Anda di halaman 1dari 64

ANGGARAN DASAR

GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA


PEMBUKAAN

Sesungguhnya Yesus Kristus, Anak Allah dan Juruselamat, ialah Tuhan manusia dan alam
semesta. Kehadiran-Nya dalam sejarah ialah perbuatan Allah untuk menebus dan menyelamatkan
manusia melalui kematian dan kebangkitan-Nya yang menjadikan semuanya baru dan sempurna.

Anugerah-Nya yang dinyatakan dalam karya-Nya memanggil manusia untuk percaya dan
mengucap syukur dalam penatalayanan alam semesta, mewujudkan iman, pengharapan dan cinta kasih
dalam kehidupan sehari-hari.

Roh Kudus menghidupkan persekutuan orang beriman selaku Gereja yang esa, am dan rasuli,
yang diutus untuk menyampaikan kabar keselamatan dan pembebasan bagi pembaruan manusia dan
alam semesta.

Maka menjadi panggilan dan pengutusan setiap warga gereja yang ditempatkan Tuhan di dalam
perjalanan sejarah bangsa dan negara Indonesia, untuk menyatakan kehadiran-Nya dalam pemberitaan-
Nya dan kehidupan yang bertanggungjawab bersumber pada Alkitab yang menyaksikan Yesus Kristus
ialah Tuhan dan Juruselamat di dalam keesaan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus yang mengerjakan
keselamatan manusia untuk mewujudkan kesejahteraan, perdamaian, keadilan dan kebenaran di tengah-
tengah Masyarakat, Bangsa dan Negara.

Untuk mewujudkan panggilan dan pengutusan dalam kehidupan dan perkembangan perguruan
tinggi dan mahasiswa, maka pada tanggal 9 Februari 1950 Mahasiswa Kristen Indonesia yang
melanjutkan usaha Christelijke Studenteen Vereeniging op Java, yang berdiri pada tanggal 28 Desember
1932 di Kaliurang untuk mengikutsertakan Gereja dalam pergerakan oikumene dan perjuangan Bangsa
yang dalam revolusi kemerdekaan Indonesia menjelma menjadi Perhimpunan Mahasiswa Kristen
Indonesia bersama-sama dengan Christelijke Studenteen Vereeniging pada waktu itu timbul sebagai
persekutuan yang baru bersama-sama berjuang menegakkan dan mempertahankan Republik Indonesia,
Negara Proklamasi 17 Agustus 1945, kemudian meleburkan diri dan berhimpun dalam satu bentuk
persekutuan dengan nama Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia yang bergabung dalam World Student
Christian Federation.
Pasal 1

NAMA, TEMPAT DAN WAKTU

1. Organisasi ini bernama Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, disingkat GMKI.

2. Organisasi ini berkedudukan di tempat Pengurus Pusat.

3. Organisasi ini berdiri untuk waktu yang tidak ditentukan.

Pasal 2

ASAS

“Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, organisasi ini berasaskan Pancasila sebagai
satu-satunya ASAS”

Pasal 3

VISI DAN MISI

1. Visi Organisasi ini adalah terwujudnya kedamaian, kesejahteraan, keadilan, kebenaran, keutuhan
ciptaan dan demokrasi di Indonesia berdasarkan kasih.

2. Misi organisasi ini adalah:

a. Mengajak mahasiswa dan warga perguruan tinggi lainnya kepada pengenalan akan Yesus Kristus
selaku Tuhan dan Penebus dan memperdalam iman dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.

b. Membina kesadaran selaku warga gereja yang esa di tengah-tengah mahasiswa dan perguruan
tinggi dalam kesaksian memperbaharui masyarakat, manusia dan gereja.

c. Mempersiapkan pemimpin dan penggerak yang ahli dan bertanggung jawab dengan menjalankan
panggilan di tengah-tengah masyarakat, negara, gereja, perguruan tinggi dan mahasiswa, dan
menjadi sarana bagi terwujudnya kesejahteraan, perdamaian, keadilan, kebenaran dan cinta kasih
di tengah-tengah manusia dan alam semesta.

Pasal 4

USAHA

Organisasi ini berusaha mencapai visi dan misinya sejalan dengan asas organisasi
Pasal 5

STATUS DAN BENTUK ORGANISASI

1. Status : Organisasi ini adalah organisasi yang bersifat gerejawi dan tidak merupakan bagian dari
organisasi politik.

2. Bentuk : Organisasi ini berbentuk kesatuan yang mempunyai cabang-cabang di kota-kota perguruan
tinggi di Indonesia

Pasal 6

KEANGGOTAAN

1. Yang diterima menjadi anggota ialah mereka yang menerima visi dan misi serta bersedia menjalankan
usaha organisasi

2. Anggota terdiri dari :

a. Anggota biasa

b. Anggota luar biasa

c. Anggota kehormatan

d. Anggota penyokong

3. Hak Anggota :

a. Anggota biasa mempunyai hak suara, hak memilih dan hak dipilih.

b. Anggota luar biasa mempunyai hak dipilih dan hak usul.

c. Anggota kehormatan dan anggota penyokong mempunyai hak usul.

4. Kewajiban Anggota :

a. Bertanggung jawab mewujudkan visi, misi dan usaha berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga organisasi.

b. Bertanggung jawab mewujudkan dan membina persekutuan dalam kehidupan organisasi.


Pasal 7

ALAT PERLENGKAPAN ORGANISASI

1. Organisasi ini mempunyai alat perlengkapan yang terdiri :

a. Kongres.

b. Pengurus Pusat

c. Konperensi Cabang

d. Badan Pengurus Cabang

2. Kongres :

a. Kongres adalah badan tertinggi dalam organisasi.

b. Kongres berlangsung sekurang-kurangnya satu kali dalam dua tahun.

3. Pengurus Pusat (PP) :

a. Organisasi ini dipimpin oleh Pengurus Pusat.

b. Pengurus Pusat dipilih oleh Kongres untuk masa kerja dua tahun

4. Konperensi Cabang (Konpercab) :

a. Konperensi Cabang adalah badan yang tertinggi dalam cabang.

b. Konperensi Cabang berlangsung sekurang-kurangnya satu kali dalam dua tahun.

c. Konperensi Cabang berlangsung atas panggilan Badan Pengurus Cabang atau atas permintaan
sekurang-kurangnya dua per tiga jumlah anggota biasa.

5. Badan Pengurus Cabang (BPC) :

a. Cabang dipimpin oleh Badan Pengurus Cabang

b. Badan Pengurus Cabang dipilih oleh Konperensi Cabang untuk masa kerja satu atau dua tahun.
Pasal 8

KEPUTUSAN PERSIDANGAN

a. Keputusan persidangan organisasi ini diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat denganhikmah
kebijaksanaan, dan jika diperlukan diambil berdasarkan pemungutan suara terbanyak.

b. Pemungutan suara terbanyak dalam Kongres dilakukan dengan satu cabang satu suara.

Pasal 9

PERBENDAHARAAN

Perbendaharaan organisasi ini diperoleh dari iuran anggota, sumbangan dan pendapatan lain yang sesuai
dengan asas, visi dan misi organisasi.

Pasal 10

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

1. Perubahan Anggaran Dasar organisasi ini berlaku berdasarkan keputusan Kongres dengan persetujuan
sekurang-kurangnya tiga per empat jumlah suara utusan yang hadir.

2. a. Usul Perubahan Anggaran Dasar dari Cabang sudah disampaikan kepada Pengurus Pusat selambat-
lambatnya empat bulan sebelum Kongres.

b. Selanjutnya Pengurus Pusat sudah menyampaikan kepada cabang-cabang selambat-lambatnya dua


bulan sebelum Kongres.

Pasal 11

PEMBUBARAN

1. Organisasi ini dibubarkan berdasarkan keputusan Kongres yang khusus berlangsung untuk maksud
tersebut yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya tiga per empat jumlah cabang, serta memperoleh
persetujuan sekurang-kurangnya tiga per empat dari jumlah utusan yang hadir.

2. a. Pengurus Pusat memberitahukan kepada cabang-cabang selambat- lambatnya dua bulan sebelum
Kongres Khusus tersebut.

b. Kongres Khusus memutuskan mengenai hak milik organisasi.

Pasal 12

ATURAN TAMBAHAN

Hal-hal yang belum tercakup dalam Anggaran Dasar ini diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar.
ANGGARAN RUMAH TANGGA
GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA
Pasal 1

USAHA

1. Mempertumbuhkan dan memperdalam kehidupan beriman dengan doa, penelaahan Alkitab, Ibadah,
pembinaan persekutuan dan tanggung jawab bagi perkembangan, pembaharuan bagi keesaan gereja
yang am.

2. Membina kemajuan studi dan riset untuk mengikuti dan menguasai ilmu pengetahuan, mewujudkan
panggilan perguruan tinggi mahasiswa dalam mempersiapkan sarjana dan pemimpin yang ahli dan
bertanggungjawab bagi pembangunan dan pembaruan untuk mencapai kesejahteraan materil dan
spiritual

3. Membina pemimpin dan penggerak yang bekerja secara bertanggung jawab terhadap Allah dan
manusia di dalam masyarakat, negara, gereja, perguruan tinggi dan mahasiswa bagi terwujudnya
perdamaian, keadilan, kesejahteraan, kebenaran dan cinta kasih di tengah-tengah manusia dan alam
semesta.

Pasal 2

KEANGGOTAAN

1. Anggota terdiri dari :

a. Anggota biasa, yaitu mahasiswa, warga negara Indonesia, yang sedang mengikuti kuliah pada
perguruan tinggi di Indonesia sampai dua tahun sesudah tidak menjadi mahasiswa lagi.

b. Anggota luar biasa, yaitu :

(1) Bekas anggota biasa

(2) Bekas mahasiswa dan mahasiswa yang tidak termasuk dalam titik a.

c. Anggota kehormatan, yaitu mereka yang berjasa kepada organisasi.

d. Anggota penyokong, yaitu mereka yang bersedia membantu organisasi secara berkala dengan
jumlah yang ditentukan oleh Badan Pengurus Cabang.

2. Penerimaan anggota :

a. Anggota biasa diterima oleh Badan Pengurus Cabang setelah memenuhi syarat penerimaan
anggota.
b. Anggota luar biasa diterima oleh Badan Pengurus Cabang setelah memenuhi syarat penerimaan
anggota.

c. Anggota kehormatan diangkat oleh Pengurus Pusat atas usul Badan Pengurus Cabang.

d. Anggota Penyokong diangkat oleh Badan Pengurus Cabang.

3. Pembebasan keanggotaan berlaku karena :

a. Meninggal dunia.

b. Atas permintaannya sendiri secara tertulis kepada Badan Pengurus Cabang.

c. Dibebaskan sementara oleh Badan Pengurus Cabang, dan yang bersangkutan berhak membela diri
dalam Konperensi Cabang.

d. Dipecat dengan Keputusan Konperensi Cabang, dan yang bersangkutan berhak membela diri dalam
Kongres.

4. Daftar anggota :

Badan Pengurus Cabang sudah menyerahkan daftar anggota kepada Pengurus Pusat sekurang-
kurangnya satu kali dalam dua tahun, yang diserahkan selambat-lambatnya tiga bulan sebelum
Kongres.

Pasal 3

KONGRES

1. Kongres berlangsung dengan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah ditambah satu
jumlah Cabang dan sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah seluruh utusan yang
ditentukan.

2. Utusan-utusan yang menghadiri Kongres mewakli Cabangnya sudah dilantik dan disahkan oleh
Pengurus Pusat.

3. Jumlah utusan Cabang yang menghadiri Kongres diutus sebagai berikut :

25 — 100 orang anggota diwakili oleh 2 orang utusan

101 — 200 orang anggota diwakili oleh 3 orang utusan

201 — 300 orang anggota diwakili oleh 4 orang utusan

301 — 500 orang anggota diwakili oleh 5 orang utusan

501 — 700 orang anggota diwakili oleh 6 orang utusan


701 — 950 orang anggota diwakili oleh 7 orang utusan

951 — 1.250 orang anggota diwakili oleh 8 orang utusan

1.251 — 1.750 orang anggota diwakili oleh 9 orang utusan

1.751 — dst orang anggota diwakili oleh 10 orang utusan

4. Kongres dipimpin oleh Majelis Ketua yang terdiri dari utusan-utusan dan unsur Pengurus Pusat yang
dipilih oleh Kongres.

5. Kongres bertugas :

a. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi.

b. Menilai laporan umum Pengurus Pusat.

c. Menetapkan garis besar program dan garis besar organisasi, kebijaksanaan umum dan anggaran
pendapatan dan belanja organisasi.

d. Memilih Pengurus Pusat.

Pasal 4

PENGURUS PUSAT

1. Pengurus Pusat sekurang-kurangnya terdiri dari lima orang, yaitu Ketua Umum, Sekretaris Umum dan
Bendahara Umum, dan dua orang anggota.

2. Anggota Pengurus Pusat adalah warganegara Indonesia dan beragama Kristen.

3. a. Pengurus Pusat dipilih oleh Kongres dengan sistem pemilihan langsung dan/atau pemilihan
formatur.

b. Susunan Pengurus Pusat yang dibentuk oleh formatur harus sudah dikirimkan kepada Cabang-
cabang selambat-lambatnya dua bulan sesudah Kongres.

c. Selama Pengurus Pusat yang baru belum terbentuk, maka Pengurus Pusat yang lama tetap
bertanggung jawab.

4. a. Pengurus Pusat bertanggung jawab kepada Kongres.

b. Pengurus Pusat mempersiapkan Kongres.

5. Ketua Umum dan Sekretaris Umum Pengurus Pusat mewakili organisasi ke dalam dan ke luar.

6. a. Pengurus Pusat dapat membentuk dan membubarkan badan pembantu yang berupa komisi, panitia
khusus bagi kelancaran pekerjaannya
b. Pengurus Pusat dapat mengangkat dan membebaskan anggota dan staf yang ditempatkan dalam
badan pembantu tersebut.

7. Pengurus Pusat bersidang sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun.

8. Pergantian Pengurus Pusat harus disertai dengan serah-terima yang selengkap-lengkapnya.

Pasal 5

KONPERENSI CABANG

1. Konperensi Cabang dipimpin oleh Majelis Ketua yang terdiri dari anggota-anggota yang dipilih oleh
Konperensi Cabang.

2. Konperensi Cabang bertugas ;

a. Menilai laporan Badan Pengurus Cabang dalam melaksanakan Keputusan Kongres, Keputusan
Pengurus Pusat dan Keputusan Konperensi Cabang.

b. Menyusun Program Kerja. Menetapkan struktur, kebijaksanaan dan anggaran pendapatan dan
belanja cabang.

c. Menetapkan masa kerja kepengurusan dan memilih Badan Pengurus Cabang.

3. Konperensi Cabang bertanggungjawab kepada Pengurus Pusat, melalui Badan Pengurus Cabang.

Pasal 6

BADAN PENGURUS CABANG

1. Badan Pengurus Cabang sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang yaitu Ketua, Sekretaris dan
Bendahara.

2. Anggota Badan Pengurus Cabang adalah warga negara Indonesia dan beragama Kristen.

3. a. Badan Pengurus Cabang dipilih oleh Konperensi Cabang dengan sistem Pemilihan langsung dan
/atau formatur.

b. Susunan Badan Pengurus Cabang yang telah terbentuk dilantik dan disahkan oleh Pengurus Pusat
dan harus dikirimkan kepada anggota-anggota selambat-selambatnya dua bulan setelah pemilihan
berlangsung.

4. a. Badan Pengurus Cabang bertanggung jawab kepada Konperensi Cabang dan Pengurus Pusat

b. Badan Pengurus Cabang mempersiapkan Konperensi Cabang.

5. Badan Pengurus Cabang bersidang sekurang-kurangnya satu kali dalam dua bulan
6. Penggantian Badan Pengurus Cabang harus disertai dengan serah terima yang selengkap-lengkapnya.

Pasal 7

SAHNYA PERSIDANGAN

Persidangan sah untuk mengambil keputusan apabila jumlah yang hadir sekurang-kurangnya setengah
ditambah satu orang dari seluruh anggota persidangan.

Pasal 8

PEMBENTUKAN DAN PEMBUBARAN CABANG

1. Pembentukan dan pembubaran Cabang dilakukan oleh Pengurus pusat, diberitahukan kepada cabang-
cabang dan dilaporkan kepada Kongres.

