Anda di halaman 1dari 24

Ikatan

Sarjana
Katolik
Indonesia

Anggaran Dasar
Anggaran Rumah Tangga
dan
Susunan Pengurus Presidium Pusat
Ikatan Sarjana Katolik Indonesia
Periode 2022 - 2026

sekretariatppiska@gmail.com

Ikatan Sarjana Katolik Indonesia

@pp.iska
ANGGARAN DASAR
IKATAN SARJANA KATOLIK INDONESIA
“SANCTUS ALBERTUS MAGNUS”

PEMBUKAAN
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha
Bijaksana, umat Katolik menyadari dan menghayati secara mendalam
panggilan dan tanggungjawabnya untuk mengamalkan iman, ilmu dan
kearifan yang telah diterimanya sebagai karunia dan berkat dari Tuhan Yang
Mahamurah, demi kesejahteraan sesama umat manusia, masyarakat, bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
demi kemuliaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Berdasarkan kesadaran dan penghayatan akan panggilan dan tanggungjawab


tersebut, maka Sarjana/Cendekiawan Katolik se-Indonesia bersatu dalam wadah
pengabdian yang berdasarkan Pancasila sebagaimana tertera dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta mewujudkan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sesuai dengan identitas intelektual yaitu mandiri, terbuka, berdaya kritis dan
menjunjung tinggi martabat manusia, Sarjana/Cendekiawan membawakan
perannya dalam wadah pengabdian dengan memadukan ilmu dengan iman
kristiani serta mengamalkannya dengan tepat.

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Penyayang atas


rahmat dan bimbingan-Nya, Sarjana/Cendekiawan Katolik Indonesia dengan
ini menyatakan berdirinya IKATAN SARJANA KATOLIK INDONESIA, yang
diatur dalam Anggaran Dasar ini.
BAB I
Ketentuan Umum

Pasal 1

Yang dimaksud dengan :


1. Sarjana adalah mereka yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai
pendidikan.

2. Cendekiawan adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual yang


diakui oleh masyarakat luas dan atau Ikatan Sarjana Katolik Indonesia.

3. Anggota adalah Sarjana/Cendekiawan Katolik yang mendaftarkan diri


dan tercatat secara administratif dalam daftar keanggotaan ISKA.

4. Presidium Pusat adalah pengurus di tingkat nasional yang bersifat


kolektif kolegial.

5. Dewan Pimpinan Daerah adalah pengurus di tingkat propinsi.

6. Dewan Pimpinan Cabang adalah pengurus di tingkat Kabupaten/Kota.

7. Penasehat adalah mereka yang oleh ISKA dipandang mampu memberikan


pandangan dan pemikiran yang arif mengenai berbagai hal, baik dari
kalangan hirarki gereja maupun dari kalangan awam Katolik.

8. Moderator adalah Imam Katolik yang oleh ISKA dipandang mampu dan
layak memberikan bimbingan iman (spiritual), dan diangkat dengan
seijin Hirarki.

9. Dewan Penyantun adalah individu yang membantu ISKA untuk


penyediaan dana, sarana dan prasarana guna kelancaran pelaksanaan
program ISKA.

10. Dewan Pakar adalah individu yang memiliki keahlian/kemampuan


intelektual yang diakui masyarakat luas/ISKA yang membantu ISKA
dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program-program
dengan keahlian profesi/ilmu yang dimilikinya.

11. Santo Pelindung ISKA adalah orang kudus yang kesucian hidup dan
pengabdian intelektualnya menjadi sumber inspirasi kehidupan Katolik.
BAB II
Nama, Waktu, Kedudukan dan Santo Pelindung

Pasal 2

1. Organisasi ini bernama Ikatan Sarjana Katolik Indonesia disingkat ISKA.


2. ISKA didirikan pada tanggal 22 Mei 1958 di Jakarta untuk waktu yang
tidak ditentukan.
3. Presidium Pusat ISKA berkedudukan di Ibukota Negara Republik
Indonesia.
4. Santo Pelindung ISKA adalah Santo Albertus Magnus.

BAB III
Asas

Pasal 3
ISKA berasaskan Pancasila

BAB IV
Tujuan dan Fungsi

Pasal 4
Tujuan

ISKA bertujuan mengoptimalkan peran Sarjana/Cendekiawan Katolik


meningkatkan iman dan ilmu pengetahuannya, secara berkesinambungan,
demi kebaikan sesama manusia dalam pengabdiannya kepada masyarakat,
bangsa, Negara dan Gereja.

Pasal 5
Fungsi

ISKA berfungsi sebagai :


1. Wadah komunikasi antar Sarjana/Cendekianwan Katolik untuk
memperluas wawasan masing-masing, membentuk pendapat bersama,
saling meneguhkan hati nurani sesuai dengan ajaran, iman dan moral
Katolik.
2. Wadah kerjasama antara sarjana Katolik dengan Hirarki dan umat
katolik, masyarakat, pemerintah dan organisasi/lembaga lainnya, baik di
dalam dan atau di luar negeri.
3. Wadah pelayanan Sarjana/Cendekiawan Katolik untuk mewujudkan
tujuan ISKA dan pengabdian bersama kepada masyarakat, bangsa,
Negara dan Gereja.
BAB V
Ciri dan Sifat Organisasi

Pasal 6
Ciri Organisasi

ISKA merupakan organisasi kemasyarakatan yang bercirikan kebangsaan,


keilmuan dan kecendekiawanan yang dijiwai dengan semangat Katolik.

