Anda di halaman 1dari 5

TATA CARA PERSIDANGAN

MAJELIS PERMUSYAWARATAN MAHASISWA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Sidang adalah forum tertinggi pengambilan keputusan.
Pasal 2
Agenda sidang dapat berupa :
1) Sidang komisi, yaitu sidang yang membahas rancangan keputusan dan ketetapan.
2) Sidang pleno, yaitu sidang yang menghasilkan keputusan dan ketetapan.

BAB II
PERANGKAT PERSIDANGAN
Pasal 3
Perangkat Sidang sekurang - kurangnya terdiri dari:
1) Peserta Sidang.
2) Presidium Sidang.
3) Palu Sidang.
4) Materi persidangan.
Pasal 4
Peserta Sidang
1) Peserta Sidang adalah peserta penuh dan peserta peninjau yang merupakan Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Cirebon.
2) Peserta penuh adalah anggota Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Cirebon.
3) Peserta peninjau adalah peserta selain anggota Majelis Permusyawaratan Mahasiswa
(MPM) Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Cirebon .
4) Peserta penuh memiliki hak suara dan hak bicara.
5) Peserta peninjau hanya memiliki hak bicara.
6) Hak dan kewajiban lain serta sanksi peserta sidang di atur dalam Tata Tertib Sidang yang
di putuskan saat persidangan.
Pasal 5
Presidium
1) Presidium terdiri dari Presidium I, Presidium II, dan Presidium III
2) Presidium I adalah Sekretaris Jenderal Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM)
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Cirebon.
3) Jika Sekretaris Jenderal Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Cirebon berhalangan hadir maka Presidium I digantikan oleh
Wakil Sekretaris Jenderal I Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Cirebon .
4) Presidium II dan III berasal dari peserta penuh.
5) Presidium II dan III dipilih atas usulan dan pesetujuan peserta penuh.

Pasal 6
Hak dan Kewajiban Presidium Sidang
1) Presidium I adalah pemimpin sidang.
2) Pemimpin sidang mempunyai hak penuh untuk mengatur sidang agar berjalan lancar sesuai
dengan agenda sidang yang telah ditetapkan.
3) Pemimpin sidang wajib menjaga agar sidang tetap dalam suasana kebersamaan dan
kebijaksanaan dalam permusyawaratan untuk mencapai mufakat.
4) Pemimpin sidang berusaha mempertahankan pendapat, mendudukkan persoalan,
menyimpulkan dan meluruskan pembicaraan sesuai dengan agenda sidang.
5) Presidium II dan III berperan membantu Presidium I dalam memberi pertimbangan dan
mengatur jalannya persidangan.
6) Presidium tidak boleh berpihak pada salah satu pihak peserta dan hanya boleh memutuskan
sesuatu atas persetujuan peserta penuh.
Pasal 7
Palu Sidang
1) Demi kelancaran maka diperlukan palu sidang yang telah disepakati oleh peserta penuh
baik bentuk maupun wujudnya.
2) Aturan ketukan palu sidang dalam persidangan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa
(MPM) Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Cirebon sebagai berikut :
a. 1 x : mengukuhkan kesepakatan.
b. 2x : menetapkan keputusan, pertukaran pimpinan sidang, penundaan sidang,
pencabutan penundaan sidang.
c. 3x : membuka dan menutup sidang.
d. Berkali - kali : untuk menenangkan peserta sidang atau meminta peserta
memperhatikan jalannya sidang.
Pasal 8
Materi Persidangan
1) Materi persidangan di siapkan sebelum persidangan
2) Materi Persidangan yang telah disiapkan disepakati oleh peserta penuh dan disesuaikan
dengan agenda sidang.

BAB III
MEKANISME PERSIDANGAN
Pasal 9
Kuorum Sidang
1) Sidang dianggap kuorum jika dihadiri 1/2 + 1 dari jumlah peserta penuh.
2) Skorsing selama 2 x 5 menit untuk menunggu kuorum, setelah itu sidang dianggap sah.
Pasal 10
Mekanisme Pengambilan Keputusan
1) Pengambilan keputusan sidang dilaksanakan melalui musyawarah untuk mufakat.
2) Apabila ayat (1) tidak tercapai maka selanjutnya dilakukan lobby dan sidang di skors
selama waktu yang ditentukan kemudian.
3) Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai setelah melalui mekanisme lobby maka
keputusan diambil melalui voting.
Pasal 11
Mekanisme PK/PeninjauanKembali
1) Pengajuan PK / Peninjauan Kembali dapat dilakukan oleh peserta sidang.
2) PK / Peninjauan Kembali dapat dilakukan jika disetujui oleh sekurang - kurang 2/3 dari
peserta penuh yang hadir.

BAB IV
ISTILAH DALAM SIDANG
Pasal 12
1) Skorsing adalah memberhentikan sidang untuk sementara waktu dengan tujuan tertentu
seperti istirahat, lobby, penundaan sidang.
2) PK / Peninjauan kembali adalah mekanisme yang digunakan untuk mengulang kembali
pembahasan / putusan yang telah dikukuhkan.
3) Interupsi adalah memotong / menyela pembicaraan dikarenakan ada hal - hal yang sangat
penting untuk diungkapkan.
4) Jenis - jenis interupsi sebagai berikut :
a. Point of clarification adalah interupsi untuk menjernihkan / meluruskan
permasalahan atau isi pembahasan.
b. Point of view adalah interupsi yang digunakan untuk menyampaikan pendapat,
tanggapan, usulan dan saran.
c. Point of order adalah interupsi yang digunakan untuk meminta pemimpin sidang
meluruskan jalannya sidang apabila keluar dari konteks, atau sidang dianggap
janggal.
d. Point of solution adalah interupsi untuk memberikan solusi atas permasalahan yang
dibahas.
e. Point of information adalah interupsi untuk memberikan informasi, baik tentang
pembicaraan yang tidak sesuai atau informasi yang berkaitan dengan kondisi yang
menjadi pokok pembahasan atau hal - hal yang dipandang urgen untuk di
informasikan.
f. Point of privilege (rehabilitation) adalah interupsi yang berfungsi untuk
membersihkan nama baik atau kehormatan seseorang / kelompok karena dipandang
pembicaraan tersebut menyimpang dari etika atau menyinggung perasaan.
5) Lobby adalah mekanisme komunikasi antar pihak yang berbeda pendapat untuk saling ber
- argumen dan mengambil pendapat.
6) Voting adalah pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak dari peserta penuh.

BAB V
ALUR PERSIDANGAN
Pasal 13
1) Alur Persidangan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) KM sebagai berikut :
a. Pembukaan Sidang oleh Presidium I.
b. Pemilihan dan Penetapan Presidium II dan III.
c. Pembahasan dan penetapan Tata Tertib Sidang.
d. Pembahasan dan penetapan Agenda Sidang.
e. Pembahasan materi sidang.
f. Pengambilan keputusan dan penetapan keputusan sidang.
g. Penutupan Sidang oleh Presidium I.

BAB VI
PENUTUP
Pasal 15
1) Segala ketentuan lain yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diputuskan kemudian.
2) Ketetapan ini dapat dijadikan acuan bagi Lembaga Kemahasiswaan Keluarga Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Cirebon dalam menyelenggarakan persidangan.

Anda mungkin juga menyukai