Anda di halaman 1dari 20

MATERI II

1. Tata tertib persidangan jemaat langsung dan langsung terbatas


2. Tata tertib persidangan Klasis langsung dan langsung terbatas
TATA TERTIB
SIDANG JEMAAT GEREJA PROTESTAN MALUKU
(Sidang Langsung)

Pasal 1
DEFINISI, DASAR, KEDUDUKAN, TUGAS DAN SUSUNAN

1. Sidang Jemaat adalah kepemimpinan gereja (Sun Hodos) yang diselenggarakan dalam wujud
persidangan yang dihadiri oleh Majelis Jemaat dan utusan Sektor.
2. Persidangan Jemaat Gereja Protestan Maluku dilaksanakan berdasarkan:
a. Tata Gereja Gereja Protestan Maluku Bab I Pasal 2 Ayat (1, huruf a), dan Bab II Pasal
5 Ayat (1), dan Bab IX Pasal 20 Ayat (1, huruf a)
b. Peraturan Pokok Gereja Protestan Maluku tentang Jemaat Bab VI Pasal 10, Bab VII
Pasal 11, Bab VIII Pasal 12 – 17.
3. Persidangan Jemaat berfungsi sebagai lembaga pengambilan keputusan tertinggi di tingkat
Jemaat dan diadakan sekali dalam setahun.
4. Persidangan Jemaat bertugas:
a. Membahas dan menetapkan Rencana Strategis (disingkat Renstra) Pengembangan
Pelayanan jemaat sebagai penjabaran dari PIP-RIPP setiap 5 (lima) tahun. khusus
sidang pada tahun pertama periode Majelis Jemaat;
b. Mengevaluasi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Renstra pengembangan
pelayanan selama 5 (lima) tahun;
c. Mengevaluasi dan menetapkan program-program pelayanan di Jemaat sebagai
penjabaran dari Renstra Jemaat;
d. Mengevaluasi dan menetapkan Anggaran Pendapatan danBelanja (APB) Jemaat;
e. Membicarakan dan menyelesaikan masalah-masalah keumatanyang relevan.
5. Susunan Sidang Jemaat terdiri dari:
a. Sidang-sidang Paripurna.
b. Sidang-sidang Komisi.
c. Sidang-sidang Panitia Khusus.

Pasal 2
PIMPINAN SIDANG PARIPURNA, KOMISI DAN PANITIA KHUSUS
1. Sidangan Jemaat dipimpin oleh Majelis Jemaat, sekaligus bertindak sebagai Penanggung
Jawab Persidangan Jemaat.
2. Sekretaris Majelis Jemaat dan atau wakil sekretaris Majelis Jemaat adalah Sekretaris dan atau
wakil sekretaris Sidang Jemaat yang tidak dapat dilepaskan fungsinya dalam persidangan.
3. Jika Sekretaris dan Wakil Sekretaris Majelis Jemaat berhalangan maka Majelis Jemaat
berhak menunjuk salah seorang Majelis Jemaat sebagai Sekretaris Persidangan dan
ditetapkan atas persetujuan Persidangan.
4. Sidang-sidang komisi dipimpin oleh Pimpinan Komisi dalam hal ini seorang Ketua, seorang
Wakil ketua dan seorang Sekretaris, yang ditetapkan oleh Persidangan atas usul Pimpinan
Persidangan dengan memperhatikan sungguh-sungguh keterwakilan laki-laki dan perempuan.
5. Sidang-sidang Panitia Khusus dipimpin oleh Pimpinan Panitia Khusus dalam hal ini seorang
Ketua, seorang Wakil ketua dan seorang Sekretaris, yang ditetapkan Persidangan atas usul
Pimpinan Persidangan.

Pasal 3
TUGAS DAN WEWENANG PIMPINAN SIDANG
1. Mengundang untuk memulai dan mengakhiri sidang-sidang sesuai jadwal yang telah
ditetapkan persidangan Jemaat.
2. Memimpin jalannya sidang-sidang pada Persidangan Jemaat.
3. Mengundang dan mengatur secara berurutan para pembicara, agar waktu pembicaraan dapat
dimanfaatkan se-efisien mungkin.

1
4. Menegur dan bila perlu menarik hak berbicara apabila pembicara menyimpang dari pokok
pembahasan dan atau Tata Tertib persidangan Jemaat.
5. Jika suatu pokok permasalahan telah selesai dibahas oleh persidangan, Pimpinan Sidang
hendaknya menyimpulkan hasil pembahasan tersebut untuk memberi arah bagi pengambilan
keputusan.
Pasal 4
PESERTA SIDANG
Peserta Persidangan Jemaat terdiri dari:
1. Peserta Biasa yang adalah :
a. Majelis Jemaat
b. Anggota Sidi Gereja melalui Sektor Pelayanan yang dipilih dari Unit- unit
Pelayanan, dengan ketentuan tiap Sektor 7 (tujuh) orang peserta, dan memperhatikan
keterwakilan unsur laki-laki danperempuan.
2. Peserta Luar Biasa yang adalah :
a. Penasehat yaitu Majelis Pekerja Klasis;
b. Perutusan Badan Pembantu Pelayanan dan AMGPM
c. Undangan yang dianggap perlu diundang oleh Majelis Jemaat.

Pasal 5
KEWAJIBAN PESERTA SIDANG
1. Mengikuti seluruh kegiatan Sidang sesuai jadwal yang telah ditetapkan Persidangan.
2. Menghadiri sidang-sidang 15 menit sebelum sidang-sidang tersebut dimulai.
3. Menaati seluruh ketentuan Tata Tertib persidangan Jemaat.
4. Menghormati dalam hal ini tidak mengganggu setiap pembicara yang sedang menggunakan
hak bicaranya.
5. Peserta wajib menandatangani daftar hadir setiap kali menghadiri persidangan.
6. Setiap kali hendak meninggalkan persidangan yang sedang berlangsung, wajib
memberitahukan secara tertulis.
7. Setiap kali menghadiri sidang-sidang wajib mengenakan tanda pengenal peserta atau lainnya
atau yang sah.
8. Mematuhi ketentuan protokol Kesehatan.
Pasal 6
HAK PESERTA SIDANG
1. Peserta biasa mempunyai hak bicara dan hak suara.
2. Peserta Luar Biasa mempunyai hak bicara.
3. Setiap pembicara memiliki hak bicara selama 3 (tiga) menit.
4. Peserta yang telah dibatasi hak bicaranya memilikihak untuk menyampaikan permasalahan
yang belum dibicarakan secara tertulis.
5. Peserta yang memiliki hak berbicara pada babak pertama dapat menggunakan babak kedua
dengan pokok permasalahan yang sama.
6. Setiap peserta berhak menggunakan hak bicara pada babak khusus.
7. Setiap peserta yang sementara menggunakan hak bicaranya memiliki hak untuk tidak
diganggu pembicaraannya, kecuali pimpinan siding dalam rangka menertibkannya demi
memudahkan terjadinya pengambilan keputusan terhadap permsalahan yang sementara
dibahas.
8. Hak interupsi dimiliki oleh setiap peserta dengan ketentuan;
a. Melakukan penjernihan terhadap permasalahan yang sementara dibicarakan (point of
clarification).
b. Menempatkan permasalahan yang dibicarakan sesuai aturan pembahasan (point of order).
c. Mencegah pelecehan nama baik seseorang (point of self-previledge).
d. Memberi informasi yang penting demi melengkapi pembicaraan tentang permasalahan
yang sedang dibicarakan (point of information).

Pasal 7
TATA CARA PEMBAHASAN

2
1. Setiap pokok masalah yang hendak ditetapkan sebagai keputusan persidangan, dibicarakan
melalui dua babak pembahasan, kecuali terhadap pokok masalah yang karena urgensinya
oleh Pimpinan Persidangan dipandang perlu untuk diadakan babak pembahasan khusus.
2. Tata cara pembahasan pokok masalah yang akan ditetapkan sebagai keputusan persidangan
sebagaimana ayat (1) dilaksanakan melalui dialog dan musyawarah, di mana setiap peserta
berkesempatan menyampaikan pandangannya.
3. Pembahasan Laporan Umum pelayanan dan Keuangan diatur dengan mekanisme sebagai
berikut:
a. Majelis Jemaat membacakan Eksekutif Summary.
b. Setiap sektor diberikan kesempatan untuk tidak membacakan dan atau membacakan
pemandangan umum dengan lama waktu berbicara 7 menit.
c. Majelis Jemaat memberikan tanggapan umum sektor-sektor.
d. Pimpinan Sidang membuka babak kedua per delegasi sesuai muatan pemandangan umum
dengan lama waktu berbicara 3 menit.
e. Perutusan badan pembantu pelayanan adalah unsur penyelenggara pelayanan yang
laporannya dibahas dalam pembahasan laporan umum dan keuangan. Karena itu, tidak
menyampaikan pandangan kecuali dipandangan perlu oleh Pimpinan Sidang untuk
melakukan klarifikasi terhadap permasalahan yang sementara dibicarakan dalam pembahasan
laporan umum dan keuangan tersebut.
4. Mengenai pembahasan Program, Anggaran, Rekomendasi, Pesan dan materi lainnya
menggunakan mekanisme pembahasan pada ayat (1) dan (2).

Pasal 8
KESIMPULAN PEMBAHASAN
1. Jika suatu pokok permasalahan telah selesai dibahas oleh persidangan, Pimpinan Persidangan
hendaknya menyimpulkan hasil pembahasan tersebut untuk memberi arah bagi pengambilan
keputusan.
2. Apabila kesimpulan sebagaimana ayat (1) tidak dapat ditempuh Pimpinan Persidangan
mengingat kompleksnya pokok permasalahan yang dibahas, Persidangan dapat membentuk
Tim Perumus yang dipimpin oleh Pimpinan Persidangan untuk merumuskan kesimpulan
yang diperlukan dan melaporkannya kepada Persidangan dengan batas waktu yang
ditentukan untuk dilakukan pengambilan keputusan.
Pasal 9
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Pengambilan keputusan mengenai suatu pokok masalah dilakukan oleh Peserta Biasa.
2. Setiap keputusan diambil dengan mengedepankan azas musyawarah untuk mufakat.
3. Apabila musyawarah untuk mufakat sebagaimana ayat (2) tidak tercapai, keputusan diambil
berdasarkan suara terbanyak dari peserta biasa Persidangan.
4. Pengambilan keputusan mengenai orang dilakukan secara tertulis.

Pasal 10
SAHNYA PERSIDANGAN
1. Persidangan Jemaat dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari
jumlah peserta biasa Persidangan.
2. Sidang-sidang Komisi dan atau Panitia Khusus dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya
2/3 (dua per tiga) dari sejumlah peserta sidang Komisi dan atau Panitia Khusus.

Pasal 11
KETENTUAN PENUTUP
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Tertib ini akan ditentukan kemudian sesuai keputusan
Persidangan.
2. Tata Tertib ini digunakan untuk Sidang Jemaat GPM tahun 2022 – 2025, selama Persidangan
MPL Sinode tidak menetapkan ketentuan lain.

3
3. Dengan ditetapkannya Tata tertib ini, semua keputusan tentang Tata Tertib Persidangan
Jemaat yang berlaku selama ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

Ditetapkan di: Elat – Kei Besar


Pada Tanggal : 4 November 2021

PIMPINAN SIDANG KE-42


MPL SINODE GEREJA PROTESTAN MALUKU

Ketua Sekertaris

Pendeta E.T. Maspaitella Pendeta S.I. Sapulette

4
TATA TERTIB
SIDANG JEMAAT GEREJA PROTESTAN MALUKU
(Sidang Langsung Terbatas)

Pasal 1
DEFINISI, DASAR, KEDUDUKAN, TUGAS DAN SUSUNAN

1. Sidang Jemaat adalah kepemimpinan gereja (sun hodos) yang diselenggarakan dalam wujud
persidangan yang dihadiri oleh Majelis Jemaat dan utusan Sektor.
2. Persidangan Jemaat Gereja Protestan Maluku dilaksanakan berdasarkan:
a. Tata Gereja Gereja Protestan Maluku Bab I Pasal 2 Ayat (1, huruf a), dan Bab II Pasal
5 Ayat (1), dan Bab IX Pasal 20 Ayat (1, huruf a).
b. Peraturan Pokok Gereja Protestan Maluku tentang Jemaat Bab VIPasal 10, Bab VII
Pasal 11, Bab VIII Pasal 12 – 17.
3. Persidangan Jemaat berkedudukan sebagai lembaga pengambilan keputusan tertinggi di
tingkat Jemaat dan diadakan sekali dalam setahun.
4. Sidang Jemaat bertugas:
a. Membahas dan menetapkan Rencana Strategis (disingkat Renstra) Pengembangan
Pelayanan jemaat sebagai penjabaran dari PIP-RIPP setiap 5 (lima) tahun, khusus
sidang pada tahun pertama periode Majelis Jemaat;
b. Mengevaluasi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Renstrapengembangan pelayanan
selama 5 (lima) tahun;
c. Mengevaluasi dan menetapkan program-program pelayanan di Jemaat sebagai
penjabaran dari Renstra Jemaat;
d. Mengevaluasi dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja(APB) Jemaat;
e. Membicarakan dan menyelesaikan masalah-masalah keumatanyang relevan.
5. Susunan Sidang Jemaat terdiri dari:
a. Sidang-sidang Paripurna.
b. Sidang-sidang Komisi.
c. Sidang-sidang Panitia Khusus.
6. Sidang Jemaat dilaksanakan dengan memadukan cara sidang langsung (onsite) dan online
atau dalam jaringan (daring).
7. Sidang langsung terbatas dilaksanakaan terbatas karena kondisi tertentu dengan pembatasan
jumlah peserta.

Pasal 2
BENTUK DAN TEMPAT PENYELENGARAAN SIDANG

1. Bentuk langsung sidang terbatas dilaksanakan dengan memadukan cara Sidang langsung
onsite, online dan dalam jaringan (daring).
2. Tempat penyelenggaraan sidang di Gedung gereja dan Gedung lainnya dengan
memperhatikan daya tamping serta ketersediaan fasilitas pendukung.

Pasal 3
PIMPINAN PERSIDANGAN PARIPURNA, KOMISI DAN PANITIA KHUSUS

1. Sidangan Jemaat dipimpin oleh Majelis Jemaat, sekaligus bertindak sebagai Penanggung
Jawab Persidangan Jemaat.
2. Sekretaris Majelis Jemaat dan atau wakil sekretaris Majelis Jemaat adalah Sekretaris dan
atau wakil sekretaris Sidang Jemaat yang tidak dapat dilepaskan fungsinya dalam
persidangan.
3. Jika Sekretaris dan Wakil Sekretaris Majelis Jemaat berhalangan maka Majelis Jemaat
berhak menunjuk salah seorang Majelis Jemaat sebagai Sekretaris Persidangan dan
ditetapkan atas persetujuan Persidangan.

1
4. Sidang-sidang komisi dipimpin oleh Pimpinan Komisi dalam hal ini seorang Ketua, seorang
Wakil ketua dan seorang Sekretaris, yang ditetapkan oleh Persidangan atas usul Pimpinan
Sidang dengan memperhatikan sungguh-sungguh keterwakilan laki-laki dan perempuan.
5. Sidang-sidang Panitia Khusus dipimpin oleh Pimpinan Panitia Khusus dalam hal ini seorang
Ketua, seorang Wakil ketua dan seorang Sekretaris, yang ditetapkan Persidangan atas usul
Pimpinan Persidangan.
6. Sidang Komisi dilaksanakan secara langsung di tempat onsite d a n Online atau dalam
jaringan (daring).

Pasal 4
TUGAS DAN WEWENANG PIMPINAN SIDANG

1. Mengundang untuk memulai dan mengakhiri sidang-sidang sesuaijadwal yang


telah ditetapkan persidangan Jemaat.
2. Memimpin jalannya sidang-sidang pada Persidangan Jemaat dengan memperhatikan
keadaan peserta pada lokasi sidang utama (gedung gereja) dan/atau tempat lain yang
disediakan
3. Mengundang dan mengatur secara berurutan para pembicara, agar waktu pembicaraan dapat
dimanfaatkan se-efisien mungkin, dengan memperhatikan partisipasi peserta pada ruang
sidang utama dan lokasi lain yang disediakan
4. Menegur dan bila perlu menarik hak berbicara apabila pembicara menyimpang dari pokok
pembahasan dan atau Tata Tertib persidangan Jemaat.
5. Jika suatu pokok permasalahan telah selesai dibahas oleh persidangan, Pimpinan
Persidangan hendaknya menyimpulkan hasil pembahasan tersebut untuk memberi arah bagi
pengambilan keputusan.

Pasal 5
PESERTA SIDANG
1. Peserta Sidang Jemaat terdiri
dari:
a. Peserta Biasa yang adalah:
1. Majelis Jemaat.
2. Anggota Sidi Gereja melalui Sektor Pelayanan yang dipilih dari Unit- unit
Pelayanan, dengan ketentuan tiap Sektor 7 (tujuh) orang peserta, dan
memperhatikan keterwakilan unsur laki-laki danperempuan.
b. Peserta Luar Biasa yang adalah:
1. Penasehat yaitu Majelis Pekerja Klasis;
2. Perutusan Badan Pembantu Pelayanan dan AMGPM
3. Undangan yang dianggap perlu diundang oleh Majelis Jemaat.

Pasal 6
KEWAJIBAN PESERTA PERSIDANGAN
1. Peserta Sidang langsung terbatas menghadiri Sidang pada tempat yang ditentukan.
2. Mengikuti seluruh kegiatan Sidang sesuai jadwal yang telah ditetapkan dalam persidangan.
3. Menghadiri siding-sidang 15 menit sebelum siding-sidang dimulai.
4. Menaati seluruh ketentuan Tata Tertib Sidang Jemaat.
5. Menghormati dalam hal ini tidak menggu setiap pembicara yang sedang menggunakan
hak bicaranya.
6. Untuk yang mengikuti secara langsung maka ketentuannya adalah:
a. Menandatangani daftar hadir setiap kali mengahadiri persidangan.
b. Setiap kali hendak meninggalkan persidangan yang sedang berlangsung
wajib memberitahukan secara tertulis.
c. Setiap kali menghadiri Sidang-sidang wajib menggunakan tanda penggenal peserta/lainnya
yang dianggap sah.
d. Mematuhi ketentuan protokol Kesehatan.

2
7. Untuk yang mengikuti online ketentuanya adalah:
a. Mengisi daftar hadir melalui form yang telah disediakan pada aplikasi SiGerGPM kepada

3
pimpinan Sidang.
b. Apabila hendak meninggalkan ruang online maka harus memberitahukan kepada pimpinan
Sidang melalui ruang chat.
c. Melakukan scan QR-Code tanda pengenal peserta.
d. Mengaktifkan video pada aplikasi online yang digunakan persidangan.

