Anda di halaman 1dari 3

PENELAAHAN ALKITAB RUT 1: 1-22

SPIRITUALITAS KRISTIANI DALAM KONTEKS PANDEMI DAN BUDAYA DIGITAL 1


============================================================
Pdt. Dr. Nancy Novitra Souisa
PENGANTAR
Bencana telah menjadi bagian dari kenyataan hidup semesta. Umat Tuhan di Maluku telah, sedang
dan mungkin akan mengalami di waktu yang akan datang. Bencana itu, bisa dalam pengertian
bencana sosial maupun bencana alam, misalnya: konflik (contoh: kondisi peristiwa sejak tahun
1999), gempa, banjir, longsor, bencana akibat gunung berapi, dan bencana lainnya.
Bencana yang saat ini sedang kita hadapi adalah Pandemi Covid 19. Pandemi Covid 19 bukan satu-
satunya bencana yang menimpa kita, namun dalam dua tahun ini saja banyak perubahan dan
dampak darinya. Contoh perubahan perilaku, pemahaman maupun sikap, antara lain tidak selalu
berkerumun, memakai masker, mencuci tangan, tidak berjabat tangan. Perubahan pemahaman:
apakah makna persekutuan dalam kondisi harus berjarak secara fisik dan sosial, dll. Pada saat
yang sama, budaya digital menjadi bagian dari keseharian hidup kita yang sangat dirasakan
mengubah perilaku, penampilan maupun identitas. Dan kondisi Pandemi turut mempengaruhi
percepatan penggunaan teknologi digital. Kita bertanya: apakah kita membiarkan jatidiri kira
dipengaruhi oleh kondisi yang berkembang ini, atau bertahan dalam benteng jatidiri kita secara
pasif dan tidak beruabah apa-apa, atau berubah karena kesadaran akibat bencana maupun
perkembangan digital ini.

TELAAH TEKS
Narasi Rut 1:1-22 adalah salah satu teks yang dapat kita telaah untuk mendapatkan pesan penting
bagi kondisi gereja di masa kini, khususnya konteks bencana dan perubahan. Ujung dari narasi ini
berisi lakon (peran) Tokoh-tokoh yang mengalami krisis dalam kehidupan, betahan dan berjuang
di dalamnya.

BEBERAPA POKOK TELAAH


1. Berjalan Bersama Menghadapi Krisis
Dalam menghadapi ancaman kelaparan, keluarga yang dipimpin oleh Elimelekh berjalan
bersama menghadapinya. Begitu juga ketika Naomi dan kedua menantunya (orpa dan rut)
menghadapi pilihan untuk kembali ke Israel dan keputusan di ambil dalam spirit kebersamaan
(orpa memilih kembali dan rut mengambil keputusan untuk ikut bersama naomi). Mereka tidak
terpecah atau saling menyakiti dalam menghadapi kesulitan hidup. Ini karakter penting yang
sangat menghidupkan dalam konteks bencana dan krisis. Keluarga yang ke Moab atau
keluarga yang ke Israel menunjukkan relasi yang kokoh, pilihan diambil dengan semangat
demokratis dan saling memberkati: Pelajaran dari para tokoh dalam cerita adalah :
 Elimelekh menjaga keluarganya bertahan dalam masa kelaparan.
 Mahlon dan Kilyon membangun keluarga yang saling menghargai sekalipun berbeda
bangsa.
 Rut dan Orpa menunjukkan peran pembuktian bahwa perempuan-perempuan Moab
diberkati oleh Tuhan dan mencintai keluarga suaminya dan tetap bersama disaat badai
menerpa.
 Naomi sendiri, menunjukkan peran seorang kepala keluarga yang bertahan dan berjuang
melewati kehilangan demi kehilangan. (kuat bertahan melewati bencana kelaparan,
kematian elimelekh dan juga kedua anaknya)
Keluarga ini berjalan bersama dalam kehidupan dan meratap bersama mengenai kematian.
Pengambilan keputusan dalam masa-masa krisis dan perubahan yang ekstrim dijalani secara
jujur. Kisah Naomi – Rut – Orpa memperlihatkan hal itu secara jelas. Bahkan sekalipun mereka
semula dari bangsa yang berbeda, namun saling menunjukkan kasih sayang. Hal itu menjadi
perekat ini sehingga mereka sanggup bertahan dan berjuang.
Bagi kita saat ini, berjalan bersama menjadi penting. Dalam penderitaan dan krisis, kekuatan
untuk saling menopang dan bersama-sama menghadapinya dengan kesatuan hati dan strategi
(soliditas) menjadi kekuatan satu terhadap yang lain. Sebaliknya, tidak sehati, menjadikan
penderitaan dan krisis terasa lebih berat.
1

