Anda di halaman 1dari 7

TATA TERTIB SIDANG

MUSYAWARAH DAERAH III


HIMPUNAN PETERNAK DOMBA-KAMBING INDONESIA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam tata tertib ini, yang dimaksud dengan :
(1) HPDKI adalah Organisasi Kemasyarakatan yang merupakan wadah untuk
menghimpun, mengelola, dan meningkatkan kualitas hidup seluruh peternak
domba dan kambing di Indonesia serta tidak terikat pada suatu organisasi politik
atau masa manapun.
(2) Yang dimaksud dengan peternak domba dan kambing dalam Anggaran Dasar ini
adalah masyarakat peternak, yang terdiri atas:
a. Peternak, yaitu perorangan yang memelihara atau membudidayakan ternak
domba dan/atau kambing, baik skala keluarga ataupun skala komersial;
b. Pegusaha Peternakan, yaitu perorangan yang menyelenggarakan usaha
peternakan domba dan/atau kambing atau usaha yang berkaitan denganan
peternakan domba dan/atau kambing Skala Industri;
c. Pakar/Ahli Peternakan, yaitu perorangan yang memiliki keahlian khusus dan
berdedikasi tinggi dalam pengembangan ternak domba dan/atau kambing, baik
dari lingkungan instansi pemerintah, lembaga swasta, lembaga swadaya
masyarakat, perguruan tinggi, ataupun lepas ( freelance);
d. Pembina Peternakan, yaitu perorangan yang mencurahkan waktu dan tenaganya
untuk pengembangan peternakan domba dan/atau kambing, baik dari
lingkungan instalasi pemerintah, lembaga swasta, lembaga swadaya masyarakat,
perguruan tinggi ataupun lepas (freelance);
e. Masyarakat Umum, yaitu perorangan yang simpatik dan memiliki kepedulian,
menaruh perhatian dan simpati, serta berminat dan berdedikasi terhadap upaya
pengembangan peternakan domba dan kambing;
f. Organisasi yang bergerak dalam kegiatan agribisnis peternakan domba dan
kambing, yang berbadan hukum dan terdaftar di Kemenkumham.
(1)
(2)
(3) Musyawarah Daerah (Musda) adalah perwujudan kedaulatan pengambil keputusan
dalam kehidupan organisasi HPDKI.
BAB II
FUNGSI DAN MEKANISME PERSIDANGAN
Fungsi dan Wewenang
Pasal 2
Musyawarah Daerah berfungsi untuk :
(1) Meminta Laporan Pertanggungjawaban kerja DPD HPDKI.
(2) Memilih dan menetapkan pengurus DPD HPDKI.

Mekanisme Persidangan
Pasal 3
Bentuk Sidang
Bentuk persidangan dilakukan melalui mekanisme langsung (luring) yang tetap
memperhatikan tata tertib prinsip persidangan.

Pasal 4
Jenis Sidang
Persidangan dalam Musda terdiri atas:
(1) Sidang Pleno

BAB III
ALAT KELENGKAPAN
Alat Kelengkapan Musda
Pasal 5
Alat kelengkapan Musda terdiri atas:
(1) Penanggung jawab Musda
(2) Panitia pengarah (Steering Committee) Musda
(3) Panitia pelaksana (Organizing Committee) Musda
(4) Pimpinan Sidang

Penanggung Jawab
Pasal 6
Penanggung jawab Musda adalah Ketua Umum Dewan Pengurus Daerah HPDKI.
Panitia Pengarah (Steering Committee)
Pasal 7
Panitia pengarah Musda adalah Dewan Pengurus Daerah HPDKI.

Panitia Pelaksana (Organizing Committee)


Pasal 8
Panitia pelaksana Musda adalah unsur Dewan Pengurus Daerah dan Dewan Pengurus
Cabang HPDKI tempat pelaksanaan Musda.

Pimpinan Sidang
Pasal 9
(1) Pimpinan Sidang adalah satu kesatuan pimpinan yang terdiri atas maksimal 3 orang
dan minimal 1 orang.
(2) Pimpinan Sidang berbentuk presidium.
(3) Sidang dipimpin oleh pimpinan sidang yang terdiri dari peserta penuh sidang yang
tertua dan termuda.
(4) Pimpinan sidang berhak untuk membuka sidang awal.
(5) Pimpinan sidang tetap berhak untuk melanjutkan agenda sidang dan menutup
agenda sidang.

Tugas Pimpinan Sidang


Pasal 10
(1) Memimpin persidangan sesuai dengan tata tertib sidang.
(2) Mengarahkan dan mengendalikan jalannya persidangan serta menyimpulkan
pembicaraan-pembicaraan dalam persidangan.
(3) Menetapkan dan mengesahkan hasil-hasil persidangan.

Wewenang Pimpinan Sidang


Pasal 11
(1) Menerima atau menolak interupsi dari peserta sidang.
(2) Menyampaikan teguran dan/atau peringatan kepada peserta sidang yang dianggap
mengganggu jalannya persidangan.
(3) Memberi sanksi kepada peserta sidang yang dianggap melanggar tata tertib
persidangan

BAB IV
PESERTA SIDANG
Peserta Sidang
Pasal 12
Musyawarah Daerah merupakan Musyawarah yang dihadiri oleh Ketua Dewan Pengurus
Cabang (DPC) atau yang diberi kuasa, Dewan Pengurus Pusat (DPP), Dewan Pembina, Dewan
Pakar dan Undangan, yang merupakan forum tertinggi dalam mengambil keputusan
Organisasi.

Jenis Peserta
Pasal 13
Peserta sidang terdiri dari :
(1) Peserta Penuh adalah pemilik hak suara yang terdiri dari Pimpinan DPD (Ketua,
Sekretaris Jenderal, Bendahara), Ketua DPC, dan Ketua Organisasi dalam agribisnis
peternakan yang telah menjadi anggota HPDKI atau orang-orang yang diberi kuasa
untuk mewakilinya.
(2) Peserta Peninjau adalah anggota dan pengurus HPDKI atau undangan sebagaimana
pasal 10 ayat 1 AD/ART HPDKI yang memiliki hak bicara, memberikan pendapat,
saran dan masukan.
Hak
Pasal 14
(1) Peserta penuh memiliki hak suara dan hak bicara.
(2) Peserta peninjau memiliki hak bicara.

Kewajiban
Pasal 15
(1) Menaati tata tertib persidangan.
(2) Mengikuti jalannya persidangan dari awal hingga akhir, kecuali apabila ada hal yang
mendesak.
(3) Meminta izin kepada pimpinan sidang apabila ingin mengikuti dan meninggalkan
persidangan.
(4) Bagi yang tidak mengikuti persidangan, dianggap menyepakati hasil keputusan
persidangan.

Kehadiran Peserta Sidang


Pasal 16
(1) Peserta sidang wajib hadir dalam ruangan sidang.

BAB V
KUORUM
Pasal 17
(1) Kuorum Musda untuk tujuan pasal 10 ayat 3 huruf b, c dan d AD/ART HPDKI bila
dihadiri sekurang-kurangnya oleh lebih dari ½ (setengah) pemilik suara yang
diundang.
(2) Keputusan Musda untuk tujuan pasal 10 ayat 3 huruf b, c, dan d AD/ART HPDKI
dianggap sah biladisetujui oleh sekurang-kurangnya lebih dari ½ (setengah) pemilik
suara atau peserta penuh yang hadir.
(3) Kuorum Musda untuk perubahan AD/ART mengacu pada AD pasal 34 ayat 4.
(4) Setiap keputusan Musda disampaikan secara tertulis kepada seluruh anggota.

BAB VI
SANKSI

Pasal 18
(1) Pimpinan sidang berhak untuk memberi peringatan kepada peserta sidang yang
melanggar tata tertib sidang.
(2) Pimpinan sidang berhak mengeluarkan peserta setelah tiga kali diperingatkan.
(3) Peserta yang dikeluarkan tidak boleh mengikuti sidang yang berlangsung dan boleh
mengikuti sidang pleno setelah diizinkan oleh pimpinan sidang.
(4) Peserta sidang yang tidak mengikuti persidangan wajib mentaati dan menjunjung
tinggi kepengurusan sidang.

BAB VII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 19
(1) Keputusan diambil melalui musyawarah untuk mufakat
(2) Bila kata mufakat tidak tercapai maka sidang diskors untuk melakukan mekanisme
lobi.
(3) Bila mekanisme lobi tidak tercapai, maka pengambilan keputusan dilakukan dengan
pemungutan suara (voting).
(4) Pemungutan suara (voting) sebagaimana terdapat pada ayat (3) di atas, dapat
dilakukan secara terbuka sesuai dengan kesepakatan kuorum.
(5) Pengambilan keputusan voting untuk peserta daring dapat dilakukan melalui
mekanisme :
a. proses voting dilakukan melalui fasilitas sistem jaringan digital yang telah
disediakan panitia.
b. admin panitia menyampaikan hasil voting kepada pimpinan sidang secara
terbuka berdasarkan hasil pemungutan suara.
c. pimpinan sidang menyampaikan hasil voting kepada peserta dapat dilakukan
secara terbuka sesuai dengan kesepakatan kuorum.
(6) Mekanisme pemungutan suara (voting) bisa dilakukan terus-menerus apabila
terdapat persamaan suara.
(7) Kuorum pengambilan keputusan dan atau ketetapan sidang yang sah mengacu pada
pasal 17.

BAB VIII
INTERUPSI

Jenis-jenis Interupsi
Pasal 20
(1) Point Of previllege, interupsi yang berfungsi untuk membersihkan nama baik atau
kehormatan seseorang atau kelompok karena dipandang pembicaraan tersebut
menyimpang dari etika atau menyinggung perasaan.
(2) Point Of Clarification, interupsi untuk menjernihkan atau meluruskan permasalahan
atau isi pembahasan (prioritas berbicara kedua)
(3) Point Of Information, Menyampaikan informasi baik tentang pembicaraan yang tidak
sesuai atau informasi yang berkaitan dg kondisi yang menjadi pokok pembahasan
atau hal2 yang dipandang utrgent untuk di informasikan (prioritas berbicara ketiga)
(4) Point Of Order, interupsi yang digunakan untuk meminta pimpinan sidang
meluruskan jalannya sidang, apabila keluar dari konteks atau sidang dianggap
janggal (prioritas berbicara keempat).
(5) Point Of Solution, interupsi untuk memberikan solusi atas permasalahan yang
dibahas (prioritas berbicara kelima, interupsi dpt di abaikan dan ditanggapi tanpa
memotong pembahasan).
(6) Point Of View, Interupsi yg digunakan untuk menyampaikan pendapat, tanggapan,
usulan, saran (Interupsi dapat diabaikan dan ditanggapi tanpa memotong
pembahasan).

BAB IX
PENUTUP

Pasal 21
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditetapkan kemudian.
(2) Tata Tertib ini berlaku sejak waktu dan tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Batusangkar
Tanggal : 20 November 2021
Waktu : 00.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai