Anda di halaman 1dari 8

TATA TERTIB

MUSYAWARAH LUAR BIASA

KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS ILMU DAN


TEKNOLOGI KESEHATAN UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam tata tertib ini, yang dimaksud dengan :


(1) Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad
Yani yang selanjutnya disingkat menjadi KM FITKES UNJANI adalah wadah kemahasiswaan
Mahasiswa Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani yang
menghimpun mahasiswa Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal
Achmad Yani dalam suatu ikatan kekeluargaan.

(2) Mahasiswa Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani adalah
mahasiswa yang terdaftar dalam tahun akademik dan sah menjadi Mahasiswa Fakultas Ilmu
dan Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani.

(3) Musyawarah Besar adalah perwujudan kedaulatan tertinggi mahasiswa dalam kehidupan
organisasi KM Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani.

(4) Musyawarah Luar Biasa adalah forum pengambilan keputusan tertinggi dalam Musyawarah
Besar.

(5) Musyawarah Besar adalah forum tertinggi Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu dan Teknologi
Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani
BAB II
FUNGSI DAN MEKANISME PERSIDANGAN MUSYAWARAH LUAR BIASA
Fungsi
Pasal 2

Musyawarah luar biasa berfungsi untuk :


1. Pengambilan keputusan pada situasi luar biasa yang terjadi dalam suatu organisasi dan
memiliki kekuatan yang sama dengan MUBES
2. Muslub berwenang memberhentikan ketua dan wakil ketua BEM KM,DPM KM, HM KMJ Fitkes
unjani
Mekanisme Musyawarah Luar Biasa
Pasal 3

Persidangan dalam Musyawarah Luar Biasa terdiri atas:

(1) Sidang Pleno


(2) Sidang Paripurna

BAB III
PIMPINAN SIDANG
Pimpinan
Pasal 4

(1) Pimpinan Sidang setidak tidaknya diwakili oleh satu orang komisi 1 sebagaimana
disebutkan di PERMA PEMAKZULAN pada BAB 1 Ketentuan Umum Pasal 2 (Komisi 1).

(2) Pimpinan Sidang berbentuk presidium.

(3) Pimpinan sidang berhak untuk membuka sidang awal, membahas dan menetapkan tata tertib
sidang, membahas dan menutup agenda sidang.

Tugas
Pasal 5

(1) Memimpin persidangan sesuai dengan tata tertib sidang.

(2) Mengarahkan dan mengendalikan jalannya persidangan serta menyimpulkan


pembicaraan- pembicaraan dalam persidangan tersebut.

(3) Menetapkan dan mengesahkan hasil-hasil persidangan.


Wewenang
Pasal 6

(1) Menerima interupsi yang sesuai dengan tata tertib sidang dan menolak interupsi yang
tidak sesuai dengan ketentuan tata tertib dari peserta sidang.

(2) Menyampaikan teguran dan atau peringatan kepada peserta sidang yang dianggap
mengganggu jalannya persidangan.

(3) Memberi sanksi kepada peserta sidang yang dianggap melanggar tata tertib persidangan.

Kewajiban

Pasal 7

(1) Pimpinan sidang wajib memahami teknis persidangan.

(2) Pimpinan sidang wajib menggunakan identitas DPM KM FITKES UNJANI.

BAB IV PESERTA SIDANG


Jenis Peserta
Pasal 8

Peserta sidang terdiri dari :


(1) Peserta penuh, yaitu mahasiswa aktif yang direkomendasikan oleh DPM KM Fakultas Ilmu
dan Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani.

(2) Peserta peninjau, yaitu MPM, DPM, BEM Universitas, DPM dan BEM fakultas serta
demisioner yang direkomendasikan oleh DPM KM FITKES UNJANI .

Hak
Pasal 9

(1) Peserta penuh memiliki hak suara dan hak bicara.

(2) Peserta peninjau memiliki hak bicara.


Kewajiban

Pasal 10

(1) Menaati Tata Tertib Persidangan.


(2) Mengikuti jalannya persidangan dari awal hingga akhir, kecuali apabila ada hal
yang mendesak.
(3) Meminta izin kepada pimpinan sidang apabila ingin mengikuti dan meninggalkan persidangan.
(4) Bagi yang tidak mengikuti persidangan, dianggap menyepakati hasil keputusan persidangan.
(5) Tidak merokok di ruang sidang selama persidangan berlangsung.

(6) Tidak membawa dan mengonsumsi narkoba dan minuman keras selama
persidangan berlangsung.
(7) Tidak mengucapkan hal hal yang menyinggung unsur SARA.

(8) Peserta sidang menggunakan jas almamater atau identitas prodi/ormawa masing masing.

(9) Peserta sidang harus menghargai pimpinan sidang.

(10) Peserta sidang yang ingin berinterupsi harus menyebutkan nama dan asal prodi/ormawa.

BAB V
KUORUM
Pasal 11

Musyawarah dinyatakan kuorum dan dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang- kurangnya ½ n
+ 1 dari jumlah peserta penuh musyawarah. Apabila 1 jam berlalu kuorum tidak memenuhi ½ n + 1
dari jam undangan yang sudah ditentukan maka musyawarah dapat dimulai sedikit-dikitnya dihadiri
oleh 2 fraksi.

BAB VI
PELANGGARAN DAN SANKSI
Pasal 12
(1) Pimpinan sidang berhak untuk memberi peringatan kepada peserta sidang yang melanggar
tata tertib sidang.
(2) Pimpinan sidang berhak mengeluarkan peserta setelah tiga kali diperingatkan.
(3) Peserta yang dikeluarkan tidak boleh mengikuti persidangan yang berlangsung kecuali telah
diizinkan oleh pimpinan sidang.
(4) Peserta sidang yang tidak mengikuti persidangan wajib menaati dan menjunjung
tinggi kepengurusan sidang.
Pasal 13
Pelanggaran terdiri dari :
(1) Pelanggaran berat, terjadi apabila peserta sidang melakukan pelanggaran tata tertib
yang fatal seperti mabuk, narkoba, membawa senjata tajam dan menyinggung sunsur
SARA.
(2) Pelanggaran ringan, jika peserta sidang melanggar tata tertib kurang dari 3 kali.

Pasal 14
Sanksi terdiri dari :
(1) Sanksi berat, dikeluarkan dari forum sidang.
(2) Sanksi ringan, diberikan teguran.

BAB VII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 15

(1) Keputusan diambil melalui musyawarah untuk mufakat.


(2) Mekanisme pemungutan suara (voting) bisa dilakukan apabila terdapat persamaan suara.
(3) Jika voting terus menerus mendapatkan persamaan suara maka dilakukan pengambilan
keputusan menggunakan mekanisme lobbying.
(4) Pimpinan sidang berhak mengambil keputusan sepihak saat mekanisme lobbying tidak
tercapai.
(5) Keputusan dan atau ketetapan musyawarah dianggap sah apabila disetujui oleh ½ n + 1 atau
sekurang-kurangnya dari 2 fraksi seluruh peserta KM FITKES Universitas Jenderal Achmad
Yani yang hadir.
BAB VIII
INTERUPSI
Pasal 16

(1) Point Of previllege, interupsi yang berfungsi untuk membersihkan nama baik atau kehormatan
seseorang atau kelompok karena dipandang pembicaraan tersebut menyimpang dari etika
atau menyinggung perasaan.
(2) Point Of Clarification, interupsi untuk menjernihkan atau meluruskan permasalahan atau isi
pembahasan (prioritas berbicara kedua).
(3) Point Of Information, menyampaikan informasi baik tentang pembicaraan yang tidak sesuai
atau informasi yang berkaitan dengan kondisi yang menjadi pokok pembahasan atau hal-hal
yang dipandang urgent untuk di informasikan (prioritas berbicara ketiga).
(4) Point Of Order, interupsi yang digunakan untuk meminta pimpinan sidang meluruskan jalannya
sidang, apabila keluar dari konteks atau sidang dianggap janggal (prioritas berbicara
keempat).
(5) Point Of Solution, interupsi untuk memberikan solusi atas permasalahan yang dibahas
(prioritas berbicara kelima, interupsi dapat di abaikan dan ditanggapi tanpa memotong
pembahasan).
(6) Point Of View, Interupsi yang digunakan untuk menyampaikan pendapat, tanggapan, usulan,
saran (Interupsi dapat diabaikan dan ditanggapi tanpa memotong pembahasan).
BAB IX
PENUTUP
Pasal 17

(1) Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditetapkan kemudian.

(2) Tata Tertib ini berlaku sejak waktu dan tanggal ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai