Anda di halaman 1dari 10

SURAT KETETAPAN

NO. 00/F.1/MPM KM UHAMKA/2015

TENTANG
TATA CARA PERSIDANGAN

MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA


KELUARGA MAHASISWA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

Menimbang:

1. Bahwa Majelis Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas


Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA merupakan lembaga legislatif yang
mempunyai kedudukan tertinggi dilembaga kemahasiswaan.;
2. Bahwa dalam persidangan agar dapat berjalan dengan tertib dan efektif, maka
Keluarga Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA perlu
memiliki seperangkat peraturan yang mampu mengatur pelaksaan kegiatan
tersebut;
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud dalam poin 1 dan
2, maka Majelis Perwakilan Mahasiswa perlu membentuk ketetapan mengenai
Tata Cara Persidangan Keluarga Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof.
DR. HAMKA.

Mengingat:

Memperhatikan:

Memutuskan

Menetapkan :
Ketetapan Majelis Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA No. tentang Tata Cara Persidangan Keluarga
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Pengertian umum

Dalam ketetapan ini yang dimaksud dengan :

1. Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA untuk selanjutnya disebut


UHAMKA;
2. Mahasiswa adalah seluruh peserta didik yang terdaftar dan aktif belajar di
UHAMKA dari semua jenjang yang ada di lingkungan UHAMKA;
3. Keluarga Mahasiswa yang selanjutnya disebut KM adalah wadah formal dan
legal bagi seluruh aktivitas kemahasiswaan di UHAMKA;
4. Anggota KM UHAMKA terdiri dari anggota aktif dan anggota biasa.
5. Anggota aktif yaitu mahasiswa aktif yang diberikan amanah untuk terlibat di
dalam Lembaga Kemahasiswaan KM UHAMKA.
6. Anggota biasa yaitu mahasiswa aktif yang tidak termasuk ke dalam anggota
aktif.
7. Persidangan adalah suatu forum formal organisasi guna membahas masalah
tertentu dalam upaya menghasilkan keputusan yang dijadikan sebagai ketetapan
bersama;

BAB II
PERSIDANGAN

Pasal 2
Jenis Sidang

1. Persidangan terdiri atas:


a. Kongres Mahasiswa;
b. Sidang Istimewa;
c. Forum Bersama;
d. Sidang Umum;
e. Musyawarah Besar;
f. Sidang Pleno;
g. Sidang Komisi;
h. Sidang Putusan;
Pasal 3
Kongres Mahasiswa

Pasal 4
Sidang Istimewa

Pasal 5
Forum Bersama

Pasal 6
Sidang Umum

Pasal 7
Musyawarah Besar

Pasal 8
Sidang Pleno

Pasal 9
Sidang Komisi

Pasal 10
Sidang Putusan

BAB III
PERANGKAT PERSIDANGAN

Pasal 11
Presidium Sidang

1. Presidium sidang adalah orang yang bertindak memimpin dan mengatur jalannya
persidangan;
2. Presidium sidang terdiri dari presidium sidang I, II, dan III;
3. Presidium sidang I adalah ketua MPM/DPM/Komisi lembaga legislatif;
4. Jika yang dimaksud pada ayat (3) berhalangan hadir maka presidium sidang I
dapat digantikan oleh ketua komisi I atau perwakilan lembaga legislatif yang
bersangkutan;
5. Presidium II dan III berasal dari peserta penuh.
6. Presidium II dan III dipilih atas usulan dan pesetujuan peserta penuh berdasarkan
hasil sidang pleno.
7. Persyaratan presidium sidang
a. Mempunyai sifat leadership, adil, bijaksana, dan bertanggung jawab;
b. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang persidangan;
c. Peka terhadap situasi dan cepat mengambil inisiatif dalam situasi kritis;
d. Mampu mengontrol emosi sehingga tidak terpengaruh kondisi persidangan.
8. Presidium sidang dapat digantikan oleh presidium lain dengan kesepakatan
peserta penuh.
Pasal 12
Hak dan Kewajiban Presidum Sidang