Pasal 7
Sifat

1. ISKA merupakan organisasi kemasyarakatan yang memiliki sifat


terbuka, bebas dan mandiri.
2. Sifat-sifat tersebut diwujudkan dalam pembangunan umat manusia,
masyarakat, bangsa dan negara; menjunjung tinggi martabat manusia
berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan dan kecendekiawanan dalam kasih.
3. Sifat terbuka diwujudkan dalam penerimaan anggota, partisipasi,
penampungan aspirasi para anggota dengan sasaran pengabdian kepada
masyarakat umum, bangsa dan negara.
4. Kebebasan dan kemandirian dinyatakan dengan sikap kecendekiawanan
yaitu berdaya kritis, berdiri sendiri, tidak menjadi bagian dari organisasi
kekuatan sosial politik atau birokrasi pemerintah.

BAB VI
Lambang dan Atribut Organisasi

Pasal 8

Lambang dan atribut organisasi dicantumkan dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII
Kegiatan

Pasal 9
Kegiatan
Dalam mewujudkan tujuan dan fungsinya, ISKA menyelenggarakan kegiatan
yang sesuai dengan panggilannya sebagai warga negara Indonesia dan
Sarjana/Cendekiawan Katolik dengan mengamalkannya sesuai keahliannya.
BAB VIII
Keanggotaan

Pasal 10

1. Keanggotaan ISKA terdiri atas :


a. Anggota Biasa
b. Anggota Luar Biasa
c. Anggota Kehormatan

2. Anggota Biasa adalah Sarjana/Cendekiawan Indonesia beragama


Katolik yang diterima melalui masa penerimaan anggota ISKA.
3. Anggota Luar Biasa adalah Sarjana/Cendekiawan Indonesia yang tidak
beragama Katolik tetapi menerima asas, tujuan, fungsi dan cara-cara
kerja ISKA.
4. Anggota kehormatan adalah mereka yang berdasarkan keputusan
Musyawarah Nasional diangkat menjadi anggota kehormatan karena
telah berjasa luar biasa terhadap ISKA.

Pasal 11
Kewajiban dan Hak Anggota

1. Setiap anggota berkewajiban mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran


Rumah Tangga, ketetapan-ketetapan Musyawarah Nasional dan
keputusan-keputusan ISKA.
2. Peraturan keanggotaan lainnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
dan Peraturan Organisasi.

BAB IX
Struktur Organisasi dan Kepengurusan

Pasal 12
Struktur

Struktur ISKA terdiri atas :


1. Presidium Pusat di tingkat Nasional, berkedudukan di Ibukota Negara.
2. Dewan Pimpinan Daerah di tingkat Propinsi, berkedudukan di Ibukota
Propinsi atau di Kota lain yang ditetapkan oleh Musyawarah Daerah.
3. Dewan Pimpinan Cabang di tingkat Kabupaten/Kota, berkedudukan di
Ibukota Kabupaten/Kota atau di wilayah Kabupaten/Kota tersebut yang
ditetapkan oleh Musyawarah Cabang.
Pasal 13
Kepengurusan

Kepengurusan ISKA terdiri dari :


1. Presidium Pusat yang terdiri dari Ketua, Sekretaris Jenderal,
Bendahara, Anggota Presidium dan Departemen-departemen.
2. Ketua, Sekretaris Jenderal dan Bendahara berkedudukan di Ibukota
Negara.
3. Dewan Pimpinan Daerah terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan
Bidang-bidang.

4. Dewan Pimpinan Cabang terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan


Bidang-bidang.
5. Kepengurusan ISKA seharusnya memperhatikan keterwakilan
perempuan baik di pusat, daerah maupun cabang.

Pasal 14
Masa Bakti Pengurus

1. Presidium Pusat dipilih untuk masa bakti 4 (empat) tahun melalui


Musyawarah Nasional.
2. Pengurus Dewan Pimpinan Daerah dipilih untuk masa bakti 4 (empat)
tahun melalui Musyawarah Daerah.
3. Pengurus Dewan Pimpinan Cabang dipilih untuk masa bakti 4 (empat)
tahun melalui Musyawarah Cabang.
4. Ketua Presidium, Ketua Dewan Pimpinan Daerah dan Ketua Dewan
Pimpinan Cabang dapat dipilih kembali untuk menduduki jabatan yang
sama secara berturut-turut paling lama 2 (dua) masa bakti (periode).
5. Keanggotaan Penasehat, Pakar, Penyantun dan Moderator disesuaikan
dengan masa bakti kepengurusan pada masing-masing struktur ISKA.