2. Pembentukan cabang dilakukan melalui persyaratan :

a. Di kota yang terdapat perguruan tinggi.

b. Sekurang-kurangnya terdapat kesediaan dua puluh lima orang mahasiswa untuk menjadi anggota
dan masing-masing mengajukan permohonan kepada Pengurus Pusat.

c. Sudah mendapat bimbingan sekurang-kurangnya enam bulan dari cabang yang berdekatan.

3. Pembubaran cabang dilakukan melalui persyaratan :

a. Apabila di kota tersebut tidak terdapat lagi perguruan tinggi.

b. Apabila jumlah anggota kurang dari 25 orang.

c. Titik a dan b yang termaktub di atas adalah atas sepengetahuan dua cabang yang berdekatan.

4. Semua akibat pembubaran cabang menjadi tanggung jawab Pengurus Pusat bersama-sama dengan
dua cabang yang berdekatan.

Pasal 9

PERBENDAHARAAN

1. Anggota diwajibkan membayar iuran atau donasi menurut jumlah yang ditetapkan oleh Kongres.

2. Cabang diwajibkan sekurang-kurangnya satu kali dalam empat bulan menyerahkan sebagian dari iuran
atau donasi dan pendapatan lainnya kepada Pengurus Pusat menurut jumlah yang ditetapkan oleh
Kongres.
3. a. Kongres membentuk Badan Pemeriksa Keuangan yang anggotanya terdiri dari wakil cabang-cabang
untuk memeriksa keuangan Pengurus Pusat dan hasil pemeriksaan tersebut dilaporkan kepada
Kongres.

b. Badan Pemeriksa Keuangan bekerja secara berkala selama masa kerja Pengurus Pusat di antar dua
kongres.

c. Kongres menetapkan pedoman kerja Badan Pemeriksa Keuangan.

Pasal 10

LAMBANG DAN MARS

1. Organisasi ini mempunyai lambang dan mars.

2. Lambang organisasi terdiri dari :

a. Bendera

b. Panji

c. Topi

d. Lencana

e. Pita kepengurusan.

3. Bendera Organisasi.

a. Dibuat dari kain berwarna biru laut.

b. (1) Berbentuk empat persewgi panjang dengan perbandingan tiga berbanding dua.

(2) Ditengah-tengah terdapat gambar GMKI berwarna putih yang terlihat jelas pada kedua sisinya
(dengan tulisan terbalik pada salah satu sisi).

(3) Perbandingan tinggi lambang dan lebar bendera adalah satu banding dua

c. Dipergunakan dalam upacara resmi baik yang bersifat umum, maupun yang bersifat khusus
organisasi bersama-sama dengan bendera Merah Putih.

(1) Dalam upacara tingkat nasional atau daerah (regional) dipergunakan bendera umum organisasi
(bendera GMKI) yang berukuran 270 x 180 cm.

(2) Dalam upacara tingkat lokal (cabang) dipergunakan bendera cabang yang berukuran 135 x 90
cm.
(3) Bendera Merah Putih yang dipergunakan bersama-sama dengan bendera organisasi harus
mempunyai ukuran yang sama.

4. Panji Organisasi.

a. Dibuat dari kain dengan warna dasar abu-abu dan biru tua kehitam-hitaman.

b. Tali pinggir (tepi) panji dibuat dari kain berwarna putih.

c. Rumbai-rumbai bawah berwarna putih.

d. Lebar panji 50 cm dengan perincian 15 cm abu-abu, 20 cm biru tua dan 15 cm abu-abu.

e. Tinggi panji dari puncak sampai keujung sudut di tengah 80 cm, tinggi kedua sisi (tepi) 60 cm.

f. Tanda salib dan tulisan dibuat dengan warna putih.

g. (1) Panji umum bertuliskan huruf GMKI berwarna putih di bawah tanda salib.

(2) Panji cabang bertuliskan huruf GMKI di atas salib dan nama cabang di bawah tanda salib.

5. Topi organisasi.

a. Berbentuk bundar (baret) dengan warna dasar biru tua kehitam-hitaman.

b. Memanjang dari muka ke belakang, ditengah-tengah topi diletakkan kain warna abu-abu dengan
lebar bagian muka 8 cm dan lebar bagian belakang 6 cm.

c. Pada topi organisasi hanya dapat dikenakan lencana organisasi yang berbentuk lambang GMKI yang
berwarna putih logam, biru tua dan abu-abu, berukuran (tinggi) 4 cm, pada bagian muka yang
berwarna abu-abu.

d. Dipergunakan dalam setiap kegiatan organisasi baik yang bersifat umum, maupun yang bersifat
khusus organisasi.

6. Lencana Organisasi

a. Berbentuk perisai (segi lima) dan dibuat dari logam

b. Ditengah-tengah terletak tanda salib berwarna putih logam diatas dasar cat biru tua.

c. Tepinya berwarna abu-abu dengan :

(1) Tulisan GMKI pada bagian atasnya ;

(2) Tiga buah garis-garis vertikal pada setiap sayap, dikanan dan kiri, dan garis yang terletak
ditengah adalah yang terpanjang ;
(3) Tulisan “ Ut Omnes Unum Sint” melingkar dari kiri ke kanan, yang masing-masing berwarna
putih logam.

d. Terdiri dari tiga jenis, yaitu :

(1) Lencana dada, dengan tinggi 2,5 cm

(2) Lencana topi, dengan tinggi 4 cm

(3) Lencana pita kepengurusan (Kordon) dengan tinggi 8 cm.

e. Dipergunakan dengan ketentuan sebagai berikut ;

(1) Lencana dada dikenakan pada dada sebelah kiri.

(2) Lencana Topi dikenakan pada baret (topi).

(3) Lencana pita kepengurusan (Kordon) dikenakan pada pita kepengurusan.

(4) Penggunaan diluar ketentuan ini tidak diperkenankan.

7. Pita kepengurusan (Kordon) organisasi.

a. Dibuat dari kain berwarna biru tua dan abu-abu.

b. Lebar pita (kordon) untuk Pengurus Pusat 7 cm, dengan perincian; 3,5 cm biru tua dan 3,5 cm abu-
abu.

c. Lebar pita kepengurusan (kordon) untuk Badan Pengurus Cabang: 4,5 cm dengan perincian 1,5 cm
abu-abu, 1,5 cm biru tua, dan 1,5 cm abu-abu.

d. (1) Dipergunakan melingkari leher dan pada kedua ujungnya diletakkan lencana pita kepengurusan
(Kordon), berukuran 8 cm pada bagian muka.

(2) Bagi Pegurus Pusat warna biru tua terletak disebelah dalam.

e. Panjang Pita (Kordon) 120 cm

f. Dipergunakan Pengurus Pusat dan Badan Pengurus Cabang dalam :

(1) Upacara resmi organisasi atau lembaga lain selaku wakil organisasi

(2) Upacara resmi organisasi tingkat lokal ( cabang), daerah (regional) maupun nasional.

8. Mars GMKI adalah lagu “MARS GMKI” yang disahkan dalam Kongres X GMKI tahun 1965 di Manado.
Pasal 11

TINGKAT KEPUTUSAN ORGANISASI

1. Organisasi ini mempunyai tingkat keputusan dengan urut-urutan dari yang tertinggi samapi terendah
sebagai berikut :

a. Anggaran Dasar.

b. Anggaran Rumah Tangga.

c. Keputusan Kongres

d. Keputusan Pengurus Pusat

e. Keputusan Konperensi cabang

f. Keputusan Badan Pengurus Cabang

2. Keputusan yang lebih rendah tunduk kepada keputusan yang lebih tinggi sesuai dengan tingkatan
keputusan organisasi.

Pasal 12

PENUTUP

Hal-hal yang belum tercantum dalam Anggaran Rumah Tangga ini diatur oleh Keputusan Kongres,
Keputusan Pengurus Pusat, Keputusan Konperensi Cabang, Keputusan Badan Pengurus Cabang.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga GMKI ini tetapkan oleh Kongres nasional XXIX GMKI pada
tanggal 14 Desember 2004 di Pematang Siantar, Sumatera Utara.
PENJELASAN
ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA
1. UMUM

Anggaran Dasar lazim juga disebut konstitusi. Kata mana dipergunakan untuk menunjuk kepada
Hukum Dasar yang tertulis dari suatu negara yang kita kenal dengan Undang-Undang Dasar. Bila dilihat
dari pola hidupnya, Negara merupakan organisasi besar yang kegiatannya sangat luas dan beraneka
ragam. Untuk memudahkan kita memahami kedudukan dan peranan AD/ART suatu organisasi maka
dapatlah dianalogikan dengan Hukum Dasar atau Undang-Undang Dasar.

Konstitusi merupakan hukum berarti mengikat, mengingat anggota maupun lembaga sebagai
aparat organisasi di segala tingkatan. Konstitusi berarti pula hukum dasar yang berarti sebagai hukum
yang tertinggi di mana semua hukum dan peraturan di dalam organisasi lahir dari padanya. Karena
konstitusi merupakan hukum yang tertinggi dalam suatu organisasi maka konstitusi hendaknya telah
dapat mengatur hal-hal pokok bagi kehidupan organisasi. Hal-hal pokok itu adalah yang mengatur
kelembagaan organisasi dan yang mengatur keanggotaan serta hubungan antara kelembagaan dan
anggota.

Sejauh pengamatan yang terlihat dalam sejarah GMKI maka terdapat motifasi pokok yang
merupakan ciri yang senantiasa tercermin dalam hidup dan gerak GMKI. Motivasi pokok ini yang
merupakan kesadaran dari pada pendiri GMKI untuk menghadirkan GMKI ditengah-tengah masyarakat
bangsa dan Gereja. Dalam pembukaan AD GMKI di temui motivasi pokok yaitu kesadaran terhadap
lingkungannya dan panggilan Tuhannya. Untuk itu maka tiga hal yang harus senantiasa diperhatikan
sebagai ciri GMKI yakni sifat kemahasiswaannya, sifat kekristenannya dan sifat keindonesiaannya. Karena
GMKI adalah organisasi yang digolongkan organisasi yang terdiri dari “orang muda” atau “pemuda” maka
sebagai suatu kenyataan naluriah GMKI tentu akan menampakkan dinamika, suatu keadaan yang
senantiasa bergerak dan karena itu gerak merupakan suatu kelengkapan dari sifat kediriannya. Faktor-
faktor di atas hendaknya dapat tetap nampak dalam kehidupan organisasi.

Yang dimaksud dengan faktor pertama yakni sifat kemahasiswaan yaitu sebagaimana lingkungan
di mana ia berada maka sifat-sifat kemahasiswaan sebagai kelompok intelegensia muda yang sedang
membentuk diri akan nampak sifat kepolosan, lugu, ingin tahu, analistis, suasana belajar mengajar,
disiplin, tidak vested melainkan terus mencari hasil yang terbaik, amatir , sederhana dan merakyat. Sifat
kemahasiswaan ini harus dilihat sebagai keberadaan status dan mental dari setiap anggotanya dan
pimpinannya. Untuk mana harus ditunjang oleh struktur dan langgam kerjanya.

Dalam pembukaan AD GMKI, alinea kelima menunjuk bahwa organisasi ini berdiri oleh
mahasiswa dan pertama-tama untuk mahasiswa dan lingkungan di mana mahasiswa itu berada. Itulah
sebabnya mengapa dalam rumusan misi GMKI dikatakan: “Misi organisasi ini adalah : 1. Mengajak
mahasiswa dan warga perguruan tinggi lainnya…”, karena dimaksud di sini, misi pertama adalah untuk
mahsiswa itu sendiri dan lingkungannya di mana mahasiswa itu berada. Jadi bilamana dikatakan di atas
dari mahasiswa untuk mahasiswa maka ini berarti organisasi ini harus menampakkan diri sebagai
organisasi mahasiswa. Titik tolaknya adalah mahasiswa dan tujuannya adalah mahasiswa. Jadi pola
kemahasiswaan harus tercermin di dalam langgam kerjanya. Pola mahasiswa akan senantiasa
menekankan sifat loyal, gotong royong/bermapalus/bermasohi, karena itu berwarna:”amatir”.

Faktor kedua adalah sifat kekristenan. Rumusan kalimat bersumber pada Alkitab yang
menyaksikan Yesus Kristus selaku Tuhan dan Juru Selamat di dalam Keesaan Allah Bapa, Anak dan Roh
Kudus yang mengerjakan keselamatan manusia. Faktor ini hendaknya dominan di dalam kehidupan
organisasi. Bilaman kita menelusuri sejarah berdirinya GMKI, maka nyata bahwa awal berdirinya
organisasi didasarkan pada kesadaran kelompok mahasiswa terhadap kebutuhan pelayanan di lingkungan
perguruan tinggi. Kesadaran ini kemudian melahirkan kelompok-kelompok penelaan Alkitab dan
kelompok doa sebagai jawaban terhadap tantangan tersebut. Kemudian kebutuhan ini meluas kepada
seluruh civitas academica, karena semuanya itu merupakan kelurga besar yang secara bersama-sama
berada dalam pergumulan yang sama. Karena itu penelaan Alkitab dan Kelompok Doa merupakan
program inti dari organisasi ini. Dengan senantiasa memeliharanya berarti akan semakin memantapkan
arti kediriannya selaku mahsiswa Kristen. Program inti ini tidak boleh dilupakan oleh GMKI. Melupakan
kegiatan tersebut berarti bahaya erosi kedirian yang sangat fatal akan melanda organisasi. Semuanya ini
adalah konsekuensi dari sumber GMKI yakni Alkitab. Dalam GMKI kita kenal pula “Panca Kegiatan” dan
“Tri Panji”. Panca kegiatan yaitu “Berdoa/Beribadah, Belajar, Bersaksi, Bersosial, Berkreasi”. Tri Panji
yakni “Tinggi Iman, Tinggi Ilmu, dan Tinggi Pengabdian”. Kata berdoa/ beribadat dan bersaksi dalam
panca kegiatan dan kata Iman dalam Tri Panji diletakkan pertama selaku pertanda bahwa landasan Iman
itulah seluruh keberadaan GMKI yang dapat “ditangkap “ untuk kemudian lebih lanjut ditanggapi. Dengan
kata lain setiap fenomena lingkungan harus dapat ditangkap (impressi) oleh GMKI, yang kemudian
ditanggap (expressi) setelah melalui penggodokan imannya. Dengan demikian tanggapan GMKI akan
senantiasa bersifat Kristiani dan original.

Sifat Kekristenan ini menunjukkan bahwa GMKI adalah bagian dari Gereja. GMKI adalah
kelanjutan pelayanan gereja di perguruan tinggi, dengan berbagai karakteristik gereja. Sebagaimana
Gereja menempatkan Alkitab sebagai dasar, maka ini pulalah yang menjadi sumber bagi GMKI. Sumber
GMKI tidak mengaburkan arti dan sifat gerejawinya. Dalam pengamalan sumber organisasi ini, maka
haruslah relevan dengan panggilannya, dan tidak asing bagi lingkungannya.

Faktor ketiga adalah sifat ke-Indonesiaan. Sifat ini pertama-tama mau mengartikan bahwa
organisasi ini lahir dari bumi Indonesia dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan bangsa dan
tanah airnya. Unsur ke-Indonesiaan di sini mau menyatakan bahwa GMKI tidak dapat dipisahkan dengan
pengalaman dan persoalan hidup bangsanya. Pada allinea kelima Pembukaan Anggaran Dasar GMKI
ditulis bahwa:

“… maka pada tanggal 9 Februari 1950 mahasiswa Kristen Indonesia yang melanjutkan usaha Christelijke
Studenten Vereneging of Java yang berdirti pada tanggal 28 Desember 1932 di Kaliurang untuk
mengikutsertakan gereja dalam pergerakan ekumene dan perjuangan bangsa . . . berjuang menegakkan
dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, Negara Proklamasi 17 Agustus …” Bagian dari
alinea ini menunjukkan bahwa cikal bakal (embrio) GMKI pada zaman itu ikut terlibat secara aktif
(inherent) dengan perjuangan bangsa. Di sini ke-Indonesiaan benar-benar berbicara, maka bilamana
bangsa ini menghitung keterlibatan organisasi dalam perjuangan bangsa maka GMKI tidak dapat di
lepaskan dari kehidupan bangsa Indonesia yang ada yakni Pancasila. Di sinilah pembuktian bahwa GMKI
berkepribadian dan berkesadaran untuk mempertahankan serta mengisi kemerdekaan Negara Republik
Indonesia, Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.

II. SISTEM ORGANISASI.

SISTEM ORGANISASI.
AD/ART GMKI adalah aturan permainan atau aturan dasar dari organisasi GMKI. Anggaran Dasar adalah
aturan pokoknya dan Anggaran Rumah Tangga adalah kelengkapan dari aturan pokok tersebut. Pada
Anggaran Dasar terdapat Pembukaan yang berisikan Motivasi Pokok tersebut. Pada pasal-pasalnya
diaturlah ketentuan pokok yang secara keseluruhan dapat di bagi dalam sistematika sebagai berikut:

ANGGARAN DASAR:

1) Pembukaan 5 alinea

2) Ketentuan pokok, pasal 1 – 4

3) Sistem organisasi, pasal 5 - 9

4) Lain-lain, pasal 10 – 12.

ANGGARAN RUMAH TANGGA:

1) Uraian visi dan misi, pasal 1

2) Uraian sistem organisasi, pasal 1 – 9

3) Atribut organisasi, pasal 10

4) Hirearchi juridis, pasal 11 – 12.

Sistem organisasi menguraikan tentang fungsi-fungsi dari alat perlengkapan organisasi. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam menerapkan sistem organisasi yakni:

1. Bentuk organisasi sebagai organisasi kesatuan. Di sini terlihat suatu jenjang yang memusat sehingga
kepengurusan yang tertinggi disebut sebagai Pengurus Pusat. Yang wakil Pengurus Pusat disebut
Ketua Umum dan Sekretaris Umum. Pengurus pusat adalah penentu kebijaksanaan organisasi yang
telah ditetapkan oleh Kongres dan Pengurus Pusat. Badan Pengurus Cabang dipercayakan mengatur
dan membina anggota dan untuk ini Badan Pengurus Cabang akan mempertanggungjawabkan
kepada Konperensi Cabang dan Pengurus Pusat.

2. Alat perlengkapan organisasi yaitu wadah yang menjamin berfungsinya organisasi dalam
melaksanakan tugasnya. Sebagai lembaga legislatif diaturlah Kongres pada tingkat nasional dan
Konperensi cabang pada tingkat Cabang. Kedua Badan ini dihadiri oleh anggota. Pada tingkat Kongres
anggota hadir dalam bentuk perwakilan yang ketentuannya diatur dalam peraturan organisasi dan
pada tingkat Cabang adalah rapat anggota yang kehadirannya diatur pula dalam aturan organisasi.

3. Sebagai kelengkapan dari hidup organisasi yang mempengaruhi pula langgam kerjanya, maka
organisasi dilengkapi dengan Atribut Organisasi. Atribut adalah identitas yang kelihatan dari organisasi
yang harus tetap dipelihara karena mempunyai pengaruh langsung pada “kewajiban” anggota. Atribut
organisasi adalah lambang dan mars. Penggunaan lambang dan mars ini akan nampak kebanggaan
dan hormat terhadap organisasi.
PENJELASAN

ANGGARAN DASAR GMKI

PEMBUKAAN

Pembukaan mengandung lima alinea. Alinea pertama sampai ketiga merupakan landasan
kepercayaan GMKI. Kepercayaan yang dianut tersebut terpusat kepada Yesus Kristus (Christocentris)
karena hanya melalui Yesus Kristus sajalah manusia dapat mengenal Allah yang benar.

Alinea keempat menunjukkan kesadaran GMKI terhadap apa yang dipercaya dan sekaligus melihat
arti panggilannya konteks kepercayaannya terhadap lingkungan di mana ia hidup, yakni “sejarah bangsa
dan negara Indonesia”. Dalam alinea ini pula ditekankan tentang ketritunggalan Allah yang merupakan
bagian dari kepercayaan Kristen yang Am. Hal ini dimaksudkan agar GMKI dapat terhindar dari ajaran-
ajaran sektaris yang tidak mengakui kepercayaan tersebut.

Alinea kelima menggambarkan tentang aspek kesejarahan dari kehidupan GMKI. GMKI berawal di saat
dimulainya Perguruan Tinggi di Indonesia. Pergerakan Mahsiswa Kristen mengikuti irama kehidupan
Perguruan Tinggi dan Masyarakat. Mahasiswa Kristen Indonesia yang tergabung dalam PMKI bersama-
sama dengan CSV yang pada waktu itu timbul sebagai persekutuan yang baru, ikut pula berada di arena
perjuangan bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, Negara Proklamasi 17
Agustus 1945 yang pada waktu itu berada dalam ancaman.

Pasal 1

NAMA, TEMPAT DAN WAKTU

1. Telah jelas

2. Bahwa Pengurus Pusat sebagai pengelola organisasi berkedudukan di tempat di mana PP sedang
dalam melaksanakan tugasnya secara keseluruhan.

3. “berdiri” – juncto Pembukaan AD alinea 5 “waktu yang ditentukan” – juncto AD pasal 11 ayat 1.

Pasal 2

ASAS

Organisasi ini menempatkan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara adalah menegaskan keyakinan dan penerimaan yang tulus serta tekad untuk
mempertahankan, mengamalkan dan melestarikan Pancasila sebagai pandangan hidup dan kepribadian
bangsa.

Pasal 3

VISI DAN MISI

1. Telah jelas

2. Rumusan misi GMKI mengandung tiga hal yang penting, yakni:

a. Aspek marturia yakni kesaksian atau mission dari GMKI dan untuk mempertahankan masalah
spiritual dalam pelayanannya.

b. Aspek koinonia yakni persekutuan di mana GMKI akan melaksanakan kegiatan yang
mempersatukan dan membaharui kehidupan Gereja, masyarakat dan manusia.

c. Aspek diakonia yakni pelayanan. Di sini GMKI menempatkan diri selaku organisasi kader yang
mempersiapkan pemimpin masa datang. Selain itu pula GMKI menempatkan dirinya selaku sarana
perjuangan untuk menciptakan kesejahteraan, perdamaian, keadilan, kebenaran dan cinta kasih
ditengah-tengah manusia dan alam semesta.

Rumusan visi dan misi GMKI merupakan bagian dari perjuangan GMKI dalam mencapai tujuan Nasional
sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945 dalam negara kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 4

USAHA

Juneto ART pasal 1.

Pasal 5

STATUS DAN BENTUK ORGANISASI

1. Status GMKI menurut ayat ini berarti bahwa GMKI adalah organisasi mahasiswa yang bersifat gerejani.
Ia berafiliasi dan seaspirasi dengan Gereja karena dari sana ia lahir. GMKI adalah bagian dari gereja
itu sendiri yang berada di tengah-tengah Perguruan Tinggi untuk melaksanakan tugas-tugas gereja.

2. Bentuk organisasi ini adalah kesatuan. Ini berarti bukan bentuk federasi. Sebagai akibat dari benruk
kesatuan tersebut maka harus ada pimpinan tertinggi dan dalam hal ini adalah Pengurus Pusat (juncto
AD pasal 7 ayat 3 dan pasal 1 ayat 2). Karena itu Pengurus Pusat selaku pimpinan organisasi adalah
pelaksanaan, kebijaksanaan organisasi setelah Kongres. Cabang-cabang adalah pelaksana kebijakan
organisasi yang telah ditentukan Pengurus Pusat. Oleh karena itu susunan Badan Pengurus Cabang
dilantik dan disahkan oleh Pengurus Pusat (juncto ART pasal 6 ayat 3.b.) dan Badan Pengurus Cabang
bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat (juncto ART pasal 6 ayat 4.a.). Wewenang pimpinan
organisasi ini juga tampak dalam pembentukan dan pembubaran cabang (juncto ART pasal 8).
Pasal 6

KEANGGOTAAN

1. Menerima visi dan misi tidak berarti telah menjadi Kristen, artinya yang diterima menjadi anggota
GMKI bukan hanya mahasiswa Kristen, dan bersedia menjalankan usaha organisasi yang bersumber
pada Alkitab. Dengan demikian GMKI membuka/memberi kesempatan kepada mahasiswa lainnya di
luar Iman Kristen untuk menjadi anggota GMKI (juncto AD pasal 3 ayat 1).

2. Juncto ART pasal 2ayat 1.

3. Telah jelas.

4. Telah jelas.

Pasal 7

ALAT PERLENGKAPAN ORGANISASI

1. Telah jelas

2. a. “Tertinggi” – juncto ART pasal 11.

b. “Dua Tahun” – dua tahun kalender yang disesuaikan dengan pelaksanaan Kongres.

c. “Permintaan” – permintaan tertulis oleh Badan Pengurus Cabang, disampaikan kepada Pengurus
Pusat.

3. a. Juncto AD pasal 2 dan pasal 5 ayat2.

b. “Dua tahun” – dua tahun kalender disesuaikan dengan pelaksanaan Kongres.

4. a. Juncto ART pasal 11 ayat 1 dan pasal 5 ayat 2.

b. “Dua tahun” – dua tahun kalender yang disesuaikan dengan pelaksanaan Konperensi Cabang.

c. “Permintaan” – permintaan tertulis dari anggota, disampaikan kepada Badan Pengurus Cabang.

5. a. Juncto AD pasal 1 ayat 2 dan ART pasal 11.

b. “Satu atau dua tahun” – tahun kalender disesuaikan dengan pelaksanaan Konperensi Cabang.
Pasal 8

KEPUTUSAN PERSIDANGAN

a. Keputusan persidangan ini berlaku untuk semua persidangan dalam organisasi kecuali persidangan
yang menyangkut perubahan AD (AD pasal 10 ayat 1 ) dan pembubaran organisasi (AD pasal 11 ayat
1 ).

b. Juncto AD pasal 8 ayat 1.

Pasal 9

PERBENDAHARAAN

Telah jelas.

Pasal 10

PERUBAHAN ANGGARAN

1. Juncto AD pasal 8.

2. Telah jelas.

Pasal 11

PEMBUBARAN

1. Juncto AD pasal 8

2. Telah jelas.

Pasal 12

ATURAN TAMBAHAN

Telah jelas.
PENJELASAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA GMKI

Pasal 1

USAHA

Usaha organisasi adalah bentuk-bentuk umum program GMKI yang senantiasa harus diperhatikan oleh
aparat organisasi. Usaha organisasi adalah penjabaran dari Pembukaan/Sumber, Visi dan Misi. Dengan
melaksanakan usaha ini dicanangkan organisasi akan mencapai visi dan misinya atau setidak-tidaknya
mendekatkan dirinya kepada Visi dan Misi.

Pasal 2

KEANGGOTAAN

1. a. “Sesudah tidak menjadi mahasiswa lagi” berarti baik yang telah menyelesaikan studinya atau yang
meninggalkan bangku kuliahnya belum menyelesaikan studinya, baik semasa CSV op Java, PMKI dan
CSV yang baru hingga sekarang.

1. b. 1. Ini acap disebut sebagai “senior member”.

1. b. 2. “Bekas mahasiswa” berarti mahasiswa seperti tersebut dalam titik a tetapi tidak pernah
mendaftarkan diri sebagai anggota “mahasiswa yang tidak termasuk dalam titik a” berarti mahasiswa
yang bukan warga negara Indonesia tetapi kuliah di Indonesia dan/atau mahasiswa berwarga negara
Indonesia yang tidak mengikuti kuliah di Indonesia dan ia berdomisili di Indonesia. Mereka ini acap
disebut Senior Friends, juga mereka yang tergolong dalam titik d.

1. c. Juncto titik b ;perlu peraturan organisasi

1. d. juncto tiitik b ; perlu peraturan organisasi

2. a. Telah jelas.

2. b. Telah jelas.

2. c. Telah jelas.

2. d. Telah jelas.

3. Telah jelas

4. Telah jelas.
Pasal 3

KONGRES

1. Ini menunjukkan kongres sah berlangsung bila dua syarat dipenuhi sekaligus. “Jumlah Cabang” –
seluruh cabang yang sah menurut ketentuan terakhir Pengurus pusat. “Jumlah seluruh utusan” –
junto ART pasal 2 ayat 2.

2. Telah jelas.

3. Perhitungan di mulai dari 25 ke atas karena jumlah mahasiswa yang merupakan syarat minimal dapat
dibentuknya cabang adalah 25 orang (juncto ART pasal 8 ayat 2.b.).

4. Telah jelas.

5. Terdapat 4 pokok yang harus dilaksanakan Kongres. Sebelum kongres berlangsung, Pengurus Pusat
menyampaikan kepada cabang- cabang, tugas mana saja yang akan dilaksanakan Kongres untuk
dipertimbangkan Kongres. Tugas Kongres dalam menilai laporan Pengurus Pusat adalah memberikan
penilaian kualitatif untuk dijadikan dokumentasi bagi kehidupan organisasi dan/atau menjadi bahan di
dalam Kongres itu sendiri.

Pasal 4

PENGURUS PUSAT

1. Telah jelas.

2. Telah jelas

3. a. Berarti terdapat tiga cara yakni pertama memilih keseluruhan fungsionaris; kedua, memilih
beberapa orang fungsionaris dan ditambah beberapa orang anggota menjadi formatur; dan ketiga,
memilih beberapa orang menjadi formatur tanpa memilih terlebih dahulu fungsionaris. Formatur
adalah mandataris Kongres untuk melaksanakan tugas tersebut.

3. b. Bilamana pemilihan Pengurus Pusat memakai sistem pemilihan langsung maka butir b ini tidak
berlaku.

3. c. Bilamana pemilihan Pengurus Pusat mamakai sistem pemilihan langsung maka butir c ini tidak
berlaku.

4. a. Juncto ART pasal 3 ayat 5.b.

4. b. Juncto ART pasal 3 ayat 5.


5. Pada dasarnya kepemimpinan organisasi adalah kolektif di mana pengaturannya diatur dalam p.o. (job
discription); namun dalam hal-hal tertentu membutuhkan penampilan organisasi yang bersangkut
paut dengan hukum atau yang tidak berkaitan dengan hukum maka yang mewakili organisasi adalah
Ketua Umum dan Sekretaris Umum.

6. a. Masa kerja dari Badan Pembantu atau Komisi selama-lamanya sama dengan masa kerja Pengurus
Pusat yang membentuknya.

6. b. Juncto ART pasal 4 ayat 6.a.

7. Telah jelas

8. Telah jelas.

Pasal 5

KONPERENSI CABANG

1. Telah jelas.

2. Terdapat tiga tugas yang harus dilaksanakan Konperensi Cabang. Sebelum Konperensi Cabang dimulai,
BPC harus menyampaikan kepada para anggota tugas mana saja yang akan dilaksanakan Konperensi
Cabang dalam “menilai laporan” adalah memberikan penilaian kualitatif untuk dijadikan dokumentasi
bagi kehidupan organisasi (cabang) dan/atau menjadi bahan di dalam Konperensi Cabang itu sendiri.
Dalam menetapkan masa kerja kepengurusan, Konperensi Cabang wajib terlebih dahulu melakukan
studi yang mendalam dengan mempertimbangkan kondisi obyektif cabang.

3. Konperensi Cabang bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat melalui Badan Pengurus Cabang
karena konperensi Cabang temporer sifatnya dan ini badan konsultatif, sedang pelaksana Konperensi
Cabang adalah Badan Pengurus Cabang. Yang mempertanggungjawabkan kepada Pengurus Pusat
mengenai hasil-hasil Konperensi Cabang adalah Badan Pengurus Cabang yang mempersiapkan
Konperensi Cabang tersebut.

Pasal 6

BADAN PENGURUS CABANG

1. Telah jelas

2. Telah jelas.

3. a. Juncto ART pasal 4 ayat3.a., formatur adalah mandataris Konperensi Cabang dalam melaksanakan
tugas tersebut.

3. b. Telah jelas.

4. a. Dalam rangka melaksanakan pertanggungjawaban Badan Pengurus Cabang khususnya di dalam


Konperensi Cabang maka : Pertama; Laporan BPC haruslah merupakan laporan kepada Konperensi
Cabang dan Pengurus pusat; Kedua, bilamana Konperensi Cabang tersebut dihadiri oleh Pengurus
Pusat maka PP berkewajiban menilai laporan tersebut.
4. b. Juncto ART pasal 5 ayat 2.

5. Telah Jelas.

6. Telah Jelas

Pasal 7

SAHNYA PERSIDANGAN

Maksudnya adalah sekurang-kurangnya lebih dari setengah dalam arti yang minimal.

Pasal 8

PEMBENTUKAN DAN PEMBUBARAN CABANG

Yang disebut dengan “Perguruan Tinggi” adalah pendidikan sesudah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang
dikategorikan sederajat dengan Perguruan Tinggi. Ini berarti pula bila di satu kota terdapat satu cabang
dari Perguruan Tinggi yang melaksanakan fungsi pendidikan tinggi. Yang disebut dengan “dua cabang
yang berdekatan” adalah cabang yang dapat melaksanakan tugas lebih efektif dalam menjalankan fungsi
ini baik dari segi geografi maupun komunikasi.