Pasal 7
HAK PESERTA SIDANG

1. Peserta biasa mempunyai hak bicara dan hak suara.


2. Peserta Luar Biasa mempunyai hak bicara.
3. Setiap peserta memiliki hak bicara selama 3 (tiga) menit.
4. Peserta yang telah dibatasi hak bicaranya memiliki hak untuk menyampaikan permasalahan
yang belum dibicarakan secara tertulis a t a u m e l a l u i form yang disediakan pada aplikasi
SiGerGPM kepada Pimpinan Sidang.
5. Peserta yang memiliki hak berbicara pada babak pertama dapat menggunakan babak ke dua
dengan pokok permasalan yang sama.
6. Setiap peserta berhak menggunakan hak bicara pada babak khusus.
7. Setiap peserta yang sementara menggunakan hak bicaranya memiliki hak untuk tidak
diganggu pembicaraannya, kecuali pimpinan siding dalam rangka menertibkannya demi
memudahkan terjadinya pengambilan keputusan terhadap permsalahan yang sementara
dibahas.
8. Hak interupsi dimiliki oleh setiap peserta dengan ketentuan;
a. Melakukan penjernihan terhadap permasalahan yang sementara dibicarakan (point of
clarification).
b. Menempatkan permasalahan yang dibicarakan sesuai aturan pembahasan (point of order),
c. Mencegah pelecehan nama baik seseorang (point of self-previledge).
d. Memberi informasi yang penting demi melengkapi pembicaraan tentang permasalahan
yang sedang dibicarakan (point of information).
9. Jika dilakukan dengan Online atau dalam jaringan (daring) interupsi juga dapat diajukan
melalui kolom chat dan/atau rise hand pada aplikasi.

Pasal 8
TATA CARA PEMBAHASAN

1. Setiap pokok masalah yang hendak ditetapkan sebagai keputusan persidangan, dibicarakan
melalui dua babak pembahasan, kecuali terhadap pokok masalah yang karena urgensinya
oleh Pimpinan Persidangan dipandang perlu untuk diadakan babak pembahasan khusus.
2. Tata cara pembahasan pokok masalah yang akan ditetapkan sebagai keputusan persidangan
sebagaimana ayat (1) dilaksanakan melalui dialog dan musyawarah, di mana setiap peserta
berkesempatan menyampaikan pandangannya.
3. Pembahasan laporan umum pelayanan diatur dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Majelis Jemaat meberikan tanggapan umum tehadap sektor-sektor.
b. Pimpinan Sidang membuka babak ke dua per delegasi sesuai muatan pemandangan umum
dengan lama waktu berbicara 3 menit.
c. Perutusan badan pembantu pelayanan adalah unsur penyelenggara pelayanan yang
laporannya dibahas dalam pembahasan laporan umum dan keuangan. Karena itu, tidak
menyampaikan pandangan kecuali dipandangan perlu oleh Pimpinan Sidang untuk
melakukan klarifikasi terhadap permasalahan yang sementara dibicarakan dalam
pembahasan laporan umum dan keuangan tersebut.
4. Mengenai pembahasan Program, Anggaran, Rekomendasi, Pesan dan materi lainnya
menggunakan mekanisme pembahasan pada ayat (1) dan (2).

4
Pasal 9
KESIMPULAN PEMBAHASAN

1. Jika suatu pokok permasalahan telah selesai dibahas oleh persidangan, Pimpinan Persidangan
hendaknya menyimpulkan hasil pembahasan tersebut untuk memberi arah bagi pengambilan
keputusan.
2. Apabila kesimpulan sebagaimana ayat (1) tidak dapat ditempuh Pimpinan Persidangan
mengingat kompleksnya pokok permasalahan yang dibahas, Persidangan dapat membentuk
Tim Perumus yang dipimpin oleh Pimpinan Persidangan untuk merumuskan kesimpulan
yang diperlukan dan melaporkannya kepada Persidangan dengan batas waktu yang
ditentukan untuk dilakukan pengambilan keputusan.

Pasal 10
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. Pengambilan keputusan mengenai suatu pokok masalah dilakukanoleh Peserta Biasa


Persidangan di lokasi sidang utama.
2. Jika dilakukan dengan Online atau dalam jaringan (daring) Pengambilan keputusan mengenai
suatu pokok masalah dilakukan oleh Peserta Biasa Persidangan di lokasi sidang utama
melalui kolom polling pada aplikasi zoom meeting yang digunakan untuk persidangan.
3. Setiap keputusan diambil dengan mengedepankan azas musyawarah untuk mufakat.
4. Apabila musyawarah untuk mufakat sebagaimana ayat (2) tidak tercapai, keputusan diambil
berdasarkan suara terbanyak dari pesertabiasa Persidangan.
5. Pengambilan keputusan mengenai orang dilakukan secara tertulis.

Pasal 11
SAHNYA PERSIDANGAN

1. Persidangan Jemaat dianggap sah apabila dihadiri sekurang- kurangnya 2/3 (dua per tiga)
dari jumlah peserta biasa Persidangan.
2. Sidang-sidang Komisi dan atau Panitia Khusus dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya
2/3 (dua per tiga) dari sejumlah pesertasidang Komisi dan atau Panitia Khusus.

Pasal 12
KETENTUAN PENUTUP

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Tertib ini akan ditentukan kemudian sesuai keputusan
Persidangan.
2. Tata Tertib ini digunakan untuk Sidang Jemaat GPM tahun 2022 – 2025, selama Persidangan
MPL Sinode tidak menetapkan ketentuanlain.
3. Dengan ditetapkannya Tata tertib ini, semua keputusan tentang Tata Tertib Persidangan
Jemaat yang berlaku selama ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