Pasal 15
Tugas, Wewenang dan Tanggungjawab Pengurus

1. Presidium Pusat melaksanakan kebijakan umum ISKA ditingkat pusat


dan mendayagunakan pelaksanaan kebijakan umum ISKA ditingkat
Daerah dan Cabang. Presidium bertanggungjawab kepada Musyawarah
Nasional.

a. Pembagian tugas anggota Presidium Pusat diatur sendiri oleh


Presidium Pusat dengan memperhatikan bidang-bidang yang telah
ditetapkan.
b. Ketua Presidium dan Sekretaris Jenderal bertindak keluar mewakili
dan atas nama organisasi ISKA pada tingkat nasional dan
internasional sesuai dengan ketentuan AD/ART.
c. Ketua-ketua Departemen bertugas mengkoordinasikan kegiatan-
kegiatan intern organisasi sesuai dengan tugas masing-masing.

2. Dewan Pimpinan Daerah bertugas mengkoordinasikan Cabang-Cabang


yang ada di wilayahnya. Segala kegiatan Dewan Pimpinan Daerah
dilaporkan kepada Presidium Pusat dan dipertanggung-jawabkan di
Musyawarah Daerah.

a. Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah bertindak keluar


mewakili dan atas nama daerah masing-masing sesuai dengan
ketentuan AD/ART.
b. Pembagian tugas diantara anggota-anggota Dewan Pimpinan
Daerah diatur oleh Dewan Pimpinan Daerah sendiri.

3. Dewan Pimpinan Cabang melaksanakan kebijakan umum ISKA


ditingkat Cabang dan mendayagunakan pelaksanaan kebijakan umum
ISKA ditingkat Daerah. Segala kegiatan Dewan Pimpinan Cabang
dilaporkan kepada Dewan Pimpinan Daerah dan dipertanggung-
jawabkan di Musyawarah Cabang.

a. Pembagian tugas diantara anggota-anggota pengurus Dewan


Pimpinan Cabang diatur sendiri oleh Dewan Pimpinan Cabang.
b. Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang bertindak keluar
mewakili dan atas nama Cabang masing-masing sesuai dengan
ketentuan AD/ART.
c. Penasehat dan Moderator memberikan nasehat dan bimbingan yang
berkenaan dengan organisasi dan dari iman/spiritual kepada pengurus
dan anggota ISKA pada masing-masing struktur kepengurusan, baik
diminta maupun tidak diminta.

4. Wewenang Presidium Pusat, Dewan Pimpinan daerah dan Dewan


Pimpinan Cabang diatur lebih lanjut di Anggaran Rumah Tangga.
BAB X
Musyawarah, Rapat Pimpinan, Kerja dan Rapat Pengurus

Pasal 16

1. Musyawarah Nasional merupakan pemegang kekuasaan tertinggi


organisasi, diadakan setiap 4 (empat) tahun, dengan wewenang :
a. Menetapkan atau mengubah AD/ART.
b. Menetapkan Program Umum Organisasi.
c. Menilai laporan pertanggung jawaban Presidium Pusat.
d. Memilih dan menetapkan Ketua Presidium masa bakti berikutnya.
2. Musyawarah Nasional Luar Biasa mempunyai wewenang yang sama
dengan Musyawarah Nasional, diadakan apabila keadaan mengharuskan
adanya keputusan yang wewenangnya berada pada Musyawarah
Nasional, baik atas permintaan Presidium Pusat atau atas permintaan
sekurang-kurangnya 2/3 jumlah Dewan Pimpinan Daerah dan 2/3
jumlah Dewan Pimpinan Cabang.
3. Rapat Pimpinan Nasional dan Rapat Pimpinan Daerah diadakan sekali
dalam periode kepengurusan.
4. Musyawarah Daerah merupakan pemegang kekuasaan tertinggi
organisasi ditingkat daerah, diadakan setiap 4 (empat) tahun dengan
wewenang :
a. Menetapkan Program Umum Organisasi Daerah.
b. Menilai laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Daerah.
c. Memilih dan menetapkan Ketua Dewan Pimpinan Daerah masa
bakti berikutnya.
d. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dianggap perlu sabagai
pelaksanaan AD/ART, ketetapan dan keputusan Musyawarah Nasional,
peraturan organisasi dan keputusan Presidium Pusat.
5. Musyawarah Cabang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi
organisasi di tingkat Cabang, diadakan setiap 4 (empat) tahun
dengan wewenang :
a. Menetapkan Program Umum Organisasi Cabang.
b. Menilai laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Cabang.
c. Memilih dan menetapkan Ketua Dewan Pimpinan Cabang masa
bakti berikutnya.
d. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dianggap perlu sabagai
pelaksanaan AD/ART, ketetapan dan keputusan Musyawarah Nasional,
peraturan organisasi dan keputusan Presidium Pusat.
6. Rapat Kerja dan Rapat Pengurus, diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB XI
Kekayaan

Pasal 17

ISKA memperoleh kekayaan dari :


1. Iuran dan uang pangkal para anggota di tingkat Cabang, yang besarnya
ditetapkan oleh Musyawarah Cabang sesuai kebijakan umum organisasi.
2. Bantuan dan sumbangan yang tidak mengikat dari sumber yang halal
dan sah, di tingkat Cabang, Daerah maupun Nasional.
3. Usaha lain yang sah.

