim.

Bagian Keempat
Visi dan Misi
Pasal 11
Visi
Melayu Bertuah Karena Menjaga Tradisi, Melayu Bermartabat Karena Kuat dan Mandiri.

Pasal 12
Misi
Menjadi Harapan, Pembela dan Suara Aspirasi Masyarakat Melayu dan Muslim.
Bagian Kelima

Pasal 13
Tujuan
1. Mengangkat dan Melestarikan Budaya Melayu serta Memperjuangkan Marwah
Melayu dan Islam.
2. Membangun persatuan Melayu dengan berlandaskan semangat dan jiwa
persaudaraan yang kuat serta ditopang solidaritas yang tinggi sesama anggota POM.
3. Membangun ikatan kekeluargaan yang tinggi, mempererat silaturahmi dan
meningkatkan kerja sama serta membumikan sikap saling tolong menolong sesama
anggota POM.
4. Mempromosikan dan membumikan budaya serta simbol Melayu Indonesia sebagai
warisan Peradaban Tinggi Nusantara yang harus dijaga dan lestarikan.
5. Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari ancaman pihak asing
serta paham-paham yang bertentangan dengan Agama dan Pancasila.
6. Mendorong terbentuknya Badan Usaha untuk meningkatkan kesejahteraan anggota
POM dan masyarakat melayu pada umumnya.

BAB III
KEDAULATAN

Pasal 14
Kedaulatan tertinggi organisasi berada di Muktamar dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
DPP POM.

BAB IV
USAHA

Pasal 15
Usaha Persatuan Orang Melayu (POM) yang diwujudkan dalam bentuk amal usaha,
program, dan kegiatan meliputi:
1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman,
meningkatkan pengamalan, serta menyebarluaskan Budaya Melayu yang melekat
dalam ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan
2. Membina, memfasilitasi dan mendorong pengembangan potensi kreativitas, karakter
dan kekuatan fisik angggota dalam meningkatkan kualitas iman, ilmu, kepribadian,
dan mental.
3. Mendorong dan meningkatkan kepedulian sosial anggota dan masyarakat dalam
kegiatan dan aksi sosial.
4. Mendorong pengembangan dan peningkatan peran pemuda, penguasaan ilmu dan
teknologi dalam rangka mengangkat martabat Puak Melayu dalam pergaulan
internasional.
5. Menggali dan mengembangakan potensi seni budaya Melayu di masing-masing
daerah sebagai upaya memperkaya khasanah budaya nasional serta pengembangan
pariwisata yang tidak bertentangan dengan ajaran agama dan adat istiadat.
6. Membangun kekuatan ekonomi dan membumikan jiwa entrepreneurship di kalangan
anggota POM sebagai jati diri Melayu yang telah terkenal sebagai saudagar dan
pelaut.
7. Menggalang kerja sama antara berbagai pihak atas dasar kesetaraan, saling
menguntungkan serta usaha-usaha lain yang sah menurut hukum dan bermanfaat
bagi kepentingan anggota dan masyarakat.

BAB V
KEANGGOTAAN, ORGAN SAYAP, BADAN DAN LEMBAGA, SERTA PERANGKAT
ORGANISASI

Bagian Kesatu
Keanggotaan

Pasal 16
1. Anggota POM Terdiri dari :
b. Simpatisan adalah masyarakat yang mengikuti atau berpartisipasi kegiatan POM
c. Anggota Biasa Adalah Setiap orang yang berminat bergabung dengan POM dan
terdaftar sebagai anggota POM.
d. Anggota Kehormatan adalah seseorang yang dianggap berjasa terhadap POM
dalam pengembangan Budaya Melayu di Indonesia
2. Hak dan kewajiban serta peraturan lain tentang keanggotaan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.

Bagian Kedua
Organisasi Sayap, Badan dan Lembaga Otonom

Pasal 17
Pengertian dan Ketentuan
1. Organisasi Sayap, Badan dan Lembaga Otonom ialah satuan organisasi di bawah
POM yang memiliki wewenang mengatur rumah tangganya sendiri, dengan
bimbingan dan pembinaan oleh Pimpinan POM.
2. Organisasi Otonom terdiri atas organisasi otonom umum dan organisasi otonom
khusus.
3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi Sayap, Badan dan
Lembaga Otonom disusun oleh Organisasi Sayap, Badan dan Lembaga Otonom
masing-masing berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga POM.
4. Organisasi sayap terdiri dari :
i. Persatuan Pelajar Melayu (PPrM)
ii. Persatuan Mahasiswa Melayu (PMM)
iii. Persatuan sarjana Melayu (PSM)
iv. Satria Pembela Melayu (SPM)
v. Persatuan Puan Melayu (PPM)
5. Badan dan/atau Lembaga Otonom Umum dari :
i. Ikatan Cendekia Melayu (ICM)
ii. Persatuan Silat Melayu Kalimantan Barat (PSMKB)
iii. Lembaga Dakwah Melayu
6. Badan dan/atau Lembaga Otonom khusus terdiri dari :
1. Amal Jariyah Kita (AJaK)
2. Lembaga Advokasi Hukum
3. Lembaga Pendidikan
4. Koperasi
7. Pembentukan dan pembubaran Organisasi Sayap, Badan dan Lembaga Otonom
ditetapkan oleh oleh DPP dalam Musyawarah yang dituangankan dalam AD/ART
Organisasi Sayap, Badan dan Lembaga Otonom.
8. Ketentuan lain mengenai Organisasi Sayap, Badan dan Lembaga Otonom diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga.

Bagian Ketiga
Perangkat Organisasi

Pasal 18
Perangkat Organisasi POM ada ditingkat pusat maupun ditingkat provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa serta luar negeri.

Bagian Keempat
Struktur Organisasi

Pasal 19
Struktur Pengurus POM terdiri dari :
1. Dewan Pengurus Pusat (DPP)
2. Dewan Pengurus Wilayah (DPW)
3. Dewan Pengurus Daerah (DPD)
4. Dewan Pengurus Cabang (DPC)
5. Pengurus Anak Cabang (PAC)
Bagian Kelima
Alat Kelengkapan

Pasal 20
Penasehat Agung
Penasehat Agung adalah tokoh Nasional yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap
perkembangan POM.

Pasal 21
Dewan Pembina
Dewan Pembina adalah tokoh yang dianggap mampu dan memiliki kepedulian terhadap
perkembangan organisasi secara moril atau materiil.
BAB VI
PERMUSYAWARATAN DAN RAPAT

Pasal 22
Musyawarah dan rapat dalam POM, terdiri dari :
1. Musyawarah
a) Muktamar
b) Muswil ( Musyawarah Wilayah)
c) Musda ( Musyawarah Daerah )
d) Muscab ( Musyawarah Cabang)
e) Musyawarah Anak Cabang
2. Rapat Pimpinan
a) Rapimnas ( Rapat Pimpinan Nasional)
b) Rapimwil ( Rapat Pimpinan Wilayah )
c) Rapimda ( Rapat Pimpinan Daerah )
d) Rapimcab ( Rapat Pimpinan Cabang )
e) Rapat Pimpinan Anak Cabang
3. Rapat Kerja
4. Rapat Pleno
5. Rapat-rapat selanjutnya dimuat di ART

BAB VII
PEMBENTUKAN DAN PELANTIKAN

Bagian Kesatu
Pembentukan

Pasal 23
Untuk pembentukan kepengurusan POM suatu daerah, sepenuhnya diserahkan kepada
masing-masing kepengurusan yang membawahi :
1. Untuk kepengurusan wilayah disebut DPW, diserahkan kepada Tim Formatur yang
dibentuk oleh Pemegang Mandat Pembentukan Kepengurusan Provinsi setelah
disetujui oleh DPP dengan masa berlaku mandat selama 6 bulan
2. Untuk pembentukan kepengurusan wilayah Kalimantan Barat disebut DPW Kalbar
sementara belum diperlukan sambil menunggu perkembangan POM diluar wilayah
Kalimantan Barat, karena kedudukan DPP berada di Kalbar dan untuk tugas wilayah
dilaksanakan oleh Pengurus Harian DPP.
3. Untuk kepengurusan daerah disebut DPD, diserahkan kepada Tim Formatur yang
dibentuk oleh Pemegang Mandat Pembentukan Kepengurusan Kabupaten/Kota
setelah disetujui oleh DPW dan diketahui DPP dengan masa berlaku mandat selama
3 bulan.
4. Untuk Kepengurusan cabang disebut DPC, diserahkan sepenuhnya kepada
Pemegang Mandat yang disetujui oleh DPD Kabupaten/Kota untuk kemudian
membentuk Tim Formatur yang akan membentuk Kepengurusan Cabang. Masa
berlaku mandat selama 3 bulan
5. Untuk Kepengurusan anak cabang disebut PAC, diserahkan sepenuhnya kepada
Pemegang Mandat yang disetujui oleh DPC untuk kemudian membentuk Tim
Formatur yang akan membentuk Kepengurusan Anak Cabang. Masa berlaku
mandat selama 3 bulan.

Bagian Kedua
Pelantikan

Pasal 24

Setelah mekanisme Pembentukan, maka masuk dalam tahap Pelantikan yang


mekanisme pelantikannya sebagai berikut :
1. PAC (Pengurus Anak Cabang) dilantik oleh DPC (Dewan Pengurus Cabang)
2. DPC (Dewan Pengurus Cabang) dilantik oleh DPD ( Dewan Pengurus Daerah)
3. DPD (Dewan Pengurus Daerah) dan DPW (Dewan Pengurus Wilayah) dilantik oleh
DPP (Dewan Pengurus Pusat)
4. DPD dan DPW sebelum Pelantikan, Wajib melaporkan Pembentukan Kepengurusan
ke Pemerintah Daerah sesuai jenjang dan menyampaikan tembusan laporannya ke
DPP
5. PAC dan DPC sebelum Pelantikan, Wajib melaporkan Pembentukan Kepengurusan
ke Pemerintah Daerah sesuai jenjang dan menyampaikan ke DPP melalui DPD.

BAB VII
HUBUNGAN ANTAR ORGANISASI

Pasal 25
POM menjalin hubungan kerjasama yang bersifat terbuka antar dengan unsur
pemerintah, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan
Potensi masyarakat manapun sepanjang untuk pengembangan kapasitas organisasi atau
kebaikan/kemaslahatan ummat serta dalam rangka melaksanakan program kerja untuk
mencapai tujuan organisasi dan tujuan bersama
BAB VIII
PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KEKAYAAN

Pasal 26
1. Keuangan POM bisa diperoleh dari :
a) Uang pangkal atau iuran anggota.
b) Sumbangan yang tidak mengikat.
c) Usaha-usaha lain yang sah.
2. Kekayaan organisasi adalah semua benda bergerak dan tidak bergerak yang
diperoleh secara sah dan halal, merupakan kekayaan organisasi.