Pasal 9

PERBENDAHARAAN

1. Telah Jelas.

2. Kongres menetapkan sejumlah uang yang harus diserahkan oleh cabang kepada Pengurus Pusat
jumlah mana diambil dari pendapatan Badan Pengurus Cabang yaitu iuran, donasi dan pendapatan
lainnya di cabang tersebut.

3. Telah Jelas.

Pasal 10

LAMBANG DAN MARS

Penjelasan tentang warna dan bentuk lambang lihat pada bagian terlampir.

Pasal 11

TINGKAT KEPUTUSAN ORGANISASI

Telah Jelas.

Pasal 12
PENUTUP

Telah Jelas.

PENJELASAN

TENTANG BENTUK DAN WARNA LAMBANG GMKI

A. Lambang organisasi ini terdiri dari:

1. Bendera merrah putih yang merupakan bendera nasional RI.

2. Bendera organisasi GMKI (lihat ART GMKI pasal 10 ayat 3).

3. Panji organisasi GMKI (lihat ART GMKI pasal 10 ayat 4).

4. Topi organisasi GMKI (lihat ART GMKI pasal 10ayat 6).

5. Lencana organisasi GMKI (lihat ART GMKI pasal 10 ayat 6).

6. Pita kepengurusan (kordon) (lihat ART GMKI pasal 10 ayat 7).

B. Bentuk lencana organisasi yang menyerupai perisai (segi lima) yang dipakai pada topi, pita
kepengurusan (kordon) dan dada sebelah kiri adalah dimaksudkan sebagai penghalau atau penangkis
setiap serangan yang datang menyerang kita. Lencana GMKI yang berbentuk perisai itu secara
teologis berfungsi untuk menangkap setiap persoalan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat,
perguruan tinggi dan generasi muda atau yang terjadi ditengah-tengah kehidupan bangsa dan
negara, kemudian persoalan-persoalan tersebut dijawab secara kritis, kreatif dan konstruktif dengan
berlandaskan kepada iman Kristen atau dijawab secara Injili.

C. Bentuk lencana bersegi lima (perisai) adalah juga dalam pengertian mengungkapkan lima sisi kegiatan
atau yang kita kenal sebagai panca kegiatan GMKI yaitu: berdoa/beribadat, belajar, bersaksi, bersosial
dan berekreasi (mencipta ulang) atau menemukan karya-karya baru.

D. Pada tiga garis tegak lurus sisi kiri dan kanan lencana dimaksudkan sebagai tri panji GMKI yaitu:
Tinggi Iman, Tinggi Ilmu dan Tinggi Pengabdian.

E. Arti salib adalah arti penderitaan Tuhan Yesus kepada umat manusia, yang telah menderita, mati dan
dibangkitkan untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosa. Arti Salib bagi GMKI dalam lencana
organisasi adalah, bahwa GMKI harus berjuang dan berkorban untuk memperbaharui kehidupan
manusia dan masyarakat, menyelamatkan mereka-mereka yang menderita, yang mendapat tekanan
ekonomi, politik, dan pemerkosaan hak-hak azasi manusia, baik ditengah-tengah kehidupan
perguruan tinggi maupun ditengah-tengah kehidupan masyarakat luas.

F. Arti salib yang berwarna putih pada bendera, panji dan lencana adalah bahwa dengan kesucian,
ketulusan dan kesungguh-sungguhan, GMKI bahkan siap berkorban untuk memperbaharui dan
meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat demi masa depan yang lebih baik.
G. Warna abu-abu pada topi, lencana organisasi dan pita kepengurusan (kordon) adalah, bahwa GMKI
selalu menghadapi tantangan-tantangan ditengah-tengah pergumulan bangsa dan senantiasa diintai
bahaya yang datang dari luar.

H. Warna biru pada topi organisasi, bendera organisasi, panji organisasi, lencana organisasi adalah
artinya pengharapan. Pengharapan dalam pengertian iman Kristen artinya GMKI senantiasa memiliki
keyakinan yang kuat bahwa seluruh pemikiran, pernyataan sikap atau seluruh program yang
dilaksanakan adalah mempunyai hubungan atau kaitan langsung dengan kehendak Tuhan. Oleh
karena itu, berdasarkan keyakinan GMKI dalam melaksanakan missionnya akan muncul harapan-
harapan baru yang semuanya itu atas kehendak dan penyertaan Tuhan yang menjadikan semuanya
baru. Baru dalam pengertian bahwa manusia, masyarakat, bangsa dan negara, bahkan seluruh umat
manusia dan dunia ini akan mendapat pertolongan, penyertaan dan anugerah dari Tuhan yang tidak
pernah meninggalkan perbuatan tangan-Nya itu. Bagi GMKI pengharapan itu diusahakan melalui
seluruh kegiatan atau program-program yang dapat mengangkat harkat dan martabat hidup manusia
menuju kepada kehidupan yang beradab, adil, benar dan sejahtera lahir dan batin. Bersamaan
dengan usaha pengharapan tersebut di atas, GMKI tetap meyakini bahwa perjuangannya akan
diberkati oleh Tuhan bagi kepentingan bangsa dan negara, bagi kepentingan dunia dan umat
manusia, sekarang dan hari esok.
PERATURAN ORGANISASI
GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA

Pasal 1
KETENTUAN UMUM

1.  Pengertian tentang Peraturan Organisasi GMKI adalah suatu peraturan yang mengatur serta
mengikat semua anggota dan alat perlengkapan oraganisasi termasuk mekanisme kerjanya yang
belum diatur dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga GMKI dan Keputusan Kongres.

2.  Fungsi Peraturan Organisasi GMKI adalah untuk memberikan keseragaman interpretasi terhadap
konstitusi organisasi. Sehingga terwujud pemerataan tindak kerja seluruh aparat organisasi.
Sesuai dengan aturan-aturan dalam konstitusi organisasi.

Pasal 2
KEANGGOTAAN

1. Anggota Biasa:

a.    Anggota Biasa diterima oleh Badan Pengurus Cabang melalui Masa Perkenalan.

b.    Anggota Biasa yang diterima ialah mereka yang mengikuti acara Masa Perkenalan yang
kriterianya diatur oleh Badan Pengurus Cabang.

c.    Anggota Biasa yang diterima diwajibkan untuk menandatangani formulir kesediaan menjadi
anggota GMKI dengan menerima Visi dan Misi serta bersedia menjalankan Usaha Organisasi.

d.    Pada Kondisi Cabang yang tidak memungkinkan melaksanakan Masa Perkenalan Pengurus Pusat
dapat mengambil peran dalam proses penerimaan anggota biasa.

e.    Anggota Biasa dapat pindah dan diterima di Cabang GMKI lain dengan menunjukkan surat
keterangan pindah dari Cabang asal.

2.    Anggota Luar Biasa:

a.    Bekas Anggota Biasa otomatis menjadi Anggota Luar Biasa.

b.    Bekas Mahasiswa dan mahasiswa yang tidak memenuhi syarat anggota Biasa dapat mengajukan
permohonan tertulis untuk menjadi anggota Luar Biasa GMKI kepada Badang Pengurus Cabang,
dan penerimaannya diputuskan oleh Badan Pengurus Cabang.

c.    Anggota Luar Biasa yang pindah dapat dihubungi atau memberitahukan kepada Badan Pengurus
cabang terdekat.

3.    Anggota Kehormatan :

a.    Ketentuan untuk menjadi Anggota Kehormatan GMKI adalah Warga Negara Indonesia. Tokoh
nasional dan/atau tokoh Gerejawi serta mempunyai andil yang besar dalam perjuangan untuk
menegakkan Visi, Misi dan Eksistensi GMKI.

b.    Pengusulan Anggota Kehormatan diusulkan oleh Badan Pengurus Cabang secara tertulis kepada
Pengurus Pusat untuk dipelajari dan dibahas dalam persidangan Pengurus Pusat dan kemudian
dilaporkan kepada Kongres.

4. Anggota Penyokong :

a.    Anggota Penyokong GMKI tidak pernah menjadi anggota biasa GMKI.

b.    Anggota Penyokong dalam memberikan bantuan sifatnya tidak mengikat organisasi.

c.    Apabila dalam tiga kali jadwal yang sudah ditentukan. Anggota Penyokong tidak memberikan
bantuannya kepada organisasi tanpa alasan yang jelas maka Badan Pengurus Cabang dapat
membebaskan status keanggotaannya.

5.    Daftar Anggota :

a.    Daftar Anggota yang wajib diserahkan Badan Pengurus Cabang kepada Pengurus Pusat adalah
Daftar Anggota, yang sekurang-kurangnya menjelaskan tentang nama anggota, status
kemahasiswaan (asal perguruan tinggi, jurusan/departemen dan fakultas) dan tahun penerimaannya
sebagai anggota GMKI.

b.    Apabila dalam waktu tiga bulan sebelum Kongres, Badan Pengurus Cabang tidak menyerahkan
daftar anggotanya, maka Pengurus Pusat dapat memutuskan jumlah utusan Cabang untuk
menghadiri Kongres.

Pasal 3
PENGURUS PUSAT

1. Pengurus Pusat Bertugas mempersiapkan Kongres dengan tahapan sebagai


berikut :

a. Membentuk dan Melantik Panitia Nasional Kongres GMKI.

b. Menyampaikan waktu pelaksanaan Kongres dan batas waktu penyampaian daftar anggota kepada
Cabang – Cabang selambat-lambatnya empat bulan sebelum Kongres.

c. Menetapkan jumlah utusan Cabang yang akan menghadiri Kongres.

d. Memanggil Cabang untuk menghadiri Kongres. Selambat-lambatnya dua bulan sebelum Kongres.
e. Mempersiapkan rancangan-rancangan yang diperlukan untuk pelaksanaan Kongres.

f. Mempersiapkan Laporan Umum Pengurus Pusat.

g. Membuka Persidangan Kongres.

h. Memimpin Pemilihan Majelis Ketua berdasarkan Tata Cara Pemilihan Majelis Ketua yang ditetapkan
Kongres sebelumnya.

2. Anggota GMKI yang menghadiri Kongres tapi bukan utusan Cabang dapat ditetapkan oleh Pengurus
Pusat sebagai undangan dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat.

3. Serah Terima Pengurus Pusat dilaksanakan selengkap-lengkapnya termasuk inventarisasi kekayaan


organisasi.

Pasal 4
KONPERENSI CABANG

1. Konperensi Cabang berlangsung sekurang-kurangnya satu kali dalam dua tahun.

2.    Pelaksanaan Konperensi Cabang :

a.    Badan Pengurus Cabang mengundang anggota untuk mendaftarkan diri sebagai peserta
konperensi Cabang selambat-lambatnya satu bulan sebelum Konperensi Cabang.

b.    Jumlah peserta sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah peserta yang mendaftarkan diri 
Dari jumlah peserta yang hadir sekurang-kurangnya dua puluh lima orang.

c.    Pendaftaran ditutup selambat-lambatnya sebelum pengesahan Konperensi Cabang.

3.    Pelaksanakaan Konperensi Cabang yang memiliki Komisariat adalah sebagai berikut :

a.    Konperensi Cabang berlangsung atas panggilan Badan Pengurus Cabang atau atas
permintaan sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota biasa yang disalurkan dan
disetujui Pengurus Komisariat.

b.    Badan Pengurus Cabang mengundang Komisariat untuk mendaftarkan diri sebagai peserta
Konperensi Cabang.

c.    Konperensi Cabang berlangsung Sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya setengah ditambah
satu jumlah komisariat. Dan sekurang-kurangnya setengah ditambah satu jumlah utusan
komisariat.

d.    Ketentuan tentang kehadiran anggota sebagai perwakilan tiap komisariat atau utusan
komisariat dalam Konperensi Cabang diatur oleh Cabang yang bersangkutan.

e.    Pendaftaran bagi komisariat ditutup selambat-lambatnya sebelum pengesahan Konperensi


cabang.
4. Perubahan masa kerja kepengurusan:

a.    Perubahan masa kerja kepengurusan harus melalui proses pengkajian yang mendalam
terhadap kondisi obyektif  cabang oleh Badan Pengurus Cabang dan disampaikan kepada
anggota atau komisariat selambat-lambatnya satu bulan sebelum konperensi cabang.

b.    Keputusan pengesahan perubahan masa kerja kepengurusan harus disepakati 2/3 jumlah
peserta konperensi cabang.

5.    Persidangan Konperensi Cabang :

a.    Badan Pengurus Cabang membuka Persidangan Konperensi Cabang dan memimpin
pemilihan Majelis Ketua.

b.    Konperensi Cabang dipimpin oleh Majelis Ketua yang terdiri dari unsur Badan Pengurus
Cabang dan peserta yang dipilih oleh Konperensi Cabang.

c.    Unsur Badan Pengurus Cabang ditunjuk oleh Badan Pengurus Cabang dan ditetapkan oleh
konperensi Cabang.

6.    Konperensi Cabang berlangsung atas permintaan anggota/komisariat apabila :

a.    Badan Pengurus Cabang dalam menjalankan usaha-usaha organisasi telah menyimpang dari
asas, visi dan misi organisasi.

b.    Badan Pengurus Cabang telah menyimpang dari keputusan Kongres, Keputusan Pengurus Pusat
dan Keputusan Konperensi Cabang.

7.    Konperensi Cabang atas permintaan anggota/komisariat ditentukan oleh Pengurus Pusat

Pasal 5
BADAN PENGURUS CABANG

1.   Badan Pengurus Cabang mempersiapkan tugas-tugas Konperensi Cabang dan menetapkan waktu
pelaksanaan Konperensi Cabang.

2.    Pelantikan dan serah terima Badan Pengurus Cabang :

a.    Badan Pengurus Cabang dilantik oleh Pengurus Pusat, atau mandataris yang ditunjuk oleh Pengurus
Pusat.

b.    Naskah serah terima ditulis diatas kertas bermeterai dan ditandatangani oleh Badan Pengurus
Cabang Demisioner. Badan Pengurus Cabang terpilih,dan Pengurus Pusat sebagai saksi

c.    Badan Pengurus Demisioner tetap bertanggung jawab sampai dilakukan serah terima.
3.    Pergantian antar waktu Fungsionaris Badang Pengurus Cabang :

a.    Pergantian antar waktu fungsionaris Badan Pengurus Cabang termasuk penanggung jawab Badan
Pengurus Cabang dapat dilakukan apabila yang bersangkutan meninggal dunia atau berhalangan
tetap, mengundurkan diri,  kurang aktif atau melanggar aturan organisasi dan disampaikan kepada
Pengurus Pusat.

b.    Pergantian antar waktu Fungsionaris Badan Pengurus Cabang harus atas persetujuan Pengurus
Pusat.

c.    Calon pengganti fungsionaris Badan Pengurus Cabang diusulkan oleh Badan Pengurus Cabang
kepada Pengurus Pusat untuk dipelajari, dipertimbangkan dan diputuskan.

d.    Usulan pergantian antar waktu harus disertai dengan data-data/kronologis yang terjadi sehingga
Badan Pengurus Cabang perlu untuk mengusulkan pergantian antar waktu.

e.    Apabila Pengurus Pusat memutuskan untuk tidak menerima pergantian fungsionaris Badan Pengurus
Cabang tersebut, maka fungsionaris tersebut masih sah sebagai Badan Pengurus Cabang.

4.    Rangkap Jabatan :

a.    Seluruh Fungsionaris Badan Pengurus Cabang tidak diperkenankan rangkap jabatan didalam
organisasi.

b.    Penanggung jawab Cabang tidak diperkenankan rangkap jabatan diluar organisasi.

5.    Masa Kerja Badan Pengurus Cabang terhitung mulai tanggal berakhirnya pelaksanaan
konperensi Cabang.

6.    Pengurus Pusat dapat menunjuk “CareTaker” Badan Pengurus Cabang apabila :

a.    Kalender Konstitusi telah berakhir sedang Konperensi Cabang belum dilaksanakan.

b.    Badan Pengurus Cabang menyimpang dari asas, visi dan misi organisasi, dari Keputusan Kongres,
Keputusan Pengurus Pusat,  dan  Keputusan Konperensi Cabang.

7.    Badan Pengurus Cabang hanya diperkenankan mengeluarkan sikap dan pernyataan keluar meliputi
ruang lingkup lokal Medan Pelayanannya yang tidak bertentangan dengan kebijakan organisasi dan
harus dilaporkan kepada Pengurus Pusat.
Pasal 6
PEMBENTUKAN DAN PEMBUBARAN CABANG

1.    Pembentukan Cabang harus mempertimbangkan keberadaan Perguruan Tinggi dan kondisi
masyarakat disekitarnya yang mendukung eksistensi Cabang.