BAB XII
Pembubaran

Pasal 18

1. ISKA hanya dapat dibubarkan berdasarkan ketetapan musyawarah


untuk mufakat dalam Musyawarah Nasional yang diselenggarakan
khusus untuk keperluan itu dan memenuhi persyaratan quorum,
ditetapkan dalam ART.
2. Kekayaan ISKA setelah pembubaran diserahkan kepada organisasi
sosial yang telah ditunjuk oleh Musyawarah Nasional Pembubaran

BAB XIII
Perubahan Anggaran Dasar dan Penutup

Pasal 19

1. Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Musyawarah Nasional


yang sah dalam Sidang Pleno yang memenuhi persyaratan quorum.
2. Segala sesuatu yang belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini,
ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga yang tidak boleh
bertentangan dengan Anggaran Dasar ini.
ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN SARJANA
KATOLIK INDONESIA “SANCTUS ALBERTUS MAGNUS”
BAB I
Lambang dan Atribut Organisasi

Pasal 1

Lambang organisasi ISKA mempunyai unsur-unsur:

1. Bokor: yang tertulis ISKA, artinya ialah wadah atau tempat berhimpun
para Sarjana/Cendekiawan Katolik tanpa membedakan profesi dan asal
maupun keturunan.
2. Padi dan Kapas: yang menghiasi dan memberi isi pada ISKA, berarti
mengutamakan keseimbangan antara pengabdian pada masyarakat dan
kesejahteraan sosial bagi anggota-anggotanya.
3. Kitab/Buku: artinya ilmu pengetahuan perlu dikembangkan oleh/dan di
kalangan ISKA dan masyarakat.
4. Salib: semangat cinta kasih Kristus atau jiwa Katolik mengilhami
ISKA dalam berkarya.
5. Warna Dasar Kuning: menunjukkan semangat Kekatolikan.

Pasal 2

1. Mars ISKA dan penggunaannya ditetapkan oleh


Musyawarah Nasional.
2. Bendera dan kartu tanda anggota di tingkat Cabang dan
penggunannya diatur melalui keputusan Presidium Pusat.

BAB II
Kegiatan

Pasal 3

1. Kegiatan internal organisasi:


a. Mengadakan kegiatan kerohanian/pendalaman iman.
b. Mengadakan kaderisasi anggota.
c. Mengadakan pertemuan-pertemuan ilmiah.
d. Menyelenggarakan acara-acara kekeluargaan.
e. Dan lain-lain sesuai dengan ketetapan pengurus.
2. Kegiatan eksternal organisasi:
a. Mengadakan komunikasi dengan hierarki dan pemerintah.
b. Mengadakan komunikasi dan kerjasama dengan
organisasi/lembaga lainnya.
c. Mengadakan kegiatan pelayanan kepada masyarakat.
d. Dan lain-lain sesuai dengan ketetapan pengurus.

BAB III
Keanggotaan

Pasal 4

1. Anggota biasa diterima oleh Dewan Pimpinan Cabang setelah


memenuhi syarat-syarat penerimaan anggota.
2. Penerimaan Calon anggota biasa diselenggarakan oleh Dewan
Pimpinan Cabang melalui masa penerimaan anggota.
3. Masa penerimaan anggota dilakukan untuk menerima calon anggota
biasa, calon anggota luar biasa dan calon anggota kehormatan untuk
ditetapkan sebagai anggota setelah memenuhi syarat-syarat penerimaan
anggota.

Pasal 5

1. Anggota Luar biasa diterima melalui pengajuan Dewan Pimpinan


Cabang kepada Presidium Pusat berdasarkan rekomendasi Dewan
Pimpinan Daerah.
2. Penerimaan calon anggota luar biasa yang akan diajukan oleh Dewan
Pimpinan Cabang dilakukan melalui masa penerimaan anggota.
3. Presidium Pusat setelah memperhatikan pertimbangan-pertimbangan
Dewan Pimpinan Cabang dan Dewan Pimpinan Daerah memutuskan
untuk menerima atau menolak permintaan tersebut dalam waktu
selambat-lambatnya 40 hari setelah menerima permintaan pengajuan
tersebut.

Pasal 6

1. Anggota kehormatan diberikan oleh Musyawarah Nasional kepada


mereka yang diakui telah berjasa luar biasa kepada ISKA.
2. Usulan menjadi anggota kehormatan dilakukan melalui Dewan
Pimpinan Cabang berdasarkan rekomendasi Dewan Pimpinan Daerah
yang diajukan kepada Presidium Pusat, untuk mendapat persetujuan
Musyawarah Nasional yang disertai pertimbangan-pertimbangan.
3. Dalam hal khusus, Presidium Pusat dapat mengangkat anggota
kehormatan yang akan dipertanggungjawabkan dalam Musyawarah
Nasional.

BAB IV
Hak dan Kewajiban Anggota

Pasal 7

1. Setiap anggota berhak untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan


oleh ISKA.
2. Setiap anggota biasa mempunyai hak suara serta hak dipilih dan
memilih untuk memangku jabatan dalam kepengurusan organisasi.
3. Anggota luar biasa dan anggota kehormatan mempunyai hak
memberikan pendapat dan saran-saran.

Pasal 8

1. Setiap anggota wajib mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah


Tangga serta peraturan-peraturan lain yang ditetapkan oleh ISKA.
2. Setiap anggota wajib menjunjung tinggi nama baik ISKA.
3. Anggota biasa dan anggota luar biasa wajib membayar iuran anggota.

