Anda di halaman 1dari 4

TATA TERTIB

SIDANG JEMAAT GEREJA PROTESTAN MALUKU


TAHUN 2022

Pasal 1
DEFINISI, DASAR, KEDUDUKAN, TUGAS DAN SUSUNAN

1. Sidang Jemaat adalah kepemimpinan gereja (Sun Hodos) yang diselenggarakan dalam
wujud persidangan yang dihadiri oleh Majelis Jemaat dan utusan Sektor.
2. Persidangan Jemaat Gereja Protestan Maluku dilaksanakan berdasarkan:
a. Tata Gereja Gereja Protestan Maluku Bab I Pasal 2 Ayat (1, huruf a), dan Bab II Pasal 5
Ayat (1), dan Bab IX Pasal 20 Ayat (1, huruf a)
b. Peraturan Pokok Gereja Protestan Maluku tentang Jemaat Bab VI Pasal 10, Bab VII
Pasal 11, Bab VIII Pasal 12 – 17.
3. Sidangan Jemaat berfungsi sebagai lembaga pengambilan keputusan tertinggi di tingkat
Jemaat dan diadakan sekali dalam setahun.
4. Sidangan Jemaat bertugas:
a. Membahas dan menetapkan Rencana Strategis (disingkat Renstra) Pengembangan
Pelayanan jemaat sebagai penjabaran dari PIP-RIPP setiap 5 (lima) tahun. khusus
sidang pada tahun pertama periode Majelis Jemaat;
b. Mengevaluasi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Renstra pengembangan
pelayanan selama 5 (lima) tahun;
c. Mengevaluasi dan menetapkan program-program pelayanan di Jemaat sebagai
penjabaran dari Renstra Jemaat;
d. Mengevaluasi dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) Jemaat;
e. Membicarakan dan menyelesaikan masalah-masalah keumatan yang relevan.
5. Susunan Sidang Jemaat terdiri dari:
a. Sidang-sidang Paripurna.
b. Sidang-sidang Komisi.
c. Sidang-sidang Panitia Khusus.

Pasal 2
PIMPINAN SIDANG PARIPURNA, KOMISI DAN PANITIA KHUSUS

1. Sidangan Jemaat dipimpin oleh Majelis Jemaat, sekaligus bertindak sebagai Penanggung
Jawab Persidangan Jemaat.
2. Sekretaris Majelis Jemaat dan atau wakil sekretaris Majelis Jemaat adalah Sekretaris dan
atau wakil sekretaris Sidang Jemaat yang tidak dapat dilepaskan fungsinya dalam
persidangan.
3. Jika Sekretaris dan Wakil Sekretaris Majelis Jemaat berhalangan maka Majelis Jemaat
berhak menunjuk salah seorang Majelis Jemaat sebagai Sekretaris Persidangan dan
ditetapkan atas persetujuan Persidangan.
4. Sidang-sidang komisi dipimpin oleh Pimpinan Komisi dalam hal ini seorang Ketua, seorang
Wakil ketua dan seorang Sekretaris, yang ditetapkan oleh Persidangan atas usul Pimpinan
Persidangan dengan memperhatikan sungguh-sungguh keterwakilan laki-laki dan
perempuan.
5. Sidang-sidang Panitia Khusus dipimpin oleh Pimpinan Panitia Khusus dalam hal ini seorang
Ketua, seorang Wakil ketua dan seorang Sekretaris, yang ditetapkan Persidangan atas usul
Pimpinan Persidangan.

Pasal 3
TUGAS DAN WEWENANG PIMPINAN SIDANG

1. Mengundang untuk memulai dan mengakhiri sidang-sidang sesuai jadwal yang telah

15
ditetapkan persidangan Jemaat.