2.    Apabila ada kesediaan mahasiswa disuatu kota untuk menjadi anggota GMKI tetapi sulit didirikan
Cabang GMKI, maka mahasiswa tersebut dapat diterima menjadi anggota GMKI dari Cabang
terdekat dan menjadi bagian dari Cabang yang menerimanya.

3.    Pembentukan dan pembubaran Cabang diberitahukan kepada pihak Gereja dan Pemerintah Daerah
setempat.

Pasal 7
KOMISARIAT

1.    Dalam rangka memudahkan koordinasi terhadap anggota Badan Pengurus Cabang dapat
membentuk Komisariat sebagai alat pembinaan dan pelayanan yang membantu Badan Pengurus
Cabang.

2.    Pembentukan Komisariat dapat berdasarkan pengelompokan tempat kuliah dan / atau berdasarkan
pengelompokan wilayah serta tempat tinggal.

3.    Pemberian nama Komisariat ditentukan sendiri olah komisariat yang bersangkutan atau bersama-
sama dengan Badan Pengurus Cabang.

4.    Pengurus Komisariat dilantik dan disahkan oleh Badan Pengurus Cabang.

5.    Pengurus Komisariat tidak dapat mewakili organisasi keluar.

6.    Pengurus Komisariat tidak diperkenankan menerima anggota.

7.    Persyaratan lain tentang pembentukan, pembubaran dan mekanisme kerja Pengurus Komisariat
diatur oleh Cabang yang bersangkutan.
Pasal 8
LAMBANG DAN MARS

1.    Lambang yang dapat digunakan sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga GMKI Pasal 10 baik dalam
jenis, bentuk, ukuran, gambar, bahan dan warna.

2.    Lambang organisasi digunakan dalam upacara resmi yang bersifat umum, terdiri dari :

a.    Upacara resmi bersifat umum intern organisasi, yaitu upacara peringatan hari Proklamasi dan hari-
hari nasional lainnya.

b.    Upacara resmi bersifat umum ekstern organisasi, yaitu upacara diluar organisasi yang dihadiri oleh
GMKI

3.    Lambang organisasi digunakan dalam upacara resmi yang bersifat khusus organisasi, yaitu :

a.    Upacara Dies Natalis

b.    Upacara Pembukaan dan/atau Penutupan Program GMKI.

c.    Upacara Pelantikan atau Serah Terima.

4.    Kedudukan lambang organisasi GMKI dalam upacara resmi bersifat umum ekstern organisasi harus
setara dengan kedudukan lambang organisasi lain yang sederajat.

5.    Bendera organisasi ditempatkan disebelah kiri bendera nasional.

6.    Panji organisasi ditempatkan didepan mimbar diantara bendera GMKI dan bendera nasional.

7.    Pada waktu menyanyikan Mars GMKI semua hadirin diwajibkan untuk berdiri dalam sikap sempurna.

Pasal 9
MEKANISME PROTOKOLER

1. Mekanisme Protokoler digunakan dalam upacara-upacara resmi.

2.    Tata urutan upacara resmi yang bersifat umum intern organisasi adalah sebagai berikut :

a.    Kebaktian

b.    Upacara Nasional yang terdiri dari  menyanyi lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mengheningkan
Cipta (berdiri).

c.    Upacara organisasi yang terdiri dari :


-    Menyanyikan Lagu Mars GMKI (berdiri)
-    Pembacaaan Pembukaan Anggaran Dasar GMKI (duduk)

d.    Sambutan-sambutan

e.    Penutup.
3.    Tata urutan upaca resmi yang bersifat khusus organisasi adalah sebagai berikut:

a.    Kebaktian

b.    Upacara Nasional yang terdiri dari  menyanyi lagu kebangsaan Indonesia Raya dan
Mengheningkan Cipta (berdiri).

c.    Upacra organisasi yang terdiri dari :


-    Menyanyikan Lagu Mars GMKI (berdiri)
-    Pembacaaan Pembukaan Anggaran Dasar GMKI (duduk)

d.    Acara khusus Organisasi.

e.    Pidato

f.    Sambutan-sambutan

g.    Penutup

4.    Upacara resmi organisasi diawali dengan prosesi.

Pasal 10
HAL MEWAKILI ORGANISASI

1.    Pengurus Pusat mewakili organisasi dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi/
lembaga/ instansi lain ditingkat Nasional dan Internasional yang mengundang GMKI.

2.    Mewakili organisasi dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi/ lembaga/ instansi
lain setinggi-tingginya setaraf daerah propinsi yang mengundang GMKI, adalah Koordinator Wilayah
dan atau Badan Pengurus Cabang dibawah koordinasi unsur Pengurus Pusat diwilayah.

3.    Bila dalan suatu daerah propinsi atau daerah kabupaten/kotamadya terdapat lebih dari satu Cabang
GMKI maka semua Cabang di Daerah tersebut mempunyai status dan hak yang sama  untuk
mewakili organisasi dibawah koordinasi unsur Pengurus Pusat di wilayah.

Pasal 11
P  E  N  U  T  U  P

Hal – Hal yang belum diatur dalam Peraturan Organisasi ini, akan diatur dalam keputusan-keputusan
Pengurus Pusat yang lain, Keputusan Konperensi Cabang dan Keputusan Badan Pengurus Cabang.
PENJELASAN

PERATURAN ORGANISASI

I.    U M U M
Bahwa Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga GMKI sebagai ketentuan hukum dan tingkat
keputusan organisasi tertinggi mendasari seluruh cara kerja anggota maupun alat-alat perlengkapan
organisasi dan seluruh tingkat keputusan organsiasi dari keputusan kongres, keputusan Pengurus Pusat,
keputusan Konperensi Cabang sampai pada keputusan Badan Pengurus Cabang.

Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga GMKI mengatur hal-hal pokok dan mendasar dalam
kehidupan organisasi, baik itu tentang Kelembagaan organisasi dan Keanggotaan maupun hubungan
antara kelembagaan dengan anggota. Namun dalam praktek kegiatan organisasi sering terjadi berbagai
masalah yang tidak semua pemecahannya dapat diselesaikan hanya berdasarkan Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga GMKI saja. Kondisi yang demikian dapat mengakibatkan kesenjangan
pemahaman pelaksanaan program dalam rangka usaha-usaha organisasi untuk mencapai visi dan
misinya.

Pada dasarnya kemungkinan terjadinya masalah-masalah tersebut sudah diantisipasi oleh Anggaran
Dasar / Anggaran Rumah Tangga GMKI yang membuka peluang bagi penyusunan peraturan yang lebih
terperinci. Bagian akhir Anggaran Rumah Tangga GMKI (Pasal 12) memberikan kemungkinan bagi tingkat
krputusan yang lebih rendah (Pasar 11) untuk mengatur hal-hal yang belum tercantum dalam konstitusi
tersebut. Selanjutnya beberapa bagian penjelasan Anggaran Dasar /Anggaran Rumah Tangga GMKI
menghendaki adanya suatu Peraturan Organisasi yang mengatur hal-hal yang belum jelas tercantum
dalam AD/ART GMKI.

Peraturan Organisasi (PO) GMKI ini mengatur berbagai hal yang belum diatur dalam AD/ART GMKI tetapi
sering terjadi dalam praktek kehidupan organisasi. Berdasarkan amandemen AD/ART GMKI pada Kongres
XXIX di Pematang Siantar, sehingga perlu dilakukan beberapa perubahan terhadap Peraturan Organisasi..

Penetapan Peraturan Organisasi ini memiliki landasan yuridis :


1.    Pasal 11 Anggaran Rumah Tangga GMKI
2.    Pasal 12 Anggaran Rumah Tangga GMKI
3.    Penjelasan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga GMKI
4.    Keputusan Kongres XXIX Nomor : 009/K-XXIX/GMKI/XII/2004 tentang Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga GMKI.
5.    Keputusan Kongres XXIX Nomor : 011/K-XXIX/GMKI/XII/2004 tentang Garis-garis Besar Program
Organisasi dan Kebijakan Umum Organisasi  2004-2006.

Sistematika Peraturan Organisasi terdiri dari pasal-pasal yang terdiri dari penjelasan umum dan
penjelasan pasal demi pasal. Penjelasan ini adalah bagian integral dari Peraturan Organisasi. Judul pasal-
pasal dalam Peraturan Organsiasi ini diambil dari beberapa judul pasal yang terdapat dalam  AD/ART
GMKI yang memerlukan pengaturan lebih lanjut dan ditambah dengan beberapa pasal lain yang perlu.
Yaitu :
1.    Ketentuan Umum ( pasal 1 ).
2.    Komisariat ( pasal 7 ).
3.    Mekanisme Protokoler ( pasal 9 ).
4.    Hal mewakili Organisasi ( pasal 10 ).

Fungsi dan tujuan Peraturan Organisasi adalah mewujudkan keseragaman pemahaman terhadap
konstitusi dan mewujudkan pemerataan tindak kerja seluruh aparat organisasi. Untuk mewujudkan fungsi
dan tujuan tersebut perlu adanya partisipasi dan usaha dari seluruh aparat organisasi. Sejalan dengan itu
perlu suatu kemauan dan tekad seluruh fungsionaris dan anggota untuk memahami dan melaksanakan
konstitusi dengan sebaik-baiknya guna mempertahankan eksistensi GMKI dalam rangka menegakkan
missi yang diemban organisasi ditengah-tengah medan pelayanan Gereja, Perguruan Tinggi dan
Masyarakat.

II.    PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
KETENTUAN UMUM

1. “Anggota” – Juncto AD Pasal 6 dan ART Pasal 2.


“Alat Perlengkapan Organisasi” – Juncto AD Pasal 7. Peraturan Organisasi ini adalah produk
Pengurus Pusat melalui salah satu keputusannya.

2.    “Konstitusi Organisasi”  yaitu AD/ART GMKI


“Aparat Organisasi” dimaksud adalah seluruh pengurus (fungsionaris) dan
Anggota.

Pasal 2
KEANGGOTAAN

1.     a.   Juncto ART Pasal 2 ayat 2.a.


b.    “Kriteria” ditentukan oleh Badan Pengurus Cabang.
c.    Kalimat “menerima visi dan misi serta bersedia menjalankan usaha organisasi” ( junto AD
Pasal 6 ayat 1 ) harus tercantum jelas dalam formulir kesediaan menjadi anggota biasa GMKI.
d.    Ada dua jenis kondisi yang dimaksud, yaitu : pertama pada saat pembentukan Cabang baru.
Kedua pada saat pengaktifan Cabang yang sudah non aktif  tanpa kepengurusan yang jelas.
e.    Jika syarat ini dipenuhi baru anggota GMKI yang pindah tersebut tidak perlu lagi mengikuti masa
perkenalan.

2.    a.    Juncto ART Pasal 2 Ayat 1.b.(1) kecuali diberlakukan ART Pasal 2 ayat 3. otomatis berarti  tanpa
melalui permohonan atau prosedur apapun.
b.    Juncto ART Pasal 2 ayat 1.b (2) dan ayat 2.b yang dimaksud syarat anggota biasa” – dalam ART
Pasal 2 ayat 1.a
c.    Telah jelas.
3.    a.    Latar belakang yang dikehendaki untuk menjadi anggota kehormatan adalah warga negara
Indonesia yang dikenal sabagai tokoh nasional (sebagai pejabat negara, politisi, cendekiawan dll)
ada/atau tokoh Gereja. Kalau sebagai tokoh Gereja, minimal punya peran dalam pergerakan
oikumenis Gereja – Gereja di Indonesia atau bahkan Internasional.
Dipilih orang yang tidak pernah menjadi anggota biasa GMKI. Karena disitulah justru penilaian
terhadap organisasi (juncto ART Pasal 2 ayat 1.c). Sebab bagi mereka yang pernah
menjadi anggota GMKI adalah wajar dan seharusnya menyatakan loyalitas dan dedikasi (memberikan
jasanya) terhadap perjuangan gerakan ini agar visi dan misi yang diembannya dan eksistensi GMKI
tetap tegak ditengah-tengah medan pelayanannya.
b.    Pengusulan secara tertulis dimaksudkan untuk memberikan alasan-alasan pengajuan pengangkatan.
Usulan dari Badan Pengurus Cabang akan dipelajari oleh Pengurus Pusat dengan kriteria yang
ditetapkan oleh Pengurus Pusat. Laporan tentang hal ini merupakan laporan Pengurus Pusat ke
Kongres.

4.    a.    Juncto ART Pasal 2 ayat 1.d dan ayat 2.d
b.    Bantuan dari Anggota Penyokong dapat berupa dana atau materi lain yang diperlukan
Organisasi.
c.    Jadwal pemberian bantuan ditentukan dan diatur atas kesepakatan bersama antara Badan
Pengurus Cabang dengan Anggota Penyokong tersebut.

5.    a.    Juncto ART Pasal 2 ayat 4


b.    Juncto ART Pasal 3 ayat 3

Pasal 3
PENGURUS PUSAT

 1.    a.  Cabang yang telah dipilih menjadi tempat pelaksanaan Kongres melalui Badang Pengurus
Cabangnya mengajukan komposisi Panitia Nasional yang terjadi dari unsur Senior
Members/Friends dan Gereja untuk kemudian dilantik dan disahkan oleh Pengurus Pusat
melalui Surat Keputusannya.
b.  Rencana waktu pelaksanaan Kongres harus mempertimbangkan waktu selambat- lambatnya
(juncto AD GMKI Pasal 7 ayat 2b).
c.   Juncto ART GMKI Pasal 3 ayat 3.
d.    Memanggil sekaligus menentukan jumlah utusan Cabang yang diundang untuk menghadiri
Kongres berdasarkan jumlah anggota di Cabang. Waktu dua bulan berarti sudah melewati batas
waktu penyerahan daftar anggota dan Pengurus Pusat sudah menentukan utusan tiap Cabang.
e.    Telah Jelas.
f.    Telah Jelas.
g.    Telah Jelas.
h.    Junco ART GMKI Pasal 3 ayat 4 dan Keputusan Konggres XXIX GMKI Nomor : 009/K-
XXIX/GMKI/XII/2004 tentang Angaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga GMKI.

2.    Telah jelas.

3.    Juncto ART GMKI Pasal 4 ayat 8.


Pasal 4
KONPERENSI CABANG

1. Waktu Pelaksanaan Konperensi Cabang harus mempertimbangkan batas waktu selambat-lambatnya


dua tahun (juncto AD GMKI Pasal 7 ayat 4.b). Sejak berakhirnya Konperensi Cabang sebelumnya.

2.    a.    Badan Pengurus Cabang Wajib mengundang seluruh anggota biasa.
b.   Dua pertiga dari yang mendaftarkan diri adalah syarat Konperensi Cabang dapat berlangsung
dan jumlah peserta yang hadir sekurang-kurangnya dua puluh lima orang.
c.  Pendaftaran yang diterima adalah kesediaan untuk mengikuti Konperensi Cabang yang 
ditandatangani langsung oleh anggota yang mendaftarkan diri.

3.    a.    Utusan Komisariat harus menunjukkan mandat dari Komisariat yang bersangkutan.
b.    Telah jelas.
c.    Telah jelas.
d.    Telah jelas.
e.    Telah jelas.

4.     a.  Telah Jelas.


b.   Dalam menetapkan  masa kerja pengurus, perlu dibentuk satu komisi di Konperensi  Cabang
untuk mengkaji secara obyektif kondisi dan sumber daya cabang, rancangan materinya
dipersiapkan oleh Badan Pengurus Cabang.

5.    a.   Telah jelas


b.   Telah jelas
c.   Telah jelas

6.      Junco AD GMKI Pasal 7 ayat 4.c.


a.    Telah jelas.
b.    Telah jelas.

7.      Telah jelas.

Pasal 5
BADAN PENGURUS CABANG

1.    “Tugas-tugas Konperensi Cabang” (junco ART GMKI Pasal 5 ayat 2 dan Pasal 6 ayat 4.b),  artinya 
rancangan materi yang akan dibahas dalam Konperensi Cabang yang harus dipersiapkan oleh Badan
Pengurus Cabang, atas dasar Garis Besar Kebijakan Organisasi secara Nasional dengan memperhatikan
keberadaan Cabang yang bersangkutan.