BAB IX
PENYELESAIAN SENGKETA DAN PENGAWASAN ORGANISASI

Pasal 27
1. Yang dimaksud dengan sengketa dalam hal ini adalah perselisihan diantara
pengurus dan/atau anggota yang membahayakan keutuhan organisasi.
2. Pedoman penyelesaian sengketa adalah kemurnian azas, keluhuran budi, Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi lainnya, persatuan dan
kesatuan serta keutuhan organisasi.
3. Penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan hirarki organisasi.
4. Apabila dipandang perlu, dapat dibentuk tim khusus yang disetujui oleh pihak-pihak
yang bersengketa.
5. Apabila sengketa tidak dapat diselesaikan dan sengketa tersebut dinilai
membahayakan keutuhan organisasi, maka pengurus organisasi pada hirarki
diatasnya berhak mengambil kebijaksanaan yang dianggap perlu.
6. Ketetapan dalam memutuskan kebijakan tentang mekanisme penyelesaian sengketa
dan pengawasan organisasi dapat melalui Rapat Pimpinan Pusat yang dihadiri ½ + 1
syarat Rapat Pimpinan Pusat.

BAB X
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 28
1. Anggaran Rumah Tangga menjelaskan dan mengatur hal-hal yang tidak diatur dalam
Anggaran Dasar.
2. Anggaran Rumah Tangga dibuat oleh Pimpinan Pusat berdasarkan Anggaran Dasar
dan disahkan Dalam Rapat Pleno Dewan Pengurus Pusat.
3. Dalam keadaan yang sangat memerlukan perubahan,Pimpinan Pusat dapat
mengubah Anggaran Rumah Tangga dan berlaku sampai disahkan oleh Pengurus
Pusat.
BAB XI
PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 29
1. Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan dalam suatu Muktamar Luar Biasa
yang diadakan untuk itu yang dipandang melenceng atau mengkhianati konstitusi
organisasi POM.
2. Ketentuan Pembubaran organisasi diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

BAB XII
PENUTUP

Pasal 30
1. Pada saat Anggaran Dasar ini berlaku, Anggaran Dasar yang ditetapkan di
Pontianak pada tanggal 30 Desember 2017 dan atau aturan yang mangatur hal yang
sama dengan peraturan ini sebelum Anggaran Dasar ini dibuat, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
2. Anggaran Dasar ini berlaku sejak ditetapkan.

Pontianak, 11 April 2021


DEWAN PENGURUS PUSAT
PERSATUAN ORANG MELAYU

Agus Setiadi, SE Kusmayadi Thabrani, SH


Ketua Umum Sekretaris Jendral
ANGGARAN RUMAH TANGGA
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PERSATUAN ORANG MELAYU (POM)

BAB I
TEMPAT, LOGO DAN ATRIBUT

Bagian Kesatu
Tempat dan Kedudukan

Pasal 1
POM berkedudukan di Kota Pontianak Kalimantan Barat dapat dibentuk serta
dikembangkan di tingkat Provinsi,Kabupaten/Kota hingga tingkat Kecamatan dan
Desa/Kelurahan se-Indonesia, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. POM dapat juga
mendirikan perwakilan di luar negeri untuk menaungi masyarakat Melayu.

Bagian Kesatu
Lambang dan Atribut POM

Lambang
Pasal 2
1. Lambang POM sebagaimana dimaksud dalam Anggarang Dasar Pasal 4 adalah
sebagai berikut:

2. Lambang POM mencerminkan bidang adat istiadat dalam wadah persatuan,


kerjasama, profesionalitas dan tujuan organisasi yang masing-masing berbentuk dan
terdiri dari :
a. Bingkai Segi delapan berwarna putih melambangkan tujuan mulia organisasi
yang suci dan anggotanya untuk mendarmakan diri menumbuh dan
mengembangkan, memelihara dan mewarnai adat istiadat dan khasanah
Melayu dan Islam.
b. Kalimat Persatuan Orang Melayu berwarna kuning, membentang memayungi
dan berada dalam bingkai segi delapan, melambangkan kekuatan,
kebersamaan dan kesetiakawanan adalah yang melahirkan kedaulatan dan
kejayaan.
c. Empat buah tangan bereratan membentuk segi empat berwarna Biru diatas,
merah dikiri, hijau dibawah dan ungu dikanan, melambangkan latar belakang
anggota organisasi saling berbeda-beda namun kuat dalam kegiatan menjaga
marwah Melayu dan Islam.
d. Gambar bintang dan bulan berwarna hijau dan didasari persegi empat berwana
kuning, menunjukkan sifat dan ciri khas organisasi sebagai wadah dari
anggotanya yang menjalankan keyakinan yang dilindungi negara.
e. Terdapat dua bilah keris berwarna putih dengan gagang berwarna kuning,
menunjukan ketegasan dan keberanian.
f. Tulisan kata POM berwarna merah untuk mempertegas nama organisasi dan
melambangkan kemandirian serta semangat juang pantang mundur dalam
memperjuangkan kepentingan maupun aspirasi anggotanya di Kalimantan Barat.
g. Secara keseluruhan maka Lambang POM mencerminkan Main Programing,
yaitu “Menumbuhkan Keberanian, Solidaritas dan Persatuan adalah jalan
Kejayaan”dengan Motto Salam Puak Melayu, Satu Hati, Satu Rase.
3. Bendera POM berbentuk persegi panjang berukuran Persegi panjang berukuran dua
berbanding tiga lambang POM di tengah dan tulisan Nama Institusi di bawahnya,
berwarna dasar Hitam dengan tulisan berwarna putih, seperti berikut:

….…….………………

Penggunaan Logo dan Atribut POM


Pasal 3
1. Logo POM merupakan logo yang mutlak, tidak dapat berubah, maupun diubah.
2. Logo boleh digunakan sebagai Pin Tanjak dan Baju Resmi POM
3. Baju Pendekar dan Baju Telok Belange merupakan baju Resmi POM dengan Tanjak
sebagai Ciri Khas Penutup kepala
4. Pemakaian baju pendekar dan tanjak disesuaikan dengan kegiatan atau acara yang
akan dihadiri
5. Pemakaian Pin POM di baju pendekar atau telok belange harus memperhatikan
kaidah sebagai berikut :
a. Meletakkan simbol POM disebelah kiri bagian dada, sedangkan untuk badge nama
diletakkan sebelah kanan dada.
b. Pemberian Bintang Jasa, Jabatan dan Kehormatan akan melalui proses seleksi
yang diatur dalam Keputusan Dewan Pengurus Pusat.
c. Pemberian Tanda Jasa dan Kehormatan akan melalui proses seleksi yang diatur
dalam Keputusan Dewan Pengurus Pusat.
d. Pemberian sebagaimana dimaksud ayat 5 huruf b, diberikan pada pengurus dan
anggota POM.
e. Pemberian sebagaimana dimaksud ayat 5 huruf c, diberikan pada eksternal POM.
6. Untuk setiap kegiatan yang melibatkan POM sebagai peserta atau kepanitiaan, wajib
mencantumkan Logo POM pada Banner atau Spanduk atau Pamflet.
7. Untuk setiap kepengurusan, diwajibkan memiliki Bendera POM.
8. Ketentuan untuk memperjual belikan secara bebas baju keanggotaan POM atau baju
berlogo POM, diatur dalam Keputusan Dewan Pengurus Pusat.
9. Penggunaan logo dan atribut diatur dalam Keputusan Dewan Pengurus Pusat.

Bagian Kedua
Panji dan Pataka

Pasal 4
1. Panji POM terkait warna, ukuran, bentuk dan bahan diatur dalam Keputusan Dewan
Pengurus Pusat
2. Pataka POM berwarna dasar hitam, berumbai, berukuran 95 cm x 135 cm, dengan
bahan beludru, dan berlogo POM yang dibordir.

Bagian Ketiga
Mars POM

Pasal 5
1. Sebagai penyemangat organisasi, maka dibuatkan Mars
2. Pom mempunyai Mars dengan judul Tegaknya Persatuan Melayu yang diciptakan
oleh Agus Setiadi dan Hermanto
3. Lirick MARS POM sebagai berikut:

SELAMAT DATANG, KAMEK UCAPKAN


DI PERSATUAN ORANG MELAYU
DENGAN SEMANGAT, KITA KOBARKAN
BERJUANG DEMI MARWAH DAN AGAMA

SALING PERDULI, BERKASIH SAYANG


SADARLAH KAWAN KITE BERSAUDARE
SATUKANLAH HATI, SATUKANLAH RASE
MENJADI HARAPAN PUAK MELAYU

AYO SAUDARE SEMUE


KITE BERSALAM, BERJABAT TANGAN
SALING MERANGKUL, BEKERJESAME
DEMI TEGAKNYA PERSATUAN MELAYU
2X

SELAMAT DATANG, KAMEK UCAPKAN


DI PERSATUAN ORANG MELAYU
DENGAN SEMANGAT, KITA KOBARKAN
BERJUANG DEMI MARWAH DAN AGAMA

HAPUS IRI DENGKI DARI HATI INI


HINDARKAN PERBEDAAN YANG MERUSAK
HAL BESAR KITE KECILKAN
HAL KECIL KITE HILANGKAN

AYO SAUDARE SEMUE


KITE BERSALAM, BERJABAT TANGAN
SALING MERANGKUL, BEKERJE SAME
DEMI TEGAKNYA PERSATUAN MELAYU
2x

DEMI TEGAKNYA PERSATUAN MELAYU

Bagian Keempat

Pendiri POM
Pasal 6
Pendiri terdiri dari:
1. Agus Setiadi
2. Nandar Resky Ramadhan
3. Lukmanul Hakim
BAB II
KEANGGOTAAN

Pasal 7
Simpatisan

Simpatisan POM adalah masyarakat yang mengikuti atau berpartisipasi kegiatan POM
baik partisipasi dalam bentuk materi atau materiil.