2. Memimpin jalannya sidang-sidang pada Persidangan Jemaat.


3. Mengundang dan mengatur secara berurutan para pembicara, agar waktu pembicaraan
dapat dimanfaatkan se-efisien mungkin.
4. Menegur dan bila perlu menarik hak berbicara apabila pembicara menyimpang dari pokok
pembahasan dan atau Tata Tertib persidangan Jemaat.
5. Jika suatu pokok permasalahan telah selesai dibahas oleh persidangan, Pimpinan Sidang
hendaknya menyimpulkan hasil pembahasan tersebut untuk memberi arah bagi
pengambilan keputusan.
Pasal 4
PESERTA SIDANG
Peserta Sidangan Jemaat terdiri dari:
1. Peserta Biasa yang adalah :
a. Majelis Jemaat
b. Anggota Sidi Gereja melalui Sektor Pelayanan yang dipilih dari Unit- unit Pelayanan,
dengan ketentuan tiap Sektor 7 (tujuh) orang peserta, dan memperhatikan
keterwakilan unsur laki-laki dan perempuan.
2. Peserta Luar Biasa yang adalah :
a. Penasehat yaitu Majelis Pekerja Klasis;
b. Perutusan Badan Pembantu Pelayanan dan AMGPM
c. Undangan yang dianggap perlu diundang oleh Majelis Jemaat.

Pasal 5
KEWAJIBAN PESERTA SIDANG

1. Mengikuti seluruh kegiatan Sidang sesuai jadwal yang telah ditetapkan Persidangan.
2. Menghadiri sidang-sidang 15 menit sebelum sidang-sidang tersebut dimulai.
3. Menaati seluruh ketentuan Tata Tertib Sidangan Jemaat.
4. Menghormati dalam hal ini tidak mengganggu setiap pembicara yang sedang menggunakan
hak bicaranya.
5. Peserta wajib menandatangani daftar hadir setiap kali menghadiri persidangan.
6. Setiap kali hendak meninggalkan persidangan yang sedang berlangsung, wajib
memberitahukan secara tertulis.
7. Setiap kali menghadiri sidang-sidang wajib mengenakan tanda pengenal peserta atau
lainnya atau yang sah.
8. Mematuhi ketentuan protokol Kesehatan.

Pasal 6
HAK PESERTA SIDANG

1. Peserta biasa mempunyai hak bicara dan hak suara.


2. Peserta Luar Biasa mempunyai hak bicara.
3. Setiap pembicara memiliki hak bicara selama 3 (tiga) menit.
4. Peserta yang telah dibatasi hak bicaranya memiliki hak untuk menyampaikan
permasalahan yang belum dibicarakan secara tertulis.
5. Peserta yang memiliki hak berbicara pada babak pertama dapat menggunakan babak
kedua dengan pokok permasalahan yang sama.
6. Setiap peserta berhak menggunakan hak bicara pada babak khusus.
7. Setiap peserta yang sementara menggunakan hak bicaranya memiliki hak untuk tidak
diganggu pembicaraannya, kecuali pimpinan siding dalam rangka menertibkannya demi
memudahkan terjadinya pengambilan keputusan terhadap permsalahan yang sementara
dibahas.
8. Hak interupsi dimiliki oleh setiap peserta dengan ketentuan;

16
a. Melakukan penjernihan terhadap permasalahan yang sementara dibicarakan (point of
clarification).
b. Menempatkan permasalahan yang dibicarakan sesuai aturan pembahasan (point of
order).
c. Mencegah pelecehan nama baik seseorang (point of self-previledge).
d. Memberi informasi yang penting demi melengkapi pembicaraan tentang permasalahan
yang sedang dibicarakan (point of information).