8
2. Identitas Yang Cair Menjalani Masa Krisis
Elimelekh dari Israel pergi menuju sebuah masyarakat, yang asing bagi orang Israel (migrasi).
Mereka menempuh “cara” yang sngat beresiko karna akan berubah status kewargaan. Ini yang
disebut bergesernya identitas.
Mahlon dan Kilyon menikahi gadis-gadis Moab, yakni Orpa dan Rut dan hidup dalam
percampuran budaya.
Dalam konteks Pandemi belakangan ini, semua orang dapat saja terpapar tanpa pandang latar
belakangnya. Manusia rentan terhadap bencana dan krisis. Dalam situasi yang rentan (org bisa
mudah terkena penyakit), orang saling membantu. Identitas yang semula mungkin kaku, dan
terpisah (karena perbedaan suku, budaya dll), mencair karena melihat pergumulan, tantangan
dan perjuangan untuk keluar dari bencana (covid misalnya).

3. Pulang Ke Rumah: Benteng untuk Menjaga Keselamatan atau Masih Menjadi Sumber
Bencana?
Naomi memutuskan untuk pulang ke Israel. Kata “pulang” ini memberi makna yang khas. Hal
mana memperlihatkan bahwa keterikatan terhadap gunung tanah dan komunitas melintasi
waktu (begitu kuat). Begitu juga Orpa yang mengambil keputusan pulang kepada ibunya
(keluarganya) dan tanahnya. Sementara itu, Rut meyakini tanah, keluarga dan Allah keluarga
suaminya, menjadi bagian dari masa depannya. Ia memutuskan meyakini “Israel” sebagai
“rumahnya”. Ketiga perempuan ini menunjukkan bahwa krisis tidak serta merta mengambil
semua masa lalu, masa kini maupun masa depan mereka. Masih ada daya untuk bertahan.
Masih ada upaya untuk berjuang demi keselamatan.
Betapapun demikian, pulang ke rumahnya sendiri, ternyata tidak semuanya tanpa tantangan.
Di Israel, ada kemungkinan bencana lain. Bencana itu adalah budaya yang memberi ruang
lebih kecil dan meminggirkan perempuan (patriarki). Dalam masyarakat, perempuan seperti
Naomi “janda yang ditinggal mati suaminya” dan “ibu yang tidak ada lagi anak lelakinya”
membuatnya agak dipandang remeh dan kehilangan hak tertentu. Ia bisa saja menderita
karena hal ini. Karena itu istilah “tangan kosong” bukan hanya berarti ia kehilangan suami dan
anaknya melainkan juga statusnya tidak sama lagi dengan sebelumnya. Ia akan memerlukan
laki laki lain untuk menempatkannya pada posisi yang normal lagi dan ia merasa itu tidak
mungkin. Rumah yang menjadi pangkal terakhir pengharapan hidup seseorang sering juga
menjadi sumber krisis hidup, penderitaan dan bisa menjadi bencana.
Kita ingat banyak kejadian permasalahan di dalam rumah tangga, keluarga besar dan
komunitas. Komunitas yang dianggap paling dekat, paling diharapkan sebagai rumahnya. Ini
menjadi tantangan, sementara di luar rumah ada juga bencana yang sementara terjadi.
Manusia sering, pada waktu tertentu menghadapi tantangan yang berlipat ganda.
Dalam konteks bencana alam: orang sering terikat dengan tanah, rumah dan lingkungannya.
Namun sering lingkungan itu sendiri rentan terhadap bencana. Orang harus menimbang hal-
hal ini, bahkan terpaksa meninggalkan tanahnya dan menuju ke tempat yang lain.