2.    Juncto ART GMKI Pasal 6 ayat 3.b


a.    Jika Pengurus Pusat tidak dapat hadir, maka Pengurus Pusat dapat memberikan mandat kepada
salah seorang Senior Members/Friend atau Pimpinan Gereja/Pendeta untuk melantik Badan Pengurus
Cabang tersebut berdasarkan Surat Keputusan Pelantikan yang sudah dikeluarkan oleh Pengurus
Pusat beserta dengan surat penunjuk mandatnya.
b.    Apabila Pengurus Pusat tidak hadir, maka saksi dapat diambil dari Senior Members/Friends.
Pimpinan Gereja/Pendeta atau Pemerintah Daerah setempat. Mandataris Pengurus Pusat yang
melantik dapat merangkap saksi. Jika ada Fungsionaris Badan Pengurus Cabang yang
menandatangani unsur

demisioner dan terpilih sekaligus, maka fungsionaris tersebut hanya diprioritaskan menandatangani
unsur pilihan. Sedangkan bagiannya untuk unsur demisioner diwakili oleh fungsionaris lain sesuai
dengan pembagian tugasnya. Misalnya Sekretaris demisioner juga adalah Ketua terpilih, maka ia
hanya menandatangani bagian untuk Ketua terpilih. Sedangkan bagian Sekretaris demisioner diwakili
fungsionaris lain yang ditunjuk.
“Serah terima” dilakukan dengan naskah tertulis yang menjelaskan panggilan kewenangan perdata
dan kekayaan organisasi.

3.    a.   Telah jelas.


b.   Telah jelas.
c.   Telah jelas.
d.   “Data-data” mencakup alasan-alasan pengunduran diri, pendekatan-pendekatan/surat peringatan
yang diberikan Badan    Pengurus Cabang kepada fungsionaris yang dianggap kurang aktif atau
melakukan pelanggaran terhadap aturan-aturan organisasi.
e.   Telah jelas

4.    a.   Yang dimaksud jabatan “didalam organisasi” adalah jabatan dalam organisasi kecuali badan
pembantu yang dibentuk Badan Pengurus Cabang atau Pengurus Pusat dan karena jabatannya
sebagai Ex Offico.
b.  Yang dimaksud “diluar organisasi” adalah seluruh organisasi kecuali jabatan fungsional gerejawi
dan jabatan yang sama diorganisasi intra universiter.

5.    Masa kerja ini tetap berlaku walaupun terjadi pergantian antar waktu penanggung jawab Badan
Pengurus Cabang (juncto AD GMKI Pasal 7 ayat 5.b dan PO pasal 5 ayat 3.a).

6.    Disebut Care Taker Badan Pengurus Cabang karena bukan dipilih Konperensi Cabang, tetapi ditunjuk
oleh Pengurus Pusat untuk melaksanakan dan memegang fungsi Badan Pengurus Cabang penunjukan
Care Taker bertujuan untuk meluruskan fungsi Badan Pengurus Cabang yang sebenarnya.
Dalam Surat Keputusan Penunjukan Care Taker Pengurus Pusat menentukan masa kerja (batas waktu
tugas) dan tugas-tugas Badan Pengurus Cabang.

7.    Laporan kepada Pengurus Pusat harus lengkap termasuk mengenai isi sikap/pernyataan dan kepada
siapa disampaikan. Ruang lingkup pelayanan tidak boleh lebih dari daerah propinsi (juncto PO Pasal
10).
Pasal 6
PEMBENTUKAN DAN PEMBUBARAN CABANG

 1.    Dasar pertimbangan ini adalah untuk melengkapi persyaratan pembentukan Cabang  (juncto ART
GMKI Pasal 8 ayat 2) demi eksistensi Cabang yang bersangkutan. Keberadaan suatu Perguruan Tinggi
biasanya dilihat dari kemampuan status Perguruan Tinggi terpecah dalam lebih dari satu kota, maka
dapat dibentuk pula lebih dari satu Cabang sesuai dengan kondisi lokasi Perguruan Tinggi tersebut.
Karena itu tidak berarti bahwa kelompok anggota dalan suatu Perguruan Tinggi harus dihimpun dalam
satu Cabang. Untuk melihat kondisi masyarakat dan dukungan gereja setempat maka dalam
pembentukan suatu Cabang GMKI diperlukan “studi kelayakan pembentukan Cabang”

berdasarkan laporan Cabang terdekat dan/atau mereka yang ditugaskan oleh Pengurus Pusat.

2. “Sulit”  maksudnya kurang memenuhi syarat/ketentuan pembentukan Cabang. “Cabang  yang


terdekat”  adalah Cabang yang dapat berhubungan lebih efektif dalam menerima anggota di Perguruan
Tinggi yang bersangkutan baik dari segi komunikasi maupun georafi suatu Cabang GMKI dapat juga
gabungan dari satu kota dengan daerah sekitarnya.

3.    Telah jelas.

Pasal 7
KOMISARIAT

1. Dalam AD/ART GMKI alat perlengkapan organisasi yang paling rendah adalah Badan Pengurus
Cabang. Tetapi apabila kondisi penyebaran tempat kuliah anggotanya sulit dilakukan oleh Badan
Pengurus Cabang, maka Cabang dapat mengambil kebijaksanaan untuk membentuk Komisariat.

2.    Cabang yang membentuk komisariat bisa mengelompokkan komisariat dengan empat cara. Pertama
Komisariat berdasarkan “tempat kuliah”. Kedua Komisariat berdasarkan “Wilayah” dimana terdapat
satu atau lebih tempat kuliah. Ketiga Komisariat yang merupakan kombinasi antara keduanya.
Keempat berdasarkan tempat tinggal anggota (juncto ART GMKI Pasal 8 ayat 2.a).

3.    Telah jelas.

4.    Pemilihan Pengurus Komisariat dapat dilaksanakan dengan cara musyawarah anggota komisariat atau
penunjukkan oleh Badan Pengurus Cabang.

5.    Telah jelas.

6.    Komisariat dapat menjadi pelaksana Masa Perkenalan tetapi yang bertanggung jawab terhadap proses
penerimaan anggota tetap Badan Pengurus Cabang (juncto ART GMKI Pasal 2 ayat 1)

7.    Telah jelas.


Pasal 8
LAMBANG DAN MARS

1.    Telah jelas.

2.    a.    Telah jelas.


b.    Lambang digunakan dengan atau tanpa bendera

3.    a.    Telah jelas


b.    Telah jelas.
c.    Berupa Pelantikan anggota. Serah terima Pengurus Pusat.
Pelantikan dan serah terima Badan Pengurus Cabang, Pengurus Komisariat. Pelantikan
Kepanitiaan dan komisi-komisi atau Badan Pembantu lainnya.

4.    “Setara” artinya dalam kedudukan yang sama.


“organisasi lain yang sederajat”, maksudnya Pengurus Pusat GMKI dengan organisasi lain yang
bersifat/setingkat Nasional dan Badan Pengurus Cabang dengan organisasi lain yang bersifat dan
setingkat Daerah.

5.    Dilihat dari pimpinan upacara

6.    Telah jelas.

7.    Telah jelas.

Pasal  9
MEKANISME PROTOKOLER

1. “Resmi”  Juncto PO Pasal 8 ayat 3

2.    a.    Telah jelas.


b.     Telah jels.
c.     Telah jelas.
d.     Telah jelas.
e.     Telah jelas

3.    a.     Telah jelas


b.     Telah jelas
c.     Telah jelas
d.     Juncto PO Pasal 8 ayat 3
e. “Pidato”  dalam upacara resmi yang bersifat khusus organisasi  (juncto PO Pasal 8 ayat 3)
hanya disampaikan oleh Ketua Umum ditingkat Pengurus Pusat dan Ketua Cabang
ditingkat Badan Pengurus Cabang untuk acara pembukaan Konggres/Konpercab. Acara
serah terima kepengurusan dan acara Dies Natalis. Untuk acara lainnya dapat bersifat
“Sambutan”  yang disampaikan oleh Pengurus Pusat/Badan Pengurus Cabang atau yang
mawakilinya.
f.   Telah jelas.
g.  Telah jelas.

4.    Prosesi diikuti oleh :

a.    Upacara tingkat Nasional/Wilayah di pimpin oleh Pengurus Pusat dan bila hadir dapat
diikuti oleh Pendeta dan/ atau Pejabat Pemerintah.
b.    Upacara tingkat lokal, dipimpin oleh Badan Pengurus Cabang dan bila hadir dapat diikuti
oleh Pendeta dan/atau pejabat Pemerintah Daerah Pengurus Pusat memimpin acara
prosesi bila hadir.

Pasal 10
HAL MEWAKILI ORGANISASI

1. Telah jelas.

2. Telah jelas

3.   Telah jelas.

Pasal 11
PENUTUP

Telah jelas
STATUTA CABANG
GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA

CABANG BANDUNG

Pasal 1

Ketentuan Umum

1. Pengertian tentang Statuta GMKI Cabang Bandung adalah suatu peraturan yang mengatur serta
mengikat semua anggota dan alat perlengkapan organisasi termasuk mekanisme kerjanya yang
belum diatur dalam AD/ART, Keputusan Kongres dan Keputusan PP yang berkaitan dengan
kebutuhan GMKI Cabang Bandung.
2. Fungsi Statuta GMKI Cabang Bandung adalah untuk memberikan keseragaman interpretasi
terhadap konstitusi organisasi, sehingga terwujud pemerataan tindak kerja seluruh aparat
organisasi sesuai dengan aturan-aturan dalam konstitusi organisasi.

Pasal 2

Alat Perlengkapan Cabang

GMKI Cabang Bandung mempunyai alat perlengkapan cabang yang terdiri atas :

1. Konferensi Cabang

2. Badan Pengurus Cabang

3. Musyawarah Komisariat

4. Pengurus Komisariat
Pasal 3

Konperensi Cabang

1. Konperensi Cabang adalah badan tertinggi dalam tingkatan cabang

2. Konperensi Cabang berlangsung sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun

3. Konperensi Cabang berlangsung atas panggilan Badan Pengurus Cabang

4. Konperensi Cabag dipimpin oleh tiga orang majelis ketua yang terdiri dari satu orang dari unsur
BPC dan dua orang lainnya dari anggota biasa yang dipilih di Konpercab

5. Konperensi Cabang Bandung bertugas untuk :


a. Menilai Laporan Pertanggunjawaban BPC dalam melaksanakan Keputusan Kongres,
Keputusan Pengurus Pusat, dan Keputusan Konpercab
b. Menetapkan Statuta Cabang.
c. Menetapkan program kerja, menetapkan struktur, kebijakan dan anggaran pendapatan dan
belanja cabang.
d. Memilih Badan Pengurus Cabang.

6. Konperensi Cabang Istimewa adalah Konpercab yang diadakan sebelum periode kepengurusan
berakhir atas permintaan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota biasa dan harus
disampaikan untuk disetujui oleh Pengurus Pusat.

Pasal 4

Badan Pengurus Cabang

1. Badan Pengurus Cabang dipilih oleh Konfercab untuk masa bakti satu tahun.
2. Masa Jabatan fungsionaris dapat berakhir sebelum waktunya disebabkan oleh:
a. Meninggal dunia.
b. Mengundurkan diri.
c. Tindakan administratif oleh Rapat Pleno BPC.
d. Berhalangan tetap.
e. Kurang aktif atau melanggar aturan organisasi.

3. Pergantian Antar Waktu fungsionaris dilaksanakan selambat-lambatnya dua bulan sejak


kekosongan jabatan tersebut dan harus disetujui oleh Pengurus Pusat dan diberitahukan kepada
anggota selambat-lambatnya satu bulan setelah pengesahan jabatan tersebut.

4. Fungsionaris Badan Pengurus Cabang tidak diperkenankan rangkap jabatan di dalam organisasi
dan/atau menjadi fungsionaris Partai Politik
5. Ketua dan Sekretaris Cabang tidak diperkenankan memangku jabatan lain yang setingkat di luar
organisasi intra kampus dan organiasasi gereja

6. Ketua dan Sekretaris Cabang merupakan pengurus di Yayasan Kristen untuk Kesejahteraan
Mahasiswa (YKKM), di mana Ketua Cabang menjadi ketua Dewan Pengawas YKKM dan
Sekretaris Cabang menjadi Wakil Sekretaris Dewan Pengurus YKKM.

Pasal 5

Sidang Pleno BPC

1. Badan Pengurus Cabang melaksanakan Sidang Pleno sekurang – kurangnya dua kali dalam masa
kepengurusannya
2. Sidang Pleno I bertugas :
a. Menerjemahkan dan menjabarkan hasil-hasil Konpercab dalam bentuk program-program,
arah, sasaran program, strategi dan kebijakan keuangan, mekanisme kerja intern,
mekanisme persuratan dan kebijakan umum organisasi cabang Bandung yang selanjutnya
disebut Program Badan Pengurus Cabang.
b. Membahas hal-hal lain yang dianggap perlu oleh Badan Pengurus Cabang.

3. Sidang Pleno II bertugas :

a. Menilai pelaksanaan program Badan Pengurus Cabang secara kualitatif.


b. Menyiapkan laporan pertanggungjawaban Badan Pengurusb Cabang pada Konpercab
c. Menyiapkan materi Konpercab
d. Membahas hal-hal lain yang dianggap perlu oleh Badan Pengurus Cabang

4.Jika dianggap perlu, Badan Pengurus Cabang dapat melakukan Sidang Pleno pada tengah tahun
masa bakti kepengurusan guna mengevaluasi pelaksanaan program Badan Pengurus Cabang
5.Sidang Pleno dihadiri oleh :
a. Seluruh fungsionaris Badan Pengurus Cabang sebagai peserta.
b. Undangan resmi Badan Pengurus Cabang dalam rangka memperoleh kontribusi pemikiran,
apabila diperlukan

6. Mekanisme pelaksanaan Sidang Pleno :


a. Sidang Pleno diadakan atas undangan resmi Sekretaris Cabang.
b. Sidang Pleno diadakan sekurang-kurangnya dua kali dalam masa kepengurusan.

Pasal 6

Rapat Pengurus Harian

1. Rapat Pengurus Harian bertugas :

a. Membicarakan, membahas dan mengevaluasi semua permasalahan yang ada di cabang


b. Membicarakan, membahas dan menentukan utusan Badan Pengurus Cabang untuk mengikuti
kegiatan ditingkat cabang, regional, nasional dan internasional.
2. Rapat Pengurus Harian dihadiri oleh Badan Pengurus Harian yang ditetapkan dalam Keputusan
Konfercab mengenai struktur dan uraian tugas.
3. Mekanisme pelaksanaan :
a. Rapat Pengurus Harian diadakan atas undangan resmi Sekretaris Cabang.
b. Rapat Pengurus Harian diadakan sekurang-kurangnya satu kali sebulan dalam kaitan dengan
kehidupan cabang.

Pasal 7

Rapat Pengurus Cabang

1. Rapat Pengurus Cabang bertugas :


a. Membicarakan masalah-masalah penting yang berhubungan dengan kehidupan cabang
dalam rangka koordinasi dan penyesuaian pelaksanaan program.
b. Membicarakan dan memilih utusan Badan Pengurus Cabang GMKI Bandung untuk
mengikuti kegiatan cabang, regional, nasional dan internasional dalam rangka mengemban
kepentingan dan aspirasi cabang

2. Rapat Pengurus Cabang dihadiri oleh Fungsionaris BPC GMKI Bandung sebagai peserta.

3. Mekanisme pelaksanaan :
a. Rapat Pengurus Cabang diadakan atas undangan resmi Sekretaris GMKI Cabang Bandung
b. Rapat Pengurus Cabang diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam dua bulan dalam
kaitan dengan kehidupan cabang.

Pasal 8

Komisariat

1. Komisariat adalah alat pembinaan dan pelayanan yang membantu Badan Pengurus Cabang
dalam medan Perguruan Tinggi

2. Pembentukan Komisariat
a. Komisariat akan dibentuk apabila terdapat sekurang – kurangnya tujuh (7) orang anggota
biasa di Perguruan Tinggi
b. Pembentukan suatu komisariat dilakukan oleh Badan Pengurus Cabang dan diberitahukan
kepada Pengurus Komisariat yang berada di lingkungan GMKI Bandung
c. Dalam hal komisariat baru, Badan Pengurus Cabang berkewajjiban melaksanakan
pembinaan secara intensif kepada komisariat tersebut hingga mampu untuk berjalan
secara mandiri.
3. Nama, tempat dan waktu :
a. Nama komisariat menggunakan nama perguruan tinggi
b. Komisariat berkedudukan di kampus perguruan tinggi tempatnya bernaung
c. Komisariat berdiri untuk waktu yang tidak ditentukan.

4. Perbendaharaan komisariat diperoleh dari sumbangan dan pendapatan lain yang tidak
bertentangan dengan asas, visi, dan misi organisasi.