1. Hak Presidium Sidang:


a. Presidium I adalah pemimpin sidang;
b. Persidangan dibuka, ditunda, dan ditutup oleh pemimpin sidang;
c. Pemimpin sidang mempunyai hak penuh untuk mengatur sidang agar
berjalan lancar sesuai dengan agenda sidang yang telah ditetapkan;
d. Pemimpin sidang dapat mengizinkan peserta sidang untuk melakukan
interupsi sepanjang mengenai pokok pembicaraan;
e. Presidium sidang dapat memberikan peringatan kepada peserta sidang yang
menggunakan hak bicaranya terlalu lama dan menyimpang diri pokok
pembicaraan atau peserta sidang yang mengganggu jalannya sidang;
f. Pemimpin sidang dapat mengeluarkan peserta sidang yang telah mendapat
peringatan tiga kali sebagaimana yang dimaksud poin (e) berdasarkan
persetujuan sidang;

2. Kewajiban Presidium Sidang:.


a. Pemimpin sidang menjaga agar sidang tetap dalam suasana kebersamaan dan
kebijaksanaan dalam permusyawaratan untuk mencapai mufakat;
b. Pemimpin sidang bertugas meluruskan dan menyimpulkan pembicaraan
sesuai dengan agenda sidang;
c. Presidium II dan III berperan membantu pemimpin sidang dalam memberi
pertimbangan dan mengatur jalannya persidangan.
d. Pemimpin sidang tidak boleh berpihak pada salah satu pihak peserta dan
hanya boleh memutuskan sesuatu atas persetujuan peserta penuh;
e. Pemimpin sidang menetapkan dan mengesahkan keputusan sidang dengan
persetujuan peserta penuh.

Pasal 13
Peserta Sidang

1. Peserta sidang adalah peserta penuh dan peserta peninjau;


2. Peserta penuh adalah anggota KM UHAMKA;
3. Peserta peninjau adalah selain anggota KM UHAMKA.

Pasal 14
Hak dan Kewajiban Peserta Sidang

1. Hak peserta:
a. Peserta penuh memiliki hak bicara dan hak suara;
b. Peserta peninjau memiliki hak bicara;
c. Peserta sidang berhak mendapatkan materi persidangan;

2. Kewajiban peserta:
a. Menghadiri persidangan tepat waktu.
b. Mematuhi tata tertib persidangan.
c. Meminta izin kepada pemimpin sidang jika ingin menggunakan hak bicaranya atau
jika ingin meninggalkan ruangan.
d. Tidak mengaktifkan nada dering handphone.
e. Tidak membuat kegaduhan atau kerusuhan yang mengganggu jalannya persidangan.
f. Tidak diperkenankan membawa pihak lain yang tidak berkepentingan dan
berhubungan dengan sidang tanpa seizin presidium sidang.
g. Tidak merokok selama persidangan berlangsung di dalam ruang sidang.
h. Tidak menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang dapat merendahkan atau
melecehkan pihak lain selama persidangan berlangsung.
i. Tidak membawa senjata tajam yang dapat membahayakan pihak lain.
j. Tidak membawa dan mengkonsumsi minuman keras dan obat-obatan terlarang.
k. Tidak menyinggung suku, agama, ras, dan adat (SARA).
l. Tidak melakukan kontak fisik dengan pihak lain yang dapat menimbulkan cedera
fisik.

Pasal 15
Notulen Sidang

1. Notulen sidang adalah orang yang bertugas mencatat jalannya persidangan;


2. Notulen sidang bertugas mencatat hasil keputusan, ketetapan, rekomendasi,
merekapitulasi catatan sidang, dan mengingatkan waktu serta berkomunikasi
dengan presidium sidang;
3. Notulen sidang dipilih atas usulan dan pesetujuan peserta penuh berdasarkan
hasil sidang pleno.

Pasal 16
Palu Sidang

1. Palu sidang adalah palu yang digunakan untuk menetapkan suatu keputusan;
2. Aturan ketukan palu sidang 1 kali digunakan untuk:
a. Perpindahan atau pergantian pemimpin sidang;
b. Pengesahan putusan sementara seperti, bab per bab, pasal per pasal, atau poin
per poin;
c. Menetapkan dan mencabut skorsing;
d. Mencabut kembali atau membatalkan ketukan terdahulu yang dianggap keliru.
3. Aturan ketukan palu sidang 2 kali digunakan untuk:
a. Menetapkan dan mencabut keputusan pending;
b. Memutuskan lobbying
4. Aturan ketukan palu sidang 3 kali digunakan untuk:
a. membuka dan menutup sidang;
b. menetapkan keputusan akhir.
5. Aturan ketukan palu sidang berkali-kali digunakan untuk menenangkan peserta
sidang atau meminta peserta memperhatikan jalannya sidang.

Pasal 17
Materi Sidang

1. Materi sidang adalah materi yang berisi permasalahan-permasalahan dan bahan


yang akan dibahas dalam persidangan.
2. Materi sidang meliputi:
a. Tata tertib sidang;
b. Agenda sidang;
c. Laporan pertanggungjawaban umum;
d. GBHO dan GBHK;
e. Rekomendasi;
f. Dan lain-lain

Pasal 18
Berita Acara Persidangan

1. Lembar berita acara persidangan adalah kertas yang berisi lembaran keputusan-
keputusan yang diambil dalam persidangan.
2. Lembar berita acara persidangan meliputi;
a. Hari, tanggal;
b. Pukul;
c. Tempat;
d. Jenis sidang;
e. Jumlah peserta penuh;
f. Jumlah peserta peninjau;
g. Hasil keputusan;
h. Disahkan di;
i. Tertanda tangani presidium sidang I, II, dan III.\

BAB IV
MEKANISME PERSIDANGAN

Pasal 19
Kuorum Sidang

1. Kuorum adalah syarat sah sidang untuk dapat diadakan;


2. Sidang dianggap kuorum apabila dihadiri oleh sekurang-kurang 1/2+1 dari
jumlah peserta penuh yang terdaftar.
3. Skorsing selama 1 x 15 menit untuk menunggu kuorum, setelah itu sidang
dianggap sah.

Pasal 20
Pengambilan Keputusan

1. Pengambilan keputusan sidang dilaksanakan melalui musyawarah untuk


mufakat.
2. Apabila ayat (1) tidak tercapai maka selanjutnya dilakukan lobby dan sidang di
skors selama waktu yang ditentukan kemudian.
3. Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai setelah melalui mekanisme lobby
maka keputusan diambil melalui voting.

Pasal 21
Peninjauan Kembali (PK)

1. Pengajuan peninjauan kembali dapat dilakukan oleh peserta sidang;


2. Peninjauan kembali dapat disetujui oleh peserta penuh yang hadir.
Pasal 22
Bentuk Sidang
1. Bentuk sidang adalah model dan pola bentuk alur persidangan;
2. Bentuk sidang terdiri dari:
a. Bentuk U;
b. Bentuk Lingkaran;
c. Bentuk Berpanjar Menurun;
d. Bentuk komisi.
Pasal 23
Interupsi

1. Interupsi adalah bentuk memotong pembicaraan dalam sidang dikarenakan


adanya masukan yang perlu diperhatikan dalam pelaksaan sidang;
2. Interupsi terdiri dari:
a. Point of Order
b. Point of Information
c. Point of Clarification
d. Point of Explanation
e. Point of Previlage
3. Point of Order adalah bentuk interupsi yang dilakukan untuk meminta penjelasan
atau memberikan masukan kepada pemimpin sidang yang berkaitan dengan
jalannya persidangan;
4. Point of Information adalah bentuk interupsi untuk menambahkan informasi guna
melengkapi pembicaraan yang dilakukan oleh peserta yang di interupsi;
5. Point of Clarification adalah bentuk interupsi untuk mengklarifikasi
permasalahan atau isi pembahasan;
6. Point of Explanation adalah bentuk interupsi untuk menjelaskan suatu pernyataan
yang disampaikan agar tidak ditangkap keliru oleh peserta sidang atau
meluruskaan pernyataan;
7. Point of Previlage adalah bentuk interupsi yang berfungsi untuk membersihkan
nama baik atau kehormatan seseorang/kelompok karena dipandang pembicaraan
tersebut menyimpang dari etika atau menyinggung perasaan.

