Anda di halaman 1dari 3

TATA TERTIB PERSIDANGAN JEMAAT

BETEL OESAPA TENGAH


TAHUN 2023

Pasal 1
Pengantar
(1) Tata tertib ini bertujuan mengatur jalannya Persidangan Jemaat GMIT Betel Oesapa
Tengah Tahun 2023 agar dapat berjalan efektif dan berhasil.
(2) Tujuan Persidangan Jemaat GMIT Betel Oesapa Tengah tanggal 17 Juni 2023 adalah:
a. Menindaklanjuti keputusan Persidangan Jemaat, Persidangan Klasis, Persidangan
Sinode, tentang Penetapan dan Pemilihan MJ 2024 – 2027.

Pasal 2
Peserta
Peserta Persidangan Jemaat adalah:
a. Anggota Majelis Jemaat GMIT Betel Oesapa Tengah Periode 2020 – 2023
b. Anggota Majelis Jemaat sementara Periode 2024 - 2027
c. Jemaat 5 orang per Rayon
d. Panitia Pemilihan MJ Periode 2024 - 2027
e. Undangan yang dipandang perlu, atau nara sumber lainnya sesuai kebutuhan.

Pasal 3
Kuorum
(1). Persidangan dinyatakan kuorum apabila jumlah peserta telah mencapai ½ (setengah)
ditambah 1 (satu) dari keseluruhan peserta yang memiliki hak suara.

Pasal 4
Pimpinan Persidangan
(1) Pimpinan Persidangan Jemaat Adalah Majelis Ketua Persidangan (MKP) dan dilakukan
secara bergilir.
(2) Sekretaris persidangan adalah sekretaris majelis jemaat.

Pasal 5
Rapat Tertutup
Rapat tertutup dapat dilaksanakan jika pembahasan menyangkut pribadi atau nama orang dan
didukung oleh 10% peserta persidangan yang menandatangani daftar hadir

Pasal 6
Daftar Hadir
(1) Daftar hadir wajib ditandatangani oleh setiap peserta Persidangan.
(2) Para undangan menandatangani daftar hadir undangan.

Pasal 7
Peserta yang Berhalangan
(1) Peserta yang berhalangan dan tidak dapat mengikuti Persidangan untuk sementara waktu
atau hingga persidangan berakhir, wajib memberitahukan hal tersebut kepada pimpinan
persidangan.
(2) Pimpinan persidangan memberitahukan hal tersebut kepada persidangan.

Pasal 8
Hak Bicara dan Hak Suara
(1) Peserta persidangan jemaat sebagaimana dalam pasal 2 peraturan ini, memiliki hak bicara
dan hak suara
(2) Undangan hanya memiliki hak bicara
Pasal 9
Kesempatan dan Batas Waktu Berbicara
(1) Pimpinan persidangan mengatur kesempatan berbicara menurut urutan permintaan yang
masuk.
(2) Peserta dapat berbicara setelah dipersilahkan oleh pimpinan Persidangan.
(3) Pembicaraan dilakukan dengan berdiri di tempat atau di tempat lain yang ditentukan
untuk maksud tersebut.
(4) Seorang pembicara tidak boleh disela selama berbicara, kecuali oleh pimpinan
persidangan demi tertibnya persidangan;
(5) Seorang pembicara yang menyimpang dari pokok yang sedang dibicarakan, dapat
diperingatkan atau dihentikan oleh pimpinan persidangan dan menampung masalahnya
pada pokok lain yang berhubungan dengan masalah tersebut.
(6) Batas waktu setiap pembicara mengenai suatu pokok adalah 3 (tiga) menit dan ditandai
dengan bunyi alarm atau tanda lainnya. Apabila waktu yang ditetapkan telah lewat,maka
pimpinan persidangan dapat meminta pembicara untuk berhenti bicara.
(7) Seorang peserta tidak boleh berbicara lebih dari 2 (dua)kali tentang satu pokok, kecuali
jika pokok tersebut memerlukan pembahasan yang lebih matang.