Pasal 9

Keanggotaan berakhir karena:


1. Permintaan berhenti secara tertulis sebagai anggota.
2. Meninggal dunia.
3. Diberhentikan dengan tidak hormat karena terbukti melanggar
AD/ART dan ketentuan organisasi.

Pasal 10

1. Permintaan berhenti secara tertulis ditujukan kepada Presidium Pusat


melalui Dewan Pimpinan Cabang.
2. Anggota biasa dan luar biasa yang merugikan ISKA dapat diberhentikan
oleh Dewan Pimpinan Cabang dan anggota yang diberhentikan berhak
melakukan pembelaan diri dalam Musyawarah Cabang.
3. Pembelaan dianggap telah dilakukan apabila anggota yang bersangkutan
tidak bersedia membela diri atau pun tidak hadir dalam Musyawarah
Cabang setelah dipanggil tiga kali berturut-turut secara tertulis dalam
jangka waktu 60 hari.
4. Pengiriman surat panggilan dilaksanakan melalui pos tercatat/bukti
ekspedisi.
5. Apabila anggota biasa tersebut juga menduduki jabatan dalam
kepengurusan ISKA, terlebih dahulu Presidium Pusat memberhentikan
yang bersangkutan dari jabatannya.
6. Presidium Pusat mempertanggungjawabkan tindakan pemberhentian
tersebut di dalam Musyawarah Nasional yang berikutnya.

Pasal 11

1. Anggota kehormatan yang melakukan tindakan yang merugikan ISKA


dapat dicabut keanggotaannya oleh Presidium Pusat.
2. Yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri di depan
Rapat Presidium Pusat.
3. Pembelaan dianggap telah dilakukan apabila anggota yang bersangkutan
tidak bersedia membela diri atau pun tidak hadir dalam Rapat Presidium
Pusat setelah dipanggil tiga kali berturut-turut baik secara tertulis dalam
jangka waktu 90 hari.
4. Pengiriman surat panggilan dilaksanakan melalui pos tercatat/bukti
ekspedisi
5. Presidium Pusat mempertanggungjawabkan tindakan pencabutan
keanggotaan kehormatan tersebut di dalam Musyawarah Nasional yang
berikutnya.

BAB V
Keorganisasian

Pasal 12
Cabang

1. Cabang dapat didirikan di ibukota kabupaten atau kota, apabila terdapat


sekurang-kurangnya 15 (lima belas) orang yang mempunyai syarat-
syarat sebagai anggota biasa.
2. Calon Cabang harus mengajukan permintaan pengesahan sebagai
Cabang kepada Presidium Pusat berdasarkan rekomendasi Dewan
Pimpinan Daerah dan akan dikukuhkan dalam Surat Keputusan
Presidium Pusat.
3. Dalam hal disatu Propinsi belum terbentuk Dewan Pimpinan Daerah,
maka pengajuan Cabang baru ditujukan kepada Presidium Pusat.
4. Pengesahan dan pelantikan dilakukan oleh Presidium Pusat atau yang
ditunjuk mewakili Presidium Pusat.
5. Dewan Pimpinan Cabang berwenang untuk menjalankan organisasi
berdasarkan AD/ART dan peraturan organisasi yang berlaku.
6. Untuk mendukung kegiatan organisasi, Dewan Pimpinan Cabang dapat
membentuk lembaga otonom yang kepengurusannya diatur dalam
peraturan organisasi ditingkat cabang.

Pasal 13
Daerah

1. Dewan Pimpinan Daerah dibentuk sekurang-kurangnya oleh 3 Dewan


Pimpinan Cabang berdasarkan musyawarah daerah.

2. Dalam situasi Dewan Pimpinan Daerah belum terbentuk oleh karena


belum terpenuhinya sekurang-kurangnya 3 Dewan Pimpinan Cabang,
maka Dewan Pimpinan Daerah tersebut dapat ditetapkan oleh Presidium
Pusat berdasarkan kewenangan Presidium Pusat.
3. Dewan Pimpinan Daerah berwenang untuk menjalankan organisasi
berdasarkan AD/ART dan peraturan organisasi yang berlaku serta
koordinasi/pembinaan terhadap Dewan Pimpinan Cabang pada
wilayahnya.
4. Untuk mendukung kegiatan organisasi, Dewan Pimpinan Daerah dapat
membentuk lembaga otonom yang kepengurusannya diatur dalam
peraturan organisasi ditingkat daerah.