Pasal 8
Anggota Biasa
1. Anggota biasa harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Memiliki identitas diri, mendaftarkan diri, berbudaya Melayu dan beragama Islam
b. Berasal dari Melayu Serumpun dari semua kalangan, usia, gender dan strata
yang mendaftar menjadi anggota POM dan terdaftar sebagai anggota POM.
c. menerima dan menyetujui Azas, Tujuan, Sifat, dan Usaha Organisasi serta
memenuhi dan menerima syarat-syarat yang telah ditetapkan.
2. Ketentuan mengenai pendaftaran anggota akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Organisasi.

Pasal 9
Anggota Kehormatan
1. Anggota kehormatan adalah seseorang yang dianggap berjasa terhadap POM atau
karena kewibawaannya dan keahliannya diperlukan atau bersedia membantu POM
dalam pengembangan Budaya Melayu di Indonesia.
2. Anggota Kehormatan adalah orang yang memiliki kearifan, kontribusi istimewa dan
dipandang layak karena jasa dan pengabdian/sumbangsihnya pada organisasi POM
dan wangsa Melayu
3. Menerima dan menyetujui AD/ART dan Peraturan Organisasi serta memenuhi dan
menerima syarat-syarat yang telah ditetapkan.
4. Calon anggota kehormatan ditetapkan oleh DPP dalam Rapat Pimpinan.
5. Ketentuan mengenai penetapan anggota kehormatan akan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Organisasi.

Pasal 10
1. Anggota Biasa dan anggota Kehormatan bisa berdomisili di dalam dan luar negeri
serta harus beragama Islam.
2. Keanggotaan POM diperoleh melalui pendaftaran anggota POM;
3. Anggota yang terdaftar akan memperoleh Nomor Induk Anggota (NIA) dan Kartu
Tanda Anggota (KTA) yang diterbitkan oleh DPP;
4. NIA berlaku seumur hidup, sedangkan KTA berlaku selama 5 (lima) tahun;
5. Setiap anggota hanya boleh terdaftar di satu wilayah dan/atau cabang.
6. Jika terjadi perpindahan domisili, maka KTA tetap berlaku dan akan diganti setelah
masa berlaku habis.

Pasal 11
Syarat-syarat Keanggotaan
1. Beragama Islam.
2. Melayu/Campuran/Serumpun dan suku lain yang berbudaya Melayu.
3. Sanggup mentaati dan melaksanakan semua AD/ART dan Peraturan Organisasi.
4. Mengajukan pendaftaran menjadi anggota POM.

Pasal 12
Kewajiban Anggota
1. Menjunjung tinggi nama baik, tujuan dan marwah organisasi.
2. Tunduk dan patuh pada Konstitusi Organisasi.
3. Mendukung dan mensukseskan seluruh pelaksanaan program organisasi.
4. Setia kepada organisasi dan kepengurusan yang sah serta taat pada pimpinan.
5. Membina hubungan baik sesama anggota diluar dan di dalam organisasi.
6. Membayar iuran anggota yang ketentuannya diatur dalam masing-masing tingkat
kepengurusan.

Pasal 13
Hak Anggota
1. Memperoleh perlakuan yang sama/adil dalam organisasi.
2. Memperoleh pelayanan, pembelaan, pendidikan dan bimbingan dari organisasi.
3. Menghadiri rapat anggota, mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan,
memberikan usul dan saran yang bersifat membangun.
4. Melakukan pembelaan terhadap keputusan organisasi atas dirinya.

Pasal 14
Berakhirnya Keanggotaan
1. Anggota Biasa dan dan Anggota Kehormatan POM berhenti karena :
a) Meninggal Dunia
b) Berhenti Atas Permintaan Sendiri
c) Diberhentikan karena tidak mematuhi peraturan dan ketentuan organisasi
dan/atau dianggap mencemarkan nama baik organisasi dan pengurus.
2. Seseorang yang berhenti dari keanggotaan POM atas permintaan sendiri, dapat
diajukan secara tertulis maupun secara lisan kepada Pengurus Setempat.
3. Seseorang yang berhenti karena ayat 1 point b dan c, maka yang bersangkutan tidak
lagi memiliki hak untuk menggunakan tanda jasa, jabatan dan kehormatan dan
mengatasnamakan POM.
4. Pengunduran diri atas permintaan sendiri yang diajukan secara lisan yang disaksikan
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Pengurus untuk diteruskan kepada Pengurus
Setempat untuk ditindaklanjuti.

Pasal 15
Proses Pemberhentian Anggota
1. Anggota POM dapat diberhentikan apabila :
a) Dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap AD/ART dan Peraturan
Organisasi.
b) Melaksanakan perbuatan yang mencemarkan nama baik organisasi dan
masyarakat Melayu pada umumnya.
2. Sebelum diberhentikan, anggota yang bersangkutan diberi peringatan tertulis oleh
Pengurus Anak Cabang atau Pengurus Cabang atau Pengurus Daerah/Wilayah
dimana anggota tersebut berdomisili berdasarkan hasil Rapat Dewan Pengurus
Setempat.
3. Apabila terjadi permasalahan ditingkat PAC, DPC, DPD dan DPW tidak terselesaikan
dan tidak terakomodir oleh kepengurusan setempat, maka proses pemberhentian
anggota akan diambil alih oleh Dewan Pengurus Pusat.
4. Anggota yang diberhentikan tetap dapat membela diri atau naik banding kepada DPP
melalui rapat Pengurus harian, dan DPP mengambil keputusan paling lama 30 (tiga
puluh) hari kalender sejak permohonan banding diterima.

BAB III
DEWAN PENGURUS

Tingkatan Kepengurusan
Pasal 16
1. Ditingkat pusat disebut Dewan Pengurus Pusat disingkat DPP.
2. Ditingkat Provinsi disebut Dewan Pengurus Wilayah disingkat DPW.
3. Ditingkat Kabupaten/Kota disebut Dewan Pengurus Daerah disingkat DPD.
4. Ditingkat Kecamatan disebut Dewan Pengurus Cabang disingkat DPC.
5. Ditingkat Kelurahan/Desa disebut Pengurus Anak Cabang disingkat PAC

Syarat Pengurus
Pasal 17
1. Anggota Aktif.
2. Memiliki solidaritas yang tinggi, mau berkorban, memiliki kepedulian yang kuat dan
semangat juang Membela Marwah Melayu dan Agama.
3. Berakhlak baik, mau berkorban, memiliki dedikasi dan loyalitas (integritas) kepada
organisasi dan pimpinan.
4. Mau bekerja sama, loyal kepada pimpinan dan bersedia secara aktif menjalankan
tugas-tugas sebagai pengurus dalam tim work.
5. Telah memiliki NIA berlaku seumur hidup dan KTA Aktif
6. Ketentuan Syarat pengurus yang belum diatur ditetapkan dalam keputusan Dewan
Pengurus Pusat

Pasal 18
Dewan Pengurus Pusat
1. Dewan pengurus pusat (DPP) adalah pemimpin tertinggi organisasi yang dibentuk
Muktamar yang bertugas melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab organisasi
keluar atau kedalam dengan masa jabatan 5(lima) tahun.
2. Dewan Pengurus Pusat terdiri dari :
a. Ketua Umum
b. Wakil Ketua Umum Bidang Internal
c. Wakil Ketua Umum Bidang External
d. Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan
e. Sekretaris Jenderal
i. Wakil Sekretaris Jenderal I disingkat Wasekjend I membidangi Administrasi
ii. Wakil Sekretaris Jenderal II disingkat Wasekjend II membidangi
Kerumahtanggaan
f. Bendahara Umum
i. Wakil Bendahara Umum I disingkat Wabendum I membidangi Pengeluaran
ii. Wakil Bendahara Umum II disingkat Wabendum II membidangi Pemasukan
g. Departemen-Departemen
i. Bidang Internal
- Departemen Syiar Islam
- Departemen Kebijakan Strategis
- Departemen Bisnis dan Ekonomi Kreatif
ii. Bidang Eksternal,
- Departemen Hubungan Masyarakat
- Departemen Komunikasi dan Informasi
- Departemen Sosial Kemasyarakatan

iii. Bidang Pengembanganl,


- Departemen Pendidikan dan Sumber Daya Manusia
- Departemen Pembinaan dan Pengembangan Organisasi
- Departemen Pengembangan Seni Budaya
h. Staf Kesekretariatan
Terdiri dari minimal dua orang berada dibawah Sekretaris Jenderal
3. Departemen diketuai oleh seorang Kepala Departemen yang disingkat Kadept dan
minimal mempunyai dua orang anggota departemen.
4. Kepala Departemen berada dibawah Koordinasi Wakil Ketua Umum sesuai
Bidangnya masing-masing.
5. Wasekjend berada dibawah Koordinasi Sekretaris Jenderal
6. Wabendum berada dibawah Koordinasi Bendahara Umum
7. Wakil Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan Bendahara Umum Bertanggungjawab
Kepada Ketua Umum
8. Dewan Pengurus Pusat memberikan pertanggungjawaban pada Muktamar.