Ditetapkan di: Elat – Kei Besar


Pada Tanggal : 4 November 2021

PIMPINAN SIDANG KE-42


MPL SINODE GEREJA PROTESTAN MALUKU

Ketua Sekertaris

5
Pendeta E.T. Maspaitella Pendeta S.I. Sapulette

6
TATA TERTIB
SIDANG KLASIS GEREJA PROTESTAN MALUKU
(Sidang Langsung)

Pasal 1
DEFENISI, DASAR, KEDUDUKAN, TUGAS DAN SUSUNAN
1. Sidang Klasis adalah kepemimpinan gereja (Sun Hodos) yang diselenggarakan dalam wujud
persidangan yang dihadiri oleh MPK dan Perutusan Jemaat.
2. Persidangan Klasis Gereja Protestan Maluku dilaksanakan berdasarkan :
a. Tata Gereja Gereja Protestan Maluku Bab I Pasal 2 Ayat (1, huruf b), dan Bab II Pasal 5
Ayat (2), dan Bab IX Pasal 20 Ayat (1, huruf b).
b. Peraturan Pokok Gereja Protestan Maluku tentang Klasis Bab V Pasal 9, dan Bab X
Pasal 10 – 16.
3. S i d a n g Klasis berfungsi sebagai lembaga pengambilan keputusan tertinggi di tingkat
Klasis dan diadakan sekali dalam setahun.
4. Sidang Klasis bertugas:
a. Menyusun dan menetapkan Renstra Klasis.
b. Menyusun dan mengesahkan program pelayanan bersama berdasarkan Renstra Jemaat-
jemaat dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahunan dari Klasis.
c. Menggumuli pandangan, usul dan aspirasi dari Jemaat berkaitan dengan
penyelenggaraan pelayanan di Jemaat, Klasis dan Sinode.
d. Mengawasi dan membina proses perkembangan jemaat-jemaat menuju kepada kesatuan
pelayanan yang lebih besar.
e. Mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan gereja dalam wilayah kerjanya.
f. Memberi pertimbangan dan usul-usul mengenai Tata gereja, Peraturan-peraturan Pokok
Gereja, Pengakuan Gereja, Tata Ibadah Gereja dan masalah-masalah gereja lainnya yang
timbul dalam hubungannya dengan Tata gereja, Peraturan-peraturan Pokok Gereja,
Pengakuan Gereja serta Tata Ibadah Gereja, berdasarkan perkembangan dan dinamika
pelayanan dalam Jemaat.
g. Memilih dan menetapkan Majelis Pekerja Klasis untuk masa jabatan 5 (lima) tahun,
kecuali Ketua dan Sekretaris, yang ditetapkan oleh Majelis Pekerja Harian Sinode
dengan Surat Keputusan.
h. Menetapkan pembentukan Badan-badan Pembantu Klasis sesuai kebutuhan pelayanan.
i. Persidangan Klasis mendelagasikan kewenangan sebagaimana yang telah disebutkan pada
ayat (8) kepada MPK untuk membentuk badan-badan pembantu pelayanan.
j. Memilih utusan-utusan Jemaat melalui Klasis untuk menghadiri Sinode.
k. Memilih utusan-utusan Klasis serta pengganti-penggantinya ke Sidang MPL Sinode.
l. Mengawasi segala harta milik Gereja di tingkat Klasis dan Jemaat sesuai Peraturan
Pokok Perbendaharaan Gereja Protestan Maluku dan ketentuan lainnya yang ditetapkan
oleh Persidangan Sinode dan MPL Sinode GPM.
5. Susunan Sidang Klasis terdiri dari:
a. Sidang-sidang Paripurna.
b. Sidang-sidang Komisi.
c. Sidang-sidang Panitia Khusus
Pasal 2
PIMPINAN S I D A N G PARIPURNA, KOMISI DAN PANITIA KHUSUS

1. Sidang Klasis dipimpin oleh Majelis Pekerja Klasis, sekaligus bertindak sebagai
Penanggung Jawab Persidangan Klasis.
2. Sekretaris Klasis adalah Sekretaris Sidang Klasis yang tidak dapat dilepaskan fungsinya
dalam persidangan.
3. Jika Sekretaris Klasis berhalangan maka MPK berhak menunjuk salah seorang anggota
MPK sebagai Sekretaris Persidangan dan ditetapkan atas persetujuan Persidangan.

1
4. Sidang-sidang komisi dipimpin oleh Pimpinan Komisi dalam hal ini seorang Ketua, seorang
Wakil ketua dan seorang Sekretaris, yang ditetapkan oleh Persidangan atas usul Pimpinan
Sidang dengan memperhatikan sungguh- sungguh keterwakilan laki-laki dan perempuan.
5. Sidang-sidang Panitia Khusus dipimpin oleh Pimpinan Panitia Khusus dalam hal ini seorang
Ketua, seorang Wakil ketua dan seorang Sekretaris, yang ditetapkan dalam Persidangan atas
usul Pimpinan Sidang.

Pasal 3
TUGAS DAN WEWENANG PIMPINAN SIDANG

1. Mengundang untuk memulai dan mengakhiri sidang-sidang sesuai jadwal yang telah
ditetapkan persidangan Klasis.
2. Memimpin jalannya sidang-sidang pada Persidangan Klasis.
3. Mengundang dan mengatur secara berurutan para pembicara, agar waktu pembicaraan dapat
dimanfaatkan se-efisien mungkin.
4. Menegur dan bila perlu menarik hak berbicara apabila pembicara menyimpang dari pokok
pembahasan dan atau Tata Tertib persidangan Klasis.
5. Jika suatu pokok permasalahan telah selesai dibahas oleh persidangan, Pimpinan Sidang
hendaknya menyimpulkan hasil pembahasan tersebut untuk memberi arah bagi pengambilan
keputusan.

Pasal 4
PESERTA SIDANG

Peserta Sidang Klasis terdiri dari:


1. Peserta Biasa yang adalah:
a. Majelis Pekerja Klasis.
b. Utusan Jemaat, dengan ketentuan seorang Ketua Majelis Jemaat dan tiga orang Penatua
dan/atau Diaken, dengan memperhatikan keterwakilan laki- laki dan perempuan.
2. Peserta Luar Biasa yang adalah:
a. Para Penasehat yaitu MPH Sinode GPM;
b. Para Pendeta Jemaat;
c. Badan-badan Pembantu Pelayanan;
d. Undangan, yaitu mereka yang dianggap perlu diundang oleh Majelis Pekerja Klasis.
Pasal 5
KEWAJIBAN PESERTA SIDANG

1. Mengikuti seluruh kegiatan Sidang sesuai jadwal yang telah ditetapkan dalam Persidangan.
2. Menghadiri sidang-sidang 15 menit sebelum sidang-sidang tersebut dimulai.
3. Menandatangani daftar hadir setiap kali menghadiri persidangan.
4. Menaati seluruh ketentuan Tata Tertib Sidang Klasis.
5. Menghormati dalam hal ini tidak mengganggu setiap pembicara yang sedang menggunakan
hak bicaranya.
6. Setiap kali hendak meninggalkan persidangan yang sedang berlangsung, wajib
memberitahukan secara tertulis.
7. Setiap kali menghadiri sidang-sidang wajib mengenakan tanda pengenal peserta atau lainnya
yang dianggap sah.
8. Mematuhi ketentuan protokol kesehatan

Pasal 6
HAK PESERTA SIDANG

1. Peserta Biasa mempunyai hak bicara dan hak suara.


2. Peserta Luar Biasa mempunyai hak bicara.
3. Setiap peserta memiliki hak bicara selama 3 (tiga) menit.

2
4. Peserta yang telah dibatasi hak bicaranya memiliki hak untuk menyampaikan permasalahan
yang belum dibicarakan secara tertulis kepada Pimpinan Sidang.
5. Peserta yang memiliki hak berbicara pada babak pertama dapat menggunakan babak kedua dengan
pokok permasalahan yang sama.
6. Setiap peserta berhak menggunakan hak bicara pada babak Khusus.
7. Setiap peserta yang sementara menggunakan hak bicaranya memiliki hak Untuk tidak
diganggu pembicaraannya, kecuali oleh Pimpinan Persidangan dalam rangka
menertibkannya demi memudahkan terjadinya pengambilan keputusan terhadap permasalahan
yang sementara dibahas.
8. Hak interupsi dimiliki oleh setiap peserta dengan ketentuan;
a. Untuk melakukan penjernihan terhadap permasalahan yang sementara dibicarakan
(point of clarification).
b. Menempatkan permasalahan yang dibicarakan sesuai aturan pembahasan (point of order).
c. Mencegah pelecehan nama baik seseorang (point of self-previledge).
d. Memberi informasi yang penting demi melengkapi pembicaraan tentang permasalahan yang
sedang dibicarakan (point of information).

Pasal 7
TATA CARA PEMBAHASAN

1. Setiap pokok masalah yang hendak ditetapkan sebagai keputusan persidangan, dibicarakan
melalui dua babak pembahasan, kecuali terhadap pokok masalah yang karena urgensinya
oleh Pimpinan Persidangan dipandang perlu untukdiadakan babak pembahasan khusus.
2. Tata cara pembahasan pokok masalah yang akan ditetapkan sebagai keputusan persidangan
sebagaimana ayat (1) dilaksanakan melalui dialog dan musyawarah, di mana setiap peserta
berkesempatan menyampaikan pandangannya.
3. Pembahasan Laporan Umum Pelayanan dan Keuangan diatur dengan mekanisme sebagai
berikut:
a. MPK membacakan Executive Summary.
b. Setiap Jemaat diberikan kesempatan untuk tidak membacakan dan atau membacakan
Pemandangan Umum dengan lama waktu berbicara 7 (tujuh) menit.
c. MPK memberikan tanggapan terhadap Pemandangan Umum Jemaat-Jemaat
d. Pimpinan Sidang membuka babak kedua perdelegasi sesuai muatan Pemandangan
Umum dengan lama waktu berbicara 3 (tiga) menit.
e. Perutusan Badan Pembantu Pelayanan adalah unsur penyelenggara Pelayanan yang
laporannya dibahas dalam Laporan Umum Pelayanan dan Keuangan. Karena itu tidak
menyampaiakan pandangan, kecuali dipandang perlu oleh Pimpinan Sidang untuk
melakukan klarifikasi terahadap permasalahan yang sementara dibicarakan dalam pembahasa
Laporan Umum Pelayanan dan Keuangan tersebut.
4. Mengenai pembahasan program, anggaran, rekomendasi, pesan dan materi lainnya
menggunakan mekanisme pembahasan pada ayat 1 dan 2.
Pasal 8
KESIMPULAN PEMBAHASAN

1. Jika suatu pokok permasalahan telah selesai dibahas oleh persidangan, Pimpinan
Persidangan hendaknya menyimpulkan hasil pembahasan tersebut untuk memberi arah bagi
pengambilan keputusan.
2. Apabila kesimpulan sebagaimana ayat (1) tidak dapat ditempuh Pimpinan Persidangan
mengingat kompleksnya pokok permasalahan yang dibahas, Persidangan dapat membentuk
Tim Perumus yang dipimpin oleh Pimpinan Persidangan untuk merumuskan kesimpulan
yang diperlukan dan melaporkannya kepada Persidangan dengan batas waktu yang
ditentukan untuk dilakukan pengmbilan keputusan.

Pasal 9
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. Pengambilan keputusan mengenai suatu pokok masalah dilakukan oleh Peserta Biasa.
3
2. Setiap keputusan diambil dengan mengedepankan azas musyawarah untuk mufakat.
3. Apabila musyawarah untuk mufakat sebagaimana ayat (2) tidak tercapai, keputusan diambil
berdasarkan suara terbanyak dari peserta biasa.
4. Pengambilan keputusan mengenai orang dilakukan secara tertulis.

Pasal 10
SAHNYA PERSIDANGAN

1. Persidangan Klasis dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga)
dari jumlah peserta biasa Persidangan.
2. Sidang-sidang Komisi dan atau Panitia Khusus dianggap sah apabila dihadiri sekurang-
kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari sejumlah peserta sidang Komisi dan atau Panitia Khusus.

Pasal 11
KETENTUAN PENUTUP

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Tertib ini akan ditentukan kemudian sesuai keputusan
Persidangan.
2. Tata Tertib ini digunakan untuk Sidang Klasis GPM tahun 2022 – 2025, Selama
Persidangan MPL Sinode tidak menetapkan ketentuan lain.
3. Dengan ditetapkannya Tata tertib ini, semua keputusan tentang Tata Tertib
Persidangan Klasis yang berlaku selama ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