Pasal 14
Pusat

1. Presidium Pusat bertugas untuk menyelenggarakan roda organisasi


secara nasional.
2. Presidium Pusat berhak membekukan dan atau membubarkan Dewan
Pimpinan Cabang/Dewan Pimpinan Daerah yang melakukan tindakan
merugikan nama baik ISKA atau pelanggaran berat terhadap
keputusan/ketetapan/kebijaksanaan organisasi yang lebih tinggi dari
keputusan musyawarah Cabang/Musyawarah Daerah.
3. Dewan Pimpinan Cabang/Dewan Pimpinan Daerah tersebut diberi
kesempatan untuk membela diri di depan Rapat Presidium Pusat.
4. Pembelaan dianggap telah dilakukan apabila Dewan Pimpinan
Cabang/Dewan Pimpinan Daerah tersebut tidak bersedia membela diri
atau pun tidak hadir dalam Rapat Presidium setelah dipanggil tertulis tiga
kali berturut-turut dalam jangka waktu 60 hari.
5. Presidium Pusat akan mempertanggungjawabkan tindakan pembekuan
atau pembubaran di dalam Musyawarah Nasional yang berikutnya.
6. Pengiriman surat panggilan dilaksanakan melalui pos tercatat/bukti
ekspedisi.
BAB VI
Pengaturan Keuangan

Pasal 15

1. Besarnya iuran/uang pangkal ditetapkan Musyawarah Cabang.


2. Perolehan iuran disetorkan 10% (sepuluh persen) ke Dewan Pimpinan
Daerah yang penggunaannya dipertanggungjawabkan kepada
Musyawarah Daerah.
3. Perolehan iuran disetorkan 10% (sepuluh persen) ke Presidium Pusat
yang penggunaannya dipertanggungjawabkan kepada Musyawarah
Nasional.
4. Perolehan iuran sebesar 80 % (Delapan puluh persen) diperuntukkan
bagi oleh Dewan Pimpinan Cabang yang penggunaannya
dipertanggung-jawabkan kepada Musyawarah Cabang.
5. Jumlah minimum dan jumlah maksimum iuran/uang pangkal
dimasukkan dalam kebijaksanaan umum yang ditetapkan pada
Musyawarah Nasional.
6. Pengaturan keuangan diselenggarakan oleh bendahara secara akuntabel.
7. Laporan keuangan dipertanggungjawabkan sebagai bagian dari laporan
pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Cabang/Dewan Pimpinan
Daerah/Presidium Pusat.

BAB VII
Musyawarah-musyawarah, Rapat Kerja dan Rapat Pengurus

Pasal 16

Segala permasalahan yang timbul dalam ISKA dibicarakan secara


musyawarah dan mufakat, dengan semangat kekeluargaan tanpa mengurangi
hak Presidium Pusat dan DPC/ DPD untuk menjalankan kebijakannya.

Pasal 17
Musyawarah-musyawarah

1. Musyawarah Nasional diselenggarakan oleh Presidium Pusat.


2. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diselenggarakan atas inisiatif
Presidium Pusat atau Dewan Pimpinan Cabang / Dewan Pimpinan
Daerah apabila sekurang-kurangnya 2/3 jumlah Dewan Pimpinan
Cabang dan 2/3 Jumlah Dewan Pimpinan Daerah menyetujuinya,
dengan tujuan yang jelas dan dilengkapi dengan uraian tentang alasan
penyelenggaraan Musyawarah Nasional Luar Biasa.
3. Permintaan tersebut harus dipenuhi dalam jangka waktu selambat-
lambatnya 90 hari setelah diterimanya surat permintaan, dan dipandang
relevan dengan situasinya.

Pasal 18

1. Musyawarah Nasional dianggap sah bila dihadiri oleh wakil-wakil dari


sekurang-kurangnya lebih dari separuh jumlah Dewan Pimpinan Daerah
dan Dewan Pimpinan Cabang.
2. Bila jumlah Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang
yang diwakili kurang dari separuh, maka keputusan dianggap sah bila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang yang tidak
hadir harus memberikan alasan ketidakhadirannya atau memberikan
mandat kepada Dewan Pimpinan Daerah atau Dewan Pimpinan
Cabang yang terdekat atau langsung ke Presidium Pusat.
b. Apabila Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang
tersebut tidak dapat hadir dan tidak memberikan mandat, dianggap
menerima semua keputusan-keputusan Musyawarah Nasional.
c. Undangan kepada Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan
Cabang dilakukan melalui surat tercatat, dikirimkan sekurang-
kurangnya satu bulan sebelum tanggal penyelenggaraan Musyawarah
Nasional /Musyawarah Nasional Luar Biasa.

Pasal 19

1. Musyawarah Daerah diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah.


2. Musyawarah Daerah dalam satu provinsi berfungsi untuk merumuskan
kebijakan dan program strategis ISKA di tingkat propinsi, menerima
pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Daerah dan memilih ketua
Dewan Pimpinan Daerah.
3. Undangan dikirimkan kepada Dewan Pimpinan Cabang dengan bukti
ekspedisi/tercatat/sekurang-kurangnya sepuluh hari sebelum hari/
tanggal diselenggarakannya Musyawarah Daerah.
4. Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diselenggarakan oleh Dewan
Pimpinan Daerah atau Dewan Pimpinan Cabang apabila sekurang-
kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Dewan Pimpinan Cabang
menyetujuinya, dengan maksud yang jelas dan disertai tentang
alasannya.
5. Permintaan tersebut harus dipenuhi dalam jangka waktu selambat-
lambatnya 30 hari setelah diterimanya surat permintaan, bila relevan
dengan situasinya.
Pasal 20