Pasal 19
Dewan Pengurus Wilayah
1. Dewan Pengurus Wilayah dipilih dari dan oleh anggota dalam Musyawarah Wilayah
(MUSWIL) untuk jabatan 3 (tiga) tahun.
2. DewanPengurus Wilayah adalah pimpinan organisasi di tingkat Wilayah yang bersifat
kolektif yang dibentuk dalam Musyawaran Wilayah (MUSWIL) yang bertugas
melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab organisasi ditingkat Provinsi
3. DewanPengurus Wilayah dapat dibentuk di setiap propinsi dan perwakilan Luar
Negeri.
4. DewanPengurus Wilayah wajib berjumlah ganjil terdiri dari :
a) Ketua
b) Wakil Ketua
c) Sekretaris
d) Bendahara
e) Divisi-Divisi
i. Divisi Syiar Islam
ii. Divisi Kebijakan Strategis
iii. Divisi Bisnis dan Ekonomi Kreatif
iv. Divisi Hubungan Masyarakat
v. Divisi Komunikasi dan Informasi
vi. Divisi Sosial Kemasyarakatan Divisi Pendidikan dan Sumber Daya Manusia
vii. Divisi Pendidikan dan Sumber Daya Manusia
viii. Divisi Pembinaan dan Pengembangan Organisasi
ix. Divisi Pengembangan Seni Budaya
5. Masing-masing Divisi diketuai oleh seorang Kepala Divisi yang disingkat Kadiv dan
minimal mempunyai dua orang anggota Divisi.
6. Pengurus Harian Dewan Pengurus Wilayah adalah Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris,
Bendahara dan Kepala Divisi;
7. Jika diperlukan DPW dapat menambah Wakil Sekretaris dan Wakil Bendahara sesuai
kebutuhan;
8. Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Kepala Divisi Bertanggungjawab Kepada
Ketua;
9. Dewan Pengurus Wilayah memberikan pertanggungjawaban dalam Mussyawarah
Wilayah (MUSWIL).
Pasal 20
Dewan Pengurus Daerah
1. Dewan Pengurus Daerah dipilih dalam Musyawarah Daerah
untuk jabatan 3 (tiga) tahun.
2. Dewan Pengurus Daerah adalah pimpinan organisasi di tingkat Daerah yang bersifat
kolektif yang dibentuk dalam Musyawaran Daerah (MUSDA) yang bertugas
melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab organisasi ditingkat Kabupaten/Kota.
3. Dewan Pengurus Daerah dapat dibentuk di setiap Kabupaten/Kota di indonesia.
4. Dewan Pengurus Daerah berjumlah ganjil terdiri dari :
a) Ketua
b) Wakil Ketua
c) Sekretaris
d) Bendahara
e) Divisi-Divisi
i. Divisi Syiar Islam
ii. Divisi Kebijakan Strategis
iii. Divisi Bisnis dan Ekonomi Kreatif
iv. Divisi Hubungan Masyarakat
v. Divisi Komunikasi dan Informasi
vi. Divisi Sosial Kemasyarakatan Divisi Pendidikan dan Sumber Daya Manusia
vii. Divisi Pendidikan dan Sumber Daya Manusia
viii. Divisi Pembinaan dan Pengembangan Organisasi
ix. Divisi Pengembangan Seni Budaya
5. Masing-masing Divisi diketuai oleh seorang Kepala Divisi yang disingkat Kadiv dan
minimal mempunyai dua orang anggota Divisi.
6. Pengurus Harian Dewan Pengurus Daerah adalah Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris,
Bendahara dan Kepala Divisi.
7. Jika Diperlukan DPD dapat menambah Wakil Sekretaris dan Wakil Bendahara sesuai
kebutuhan
8. Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Kepala Divisi Bertanggungjawab Kepada
Ketua
9. Dewan Pengurus Daerah memberikan pertanggungjawaban pada Musyawaran
Daerah (MUSDA).

Pasal 21
Dewan Pengurus Cabang
1. Dewan Pengurus Cabang dipilih dalam Musyawaran Cabang (MUSCAB) untuk
jabatan 2 (dua) tahun.
2. Dewan Pengurus Cabang adalah pimpinan organisasi di tingkat Kecamatan yang
dibentuk dalam Musyawaran Cabang (MUSCAB) yang bertugas melaksanakan
tugas-tugas dan tanggung jawab organisasi.
3. Dewan Pengurus Cabang dapat dibentuk di setiap Kecamatan Se-Indonesia yang
telah terbentuk DPD.
4. Dewan Pengurus Cabang terdiri dari :
a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Divisi-Divisi
i. Divisi Syiar Islam
ii. Divisi Bisnis dan Ekonomi Kreatif
iii. Divisi Hubungan Masyarakat dan Kebijakan Setrategis
iv. Divisi Komunikasi dan Informasi
v. Divisi Sosial Kemasyarakatan Divisi Pendidikan dan Sumber Daya Manusia
vi. Divisi Pendidikan dan Sumber Daya Manusia
vii. Divisi Pembinaan dan Pengembangan Organisasi
viii. Divisi Pengembangan Seni Budaya
5. Masing-masing Divisi diketuai oleh seorang Kepala Divisi yang disingkat Kadiv dan
minimal mempunyai dua orang anggota Divisi.
6. Pengurus Harian Dewan Pengurus Cabang adalah Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris,
Bendahara dan Kepala Divisi.
10. Jika Diperlukan DPC dapat menambah Wakil Sekretaris dan Wakil Bendahara sesuai
kebutuhan
7. Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Kepala Divisi Bertanggungjawab Kepada
Ketua
8. Dewan Pengurus Wilayah memberikan pertanggungjawaban pada Musyawaran
Cabang (MUSCAB).

Pasal 22
Pengurus Anak Cabang
1. Pengurus Anak Cabang (PAC) dipilih dalam Musyawarah anak cabang untuk jabatan
2 (dua) tahun.
2. Pengurus Anak Cabang adalah pimpinan organisasi di tingkat desa/kelurahan yang
dibentuk dalam Musyawarah anak cabang yang bertugas melaksanakan tugas-tugas
dan tanggung jawab organisasi keluar maupun kedalam.
3. Pengurus anak cabang dapat dibentuk di setiap Desa/Kelurahan.
4. Pengurus Anak Cabang wajib ganjil minimal 5 orang terdiri dari :
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Divisi- Divisi menyesuaikan kebutuhan mengacu kepada Divisi yang ada di DPC
e. Masing-masing divisi terdiri dari ketua dan anggota.
5. Pengurus Harian ialah semua unsur pimpinan dan Kepala Divisi
6. Pengurus Anak Cabang memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Anak
Cabang.

BAB IV
TUGAS, KEWAJIBAN DAN WEWENANG PENGURUS

Pasal 23
Dewan Pengurus Pusat
1. Ketua Umum dipilih dan ditetapkan dalam Muktamar.
2. Pengurus Dewan Pengurus Pusat tidak diperkenankan merangkap jabatan dan
kepengurusan dalam :
a. Organisasi kemasyarakatan Adat Istiadat sejenis.
b. Organisasi lainnya yang ditetapkan oleh Muktamar.
3. Ketua Umum dapat dipilih 3 (tiga) kali masa kepengurusan, setelah itu tidak dapat
dipilih kembali.
4. Jika dalam melaksanakan tugasnya terjadi kevakuman salah satu dan atau beberapa
pengurus Dewan Pengurus Pusat, maka dapat dilakukan pergantian pengurus.
5. Pergantian pengurus diputuskan melalui rapat pengurus harian Dewan Pengurus
Pusat.
6. Pada masa akhir jabatannya, Dewan Pengurus Pusat menyampaikan laporan
pertanggungjawaban dalam Muktamar.

Pasal 24
Tugas Dan Wewenang
1. Melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dan
ketetapan-ketetapan Muktamar lainnya.
2. Dewan Pengurus Pusat bertugas melaksanakan keputusan Muktamar, dan konstitusi
organisasi dan rapat-rapat lain yang diperlukan dalam menyelenggarakan fungsi dan
tugas organisasi lainnya.
3. Dalam melaksanakan ayat (1), Dewan Pengurus Pusat menetapkan peraturan-
peraturan dan keputusan-keputusan Dewan Pengurus Pusat.
4. Membentuk Organisasi Sayap, Badan dan/atau lembaga yang dibutuhkan.
5. Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap AD/ART yang kemudian
dimusyawarahkan dalam Rapat kerja dan dipertanggungjawabkan di Muktamar.
6. Menetapkan Dewan Pengurus Wilayah berdasarkan ketetapan Muswil dan Muswil
Luar Biasa.
7. Provinsi yang belum terdapat POM, Dewan Pengurus Pusat dapat menetapkan
Dewan Pengurus Daerah caretaker sebagai pemegang mandat dalam
pengembangan POM di Provinsi bersangkutan.
8. Dewan Pengurus Pusat berwenang menyelesaikan sengketa pada tingkat organisasi
dibawahnya.
9. Menegakkan disiplin organisasi.
10. Dapat memberikan sanksi kepada anggota/pengurus pada tingkat organisasi
dibawahnya yang telah terbukti melanggar peraturan organisasi dengan
memperhatikan pertimbangan laporan Dewan Pengurus Cabang/Dewan Pengurus
Daerah atau berdasarkan laporan yang dapat dipertanggungjawabkan dalam
Muktamar.
11. Menyelenggarakan Rapat Pimpinan Nasional dan Kongres sesuai waktu yang
ditetapkan.
12. Menyampaikan Progress Report dalam Rapat Pimpinan Nasional.
13. Membuat program perekrutan anggota ditingkat basis, yang akan dilaksanakan oleh
PAC, DPC, DPD, dan DPW.
14. Mekanisme perekrutan anggota selanjutnya akan diatur dalam keputusan dewan
pengurus pusat.

Pasal 25
Rapat Dewan Pengurus Pusat
1. Rapat Dewan Pengurus Pusat terdiri dari:
a. Rapat Pleno Dewan Pengurus Pusat.
b. Rapat Pengurus Harian.
c. Rapat Kerja
2. Pengambilan kebijakan Dewan Pengurus Pusat dilakukan melalui rapat Pleno Dewan
Pengurus Pusat.
3. Pengambilan kebijakan teknis organisasi melalui rapat pengurus harian.
4. Setiap keputusan dalam rapat Pleno Dewan Pengurus Pusat pada dasarnya diambil
berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat.
5. Apabila ayat (4) tidak dapat dilaksanakan, maka dapat dilakukan penetapan suara
terbanyak.
6. Dalam hal menyangkut keselamatan/eksistensi organisasi dan atau kepentingan
organisasi yang mendesak, keputusan diambil melalui hak prerogative Ketua Umum.
7. Keputusan hak prerogative Ketua Umum dikontrol dan dipertanggungjawabkan
dalam rapat Pleno Dewan Pengurus Pusat.
8. Apabila diantara keputusan yang akan diambil berada diluar ketetapan Muktamar,
keputusan dapat diambil dalam rapat pleno Dewan Pengurus Pusat dan
dipertanggungjawabkan dalam Muktamar berikutnya.
9. Rapat pleno Dewan Pengurus Pusat dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-
kurangnya 2/3 jumlah pengurus Dewan Pengurus Pusat.
10. Untuk kepentingan keselamatan/eksistensi organisasi yang mendesak dimana ayat 9
(sembilan) diatas tidak terpenuhi, maka rapat ditunda 3x60 menit. Apabila penundaan
tersebut tidak memenuhi ayat 9 (sembilan), maka rapat Dewan Pengurus Pusat
dianggap sah bila dihadiri ½ n+1 dari jumlah pengurus Dewan Pengurus Pusat dan
hasil-hasil tersebut dilaporkan pada rapat pleno Dewan Pengurus Pusat berikutnya.
11. Keputusan rapat pleno Dewan Pengurus Pusat mengikat pengurus disetiap tingkatan
struktural organisasi

Pasal 26
Dewan Pengurus Wilayah
1. Dalam satu Wilayah hanya ada satu DPW sesuai SK Dewan Pengurus Pusat.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pembagian Wilayah akan diatur oleh Dewan
Pengurus Pusat berdasarkan Provinsi
3. Dalam melaksanakan kebijaksanaan sehari-hari Dewan Pengurus Wilayah
bertanggung jawab kepada Dewan Pengurus Pusat.
4. Pengurus DPW tidak diperkenankan merangkap jabatan dan kepengurusan dalam :
a. Organisasi kemasyarakatan Adat sejenis
b. Organisasi lainnya yang ditetapkan oleh Muktamar
5. DPW Berkewajiban :
a. Menyelenggarakan Musyawarah Wilayah dan rapat-rapat lain dalam
menyelenggarakan fungsi dan tugas organisasi di tingkat Wilayah.
b.Menyampaikan laporan dan pertanggungjawaban dalam Muswil.
c.Memberikan bantuan perlindungan hukum dan pembelaan kepada anggota
yang memerlukan.
d. Memperhatikan saran-saran Dewan Penasehat/Pembina dan Anggota
Kehormatan.
6. DPW berwenang :
a. Mewakili kepentingan organisasi di tingkat Wilayah.
b. Memberikan kuasa kepada orang/pihak lain untuk dan atas namanya melakukan
tindakan hukum.
c. Menetapkan peraturan dan kebijakan operasional tingkat Daerah dalam rangka
melaksanakan ketentuan yang ada.
d. Memfasilitasi kegiatan pelantikan DPD yang telah sah dan dipilih dalam
Musyawarah.