Ditetapkan di: Elat – Kei Besar


Pada Tanggal : 4 November 2021

PIMPINAN SIDANG KE-42


MPL SINODE GEREJA PROTESTAN MALUKU

Ketua Sekertaris

Pendeta E.T. Maspaitella Pendeta S.I. Sapulette

4
TATA TERTIB
SIDANG KLASIS GEREJA PROTESTAN MALUKU
(Sidang Langsung Terbatas)

Pasal 1
DEFENISI, DASAR, KEDUDUKAN, TUGAS DAN
SUSUNAN

1. Sidang Klasis adalah kepemimpinan gereja (sun hodos) yang diselenggarakan dalam Wujud
Persidangan dan dihadiri oleh MPK dan Utusan Jemaat.
2. Persidangan Klasis Gereja Protestan Maluku dilaksanakan berdasarkan :
a. Tata Gereja Gereja Protestan Maluku Bab I Pasal 2 Ayat (1, huruf b), dan
b. Bab II Pasal 5 Ayat (2), dan Bab IX Pasal 20 Ayat (1, huruf b).
c. Peraturan Pokok Gereja Protestan Maluku tentang Klasis Bab V Pasal 9, dan Bab X Pasal
10 – 16.
3. Sidang Klasis berfungsi sebagai lembaga pengambilan keputusan tertinggi di tingkat Klasis
dan diadakan sekali dalam setahun.
4. Sidang Klasis bertugas:
a. Menyusun dan menetapkan Renstra Klasis.
b. Menyusun dan mengesahkan program pelayanan bersama berdasarkan Renstra Jemaat-
jemaat dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahunan dari Klasis.
c. Menggumuli pandangan, usul dan aspirasi dari Jemaat berkaitan dengan
penyelenggaraan pelayanan di Jemaat, Klasis dan Sinode.
d. Mengawasi dan membina proses perkembangan jemaat-jemaat menuju kepada kesatuan
pelayanan yang lebih besar.
e. Mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan gereja dalam wilayah kerjanya.
f. Memberi pertimbangan dan usul-usul mengenai Tata gereja, Peraturan- peraturan Pokok
Gereja, Pengakuan Gereja, Tata Ibadah Gereja dan masalah-masalah gereja lainnya yang
timbul dalam hubungannya dengan Tata gereja, Peraturan-peraturan Pokok Gereja,
Pengakuan Gereja serta Tata Ibadah Gereja, berdasarkan perkembangan dan dinamika
pelayanan dalam Jemaat.
g. Memilih dan menetapkan Majelis Pekerja Klasis untuk masa jabatan 5 (lima) tahun,
kecuali Ketua dan Sekretaris, yang ditetapkan oleh Majelis Pekerja Harian Sinode
dengan Surat Keputusan.
h. Menetapkan pembentukan Badan-badan Pembantu Klasis sesuai kebutuhan pelayanan.
i. Persidangan Klasis mendelagasikan kewenangan sebagaimana yang telah disebutkan
pada ayat (8) kepada MPK untuk membentuk badan-badan pembantu pelayanan.
j. Memilih utusan-utusan Jemaat melalui Klasis untuk menghadiri Sinode.
k. Memilih utusan-utusan Klasis serta pengganti-penggantinya ke Sidang MPL Sinode.
l. Mengawasi segala harta milik Gereja di tingkat Klasis dan Jemaat sesuai Peraturan
Pokok Perbendaharaan Gereja Protestan Maluku dan ketentuan lainnya yang ditetapkan
oleh Persidangan Sinode dan MPL Sinode GPM.
5. Susunan Sidang Klasis terdiri dari :
a. Sidang-sidang Paripurna.
b. Sidang-sidang Komisi.
c. Sidang-sidang Panitia Khusus.
6. Sidang Klasis dilaksanakan dengan memadukan cara sidang langsung onsite dan online atau
dalam jaringan (daring).
7. Sidang langsung terbatas dilaksanakan karena kondisi tertentu dengan pembatasan jumlah
peserta.

Pasal 2
BENTUK DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN SIDANG
1. Bentuk sidang langsung terbatas dilaksakan dengan memadukan cara sidang langsung onsite,
online
dan dalam jaringan (daring).
1
2. Tempat penyelenggaraan sidang di gedung gereja dan gedung lainnya dengan
memperhatikan daya tamping serta ketersediaan fasilitas pendukung.

Pasal 3
PIMPINAN PERSIDANGAN PARIPURNA, KOMISI DAN PANITIA KHUSUS

1. Persidangan Klasis dipimpin oleh Majelis Pekerja Klasis, sekaligus bertindak sebagai
Penanggung Jawab Persidangan Klasis.
2. Sekretaris Klasis adalah Sekretaris Sidang Klasis yang tidak dapat dilepaskan fungsinya
dalam persidangan.
3. Jika Sekretaris Klasis berhalangan maka MPK berhak menunjuk salah seorang anggota
MPK sebagai Sekretaris Persidangan dan ditetapkan atas persetujuan Persidangan.
4. Sidang-sidang komisi dipimpin oleh Pimpinan Komisi dalam hal ini seorang Ketua, seorang
Wakil ketua dan seorang Sekretaris, yang ditetapkan oleh Persidangan atas usul Pimpinan
Sidang dengan memperhatikan sungguh-sungguh keterwakilan laki-laki dan perempuan.
5. Sidang-sidang Panitia Khusus dipimpin oleh Pimpinan Panitia Khusus dalam hal ini seorang
Ketua, seorang Wakil ketua dan seorang Sekretaris, yang ditetapkan dalam persidangan atas
usul Pimpinan Sidang.
6. Sidang Komisi dilaksanakan secara langsung di tempat (onsite) dan Online atau dalam
jaringan (daring).

Pasal 4
TUGAS DAN WEWENANG PIMPINAN SIDANG

1. Mengundang untuk memulai dan mengakhiri sidang-sidang sesuai jadwal yang telah
ditetapkan persidangan Klasis.
2. Memimpin jalannya sidang-sidang pada Persidangan Klasis.
3. Mengundang dan mengatur secara berurutan para pembicara, agar waktu pembicaraan dapat
dimanfaatkan se-efisien mungkin.
4. Menegur dan bila perlu menarik hak berbicara apabila pembicara menyimpang dari pokok
pembahasan dan atau Tata Tertib persidangan Klasis.
5. Jika suatu pokok permasalahan telah selesai dibahas oleh persidangan, Pimpinan Sidang
hendaknya menyimpulkan hasil pembahasan tersebut untuk memberi arah bagi pengambilan
keputusan.

Pasal 5
PESERTA DAN LOKASI SIDANG

1. Peserta Sidang Klasis terdiri dari:


a. Peserta Biasa yang adalah:
1. Majelis Pekerja Klasis
2. Utusan Jemaat, dengan ketentuan seorang Ketua Majelis Jemaat dan tiga orang
Penatua dan/atau Diaken, dengan memperhatikan keterwakilan laki- laki dan
perempuan.
b. Peserta Luar Biasa yang adalah:
1. Para Penasehat yaitu MPH Sinode GPM;
2. Para Pendeta Jemaat;
3. Badan-badan Pembantu Pelayanan;ndangan, yaitu mereka yang dianggap perlu
diundang oleh Majelis Pekerja Klasis.

Pasal 6
KEWAJIBAN PESERTA SIDANG

1. Peserta sidang langsung terbatas menghadiri sidang pada tempat yang ditentukan.
2. Mengikuti seluruh kegiatan sidang sesuai jadwal yang ditetapkan dalam persidangan.
3. Menghadiri sidang-sidang 15 Menit sebelum sidang-sidang dimulai.
4. Menaati seluruh ketentuan tata tertib sidang Klasis.