1. Musyawarah Cabang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Cabang.


2. Musyawarah Cabang dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-
kurangnya lebih dari separuh anggotanya.
3. Undangan dikirimkan kepada anggota dengan bukti ekspedisi/tercatat/
sekurang-kurangnya sepuluh hari sebelum hari/tanggal diselenggarakan-
nya Musyawarah Cabang.
4. Bila quorum tidak tercapai, maka Musyawarah Cabang dianggap sah
apabila pertemuan telah ditunda selama satu setengah jam dari saat
dinyatakan dibuka oleh Pimpinan/Ketua Dewan Pimpinan Cabang atau
yang mewakilinya.
5. Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat diselenggarakan oleh Dewan
Pimpinan Cabang atau anggota apabila sekurang-kurangnya 2/3 (dua
pertiga) dari jumlah anggota menyetujuinya, dengan maksud yang jelas
dan disertai tentang alasannya.
6. Permintaan tersebut harus dipenuhi dalam jangka waktu selambat-
lambatnya 30 hari setelah diterimanya surat permintaan, bila relevan
dengan situasinya.
Pasal 21
Rapat Pimpinan

1. Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas)


a. Rapimnas merupakan Rapat antara Presidium Pusat, Dewan
Pimpinan Daerah dan Dewan pimpinan Cabang untuk membahas hal-
hal penting menyangkut perjalanan dan perkembangan organisasi
serta mengkaji masalah aktual yang terjadi dalam kehidupan
berbangsa, bernegara dan meng-Gereja.
b. Rapimnas diselenggarakan pada setiap tahun kedua dari 4 (empat)
tahun masa bakti Presidium Pusat.

2. Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda)


a. Rapimda merupakan rapat antara Dewan Pimpinan Daerah dan
Dewan Pimpinan Cabang di wilayahnya, membahas hal-hal penting
menyangkut perjalanan dan perkembangan organisasi.
b. Rapimda diselenggarakan pada setiap tahun kedua dari 4 (empat)
masa bakti Dewan Pimpinan Daerah.

3. Rapat Kerja Cabang (Rakercab)


a. Rapat Kerja Cabang merupakan rapat kerja antara Pengurus harian
Dewan Pimpinan Cabang, bidang-bidang dan lembaga dalam cabang
tersebut untuk membahas hal-hal penting menyangkut perjalanan dan
perkembangan organisasi.
b. Rapat Kerja cabang diselenggarakan pada setiap tahun, mengevaluasi
program kerja tahun yang telah berjalan dan menjabarkan program
pokok masa bakti Dewan Pimpinan Cabang untuk tahun berikutnya.

Pasal 22
Rapat Pengurus

1. Rapat rutin Presidium Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, dan Dewan


Pimpinan Cabang sedapatnya diadakan sebulan sekali.
2. Rapat Presidium Pusat untuk mendengarkan pembelaan dilaksanakan
setelah pemberitahuan tertulis kepada Dewan Pimpinan Daerah dan
Dewan Pimpinan Cabang dengan bukti ekspedisi/tercatat, dan dapat
dihadiri oleh utusan-utusan Dewan Pimpinan Daerah dan utusan-utusan
Dewan Pimpinan Cabang.

BAB VIII
Keputusan/Ketetapan/Kebijaksanaan Organisasi

Pasal 23

Tingkatan/susunan keputusan, ketetapan dan kebijaksanaan organisasi


adalah sebagai berikut:
1. Keputusan/ketetapan Musyawarah Nasional/Musyawarah Nasional
Luar Biasa.
2. AD/ART.
3. Keputusan Presidium Pusat.
4. Peraturan Organisasi (PO).
5. Ketetapan-ketetapan hasil rapat pimpinan nasional (Rapimnas).

Pasal 24
Perubahan Anggaran Rumah Tangga

Perubahan Anggaran Rumah Tangga dilaksanakan dalam Musyawarah


Nasional.

BAB IX
Lain-lain

Pasal 25

Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah


Tangga, diatur dalam bentuk keputusan, ketetapan, kebijaksanaan organisasi
yang lebih rendah.
STRUKTUR PENGURUS
PRESIDIUM PUSAT IKATAN SARJANA KATOLIK INDONESIA
''SANCTUS ALBERTUS MAGNUS''
PERIODE 2022-2026

DEWAN KEHORMATAN
 Mgr. Ignatius Suharyo Harjoatmodjo
 Mgr. V. Sensi Potokota
 Johnny G. Plate
 Purnomo Yusgiantoro
 Ignasius Jonan
 Michael Utama
 Titus Sarijanto
 Gories Mere
 Djoko Wiyono

DEWAN PAKAR
Ketua : Hendrik H. Sitompul
Anggota : Agung Pambudhi
Adrianus Asia Sidot
Adrianus Eliasta Meliala
A. Prasetyantoko
Yustinus Prastowo
Robert Simbolon
Robert Endi Djaweng
Hotman Simbolon
Liona Nanang Supriatna
Brigjen. Pol. Sri Suari
Leopold Sudaryono
Rospita Vici Paulyn

DEWAN PENASIHAT
Ketua : V. Hargo Mandirahardjo
Anggota : Muliawan Margadana
Leonardo J. Renyut
AM Putut Prabantoro
Hermawi F. Taslim
Barnabas Yusuf Hura
Ida Ayu Puspasari
Paulus Januar
Linus Setiadi
Bonifasius Nadya Aribowo
Widiarsi Agustina
Kikin Tarigan

Pastor Moderator : Antonius Widyarsono, S.J.