Pasal 10
Interupsi
(1) Peserta dapat melakukan interupsi, yaitu selaan atau memotong pembicaraan dalam
sidang dikarenakan adanya masukan penting yang perlu diperhatikan. Interupsi diatur
sebagai berikut:

a. Interupsi tentang tata sidang (Interruption of order), yaitu meminta penjelasan


atau memberikan masukan yang berkaitan dengan jalannya persidangan saat
pembicaraan sudah melebar atau keluar dari pokok masalah, guna mengembalikan
pembahasan kepada pokok sebenarnya;
b. Interupsi tentang informasi (Interruption of information), yaitu memberikan
informasi atau data yang perlu diperhatikan oleh seluruh peserta persidangan
termasuk pimpinan, oleh karena akan mempengaruhi pengambilan keputusan yang
penting;
c. Interupsi tentang klarifikasi (Interruption of clarification), yaitu meminta
klarifikasi tentang pernyataan peserta persidangan lainnya atau pimpinan agar
tidak terjadi pemahaman yang bias atau meminta penegasan terhadap suatu
pernyataan;
d. Interupsi tentang solusi (Interruption of explanation/solution), yaitu menjelaskan
suatu pernyataan yang baru disampaikan agar tidak ditangkap keliru oleh peserta
lain atau pelurusan terhadap suatu pernyataan dan memberikan solusi;
e. Interupsi tentang pribadi (Interruption of personal), yaitu tanggapan segera
terhadap pernyataan peserta lain yang keluar dari pokok masalah dan cenderung
menyerang pribadi
(2). Interupsi baru dapat dilakukan setelah mendapat ijin dari Pimpinan Persidangan
(3). Interupsi dilakukan di tempat yang telah disediakan

Pasal 11
Masalah Baru
Masalah baru yang muncul dalam persidangan hanya dapat dibahas jika didukung oleh 10%
(sepuluh persen) suara dari peserta yang mempunyai hak suara yang menandatangani daftar
hadir.

Pasal 12
Tata Cara dan Keabsahan Pengambilan Keputusan
(1) Pengambilan keputusan dilaksanakan oleh peserta yang memiliki hak suara.
(2) Pengambilan keputusan dilaksanakan secara demokratis melalui musyawarah mufakat.
(3) Bila tidak tercapai mufakat, maka keputusan dapat diambil melalui voting.
(4) Pengambilan keputusan melalui voting dinyatakan sah apabila disetujui ⅔ (dua pertiga)
dari jumlah peserta yang memiliki hak suara.
(5) Voting dilakukan dengan cara mengangkat tangan
(6) Tiap peserta bebas untuk memberikan atau tidak memberikan alasan tentang dasar setuju
atau tidak setuju dalam memberikan suara.
(7) Jika hasil voting tentang orang seimbang, maka persidangan dapat mengambil
keputusan dengan cara undi yang didahului dengan doa.
(8) Pimpinan persidangan merumuskan kesimpulan dari pokok yang telah selesai dibahas
oleh persidangan untuk diputuskan dan pengambilan keputusan ditandai ketukan palu.

(9) Ketentuan mengenai penggunaan palu adalah sebagai berikut:


a. Satu kali ketuk untuk menerima/menyerahkan pimpinan, menskors/mencabut
skors sidang, mengesahkan kesepakatan pembahasan poin per poin (keputusan
sementara) dan mencabut/membatalkan keputusan terdahulu yang dipandang
keliru;
b. Tiga kali ketuk untuk membuka dan menutup persidangan secara resmi dan
mengesahkan keputusan yang dipandang final
c. Empat kali atau lebih ketuk untuk menertibkan dan menenangkan peserta
persidangan

Pasal 13
Penutup
Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini yang berkaitan dengan agenda persidangan
akan diatur oleh Ketua Majelis Persidangan dengan mendapat persetujuan dari peserta
Persidangan yang mempunyai hak suara

MAJELIS KETUA PERSIDANGAN JEMAAT

KETUA 1. ....................

2. .....................

3. .....................

4. ......................

5. .....................

KETUA SEKRETARIS

PDT.GRACE L.PANDIE-SJIOEN, S.TH PNT. DOMINGGUS OSA

Anda mungkin juga menyukai