2
5. Menghormati dalam hal ini tidak mengganggu setiap pembicara yang sedang menggunakan
hak bicaranya.
6. Untuk yang mengikuti secara langsung maka ketentuannya adalah
a. Menandatangani daftar hadir setiap kali menghadiri persidangan
b. Setiap kali hendak meninggalkan persidangan yang sedang berlangsung wajib
memberitahukan secara tertulis.
c. Setiap kali menghadiri persidangan wajib mengenakan tanda pengenal peserta atau
lainnya yang dianggap sah.
d. Mematuhi ketentuan protokol kesehatan.
7. Untuk yang mengikuti secara Online maka ketentuannya adalah;
a. Mengisi daftar hadir melalui fome yang disediakan pada aplikasi SIGER GPM kepada
pimpinan sidang.
b. Apabila hendak meninggalkan persidangan maka harus memberitahukan kepada
pimpinan sidang melalui ruang chat.
c. Melakukan scan QR-Code tanda pengenal peserta.
d. Mengaktifkan video pada aplikasi online yang digunakan persidangan.

Pasal 7
HAK PESERTA SIDANG

1. Peserta biasa mempunyai hak bicara dan hak suara.


2. Peserta Luar Biasa mempunyai hak bicara.
3. Setiap peserta memiliki hak bicara selama 3 menit.
4. Peserta yang telah dibatasi hak bicaranya memiliki hak untuk menyampaikan atau melalui
fome aplikasi SIGER GPM kepada pimpinan sidang.
5. Peserta yang memiliki hak berbicara pada babak pertama dapat menggunakan babak kedua
dengan pokok permasalahan yang sama.
6. Setiap peserta berhak menggunakan hak bicara pada babak khusus.
7. Setiap peserta yang sementara menggunakan hak bicaranya memiliki hak untuk tidak
diganggu pembicaraannya, kecuali oleh Pimpinan Persidangan dalam rangka
menertibkannya demi memudahkan terjadinya pengambilan keputusan terhadap permasalahan
yang sementara dibahas.
8. Hak interupsi dimiliki oleh setiap peserta dengan ketentuan;
a. Melakukan penjernihan terhadap permasalahan yang sementara dibicarakan (point of
clarification).
b. Menempatkan permasalahan yang dibicarakan sesuai aturan pembahasan (point of order).
c. Mencegah pelecehan nama baik seseorang (point of self-previledge),
d. Memberi informasi yang penting demi melengkapi pembicaraan tentang permasalahan
yang sedang dibicarakan (point of information).
9. Jika dilakukan dengan Online atau dalam jaringan (daring) interupsi juga dapat diajukan
melalui kolom chat dan/atau rise hand pada aplikasi.

Pasal 8
TATA CARA PEMBAHASAN

1. Setiap pokok masalah yang hendak ditetapkan sebagai keputusan persidangan, dibicarakan
melalui dua babak pembahasan, kecuali terhadap pokok masalah yang karena urgensinya
oleh Pimpinan Persidangan dipandang perlu untukdiadakan babak pembahasan khusus.
2. Tata cara pembahasan pokok masalah yang akan ditetapkan sebagai keputusan persidangan
sebagaimana ayat (1) dilaksanakan melalui dialog dan musyawarah, di mana setiap peserta
berkesempatan menyampaikan pandangannya.
3. Pembahasan laporan umum pelayanan dan keuangan diatur dengan mekanisme sebagai
berikut;
a. MPK memberikan tanggapan terhadap pemandangan umum jemaat-jemaat.
b. Pimpinan sidang membuka babak kedua perdelegasi sesuai muatan pemandangan umum
dengan lama waktu berbicara 3 menit.
c. Perutusan badan pembantu pelayanan adalah unsur penyelenggara pelayanan yang
laporannya dibahas dalam laporan umum pelayanan dan keuangan. Karena itu tidak
menyampaikan pandangan, kecuali dipandang perlu oleh sidang untuk melakukan klarifikasi
3
terhadap permasalahan yang sementara dibicarakan dalam pembahasan laporan umum
dan keuangan tersebut.
4. Mengenai pembahasan program, anggaran, rekomendasi, pesan dan materi lainnya menggunakan
mekanisme ayat 1 dan 2.

Pasal 9
KESIMPULAN PEMBAHASAN

1. Jika suatu pokok permasalahan telah selesai dibahas oleh persidangan, Pimpinan
Persidangan hendaknya menyimpulkan hasil pembahasan tersebut untuk memberi arah bagi
pengambilan keputusan.
2. Apabila kesimpulan sebagaimana ayat (1) tidak dapat ditempuh Pimpinan Persidangan
mengingat kompleksnya pokok permasalahan yang dibahas, Persidangan dapat membentuk
Tim Perumus yang dipimpin oleh Pimpinan Persidangan untuk merumuskan kesimpulan
yang diperlukan dan melaporkannya kepada Persidangan dengan batas waktu yang
ditentukan untuk dilakukan pengmbilan keputusan.
Pasal 10
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. Pengambilan keputusan mengenai suatu pokok masalah dilakukan Oleh Peserta Biasa.
2. Jika dilakukan dengan Online atau dalam jaringan (daring) Pengambilan keputusan mengenai
suatu pokok masalah dilakukan oleh Peserta Biasa Persidangan di lokasi sidang utama
melalui kolom polling pada aplikasi zoom meeting yang digunakan untuk persidangan.
3. Setiap keputusan diambil dengan mengedepankan azas musyawarah untuk mufakat.
4. Apabila musyawarah untuk mufakat sebagaimana ayat (2) tidak tercapai, keputusan diambil
berdasarkan suara terbanyak dari peserta biasa Persidangan.
5. Pengambilan keputusan mengenai orang dilakukan secara tertulis.

Pasal 11
SAHNYA PERSIDANGAN

1. Persidangan Klasis dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari
jumlah peserta biasa Persidangan.
2. Sidang-sidang Komisi dan atau Panitia Khusus dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya
2/3 (dua per tiga) dari sejumlah peserta sidang Komisi dan atau Panitia Khusus.

Pasal 12
KETENTUAN PENUTUP

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Tertib ini akan ditentukan kemudian sesuai
keputusan Persidangan.
2. Tata Tertib ini digunakan untuk Sidang Klasis GPM tahun 2022 – 2025, Selama
Persidangan MPL Sinode tidak menetapkan ketentuan lain.
3. Dengan ditetapkannya Tata tertib ini, semua keputusan tentang Tata Tertib Persidangan
Klasis yang berlaku selama ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

Ditetapkan di: Elat – Kei Besar


Pada Tanggal : 4 November 2021

PIMPINAN SIDANG KE-42


MPL SINODE GEREJA PROTESTAN MALUKU

4
Ketua Sekertaris

Pendeta E.T. Maspaitella Pendeta S.I. Sapulette

Anda mungkin juga menyukai