DEWAN PENGURUS

Ketua Presidium : Luky A. Yusgiantoro


Presidium Politik dan Hubungan Antar : Joanes Joko
Lembaga
Presidium Dialog Hubungan Antar Agama : M.M. Restu Hapsari
dan Kepercayaan
Presidium Pendidikan dan Budaya : Ririt Yuniar
Presidium Kebijakan Publik dan : Daniel Tonapa Masiku
Pemerintahan
Presidium Komunikasi Publik dan Media : Asni Ovier Dengen Paluin
Presidium Hukum dan Hak Asasi Manusia : Sandra Nangoy
Presidium Perekonomian dan Pariwisata : Nugroho Agung Wijoyo
Presidium Hubungan Luar Negeri : Hermien Y. Kleden
Presidium Teknologi Informasi, Inovasi : Prasetyo Nurhardjanto
dan SDM
Presidium Kemaritiman, Energi dan : Protasius L Hasudungan Siboro
Infrastruktur
Presidium Riset dan Pengabdian : Stefanus Rengkuan
Masyarakat
Presidium Lingkungan Hidup dan : Silverius Oscar Unggul
Kesehatan Masyarakat
Presidium Sosial Kemasyarakatan dan : Herry Johanes
Pertahanan Keamanan

Sekretaris Jenderal : CH. Arie Sulistiono


Wakil Sekretaris Jenderal : Ferlansius Pangalila
Wakil Sekretaris Jenderal : Fredi Tulis
Wakil Sekretaris Jenderal : Pinkan Serfien
Wakil Sekteraris Jenderal : Fernando Situmorang

Bendahara Umum : Gomas Harun


Wakil Bendahara : Yohanes Ardian
Wakil Bendahara : Ardy Susanto
Wakil Bendahara : Michelle Wondal
DEPARTEMEN

Politik dan Hubungan Antar


Lembaga
Ketua : Osbin Samosir
Anggota : Adrianus Senen
Anggota : Pave Devi Purgativa
Anggota : Alexander Philiph Sitinjak

Dialog Hubungan Antar Agama dan


Kepercayaan
Ketua : Dr. Bruno Rumyaru, MA
Anggota : Marsianus Wawo Daso
Anggota : Maria Premiyanti Rora

Pendidikan dan Budaya


Ketua :
Anggota : Alfonsus B. Say
Anggota : Sari Indah
Anggota : Ignatius Reyner Giovanni

Kebijakan Publik dan Pemerintahan


Ketua : Suparman Sirait
Anggota : Hotman Sahat Gayus
Anggota : Wahyu Handoko Yulianto

Komunikasi Publik dan Media


Ketua : Mercy Tirayoh
Anggota : Agustinus Tetiro (Gusti)
Anggota : Febryanto Silaban
Anggota : Fransiskus Saverius Herdiman

Hukum dan Hak Asasi Manusia


Ketua : Fransisca Romana Ninik
Anggota : Paskalis Da Cunha
Anggota : Longginus Hadi Pranoto
Anggota : Alboin C. Samosir

Perekonomian dan Pariwisata


Ketua : Kosmas Harefa
Anggota : FA. Manara Lodewijk Hutapea
Anggota : Christiana FARA Dharmastuti
Anggota : Geraldus Adi Listiono

Hubungan Luar Negeri


Ketua : Raymond Pardamean Sihombing
Anggota : Johanes Carmelo
Anggota : Katharina Reni Lestari

Teknologi Informasi, Inovasi dan


SDM
Ketua : Yulius Denny Prabowo
Anggota : Liza M. Budihardja
Anggota : Margaretha Astaman
Anggota : Ferusta Nova Adi Pratama
Anggota : Joseph Suyandi
Anggota : Maria Josefina

Kemaritiman, Energi dan


Infrastruktur
Ketua : Leonardus Wahyudi Purwono
Anggota : Antonius Bintarto Ekoprasetyo
Anggota : Irawan Wibisono
Anggota : Maria Alexandra Sare

Riset dan Pengabdian Masyarakat


Ketua : Makmur Adrianus Siboro
Anggota : Helmina Dewi Lestari
Anggota : George Martin Sirait
Anggota : Devi Angrahini Anni Lembana

Lingkungan Hidup dan Kesehatan


Masyarakat
Ketua : Dr. dr. Stephanie Settrin, Ch., Sp.PK.
Anggota : dr. Veronica E.A.A. Felnditi, MARS.
Anggota : Anastasia Rosalinda Beka
Anggota : Felicia Grace

Sosial Kemasyarakatan dan


Pertahanan Keamanan
Ketua : Maria Gorety Nereng
Anggota : Stanley Dale
Anggota : Halim Tjiwidjaja

Koordinator Wilayah
Sumatera : Delphius Ginting
Jawa : Sentot Suciarto
Kalimantan : Michael Jeno
Bali dan Nusa Tenggara : Yakobus Muda
Sulawesi : N. Tri S. Saptadi
Maluku dan Papua : Ambrosius Kelitadan

Anda mungkin juga menyukai