Pasal 24
Skorsing

Skorsing adalah memberhentikan sidang untuk sementara waktu guna menyegarkan


suasana sidang untuk istirahat dalam jangka waktu minimal 1 x 15 menit dan
maksimal 2 x 24 jam.

Pasal 25
Pending
Pending adalah memberhentikan sidang sementara tanpa adanya batasan waktu kapan
sidang akan dilanjutkan kembali.

Pasal 26
Lobbying

Lobbying adalah mekanisme komunikasi antar pihak yang berbeda pendapat untuk
saling berargumen dan mengambil pendapat.

Pasal 27
Votting

Votting adalah pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak dari peserta


penuh.

BAB V
PELANGGARAN DAN SANKSI

Pasal 28
Jenis Pelanggaran

1. Jenis pelanggaran terdiri dari:


a. pelanggaran ringan;
b. pelanggaran berat;
c. pelanggaran khusus.

2. Pelanggaran ringan adalah pelanggaran yang dilakukan karena melanggar


ketentuan yang tercantum dalam pasal 13 ayat 2 poin a, b, c, dan d mengenai
kewajiban peserta;
3. Pelanggaran berat adalah pelanggaran yang dilakukan karena melanggar ketentuan
yang tercantum dalam pasal 13 ayat 2 poin e, f, g, h, i, j, k, dan l mengenai
kewajiban peserta;
4. Pelanggaran ringan akan diakumulasikan sebanyak tiga kali selama agenda sidang
berlangsung yang kemudian ditetapkan sebagai satu pelanggaran berat;
5. Pelanggaran khusus merupakan akumulasi dari tiga kali pelanggaran berat yang
dilakukan selama agenda sidang berlangsung.

Pasal 29
Jenis Sanksi

1. Jenis sanksi terdiri dari:


a. teguran;
b. pencabutan hak suara;
c. dikeluarkan dari ruang sidang.
2. Peserta sidang yang telah melakukan pelanggaran ringan akan dikenakan sanksi
berupa teguran lisan oleh pemimpin sidang.;
3. Peserta sidang yang telah melakukan pelanggaran berat akan dikenakan sanksi
berupa pencabutan hak suara hanya pada si pelanggar oleh pemimpin sidang.;
4. Peserta sidang yang telah melakukan pelanggaran khusus akan dikenakan sanksi
berupa dikeluarkan dari ruangan persidangan oleh pemimpin sidang dan tidak
diperbolehkan mengikuti persidangan sampai batas waktu yang ditentutan oleh
pemimpin sidang.

BAB VII
PENUTUP

Pasal 30

1. Segala ketentuan lain yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diputuskan
kemudian.
2. Ketetapan ini dapat dijadikan acuan bagi Lembaga Kemahasiswaan KM UHAMKA
dalam menyelenggarakan persidangan.
3. Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal yang telah ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada Tanggal :Pukul :

TIM AD HOC
PEDOMAN PERSIDANGAN
AMANDEMEN PRODUK HUKUM KM UHAMKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

Ketua Sekretaris

M. Nor Rohiem Lely Robiyanti R.NIM.


1201145023 NIM. 1101015040

Tembusan:
1 Majelis Perwakilan Mahasiswa UHAMKA
2 Arsip
LAMPIRAN

BERITA ACARA PERSIDANGAN

JENIS SIDANG :.

LEMBAGA KM UHAMKA :

Bahwa pada hari ini :

1. Hari, tanggal :

2. Waktu :

3. Tempat :

4. Jumlah peserta sidang :

a. Peserta penuh

b. Peserta peninjau

5. Hasil keputusan :

a. ..

b. .

c.

Disahkan di,

Jakarta, tanggal

Pimpinan Sidang,

( Presidium 1) (Presidium 2)

(Presidium 3) (Notulen)

Anda mungkin juga menyukai