Pasal 27
Tugas dan Wewenang
1. Melaksanakan program-program kerja organisasi.
2. Berkewajiban menjabarkan dan melaksanakan ketetapan-ketetapan Musyawarah
Wilayah / Musyawarah Wilayah Luar Biasa.
3. DPW berwenang mengesahkan susunan Dewan Pengurus Daerah berdasarkan hasil
Musyawarah Daerah.
4. DPW berwenang untuk memberikan rekomendasi pemecatan terhadap anggota yang
dianggap melakukan pelanggaran terhadap konstitusi organisasi kepada Dewan
Pengurus Pusat untuk ditindaklanjuti.
5. Mempersiapkan pembentukan DPD-DPD baru dalam wilayah Daerah bersangkutan.
6. Melaksanakan pertemuan-pertemuan antar DPD dalam wilayahnya.
7. Bertugas memimpin seluruh kegiatan organisasi di tingkat Wilayah.

Pasal 28
Rapat Dewan Pengurus Wilayah
1. Dalam menjalankan Musyawarah Wilayah, Dewan Pengurus Wilayah dapat membuat
ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Dewan Pengurus Wilayah yang
ditetapkan dalam rapat Dewan Pengurus Wilayah.
2. Setiap ketetapan dan keputusan yang ditetapkan, tidak bertentangan dengan
konstitusi organisasi.
3. Setiap keputusan dalam Dewan Pengurus Wilayah, pada dasarnya diambil secara
musyawarah untuk mencapai mufakat.
4. Penetapan keputusan berdasarkan suara terbanyak, dapat diambil jika keputusan
tersebut menyangkut keselamatan/eksistensi organisasi.
5. Rapat Dewan Pengurus Wilayah hanya sah jika di hadiri sekurang-kurangnya 2/3
dari jumlah anggota pengurus Dewan Pengurus Wilayah
6. Untuk kepentingan keselamatan organisasi yang mendesak dimana ayat (4) diatas
tidak terpenuhi, maka rapat ditunda maksimal 3x60 menit. Apabila penundaan tidak
memenuhi ayat 4 (empat) maka rapat Dewan Pengurus Wilayah dianggap sah, bila
dihadiri oleh 1/2n+1 dari anggota Dewan Pengurus Wilayah dan hasil-hasil tersebut
dilaporkan pada rapat Dewan Pengurus Wilayah berikutnya.
7. Keputusan rapat Dewan Pengurus Wilayah mengikat semua pengurus dan anggota
DPW bersangkutan

Pasal 29
Dewan Pengurus Daerah
1. Dalam satu daerah (Kabupaten/Kota) hanya ada satu DPD sesuai SK Dewan
Pengurus Pusat.
2. Dalam melaksanakan kebijaksanaan sehari-hari Dewan Pengurus Daerah
bertanggung jawab kepada Dewan Pengurus Pusat, selama belum terbentuknya
DPW.
3. DPD tidak diperkenankan merangkap jabatan dan kepengurusan dalam :
a. Organisasi kemasyarakatan Adat sejenis
b. Organisasi lainnya yang ditetapkan oleh Muktamar
4. DPD Berkewajiban :
a. Menyelenggarakan Musyawarah Daerah dan rapat-rapat lain dalam
menyelenggarakan fungsi dan tugas organisasi di tingkat Daerah.
b. Menyampaikan laporan dan pertanggungjawaban dalam Musda.
c. Memberikan bantuan perlindungan hukum dan pembelaan kepada anggota
yang memerlukan.
d. Memperhatikan saran-saran Dewan Penasehat/Pembina dan Anggota
Kehormatan.
5. DPD berwenang :
a. Mewakili kepentingan organisasi di tingkat Daerah.
b. Memberikan kuasa kepada orang/pihak lain untuk dan atas namanya melakukan
tindakan hukum.
c. Menetapkan peraturan dan kebijakan operasional tingkat Daerah dalam rangka
melaksanakan ketentuan yang ada.
d. Memfasilitasi kegiatan pelantikan DPC yang telah sah dan dipilih dalam
Musyawarah Cabang.

Pasal 30
Tugas dan Wewenang
1. Melaksanakan program-program kerja organisasi.
2. Berkewajiban menjabarkan dan melaksanakan ketetapan-ketetapan Musyawarah
Daerah / Musyawarah Daerah Luar Biasa.
3. DPD berwenang mengesahkan susunan Dewan Pengurus Cabang berdasarkan hasil
Musyawarah Cabang.
4. DPD berwenang untuk memberikan rekomendasi pemecatan terhadap anggota yang
dianggap melakukan pelanggaran terhadap konstitusi organisasi kepada Dewan
Pengurus Pusat untuk ditindaklanjuti.
5. Mempersiapkan pembentukan DPC-DPC baru dalam wilayah Daerah bersangkutan.
6. Melaksanakan pertemuan-pertemuan antar DPC dalam wilayahnya.
7. Bertugas memimpin seluruh kegiatan organisasi di tingkat Daerah.
Pasal 31
Rapat Dewan Pengurus Daerah
1. Dalam menjalankan Musyawarah Daerah, Dewan Pengurus Daerah dapat membuat
peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan Dewan Pengurus Daerah yang
ditetapkan dalam rapat Dewan Pengurus Daerah.
2. Setiap keputusan dalam Dewan Pengurus Daerah, pada dasarnya diambil secara
musyawarah untuk mencapai mufakat.
3. Penetapan keputusan berdasarkan suara terbanyak, dapat diambil jika keputusan
tersebut menyangkut keselamatan/eksistensi organisasi.
4. Rapat Dewan Pengurus Daerah hanya sah jika di hadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota pengurus Dewan Pengurus Daerah.
5. Untuk kepentingan keselamatan organisasi yang mendesak dimana ayat (4) diatas
tidak terpenuhi, maka rapat ditunda maksimal 3x60 menit. Apabila penundaan tidak
memenuhi ayat 4 (empat) maka rapat Dewan Pengurus Daerah dianggap sah, bila
dihadiri oleh 1/2n+1 dari anggota Dewan Pengurus Daerah dan hasil-hasil tersebut
dilaporkan pada rapat Dewan Pengurus Daerah berikutnya.
6. Keputusan rapat Dewan Pengurus Daerah mengikat semua pengurus dan anggota
DPD bersangkutan

Pasal 32
Dewan Pengurus Cabang
1. Dalam satu Kecamatan hanya ada satu DPC sesuai SK Dewan Pengurus Daerah.
2. Dalam melaksanakan kebijaksanaan sehari-hari Dewan Pengurus Cabang
bertanggung jawab kepada Dewan Pengurus Daerah.
3. DPC tidak diperkenankan merangkap jabatan dan kepengurusan dalam :
a. Organisasi kemasyarakatan Adat sejenis
b. Organisasi lainnya yang ditetapkan oleh Muktamar
4. DPC Berkewajiban :
a. Menyelenggarakan Musyawarah Cabang dan rapat-rapat lain dalam
menyelenggarakan fungsi dan tugas organisasi di tingkat Cabang.
b. Menyampaikan laporan dan pertanggungjawaban dalam Muscab.
c. Memberikan bantuan perlindungan hukum dan pembelaan kepada anggota
yang memerlukan.
d. Memperhatikan saran-saran Dewan Penasehat/Pembina dan Anggota
Kehormatan.
5. DPC berwenang :
a. Mewakili kepentingan organisasi di tingkat Cabang.
b. Memberikan kuasa kepada orang/pihak lain untuk dan atas namanya melakukan
tindakan hukum.
c. Menetapkan peraturan dan kebijakan operasional tingkat Cabang dalam rangka
melaksanakan ketentuan yang ada.
d. Memfasilitasi kegiatan pelantikan PAC yang telah sah dan dipilih dalam
Musyawarah Anak Cabang.
Pasal 33
Tugas dan Wewenang
1. Melaksanakan program-program kerja organisasi.
a. Berkewajiban menjabarkan dan melaksanakan ketetapan-ketetapan Musyawarah
Cabang / Musyawarah Cabang Luar Biasa.
b. DPC berwenang mengesahkan susunan Dewan Pengurus Anak Cabang
berdasarkan hasil Musyawarah Anak Cabang.
c. DPC berwenang untuk memberikan rekomendasi pemecatan terhadap anggota
yang dianggap melakukan pelanggaran terhadap konstitusi organisasi kepada
Dewan Pengurus Pusat untuk ditindaklanjuti.
d. Mempersiapkan pembentukan PAC-PAC baru dalam wilayah Daerah
bersangkutan.
e. Melaksanakan pertemuan-pertemuan antar PAC dalam wilayahnya.
f. Bertugas memimpin seluruh kegiatan organisasi di tingkat cabang.

Pasal 34
Rapat Dewan Pengurus Cabang
1. Dalam menjalankan Musyawarah Cabang, Dewan Pengurus Cabang dapat membuat
peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan Dewan Pengurus Cabang yang
ditetapkan dalam rapat Dewan Pengurus Cabang.
2. Setiap keputusan dalam Dewan Pengurus Cabang, pada dasarnya diambil secara
musyawarah untuk mencapai mufakat.
3. Penetapan keputusan berdasarkan suara terbanyak, dapat diambil jika keputusan
tersebut menyangkut keselamatan/eksistensi organisasi.
4. Rapat Dewan Pengurus Cabang hanya sah jika di hadiri sekurang-kurangnya 2/3
dari jumlah anggota pengurus Dewan Pengurus Cabang.
5. Untuk kepentingan keselamatan organisasi yang mendesak dimana ayat (4) diatas
tidak terpenuhi, maka rapat ditunda maksimal 3x60 menit. Apabila penundaan tidak
memenuhi ayat 4 (empat) maka rapat Dewan Pengurus Cabang dianggap sah, bila
dihadiri oleh 1/2n+1 dari anggota Dewan Pengurus Cabang dan hasil-hasil tersebut
dilaporkan pada rapat Dewan Pengurus Cabang berikutnya.
6. Keputusan rapat Dewan Pengurus Cabang mengikat semua pengurus dan anggota
DPC bersangkutan

Pasal 35
Pengurus Anak Cabang
1. Dalam satu daerah hanya ada satu PAC sesuai SK Dewan Pengurus Cabang.
2. Dalam melaksanakan kebijaksanaan sehari-hari Dewan Pengurus Anak Cabang
bertanggung jawab kepada Dewan Pengurus Anak Cabang.
3. PAC tidak diperkenankan merangkap jabatan dan kepengurusan dalam :
a. Organisasi kemasyarakatan Adat sejenis
b. Organisasi lainnya yang ditetapkan oleh Muktamar
4. PAC Berkewajiban :
a. Menyelenggarakan Musyawarah Anak Cabang dan rapat-rapat lain dalam
menyelenggarakan fungsi dan tugas organisasi di tingkat Anak Cabang.
b. Menyampaikan laporan dan pertanggungjawaban dalam Musacab.
c. Memberikan bantuan perlindungan hukum dan pembelaan kepada anggota
yang memerlukan.
d. Memperhatikan saran-saran Dewan Penasehat dan Anggota Kehormatan.
5. PAC berwenang :
a. Mewakili kepentingan organisasi di tingkat Anak Cabang.
b. Memberikan kuasa kepada orang/pihak lain untuk dan atas namanya melakukan
tindakan hukum.
c. Menetapkan peraturan dan kebijakan operasional tingkat Anak Cabang dalam
rangka melaksanakan ketentuan yang ada.

Pasal 36
Tugas Wewenang Pengurus Anak Cabang
1. Melaksanakan program-program kerja organisasi.
2. Berkewajiban menjabarkan dan melaksanakan ketetapan-ketetapan Musyawarah
Anak Cabang / Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa.
3. PAC berwenang untuk memberikan rekomendasi pemecatan terhadap anggota yang
dianggap melakukan pelanggaran terhadap konstitusi organisasi kepada Dewan
Pengurus Pusat untuk ditindaklanjuti.
4. Bertugas memimpin seluruh kegiatan organisasi di tingkat Anak cabang.

BAB V
PEMBERHENTIAN DAN PENGGANTIAN ANGGOTA PENGURUS

Pasal 37
1. Anggota Pengurus yang tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya, dapat
diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir yang ditetapkan berdasarkan
keputusan organisasi dalam rapat Pleno per 6 (enam) bulan.
2. Jabatan yang lowong karena berhalangan tetap dalam kepengurusan dapat diisi
dengan jabatan baru dan ditetapkan berdasarkan Keputusan Rapat pengurus harian
dengan mengambil dari pengurus yang ada.
3. Anggota Pengurus sebagaimana dimaksud ayat 2 di atas, meneruskan masa jabatan
yang tersisa sampai diadakan MUKHTAMAR / MUSWIL / MUSDA / MUSCAB /
Musyawarah Anak Cabang.
4. Kepengurusan yang telah berakhir periodesasinya, setelah ditetapkannya AD ART ini,
diperkenankan melaksanakan MUKHTAMAR / MUSWIL / MUSDA / MUSCAB /
Musyawarah Anak Cabang dengan batas waktu paling lama 2 (dua) bulan atau
pergantian kepengurusan ini dapat ditetapkan melalui keputusan rapat pengurus
harian dewan pengurus pusat.

BAB VI
PENASEHAT AGUNG

Pasal 38
1. Penasehat Agung Berada di Pengurus Pusat
2. Penasehat Agung adalah para raja/bangsawan, tokoh-tokoh Melayu dan para Ulama
yang dipandang idealis dan sesuai dengan semangat perjuangan POM.
3. Penasehat Agung memberikan saran / nasehat, baik diminta maupun tidak, baik
secara perorangan maupun secara kolektif sesuai dengan tingkat/ jenjang organisasi
masing-masing.
BAB VII
DEWAN PENASEHAT

Pasal 39
1. Dewan Penasehat adalah tokoh yang dianggap memiliki pengaruh dan bila
diperlukan dapat ditunjuk sebagai Penasehat di DPW, DPD, DPD dan PAC
2. Penasehat memberikan saran / nasehat, baik diminta maupun tidak, baik secara
perorangan maupun secara kolektif sesuai dengan tingkat/ jenjang organisasi
masing-masing

BAB VIII
DEWAN PEMBINA

Pasal 40
Dewan Pembina adalah para pimpinan daerah dan atau tokoh masyarakat serta tokoh
agama islam daerah setempat.

BAB IX
PERMUSYAWRATAN

Pasal 41
Muktamar
1. Muktamar adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi, diselenggarakan
sekali dalam 5 (lima) tahun.
2. Muktamar diselenggarakan untuk :
a. Menilai laporan pertanggungjawaban DPP.
b. Menetapkan AD ART, Program Kerja, dan PO.
c. Memilih Ketua dan Formatur Dewan Pengurus Pusat (DPP).
d. Menetapkan keputusan-keputusan lain.
3. Muktamar diselenggarakan Dewan Pengurus Pusat
4. Dalam keadaan istimewa (luar biasa) dapat diadakan Muktamar LUAR BIASA atas
permintaan sekurang-kurangnya ½ (setengah) dari jumlah DPW/DPD yang sah,
kecuali untuk alasan pembubaran organisasi.
5. Muktamar dihadiri oleh :
a. DPP
b. DPW – DPW
c. DPD – DPD
d. Dewan Penasehat dan Dewan Pembina
e. Sayap/badan Otonom Pengurus Pusat
f. Undangan DPP
6. Utusan DPW / DPD dianggap sah apabila mendapat mandat yang sah dari DPW /
DPD.
7. Muktamar sah bila dihadiri lebih dari ½ (setengah) jumlah suara sah.
8. Hak suara Muktamar diatur sebagai berikut :
a. Kepengurusan DPP demisioner memiliki hak suara.
b. Setiap DPW masing-masing mempunyai dua suara.
c. Setiap DPD masing-masing mempunyai tiga suara.
d. Sayap/Badan Otonom Pusat masing-masing mempunyai satu suara.
9. Acara, Tata Tertib Muktamar dan cara pemilihan Pengurus ditetapkan (disusun) oleh
dan disahkan dalam Muktamar.

Pasal 42
Musyawarah Wilayah
1. Musyawarah Wilayah (MUSWIL) adalah pemegang kekuasaan tertinggi organisasi di
tingkat wilayah, diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun.
2. MUSWIL diselenggarakan untuk :
a. Menilai laporan pertanggungjawaban DPW.
b. Memilih Ketua dan Formatur Dewan Pengurus Wilayah (DPW)
c. Menetapkan keputusan-keputusan lain.
3. MUSWIL diselenggarakan oleh DPW
4. Dalam keadaan istimewa (luar biasa) dapat diadakan MUSWIL dapat diadakan
sewaktu-waktu atas permintaan paling sedikit ½ (setengah) dari jumlah DPD yang
sah.
5. MUSWIL dihadiri oleh :
a. DPP
b. DPW
c. DPD
d. DPC
e. Dewan Penasehat/Dewan Pembina
f. Sayap/badan Otonom Wilayah
g. Undangan DPW
6. Utusan Dewan Pengurus Daerah (DPD) dianggap sah apabila mendapat mandat
yang sah dari pengurus inti DPD bersangkutan.
7. MUSWIL sah apabila dihadiri lebih dari ½ (setengah) Dewan Pengurus Daerah (DPD)
yang sah, dan keputusannya sah bila disetujui lebih dari ½ (setengah) suara yang
sah.
8. Hak suara diatur sebagai berikut :
a. DPW demesioner mempunyai tiga suara.
b. Setiap DPD masing-masing mempunyai 3 (dua) suara.
c. Setiap DPC masing-masing mempunyai 3 (dua) suara
d. Setiap Sayap/Badan Otonom Wilayah mempunyai 1 Suara
9. Acara, Tata Tertib MUSWIL dan tata cara pemilihan Ketua dan Formatur Dewan
Pengurus Wilayah ditetapkan (disusun) oleh dan disahkan dalam MUSWIL.

Pasal 43
Musyawarah Daerah
1. Musyawarah Daerah (MUSDA) adalah pemegang kekuasaan tertinggi organisasi
ditingkat Cabang, diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun.
2. MUSDA diadakan untuk :
a. Menilai Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Daerah (DPD)
b. Memilih Ketua dan Formatur Dewan Pengurus Daerah (DPD)
c. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya.
3. Musyawarah Daerah diselenggarakan dan dipimpin oleh Dewan Pengurus Daerah
(DPD).
4. Dalam Keadaan Istimewa (luar biasa) MUSDA dapat diadakan sewaktu-waktu atas
permintaan paling sedikit ¼ (seperempat dari jumlah Anak Cabang yang sah.
5. MUSDA dihadiri oleh :
a. DPP
b. DPD/DPW
c. DPC
d. PAC
e. Dewan Penasehat/Dewan Pembina
f. Sayap/badan Otonom Pengurus Daerah
g. Undangan Dewan Pengurus Daerah (DPD)
6. Utusan DPC dianggap sah apabila mendapat mandat yang sah dari pengurus inti
DPC.
7. MUSDA sah apabila dihadiri lebih dari ½ (setengah) jumlah DPC.
8. Hak suara diatur sebagai berikut :
a. Kepengurusan DPD Demesioner mempunyai tiga suara.
b. DPP/DPW mempunyai 2 Suara
c. Setiap DPC, masing-masing mempunyai tiga suara.
d. Setiap PAC, masing-masing mempunyai satu suara.
e. Setiap Sayap , Badan Otonom, masing-masing mempunyai satu suara.
9. Acara, Tata Tertib MUSDA dan Tata Cara Pemilihan Ketua dan Formatur Dewan
Pengurus Daerah ditetapkan (disusun) oleh dan ditetapkan / disahkan dalam MUSDA.