Pasal 7
TATA CARA PEMBAHASAN

1. Setiap pokok masalah yang hendak ditetapkan sebagai keputusan persidangan,


dibicarakan melalui dua babak pembahasan, kecuali terhadap pokok masalah yang
karena urgensinya oleh Pimpinan Persidangan dipandang perlu untuk diadakan babak
pembahasan khusus.
2. Tata cara pembahasan pokok masalah yang akan ditetapkan sebagai keputusan
persidangan sebagaimana ayat (1) dilaksanakan melalui dialog dan musyawarah, di mana
setiap peserta berkesempatan menyampaikan pandangannya.
3. Pembahasan Laporan Umum pelayanan dan Keuangan diatur dengan mekanisme sebagai
berikut:
a. Majelis Jemaat membacakan Eksekutif Summary.
b. Setiap sektor diberikan kesempatan untuk tidak membacakan dan atau membacakan
pemandangan umum dengan lama waktu berbicara 7 menit.
c. Majelis Jemaat memberikan tanggapan umum sektor-sektor.
d. Pimpinan Sidang membuka babak kedua per delegasi sesuai muatan pemandangan
umum dengan lama waktu berbicara 3 menit.
e. Perutusan badan pembantu pelayanan adalah unsur penyelenggara pelayanan yang
laporannya dibahas dalam pembahasan laporan umum dan keuangan. Karena itu, tidak
menyampaikan pandangan kecuali dipandangan perlu oleh Pimpinan Sidang untuk
melakukan klarifikasi terhadap permasalahan yang sementara dibicarakan dalam
pembahasan laporan umum dan keuangan tersebut.
4. Mengenai pembahasan Program, Anggaran, Rekomendasi, Pesan dan materi lainnya
menggunakan mekanisme pembahasan pada ayat (1) dan (2).

Pasal 8
KESIMPULAN PEMBAHASAN

1. Jika suatu pokok permasalahan telah selesai dibahas oleh persidangan, Pimpinan
Persidangan hendaknya menyimpulkan hasil pembahasan tersebut untuk memberi arah
bagi pengambilan keputusan.
2. Apabila kesimpulan sebagaimana ayat (1) tidak dapat ditempuh Pimpinan Persidangan
mengingat kompleksnya pokok permasalahan yang dibahas, Persidangan dapat membentuk
Tim Perumus yang dipimpin oleh Pimpinan Persidangan untuk merumuskan kesimpulan
yang diperlukan dan melaporkannya kepada Persidangan dengan batas waktu yang
ditentukan untuk dilakukan pengambilan keputusan.

Pasal 9
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. Pengambilan keputusan mengenai suatu pokok masalah dilakukan oleh Peserta Biasa.
2. Setiap keputusan diambil dengan mengedepankan azas musyawarah untuk mufakat.
3. Apabila musyawarah untuk mufakat sebagaimana ayat (2) tidak tercapai, keputusan
diambil berdasarkan suara terbanyak dari peserta biasa Persidangan.
4. Pengambilan keputusan mengenai orang dilakukan secara tertulis.

17
Pasal 10
SAHNYA PERSIDANGAN

1. Persidangan Jemaat dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga)
dari jumlah peserta biasa Persidangan.
2. Sidang-sidang Komisi dan atau Panitia Khusus dianggap sah apabila dihadiri sekurang-
kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari sejumlah peserta sidang Komisi dan atau Panitia Khusus.

Pasal 11
KETENTUAN PENUTUP

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Tertib ini akan ditentukan kemudian sesuai
keputusan Persidangan.
2. Tata Tertib ini digunakan untuk Sidang Jemaat GPM tahun 2022 – 2025, selama
Persidangan MPL Sinode tidak menetapkan ketentuan lain.
3. Dengan ditetapkannya Tata tertib ini, semua keputusan tentang Tata Tertib Persidangan
Jemaat yang berlaku selama ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

Ditetapkan di: Elat – Kei Besar


Pada Tanggal : 4 November 2021

PIMPINAN SIDANG KE-42


MPL SINODE GEREJA PROTESTAN MALUKU

Ketua Sekertaris

Pendeta E.T. Maspaitella Pendeta S.I. Sapulette

18

Anda mungkin juga menyukai