5. Komisariat dapat melaksanakan Masa Perkenalan tetapi proses penerimaan anggota tetap
menjadi tanggung jawab Badan Pengurus Cabang

6. Pembubaran Komisariat dilakukan Badan Pengurus Cabang apabila :


a. Perguruan Tinggi di mana anggota melakukan kegiatan telah dibubarkan
b. Jumlah anggota biasa di komisariat tersebut tidak lagi mencapai tujuh orang

7. Segala akibat dari komisariat yang telah dibubarkan adalah menjadi milik dan tanggung jawab
Badan Pengurus Cabang

8. Pembubaran komisariat yang telah dibubarkan harus diberitahukan kepada seluruh komisariat
yang berada di jajaran GMKI Bandung selambat - lambatnya satu bulan setelah pembubaran
komisariat tersebut

Pasal 9

Musyawarah Komisariat

1. Musyawarah Komisariat merupakan badan tertinggi dalam tingkatan komisariat


2. Musyawarah Komisariat berlangsung sekurang – kurangnya satu kali dalam satu tahun
3. Musyawarah Komisariat berlangsung atas panggilan Pengurus Komisariat atau inisiatif Badan
Pengurus Cabang dalam hal pembentukan komisariat baru dengan membentuk panitia pelaksana
4. Pengurus komisariat dan/atau panitia pelaksana wajib mengundang Badan Pengurus Cabang
untuk menghadiri Musyawarah Komisariat
5. Pengurus Komisariat wajib mengundang anggota untuk mendaftarkan diri sebagai peserta
Musyawarah Komisariat selambat – lambatnya sebelum pengesahan Musyawarah Komisariat
berlangsung
6. Muskom berlangsung sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 1/2n+1 jumlah anggota
komisariat tersebut yang mendaftarkan diri sebagai peserta Muskom dan dihadiri sekurang-
kurangnya 7 orang yang telah mendaftarkan diri.
7. Muskom dipimpin oleh 3 orang majelis ketua yang terdiri dari satu orang unsur Pengurus
Komisariat dan dua orang lainnya dari anggota komisariat yang dipilih oleh Muskom.
8. Muskom bertugas untuk :
a. Menilai laporan pertanggungjawaban PK dalam melaksanakan Keputusan Kongres,
Keputusan Pengurus Pusat, Keputusan Konpercab, Keputusan BPC dan Keputusan Muskom.
b. Menetapkan program kerja, menetapkan struktur, Kebijakan dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Komisariat
c. Memilih Pengurus Komisariat.

9. Musyawarah Komisariat Istimewa:


a. Musyawarah Komisariat Istimewa adalah musyawarah komisariat yang diadakan sebelum
periode kepengurusan berakhir atas permintaan sekurang – kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota biasa komisariat dan harus disetujui oleh BPC
b. Musyawarah Komisariat Istimewa berlangsung apabila Pengurus Komisariat telah
menyimpang dari Keputusan Kongres, Keputusan Pengurus Pusat, Keputusan Konpercab,
Keputusan BPC dan Keputusan Muskom.

10. Hasil – hasil Musyawarah Komisariat harus disampaikan kepada BPC selambat – lambatnya dua
minggu setelah Muskom dilaksanakan

Pasal 10

Pengurus Komisariat

1. Komisariat dipimpin oleh Pengurus Komisariat

2. Dalam hal pembentukan Pengurus Komisariat sekurang – kurangnya terdiri dari Ketua,
Sekretaris, dan Bendahara

3. Pengurus Komisariat dipilih oleh Muskom untuk masa kerja satu tahun dan masa kerjanya
terhitung sejak tanggal berakhirnya Muskom

4. Pengurus Komisariat dipilih oleh Muskom dengan sistem pemilihan langsung dan/atau sisetm
formatur

5. Pengurus Komisariat Demisioner tetap bertanggung jawab secara administratif samapi dilakukan
serah terima kepengurusan yang baru

6. Pengurus Komisariat yang dipilih oleh Muskom silantik oleh BPC selambat – lambatnya satu bulan
setealah kepengurusan itu dibentuk dan harus disertai dengan serah terima yang selengkap –
lengkapnya disaksikan oleh BPC dan/atau Senior members/ friends GMKI

7. Masa jabatan fungsionaris dapat berakhir sebelum waktunya disebabkan oleh:


a. Meninggal dunia
b. Mengundurkan diri
c. Tindakan administratif oleh Rapat Pleno Pengurus Komisariat
d. Berhalangan tetap
e. Kurang aktif atau melanggar aturan organisasi
8. Tugas PK :
a. Melaksanakan program organisasi sesuai dengan situasi dan kondisi komisariat sejauh
tidak menyimpang dari visi, misi dan usaha organisasi serta strategi dan kebijakan umum
organisasi.
b. Menjembatani BPC dengan anggota dimasing-masing komisariat dalam bidang informasi
kegiatan dan perkembangan organisasi serta aktifitas GMKI Bandung.

9. Pergantian Antar Waktu fungsionaris dilaksanakan selambat – lambatnya dua bulan sejak
kekosongan jabatan tersebut dan harus disetujui BPC dan diberitahukan kepada anggota
selambat – lambatnya satu bulan setelah pengesahan jabatan tersebut

10. Fungsionaris Pengurus Komisariat tidak diperkenankan rangkap jabatan di dalam organisasi
dan/atau menjadi fungsionaris Partai Politik

11. Ketua dan skretaris Pengurus komisariat tidak diperkenankan memangku jabatan lain yang
setingkat di luar organisasi kecuali organisasi intra kampus dan organisasi gereja

12. Pengurus Komisariat bertanggung jawab kepada Muskom dan BPC

13. BPC dapat membentuk Care Taker PK apabila :


a. Kalender konstitusi telah berakhir sedang Muskom belum dilaksanakan kecuali
memberikan surat perpanjangan kepada BPC
b. PK menyimpang dari asas dan tujuan organisasi, Keputusan Kongres, Keputusan PP,
Keputusan Konfercab, Keputusan BPC dan Keputusan Muskom.

Pasal 11

Sidang Pleno Komisariat

1. Pengurus Komisariat melaksanakan Sidang Pleno sekurang – kurangnya dua kali dalam masa
kepengurusannya

2. Sidang Pleno I bertugas :


a. Menerjemahkan dan menjabarkan hasil-hasil Muskom dalam bentuk program-program,
arah, sasaran program, strategi dan kebijakan keuangan, mekanisme kerja intern,
mekanisme persuratan dan kebijakan umum komisariat GMKI cabang Bandung yang
selanjutnya disebut Program PK.
b. Membahas hal-hal lain yang dianggap perlu oleh PK.

3. Sidang Pleno II bertugas :


a. Menilai pelaksanaan program PK secara kualitatif.
b. Menyiapkan laporan pertanggungjawaban PK pada Muskom
c. Menyiapkan materi Muskom
d. Membahas hal-hal lain yang dianggap perlu oleh PK.

4. Jika dianggap perlu, PK dapat melakukan Sidang Pleno pada tengah tahun masa bakti
kepengurusan guna mengevaluasi pelaksanaan program PK.
5. Sidang Pleno dihadiri oleh :
a. Seluruh fungsionaris PK sebagai peserta
b. Sidang Pleno diadakan atas undangan resmi Sekretaris Komisariat

Pasal 12

Rapat Pengurus Komisariat

1. Rapat Pengurus Komisariat bertugas :


a. Membicarakan masalah-masalah penting yang berhubungan dengan kehidupan komisariat
dalam rangka koordinasi dan penyesuaian pelaksanaan program.
b. Membicarakan dan memilih utusan komisariat untuk mengikuti kegiatan komisariat lain
dan cabang

2. Rapat Pengurus Komisariat dihadiri oleh Fungsionaris komisariat sebagai peserta.

3. Mekanisme pelaksanaan :
a. Rapat Pengurus komisariat diadakan atas undangan resmi Sekretaris Komisariat
b. Rapat Pengurus Komisariat diadakan sekurang – kurangnya satu kali sebulan

Pasal 13

Perubahan Statuta Cabang GMKI Bandung

1. Usulan Perubahan terhadap Statuta Cabang harus disampaikan kepada BPC selambat-lambatnya
dua bulan sebelum Konpercab atau atas usul BPC dan selanjutnya disampaikan kepada
komisariat – komisariat selambat – lambatnya satu bulan sebelum Konpercab dilaksanakan .
2. Statuta Cabang hanya dapat diubah oleh keputusan Konpercab setelah mendapat persetujuan
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota konfercab yang memilki hak suara.

Pasal 14

Penutup

Hal-hal yang belum diatur dalam statuta ini akan diatur dalam Keputusan Konpercab dan/atau
melalui keputusan BPC.
PETUNJUK PELAKSANAAN KONPERENSI CABANG
GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA

I. Pendahuluan
Pada hakekatnya, Konperensi Cabang (Konpercab) adalah merupakan salah satu alat perlengkapan
organisasi sebagaimana yang termaktub di dalam Anggaran Dasar GMKI pasal 7 ayat 1. Oleh
karena itu, setiap proses yang dilakukan harus tetap mengacu kepada konstitusi dan aturan-aturan
lainnya, yang tidak saling bertentangan. Pada kenyataannya, beberapa pelaksanaan Konpercab
memunculkan permasalahan – permasalahan yang sebenarnya tidak signifikan. Berdasarkan
inventarisasi permasalahan yang dilakukan, hal ini terjadi karena masih kurang dipahaminya
aturan-aturan organisasi secara konfrehensip, dan transformasi kelaziman organisasi yang masih
lemah serta pendidikan kader yang belum dilaksanakan secara tuntas.

II. Dasar Pembuatan Petunjuk Pelaksanaan Konperensi Cabang


Dasar pembuatan petunjuk pelaksanaan ini adalah :
1. Anggaran Dasar Pasal 7 Tentang Alat Perlengkapan Organisasi
2. Anggaran Rumah Tangga Pasal 5 Tentang Konperensi Cabang
3. Anggaran Rumah Tangga Pasal 11 Tentang Tingkat Keputusan Organisasi
4. Peraturan Organisasi Pasal 4 Tentang Konperensi Cabang

III. Tujuan Petunjuk Pelaksanaan Konperensi Cabang

Terlaksananya konperensi cabang sesuai dengan aturan main organisasi, baik itu AD, ART, PO
GMKI.
Memperjelas mekanisme konperensi cabang yang tidak disuratkan dalam anggaran dasar,
anggaran rumahtangga, dan peraturan organisasi untuk memahami secara utuh tentang
pelaksanaan Konpercab.

IV. Definisi Petunjuk Pelaksanaan Konperensi Cabang disingkat Juklak Konpercab .

Juklak Konpercab adalah seperangkat mekanisme yang berlaku di GMKI yang berfungsi sebagai
panduan dalam proses penyelenggaraan konpercab disetiap cabang GMKI

V. Definisi Konperensi Cabang

Konperensi cabang adalah Badan tertinggi dalam cabang (Juncto AD Pasal 7 ayat 4a) yang juga
sebagai salah satu alat perlengkapan organisasi yang termaktub dalam konstitusi (dan aturan lain)
organisasi untuk menjadi sarana anggota melakukan perencanaan (dan evaluasi) program antara
lain konsolidasi organisasi, pembinaan anggota, dan penataan serta pendaratan peran organisasi di
tiga medan pelayanannya secara khusus ditingkatan cabang. Selain itupula berfungsi sebagai
badan konsultatif formal tertinggi di cabang, yang bertanggungjawab kepada Pengurus Pusat
melalui Badan Pengurus Cabang.
VI. Tugas Konferensi Cabang
Ada 3 (tiga) tugas konperensi cabang yaitu (Juncto ART Pasal 5 ayat 2):
1. Menilai laporan Badan Pengurus Cabang dalam melaksanakan Keputusan Kongres, Keputusan
Pengurus Pusat dan Keputusan Konperensi Cabang.
2. Menyusun Program Kerja. Menetapkan struktur, kebijaksanaan dan anggaran pendapatan dan
belanja cabang.
3. Menetapkan masa kerja kepengurusan dan memilih Badan Pengurus Cabang.

VII. Waktu Pelaksanaan

1. Konperensi cabang berlangsung sekurang-kurangnya satu kali dalam dua tahun terhitung sejak
berakhirnya konperensi cabang sebelumnya. (Juncto AD Pasal 7 ayat 5, Juncto ART Pasal 5
ayat 2, Juncto PO Pasal 4 ayat 4).

2. Konperensi cabang berlangsung atas penggilan Badan Pengurus Cabang atau atas permintaan
sekurang-kurangnya dua pertiga (2/3) jumlah anggota biasa (Juncto PO Pasal 4).
3. Konperensi cabang yang melewati masa bakti kepengurusan Badan Pengurus Cabang tanpa
pemberitahuan kepada Pengurus Pusat atau dilihat tanpa ada aktivitas organisasi yang berarti,
maka pengurus pusat dapat mengangkat Badan Pengurus Cabang care taker yang diberi
kewenangan sesuai dengan alasan pengangkatan care taker Badan Pengurus Cabang tersebut.

VIII. Tema dan Sub Tema Konperensi cabang

Tema dan sub tema konpercab diambil dari tema dan sub tema yang dihasilkan pada kongres
nasional terakhir.

IX. Pelaksana Konperensi Cabang bagi Cabang yang tidak memiliki Komisariat (Juncto PO
Pasal 4 Ayat 2)

1. Badan pengurus cabang mengundang semua anggota biasa untuk mendaftarkan diri sebagai
peserta konperensi cabang selambat-lambatnya satu bulan sebelum konpercab.
2. Jumlah peserta yang hadir sekurang-kurangnya dua pertiga (2/3) dari jumlah peserta yang
mendaftarkan diri adalah syarat konpercab dapat berlangsung, dan jumlah peserta yang hadir
sekurang-kurangnya 25 orang.
3. Pendaftaran ditutup selambat-lambatnya sebelum pengesahan konpercab.
4. Apabila tidak mencapai angka minimal 25 orang, maka konpercab tidak dapat dilaksanakan
atau disahkan. Dengan demikian Konpercab tersebut harus ditunda sampai angka minimal
tercapai.
5. Ditegaskan bahwa kehadiran 25 orang adalah kehadiran secara fisik dilokasi persidangan. Dan
tidak diperkenankan lewat legitimasi administrasi saja dan dalam bentuk surat ataupun
penyampaian secara lisan dari yang bersangkutan.
X. Pelaksanaan Konperensi Cabang bagi Cabang yang me miliki Komisariat (Juncto PO
Pasal 4 ayat 3)
1. Konpercab berlangsung atas panggilan Badan Pengurus Cabang, atau atas permintaan
sekurang-kurangnya dua pertiga (2/3) dari jumlah anggota biasa yang disalurkan dan disetujui
pengurus komisariat.
2. Undangan Badan Pengurus Cabang sudah harus disampaikan selambat-lambatnya satu bulan
sebelum konpercab.
3. Badan Pengurus Cabang mengundang komisariat untuk mendaftarkan diri sebagai peserta
konpercab.
4. Ketentuan tentang kehadiran anggota sebagai perwakilan tiap komisariat atau utusan
komisariat dalam konperensi cabang diatur oleh cabang yang bersangkutan.
5. Konperensi Cabang berlangsung Sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya setengah ditambah
satu jumlah komisariat. Dan sekurang-kurangnya setengah ditambah satu jumlah utusan
komisariat.
6. Pendaftaran bagi komisariat ditutup selambat-lambatnya sebelum pengesahan konpercab.
7. Setiap komisariat harus menyerahkan nama-nama peserta konpercab sebagai
utusan/perwakilan dari komisariat yang bersangkutan, secara resmi melalui mekanisme
persuratan kepada BPC (sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan oleh BPC)

XI. Agenda Konperensi Cabang

Agenda konpercab terdiri 2 (dua) bagian utama:


1. Studi Meeting yaitu: PA tema dan sub tema, pendalaman kontitusi, dan seminar atau diskusi
mengenai tiga medan pelayanan yang akan dijadikan referensi dalam pembahasan agenda
bisnis meeting. Study Masa Bhakti dapat diagendakan disini.
2. Bisnis Meeting yaitu: pembahasan laporan umum pertanggungjawaban Badan Pengurus Cabang
(BPC), Garis Besar Pogram dan Kebijakan Cabang (GBPKJ), Penyusunan anggaran pendapatan
dan belanja cabang (APBC), Struktur dan uraian tugas BPC, pemilihan Badan Pengurus Cabang
(BPC) serta perubahan masa bakti kepengurusan BPC berdasarkan ART GMKI Pasal 5 (juncto
PO Pasal 4 Ayat 4).