Pasal 44
Musyawarah Cabang
1. Musyawarah Cabang (MUSCAB) adalah pemegang kekuasaan tertinggi organisasi
ditingkat Cabang, diselenggarakan sekali dalam 3 (tiga) tahun.
2. MUSCAB diadakan untuk :
a. Menilai Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Cabang (DPC)
b. Memilih Ketua dan Formatur Dewan Pengurus Cabang (DPC)
c. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya.
3. Musyawarah Cabang diselenggarakan dan dipimpin oleh Dewan Pengurus Cabang
(DPC).
4. Dalam Keadaan Istimewa (luar biasa) MUSCAB dapat diadakan sewaktu-waktu atas
permintaan paling sedikit ¼ (seperempat dari jumlah Anak Cabang yang sah.
5. MUSCAB dihadiri oleh :
a. DPD
b. DPC
c. Pengurus Anak Cabang
d. Pengurus Cabang Sayap/badan Otonom
e. Dewan Penasehat/Dewan Pembina
f. Undangan Dewan Pengurus Cabang (DPC)
6. Utusan Anak Cabang dianggap sah apabila mendapat mandapt yang sah dari Anak
Cabangnya.
7. MUSCAB sah apabila dihadiri lebih dari ½ (setengah) jumlaAnak Cabang.
8. Hak suara diatur sebagai berikut :
a. Kepengurusan DPC demesioner mempunyai tiga suara.
b. DPD Mempunyyai 2 suara
c. Setiap Anak Cabang/PAC, masing-masing mempunyai satu suara.
d. Pengurus Cabang Sayap/badan Otonom mempunyai satu suara
9. Acara, Tata Tertib MUSCAB dan Tata Cara pemilihan Ketua dan Formatur Dewan
Pengurus Cabang ditetapkan (disusun) oleh dan ditetapkan / disahkan dalam
MUSCAB.

Pasal 45
Musyawarah Anak Cabang
1. Musyawarah Anak Cabang adalah pemegang kekuasaan tertinggi organisasi di
tingkat Desa atau Kelurahan, diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 2 (Dua) tahun.
2. Musyawarah Anak Cabang diadakan untuk :
a. Menilai laporan pertanggungjawaban Pengurus Anak Cabang (PAC)
b. Memilih Ketua dan Formatur Pengurus Anak Cabang
c. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya
3. Musyawarah Anak Cabangdiselenggarakan dan dipimpin oleh Pengurus Anak
Cabang
4. Dalam keadaan istimewa (luar biasa) Musyawarah Anak Cabangdapat diadakan
sewaktu-waktu atas permintaan ¼ (seperempat) dari jumlah anggota.
5. Musyawarah Anak Cabang dihadiri oleh:
a. DPC
b. Anggota
c. Undangan Pengurus Anak Cabang
6. Musyawarah Anak Cabang sah apabila dihadiri lebih dari ½ (setengah) jumlah
anggota
7. Hak suara diatur sebagai berikut :
a. Kepengurusan demesioner memiliki tiga suara
b. DPC Memili dua suara
c. Setiap anggota, masing-masing mempunyai 1 (satu) suara
8. Acara Tata Tertib Musyawarah Anak Cabangdan Tata Cara pemilihan Ketua dan
Formatur Pengurus Anak Cabang ditetapkan (disusun) oleh dan disahkan oleh
Musyawarah Anak Cabang

Pasal 46
Rapat-Rapat
1. Rapat Kerja Nasional/Wilayah/Daerah/Cabang merupakan rapat yang dilaksanakan
untuk membangun sinergi dan penyelarasan masing-masing wilayah/daerah/cabang
yang dihadiri perwakilan wilayah/daerah/cabang/Anak Cabang di territorial masing-
masing.
2. Rapat Pleno adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh pengurus yang dilaksanakan
minimal sekali dalam 6 Bulan.
3. Rapat Pengurus Harian, ialah Rapat yang dihadiri Pengurus Harian untuk membahas
dan memutuskan hal-hal tertentu yang diselenggarakan sesuai kebutuhan / tentatif.
4. Rapat Departemen/Divisi/Seksi adalah rapat internal yang diadakan oleh ketua
dengan dihadiri anggota untuk membahas program-program yang bersangkutan.
5. Rapat Antar Departemen/Divisi/Seksi adalah rapat yang diadakan oleh pengurus inti
untuk mengkoordinasikan tugas-tugas dari beberapaDepartemen/Divisi/Seksi agar
saling bersinergi.
6. Rapat Koordinasi adalah rapat yang digelar dewan Pengurus di tingkat atas untuk
mengumpulkan perwakilan pengurus di tingkat bawah dan atau organisasi sayap
dalam rangka membahas persoalan yang muncul, konsolidiasi internal, sinergi atau
hal-hal strategis.

BAB X
TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 47
Pengambilan keputusan pada dasarnya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat.
Akan tetapi apabila tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

BAB XI
MEKANISME KERJA

Pasal 48
1. Dalam hal menerbitkan dan/atau membuat ketentuan dan/atau peraturan dan/atau
keputusan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan /atau peraturan dan/atau
keputusan yang lebih tinggi tingkatannya.
2. Setiap pengurus melaporkan (mempertanggungjawabkan) pelaksanaan tugas-
tugasnya dalam rapat pleno pengurus.
3. Ketua (Umum) dan Sekretaris (Jenderal) bersama-sama menandatangani surat-surat
keluar.
4. Ketua (Umum) dan Bendahara (Umum) menandatangani surat-surat berharga (cek
dan Giro)
5. Segala bentuk penerimaan dan pengeluaran uang harus dicatat dalam pembukuan
dan dilaporkan pada MUNAS / MUSWIL / MUSDA / MUSCAB / Musyawarah Anak
Cabang
6. Uang Milik organisasi disimpan di Bank dalam bentuk rekening Giro
7. Untuk membantu tugas-tugas pengurus di bidang kesekretariatan, dapat diangkat
staf kesekretariatan untuk melaksanakan tugas-tugas kesekretariatan.

BAB XII
ORGANISASI SAYAP, BADAN DAN LEMBAGA OTONOM

Pasal 49
Untuk Mengembangkan organisasi dan mengakomodir Puak Melayu menyalurkan minat
bakat dan kemampuan diri, serta Untuk mencapai tujuan organisasi, DPP membentuk
Orhganisasi Sayap dan Badan atau Lembaga Otonom.
Nama Organisasi sayap, Badan dan Lembaga Otonom
Pasal 50
Organisasi sayap, Badan dan Lembaga Otonom POM terdiri dari :
1. Organisasi sayap yaitu :
a. Persatuan Pelajar Melayu yang disingkat PPrM
b. Persatuan Mahasiswa Melayu yang disingkat PMM
c. Persatuan sarjana Melayu yang disingkat PSM
d. Satria Pembela Melayu yang disingkat SPM
e. Persatuan Puan Melayu yang disingkat PPM
2. Badan dan/atau Lembaga Otonom Umum dari :
a. Ikatan Cendekia Melayu (ICM)
b. Lembaga Dakwah Melayu
c. Persatuan Silat Melayu Kalimantan Barat (PSMKB)
3. Badan dan/atau Lembaga Otonom khusus terdiri dari :
a. Amal Jariyah Kita (AJaK)
b. Lembaga Advokasi Hukum
c. Lembaga Pendidikan
d. Koperasi

Ketentuan Umum
Pasal 51
1. Organisasi Sayap, Badan dan Lembaga keberadaannya harus menyesuaikan dan
berkewajiban memberikan laporan kegiatan di rapat bulanan Kepengurusan POM
setempat.
2. Garis instruksi dimiliki oleh struktur Organisasi Sayap, Badan dan Lembaga satu
tingkat diatasnya sampai ke Pengurus Pusat dan komando tertinggi berada di DPP
POM Kalbar.
3. Organisasi sayap, Badan dan Lembaga Otonom POM Sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat 1 huruf a dan c dapat dibentuk hingga tingkat PAC
4. Organisasi sayap, Badan dan Lembaga Otonom POM Sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat 1 huruf b Dapat dibentuk di tingkat DPD yang daerahnya
memiliki Kampus Universitas/Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta
5. Organisasi sayap, Badan dan Lembaga Otonom POM Sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat 1 huruf d, e dan ayat 2 huruf b Dapat dibentuk hingga tingkat
DPC
6. Organisasi sayap, Badan dan Lembaga Otonom POM Sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat 2 huruf a, c dan ayat 3 Hanya ada ditingkat Pusat

LAMBANG
Pasal 52
1. Setiap Organ Sayap, Badan dan Lembaga POM mempunyai Lambang/logo
2. Ketentuan lambang/logo diatur dalam Peraturan Organisasi tentang Organisasi
sayap, Badan dan Lembaga Otonom POM.
KEANGGOTAAN
Pasal 53

1. Yang bisa menjadi anggota Organ Sayap, Badan dan Lembaga POM adalah semua
Puak/Puan Melayu Serumpun dari semua kalangan, usia dan strata yang mendaftar
menjadi anggota baik di dalam maupun diluar Kalbar.
2. Khusus Yang bisa menjadi anggota SPM adalah Puak Melayu Serumpun dari semua
kalangan, usia dan strata yang mendaftar menjadi anggota SPM dan memiliki skill
beladiri aktif.
3. Syarat-syarat Keanggotaan :
a. Wajib Beragama Islam.
b. Melayu Asli/Campuran/Serumpun dan suku lain yang diperbolehkan oleh aturan
organisasi.
4. Kewajiban Anggota :
a. Menjunjung tinggi nama baik, tujuan dan marwah organisasi.
b. Patuh dan mendukungterhadap semua Keputusan dan Peraturan Organisasi.
c. Ikut berkontribusi terhadap perkembangan organisasi baik moril atau materil.
d. Setia kepada organisasi dan kepengurusan yang sah serta taat pada pimpinan.
5. Hak Anggota :
a. Memperoleh perlakuan yang sama/adil dalam organisasi.
b. Menghadiri rapat anggota, mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan,
memberikan usul dan saran yang bersifat membangun.
c. Anggota berhak memilih dan dipilih menjadi Pengurus atau jabatan lain dalam
organisasi yang diamanatkan kepadanya.
6. Berakhirnya Keanggotaan :
a. Atas Permintaan Sendiri
b. Diberhentikan Sementara
c. Diberhentikan tetap karena pelanggaran
7. Ketentuan keanggotaan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi tentang
Organisasi sayap, Badan dan Lembaga Otonom POM

STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 54

1. Kelengkapan Organisasi Sayap Organ Sayap, Badan dan Lembaga POM terdiri atas :
a. Ketua dan/atau Panglima
b. Wakil Ketua dan/atau Wakil Panglima
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Divisi-Divisi
2. Khusus Kelengkapan Organisasi Sayap Satria Pembela Melayu terdiri atas :
a. Panglima
i. Panglima Besar ; Komando utama SPM Pusat
ii. Panglima Tinggi ; Membawahi Provinsi
iii. Panglima Tengah ; Membawahi Kabupaten/Kota
iv. Panglima Muda ; Membawahi Kecamatan
b. Wakil Panglima
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Divisi-Divisi
3. Ketentuan struktur Organisasi diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi tentang
Organisasi Sayap, Badan dan Lembaga Otonom POM

PEMBENTUKAN
Pasal 55

1. Pembentukan Pengurus Pusat Organisasi Sayap, Badan dan Lembaga POM, melalui
Musyawarah Pengurus DPP POM
2. Pembentukan kepengurusan Organisasi Sayap, Badan dan Lembaga POM suatu
daerah, sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing kepengurusan yang
membawahi :
a. Untuk kepengurusan Pusat dan provinsi, diserahkan kepada Tim Formatur yang
dibentuk oleh Pemegang Mandat Pembentukan Kepengurusan Provinsi setelah
disetujui oleh DPP dan DPW Persatuan Orang Melayu dengan masa berlaku
mandat selama 6 bulan
b. Untuk kepengurusan Kabupaten/Kota, diserahkan kepada Tim Formatur yang
dibentuk oleh Pemegang Mandat Pembentukan Kepengurusan Kabupaten/Kota
setelah disetujui oleh Kepengurusan Provinsi dan diketahui DPD Persatuan
Orang Melayu dengan masa berlaku mandat selama 3 bulan
c. Untuk Kepengurusan Kecamatan, diserahkan sepenuhnya kepada Pemegang
Mandat yang disetujui oleh DPC POM untuk kemudian membentuk Tim
Formatur yang akan membentuk Kepengurusan Cabang (Kecamatan). Masa
berlaku mandat selama 3 bulan
d. Untuk Kepengurusan Desa/Kelurahan, diserahkan sepenuhnya kepada
Pemegang Mandat yang disetujui oleh KepengurusanPAC POM untuk
kemudian membentuk Tim Formatur yang akan membentuk Kepengurusan
Anak Cabang (Desa/Kelurahan). Masa berlaku mandat selama 3 bulan.
3. Ikatan Cendikia Melayu, Lembaga Advokasi Hukum, Persatuan Silat Melayu
Kalimantan Barat, Koperasi, Lembaga Amal Jariyah Kita dan Lembaga Pendidikan
hanya ada di tingkat Pengurus Pusat

PEMILIHAN KETUA DAN KEPENGURUSAN


Pasal 56

Pemilihan Ketua, Panglima dan Kepengurusan Organisasi Sayap, Badan dan Lembaga
POM dilakukan dalam musyawarah anggota.

Pengukuhan dan Pelantikan


Pasal 57

Ketentuan Pengukuhan dan Pelantikan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi
tentang Organisasi Sayap, Badan dan Lembaga Otonom POM
Pasal 58
Pembekuan Kepengurus
Jika roda organisasi tak berjalan dengan baik, maka pembekuan kepengurusan
Organisasi Sayap Organ Sayap, Badan dan Lembaga POM dapat dilakukan apabila :
1. Kepemimpinan dalam organisasi vakum atau sangat lambat
2. Melakukan perlawanan terhadap peraturan dan keputusan organisasi induk
3. Ketentuan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Organisasi

Pasal 59
Masa Jabatan dan Penggatian Kepengurusan
1. Masa Jabatan Kepengurusan selama 5 tahun. Dengan masa percobaan selama 1
tahun, jika dinilai aktif akan dilanjutkan selama 4 tahun.
2. Jika Ketua atau Pengurus mengundurkan diri maka Wakil Ketua diangkat menjadi
Ketua dan dilakukan pemilihan Wakil Ketua.
3. Pengurus akan diganti apabila mengundurkan diri.
4. Pengurus akan diganti apabila tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
5. Pengurus akan diganti apabila tidak dapat memenuhi persyaratan lagi
6. Ketentuan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Organisasi

Pasal 60
Sumber Dana

1. Uang pangkal atau iuran anggota


2. Sumbangan yang tidak mengikat
3. Usaha-usaha lain yang sah.

Pasal 56
Syarat Pengurus
1. Anggota Aktif.
2. Memiliki solidaritas yang tinggi, mau berkorban, memiliki kepedulian yang kuat dan
semangat juang Membela Marwah Melayu dan Agama.
3. Berakhlak baik, mau berkorban, memiliki dedikasi dan loyalitas (integritas) kepada
organisasi dan pimpinan.
4. Mau bekerja sama, loyal kepada pimpinan dan bersedia secara aktif menjalankan
tugas-tugas sebagai pengurus dalam tim work.

Pasal 57
Tugas Dan Wewenang Pengurus
Tugsa dan Wewenang Pengurus Organisasi Sayap Organ Sayap, Badan dan Lembaga
POM diatur lebih lanjut diatur dalam Peraturan Organisasi

Pasal 58
PERMUSYAWARATAN
Musyawarah Sayap Organ Sayap, Badan dan Lembaga POMantara lain :
1. Musyawarah Anggota
2. Musyawarah Pimpinan
3. Musyawarah Bulanan
4. Musyawarah Evaluasi kegiatan
Pasal 59
Hal-hal yang belum diatur dalam BAB XII ini, di atur dalam Peraturan Organisasi dan atau
ditetapkan melalui rapat pengurus Harian POM

BAB XIII
LOYALITAS DAN KEBIJAKAN STRATEGIS
Pasal 60

1. Seluruh anggota POM dan seluruh Organisasi Sayap wajib mematuhi seluruh
peraturan organisasi yang dikeluarkan oleh DPP POM.
2. Seluruh jajaran lapisan kepengurusan POM dan seluruh organisasi sayap mulai dari
tingkat provinsi hingga tingkat Desa/Kelurahan wajib mematuhi kebijakan yang
dikeluarkan oleh DPP POM.
3. Setiap hal-hal yang sifatnya strategis dan kebijakan politis hanya bisa dikeluarkan
oleh DPP POM sebagai penanggung jawab tertinggi organisasi POM.
4. Seluruh kepengurusan dan anggota POM serta seluruh organisasi sayap wajib
loyal/setia kepada kepengurusan dan pimpinan tertinggi DPP POM.
5. Jika kemudian hari ada ditemukan sikap bertolak belakang dengan Kebijakan dan
Keputusan DPP POM, maka DPP POM berhak meninjau ulang status kepengurusan
bersangkutan baik di POM maupun di organisasi sayap, bahkan bisa dinonaktifkan
dari kepengurusan di tingkat lapisan manapun.

BAB XIV
PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 61
1. Pembubaran Organisasi dapat dilakukan apabila diusulkan oleh 2/3 (dua per tiga)
jumlah DPW, DPD yang sah.
2. Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah usul yang diterima, DPP harus
menyelenggarakan MUKTAMAR LUAR BIASA untuk membahas pembubaran
organisasi.
3. MUKTAMAR LUAR BIASA sah bila dihadiri sekurang-kurangnya ¾ (tigaperempat)
jumlah DPW, DPD yang sah.
4. Keputusan pembubaran organisasi sah apabila disetujui sekurang-kurangnya ¾ (tiga
per empat) jumlah peserta MUKTAMAR LUAR BIASA yang sah.
5. Dalam hal organisasi dibubarkan maka kekayaan organisasi dapat diserahkan
kepada badan atau lembaga sosial lain, kecuali Muktamar Luar Biasa menetapkan
lain.
BAB XV
HIERARKI PERATURAN ORGANISASI
Pasal 62

Tata urutan peraturan organisasi disusun secara hierarki sebagai berikut :


1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
2. Ketetapan Muktamar
3. Keputusan Rapat Pengurus Pusat
4. Peraturan Dewan Pengurus Pusat
5. Keputusan Dewan Pengurus Pusat
6. Instruksi Dewan Pengurus Pusat
7. Ketetapan Musyawarah Wilayah
8. Ketetapan Rapat Pengurus Wilayah
9. Keputusan Dewan Pengurus Wilayah
10. Ketetapan Musyawarah Daerah
11. Ketetapan Rapat Pengurus Daerah
12. Keputusan Dewan Pengurus Daerah
13. Ketetapan Musyawarah Cabang
14. Ketetapan Rapat Pengurus Cabang
15. Keputusan Dewan Pengurus Cabang
16. Ketetapan Musyawarah Anak Cabang
17. Keputusan Dewan Pengurus Anak Cabang

BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 63
1. Segala sesuatu dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) yang menimbulkan
perbedaan penafsiran, dimusyawarahkan dalam Rapat Pengurus Dewan Pengurus
Pusat.
2. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) ini, akan
diatur dalam peraturan dan kebijakan organisasi lainnya.
3. Seluruh tingkatan organisasi yang pada saat ditetapkannya Anggaran Rumah
Tangga (ART) ini masih memiliki masa kepengurusan lebih dari 6 (enam) bulan,
harus melakukan penyesuaian sejak ditetapkannya Anggaran Rumah Tangga ini.
4. Mekanisme organisasi untuk melakukan penyesuaian sebagaimana dimaksud
dengan ayat (3) adalah :
a. Dewan Pengurus Wilayah melalui mekanisme Musyawarah Wilayah.
b. Dewan Pengurus Daerah melalui mekanisme Musyawarah Daerah.
c. Dewan Pengurus Cabang melalui mekanisme Musyawarah Cabang.
d. Dewan Pengurus Anak Cabang dipilih melalui mekanisme Musyawarah Anak
Cabang
BAB XVII
PENUTUP

Pasal 64
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, diatur lebih lanjut dalam
Keputusan Dewan Pengurus Pusat atau Peraturan Organisasi yang dikeluarkan oleh
DPP POM.

Pontianak, 11 April 2021


DEWAN PENGURUS PUSAT
PERSATUAN ORANG MELAYU

Agus Setiadi, SE Kusmayadi Thabrani, SH


Ketua Umum Sekretaris Jendral

Anda mungkin juga menyukai