4. Berkeluh dan Meratap Kepada Tuhan


Dalam kepahitan, mereka berkeluh pada Tuhaan. Dan naomi berkeluh dengan “jujur”. Dalam
narasi ini, kejujuran itu nampak dari diubahnya nama “Naomi” menjadi “Mara”. Seluruh sel
hidupnya merasakan kepahitan itu. Kepahitan dan penderitaan kadang terasa sangat berat
sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk pemulihan. Tidak semua orang bisa dengan
cepat tidak ingat lagi pada bencana dan peneritaan serta krisis dalam hidupnya.
Ini berarti bahwa Teks ini menekankan pentingnya jujur dengan pengalaman penderitaan,
krisis dan bencana. Mungkin ad banyak warga gereja yg mengeluh pada tuhan karena covid
(pandemik) dan Pengkuan yang jujur ini tidak boleh cepat-cepat dinilai sebagai tindakan “tidak
beriman” atau tidak berpengharapan” kepada Tuhan. Tuhan sabar dengan keluh kesah
manusia yang menderita, Tuhan bahkan turut dalam rasa derita dan keluh kesah itu. Ia Allah
yang berempati, dan bahkan mengambil beban itu pula. Allah pun mengerti bahwa
pengetahuan kita terbatas mengenai penderitaan dan kadang tidak tuntas (tidak paham

9
dengan baik). Di dalam proses itu setiap orang menanggapi bencana tidak sama persis
maknanya, kekuatan maupun kecepatannya.

5. Tuhan Menyelamatkan dan Menjadikan Berkat


Injil Matius kemudian menjelaskan bahwa Rut menjadi nenek moyang dari Yesus Kristus (liha
Matius 1:5). Tidak ada yang menyangka bahwa perjalanan di dalam krisis dengan segala susah
payah, senantiasa diperhatikan oleh Allah. Rancangan kebaikan damai sejahtera tiada terputus
oleh kondisi-kondisi yang sulit dan genting. Hal ini menjadi pelajaran mengenai kasih sayang
Allah dan bahkan melampaui berbagai peristiwa di dalam sejarah. Rut yang berjalan secara
jujur dan berpengharapan, diselamatkan dan diberkati Allah. Bahkan keturunannya tetap
hidup da menjadi berkat (menjadi nenek moyang yesus).
Dalam kondisi ini, Umat diajak hidup dalam pengharapan dalam melewati kesulitan dan
bahaya. Hal ini menimbulkan daya tahan dan daya juang untuk melakukan yang terbaik yang
bisa dilakukan. Hal ini memerlukan usaha dari dalam diri yang kuat supaya tidak pasrah.
Upaya itu sesuatu yang tidak mustahil. Percayalah Tuhan pasti menyelamatkan dan
memberkati upaya-upaya itu karena kasihNya tidak pernah putus oleh kondisi bencana dan
krisis.

Demikianlah pemaknaan dari telaah teks Rut 1:1-22 di dalam upaya kita membangun spiritualitas
dalam konteks bencana (pandemik), krisis dan perubahan yang cepat dalam era transformasi
digital akibat pandemik.

PRAKTIK REFLEKSI TEOLOGI:


Setelah menelaah, mari bersama kita merefleksikan lebih dalam pengalaman dan ungkapan hidup
beriman kita.
Pertanyaan umum untuk semua, perenungan pribadi, keluarga dan persekutuan (gereja) :
Membaca narasi Rut, dan menyikapi bencana (pandemik) serta gerak perubahan yang cepat
(transformasi digital), jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Dengan membaca narasi rut 1:1-22, adakah pengalaman pribadi/bergereja yang
berhubungan dengan konteks bencana, termasuk pandemik covid 19 ini?
2. Siapa atau apa saja yang terlibat dalam situasi itu?
3. Apakah pengalaman itu menggambarkan keutuhan, kehancuran, ancaman, atau pemulihan
untuk bapak/ibu?
4. Apakah pesan firman Tuhan yang menguatkan atau mengingatkan bapak/ibu di dalam
situasi itu?

10

Anda mungkin juga menyukai