Anda di halaman 1dari 2

Bangsa yang berjalan dalam kegelapan telah melihat terang yang besar;

terang telah bersinar atas mereka yang diam di negeri kekelaman” adalah
seruan nabi Yesaya lebih dari dua ribu tahun yang lalu melukiskan kelahiran
Sang Juruselamat yang menghalaukan kabut kegelapan dunia.

Seruan harapan ini tetap relevan gaung dan maknanya saat ini di tengah badai
covid-19 yang entah kapan akan berakhir. Awan gelap yang menimbulkan ketakutan
dan kecemasan akibat masa pandemi yang berkepanjangan telah menimbulkan
krisis di segala lini kehidupan. Namun terbitnya terang harapan dengan melandainya
paparan virus corona menerbitkan seberkas kegembiraan untuk menatap masa
depan yang cerah. Momentum kelahiran Yesus Sang Juruselamat menjadi titik
harapan menata kehidupan menjadi lebih baik. Kini, kita dipanggil merefleksikan
makna kelahiran Kristus yang mulia sekaligus menjadi bintang kejora navigasi
penuntun arah hidup ini.

Kelahiran Yesus di kota suci Betlehem dikisahkan oleh penginjil dengan indah.
Seorang bayi dibungkus dengan lampian dan dibaringkan di dalam palungan. Para
gembala sederhana menjadi tamu pertama yang mengunjungi bayi mungil itu. Di
balik kesederhaan kelahiran-Nya di tengah-tengah dunia yang kelam dan fana ini,
ternyata paduan suara dan pekik kemuliaan bala malaikat surgawi memenuhi
seluruh alam raya menyambut lahirnya Sang Juruselamat, “Gloria in excelsis Deo et
in terra pax hominibus bonae voluntatis” (Kemuliaaan bagi Allah di tempat yang
mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi bagi orang yang berkenan kepada-Nya”
(Luk. 2:6-14). Di satu sisi, sang Mesias lahir dalam kesederhanaan seorang insan
manusiawi, namun di sisi lain, kemuliaan yang memenuhi seluruh jagad semesta
menyambut kehadiran-Nya di tengah-tengah dunia. Peristiwa ini menampilkan
dengan sempurna sisi kemanusiaan Yesus yang utuh-sempurna sekaligus
keagungan ke-Ilahi-an-Nya yang berinkarnasi. Dia hadir di tengah dunia yang
dilanda penindasan, penderitaan dan kekerasan. Namun terang cahaya kelahiran-
Nya telah menghalaukan kabut gelap dunia ini. Inilah titik permenungan kita,
memaknai peristiwa 2000 tahun yang lampau untuk melangkah ke depan dalam
harapan suka cita yang membahagiakan dan menyelamatkan.

Sebaliknya mereka hanya menggandalkan Tuhan sebagai satu-satunya pengangan dan


harapan dalam hidup ini. Kaum Anawim adalah mereka yang sudah terbiasa terpinggirkan,
menderita dan tertindas. Namun justru karena terbiasa dengan penderitaan dan kesulitan
hidup, mereka adalah kuam yang tidak mudah patah dan menyerah menghadapi deru
kehidupan ini. Mereka bisa terbuka kepada penyelanggaraan yang Ilahi dan pasrah total
terhadap rencana dan kehendak Allah. Yesus 2 lahir di tengah kaum Anawim, di tengah
spiritualitas yang kokoh dan teguh. Sikap teguh dalam menghadapi berbagai penderitaan
hidup sekaligus kepasrahaan total kepada Tuhan menjadi pondasi hidup kaum Anawim.
Oleh karena itu, makna Natal – kelahiran Yesus Sang Juruselamat – menuntun kita kepada
sebuah keyakinan hidup: kita tidak boleh menyerah kepada kepahitan hidup, namun harus
bangkit dan berjuang sepenuh hati serta berpasrah secara total kepada bimbingan Tuhan.
Masa pandemi yang telah berlangsung selama dua tahun ini telah membuka mata hati kita
untuk merefleksikan makna hidup secara mendalam, serius dan penuh iman. Di tengah
kesulitan masa pagebluk, kita tetap dipanggil memiliki cahaya harapan serta keberanian
untuk melangkah ke depan menyonsong hari esok yang lebih ceria. Kegiatan dan aktivitas
sosial-kemasyarakatan serta denyut geliat ekonomi yang kembali hidup walau tetap dalam
kehati-hatian dengan protokol kesehatan yang semaksimal mungkin, telah menerbitkan
kembali cahaya harapan hidup yang lebih cerah. Semangat harapan ini tidak boleh pudar
apalagi padam. Namun kita tetap menjaga asa sambil berpasrah sepenuhnya kepada kuasa
yang Ilahi untuk mengubah padang gurun penderitaan menjadi tanah lapang hijau yang
membentangkan harapan akan masa depan yang lebih baik. Sikap solidaritas dan berbela
rasa dengan sesama menjadi jiwa dan semangat setiap insan untuk merajut kehidupan ini.
Uluran tangan dan perhatian kepada sesama yang miskin, tertindas dan terpinggirkan
merupakan pilihan hidup yang tidak boleh diabaikan. Kerja keras, sikap tidak mudah
menyerah, keterbukaan untuk bekerja sama dengan semua pihak menjadi modal yang
berharga membangun tantanan kehidupan yang lebih baik. Kaum Anawim telah mengajari
kita bagaimana hidup dalam kebersahajaan namun tidak pernah melupakan Tuhan sebagai
sumber harapan dan kekuatan. Kelahiran Yesus Kristus menjadi sumber harapan dan
cahaya kebahagiaan melangkah ke depan merayakan Perayaan Natal yang mulia, menutup
lembaran tahun ini seraya memasuki tahun baru dengan penuh kehati-hatian namun
harapan yang besar akan masa depan yang lebih baik

Anda mungkin juga menyukai