XII. Pimpinan Konperensi Cabang

1. Pimpinan Konpercab terdiri dari pimpinan sidang sementara dan pimpinan sidang tetap yang
disebut majelis ketua.
2. Pimpinan sidang sementara adalah Ketua dan Sekretaris Badan Pengurus cabang, memimpin
persidangan mulai dari pengesahan persidangan sampai pemilihan majelis ketua.
3. Pimpinan sidang tetap yang disebut majelis ketua memimpin sampai akhir proses konpercab
dengan mekanismenya:
4. Konpercab dipimpin oleh minimal 3 (tiga) orang majelis ketua yang terdiri dari unsur Badan
Pengurus Cabang 1 (satu) orang, dan peserta persidangan 2 (dua) orang.
5. Majelis ketua dari unsur BPC ditunjuk dan disepakati oleh BPC.
6. Majelis ketua dari unsur peserta dipilih oleh forum persidangan.
7. Bagi Majelis Ketua dari unsur BPC, pada saat penyampaian dan pembahasan LPJ, maka yang
bersangkutan harus mengundurkan diri untuk sementara, dan bergabung bersama-sama
dengan fungsionaris BPC lainnya. Yang bersangkutan dapat kembali menjadi Majelis Ketua
apabila agenda LPJ telah selesai dan disahkan dalam satu surat keputusan Konpercab.
8. Majelis ketua harus ditetapkan dalam satu surat keputusan.

XIII. Sahnya Persidangan dan Keputusan Persidangan

1. Keputusan persidangan konpercab diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat dengan


hikmat dan kebijaksanaan, dan jika diperlukan diambil berdasarkan pemungutan suara
terbanyak.
2. Pemungutan suara terbanyak dilakukan dengan: satu orang satu suara (one man one vote)
untuk cabang yang tidak mempunyai komisariat; dan cabang yang memiliki komisariat
dilakukan dengan tiga pilihan yakni satu komisariat satu suara (one vote one delegation) atau
satu orang satu suara (one man one vote) atau kombinasi keduanya.
3. Persidangan konpercab sah untuk mengambil keputusan apabila jumlah yang hadir sekurang-
kurangnya setengah (1/2) ditambah satu dari seluruh anggota persidangan konpercab.
4. Jumlah anggota yang hadir pada pengesahan persidangan (proses roolcall) akan dijadikan
dasar dari setiap proses pengambilan keputusan sampai selesainya konpercab.
5. Jika ada anggota yang menghadiri konpercab setelah pengesahan persidangan harus
diposisikan sebagai peninjau.

XIV. Status Kehadiran dalam Konperensi Cabang

Status kehadiran dalam konpercab dikategorikan sebagai berikut:


1. Pengurus Pusat
2. Peserta

Yang disebut peserta yaitu:


a. Bagi cabang yang tidak menggunakan komisariat adalah anggota biasa yang mendaftarkan
diri dan menyatakan kesediaan untuk mengikuti konpercab yang ditandatangani langsung
oleh anggota yang mendaftarkan diri tersebut.
b. Bagi cabang yang mempunyai komisariat adalah mereka yang diutus/mewakili komisariat
sesuai dengan quota yang ditentukan BPC dengan surat mandat resmi yang ditandatangani
oleh pengurus komisariat.
3. Peninjau
a. Anggota biasa yang tidak memenuhi persyaratan administratif dalam hal ini tidak mendaftar,
atau anggota yang tidak dimasukan dalam utusan komisariat sebagai peserta sesuai quota
yang ditentukan oleh BPC.
b. Senior members/friends.
c. Undangan resmi dari BPC.
XV. Hak suara dan hak bicara

1. Yang memiliki hak suara adalah anggota biasa yang telah mendaftarkan diri menjadi peserta
dan BPC yang masih berstatus sebagai anggota biasa
2. Untuk cabang yang menggunakan hak suara per komisariat, maka hak suara berdasarkan pada
suara komisariat atau suara utusan/perwakilan komisariat
3. Peserta memiliki hak suara dan ini tidak dapat diwakilkan dalam bentuk apapun.
4. Peserta dan peninjau memiliki hak bicara dan hak usul
5. Undangan hanya memiliki hak bicara.
6. Yang dimaksudkan dengan hak suara adalah hak yang digunakan pada agenda-agenda yang
bersifat pengambilan keputusan dan pemilihan. Sedangkan yang dimaksudkan dengan hak
bicara, yaitu hak yang diberikan dalam rangka memberikan pendapat ataupun tanggapan
terhadap topik yang sedang berlangsung dan hak usul ialah hak yang diberikan dalam rangka
mengajukan usulan kepada forum melalui Majelis Ketua.

XVI. Sidang-Sidang
Persidangan dalam konperensi cabang dapat terdiri dari:
1. Sidang Pleno
a. Mengesahkan persidangan.
b. Membahas dan menetapkan tata tertib dan jadwal acara.
c. Memilih dan menetapkan Majelis ketua.
d. Mendengar, dan menilai laporan pertanggungjawaban Badan pengurus Cabang (dan
BPK).
e. Menetapkan komisi, panitia kerja, dan panitia khusus serta menetapkan hasil komisi-
komisi menjadi keputusan konpercab.
f. Menetapkan ketua dan sekretaris komisi, panitia kerja, dan panitia khusus.
g. Memilih dan menetapkan Badan Pengurus Cabang dan Badan Pemeriksa Keuangan (jika
ada). Jika menggunakan sistem formatur atau mid formatur, maka sidang harus
mengagendakan pemilihan formatur
h. Menutup persidangan konperensi cabang.
2. Sidang Komisi
a. Pembahasan laporan pertanggung jawab Badan Pengurus Cabang.
b. Membahas dan merumuskan Garis besar program dan kebijakan cabang
c. Membahas dan merumuskan anggaran pendapatan dan belanja cabang.
d. Membahas dan merumuskan struktur dan uraian tugas Badan Pengurus Cabang.
e. Membahas dan merumuskan Masa Bhakti kepengurusan yang baru
3. Sidang panitia kerja
a. Membahas dan merumuskan kriteria dan tata cara pemilihan
b. Membahas dan merumuskan pokok-pokok pikiran konpercab.
4. Sidang Panitia khusus

Panitia khusus dapat dibentuk apabila diperlukan


XVII. Pelaksanaan Konferensi Cabang Devinitif
1. Pelaksanaan Konferensi Cabang
a. Pelaksana konferensi cabang baru adalah panitia yang ditetapkan pengurus pusat untuk
mempersiapkan Konferensi cabang.
b. Panitia Konfercab mengundang semua anggota biasa untuk mendaftarkan diri sebagai
peserta konperensi cabang selambat-lambatnya satu bulan sebelum konpercab
c. Pendaftaran ditutup selambat-lambatnya sebelum pengesahan konpercab.
d. Apabila tidak mencapai angka minimal 25 orang, maka konpercab tidak dapat
dilaksanakan atau disahkan. Dengan demikian Konpercab tersebut harus ditunda sampai
angka minimal tercapai.
e. Ditegaskan bahwa kehadiran 25 orang adalah kehadiran secara fisik dilokasi
persidangan. Dan tidak diperkenankan lewat legitimasi administrasi saja dan dalam
bentuk surat ataupun penyampaian secara lisan dari yang bersangkutan.
2. Pimpinan Konperensi Cabang
a. Pimpinan Konpercab sementara adalah Pengurus Pusat yang menghadiri Konfercab
tersebut.
b. Pengurus Pusat memimpin persidangan mulai dari pengesahan persidangan sampai
pemilihan majelis ketua.
c. Pimpinan sidang tetap yang disebut majelis ketua memimpin sampai akhir proses
konpercab dengan mekanismenya:
d. Konpercab dipimpin oleh minimal 3 (tiga) orang majelis ketua yang terdiri dari minimal
unsur panitia 1 (satu) orang, dan peserta persidangan 2 (dua) orang.
e. Majelis ketua dari unsur Panitia ditunjuk dan disepakati oleh Panitia
f. Majelis ketua dari unsur peserta dipilih oleh forum persidangan
3. Agenda Sidang

Persidangan dalam konperensi cabang baru devinitif terdiri dari:


1. Sidang Pleno
a. Mengesahkan persidangan.
b. Membahas dan menetapkan tata tertib dan jadwal acara.
c. Memilih dan menetapkan Majelis ketua.
d. Mendengar arahan Pengurus Pusat
e. Menetapkan komisi, panitia kerja, dan panitia khusus serta menetapkan hasil komisi-
komisi menjadi keputusan konpercab.
f. Menetapkan ketua dan sekretaris komisi, panitia kerja, dan panitia khusus.
g. Memilih dan menetapkan Badan Pengurus Cabang dan Badan Pemeriksa Keuangan
(jika ada). Jika menggunakan sistem formatur atau mid formatur, maka sidang harus
mengagendakan pemilihan formatur
h. Menutup persidangan konperensi cabang.
2. Sidang Komisi
a. Membahas dan merumuskan Garis besar program dan kebijakan cabang
b. Membahas dan merumuskan anggaran pendapatan dan belanja cabang.
c. Membahas dan merumuskan struktur dan uraian tugas Badan Pengurus Cabang.
d. Membahas dan merumuskan Masa Bhakti kepengurusan yang baru
3. Sidang panitia kerja
a. Membahas dan merumuskan kriteria dan tata cara pemilihan
b. Membahas dan merumuskan pokok-pokok pikiran konpercab.
XVIII. Penutup

Demikianlah petunjuk pelaksanaan ini dibuat. Kiranya dapat memberikan arahan dan kemudahan
dalam pelaksanaan konpercab serta akan meminimalisir terjadinya permasalahan dalam setiap
pelaksanaannya.

Catt : Model Desain Ruangan Konferensi Cabang

MATERI TEKNIK PERSIDANGAN


GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA

BENTUK INTERUPSI PERSIDANGAN:

Point Of Order (PO)


Dikatakan dan terjadi jika pembicaraan yang akan diajukan berkaitan langsung dengan pokok
pembicaraan

Point Of Informatioan (PI)


Dikatakan dan terjadi jika yang akan diajukan adalah untuk menerangkan sesuatu yang kurang.

Point Of Clarification (PC)


Dikatakan dan terjadi jika point yang akan diajukan adalah untuk memperjelas apa yang sudah dikatakan
sebelumnya

Point Of Personal Privilage (PP)


Dikatakan untuk membela diri karena pembicaraan yang berlangsung menyinggung kepentingan pribadi
atau orabng tertentu

Tambahan –tambahan yang biasa dipakai juga dalam persidangan

Point of Clearens
Dikatakan untuk meluruskan masalah ketika menyangkut pribadi

Point of Solution
merupakan interupsi yang digunakan jika peserta sidang ingin menyampaikan atau menawarkan suatu
solusi

Point of Justification
merupakan interupsi yang digunakan untuk menguatkan pendapat sebelumnya

Peninjauan Kembali
Mengusukan untuk peninjauan kembali terhadap draf yag sudah disepakati sebelum disahkan.

Interupsi (biasa)
Dipakai untuk memotong pembicaraan

BENTUK KETUKAN PALU:


Sebenarnya ketukan dalam sidang tergantung kepada keputusan sidang, namun berikut ini menjadi
kebiasaan ketukan dalam bersidang GMKI

Ketukan 1 Digunakan pada


-Keputusan Sela
-Kesepakatan

Ketukan oleh pemimpin sidang atau majelis ketua yang akan melanjutkan dalam mengambil alih sidang
( terjadi pada pergantian pemimpin sidang/majelis ketua)

Ketukan 2 Digunakan pada


-Untuk menskorsing atau mencabut skorsing.
-Mencabut kembali / membatalkan kesepakatan terdahulu yang dianggap keliru.

Pada pergantian pimpinan sidang oleh pimpinan sidang atau majelis ketua yg sementara memimpin
sidang ( terjadi pada pergantian pemimpin sidang/majelis ketua)

Ketukan 3 Digunakan pada


-Pembukaan dan penutupan sidang
-Mengesahkan keputusan/konsideran final /akhir hasil sidang.

CONTOH KALIMAT DIPAKAI OLEH PIMPINAN SIDANG/ MAJELIS KETUA:

Membuka sidang
“Dengan mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus sang kepala Gerakan maka saya
………….dibuka dan terbuka/tertutup untuk umum. “ tok…….tok…….tok

Menutup sidang
Dengan mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus sang kepala Gerakan maka,
………….ditutup. “ tok…….tok…….tok

Mengalihkan pimpinan sidang


“Dengan mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus sang kepala Gerakan maka saya
serahkan pau palu sidang kepada pimpinan siding/majelis ketua berikutnya” tok …tok.

Mengambil alih pimpinan sidang


“palu sidang saya terima sidang saya lanjutkan “ tok

Menskorsing sidang
“Dengan ini sidang saya skors 1 atau 2 kali 15 menit dari sekarang ” tok……….tok.

Mencabut skorsing
“Dengan memperhatikan waktu skorsing maka skors saya cabut dan sidang dilanjutkan“ tok…….tok

BENTUK SIDANG
Sidang Pleno

-Mengesahkan persidangan.
-Memilih dan menetapkan Majelis ketua.
-Membahas dan menetapkan tata tertib dan jadwal acara.
-Mendengar, dan menilai laporan pertanggungjawaban Badan pengurus Cabang (dan BPK).
-Menetapkan komisi, panitia kerja, dan panitia khusus serta menetapkan hasil komisi-komisi
menjadi keputusan konfercab.
-Menetapkan ketua dan sekretaris komisi, panitia kerja, dan panitia khusus.
-Memilih dan menetapkan Badan Pengurus Cabang dan Badan Pemeriksa Keuangan (jika ada).
-Menetapkan Masa Bakti/ Periode BPC
-Menutup persidangan konferensi cabang.

Sidang Komisi

-Pembahasan laporan pertanggung jawab Badan Pengurus Cabang.


-Membahas dan merumuskan Garis besar program dan kebijakan cabang
-Membahas dan merumuskan anggaran pendapatan dan belanja cabang.
-Membahas Masa Bakti/ Periode BPC
-Membahas dan merumuskan struktur dan uraian tugas Badan Pengurus Cabang.

Sidang Panitia Kerja (Panja)

-Membahas dan merumuskan kriteria dan tata cara pemilihan


-Membahas dan merumuskan pokok-pokok pikiran konpercab.

Sidang Panitia khusus (Pansus)

Panitia khusus dapat dibentuk apabila diperlukan

HAK SUARA DAN HAK BICARA

Peserta memiliki hak suara dan ini tidak dapat diwakilkan dalam bentuk apapun.
Peserta dan peninjau memiliki hak bicara.
Peninjau hanya memiliki hak bicara

PIMPINAN SIDANG
Pimpinan sidang terdiri dari pimpinan sidang sementara dan pimpinan sidang tetap atau yang disebut
majelis ketua.
Pimpinan sidang sementara adalah Ketua dan Sekretaris Pengurus Pusat/ Badan Pengurus Cabang/
Pengurus Komisariat, memimpin persidangan mulai dari pengesahan persidangan sampai pemilihan
majelis ketua.
Pimpinan sidang tetap yang disebut majelis ketua memimpin sampai akhir proses konfercab dengan
mekanismenya:
-Kongres dipimpin oleh 5 (orang) orang majelis ketua yang terdiri dari unsur Pengurus Pusat (PP) 2
orang dan utusan peserta persidangan 3 (dua) orang
-Konfercab dipimpin oleh majelis ketua yang terdiri dari unsur Badan Pengurus Cabang (BPC), dan
peserta persidangan yang keseluruhannya berjumlah Ganjil Contohnya 2 dan 3 atau 1 dan 2
-Muskom dipimpin oleh majelis ketua yang terdiri dari unsur Pengurus Komisariat (PK) dan peserta
persidangan yang keseluruhannya berjumlah Ganjil

Contohnya 2 dan 3 atau 1 dan 2

Majelis ketua dari unsur PP ditunjuk dan disepakati PP


Majelis ketua dari unsur BPC ditunjuk dan disepakati BPC.
Majelis ketua dari unsur PK ditunjuk dan disepakati PK
Majelis ketua dari unsur peserta dipilih oleh forum persidangan.
Majelis ketua harus ditetapkan dalam satu surat keputusan.

Apabila dalam proses perjalanan sidang satu dan atau lebih dari satu majelis ketua mengundurkan diri
karena alasan tetap, maka harus diganti yang lain dengan tetap memperhatikan keterwakilannya
sehingga harus dilakukan perubahan dan atau penerbitan baru surat keputusan

Anda mungkin juga menyukai