TENTANG
TATA CARA PERSIDANGAN
Menimbang:
Mengingat:
Memperhatikan:
Memutuskan
Menetapkan :
Ketetapan Majelis Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA No. tentang Tata Cara Persidangan Keluarga
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian umum
BAB II
PERSIDANGAN
Pasal 2
Jenis Sidang
Pasal 4
Sidang Istimewa
Pasal 5
Forum Bersama
Pasal 6
Sidang Umum
Pasal 7
Musyawarah Besar
Pasal 8
Sidang Pleno
Pasal 9
Sidang Komisi
Pasal 10
Sidang Putusan
BAB III
PERANGKAT PERSIDANGAN
Pasal 11
Presidium Sidang
1. Presidium sidang adalah orang yang bertindak memimpin dan mengatur jalannya
persidangan;
2. Presidium sidang terdiri dari presidium sidang I, II, dan III;
3. Presidium sidang I adalah ketua MPM/DPM/Komisi lembaga legislatif;
4. Jika yang dimaksud pada ayat (3) berhalangan hadir maka presidium sidang I
dapat digantikan oleh ketua komisi I atau perwakilan lembaga legislatif yang
bersangkutan;
5. Presidium II dan III berasal dari peserta penuh.
6. Presidium II dan III dipilih atas usulan dan pesetujuan peserta penuh berdasarkan
hasil sidang pleno.
7. Persyaratan presidium sidang
a. Mempunyai sifat leadership, adil, bijaksana, dan bertanggung jawab;
b. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang persidangan;
c. Peka terhadap situasi dan cepat mengambil inisiatif dalam situasi kritis;
d. Mampu mengontrol emosi sehingga tidak terpengaruh kondisi persidangan.
8. Presidium sidang dapat digantikan oleh presidium lain dengan kesepakatan
peserta penuh.
Pasal 12
Hak dan Kewajiban Presidum Sidang
Pasal 13
Peserta Sidang
Pasal 14
Hak dan Kewajiban Peserta Sidang
1. Hak peserta:
a. Peserta penuh memiliki hak bicara dan hak suara;
b. Peserta peninjau memiliki hak bicara;
c. Peserta sidang berhak mendapatkan materi persidangan;
2. Kewajiban peserta:
a. Menghadiri persidangan tepat waktu.
b. Mematuhi tata tertib persidangan.
c. Meminta izin kepada pemimpin sidang jika ingin menggunakan hak bicaranya atau
jika ingin meninggalkan ruangan.
d. Tidak mengaktifkan nada dering handphone.
e. Tidak membuat kegaduhan atau kerusuhan yang mengganggu jalannya persidangan.
f. Tidak diperkenankan membawa pihak lain yang tidak berkepentingan dan
berhubungan dengan sidang tanpa seizin presidium sidang.
g. Tidak merokok selama persidangan berlangsung di dalam ruang sidang.
h. Tidak menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang dapat merendahkan atau
melecehkan pihak lain selama persidangan berlangsung.
i. Tidak membawa senjata tajam yang dapat membahayakan pihak lain.
j. Tidak membawa dan mengkonsumsi minuman keras dan obat-obatan terlarang.
k. Tidak menyinggung suku, agama, ras, dan adat (SARA).
l. Tidak melakukan kontak fisik dengan pihak lain yang dapat menimbulkan cedera
fisik.
Pasal 15
Notulen Sidang
Pasal 16
Palu Sidang
1. Palu sidang adalah palu yang digunakan untuk menetapkan suatu keputusan;
2. Aturan ketukan palu sidang 1 kali digunakan untuk:
a. Perpindahan atau pergantian pemimpin sidang;
b. Pengesahan putusan sementara seperti, bab per bab, pasal per pasal, atau poin
per poin;
c. Menetapkan dan mencabut skorsing;
d. Mencabut kembali atau membatalkan ketukan terdahulu yang dianggap keliru.
3. Aturan ketukan palu sidang 2 kali digunakan untuk:
a. Menetapkan dan mencabut keputusan pending;
b. Memutuskan lobbying
4. Aturan ketukan palu sidang 3 kali digunakan untuk:
a. membuka dan menutup sidang;
b. menetapkan keputusan akhir.
5. Aturan ketukan palu sidang berkali-kali digunakan untuk menenangkan peserta
sidang atau meminta peserta memperhatikan jalannya sidang.
Pasal 17
Materi Sidang
Pasal 18
Berita Acara Persidangan
1. Lembar berita acara persidangan adalah kertas yang berisi lembaran keputusan-
keputusan yang diambil dalam persidangan.
2. Lembar berita acara persidangan meliputi;
a. Hari, tanggal;
b. Pukul;
c. Tempat;
d. Jenis sidang;
e. Jumlah peserta penuh;
f. Jumlah peserta peninjau;
g. Hasil keputusan;
h. Disahkan di;
i. Tertanda tangani presidium sidang I, II, dan III.\
BAB IV
MEKANISME PERSIDANGAN
Pasal 19
Kuorum Sidang
Pasal 20
Pengambilan Keputusan
Pasal 21
Peninjauan Kembali (PK)
Pasal 24
Skorsing
Pasal 25
Pending
Pending adalah memberhentikan sidang sementara tanpa adanya batasan waktu kapan
sidang akan dilanjutkan kembali.
Pasal 26
Lobbying
Lobbying adalah mekanisme komunikasi antar pihak yang berbeda pendapat untuk
saling berargumen dan mengambil pendapat.
Pasal 27
Votting
BAB V
PELANGGARAN DAN SANKSI
Pasal 28
Jenis Pelanggaran
Pasal 29
Jenis Sanksi
BAB VII
PENUTUP
Pasal 30
1. Segala ketentuan lain yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diputuskan
kemudian.
2. Ketetapan ini dapat dijadikan acuan bagi Lembaga Kemahasiswaan KM UHAMKA
dalam menyelenggarakan persidangan.
3. Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal yang telah ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada Tanggal :Pukul :
TIM AD HOC
PEDOMAN PERSIDANGAN
AMANDEMEN PRODUK HUKUM KM UHAMKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
Ketua Sekretaris
Tembusan:
1 Majelis Perwakilan Mahasiswa UHAMKA
2 Arsip
LAMPIRAN
JENIS SIDANG :.
LEMBAGA KM UHAMKA :
1. Hari, tanggal :
2. Waktu :
3. Tempat :
a. Peserta penuh
b. Peserta peninjau
5. Hasil keputusan :
a. ..
b. .
c.
Disahkan di,
Jakarta, tanggal
Pimpinan Sidang,
( Presidium 1) (Presidium 2)
(Presidium 3) (Notulen)